“Seharusnya
dia tetap mengobrol dengan serangga saja.” Ucap Jung Min
“Walau
mengagumi Profesor Lee, aku tidak bisa menerima ini. Dia membodohi kita.” Kata
Kyung Sik marah
“Kita?
Kapan kau menjadi Geum? Sekarang aku yang kesal. Kita bertiga adalah satu
kesatuan. Jadilah Tiga Musketeer bersama dua temanmu yang lain. Jangan
menjadikanku anggotamu. Ibuku akan sungguh menangis.” Ucap Jung Min
“Inilah
sebabnya aku tidak suka berpacaran. Aku akan membahas ini dengan Profesor Lee. Kenapa
dia tega melakukan ini kepada seseorang? Jika kau akan melakukan itu, belikan
aku mi ayam pedas saat kembali.” kata Kyung Sik
“Aku
bukan pesuruhmu. Ibuku juga akan menangis jika melihat ini.” Keluh Jung Min,
keduanya pun menatap Geum yang sedang sedih.
Yi Hyun
yang sedang kebingungan menelp Dokter Lee bertanya apakah sudah makan siang.
Dokter Lee mengaku belum, Yi Hyun pun mengajak untuk makan bersama karena ada
yang harus dikatakan. Sementara di kedai, Ok Nam hanya melamun dalam kedaia.
“Ibu,
bisnis hari ini lebih sepi daripada biasanya.” Komentar Jeom Soon lewat kedai
“Tidak
apa-apa. Suasana tenang terasa menyenangkan.” Ucap Ok Nam mencoba tersenyum
“Wajah
Ibu berkata lain. Apa tentang Hari ini Ayah kemari? Aku juga belum melihat Pak
Kim. Apa Kemarin kalian bertengkar?” tanya Jeom Soon. Ok Nam menyangkalnya.
“Kau
Teleponlah dia.” Kata Jeom Soon. Ok Nam tak mengerti maksudnya.
“Karena
Pak Kim tidak punya ponsel, tapi Ibu harus menelepon Ayah.” Kata Jeom Soon. Ok
Nam mengalihkan pembicaraan dengan bertanya kemana Jeom Soon akan pergi.
“Aku? Aku
mau mengerjakan film.” Ucap Jeom Seom penuh semangat. Ok Nam bertanya Apa
semuanya lancar
“Sebagai
ibumu, seharusnya ibu bersikap lebih tertarik.” Kata Ok Nam sedih
“Jangan
cemas. Aku tahu yang kulakukan.” Ucap Jeom Soon. Ok Nam pun percaya dengan yang
dilakukan anakanya meminta agar menjaga diri lalu beranjak pergi
Ok Nam
terlihat ponselnya berpikir kalau nanti ada yang datang ke ponselnya. Akhirnya
Ia menekan ponselnya dan melihat nama "Profesor Jung Yi Hyun" tapi
buru-buru dimatikan. Akhirnya melihat nama "Profesor Lee Ham Suk"
wajahnya terlihat gugup.
Dokter
Lee sedang sibuk menyiapkan kopi yang baru di belinya, lalu mulai berdandan. Ia
melihat nama "Kim Geum" menelpnya lalu mengangkatnya.
“Hai,
Geum... Profesor Jung akan kemari. Aku akan meneleponmu satu jam lagi... Maaf”
kata Dokter Lee lalu menutup telpnya. Ok Nam mendengarnya langsung panik keluar
dari kedai.
“Apa Dia
meninggalkan kedai lagi? Apa Dia rehat panjang padahal sudah kugaji?” keluh
Nyonya Oh melihat dari atas kedai lalu mengumpat kesal.
Ok Nam
akhirnya sampai ke depan pintu ruangan Dokter Lee, dengan wajah gugup meminta
maaf pada Penguasa Bintang Utara karena dibutakan oleh kecemburuan hingga
bersikap tidak tahu malu. Ia lalu mengetuk pintu meminta agar dibuka pintunya.
“Tidak
penting bagimu jika bukan dia orangnya, tapi itu penting bagiku. Jadi,
kumohon... Kumohon relakan suamiku.” Ucap Ok Nam berbicara didepan pintu.
Saat itu
pintu terbuka, Ok Nam penasaran melihatnya. Tapi Kyung Sik yang membuka pintu
lalu dengan gugup mengaku datang untuk menemui Profesor juga. Ok Nam hanya bisa
melonggo. Kyung Sik mengatakan sdang
menunggu karena Dokter Lee tidak ada di sini.
Ok Nam
tak bisa berkata-kata, akhirnya Kyung Sik memilih untuk pamit pergi. Ok Nam pun
hanya bisa menatapnya.
“Hei... Aku
punya berita skandal. Soal Nenek Barista yang bekerja di kafe sebelah
perpustakaan... Ya, nenek itu juga menyukai Geum. Ini cinta segitiga... Wahh...
Memalukan sekali... Aku segera tiba, jadi mulailah membuat ramyeon. Aku akan
menceritakan semuanya secara mendetail.” Ucap Kyung Sik berbicara di telp.
Yi Hyun
duduk ditaman melihat roti sandwich, lalu teringat kembali saat pertama kali Ok
Nam memberikan nasi kepal dengan bungkus daun, wajahnya terlihat bahagia. Ia lalu berpikir Seharusnya membeli nasi
kepal. Dokter Lee yang duduk disampingnya bertanya Apa terjadi sesuatu.
“Sepertinya
aku bersikap aneh lagi... Sebelumnya semua baik-baik saja. Aku tidur nyenyak
tanpa bermimpi buruk.” Cerita Yi Hyun
“Apa Kau
mengalami insomnia lagi?” tanya Dokter Lee. Yi Hyun mengaku kalau melihat
penampakan selama mengajar hari ini.
“Seperti
Ada yang menyerangku dan aku tidak bisa menggerakkan tubuhku. Tapi, makhluk itu
tidak muncul dari suatu tempat. Makhluk itu keluar dari tubuhku. Rasanya
familier dan itu menjadikannya makin mengerikan. Ini sangat buruk, kan?” ucap
Yi Hyun. Dokter Lee langsung memeluk Yi Hyun
“Kau
benar.... Kau sakit... Tapi kau bisa diobati. Aku pasti akan melindungimu.” Ucap
Dokter Lee memeluk erat
Tiba-tiba
buah jatuh dari atas mengenai wajah Dokter Lee, Yi Hyun yang melihatnya
menanyakan keadaanya. Dokter Lee mengaku kalau berpikir ditembak dan rasanya sakit sekali. Yi Hyun
ingin melihat kepala Dokter Lee.
Sepertinya pohon disekitar mereka tak merestui keduanya, langsung terjadi seperti angin besar
dan daun-daun langsung menampar wajah Dokter Lee. Yi Hyun binggung, Dokter Lee
kesal membuat umpatanya keluar, Yi Hyun hanya bisa melonggo, lama kelamaan
angin makin kencang. Akhirnya Yi Hyun memegang tangan Dokter Lee untuk
mengajaknya pergi. Dokter Lee melihat tanganya dipegang tertawa bahagia.
Jung Min
dan Kyung Sik makan ramyun bersama, saat itu Geum duduk sambil di mejanya. Jung
Min menyenggol temanya agar mulai bicara. Kyung Sik menceritakan tentang
temannya yang bernama Man Sik, ternyata sedang mengalami cinta segitiga.
“Cinta
segitiga? Apa Pria yang mengunjungi laboratorium kita tempo hari?” tanya Geum.
Kyung Sik membenarkan.
“Kupikir
dia lajang.” Kata Geum. Kyung Sik mengaku kalau Man Sik Sebenarnya tidak lajang.
“Satu
wanita agak lebih muda daripada dia dan wanita yang lain jauh lebih tua
daripada dia. Andai kau menjadi dia, siapa yang akan kau pilih?” ucap Man Sik.
Geum tak banyak menjawab.
“Aku harus
pergi ke kantor departemen.” Kata Geum. Kyung Sik heran karena Geum pergi
begitu saja karena waktu yang tepat. Geum pun memilih untuk pamit pergi.
“Itu
pasti jawabanya Nenek Barista... Geum memang mengesankan... Hei.. Kau juga
harus berhati-hati karena kau juga bisa terpikat oleh pesona luar biasanya.” Ucap
Kyung Sik kesal
“Yang
benar saja... Tidak ada yang spesial soal pesonanya. Kau lebih baik darinya.” Kata
Jung Min. Kyung Sik melonggo mendengarnya.
“Hei..
Berhentilah berandai-andai... Begitulah perasaanku soal Geum.” Jelas Jung Min.
Kyung Sik menganguk mengerti.
Geum
masuk gedung mendengar dua mahasiswa yang mengeluh mengantuk, temanya
menawarkan kopi. Tapi mahasiwa itu menolak karena nanti malam tidak akan bisa
tidur. Temanya memberitahu kalau Truk kopi itu juga menyajikan kopi yang bisa membantunya
tidur.
Mereka
pun akhirnya pergi, Geum hanya bisa terdiam karena tak bisa pergi menemui Ok
Nam. Saat itu pegawai di departement
melihat Geum memberitahu sudah mencetak dokumen yang diminta. Geum mengucapkan terimakasih lalu melihat bunga
yang ada didalam pot.
Flash Back
Ok Nam
ada diatas perahu bebek berkomentar kalau Geum
punya imajinasi yang indah. Geum mengaku kalau Ok Nam membuat jantungya
berdebar dengen menceritakan Setiap hari menemui Ok Nam di truk kopi membuat
harinya indah. Wajah Ok Nam bersemu merah dan langsung mengeluarkan
bunga.
“Ibu
Peri.” Ucap Geum dengan wajah bahagia mengkhayal tentang Ok Nam, pegawai yang
sedang makan mengeluarkan makanya lagi menyadarkan Geum.
“Kau
tidak boleh membawanya... Apa Tidak ada kertas di laboratorium?” ucap pegawai
sinis. Geum kaget ternyata yang dibawa kertas baru lalu meminta maaf.
“Dia
licik, tidak seperti penampilannya.” Komentar Pegawai melihat Geum membawa
dokumen yang sudah dibuatnya.
Dokter
Lee dan Yi Hyun masuk ke sebuah restoran. Yi Hyun pikir mereka tak harus jauh-jauh
kemari untuk makan siang. Dokter Lee pikir mereka harus menghabiskan makan
siang bersama bahkan merasa kelaparan karena ini sudah lewat jam makan siang.
“Kita
bisa kembali dan mengambil roti isi kita di sana.” Ucap Yi Hyun merasa sayang
dibuang begitu saja.
“Tidak
mau. Kau melihat sendiri biji kastanya itu beterbangan.” Kata Dokter Lee. Yi
Hyun pikir Sekarang sudah tidak berangin.
“Disini Nyaman
sekali. Ada apa dengan tempat itu? Wah... Aneh sekali” ucap Dokter Lee memegang
kepalanya.
“Tempat
ini bahkan lebih aneh. Kenapa di sini gelap?” kata Yi Hyun. Dokter Lee mengelak
dan meminta Yi Hyun agar memilih makannya saja.
Mereka
pun makan steak bersama, Dokter Lee melihat tangan Yi Hyun teringat kembali
saat mengenggam tangan berlari bersama. Yi Hyun melihat tatapan Dokter Lee
berpikir kalau ingin mencicipi makanannya.
Dokter Lee tersadar dari lamunanya.
“Makanan
kita sama... Jangan serakah...” ejek Yi Hyun. Dokter Lee mengaku bukan seperti
itu.
“Ini,
makanlah. Makanlah semuanya.” Kata Yi Hyun memberikan potongan dagingnya.
Dokter Lee tak bisa menahan diri lagi akhirnya bergeser mendekati Yi Hyun.
“Yi Hyun,
kau tahu...” ucap Dokter Lee dengan wajah serius, Tiba-tiba Yi Hyun melihat
Dokter Lee berkomentar kalau menginjak kacang ginkgo.
Dokter
Lee melihat sepatunya, Yi Hyun langsung menutup hidungnya karena seperti
dugaanya tak salah walupun berpikir kalau Dokter Lee yang sakit perut tapi
selera makannya besar. Dokter Lee kesal membersihkan
sepatunya. Yi Hyun menyuruh Dokter Lee untuk menjauh karena bau sekali. Dokter Lee
mengeluh karena rencananya tidak ada yang berhasil.
Jeom Soon
dan Kyung Sul masuk ruangan, mereka seperti sangat lelah karena Hari ini merekam
banyak video. Jeom Soon bertanya apakah mereka cukup merekam seperti ini untuk
dokumenter. Kyung Sul mengaku Beberapa
orang menyiapkan naskah, tapi ia tak melakukanya.
“lalu ini
film Dokumenter soal apa?” tanya Jeom Soon. Kyung Sul menawarkan diri agar Jeom
Soon untuk melihatnya.
Keduanya
melihat video yang sudah direkam oleh Kyung Sul. Jeom Soon tersenyum tapi kaget
saat melihat kamera Kyung Sul merekam tiga orang peri wajahnya langsung panik
dan berdiri. Kyung Sul bertanya Ada apa. Jeom Soon ingin tahu siapa tiga orang
itu.
“Mereka
berdandan sebagai pengemis. Mungkin mereka syuting film.” Kata Kyung Sul
menahan tawa
“Di mana
kau bertemu dengan mereka?” tanya Jeom Soon panik. Kyung Sul mengingat bertemu di bangku depan gedung mahasiswa.
Jeom Soon langsung pamit pergi.
“Jeong
Soo, ada apa? Apa Aku membuatmu kesal?” tanya Kyung Sul binggung. Jeom Soon
mengaku lupa ada urusan keluarga.
“Aku akan
mengantarmu pulang” uca Kyung Sul, Jeom Soon menolak bergegas membawa
barang-barangnya. Kyung Sul mengejar keluar kaget melihat Jeom Soon yang
berubah menjadi kucing keluar dari kampus.
Tiga peri
berbaring kelelehan tanpa sadar kalau jarak dengan Ok Nam sangat dekat ada
dibalik semak. Peri Oh mengeluh kalau Bukan Stasiun Mokpo, Bukan di rel kereta
api atau kapal penangkapan udang tapi mereka
sekarat di Universitas Yiwon.
“Ada kafe
di mana-mana, tapi hati nuraniku melarangku mencuri dan harga diriku melarangku
mengemis.” Ucap Peri Goo
“Kalian
tahu, kurasa aku sakit keras. Setelah malam ini, akankah kita bertemu dalam
keadaan hidup?” ucap Peri Park
“Aku
mencintaimu.” Kata Peri Oh sambil menangis. Peri Park meminta agar tak
melakukan itu padanya.
“Kalian
berdua bersikap bodoh.” Keluh Tuan Goo, saat itu Jeom Soo datang menemukan
ketiganya lalu memanggilnya. Ketiganya melihat Jeom Soon berteriak sambil
menangis haru melihatnya.
Ketiga makan
lahap makanan yang ada di meja, Ok Na mengaku merasa sangat bersalah karena mereka
melalui semua ini karena dirinya. Tuan Park mengaku bukan seperti itu. Nyonya
Oh berkomentar kalau Ini tampak sangat
individual dan sangat menyukainya.
“Seorang
pemuda bertanya apakah aku aktor.” Kata Tuan Park. Jeom Soon hanya bisa
terbatuh karena yang dimaksud adalah Kyung Sul.
“Peri Oh,
Apa kau sudah menemukan suamimu?” tanya Peri Goo, Ok Nam pikir seperti itu.
“Kenapa
Ibu yakin? Bagaimana Ibu bisa yakin padahal dia tidak mengingat Ibu? Ibu belum
menemukan gaun bersayapmu” keluh Jeom Soon.
“Sebenarnya,
kami kemari karena cemas soal pohon kopi yang kau tanam mulai layu. Makhluk
abadi tidak boleh pergi terlalu lama.” Ucap Peri Oh
“Itulah
takdir kita... Bukankah semua ini kehendak kayangan?” keluh Nyonya Oh
“Apa dewi
pelindung boleh bersikap tidak sopan? Aku dari era Goryeo dan sudah cukup tua” keluh
Peri Park
“Apa kau Mau
gigi kalian rontok di lantai semen?” kata Nyonya Oh mengancam. Peri Park
mengelengkan kepala.
“Jika
kalian sudah selesai makan, mari keluar dan membuat rumah.” Kata Nyonya Oh
Mereka pun
berada didepan sebuah ruangan, Nyonya Oh membuat kembali garis putih dengan
batu bata setelah itu meminta mereka membuka pintu. Peri Goo dkk terlihat penuh
semangat membukanya, Jeom Soon mengaku akan
iri jika rumah ini lebih bagus daripada rumahnya.
Tapi
ternyata didalamnya masih terlihat seperti gudang, Nyonya Oh sibuk dengan games
di handphonenya. Ok Nam menepuk pundaknya ingin memberitahu kalau tak berhasil.
Nyonya Oh pun baru sadar terlihat kaget.
Akhirnya
mereka berlima tidur di rumah Ok Nam dengan tidur berjajar. Mereka tak bisa tidur
karena suara dengkuran Jeom Soon yang keras. Peri Park bertanya Saat suami Peri
Seon pulang membawa kayu bakar apakah menaruhnya berjajar tidur seperti
sekarang.
“Apa Rasanya
tidak nyaman?” tanya Ok Nam . Peri Park mengaku tidak tapi hanya akan
berpura-pura menjadi kayu dan berbaring di atas Tuan Gu.
“Apa Ada
yang membuat Peri Pelindung kesal?” tanya Peri Oh
“Dia
hanya pemarah. Sepertinya dia cukup berkuasa.” Ucap Peri Goo.
Nyonya
Cho terlihat kesal diatas kedai karena kejadian tadi sangata Memalukan sekali.
“Bagaimana
aku bisa mempermalukan diri sendiri di depan mereka? Cho Bong Dae... Apa Kau
kehilangan sentuhanmu? Aku nomor dua, urutan kedua.” Ucap Nyonya Cho mengoceh
sendiri.
Yi Hyun
kembali ke ruangan mengeluh karena pekerjaannya begitu banyak hari ini. Ia lalu
menatap gelas kopinya seperti baru sadar kalau
Hari ini tidak bertemu dengan Ok Nam,lalu bertanya-tanya Apa Ok Nam
menunggunya. Akhirnya Ia mengambil jaket untuk keluar saat itu Prof Park menelp.
“Profesor..
Apa Kau masih bekerja?” tanya Prof Park. Yi Hyun membenarkan.
“Bagus...
Acara TV yang kukatakan kepadamu... Nanti aku akan bertemu dengan produser dan
penulisnya. Mereka sangat tertarik kepadamu, jadi...” ucap Prof Park
“Aku
tidak berminat tampil di TV. Aku tidak akan datang.” Tegas Yi Hyun
“Kenapa?
Apa yang lebih penting daripada ini?” tanya Prof Park, Yi Hyun menegaskan ada
yang jauh lebih penting lalu menutup ponselnya.
Saat itu
terdengar ketukan pintu, Tuan Goo bertanya Siapa yang datang selarut ini. Nyonya Oh pikir Ini belum larut, tapi masih sore dan mengeluh
mereka yang berbaring padahal tidak tidur. Tuan Park pikir kalau Nyonya Cho
yang kembali untuk membuatkan mereka rumah.
Ok Nam pun membuka pintu.
“Pak
Geum, ada perlu apa?” tanya Ok Nam kaget melihat Geum yang datang. Geum
bertanya apakah Ok Nam sudah tidur. Ok Na mengaku belum.
“Apa Ada
tamu yang datang?” tanya Geum melihat banyak alas tidur. Tuan Goo melonggokan
kepalanya.
“Bukankah
kita bertemu di pagoda?” ucap Geum. Tuan Goo mengingatnya.
“Apa Si
Musang Mutan?” kata Tuan Park, Nyonya Oh pikir yang datang suami Ok Nam
“Bukan.
Dia adalah Pak Geum.” Ucap Ok Nam. Kim Geum pun memperkenalkan diri.
Akhirnya
mereka duduk ditaman, Kim Geum bertanya Kapan merekatiba di Seoul. Tuan Goo
binggung mereka harus mengatakan tiba
tadi mala atau tadi pagi. Geum ingin tahu apakan mereka punya tempat untuk
bermalam. Tuan Park pikir Geum tak bisa melihat tadi
“Kami
berbaring bertindihan dan kau membangunkan kami.” Ucap Tuan Park. Geum pikir
Kamarnya terlalu kecil
“Ini Mengerikan...
Cho Bong Dae atau Cho Bang Dae itu menawarkan untuk membuatkan rumah, tapi
malah kabur dan sekarang kami harus tidur bergantian.” Keluh Tuan Park marah
“Apa Kalian
mau menginap denganku?” tanya Geum, Tuan Park dan Tuan Goo terlihat senang.
“Tidak
perlu. Aku bisa mencarikan mereka tempat.” Ucap Ok Nam karena tak enak hati.
“Hal
terbaik yang bisa kau lakukan adalah membuat kami berbaring seperti kayu. Aku
ingin menginap bersama pemuda ini.” Kata Tuan Park
“Profesor
Jung juga tinggal di sana. Rasanya pasti tidak nyaman.” Kata Ok Nam
“Anda
bisa langsung masuk ke lantai 2 seperti tempo hari. Ibuku ada di sana, tapi jika
aku memintanya tidur di sofa, dia akan bersedia melakukannya.” Kata Geum. Ok
Nam masih tak merasa enak hati.
“Mari menginap
bersamanya semalam saja dan mencari pilihan lain besok. Sejujurnya, aku tidak
bisa bilang tidak takut dipukul oleh Jeom Soon saat malam.” Kata Tuan Goo.
“Kalau
begitu, ikutlah denganku.” Kata Geum. Ok Nam tetap merasa tak enak hati karena
merepotkan.
“Kau Tenang
saja. Mereka dari kampung halamanku. Jika Anda sungkan, maka aku akan menelepon
Profesor Jung dalam perjalanan ke sana.” Ucap Geum.
“Aku
minta Maaf. Besok aku akan mencarikan mereka tempat lain.” Kata Geum. Dua peri
bersikap baik dengan Geum ingin membawakan tasnya.
Yi Hyun
berjalan dengan botol air minumnya karena hari ini tidak sempat minum kopi lalu
bertanya-tanya apakah Ok Nam sudah tidur. Saat mengeluarkan ponselnya Yi Hyun
ketakutan karena merasakan sesuatu, ponselnya berdering pun membuat kaget.
“Ponsel
Geum? Apa Berarti Nona Seon meneleponku?” ucap Yi Hyun akan mengangkatnya, tapi
saat itu tiba-tiba seorang rusa datang.
“Kau
harus menebus kesalahan... ucap rusa. Yi Hyun terlihat binggung.
Di masa
lalu, Rusa berjalan di tepi tebing, lalu melihat sosok Yi Hyun yang terjatuh di
jurang.
Yi Hyun
mencoba menyadarkan diri tapi si rusa masih ada didepanya, lalu rusa itu pergi.
Yi Hyun panik memilih untuk kabur dan berusaha untuk bisa sadar.
Ok Nam
dan Geum berjalan bersama pergi menuju rumahnya dengan tiga peri berjalan
dibelakang. Geum bertanya alasan Ok Nam yang pulang lebih awal kemarin, Apa
terjadi sesuatu. Ok Nam mengaku Tidak
terjadi apa-apa.
“Kenapa
hari ini kau tidak datang untuk membeli kopi?” tanya Ok Nam Geum bertanya
apakah Ok Nam menunggunya. Ok Nam mengangguk.
“Apa menu
makan siang Anda?” tanya Geum dengan senyuman. Ok Nam menjawab Sosis pemberian
Jeom Soon serta nasi kepal dan akar burdock.
“Dia
tidak pernah melupakan sosisnya.” Komentar Geum. Ok Nam pun bertanya Apa menu
makan siang Geum.
“Aku
makan mi ayam pedas.” Ucap Geum. Ok Nam tak tahu menu itu karena hanya tahu
ayam sumac.
“Rasanya
sangat pedas. Mari menyantapnya di lain waktu.” Cerita Geum. Ok Nam pun setuju,
tiba-tiba tangan mereka bersentuhan dan keduanya terlihat canggung.
“Bunga
teratainya sudah mekar.” Ucap Geum. Ok Nam mengaku sudah mendengarnya.
“Bunganya
cantik.” Puji Geum sambil menatap Ok Nam. Saat itu Geum dari kejauhan melihat
keduanya terlihat sangat marah.
[Epilog]
"Pilihlah! Siapa yang menurutmu lebih
tampan?"
Tuan Goo
mengaku sudah memikirkan ucapan Tuan Park tadi dan tidak bisa melupakan ucapannya.
Tuan Park mengeluh temanya itu lama
sekali mengatakannya
“Dia
bilang tinggi badan dan fisikku tidak langsung menjadikanku tampan. Kenapa kau
bilang begitu?” ucap Tuan Goo tak terima
“Apa? Kau
merenungkan perbincangan kita tadi?” ejek Tuan Park
“Aku
hanya tidak mengerti. Jadi Coba pikirkan. Dalam hal penampilan, kau tidak
berhak mengomentariku. Aku akan mengatakan
ini selagi kita membahasnya. Kau tidak tampak seperti manusia, tapi mirip katak.”
Ucap Tuan Goo mengejek
“Kau bilang
Katak? Wahh.. Ini sungguh sulit dipercaya. Kau mirip unta yang murung, tapi aku
tidak berkomentar selama ratusan tahun. Kau malah membalasku dengan menyebutku
katak.” Balas Tuan Park marah.
“Apa?
Unta yang murung? Entah soal hal lain, tapi standarku lebih tinggi dalam hal
berpenampilan. Selama masa berburuku, akulah yang paling pemberani!.” Kata Tuan
Goo
“Maaf
karena mengatakan ini, tapi penampilanku yang membuatku diusir dari kayangan Haruskah
kita mengadakan pemungutan suara? Apa Setelah itu maukah kau sadar?” kata Tuan
Park marah
“Hentikan,
kalian berdua... Setidaknya kalian lihatlah itu sebelum menyombongkan
penampilan.” Keluh Nyonya Oh, saat itu Yi Hyun datang memanggil Ok Nam
Bersambung
ke episode 10
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Tinggal Klik disini, buat
yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe akhir tahun
ini
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar