PS
: All images credit and content copyright : JBTC
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Di toko
buku, Eon Seob membuat kopi dengan sangat santai, lalu keluar dari toko untuk
meminumnya. Hye Won datang menyapa Eon
Seob Selamat pagi dengan senyuman bahagia. Eon Seob melihat Hye Won datang
lebih awal. Hye Won mengaku bangun pagi-pagi.
“Apa kau
mau kopi?” tanya Eon Seob. Hye Won menganguk.
Eon Seob pun memberikan cangkir kopinya. Hye Won pun mengucapkan Terima
kasih.
“Kau
benar-benar tak bisa minum, ya?” komentar Hye Won. Eon Seob membenarkan.
“Kau
langsung tertidur sesudah beberapa teguk.” Komentar Hye Won. Eon Seob mengaku ingat semua sebelum tertidur, tapi tak bisa mengingat
setelahnya.
“Kau
kedinginan... Bukankah katamu kau mengidap insomnia?” ejek Hye Won. Hye Won
pikir harus terus minum.
“Omong-omong,
kau bilang sesuatu yang lain. "Aku sangat senang kau ada di sini,
Irene." Kata Hye Won. Eon Seob kaget mendengarnya.
Kau
bilang, "Aku sangat senang kau ada di sini." Kata Hye Won
mengulanginya. Eon Seob tak percaya kalau mengatakan hal itu.
“Ya,
benar... Kau memanggil namanya dengan penuh kasih sayang.” Ucap Hye Won
terlihat sangat senang, tapi tiba-tiba suasana berubah.
“Bagaimana
kabarmu, Hae Won? Senang melihatmu... Aku Bo Yeong... Sudah lama sekali.” sapan
Bo Yeong datang.
Hye Won
terdiam seperti masih sangat marah, Eon Seob hanya bisa diam saja
ditengah-tengah keduanya. Bo Yeong menatap Hye Won seperti penuh pengharapan,
akhirnya Hye Won terlihat masih marah memilih untuk berjalan pulang. Bo Yeong pun hanya bisa menatapnya
"Episode 3, Bulu Mata Perak
Serigala"
Flash Back
Hye Won
menaik bus dengan cello yang besar dipunggungnya, saat itu bus hampir terjatuh
karena bus yang mengerem mendadak. Saat sampai rumah sudah banyak kerumunan dan
juga ambulance dan juga Polisi didepan rumah, bahkan sudah banyak orang
berkerumun.
“Apa yang
terjadi? Apakah ada yang terluka? Siapa itu?” tan nya para orang-orang
Hye Won
perlahan menjalan mendekat dan melihat ada banyak darah yang berceceran. Bahkan
gari polisi sudah dipasang "Dilarang melintas, dalam penyelidikan
polisi" Hye Won hanya diam saja.
Di
pengadilan, Hye Won duduk dengan neneknya melihat sang ibu yang sudah ditengah
tempat duduk sebagai terdakwa.
“Saya
menghukum terdakwa, Shim Myeong Ju, tujuh tahun penjara.” Ucap Hakim.
“Apa?
Hanya itu saja? Meskipun bertanggung jawab untuk menjalankan tugas sebagai
istri bagi suaminya, dia mengabaikannya dan menggunakan mobilnya untuk membunuh
korban.”komentar orang yang melihat proses pengadilan.
“Berdasarkan
metode kejahatannya dan hubungannya dengan korban, dia harus menerima hukuman
berat.” Komentar orang lain. Neneknya sangat terpukul mengetahui tentang
anaknya.
Bo Yeong
akhirnya mendengar cerita Hye Won dan ikut menangis karena tahu temanya pasti
sangat sedih. Ia pun berjanji tidak akan memberi tahu siapa pun dan menyakinkan
kalau Rahasianya aman dengannya. Hye Won pun melingkarkan jarinya sebagai tanda
janji.
“Jangan
beri tahu siapa pun.” Pinta Hye Won. Bo Yeon pun berjanji tak akan ada seorang
pun yang tahu. Hye Won pun bisa tersenyum.
Hye Won
yang ada di lab mendengarka pembicaran temanya kalau yang mengetahui kalau Ibunya
adalah seorang pembunuh. Dua temanya tak percaya, Teman lainya menceritakan kalau Parahnya
lagi, dia membunuh suaminya.
“Apa
Maksudmu ayah Hae Won? Apa Kau yakin?” ucap temanya. Teman lainnya menegaskan
kalau alasan itu Hye Won pindah ke desa.
“Ibunya
ada di penjara.” Ucap Temanya. Teman kedua dan ketiga ingin tahu Siapa yang
memberitahunya.
“Kim Bo
Yeong.” Ucap teman Hye Won. Keduanya
kaget dan merasa kalau sudah menduga kalau Hae Won selalu tampak suram.
“Kini
semua masuk akal. Bukankah Bo Yeong dan Hae Won dekat? Itu artinya...” kata
temanya. Saat itu Hye Won yang lemas mencoba berdiri tapi malah menjatuhkan
tabung yang berisi organ tubuh. Ketiganya menjerit ketakutan.
Hye Won
sangat marah dengan Bo Yeong, saat di lorong Bo Yeong mengejarnya meminta agar
bisa mendengarkanya menurutnya semua salah paham jadi Hye Won bisa mengerti.
Hye Won tak peduli terus berjalan bahkan menghempaskan tangan Bo Yeong.
“Kumohon,
Hae Won... Hae Won... Itu tidak disengaja. Joo Hee bilang... Maksudku,
teman-teman... Tidak, bukan aku.” Ucap Bo Yeong. Hye Won tak peduli ingin Bo
Yeong melepaskan tanganya.
“Hae Won,
tunggu sebentar.. Tunggu, Hae Won.” Ucap Bo Yeon tapi Hye Won tak peduli
memilih untuk pergi. Bo Yeong pun hanya bisa menangis.
Hye Won
duduk sendirian di kantin dan hanya makan sedikit, beberapa orang mulai
membicarakanya. Kalau Hye Won memukul Kim Bo Yeong. Mereka pun mengingatkan
kalau ibu Hye Won pembunuh jadi pantas melakukanya.
“Aku
sangat takut.. Coba Lihatlah dia makan dengan rakus.” Komentar temanya. Hye Won
tetap diam dan tak memperdulikanya karena semua hanya kebohongan.
Hye Won
sedang ada di depan loker, Seorang pria mengeluh pada teman wanitanya meminta
agar Berhenti memukulinya. Si wanita mengeluh kalau itu tidak disengaja. Sang
pria menegaskan kalau melakukan dengan sengaja dan dihukum atas pembunuhan
tidak disengaja.
“Aku
tidak mau. Aku akan dipenjara, seperti ibu Hae Won.” Ucap Si wanita. Hye Won
pun mendengarnya hanya bisa diam saja.
Di
toilet, salah seorang remaja sedang membersihkan lantai. Beberapa yang lain
membahas Hye Won kalau tidak suka cara Hye Won menatap orang yang menurutnya
sangat seram.
Hye Won
ternyata sedang ada didalam toilet pun sengaja menundukan sandalnya agar
teman-temanya tak tahu kalau ia ada didalam. Dua teman lainya tiba-tiba
membahas alis yang tak rata lalu kembali membahas tentang Hye Won.
“Omong-omong,
aku penasaran bagaimana perasaan Hae Won.” Komentar temanya.
“Pasti
dia sedih sekali.” ucap Teman lainya. Tapi teman yang lain berkomentar kalau
Hye Won benar-benar membuatnya takut.
“Tidak
bisakah dia dikeluarkan? Aku tidak ingin melihatnya di sekolah.” Ucap teman
yang lain.
Hye Won
sangat frustasi dengans semua bullyan yang tertuju padanya, akhirnya ia berlari
ke sungai dan ingin bunuh diri dengan masuk ke dalamnya, Tapi saat itu
seseorang berteriak memanggilnya, seperti berusaha menyelamatkanya.
Saat itu
terdengar suara berteriak memanggil namanya, Hye Won pun tersadar dari lamunan.
Ternyata Bibi Sim yang memanggilnya, Hye Won pun keluar kamar melihat Eun Seob
yang datang membawa tas yang tertingga. Bibi Sim pun menyindir Hye Won yang
lupa dengan tasnya.
Hye Won
dan Eun Seob hanya saling menatap dan akhirnya keduanya pergi ke toko buku. Eun
Seob memberikan teh tanpa berbicara lalu keluar dari toko. Hye Won pun hanay
diam saja membiarkan Eun Seob pergi.
Eun Seob
sampai ke tempat "Sawah
Bukhyeon-ri, Tempat Parkir Arena Seluncur, 150 m" lalu melamun menatap ke
arah toko bukunya. Seung Ho memanggil Eun Seob, tapi Eun Seob tetap diam dalam
lamunannya. Seung Ho kembali memanggilnya.
“Paman
melihat apa? Apa Paman bisa melihat hantu?” tanya Seung Ho. Eun Seub hanya bisa
diam saja menatap toko bukunya.
Tuan Im
pulang ke rumah membawa sepeda sambil menyanyi lalu mengomel melihat sepeda
anak bungsunya yang tergeletak begitu saja. Ia mengeluh Whi yang meninggalkan
sepedanya sembarangan di depan rumah lagi. Saat itu Hwi keluar menyapa ayahnya
yang sudah pulang.
“Hei,
pertandingan sepak bolanya hari ini, bukan? Apa kau mau ayam goreng?” tanya
Tuan Im.
“Tidak,
terima kasih. Sampai nanti.” ucap Hwi terburu-buru. Tuan Im heran bertanya mau
kemana anakanya.
“Pertemuan
klub buku.” Kata Hwi lalu mengayuh sepadanya. Tuan Im pun meminta Hwi agar bisa
berhati-hati lagi.
Berita di
TV “Besok pagi, suhu diperkirakan turun hingga minus 20 derajat Celcius dengan
kesejukan angin. Kami memperkirakan gelombang dingin yang hebat. Di wilayah pedalaman
tengah, suhu akan turun ke minus 15 derajat Celsius besok pagi.”
Bibi Choi
mematikan kompor setelah menghangatkan sayur bertanya pada anaknya yang tidak
makan saja dan menyuruhnya agar segera keluar. Ia lalu bergegas pergi keluar
dari rumah dengan penuh semangat.
“Suhu kesejukan angin...Jika Anda
memakai pemanas, pastikan sering diventilasi. Saat Anda keluar, pastikan untuk
mematikannya. Waspadalah terhadap pipa beku dan ambil tindakan untuk melindungi hasil panen dari suhu
dingin. Serta pastikan Anda menjaga kesehatan.”
Tuan Bae
menonton acara bincang-bincang lalu mematikan TV dan bergegas pergi ke
pertemuan buku.
Akhirnya
semua berkumpul di "Toko Buku Good Night" Hyun Ji bercerita Ada suami
istri yang sudah tua tinggal di gunung. Suatu hari, si suami menyelamatkan
bangau yang terluka. Lalu beberapa hari kemudian, seorang wanita muda datang dan
meminta mereka mengadopsinya.
“Aku tahu
cerita itu.. Bukankah dia menenun sesuatu tiap malam?” ucap Hwi.
“Bukankah
itu sejenis kain? Rami.” Kata Seung Ho. Hwi membenarkan. Hyun Ji kembali
bercerita kalau Dia menenun kain rami setiap malam dan melarang pasangan tua
itu mengintip ke dalam kamarnya.
“Gadis
bangau itu keren sekali.” kata Hyun Ji. Jang woo pun mengikuti cara bicara Hyun
Ji sangat keren dan ingin tahu apa yang terjadi.
“Awalnya,
pasangan itu menjual kain di pasar, dan mereka bertiga bahagia bersama. Tapi
akhirnya, rasa ingin tahu memengaruhi mereka. Mereka sangat penasaran. Jadi,
mereka mengintip ke kamar itu. Di dalam kamar, pasangan itu melihat bangau yang
mereka selamatkan di masa lalu mencabut bulu dengan paruhnya dan menenun kain. Setelah
itu...” ucap Hyun Ji
“Saat
pasangan itu mengetahuinya, bangau itu menjadi sangat kecewa kepada manusia. Jadi,
bangau itu terbang ke langit. Selesai!” kata Hwi
“Bagaimana
kalian tahu cerita itu? Bahkan aku hampir tidak ingat.” Komentar Bibi Choi
“Kami
mempelajarinya di sekolah hari ini.” Ucap Hyun Ji. Hwi menganguk setuju.
“Kakekku
menceritakannya kepadaku.” Kata Seung Ho. Hwi mengangkat tangan kalau Cerita
ini membuatnya penasaran tentang sesuatu.
“Tentang
apa?” tanya Jang Woo. Hwi bertanya
Kenapa melarang orang melakukan sesuatu hanya membuat orang makin menginginkanya?
“Tapi kau
juga seperti itu... Lihat yang terjadi hari ini.. Kim Young Soo...” kata Hyun
Ji. Hwi tak mau mendengarnya meminta temanya agar dia
“Siapa
Kim Young Soo?” tanya Tuan Bae dan semuanya penasaran. Seung Ho mengaku juga
penasaran.
“Kenapa
kita melakukan itu?” tanya Seung Ho. Jang Woo pki seperti itu mereka itu tidak
boleh melihat jika sudah dilarang.
“Jangan
lakukan hal yang dilarang. Sesederhana itu.” Ucap Jang Woo. Eun Seob mulai
berkomentar
“Saat
dilarang melakukan sesuatu, kau hanya ingin melakukannya.” Kata Eun Seob. Bibi
Choi pikir itu Tepat sekali.
“Entah
apakah aku bisa menemukan bangau yang terluka.” Kata Bibi Choi dengan nada
bercanda dan ingin mulai bercerita.
“Ini
kisah tentang Yeon dan Tuan Muda Dedalu. Pada hari musim dingin seperti ini, ibu
tiri Yeon mengusirnya dari rumah, menyuruhnya mencari herba liar. Dia melewati
ladang, tapi tidak bisa menemukan herba karena musim dingin.” Ucap Bibi Choi
“Kurasa
aku tahu kisah ini.” Kata Tuan Bae. Bibi Choi pun meminta agar melanjutkan
ceritanya.
“Lalu dia
bertemu dengan Tuan Muda Dedalu. Dia pergi ke gua dan menemukan herba untuknya.”
Kata Tuan Bae.
“Apa? Ini
terdengar seperti komedi romantis. Lalu? Tuan Muda Dedalu dan Yeon akhirnya
hidup bersama?” tanya Hwi penasaran.
“Tuan
Muda Dedalu mati.” Ucap Tuan Bae. Hwi kaget dan ingin tahu alasanya.
“Ibu tiri
Yeon menjadi iri dan membunuh Tuan Muda Dedalu di guanya.” Kata Bibi Choi
“Itu
kisah horor... Legenda macam apa itu?” keluh Hwi. Kakek Seung Ho ikut bercerita
sambil memanggang jeruk.
“Pada akhirnya,
Yeon menemukan bunga. Dia membuat obat dengan bunga itu.”Ucap Kakek Seung Ho.
“Tuan
Muda Dedalu hidup kembali, dan mereka hidup bahagia. Tamat.” Kat Tuan Bae
“Astaga,
ku membuatku takut. Legenda ini memiliki banyak kejutan. Aku khawatir itu tidak
akan berakhir bahagia.” Komentar Hwi
“Legenda
mana yang kau suka?” tanya Hyun Ji pada Eun Seob. Eun Seob seperti tersadar
dari mendengarkan cerita.
“Kita
membicarakan legenda hari ini. Jadi, legenda seperti apa yang kamu suka?”tanya
Hyun Ji. Hye Won pun siap untuk mendengarnya.
“Aku
suka... "Bulu Mata Perak Serigala". Kata Eon Seob. Hwi pikiItu
terdengar menarik jadi meminta agar meneritakan kepada. Eun Seob menatap Hye
Won dan akhirnya acara selesai.
Hye Won
melihat Eon Seob yang membereskan meja lalu pamit pergi. Eun Seob pun
menganguk seperti tak peduli setelah itu
pergi dengan jaketnya. Ia berjalan ke hutan sendirian lalu dari kejauhan
seperti melihat rumah dengan lampu yang terang.
“Pada suatu hari, ada seorang
pemuda. Orang-orang selalu menyakitinya. Karena dia polos, orang-orang selalu
menipu atau mengkhianatinya. Suatu hari, dia bertemu dengan serigala di
gunung.”
“Sambil memberikan salah satu bulu
matanya, si serigala berkata, "Cobalah lihat orang-orang melalui bulu mata
perakku." "Itu akan membuatmu melihat diri mereka sebenarnya."
Hye Won
membuka kotak yang selama ini disimpannya, dan melihat ada bulu ditanganya. Ia
pun mengingat kenangan saat masih SMA.
Flash Back
Hye Won
berdiri diatas jembatan dengan pensil yang diberikan bulu diatasnya, lalu
melihat beberapa temanya sedang saling bercengkrama. Tapi ia hanya sendirian.
Bo Yeong menatap Hye Won yang ada diatas jembatan seperti hatinya sangat sedih.
“Monyet nakal, rubah licik, babi
kejam, dan rakun jahat. Pemuda itu tidak melihat orang yang jujur di dunia.
Pada akhirnya, dia memutuskan mencari tempat orang-orang jujur tinggal.”
“Apakah
dia menemukan tempat seperti itu?” tanya Hye Won. Eun Seob menjaawab Tidak.
“Apa Dia
tidak bisa menemukannya?” tanya Hye Won. Eun Seob membenarkan kalau dia tidak bisa menemukannya di mana pun.
Hye Won
yang melamun kembali mendengar suara teriakan bibinya. Bibi Sim berjongkok
didepan pipa memberitahu kalau Pipa airnya membeku dan menyuruh agar mencoba
nyalakan kerannya. Hye Won pun memutarnya, Bibi Sim bertanya Apakah airnya
mengalir. Hye Won menjawab tidak.
“Astaga,
ini tidak akan berhasil... Bibi butuh sesuatu yang lebih kuat.” Kata Bibi Sim
mencoba menghangatka hairdryer.
“Saat
pipa membeku, bungkus pipanya dengan handuk basah yang panas.” Ucap Hye Won.
“Tanpa
air, kita tidak bisa membasahi handuk dengan air panas... Astaga... Sial. Ayo
panggil tukang leding. Bibi tidak bisa melakukan ini.” Kata Bibi Sim
“Ini
pukul 02.00 pagi... Tidak akan ada yang datang.” Ucap Hye Won. Tiba-tiba
mendengar suara di dalam gudang.
Bibi Sim
melihat saluran pipa yang lain dan kembali memanaskan dengan hairdryer. Hye Won
pun brtanya apakah tidak mau menyala. Bibi Sim pikir dengan pipa yang membeku,
mustahil ini akan berfungsi. Hye Won pun bertanya bagaimana mereka harus
melakukanya.
“Suhunya
minus 17 derajat Celsius... Tolong menyalalah.” Ucap Bibi Sim tapi akhirnya
mengeluh kalau mustahil dan tidak akan
berhasil.
Kaki bibi
akan kram... Ayo... Pertama, kita panggil taksi.” Ucap Bibi Sim. Hye Won
mengingatkan merkea tidak akan boleh naik bersama Gunbam.
“Kalau
begitu, sewa mobil atau semacamnya.” Ucap Bibi Sim. Hye Won ingin tahu untuk
apa
“Kita akan
mencari motel di pusat kota” kata Bibi Sim. Hye Won bertanya apakah Mereka akan
mengizinkan anjing masuk
“Bibi
mengizinkannya untuk pelanggan kita.” Ucap Bibi Sim. Hye Won menegaskan Motel
berbeda dari penginapan.
“Bagaimana
kalau kita tinggal di penginapan di sana?” ucap Hye Won. Bibi Sim merasa tidak
mungkin.
“Kenapa
tidak?” tanya Hye Won. Bibi Sim mengeluh Mereka membuat bisnisnya tutup dan
kenapa Hye Won meminta bibinya menginap di sana.
“Kurasa
tidak... Panggil saja seseorang.” Ucap Bibi Sim. Hye Won mengaku Ponselnya tidak ada. Bibi Sim bertanya dimana
ponselnya. Hye Won mengaku membuangnya.
Bibi Sim
pun memberikan ponselnya agar Hye Won bisa menelp Eun Seob dengan sinyalnya.
Hye Won mengeluh kalau itu tak mungkin dan menyuruh bibi saja. Bibi Sim pikir
Hye Won K bekerja dengannya. Hey Won mengaku belum sedekat itu.
“Ayolah.
Lakukan saja.” Kata Bibi Sim. Hye Won heran bibinya meminta agar melakukannya
tapi menurutnya bibinya saja yang melakukanya.
“Bibi
bahkan dekat dengannya.” Ucap Hye Won. Bibi Sim mengeluh kalau kedinginan. Hye
Won pun merasa kedinginan.
Saat itu
Eun Seob baru saja selesai mandi dan menerima
pesan dari "Myeong Yeo" wajahnya langsung panik membaca pesan
dari Hye Won “Apa kau di rumah? Jika benar, bisa buka pintunya?” Eun Seob
langsung memastikan dengan melihat ke luar jendela rumah.
“Aku
yakin dia di rumah.. Coba bunyikan bel pintunya. Kamu bekerja dengannya.” Kata
Bibi Sim. Hye Won mengeluh kalau tak ingin tinggal dirumah Eun Seob.
“Kalian bisa
menginap di sini malam ini.” Ucap Eun Seob akhirnya membuka pintu rumahnya
dengan wajah gugup.
“Terima
kasih. Maaf sudah merepotkan.” Ucap Bibi Sim. Eun Seob mengaku Tidak masalah.
“Aku bisa
tidur di rumah orang tuaku. Salah satu dari kalian bisa tidur di kamar itu, dan
yang lainnya bisa tidur disofa” kata Eun Seob.
“Aku akan
tidur di kamar bersama Gunbam. Terima kasih, Eun Seop.” Ucap Bibi Sim lalu
masuk kamar dengan anjingnya.
Eun Seob
dan Hye Won saling menatap. Akhirnya Eun Seob mengambil alas selimut lalu
memberitahu Hye Won kalau akan mengambilkan selimut baru Hye Won melonggo
melihat tumpukan selimut yang tinggi. Eun Seob memastikan kalau itu cukup. Hye
Won pun menganguk.
“Terima
kasih sudah mengizinkan kami tinggal di sini.” Ucap Hye Won. Eun Seob pikir Tidak
masalah.
“Aku
sudah menyalakan pemanasnya, tapi hubungi aku jika kedinginan. Sampai nanti.”
kata Eun Seob akan kelua dari rumah.
“Tunggu...
Ada yang ingin kutanyakan... Pagi ini...” ucap Hye Won gugup. Eun Seob menjawab
kalau Dia tidak banyak bicara. Hye Won terdiam.
“Dia
pergi tanpa banyak bicara. Kalau begitu... Kau sebaiknya tidur sekarang. Selamat
malam.”ucap Eun Seob lalu bergegas pergi.
Flash Back
Hye Won
terdiam melihat diatas meja sekolahnya tertulis
"Putri seorang pembunuh duduk di sini" Teman-temanya pun
langsung berbisik Hye Won itu Putri pembunuh itu dan membuatnya sangat takut
dan sangat mengerikan bahkan semoga dia tinggalkan sekolah ini.
Hye Won
pun tak membalas dan hanya diam saja lalu membuka loker dan mengeluakan
sepatunya. Tapi yang terjadi malah sepatunya ditarus selai dan membuat kaos
kakinya seperti ada darah. Hye Won pergi ke toilet dan langsung melawan dua
orang temanya yang selalu mengerjainya.
Hye Won
yang menarik rambut temanya, Bo Yeon pun hanya bisa melonggo didepan pintu
karena Hye Won berani melawan yang mengerjainya. Dua temanya pun mengeluh
kesakitan dan berusaha untuk melawan.
“Aku
sungguh minta maaf... Maaf, Pak... Aku sungguh minta maaf. Aku sudah tua dan
lemah. Aku gagal mengajari cucuku dengan benar. Maafkan aku. Tolong maafkan dia
kali ini saja.” Kata Nenek Sim berlutut.
“Dengar,
Bu... Ini bukan sesuatu yang bisa dimaafkan. Dia mengolesi wajah putriku dengan
sepatunya. Bagaimana kau membesarkannya sehingga dia melakukan ini?” kata Si
ibu sinis membela sang anak.
“Hye
Won... Katakan kamu menyesal. Ayo, minta maaflah.” Ucap Nenek Sim. Hye Won
hanya diam saja.
“Kudengar
ibunya adalah pembunuh! Pantas saja.” Sindir ibu lainya. Hye Won sangat marah
memilih untuk keluar dari ruangan kepala sekolah.
Nenek Sim
pun mengejar Hye Won. Hye Won mengeluh pada neneknya kalau mereka selalu
seperti itu dengan menyebut ibu sebagai pembunuh dan menyebarkan rumor tentang
hal yang bahkan tidak mereka ketahui.
“Mereka
mengatakan aku harus dihukum dan mencorat-coret mejaku. Mereka menaruh stroberi
sisa di sepatuku. Mereka menyembunyikan pakaian olahragaku dan membuangnya.”
Ucap Hye Won marah. Nenek Sim menenangkan cucunya.
“Bahkan
hakim dan jaksa tidak bilang aku melakukan kesalahan. Mendiang ayahku juga
tidak bilang itu salahku. Tapi bagaimana bisa? Apa hak mereka menyalahkanku dan
menyiksaku? Bukankah itu aneh, Nek?” ucap Hye Won menangis. Saat itu dua ibu mendengarkan ucapan Hye Won
hanya diam saja.
Hye Won
mulai tertidur seperti mulai bermimpi dalam tidurnya lalu terbangun dan mencoba
tidur kembali. Tapi tiba-tiba mendengar sesuatu dari luar rumah.
Bersambung
ke part 2
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar