PS
: All images credit and content copyright : JBTC
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Di papan
terlihat foto Min Jung dan tertulis pemberitahuan ORANG HILANG: CHOI MIN JUNG,
PEREMPUAN. Orang Tua Min Jung terlihat gelisah karena anaknya yang hilang. Eun
Seob berjalan sendirian dihutan dan sempat terjatuh, lalu berusaha mencari
sesuatu dan menemukan
Eun Seob
berteriak memanggil Min Jung, akhirnya Min Jung terlihat sedang terbaring di
tepi gunung hanya bisa mengetuk batu untuk meminta pertolongan. Eun Seob bisa
mendengar arah suara batu yang dipukul.
Hwi
datang melihat kalau masih belum menemukannya dan tak percaya kalau butuh waktu
lama. Hye Won melihat banyak polisi dan ambulanca sampai atas gunung dan
bertanya apakah Semua orang mencari wanita itu. Hwi membenarkan.
“Apa Eun
Seop mencarinya dengan polisi?” tanya Hye Won. Hwi menjawab tidak tapi Eun Seob
mengambil rute yang berbeda.
“Rute
yang tak diketahui orang lain.” Kata Hiw. Hye Won kaget Eun Seob mengambil Rute
yang tak mereka ketahui bahkan Sendirian.
“Karena
dia perlu memeriksa tempat-tempat yang mereka lewatkan. Dia tahu beberapa rute
yang tak diketahui.” Ucap Hwi
“Bukankah
itu lebih berbahaya?” kata Hye Won pank. Hwi mengeluh kalau Hye Won tak
mendengar ucapanya, kalau kakaknya benar-benar
binatang buas.
“Tapi itu
adalah gunung kecil di belakang toko buku. Gunung ini sangat berbeda. Aku bertanya
pada seseorang tadi, dan dibutuhkan setidaknya tiga jam untuk mencapai puncak, tak
peduli seberapa cepat kau.” Ucap Hye Won panik
“Itu tak
berlaku untuk Eun Seop.” Kata Hwi. Bibi Sim membenarkan kalau Tak ada yang perlu dikhawatirkan.
“Kenapa
tak khawatir? Kenapa? Bagaimana bisa meminta Eun Seop untuk melakukan itu
seolah bukan apa-apa? Bukankah berbahaya baginya juga? Apa dia tak bisa
terluka? Apa dia manusia super? Kenapa semua orang menyuruh melakukan hal seperti
itu dengan mudah?” ucap Hye Won marah
“Astaga,
kau terdengar seperti ibuku.” Keluh Hwi heran menunjuk ke arah ibunya.
“Kenapa kau
memanggil Eun Seop ke sini? Kau tahu bagaimana dia.... Bagaimana jika sesuatu
yang buruk terjadi? Aku akan membuatmu bertanggung jawab.” Kata ibu Eun Seob
marah pada Jang Woo. Tuan Im pun menarik istrinya agar bisa tenang.
“Kak... Mendaki
gunung adalah bakat khusus kakakku. Itu sebabnya semua orang bertingkah seperti
ini. Tapi, dia agak lambat hari ini. Astaga, aku mulai khawatir.” Kata Hwi.
Saat itu
polisi berteriak kalau mereka sudah menemukannya. Hwi berteriak bahagia
melihatnya lalu mengajak mereka untuk mendekat. Eun Seob terlihat mengendong
Min Jung dengan jaket yang menutupi tubuhnya agar tak kedingingan.
Petugas
ambulance pun langsung membawa Min Jung dengan tandu dan Eun Seob pun langsung
dikerubungin oleh keluarganya. Hye Won yang akan mendekat hanya bisa berjalan
mundur. Orang Tuan Min Jung langsung mengucapkan terima kasih banyak.
Keluarga
Sim sedang menonton TV, Hwi mengambil ubi dari tangan kakaknya berkomentar
kalau Hari ini sedikit intens, Eun Soeb hanya diam saja. Tuan Im ingin
mengambil ubi tapi melihat istrinya datang mengurungkan niatnya.
“Jangan
lakukan itu lagi. Bahkan jika seseorang meminta bantuan, tolak saja.” Ucap ibu
Hyun Ji marah
“Astaga,bagaimana
dia bisa melakukan itu? Dia adalah satu-satunya di kota ini yang bisa...” kata
Tuan Im membela sang anak.
“Bagaimana
jika Eun Seob terluka? Apa kau tak lihat wajahnya? Apa ini? Coba Lihat ini. Dia
adalah manusia. Apa Kau pikir dia serigala? Apa dia binatang buas? Dia juga
bisa terluka.” Ucap Ibu Eun Seob marah
“ Jika
dia mendaki gunung besar itu sendirian, maka dia akan cedera juga. Semua orang
di desa ini mencarinya saat sesuatu terjadi Dan aku selalu khawatir seperti
orang gila, berpikir sesuatu yang buruk akan terjadi padanya.” Keluh Ibu Eun
Seob.
“Bu,
kenapa kau selalu khawatir seperti orang gila? Kau bilang hal yang sama saat
kau melihat laporanku kemarin.” Keluh Hwi. Ibu Eun Seob langsung berteria
marah.
“Ayah,
cucian seperti makhluk hidup.” Kata Hwi mengalihkan pandangan pada ayahnya.
“Hei,
tanganmu sedang memegang ubi.” Keluh Tuan Im lalu menyurun anakanya makans
saja.
“Bu, aku
baik-baik saja... Aku benar-benar baik-baik saja.” Kata Eun Seob menenangkan
ibunya. Tapi Ibunya seperti masih sangat
marah.
Di kamar,
Hye Won sendirian. Bibi Choi masuk bertanya apakah ada yang dibutuhkan. Hey Won mengaku tak ada. Bibi Choi pun
menyuruh Hye Wo untuk tidur dengan nyenyak saja. Hye Won teringat dengan yang dikatakan Hwi
“Kau
berani. Gunung berbahaya di malam hari.” Ucap Hwi. Hye Won pikir Tapi Eun Seop
berada di sana sekarang.
“Ayolah,
dia benar-benar binatang buas.” Kata Hwi dan Hye Won memberanikan diri ke hutan
bahkan hampir tersesat. Eun Seob pun yang menemukanya.
Bahkan Eun Seob juga mengendong Min Jung keluar dari hutan, seperti Hye Won tak percaya.
Eun Seob
berjalan mendekati ibunya didapur. Ibu Eun Seob mengeluh kalau tak ingin
bicara. Eun seob mengakuseharusnya menelusuri hutan dengan tim penyelamat,
tapimenyimpang karena lebih suka pergi sendiri bahkan bisa lebih cepat.
“Jangan
mendaki gunung sendiri dari sekarang, jangan pernah. Bahkan pegunungan di
belakang rumah, Dan rumah itu juga. Aku tak ingin kau naik ke sana lagi. Jika
kau terluka di pegunungan, siapa yang akan datang untuk menyelamatkanmu?
Pikirkan.” Ucap Ibu Eun Seob marah
“Aku tak
bisa... Ayahmu juga tak bisa. Dan Hwi tak bisa juga. Jadi, tolong... “ kata Bu
Eun Seob
“Kalian
bertiga bisa menyelamatkanku bersama. Jika Ibu, Ayah, dan Hwi mengumpulkan
kekuatan, maka aku yakin kalian bisa menyelamatkanku.” Ucap Eun Seob santai.
“Cukup!
Jangan mendaki gunung lagi. Jika kau melakukannya lagi, aku benar-benar akan
marah kepadamu.” Kata ibu Eun Seob.
“Ibu
sudah marah padanya. Ibu menentang diri sendiri. “ komentar Hwi datang dan
berkomentar.
“Bu, Ayah
ingin ubi jalar lagi... Ahh.. Bukan aku yang minta... Ayah cerdik yang minta.”
Ucap Hwi. Eun Seo pikir akan
mengurusnya.
“Karena itulah...
Kenapa menyerahkan semua ubi jalar ke Eun Seop? Bagaimana denganku dan Ayah?”
keluh Hwi
“Kalian
sudah sering memakannya!” teriak Ibu Eun Seob. Hwi mengaku membiarkan Ayahnya yang memakan miliknya. Ibu
Eun Seob mengeluh kalau Hwi itu makan paling banyak.
“Ayah!
Ibu menjadi aneh. Ada apa dengannya? Dia sangat jahat.” Keluh Hwi mencoba
mengadu. Ibu Hwi mengeluh kalau tak melakukan apapun.
TOKO BUKU
GOOD NIGHT
Tuan Bae
membawa bir, bibi Choi senang Seseorang harus minum bir pada malam musim dingin
seperti ini. Jang Woo baru datang memberitahu kalau , ini membeku dan Sekarang
suhu minus 17°C di bawah nol derajat. Bibi Choi membawa kue mengaku benar-benar
ingin soju di hari dingin seperti ini.
“Soju
setengah beku dengan ayam rebus pedas.”ucap Bibi Choi. Tuan baek pikri Soju
beku pada suhu begini.
“Bagaimana
dengan bir? Pada suhu berapa ia membeku?” tanya Seung Ho. Eun Seob menjawab Pada minus 4°C.
Hye Won
keluar melihat Seung Ho tak bisa minum bir dan memberikan es yang sudah
disimpanya. Seung Ho terlihat bahagia dan tak percaya kalau meninggalkan ini di
luar. Hye Won memberitahu kalau hari ini suhunya sedingin freezer.
“Karena semua
orang sudah berkumpul, bagaimana kalau dimulai?” kata Eun Seob.
"Kuterima
surat yang kita dibekukan menjadi bingkai foto kemarin. Jalan yang dulunya
kuikuti setiap hari sekarang menghilang, dan yang lain juga menghilang. Aku
melihat kerikil yang dulunya seperti mainan saat kita masih kecil terkubur di
tanah, dengan wajah tertutup." Ucap Hyun Jin
Ibu Eun
Seob masuk kamar melihat anaknya yang tertidur lalu mengusapnya dan melihat ada
luka.
"Aku
mencintaimu, aku mencintaimu.Di langit malam yang dingin, aku melihat celah
yang terbentuk perlahan. Kepingan salju yang turun langit. Beberapa di antara
merekatak bisa mendarat di tanah. Sebaliknya, mereka terus berkeliaran, menggigil
dengan mata terbuka."
“Itu
adalah "Lagu Cinta yang Singkat" oleh Hwang Tong Gyu.” Kata Hyun Ji
membaca kutipan buku. Tuan Bae berharap bisa menangkap kepingan salju.”.
“Puisi
dan novel yang berkaitan dengan musim dingin. Siapa selanjutnya?” kata Jang Woo
“Aku,
Paman.” Kata Seung Ho mengangkat tangan. Hye Won ingin tahu apa yang
dipersiapkan Seung Ho.
“Aku membaca
"Burung Hantu di Rumah". "Burung hantu di rumah. Burung hantu
berbicara, 'Senang rasanya duduk di dekat perapian ini. Di luar sangat dingin
dan bersalju.' "Dan kemudian dia mendengar seseorang mengetuk pintu."
Cerita Seung Ho.
Hye Won
seperti membayangkan saat datang ke rumah yang membeli lalu akhirnya mengambil
surat yang dituliskan ibuny pada bibi Sim.
"Musim
dingin yang buruk. Burung Hantu berpikir, 'Baiklah, aku akan baik hati dan
membiarkan musim dingin masuk. Musim dingin, ayo masuk. Masuk ke dalam dan
menghangatkan dirimu sebentar.'" Cerita Seung Ho.
“Ketika
musim dingin datang ke rumah yang hangat, kukira dia membekukan seluruh
rumah”kata Tuan Bae
“Ya. Inilah
yang dikatakan Burung Hantu pada musim dingin. 'Musim dingin, kau adalah
tamuku.' 'Tak boleh berprilaku seperti ini.'" kata Seung Ho
“"Berprilaku
seperti ini"? Jadi, musim dingin datang dan membekukan rumah?” kata Jang
Woo dan Tuan Bae berkata "Tutup pintu di belakangmu!"
“Jang
Woo, giliranmu.. Bacalah sesuatu yang akan membuat kita lebih dingin.” Ucap
Hwi.
“Baiklah.
Aku akan melafalkan "Aku, Natasha, dan Keledai Putih". Kata Jang Woo
bangga.
“Natasha...
Oh. Apa kau menyukai wanita asing juga? Astaga, apa yang terjadi di sini?”
keluh Hwi. Jang Woo bingung.
“Kau
bilang "Natasha". Kau pasti menyukai wanita asing. Orang asing
populer akhir-akhir ini. Mereka pandai bicara bahasa asing juga.” Keluh Hwi
“Ada yang
tahu apa yang mereka bicarakan?” tanya Tuan Bae. Hwi tak mau membahasnay
menurutnya kalau ini benar-benar kacau.
Hwi pun
mengeluh dengan kakaknya yang suka dengan Irene. Eun Seob panik. Tuan Bae pikir Jang Woo itu memilih yang
bagus lalu mengodanya bertanya Apa orang yang pernah mengatakan bahwa Jang Woo
terlihat seperti keledai.
“Apa yang
sedang kau bicarakan? Aku tak terlihat seperti keledai. Heii. Kenapa tertawa?
Jangan tertawa.” Keluh Jang Woo yang kembali jadi bahan ejekan.
Bibi Choi
dkk akhirnya pulang, Tuan Bae membahas obat
Untuk infeksi jamur kronis, yaitu ada semprotan yang membantu. Jang Woo
memangil Eun Seob kalau Min Jung ingin
bertemu dengannya. Hye Won langsung bertanya alasanya seperti cemburu.
“Dia
ingin mengucapkan terima kasih karena sudah menyelamatkan hidupnya.” Kata Jung
Woo. Eun Seob pikir kalau tak harus.
“Beri
tahu aku kapan kau bisa. Sampai jumpa... Selamat malam.” Kata Jang Woo lalu
bergegas pergi.
Hye Won
terlihat gugup seperti mencampuri urusan Eun Seob akhirnya mengajak untuk mulai
bersih-bersih. Eun Seob memberikan sesuatu mengatakan kalau Hye Won bisa pakai
ini. Hye Won bingung apa itu dan melihat isinya sepatu boots.
“Sepasang
sepatu... Aku ingin kau berhenti mengenakan yang itu.” Kata Eun Seob menunjuk
sepatu biasa.
“Kenapa?”
tanya Hye Won. Eun Seob terdiam lalu teringat sepatu yang dipakai Min Jung dan
merasa kalau itu pasti akan membuat Hye Won jatuh di pegunungan.
"Kenapa"?
Karena kau berada di pedesaan. Jalanan di sini kasar. Pokoknya, pakailah.” Ucap
Eun Seob gugup dan langsung pergi
“Kau Mau
kemana?” tanya Hye Won. Eun Seob menjawab akan Ke kamar mandi.
Tuan Bae
berjalan pulang dengan Hyun Ji, Jang Woo, dan Hwi lalu berkomentar sangat lega Eun
Seop tak terluka. Jang Woo juga meraskan hal yang sama karena Eun Seob terlalu
lama dan membuatnya sangat khawatir.
“Oh,
benar, Jang Woo... Ibuku menunggu waktu untuk membunuhmu.” Kata Hwi
“ Coba bayangkan
betapa susahnya aku mencari Eun Seop.” Keluh Jang Woo.
“Apa
mungkin, kau menyukainya?” ucap Hwi. Jang Woo mengeluh mendengarnya.
“Itu
karena cintaku pada kemanusiaan...” ucap Jang Woo mencoba membelak diri.
“Jangan
khawatir... Aku ragu ibuku akan membunuhmu sungguhan.” Kata Hwi. Jang Woo
terlihta sediki bernafas lega.
“Ya, dia
sangat membencimu hingga ingin membunuhmu. Paling-paling, dia akan membuat
boneka voodoo dan menempelkan pin ke dalamnya.” Kata Hwi
"Aku
tak akan pernah memaafkanmu. Aku akan membunuhmu dengan segala cara." Kata
Hyun Ji membayangkanya. Jang Woo ketakutan sempat berhenti melangkah.
“Tapi,
aku mengerti dia. Kita semua mengandalkan Eun Seop karena dia mengenal gunung
dengan sangat baik. Tapi, dia adalah putra yang berharga baginya.” Komentar
Tuan Bae
“Benar.
Semua salahku.” Keluh Jang Woo yang akhirnya mengejar Hyun Ji. Tuan Baek
mengeluh kalau hanya mengatakannya.
“Paman, pernahkah
kau juara 1 di kelasmu?” tanya Hwi. Tuan Bae mengaku tak pernah karena sangat
sulit. Jang Woo mengangkat tanganya.
“Siapa
yang begitu? Dia memang terkenal. Dia juara kelas selama 12 tahun
berturut-turut.” Ucap Hyun Ji
“Oh, kau
kuliah di Universitas Nasional Seoul, 'kan?” kata Hwi. Jang Wo dengan bangga
kalau kuliah di sana.
“Apa Kau
punya pertanyaan untuk siswa terbaik? Apa itu? Fungsi? Persamaan kuadratik?
Bahasa Inggris? Apa kau ingin kubacakan puisi? Atau kau ingin berdiskusi
mendalam pada integral yang pasti...” tanya Jang Woo penuh semangat.
“Tidak,
bukan itu... Jang Woo... Wanita seperti apa yang disukai murid pintar?”tanya
Hwi. Jang Woo melonggo bingung.
“Aku
membicarakan perempuan dalam kehidupan nyata, bukan Natasha. Dan hanya
perempuan Korea, oke?” ucap Hwi. Jang Woo hanya bisa melonggo binggung.
Hye Won
keluar dari toko dengan sepatu boots yang diberikan Eun Seob seperti sangat
nyaman, lalu membawa birnya yang sengaja disimpan agar dingin. Ia masuk melihat
Eun Seob yang terbaring dan melihat ada luka dibagian dahinya dan yakin kalau Pasti
sakit.
“Aku
sangat iri padamu, Eun Seob” ungkap Hye Won. Eun Seob bingung kenapa iri.
“Ya..
Keluargamu sangat hangat. Keluargaku rasanya seperti kulkas Aku sangat cemburu
ada begitu banyak orang yang menyayangimu.” Ungkap Hye Won.
Hye Won
melihat saat ibu Eun Seob yang memberikan syal agar anaknya tak kedinginan,
lalu sang ayah menyuapi kacang. Bahkan saat Eun Seob turun dari gunung, semua
keluarga yang langsung mengerubunginya membuat Hye Won berjalan mundur.
Pagi hari
Jang Woo
mengayuh sepedanya, salah seorang menyapanya dan bertanya apakah Jang Woo minum
lagi tadi malam. Jang Woo mengaku tidak tapi setelah berjalan pergi tak percaya
kalau bapak itu tahu. Saat itu seorang pria mendorong trolly tapi paketnya
jatuh.
“Kau
datang awal hari ini.” Ucap Jang Woo membantunya. Si pria mengaku Ada banyak paket hari ini.
“Aku
harap ada untukku juga... Sampai jumpa.” Ucap Jang Woo lalu melambaikan pada si
paman.
Min Jung
datang menyapa Jang Woo yang baru berangkat kerja. Jang Woo pun menyapa Min Jung
bertanya Apa baik-baik saja. Min Jung mengaku baik-baik saja. Jang Woo pikr Min
Jung bisa tinggal di rumah hari ini jadi Kenapa berangkat bekerja,
“Omong-omong,
apa kau sudah bertanya kepada temanmu?” tanya Min Jung. Jang Woo bingung
“Oh,
maksudmu Eun Seob?Benar, aku sudah bertanya.” Kata Jang Woo. Min Jung pun
penasaran yang dikatakan Eun Seob. Jang
Woo mengingatnya.
Flash Back
“Eun
Seob... Min Jeong ingin bertemu denganmu.” Ucap Jang Woo dan Hye Won malah
ingin tahu alasanya seperti cemburu.
“Dia
ingin mengucapkan terima kasih karena sudah menyelamatkan hidupnya.” Kata Jang
Woo tapi Jang Woo belum memberikan jawabanya.
“Dia
setuju untuk makan denganmu tapi bukan sekarang. Jadi,... “ kata Jang Woo. Min
Jung pun mengatinya dia tak ingin bertemunya.
“Tidak,
tidak..” kata Jang Woo. Min Jung pikir pasti memang tidak. Jang Woo mengaku
bukan itu tapi Jang Woo ingin bertemu dengan Min Jung.
“Begitukah?”
kata Min Jung bahagia. Jang Woo menjawab mungkin suatu hari. Min Jung senang
dan langsung mengucap syukur.
“Benar,
aku tahu persis bagaimana perasaanmu.” Kata Jang Woo melihat ponselnya yang
terus berdering. Min Jung pun pamit masuk lebih dulu.
Eun Seob
terbangun dari tidurnya lalu tersadar kalau ada yang menutupi badanya dengan
selimut. Ia lalu memanggil Hye Won tapi tak ada didalam rumah. Hye Won pergi ke
pasar berbelanja bahan makanan dan memesan pancake sawi.
Nyonya Sim
menuruni bus dengan tujuan BUKHYEONRI, PUSAT KOTA HYECHEON, DESA SEOHYEON lalu
mengisap permen lolipop.Hye Wo pun pulang dengan taksi sambil memakan perme
lolipop
Nyonya
Sim terlihat bahagia menghirup udara segara dan berjalan di sampin sawah di PERTIGAAN
BUKHYEON. Saat itu kepala desa lewat melihat Nyonya Sim seperti mengenalnya.
“Apa
mungkin... Apa kau, Myeong Ju?” tanya Kepala desa. Nyonya Sim pun menyapa
kepala desa yang sudah sedikit menua.
Saat itu
Hye Won baru pulang dari pasar pasar kaget melihat ibunya datang. Nyonya Sim
pun hanya bisa terdiam melihat anaknya yang tak ditemuinya.
Bersambung
ke episode 5
TOKO BUKU GOOD NIGHT, BLOG
PRIBADI
"Pada
pertemuan klub buku hari ini, kami memilih kutipan favorit dari puisi dan novel
musim dingin dan membaginya. Dia beradaptasi dengan sangat baik dengan klub buku
ini. Terkadang dia membaca buku-buku yang sudah dibaca oleh anggota kami."
"Aku
mulai penasaran, apa dia ingin tahu tentang orang yang membaca buku itu. Lalu,
jenis buku apa yang harus kupilih?"
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar