PS
: All images credit and content copyright : JBTC
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Tuan Park
sedang membaca buku "Ikan Stickleback" lalu membawa surat "Dari Park Hin Dol, Kepada Shim Myeong
Ju" seperti mengenang kembali kenangan dengan surat-surat Nyonya Sim.
"Di suatu tempat di Pegunungan
Andes, ada gunung bernama Valdemir. Di titik balik matahari musim panas, para
pria dan wanita dari suku sekitar mendaki ke puncak Gunung Valdemir."
Beberapa
anak murid menyapa semua tamu yang datang ke sekolah, spanduk "Reuni Gabungan
Hari Jadi ke-50 SMA Hyecheon, Berkemah pada Malam Gelap, Donasi untuk Reuni
Gabungan" Di tiap meja diberikan papan
"Angkatan 21 sampai 23, angkatan 24 sampai 27"
Jang Woo
pun akan sibuk meminta agar mereka memberikan perintah pada petugas yang
menyiapkan semua dekorasi dan juga tempat duduk. Ia juga pun meminta agar
memeriksa lampu juga dan memastikan dengan mematikan dan menyalakan.
"Jika mereka tiba di puncak
sebelum senja dan menyatakan cinta saat senja, mereka yakin cinta mereka akan
terwujud."
Malam
hari pun menjelang, semua lampu akhirnya menyala ditengah lapangan. Semua tamu
pun takjub melihat lampu yang terbentang dengan sangat cantik.
"Jika itu benar, cinta bisa
menjadi jauh lebih sederhana daripada dugaan kita. Kau setuju, bukan?"
Hye Won
sibuk mencari sesuatu di dalam lemarinya, lalu menemukan sebuah dress hitam
setelah itu memakai perhiasan yang sudah disimpanya. Setelah itu turun menemui
bibinya yang sedang makan di ruang makan bertanya apakah tidak akan menghadiri
reuni.
“Tidak...
Bagaimana denganmu?” ucap Bibi Sim. Hye Won mengaku akan pergi.
“Pasti
menyenangkan bisa mengobrol dengan teman-temanku dan menemui Eun Seob” kata Hye
Won. Bibi Sim mengerti
“Hei... Cantik
sekali.” kata BibiSim berkomentar. Hye Won dengan bangga kalau memang selalu
terlihat cantik.
“Maksud
Bibi, anting-antingmu... Serta kalungmu.” Ucap Bibi Sim. Hye Won tak peduli dan
langsung pamit pada bibinya.
Hye Won
keluar rumah kaget melihat Yeong Woo sudah menunggunya. Yeong Woo mengajak Hye
Won agar pergi bersama.
Di dalam
sekolah sudah banyak tamu yang datang, dan ada murid-murid yang menyapa mereka.
Beberapa orang sudah duduk dan minum, salah seorang wanita mengeluh pada sang
pacar kalau sudah melarangnya untuk minum. Sang pacar mengeluh kalau ini acara
spesial. Sang wanita tetap melarangnya.
Nyonya
Choi membawa makanan lalu menyapa temanya yang datang. Tuan Bae pun berbicara
dengan teman satu angkatanya "Angkatan 21 sampai 23" Hye Won dan
Yeong Woo akhirnya sampai di sekolah terasa canggung dan terdenger suara Jang
Woo berbicara.
“Halo....
Semua lulusan SMA Hyecheon, mantan teman sekelasku, dan murid-murid saat ini
yang sangat kubanggakan. Senang bertemu kalian. Aku Lee Jang Woo, dari angkatan
42. Silakan berkumpul.”ucap JangWoo
“Kalian
akan lihat area di sana dibagi menjadi bagian yang berbeda. Apa Kalian ingin
tahu di mana posisi kalian? Kalian bisa berdiri di mana pun kalian mau. Jadi Berbaurlah
dengan teman-teman dan berdiri di mana pun kalian mau.” Ucap Jang Woo.
“Sepertinya
semua orang sudah hadir. Jadi, kita akan memulai reuninya. Pertama, aku ingin
berterima kasih karena kalian sudah hadir di reuni gabungan ini untuk merayakan
hari jadi sekolah ke-50. Ini acara reuni gabungan pertama. Dengan tema “Berkemah
di Malam Gelap.” Kata Hye Won.
“Kami mau
kalian merasa sedang berkemah bersama teman-teman, jadi, nikmatilah semua
makanan dan mengobrol dengan semua orang. Di dalam sekolah, ada kafe yang
dioperasikan oleh para murid serta ada pameran foto kelulusan, jadi, pergilah
menyusuri jalan kenangan.” Kata Hye Won.
“Pada
tengah malam, upacara pemadaman lampu akan dilakukan untuk menyambut kalian. Seluruh
kota akan menjadi gelap, jadi, nikmatilah pemandangan. Aku pernah mendengar kita
bisa mewujudkan keinginan dengan meniup lilin di kegelapan.” Ucap Jang Woo
“Jika
kita membuat permohonan di kegelapan, mungkin akan terwujud saat lampu menyala
kembali.” kata Jang Woo. Semua mengeluh mendengarnya.
“Kuanggap
itu pujian. Jadi Nikmatilah malam ini.” Kata Jang Woo akhirnya turun dari
panggung.
Jang Woo
menemui Eun Seob yang berdiri sendirian bertanya apakah sudah melihatnya kalau Oh
Yeong Woo juga di sini. Eun Seob mengaku sudah tahu. Jang Woo memberitahu kalau
Yeong Woo datang dengan Hye Won. Eun
Seob kaget mendengarnya.
“Apa Kamu
tidak tahu? Mereka sudah bertahun-tahun tak bertemu. Apakah itu mengganggumu?”ucap
Jang Woo
“Tidak. Ini
bir, bukan?”kata Eun Seob mengambil botol bir dari tangan Jang Woo.
“Harus
kuakui, ini cukup menarik... Satu dekade telah berlalu. Beberapa orang yang
dahulu dianggap unggulan kini tidak begitu baik. Beberapa orang yang dahulu
kesulitan di sekolah kini cukup sukses. Keadaan telah berubah.” Ucap Jang Woo.
Eun Seob membenarkn sambil terus minum.
“Tapi
bukan itu masalahnya. Aku penasaran kenapa. Kurasa tidak peduli sudah berapa
lama waktu berlalu... Hei... Ambil bir sendiri, Bodoh.” Ucap Jang Woo dan
mengeluh karena Eun Seob yang menghabiskannya.
Yeong Woo
dan Hye Won akhirnya masuk ke dalam lapangan seperti belum menemukan teman yang
lainya. Saat itu salah satu teman pria menghampiri Yeong Woo agar bisa
mengobrol sama teman lainya. Hye Won pun
akhirnya berdiri sendirin.
“Mok Hae
Won! Hei... Kau tampak cantik hari ini.” Sapa teman wanita. Hye Won tersenyum
melihat temanya dan mengucapkan terimakasih.
“Kau
datang bersama Yeong Woo. Apa yang terjadi?” tanya temanya. Hye Won
mengaku Yeong Woo datang untuk
menjemputnya.
“Harus kuakui,
dia sangat konsisten. Tapi aku yakin dia tidak mengatakan apa pun. Kurasa dia
berbakat dalam hal-hal seperti itu. "Hei, ikutlah denganku... Ayo Ikuti
aku." Ejek temanya.
“Hei, Mok
Hae Won! Lama tidak bertemu.” Sapa teman wanita lainya. Temanya tak percaya
melihat Ji Eun Sil datang juga.
“Apa Kau
bertemu dengan Jang Woo?” tanya temanya.
Eun Sil mengeluh Jangan memancingnya karena Jang Woo itu sudah membuatnya
kesal.
“Coba
lihat... Dialah yang dahulu mengejar Eun Sil. Ada apa dengannya? Kenapa dia
bersikeras mengatakan bahwa Eun Sil menyukainya?” ucap Temanya. Eun Sil mengaku
tidak mengerti.
“Kurasa
mereka masih tidak menyukaimu.”kata temanya melihat ke arah Bo Yeong dkkk. Eun
Sil mengeluh kalau mereka seperti anak-anak.
“Mereka semua
kekanak-kanakan saat itu. Apa itu saat kau kelas 11?” ucap temanya. Hye Won
menganguk.
“Mereka
sangat membencimu selama dua bulan. Bicara soal menyimpan dendam. Tapi Bo Yeong
terus mengatakan ingin meluruskan kesalahpahaman. Dia juga konsisten.” Kata Temannya.
Hye Won
tak ingin membahasnya mengajak mereka untuk minum kopi bersama. Saat itu Eun
Seob melihat dari kejauhan Hye Won bertemu dengan dua temanya tanpa Yeong Woo
disampingnya. Sementara Jang Woo sibuk melihat teman-temanya yang masih lajang.
Di dalam
ruangan kelas, banyak anak-anak yang membuka cafe dikelas. Hye Won dkk melihat
lorong yang cukup menarik lalu bertanya siapa yang mengatur semua ini. Hye Won
menjawab itu Lee Jang Woo. Temanya lalu melihat foto kelulusan di dinding
kelas.
“Hei, ini
pemilik toko lampu. Dia belum berubah sedikit pun.” Ucap temanya melihat Tuan
Bae.
“Astaga,
dia sudah terlihat tua saat itu.” Komentar Eun Sil. Temanya lalu menemukan bibi
Hye Won.
“Shim
Myeong Yeo, kan? Astaga, dia cantik sekali.”puji Eun Sil. Teman yang lain pun
memuji memang bibi Hye Won cantik saat masih muda.
“Aku juga
menemukan Nyonya Selimut. Tapi Kenapa Bu Su Jeong disebut Nyonya Selimut?” ucap
Eun Sil heran.
“Dia
membuat selimut. Kadang dia menjualnya ke tetangga. Hei, kalian dalam masalah
besar. Aku menemukan kelas kita.” Kata Eun Sil Mereka pun bergegas ingin
melihatnya.
“Lihat.
Mok Hae Won... Min Ji Yeon... Dan aku. Astaga!” kata Eun Sil malu.
“Tapi Di
mana Lee Jang Woo?” tanya Ji Yeon. Eun Sil memberitahu kalau Jang Woo tidak ada
di kelas mereka.
“Di mana
kelas Eun Seop?” tanya Hye Won. Ji Yeon heran dengan pertanyaan Hye Won kalau
Eun Seob ada dikelas mereka.
“Ayolah.
Tunjukkan ketertarikan.” Ejek Ji Yeon. Eun Sil mengejek kasihan kepada Eun Seop
dan tidak dianggap olehnya.”
“Kukira
kita sekelas dengannya hanya di kelas 11.” Ucap Hye Won. Ji Yeon memberitahu
kalau Eun Seob juga sekelas dengan kita di kelas 12.
“Jika
dipikir-pikir, kurasa dia tidak melakukan foto kelulusan. Dia tidak ada pada
hari itu. Itulah yang kuingat.” Kata Eun Sil
“Benar,
dia sangat sering bolos saat kelas 12.”kata Ji Yeon. Eun Sil membenarkan.
“Hei...
Nona-nona! Datanglah ke kafe kami dan habiskan uang.” Sapa Hwi pada Hye Won dkk
“Hei,
sedang apa kamu di sini?”tanya Hye Won heran. Hwi dengan bangga kalau sedang berusaha
menghasilkan uang dan menariknya masuk. Serta habiskan banyak uang. Eun Sil
melihat Hwi tak percaya kalau sudah besar.
Yeong Woo
berjalan dengan temanya-temanya yang berkomentar Semua orang masih terlihat
sama meskipun satu dekade telah berlalu, lalu seperti mencari Hye Won saat menuruni
tangga.
Sementara
Eun Seob berjalan dengan Jang Woo melihat Yeong Woo tanpa menegur sapa. Eun
Seob melihat hanya berlalu begitu saja. Jang Woo pikir Yeong Woo itu pasti
membuanya kesal. Eun Seob tak mengubrisnya. Jang Woo mengejekny kalau Eun Seob sangat
terganggu olehnya.
**
Hye Won
duduk di cafe tempat Hwi berjualan, melihat sekeliling lalu dan akan pergi. Hwi
menahanya karena makanan itu tak gratis. Hye Won mengaku akan pergi sebentar
lalu bertanya bertanya pada Hwi apakah kakakanya tidak ada di sini.
Hwi
mengatakan kalau belum melihatnya. Hye Won mengerti dan menyuruh Hwi agar
menghasilkn banyak uang saja lalu bergegas pergi.
Hye Won pergi
ke luar sekolah mencari Eun Seob, tapi akhirnya masuk ke ruangan kelas dan
menemukan ruangan dengan piano. Saat itu Yeong Woo menemukan Hye Won dalam ruangan
kelas sedang memainkan piano.
Ia
mengingat saat di ruangan itu melihat Hye Won memainkan piano juga. Hye Won
terlihat sangat pandai memainkan piano dan Yeong Woo tersenyum lalu
membaringkan kepalanya diatas meja seperti bahagia.
Hye Won
dan Yeong Woo akhirnya keluar bersama ke lapangan dan makin banyak orang yang
saling bercengkrama. Yeong Woo mengaku sejujurnya benci kota ini karena menurutany Kota ini membangkitkan
kenangan aneh. Yeong Woo ingin tahu seperti apa.
“Ayahku
yang menakutkan... Aku datang ke sini karenamu. Hanya untuk bertemu denganmu lagi.”
Akui Yeong Woo
“Aku
merasa terhormat. Terima kasih sudah mengakuinya. Tapi Sebenarnya, aku juga
membenci kota ini. Aku orang yang dikucilkan. Bagiku, kota ini selalu mengalami
musim dingin.” Kata Hye Won
Ia
melihat papan peringatan "Dilarang masuk. Pelanggar dianggap
penjahat" dan itu tempat saat bertemu dengan Yeong Woo pertama kali saat
dipanggil.
“Dahulu,
aku takut dengan tanda itu.” Akui Hye Won. Yeong Woo heran Kenapa itu
menakutkan?
“Rasanya,
begitu aku melangkah masuk ke area itu, maka aku akan menjadi orang seperti
itu.” Kata Hye Won. Yeong Woo heran apa maksudnya "Orang seperti itu"
“Kau
orang seperti itu.” Kata Hye Won mengingat kenangan saat bertemu dengan Yeong
Woo yang menyeramkan.
Flash Back
Hye Won datang
ke tempat itu melihat Yeong Woo seperti berkumpul dengan anak-anak yang suka
membully dan nakal. Hye Won pun memilih untuk pergi.
“Seseorang
yang tampaknya berada di dunia lain.” Akui Hye Won. Yeong Woo tak percaya Hye Wong menganggapnya "Dunia
lain"?
“Omong-omong,
kau menyelamatkanku saat itu.” Kata Hye Won. Yeong Woo tak percaya
mendengarnya.
Hye Won
membuka loker, lalu terlihat kehilangan sesuatu. Tiba-tiba sepatunya dilempar
begitu saja, ia melihat sepatunya yang sudah robek, lalu membuangnya. Saat itu
Yeong Woo melihatnya dan hanya diam saja.
“Ada bunga yang hanya mekar pada musim gugur.”
Ucap Hye Won. Eun Seob mengaku tidak tahu.
“Aku membacanya di buku. Beberapa
bunga hanya mekar sebentar pada musim gugur.” Kata Hye Won.
Di
kantin, Yeong Woo mengantri makanan melihat Hye Won duduk sendirian. Saat itu
Yeong Woo menghampiri dan membuang air dalam gelas Hye Won. Hye Won bingung
melihat Yeong Woo sengaja menyalakan lagu di ponselnya untuk meredam suara
orang yang mengunjing Hye Won.
“Hanya
ini kursi yang tersisa.” Ucap Yeong Woo. Hye Won pun hanya diam saja dan
beberapa anak menatap Hye Won seperti tak percaya dan berpikir mereka berpacaran
“Saat
itu, aku bagaikan gurun yang kering.”
Esok
harinya, Hye Won sedan duduk dihampir oleh temanya membahas kalau sedang berpacaran
dengan Oh Yeong Woo. Hye Won mengaku tidak seperti itu. Temanya pun ingin tahu
apakah mereka hanya berteman. Hye Won mengaku bukan teman.
“Apa Kau
mau ke pusat kota bersama kami nanti? Kau dari Seoul. Aku yakin kau punya
selera mode yang bagus.”sapa teman lainya mendekati Hye Won.
“Aku
setuju. Ayo... Ikut kami... Kamu mau melihat kedai tteokbokki yang baru di
Bukhyeon-ri? Hae Won, kamu suka tteokbokki?” kata temanya. Hye Won menganguk. dan
mereka mulai berteman setelah itu.
“Bagiku, kamu adalah bunga yang
hanya mekar sebentar pada musim gugur. Hari-hari itu seperti gurun, tapi saat
kau muncul...”
Hye Won
berjalan dengan teman-temanya, saat itu Yeong Woo melihatnya dan tersenyum
karena Hye Won tak sendiri lagi. Musim pun berlalu, Eun Sil berkumpul dengan
teman-temanya didekat meja Hye Won.
“ Aku
tidak tahu saat melihatnya dari jauh, tapi saat kulihat dari dekat, tertulis,
"Muka Selatan". Apa Kau juga melihatnya?” ucap Eun Sil. Mereka pun
menganguk.
“Dia
seorang patriot.” Kata temanya. Merkea pun saling bercengkrama dengan tawa
bahagia.
“Aku jadi
Taman bunganya” ucap Hye Won masih mengingatnya. Yeong Woo tak percaya
mendengarnya bisa seperti itu.
“Saat
itu, kita baru berusia 18 tahun. Itulah sebabnya.” Kata Hye Won. Saat itu
terdengar suara dari pengeras suara.
“Upacara
pemadaman Kota Hyecheon segera dimulai. Silakan berkumpul di sekolah untuk
menyaksikan upacara pemadaman. Seperti yang kukatakan sebelumnya, jika kita
membuat permohonan saat lampu padam... Siapa tahu? Saat lampu menyala kembali, keinginan
kita mungkin benar-benar terwujud.” Kata Jang Woo.
“Mok Hae
Won.. Sejujurnya...” ucap Yeong Woo. Hye Won langsung menyelanya.
“Terlepas
dari perasaanmu kepadaku sekarang, aku tidak mau tahu, dan itu tidak penting.” Kata
Hye Won.
“Kenapa
tidak penting? Apa ada seseorang yang kamu suka?” tanya Yeong Woo. Hye Won
hanay diam saja.
“Wajahmu
mengatakan begitu.” Komentar Yeong Woo. Hye Won mengaku mengenal seseorang yang
hangat. Yeong Woo memikirkan Seseorang yang hangat.
“Saat aku
di sampingnya, aku merasa hangat, seperti ketel di atas kompor.” Akui Hye Won
“Apa Dia
membuatmu merasa seperti itu?” tanya Yeong Woo. Hye Won membenarkan.
“Sejujurnya,
aku bahkan tidak tahu aku kedinginan. Tapi aku menyadarinya saat kembali ke
rumah. Ternyata aku sangat kedinginan.” Akui Hye Won
“Hei, Mok
Hae Won! Ayo, saatnya upacara pemadaman.” Panggil Eun Sei. Hye Won menyuruh
mereka bisa pergi lebih dahulu.
“Bukankah
itu Oh Yeong Woo?” kata Ji Yeon melihat Hye Won dengan seorang pria dan merasa
kalau dugaan mereka benar kalau keduanya sedan menjalin hubungan.
“Aku
sungguh ingin berterima kasih saat kita bertemu lagi kelak. Terima kasih, Yeong
Woo.” Ucap Hye Won. Yeong Woo mengerti.
“Apa Kau
tidak pergi ke upacara pemadaman lampu?” tanya Hye Won. Yeong Woo pikir tidak.
Hye Won pun pamit pergi.
Hye Won
mencari-cari sosok pria yang selam ini membuatnya hanya, mengingat Eun Seob
yang menerangi jalanya yang gelap. Dan esok harinya, Eun Seob memperbiaki lampu
yan mati.
“Sejujurnya,
aku bahkan tidak tahu aku kedinginan. Tapi aku menyadarinya saat kembali ke
rumah. Ternyata aku sangat kedinginan..” Hye Won pulang ke rumah dan tak ada kehangatan
dalam rumahnya.
“Waktu
kita 10 detik lagi sebelum upacara pemadaman lampu. Aku akan mulai menghitung
mundur.” Ucap Jang Woo.
Hye Won kebingungan
mencari Eun Seob, Sementara Jang Woo
mulai menghitung dari sepuluh. Saat itu seseorang memanggilnya, Hye Won
akhirnya melihat Eun Seob berdiri tak jauh darinya.
Eun Seob
pernah melihat gambar daun ditangan Hye Won dengan senternya, lalu memberikan
sepasang sepatu boot untuknya. Dengan alasan kalau Hye Won tinggal didesa
dengan jalanan yang kasar jadi harus pakai boot.
Hye Won mengingat saat Eun Seob bisa menemukan dihutan.
Hye Won memeluk Eun Seob dan sempat
lemas. Eun Seob pun menahanya agar tak jatuh dengan memeluknya dengan erat.
Eun Seob
pun menghiburnya menonton film bersama saat sedang marah karena bertemu dengan
Bo Yeong. Hye Won akhirnya berlari
menemui Eun Seob dan saat itu seluruh lampu mati.
“Aku
menyukaimu... Aku menyukaimu, Eun Seop.”akui Hye Won. Eun Seob kaget
mendengarnya dalam kegelapan.
"Unggahan Blog Pribadi Toko
Buku Selamat Malam"
"Malam ini, aku ingin membaca buku dari
penulis tidak dikenal. Cerita berharga yang membuat kita merasa bersalah. Karena
tidak bisa membayar royalti kepada penulis tidak dikenal. Cerita yang ditulis
oleh penulis tidak dikenal. Akan terus diterbitkan di masa depan”
“Selama kita terus melupakan, Dan rasa
kehilangan sesuatu terus ada. Astaga, ini hari yang sibuk. Seperti berjalan di
awan seharian. Aku ingin mengatakan sesuatu, tapi harus lebih banyak
berpikir"
Bersambung
ke episode 7
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar