PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Rabu, 25 Maret 2020

Sinopsis When the Weather is Fine Episode 8 Part 2

PS : All images credit and content copyright : JBTC

Buat kalian yang suka membaca tulisan aku meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe. 
Tinggal Klik disini, buat yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe bulan ini 
Hye Won masih tertidur. Eun Seob melihat buku yang dibaca Hye Won  "Burung biru" lalu bergegas pergi. Saat itu Hye Won terbangun melihat toko buku  yang kosong. Tuan Bae dkk akhirnya datang menyapa Hye Won. Jang Woo pun datang menyapa Hye Won
“Hye Won, kamu sudah ke dokter? Saat kau pilek...” ucap Jang Woo. Tuan Bae khawatir mendengar Hye Won yang pilek.
“Di mana Eun Seop? Di mana kakakku yang gila?” tanya Hwi membawa obat. Eun Seob pun keluar dari kamarnya seolah tak pernah melihat Hye Won.
“Sebaiknya jangan suruh aku melakukan sesuatu untukmu lagi.” Kata Hwi memberikan obat.
“Kita akan makan roti kacang merah.” Kata Seung Ho. Hwi pikir Pasti enak dengan susu.
Jang Woo menyuruh mereka semua duduk dan bersama dengan Seung Ho merapihkan rak agar bisa ada ruangan untuk duduk. Kakek Seung Ho sibuk membalikan roti yang dipanggang. Nyonya Choi membagikan makan untuk semua anggota.
“Kakek memanggang roti.” Kata Seung Ho bangga. Hwi pu mengajak untuk makan bersama. Mereka pun senang makan yang dibuat oleh mereka sendiri. 


Nyonya Choi mengingat sesuatu dan langsung membuka koran dan melihat sebuah artikel dengan gambar. "Harian Donghan - Perjalanan Spesial Pria Inggris Tua"
“Aku baru-baru ini membaca artikel tentang kisah indah. Pria berusia 80 tahun yang tinggal di Inggris memutuskan bepergian menurut pemandu wisata, yang dia miliki seumur hidupnya. Jadi, dia terbang ke Jerman untuk pergi ke suatu tempat di Bavaria.”
“Dia diberitahukan bahwa itu kota yang ramai, tempat festival musik diadakan tiap tahun. Tapi ada yang aneh.Dia mengikuti rute yang ada di panduan perjalanan, tapi kota itu tidak ditemukan, dan tersesat di hutan lebat.”
“Setelah mengembara hutan selama dua hari, dia akhirnya berhasil menemukan jalan keluar. Lalu dia pulang menunjukkan peta itu kepada orang dan mengatakan ada yang salah. Tapi seseorang yang melihat panduan perjalanan mengatakan ini.”
"Lihat. Panduan perjalanan ini diterbitkan setelah Perang Dunia Pertama. Satu abad telah berlalu sejak Perang Dunia Pertama berakhir. “komenta salah seorang pria
“Dia pergi ke tempat yang dia ingin datangi sepanjang hidupnya, tapi itu terlihat sangat berbeda dari yang dia lihat di peta yang dia pelajari berkali-kali. 


Tuan Bae membaca artikel "Perjalanan Spesial Pria Inggris Tua" lalu mengeluh kalau Nyonya Choi mengangap ini indah karena menurutnya menyedihkan. Hyun Ji pun juga seperti itu. Nyonya Choi merasa  itu indah, karena Rencananya gagal
“Tapi dia melalui perjalanan sulit demi kebahagiaannya dan melakukan apa yang dia inginkan. Kurasa itu saja sudah pantas dihargai. Seperti yang kalian tahu, impianku adalah pergi ke negeri yang jauh seperti itu.”kata Nyonya Choi
“Menantang dirimu seperti itu adalah tindakan berani dan indah, tapi artikel ini...” kata Jang Woo
“Tunggu... Bukankah cerita ini mengingatkan pada "Burung Biru"? Dalam buku itu, dua bersaudara memulai perjalanan mencari burung biru kebahagiaan, tapi mereka kembali tanpa menemukannya.”kata Hwi
“Aku merasa kasihan kepada mereka, Hwi.” Kata Seung Ho. Hwi pikir tak perlu seperti itu.
“Mereka kembali dan menemukan burung biru kebahagiaan di rumah. Ceritanya berakhir bahagia.” Kata Hwi
“Sejujurnya, aku tidak terlalu suka cerita itu.” Ungkap Hyun Ji. Hwi heran temanya tidak menyukainya
“Tidak masuk akal. Kebahagiaan selalu ada, tapi kalian tidak tahu? Itu Sia-sia saja.” Kata Hyun Ji
“Apa salahnya dengan itu? Mungkin kamu tidak sadar. Benar, aku permata, tapi Kim Young Soo tidak melihatnya. Seperti itulah.” Ucap Hwi
“Baginya, kau bukan permata...” keluh Hyun Ji. Hwi menyuruh untuk diam saja menurutnya Hyun Ji itu salah.
 “Intinya, aku pribadi tidak menyukai cerita itu.” Tegas Hyun Ji. Tuan Bae ingin bicara tapi Hye Won lebih dulu bicara.
“Aku setuju denganmu. Kita pergi ke negeri yang jauh untuk mencari burung biru kebahagiaan, tapi burung biru itu ada di rumah selama ini? Mungkin itu hanya alasan yang kita buat untuk menghibur diri karena sulit mendapatkan kebahagiaan. Aku pribadi merasa kebahagiaan tidak terjangkau.”kata Hye Won dengan tatapan kosong.
“Hae Won, tetap saja...” ucap Hwi sedih. Saat itu Eun Seob hanya bisa terdiam melihatnya.
“Benar, itu hanya opini pribadiku.” Ucap Hye Won. Hwi mengaku bukan seperti itu tapi dirinya sebagai permata. Semuanya hanya bisa tertawa.
Hye Won pun terlihat kembali batuk. Hwi membahas melihatnya bersama Song Jae In... Jang Woo bertanya-tanya siapa itu Song Jae In. Eun Seob menatap Hye Won seperti sedih. 



Didepan rumah yang besar, Bibi Sim akan masuk tapi memilih untuk bersembunyi karena melihat sepasang pria wanita keluar dari rumah. Sang pria bertanya apa rencananya untuk acara penandatanganan itu. Si wanita mengatakan kalau itu terserah pada pria itu.
“Kita bisa melakukan sesuatu seperti, "Temui sang Penulis".  Bagaimana menurutmu?” ucap Si pria. Sang wanita pikir  Kedengarannya bagus.
“Aku tidak keberatan dengan apa pun saranmu, Sayang. Omong-omong, bisakah kita pergi minum lagi?” ucap si wanita.
“Tentu, sesuatu yang sederhana.” Kata si pria lalu pergi. Nyonya Sim mendengarkan percakapan keduanya akhirnya melangkah pergi.
*** 

Semua orang akhirnya pulang dari toko buku, Hye Won membawa jaketnya akan bergegas pergi. Eun Seob menahanya pergi meminta agar menunggu lalu memberikan obat. Hye Won bertanya apa itu. Eun Seob memberitahu kalau itu obat flu.
“Minumlah sebelum tidur, dan kamu akan merasa lebih baik.” Ucap Eun Seob masih terlihat dingin.
“Tidak apa-apa.” Kata Hye Won lalu berjalan pergi. Eun Seob pun kebingungan. 

Eun Seob akhirnya mengejar Hye Won sampai keluar toko buku,  meinta agar mengambil obatnya. Hye Won menolak dengan wajah sinis. Eun seob memaksa, tapi Hye Won pun menolak karena tidak akan minum obat lalu pamit pergi.
“Hae Won.. Bawa saja” ucap Eun Seob. Hye Won tetap tak mau menurutnya Kondisi Eun Seob membaik tanpa minum obat.
“Aku juga tidak akan minum obat. Aku akan merasa lebih baik setelah tidur nyenyak.” Kata Hye Won.
“Ambil saja... Kumohon” kata Eun Seob. Hey Won pun bertanya  Lalu apa yang akan Eun Seob bisa melakukan sebagai balasannya
“Jika aku minum obat ini, apa yang akan kau lakukan untukku sebagai balasannya?” ucap Hye Won  
“Aku harus melakukan sesuatu sebagai balasannya?” tanya Eun Seob. Hye Won membenarkan.
“Aku mau kau melakukan sesuatu.” Ucap Hye Won. Eun Seob ingin tahu contohnya.
“Misalnya, kau bisa memberiku jawaban atas pengakuanku. Aku mau jawabanmu. Bisakah kau melakukan itu untukku?” ucap Hye Won. Keduanya hanya terdiam dibawa lampu yang kembali terang setelah diperbaiki oleh Eun Seob. 


Hye Won pulang ke rumah membawa obat dan menaruhnya diatas, meja lalu pergi ke lemari melihat jaketnya. Setelah itu terdiam mengingat yang dikatakan Eun Seob.
“Maafkan aku... Aku sungguh minta maaf.” Ucap Eun Seob. Hye Won hanya bisa menangis karena ternyata Eun Seob tak bisa menerima perasanya. 

Eun Seob pulang ke rumah mengingat yang dikatakan Hye Won saat reuni  “Aku menyukaimu, Eun Seop.” Ia mengingat saat sekolah melihat Hye Won yang sedang memperbaiki sepedanya tapi mencoba mengacuhkan dan akhirnya menyesal karena Yeong Woo yang membantunya.
Saat hujan lebat, Hye Won kebingungan didepan sekolah. Eun Seob menatapnya dari jendela kelas dan melihat Bo Yeong datang memberikan payung pada Hye Won. Saat itu Eun Seob memegang payung seperti ingin memberikan pada Hye Won tapi terlambat.
Hye Won pun terlihat marah dengan ucapan Eun Seob mengambil obat dan pergi. Eun Seob hanya bisa diam saja seperti tak ingin mengakui perasaan yang sebenarnya. 

Pagi hari, Tuan Lim mengambil jaket dari lemari. Hwi berteriak memanggil ibunya bertanya Di mana bukunya. Ibunya bingung Buku apa. Hwi memberitahu kalau itu buku yang harus dibaca pekan ini. Jadi harus membawanya ke sekolah, tapi tidak bisa ditemukan.
“Bukankah kau memberikannya kepada Eun Seop? Kau meminta dia membaca dan menceritakannya kepadamu.” Ucap Nyonya Yun.
“Benar. Bagaimana ini? Aku harus bagaimana sekarang?” kata Hwi panik. Tuan Lim pikir sudah pasti akan menelepon Eun Seop.
“Baiklah. Aku akan berkemas.” Kata Hwi lalu bergegas masuk dan ayahnya pun menelp Eun Seob. 



Tuan Lim membahas  tentang buku yang diberikan Hwi kepadanya tempo hari. Eun Seob membahas kalau yang dimaksud  novel itu dan bertanya Apa judulnya. Tuan Lim pun bertanya pada Hwi judul bukunya. Hwi menjawab “Rye sesuatu...”
“Dia bilang, "Rye sesuatu".kata Tuan Lim. Eun Seob tahu judulnya.  "The Catcher in the Rye" Tuan Lim membenarkan.
“Baiklah... Aku bisa berlari cepat ke sana.” Kata Eun Seob. Tuan Lim mengerti dan terlihat gugup.
“Apa katanya? Di mana bukunya? Dia membawanya kemari? Apa katanya? Aku terburu-buru.” Tanya Hwi penasaran.
“Masalahnya..... Ayah, aku sungguh tidak mau ada hukuman lagi. Hidupku akan berakhir.” Kata Tuan Lim. Hwi ingin tahu apa sebenarnya.
“Ada di pegunungan. Ada di ranselnya yang dia tinggalkan di pegunungan. Dia tidak mengembalikannya waktu itu...” kata Tun Lim
“Terserah. Suruh dia mengambilnya sekarang. Suruh dia merangkak ke gunung seperti tupai sekarang.” Ucap Hwi panik. Tuan Lim pun seperti ragu.
“Tidak!.. Tidak akan pernah! Dia tidak boleh mendaki gunung itu... Tidak boleh... Tidak akan pernah.!!” Teriak Nyonya Yun masuk ke dalam rumah. Hwi mengeluh dengan ibunya.

Hye Won menatap ke arah jendela seperti enggan untuk datang ke toko buku. Sementara Nyonya Yun datang langsung melarang Eun Seob pergi. Eun Seob bingung.
Nyonya Yun menegaskan kalau akan bertanggung jawab atas apa yang terjadi kepada Hwi jadi Eun Seob tidak boleh naik ke sana, Eun Seob mencoba menyakinkan.
“Kamu sudah berjanji kepada Ibu, ingat? Kamu berjanji tidak akan ke sana lagi, bukan?” ucap Nyonya Yun. Eun Seob membenarkan dan mencoba menyakinkan.
“Bagaimana kalau ibu yang pergi? Bagaimana? Atau kita berdua pergi ...” kata Nyonya Yun
“Ibu tidak boleh pergi ke sana.”ucap Eun Seob. Nyonya Yun pun meminta agar Eun Seob jangan pergi ke sana sama sekali.
Hye Won saat itu baru saja datang melihat Nyonya Yun didalam toko. Nyonya Yun menyapa Hye Won dan bertanya apa punya waktu sekarang dan sibuk. Eun Seob panik menarik ibunya agar bicara saja denganya. Nyonya Yun tak peduli ingin bicara dengan Hye Won
“Situasinya tidak tepat.” Ucap Eun Seo. Nyonya Yun tak peduli tetap ingin bicara dengan Hye Won. Hye Won pun terlihat bingung. Eun Soeb menarik ibunya agar Bicara saja kepadanya. 

Hye Won akhirnya keluar dari toko,  Eun Seob ikut keluar lalu meminta agar melupakan perkataan ibunya yang khawatir karenatiba-tiba menghilang jadi meminta Hye Won agar menemaninya.
“Aku bisa pergi ke sana sendirian. Aku akan memberi tahu ibuku bahwa kau pergi denganku.” Ucap Eun Seob.
“Eun Seop... Kita bisa melakukan itu, tapi aku tidak pernah berbohong seperti itu sebelumnya. Aku akan ikut denganmu. Itu bukan masalah besar.” Kata Hye Won lalu melangkah pergi. 

Keduanya pun berjalan ke hutan dalam diam, Hye Won melihat sesuatu lalu bertanya apakah Eun Seob tahu kalau ada disini.  Eun Seub membenarkan. Hye Won pikir ini Seperti kuburan. Eun Seob memberitahu kalau Di sinilah kecurigaan menjadi kenyataan.
“Kecurigaan?” tanya Hye Won bingung. Eun Seob menjawab  Jika curiga sesuatu akan terjadi saat berdiri di sini, itu sering kali menjadi kenyataan.

Flash Back
Eun Seob berjalan pulang dengan teman-temanya, saat itu Nyonya Lim dan Hwi menunggu didepan pintu dengan wajah terlihat gugup.
“Kurasa saat di SMA... Aku mengkhawatirkan ayahku menggunakan kultivator.”
Eun Seob menyapa Hwi dan juga Nyonya Lim bertanya ada apa datang ke sekolahnya. Nyonya Yun memberitahu  Kultivator ayah Eun Seob. Eun Seob langsung berlari dengan sangat kencang.
“Pada akhirnya, dia terluka... Itu menakutkan. Itu artinya kemalangan akan benar-benar terjadi.. Tidak. Terkadang, kecurigaan baik juga menjadi kenyataan.” 

Eun Seob duduk di tempat B3 saat pemilih tempat duduk. Eun Sil bertanya dimana Hye Wo duduk. Hye Won menunjuk akan duduk di C3 lalu duduk tempat disamping Eun Seob. Eun Seob hanya terdiam melihat senyuman Hye Won yang duduk disampingnya.

Hye Won mengaku belum pernah melihat batu nisan dengan Tanggal kelahiran dan kematian orang ini tidak diketahui. Eun Seob pun memperingatakan Hye Won Jangan mencurigai apa pun karena nanti bisa terwujud sambil merapihkan kuburan dari daun. 


Akhirnya Hye Won pun sampai di rumah dan Eun Seob kedalam mengambil buku. Hye Won melihat ada tebing diatas dan memberitahu Eun Seob karena bisa kembali lebih dahulu dan melihat Puncak sudah di sebelah sana jadi ingin melihatnya.

Hye Won akhirnya berjalan sendiri, Eun Seob melihat Hye Won mengunakan sepatu biasa bukan sepatu gunung. Hye Won menyebrangi sungai, saat itu Eun Seob datang masuk ke sungai lebih dulu mengulurkan tangan.
“Ini licin... Jadi Pegang tanganku.” Ucap Eun Seob. Hye Won terdiam tapi akhirnya memegang tangan Eun Seob menyeberangi sungai. 

Keduanya akhirnya sampai diatas, Hye Won mengaku  tidak tahu hanya butuh satu jam untuk melihat pemandangan ini yang menurutnya sangat indah. Eun Seob hanya bisa diam saja. Hye Won mengaku sejujurnya, tidak bisa menatap mata Eun Seob secara langsung.
“Aku hanya perlu menerima kenyataan bahwa kau tidak menyukaiku. Tapi ini sangat sulit bagiku. Maafkan aku.” Ucap Hye Won menahan air matanya. Eun Seob pikir tak perlu seperti itu.
“Kau orang yang hangat... Kau begitu hangat kepadaku.” ungkap Hye Won mengingat kenangan dengan Eun Seob. 

Saat pertama kali datang ke rumahnya. Eun Seob memberikan banyak selimut agar tak kedinginan. Eun Seob juga mengantarnya pulang. Hye Won pun terlihat sangat bahagia saat lampu dijalan sudah menyala kembali.
“Kurasa itu sebabnya aku mencurigai perasaanmu kepadaku. Tapi aku tidak akan melakukan itu lagi. Karena kau melarangku, aku tidak akan mencurigai apa pun... Tidak akan pernah... Tapi Eun Seop... Lupakan saja. Ayo pergi.” ucap Hye Won memilih untuk pergi.
Saat itu tangan Eun Seob menahan Hye Won untuk pergi. Hye Won bingung. Eun Seob menjatuhkan tasnya lalu mencium Hye Won seperti mengutarkan semua perasaan yang hanya dipendamnya selama ini. 

Flash Back
Bibi Sim bercerita kalau Burung biru memang ada. Hae Won mengeluh meminta agar Jangan berbohong. Bibi Sim yakin kalau Itu bukan kebohongan dan bisa bisa memercayainya. Hye Won pikir bibinya itubelum pernah melihatnya.
“Itu karena kau biasanya tidak bisa melihatnya. Tapi Terkadang muncul.” Ucap Bibi Sim.
“Bagaimana rupanya?” tanya Hye Won. Bibi Sim menjawab Seperti keajaiban. Hye Won bingung apa itu Keajaiban.
***
Eun Seob melepaskan ciuman lalu keduanya saling menatap, Hye Won seperti tak percaya kalau Eun Seob ternyata menerima perasaan cintanya dan menjawab  dengan ciumanya. Keduanya pun kembali berciuan diatas tebing.
“Kecurigaanku benar-benar menjadi kenyataan.” Gumam Hye Won
“ Saat sesuatu yang kau yakini mustahil terwujud menjadi kenyataan. Siapa yang mewujudkannya? Burung biru itu. Selalu saja burung biru di sisimu yang melakukannya. Itu mewujudkan keajaiban.” Ucap Sang bibi. 


"Unggahan Blog Pribadi Toko Buku Selamat Malam"
"Ada hal-hal yang lebih jelas terlihat saat kau sendirian. Tidak buruk belajar dari kesepian. Makin sedikit yang kamu harapkan, hari-harimu makin tenang. Sangat menyakitkan saat menginginkan sesuatu Tapi tidak menyakitkan jika tidak punya hasrat”
“Aku mencium Irene di gunung. Aku hampir pingsan Aku tidak bisa bercanda lagi, yang artinya serius Kini dialah yang terpenting bagiku"
***
Bersambung ke episode 9

Cek My Wattpad...  ExGirlFriend

      
Cek My You Tube Channel "ReviewDrama Korea"

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 


1 komentar:

  1. Gomawo eonni. Uda liat drama nya tetep aja penasaran sama sinopsisnya ❤🙏

    BalasHapus