PS : All images credit and content copyright : TVN
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Suk Hyung
pergi ke cafe memesan kopi lalu duduk sambil menonton variety show. Saat itu
beberapa dokter wanita datang menyapa Suk Hyung. Suk Hyung terlihat gugup
langsung menutup tabnya. Si dokter tak peracya melihat Suk Hyung ada dicafe
juga.
“Kau
bilang tak akan makan?” ucap si dokter wanita. Suk Hyung mengaku Tiba-tiba ada waktu.
“Omong-omong,
kenapa kau tak bilang?” ucap si dokter wanita. Suk Hyung binggung bertanya
bilang apa maksudnya.
“Katanya
kau anggota klub komedi saat kuliah? Ini Benar-benar tak diduga. Kukira kau
penyendiri, ternyata cukup keren.”komentar Dokter wanita.
“Tidak.
Siapa yang bilang?” kata Suk Hyung menyangka. Si Dokter menjawab kalau Dokter
Jang yang bilang.
“Dia
dokter residen Bedah Umum, Jang Gyeo-ul. Itu
Benar 'kan, Dokter Gyeo-ul.. Kau bilang lima serangkai angkatan 1980 anggota
klub komedi.” Ucap Dokter wanita yakin
“Aku juga
dengar dari orang lain.”kata Dokter Jang santai. Dokter wanita ingin tahu
siapa. Dokter Jang menjawab Dokter Lee Ik-jun dari Bedah Hepatopankreas.
Suk Hyung
langsung panik meminum cepat kopinya, Dokter lain menawarkan roti juga untuk
Suk Hyung. Dokter wanita yang ada didepanya meminta agar mentraktir mereka
karena Katanya bedah umum ditraktir daging setiap hari.
“Kalian Makanlah.
Aku akan traktir daging lain kali. Astaga! Aku harus segera pergi. Aku dapat
pesan kalau hasil MRI sudah keluar. Aku pergi dahulu.” Ucap Suk Hyung berjalan
pergi.
“Dokter
Tae-in, hari ini apa ada MRI dari obstetri-ginekologi?” tanya Dokter wanita
“Tidak.
Tadi aku sudah cek sebelum ke sini.” Ucap Dokter Tae In. Dokter wanita bingung
dengan sikap Suk Hyung malah pergi.
“Bagaimana
dia hidup bersosial?” keluh Si dokter heran. Dokter lain pun mulai berkomentar.
“ Namun,
kerja Dokter Yang Suk-hyung bagus. Dia tak otoriter dan pandai mengerjakan
pekerjaannya. Aku suka itu.” Kata Dokter lain.
“Apa dia
mengikuti gaya Barat? Kalian bilang dia sempat belajar di Amerika, 'kan? Individualis
yang indah?” ucap Dokter Tae In
“Indah
dari mananya? Dia beruang mengesalkan dan bodoh. Aku harap setidaknya kita bisa
mengobrol. Aku tak tahu apa yang dia pikirkan.” Ucap si Dokter wanita terlihat
kesal.
“Hei.. Dokter Gyeo-ul, siapa itu? Pacarmu? Apa Kau
senang hanya melihat fotonya?”ejek Dokter melihat Dokter Jang yang tersenyum
menatap ponselnya. Dokter Jang membenarkan dan juga senang lalu bergegas pamit
pergi.
Ik Jun
masuk ruang IGD dengan pakaian santainya dan mencuci tanganya lebih dulu. Dokter
Bae memberitahu Pasien dibawa ambulans
karena sakit perut parah dan Menurut hasil sinar-X, mungkin ileus. Jadi
menghubungi Ik Ju karena dia pernah
transplantasi hati.
“Tadi
pasien buang angin dan diare sekali.” ucap Dokter Bae. Ik Jun meminta agar
pasien Lekukkan kakinya.
“Maaf, Dokter.
Padahal ini akhir pekan.” Kata sang pasien. Ik Jun pikir kalau selalu siap
sedia untuk Kyu Bin.
“Kau
sempat diare dan buang angin, 'kan?” ucap Ik Jun. Gyu Bin membenarkan . Namun, sekarang tak sakit sama sekali.
“Aku
merasa hampir mati saat naik ambulans, tetapi sakitku hilang setelah bertemu
Dokter. Maafkan aku.” Ucap Gyu Bin dengan senyuman bahagia.
“Tidak
apa-apa. Kau sudah membaik. Namun, lukaku besar sekali. Bagaimana ini?” ucap Ik
Jun
“Tidak
apa-apa. Aku sudah bersyukur bisa sekolah lagi.” Kata Gyu Bin. Ik Jun hanya
bisa tersenyum melihat pasienya yang sangat positif.
“Apa Aku
boleh mengambil foto lukamu?” tanya Ik Jun. Gyu Bin pun mempersilahkannya.
Ik Jun
masuk ruangan lalu berkomentar sudah menduga Jun Wan ada di ruangan sambil
mengejek kalau disini lapangan golf. Jun Wan sedang berbaring mengaku tak ada
waktu karena ada operasi revisi dan Timnya itu sedang menutupnya, jadi harus
turun lagi.
“Coba
Lihat sebentar... Dia pasien transplantasi hati remaja. Meski tak tampak
setelah pakai steroid, tetapi hipertrofi di bagian luka vertikal cukup
terlihat. Apa bisa diperiksa di klinik luka?” tanya Ik Jun. Jun Wan
membenarkan.
“Transfer
saja ke bagianku. Biar kuperiksa.” Kata Jun Wan melihat foto di ponsel temanya.
Ik Jun pun mengerti.
“Astaga...
Ik-sun juga menderita atresia bilier saat masih kecil, sehingga ada luka besar bekas
operasi Kasai di perutnya.” Keluh Ik Jun
“Apa Ik-sun
masih hidup?” tanya Jun Wan. Ik Jun mengeluh mendengarnya karena dianggap
adiknya itu sudah mati.
“Bukankah
itu anjingmu?” ucap Jun Wan. Ik Jun mengatakan
Anjingnya Micky. Jun Wan yakin Micky itu adalah adiknya
“Adikku
Ik-sun.” Ucap Ik Jun. Jun Wan pikir kalau
Ik-sun anjingnya. Ik Jun kesal akhirnya salah sebut kalau Ik Jun itu
adalah anjingnya.
“Ah...
Bukan. Anjingku Micky... Micky adalah Ik-sun... Astaga, gara-gara kau! Pokoknya
Nama adikku Ik-sun.” Ucap Ik Sun.
Ia lalu
melihat sesuatu dilayar komputer, GEREJA KATOLIK JOGANG, Jun Wan pikir itu Sepertinya
surat rekomendasi pastor. Ik Jun pikir seperti itu. Jun Wan pikir kalau Kali
ini dia serius, Ik Jun pun berpikiran yang sama dan merasa kalau ibu Jung Won pasti
sedih.
Saat itu
telp Ik Jun berdering, Jun Wan pikir kalau itu Jung Won yang menelp. Ik Jun
dengan senyuman memberitahu bukan tapi istrinya. Jun Wan tak percaya kalau Ik
Jun itu punya istri. Ik Jun mengeluh kalau pasti punya istri
“Yuk
Hye-jeong Si Ambisius? Dia sibuk sekali. Aku hampir lupa wajahnya.” Ejek Jun
Wan. Ik Jun meminta agar berhenti membahasnya.
Ik Jun
pun mengangkat telp istrinya menyapa sudah lama dan ingin tahu Pukul berapa di sana. Saat itu Jung Won datang.
Jun Wan mengejek kalau Jung Won maraton di rumah sakit. Jung Won mengejek kalau
Ruangan ini lubang berapa.
Jung Won
melihat Ik Jun berbicara di telp bertanya siapa yan menelp. Jun Wan memberitahu
kalau itu istri Ik Jun. Ik Jun berbicara di telp dengan wajah bahagia sampai
bertemu besok lalu memberitahu kalau
Istrinya pulang besok.
“Dia segera
kemari karena rindu padaku.” Ucap Ik Jun bahagia. Jun wan memberitahu Itu
karena lusa adalah Hari Anak.
“Kalian
tak bertemu setahun, 'kan?”kata Jung Won. Ik Jun memberitahu Satu setengah tahun.
“Setidaknya
dia harus pulang saat peringatan wafat ibunya. Ah, Lupakan! Itu urusan keluarga
orang lain.” Kata Jun Wan
“Astaga,
Yuk Hye-jeong... Dia memang temanku dan aku yang memperkenalkan kalian, tetapi
baru kali ini kulihat orang seambisius dia.” Ucap Jung Won
“Aku juga
baru lihat kau mengatai orang lain... Hentikanlah. Dia istriku dan ibu U-ju.
Kalian itu Perjaka tua dan lajang diam saja.” Ucap Ik Jun kesal
“Sudah
lama aku tak dengar kata "lajang"... “ ucap Jun Wan saat itu Ik Jun
membahas surat dari gereja dan berpikir
kalau sungguh mau berhenti dan jadi pastor
“Apa Kau
membalasnya?” tanya Jung Won. Ik Jun kesal kalau itu tak penting dan berhenti
sebentar karena Dokter Jang tiba-tiba menelp
“Tentu.
Aku sudah mengumpulkan yang banyak.” Ucap Ik Jun. Jun Wan pun ingin tahu kapan
dan apakah Jung Won sudah bilang ke Kepala Rumah Sakit?
“Aku
berencana bilang pekan depan. Aku tak akan berhenti segera. Rencananya aku akan
bekerja sampai akhir tahun.” Kata Jung Won
Ik Jun pamit
karena akan bertemu Jang Gyeo-ul dahulu lalu tiba-tiba mengajak mereka foto
bersama. Jun Wan heran. Ik Jun pikir mereka
akan berpisah dengan Jung Won
jadi harus banyak mengabadikannya. Jung Won mengeluh mendengarnya.
“Dia tak
selingkuh dengan Jang Gyeo-ul, 'kan?” ucap Jun Wan curiga karena tiba-tiba Ik
Jun langsung bergegas pergi.
Ik Jun
dan Dokter Jang bertemu di taman,
keduanya saling menatap dan berdekatan seperti sedang kencang. Tapi ternyata Ik
Jun memperlihatkan foto-foto Jung Wan saat mereka foto bersama dan terlihat
kecil. Dokter Jang mengeluh kalau Tidak ada foto Jung Won sendiri
“Sabarlah.
Aku sedang mencari waktu yang tepat. Apa Kau tahu? Ahn Jung-won sangat peka.”
Ucap Ik Jun
“Apa Kau
sudah bertanya pendapatnya tentang aku?” tanya Dokter Jang. Ik Ju mengaku
belum. Dokter Jang ingin tahu alasanya.
“Itu
terlalu jelas. Apa Tidak apa-apa?” tanya Ik Jun. Dokter Jang mengaku tak
masalah kalau Jung Won tahu.
“Tanyakan
pendapatnya tentang aku.” Ucap Dokter Jang. Ik Jun pikir Dokter Jang bilang
saja sendiri kalau suka dia.
“Itu
terlalu... Aku malu.” Akui Dokter Jang. Ik Jun mengeluh kalau Dokter Jang itu
yang tak suka denganya.
“Baiklah.
Dalam waktu dekat akan aku tanya pendapatnya tentangmu. Aku membantumu karena
bangga akan keberanianmu.” Kata Ik Jun.
“Ini
yukjeon dari Gwangju.” Ucap Dokter Jang. Ik Jun senang bisa memakan Yukjeon.
“Lalu Apa
yang kau suka dari Jung-won?” tanya Ik Jun sambil makan. Dokter Jang membawa
itu Semua. Ik Jun langsung tersedak. Dokter Jang langsung menawarkan minuma. Ik
Jun langsung menolaknya.
“Gyeo-ul...
Sepertinya kau memiliki fantasi tentang Jung-won. Sifat Jung-won di rumah sakit
dan saat bersama kami sangat berbeda.” Ucap Ik Jun
“Beda bagaimana?
Aku ingin dengar semua.” Tanya Dokter Jang penasaran.
“Dia
sangat sensitif! Dia tak tidur sebulan bila terjadi sesuatu pada pasien.”kata
Ik Jun. Dokter Jang pikir ini sangat manusiawi.
“Dia juga
sangat keras kepala dan Juga teguh. Selain itu, dia tak kaya, tapi miskin!
Bahkan Dia menumpang di Kim Jun-wan.” Ucap Ik Jun.
“Tanggung
jawab di balik kekayaan?” komentar Dokter Jang. Ik Jun pikir Dokter Jang sedang
main antonim kata
“Lalu apa
lagi? Tolong ceritakan semua!” ucap Dokter Jang penasaran. Ik Jun
memberitahu tentang Percintaan Jung Won.
“Maksudku,
dia tak tertarik pada wanita. Aku tak pernah lihat dia pacaran sama sekali
selama ini. Ini rahasia. Jung-won ingin menjadi sesuatu yang lain.” Jelas Ik
Jun.
“Apa Dia
kelompok minoritas seksual?”tanya Dokter Jang kaget. Ik Jun memberitahu bukan
seperti itu.
“Maksudku
dia mau jadi hamba Tuhan... Bukan mempelai, tapi pastor.” Jelas Ik Jun. Dokter
Jang pikir itu Tidak mungkin. Ik Jun pun harap juga begitu.
“Aku tahu
Dokter Ahn Jung-won pemeluk Katolik taat. Aku dengar semua kakaknya pastor dan
biarawati. Namun, dia masih belum, 'kan? Dia hanya mau jadi pastor, 'kan? Itu Berarti
masih ada kesempatan.” Kata Dokter Jang merasa yakin.
Saat itu
Jung Wan datang berteriak meminta Ik Jun agar memberikan rokok. Dokter Jang pun
langsung bergegas pergi karena malu. Jung Wan langsung duduk melarang Ik Jun
kalau tak boleh dengan Dokter Jang. Ik Jun hanya bisa menatapnya.
“Hei...
Sadarlah sebelum kau kuhabisi! Kau sudah menikah.” Ucap Jun Won marah. Ik Jun
bingung.
“Menurutmu
Jang Gyeo-ul bagaimana?” tanya Ik Jun. Jung Won bingung. Ik Jun mengulang lagi
ingin tahu pendapat Jung Won tentang Jang Gyeo-ul. Jung Won terlihat bingung.
[PUSAT MEDIS YULJE]
Anak yang
akan menikah hanya menangis didepan ruang operasi. Terlihat dilayar [STATUS
OPERASI, MENUNGGU] adiknya pun memanggil kakaknya kalau sang ayah sudah turun.
Tuan Jung sudah ada diranjang dengan sang istri.
“Aku akan
periksa beberapa hal sebelum masuk Ruang Operasi. Siapa namamu?” tanya perawat.
Tuan Jung menjawab Jung Su-beom.
“Biar aku
periksa gelang identitasmu. Apa Kau akan dioperasi Dokter Kim Jun-wan dari
Bedah Torakoplastik?” Kata Perawat. Tuan Jung membenarkan.
“Selamat
menjalani operasi, Ayah. Operasinya pasti berhasil. Jangan khawatir.”ucap anak
Tuan Jung menangis. Tuan Jung menatap anaknya dengan wajah sedih.
“Putriku...
Ayah merasa sangat bersalah padamu. Ayah sakit sehingga tak bisa menghadiri
pernikahanmu. Maafkan ayah.”kata Tuan Jung
“Kenapa
Ayah minta maaf? Aku yang harusnya minta maaf. Bagaimana bisa aku menikah saat
Ayah sakit? Maafkan aku, Ayah.” Ucap Anak Tuan Jung menangis.
Didepan
RUANG OPERASI
Dokter Do
datang sudah mengunakan baju operasi memberitahu kalau Pasien akan masuk
sekarang. Jun Wan memastika kalau Tidak
ada masalah lalu bertanya tentang perasan sang pasien. Ia pun akan menjelaskan
operasinya.
“Untuk
mengangkat bakteri dan merekonstruksi dengan sel yang tersisa, butuh waktu
sekitar lima jam. Jika kondisi memburuk, bisa lebih daripada itu.” Ucap Jun Wan
“Dokter,
kau sering melakukan operasi ini, 'kan?” tanya istri Tuan Jung. Jun Wan
membenarkan
“Kalau
begitu, kami tak perlu khawatir, 'kan? Ini bukan operasi yang membahayakan
hidupnya, 'kan?” kata Anak Tuan Jung.
“Kami tak
bisa jamin hal itu. Tapi Sering terjadi perubahan saat operasi. Jadi bisa
Gawat. Namun, kami akan berusaha sebaik mungkin.” Ucap Jun Wan. Dokter Do
mengeluh merasa mendengarnya. Jun Wan akhirnya memilih untuk pergi.
“Semestinya
kau bilang, "Semua akan baik-baik saja." Putri Jung Su-beom menikah
hari ini. Keluarganya sudah saling merasa bersalah. Setidaknya kau bisa bicara
lebih manis. Meski hanya di mulut, "Operasinya pasti berhasil. Jangan
khawatir." Apa tak bisa kau bicara begitu?” keluh Dokter Do.
“Lagi
pula ini bukan operasi sulit bagimu, 'kan?” ucap Dokter Do melihat Jun Wan
langsung mencuci tangan.
“Bagaimana
jika Jung Su-beom mengalami abses perianal? Bagaimana jika terjadi embolisme
kemudian cedera otak?” kata Jun Wan
“Kemungkinannya
kecil, 'kan? Dasar Tidak punya perasaan.” Keluh Dokter Do
“Perasaan
bisa membantu dalam operasi? Bila membantu kulakukan. Faktanya tidak. Itu Tak
membantu sama sekali.” tegas Jun Wan. Dokter Do pun meminta maaf.
“Jangan
pernah berkata begitu kepada pasien. "Operasinya mudah. Kau pasti selamat.
Operasi pasti berhasil. Jangan khawatir." Jangan pernah katakan itu. Paham?”
tegas Jun Wan. Dokter Do menganguk mengerti.
Jun Wan
pergi ke membeli kopi Es Americano
dengan tiga seloki. Saat itu Yun Bok dan Hong Do datang menyapa Jun Wan. Jun Wan menyapa keduanya yang datang cepat
lalu minta satu kue cokelat juga pada pelayan.
Yun Bok mengaku sudah datang sejak pukul 08.00.
“Kalian
luar biasa dan Bayar pakai ini.” Ucap Jun Wan memberikan kartunya. Keduanya
langsung mengucapkan Terima kasih.
Keduanya
akhirnya duduk bersama, Jun Wan
memastikan kalau Dokter Do Jae-hak baik, Yun Bok mengaku kalau dia sangat
baik. Jun Wan pikir itu beruntung. Yun
Bok ingin tahu kenapa Dokter memilih bedah torakoplastik karena dapat tugas
wawancara.
“Dokter
lain sudah bersedia.” Kata Yun Bok. Jun Wan ingin tahu siapa.
“Kami baru
mulai. Jadi, baru satu orang. Dokter Chae Song-hwa dari Bedah Saraf.” Ucap Yun
Bok. Jun Wan ingin tahu yang dikatakan Song Hwa.
“Dia
pilih bedah saraf karena ingin belajar. Masih banyak yang harus dipelajari di
bidang itu.” Ucap Yun Bok. Jun Wan tahu dan paham sekali.
“Bagaimana
denganmu, Dokter?” tanya Yun Bok. Jung Wan mengaku diajak oleh senior yang duduk di sampingnya saat
di kafe internet.
Yun Bok
pikir kalau Jun Wan sedang bercanda. Jun Wa menyakinkan kalau itu serius kalau
orang itu menanyakan mau cari uang atau mengajar lalu ia ia bilang lebih baik
mengajar dan dia menyuruhnya untuk pilih bedah torakoplastik.
“Karena
itu aku di sini.” Ucap Jun Wan dengan wajah serius. Keduanya pun
mempercayainya.
“Apa aku
boleh makan kue cokelatnya?” tanya Hong Do, Jun Wan menolak lalu memberikan
kartu agar Hong Do membelinya saja. Hong Do pun tersenyum bahagia.
Saat itu
Dokter Ahn dan Song Hwa sedang melakukan operasi. Song hwa pikir Dokter Ahn
paham kenapa pembersihan penting, Dokter Ahn mengaku tahu. Song Hwa ingin tahu
kenapa itu penting. Dokter Ahn terlihat bingung. Dokter Yong terlihat gugup melihatnya.
“Dilihat
dari mikroskop, itu dekat dengan saraf optik. Jadi, kauterisasi bipolar dapat
menyebabkan cedera luka bakar, yang berujung kehilangan penglihatan setelah
operasi.” Ucap Dokter Ahn.
Jun Won
masuk ruangan ICU memeriksa pasienya lalu memberitahu pada perawat Nam Ji-min, kalau
Chan-hyeong besok bisa dioperasi. Perawat Nam mengerti kalau Suara napasnya
sudah membaik, hasil sinar-X juga baik.
“Ya. Dia
lebih kesakitan kalau kita undur lagi. Walinya ada di sini, 'kan?” ucap Jun Wan
Perawat mengerti kalau akan memanggilnya.
“Jae-hak,
kau punya jas?” tanya Jun Wan pada Dokter Do yang sedang duduk.
“Aku
selalu simpan satu setel di kantor.” Ucap Dokter Do. Jun Wan mengatakan ingin pinjam.
Perawat
Nam masuk kembali memberitahu kalau Mereka pulang. Keduanya kaget mendengarnya.
Dokter Do tak percaya kaau Kondisi anaknya begitu, tetapi orang tuanya pulang.
Seorang ibu lain memberitahu Ibu Chan-hyeong pulang sebentar.
“Namun,
kedua neneknya ada di sini. Mereka mungkin ada di lobi.” Ucap Ibu lain. Perawat
pikir akan memanggilnya. Jun Wan menganguk.
Jun Wan
bertemu dengan nenek Chan Hyung kalau Operasi
diundur karena ada pneumonia, tetapi kini demam dan tingkat infeksinya sudah
menurun jadi sekarang waktu yang tepat. Nenek Chan Hyung bertanya Apa operasinya berbahaya.
“Apa ini Nenek
Chan-hyung?” tanya Jun Wan. Sang nenek memberitahu kalau ia nenek dari pihak
ibu dan yang disampinganya dari pihak ayah.
“Sementara
ini kusampaikan bahwa besok sore dia bisa operasi. Informasi rinci kusampaikan saat
orang tua Chan-yeong datang.” Ucap Jun Wan
“Kau bisa
menyampaikan kepada kami saja. Menantuku baru 20 tahun. Dia tidak tahu apa-apa.
Putraku juga sama.” Ucap Nenek Chan Hyung dari pihak ayah.
“Benar.
Kau cukup bicara dengan kami saja.” Ucap nenek dari ibu Chan Hyung
“Kedua
pihak pasti kuberi tahu. Namun, wali Chan-hyeong adalah ibunya.” Kata Jun Wan
“Permisi...
Kau beri tahu kedua neneknya saja, Dokter. Aku akan beri tahu ibunya sekilas saat
minta persetujuan operasi.” Kata Dokter Do
“Secara
rinci, jangan sekilas. Lalu apa Jasmu ada di kantor?” tanya Jun Wan. Dokter Do
membernarkan.
Jun Wan
bertanya Warna apa. Dokter Do bingung. Jun Wan menegaskan Jasnya warna apa.
Dokter Jo memastikan kalau Jun Waon akan cemas kalau itu warna perak.
Jun Wan
melihat jas yang dipakainya cukup besar. Dengan warna perak dan juga tanpa saku
tapi di jahit dengan kain yang mencuat keluar, ia pun hanya bisa menghela nafas
melihat dasi yang berwarna perak juga. Jung Won masuk ingin bertanya pada Jun
Wan lalu terdiam.
“Jangan
berkata apa pun.” Tegas Jun Wan. Jung Won menganguk mengerti mencoba menahan
tawa.
“Apa Kau
tak makan? Aku lapar. Ikan layur bagaimana? Aku hanya tiba-tiba ingin makan
ikan layur.” Ucap Jung Won
“Aku ada
janji. Aku akan keluar sebentar.” Kata Jun Wan. Jun Won tetap bertanya mau
makan apa. Jun Wan menjawab ingin makan Steik.
“Padahal
aku benci steik.” Ucap Jun Wan lalu keluar ruangan. Jung Wan pikir kalau makan
di luar juga. Saat itu telpnya berdering dan
berkata kalau segera ke sana.
Di ruang
operasi
Song Hwa
pun menyuruh Ahn Chi-hong agar menyelesaikanya. Dokter Ahn pun bergeser. Song
Hwa berdiri dibelakang dengan Dokter Yong melihatnya. Ia lalu berkomentar
Dokter Ahn harus pasang Hemovac dahulu. Dokter Ahn mengerti.
“Apa Kau
akan memutuskannya? Kendalikan tenagamu. Dengan lembut.” ucapSong Hwa
memperingati. Dokter Ahn mengerti lalu meminta maaf
“Aku akan
berhenti bicara... Kau Fokuslah. Maaf.” Ucap Song Hwa. Dokter Ahn mengaku tak
masalah.
Di depan
ruang receptionis. Perawat mengucapkan selamat pada Tuan Yuk Hui-gwan atas kepulangannya. Tuan Yuk
mengucapkan Terima kasih. Perawat memberitahu Luka operasinya sudah disterilkan
dan diberi kain kedap air Jadi bisa mandi.
“Kau bisa
makan seperti biasa, tetapi hindari makan berlebih.” Ucap perawat. Tuan Yuk
mengerti.
“Ibu,
tolong ubah ini.” Pinta sang anak. Ibunya meminta agar Won-jun menunggu
sebentar.
“Sepekan
kemudian kau harus mulai rawat jalan, kemudian tes biopsi. Bila perlu surat
keterangan dokter untuk asuransi, kau bisa bilang saja.” Ucap perawat. Tuan Yuk
mengerti.
“Ibu,
cepat ubah ini menjadi robot.” Keluh Won Jun tak sabar. Ibunya pun mencoba tak
mengubrisnya.
“Dokter
Lee Ik-jun, Apa tak kemari hari ini? Aku belum sempat mengucapkan terima kasih... Dia hebat...”
ucap Tuan Yun.
Saat itu
Ik Jun datang memanggil Won-jun, mengambil mainan lalu menyapa Tuan Yun dan
istrinya. Ia pun menyapa Tuan Yun
memujinya kaalu tak seperti pasien tanpa infus di tangannya karena tampan. Tuan
Yun malu merasa tak seperti itu.
“Apa Kau
ingat nama suamiku? Padahal pasienmu banyak sekali.” ucap Istri Tuan Yun.
“Marga
istriku juga Yuk. Aku baru bertemu marga Yuk selain istriku... Ahh Tidak. Ada
ayah mertua, adik ipar, kakak ipar, keponakan.” Kata Ik Jun. Tuan Yun pikir Ternyata
banyak.
“Kau
pulang hari ini, 'kan?” ucap Ik Jun. Tuan Yun mengaku senang bisa pulang
sebelum Hari Anak besok. Ik Jun pun menyadarinya.
“Kami tak
bisa pergi jauh. Kami berencana pergi ke restoran Tiongkok dekat rumah. Anakku
suka sekali jajangmyeon.”kata Tuan Yun.
“Anakku
juga. Semua anak pasti suka. Itu operasi kolesistektomi laparoskopik sederhana.
Jadi, tak ada pantangan ketat, tetapi jangan berlebihan dahulu. Meski tak
nyaman, lebih baik jika kau banyak jalan dan berolahraga.” Kata Ik Jun.
Ia lalu
memberikan mainan pada Won Jun. Won Jun tak pecaya melihatnya lalu bertanya
siapa pria itu. Ik Jun tersenyum bertanya balik menurut Won Jun siapa. Ibunya
meminta agar Won Jun agar bisa lebih sopan.
“Aku
adalah Orang yang menyembuhkan perut ayahmu yang sakit.. Selamat jalan. Sampai
jumpa saat rawat jalan.” Ucap Ik Jun. Keduanay pun mengucapkan terimakasih dan
menyuruh Won Jun untuk membungkuk.
Saat itu
Dokter Yong dan Dokter Ahn barusaja keluar dari ruang operas berajaln di orong.
Ik Jun melihat keduanya berpikir kalau baru saja dimarahi Chae Song-hwa lagi.
Dokter Yong menjawab Ya sementara Dokter Ahn menjawab tidak.
“Kau yang
dimarahi, kan?” ucap Ik Jun menunjuk ke arah Dokter Yong. Dokter Yong mengaku
bukan tapi Dokter Ahn Chi-hong.
“Dia
bilang tidak.” Ucap Ik Jun.Dokter Yong pikir Dokter Ahnmantan tentara. Jadi,
mentalnya kuat.
“Dia marah
karena aku tak bisa jawab pertanyaan dengan benar. Aku pun merasa diriku
bodoh.” Jelas Dokter Ahn.
“Kau
lulusan Akademi Militer Korea, 'kan? Aku kenal seseorang di...” ucap Ik Jun
lalu terhenti karena harus menerima telp.
Ia
terlihat bahagia bertanya keberadan orang itu dan akan kesana lalu bergegas
pergi.
Dokter
Yong menerima telp lalu berbicar dengan Dokter Ahn yang pasti tahu pasien
kecelakaan yang masuk IGD kemarin, Dokter Ahn menganguk. Dokter Yong memberitau pasien itu tak bisa dioperasi
karena vitalnya tak stabil dan pendarahan parah.
“Namun,
Dokter Chae Song-hwa akan mengoperasinya malam ini.” Ucap Dokter Yong.Dokter
Ahn mengerti.
“Dia
mengajak kita rapat nanti.”ucap Dokter Yong. Dokter Ahn pikir itu bagus. Dokter
Yong tak percaya kalau itu dianggap bagus
“Meski
tadi kau dimarahi begitu?” kata Dokter Yong tak percaya. Dokter Ahn pikir kalau
Song Hwa tak marah, hanya bertanya.
“Aku memang
ingin menangani kasus itu. Kupikir pasti senang bisa jadi asisten Dokter Chae.
Itu Bagus sekali.” kata Dokter Ahn.
“Dokter
Ahn Chi-hong.. Kurasa kau harus pindai CT kepala.” Kata Dokter Yong. Dokter Ahn
pikir akan melakukan Bila ada diskon karyawan.
Di ruang
rapat, Dokter Ahn hanya bisa tertunduk diam. Saat itu Song Hwa menatap dingin
suasana terasa tak nyaman, akhinya Song Hwa memutuskan akan melakukan cara itu
dan menyuruh mereka tidurlah dahulu dan Sampai jumpa nanti malam.
“Sejak
awal dia memang akan operasi dengan cara itu, 'kan?” bisik perawat
“Kau tahu
itu tak penting baginya. Yang penting kita tahu atau tidak.”balas Dokter Yong.
Mereka
pun keluar ruangan, Dokter Yong melihat ada Bunga mawar di taman rumah sakit
yang mulai ditanam dan berpikir sudah musim bunga mawar. Perawat memuji Dokter
Yong itu Matanya jeli juga, Dokter Yong mengaku Keluarganya punya toko bunga.
“Semua
tahu itu mawar.” Kata Dokter Yong. Song Hwa mengaku tidak karena Saat ini,banyak
orang tak tahu nama bunga dan tanaman.
“Apa Selama
ini bunga itu palsu?” ucap Perawat baru melihat ternyata bunga palsu. Dokter
Yong pikir dengan kupu-kupu di taman menurutnya keterlaluan.
“Kalau
Dipikir-pikir sudah lama aku tak melihat bunga.” Ucap perawat. Dokter Yong tahu
kalau Song Hwa akhir pekan ini berkemah
juga. Song Hwa membenarkan.
“Apa Kami
boleh ikut? Kau juga bisa, 'kan? Pekan ini kau tak piket.” Kata Dokter Choi.
Dokter Ahn bertanya apakah mereka boleh ikut juga.
“Boleh.
Namun, kalian memang mau?” tanya Song Hwa. Dokter Yong menganguk.
“Meski
kau agak keras, tetapi tak buat kami canggung.” Ucap Dokter Yong. Perawat
memuji Dokter Yong. Song Hwa pu melihat juniornya itu manis sekali.
“Kau juga
mengesalkan, tetapi tak buat aku canggung. Ayo pergi bersama. Di sana ada bunga
mawar dan kupu-kupu asli.” Kata Song Hwa lalu berjalan lebih dulu.
Ik Jun
datang melihat istrinya dengan senyuman sumringah, Nyonya Yun hanya duduk diam.
Ik Jun pun bertanya ingin memesan apa karena Kopi di sini enak sekali lalu
menawarkan cake juga. Nyonya Yun pikir
Apa tak ada tempat sepi. Ik Jun bingung.
“Ada yang
ingin kubicarakan denganmu.” Ucap Nyonya Yun dengan wajah serius.
***
Bersambung
ke part 3
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar