Soo Hyun
bersandar di sofa, wajahnya terlihat sangat sedih. Ia teringat kembali yang
dikatakan ibu Jin Hyuk sebelumnya.
“Begini,
aku hanya ingin keluargaku kembali seperti dahulu dan menjalani kehidupan yang
tenang serta bahagia. Aku cemas putraku akan patah hati dan digosipkan dalam
waktu lama. Batinku tersiksa karena itu. Aku sungguh minta maaf soal ini. Tapi
kumohon akhiri hubunganmu dengan putraku.” Ucap Ibu Jin Hyuk sambil menangis.
Sek Jang
masuk ruangan membawa bunga yang diminta agar diawetkan. Soo Hyun menatap
bunganya mengaku ingin tahu bunga ini
tahan berapa lama sebelum layu. Sek Jang mendengar bunga ini akan bertahan selama setidaknya
lima tahun.
“Siapa
yang memberikannya untukmu? Apa ada seorang teman yang tidak kukenal sudah
menikah?” ucap Sek Jang penasaran.
“Hanya kau
temanku.” Ucap Soo Hyun lalu mengucapkan Terima kasih.Sek Jang seperti tahu
dari siapa bunganya.
Soo Jun
melihat berkas yang dibawa Tuan Park
lalu memujinya kalau sudah baik. Tuan Park akan kembali ke tempat duduknya,
lalu menepuk ke bangun Tuan Lee yang sudah kosong seperti merasa sedih tapi
ikut tersenyum. Eun Jin yang melihatnya terlihat cemberut.
Hye In
dan Jin Hyuk terlihat ikut sedih karena Tuan Lee menerima hukuman untuk pindah
ke Kuba. Jin Hyuk lalu menerima pesan dari Tuan Nam. “Jin Hyuk, kamu punya
waktu malam ini?”
Jin Hyuk
ternyata bertemu dengan Ayah Soo Hyun, Tuan Cha pikir Jin Hyuk mengejutkannya.
Jin Hyuk mengaku kalau memang sedikit terkejut, Tuan Cha meminta agar Jin Hyuk
jangan terlalu gugup karena hanya ingin
makan bersamanya lalu menuangkan minuman.
“Bagaimana
keadaan dengan Bu Cha... Maksudku, bagaimana keadaanmu dengan Soo Hyun?” tanya
Tuan Cha. Jin Hyuk ingin tahu maksud ucapan Tuan Cha.
“Kalian
melalui masa sulit dan aku ingin tahu apa hubungan kalian masih kuat. Soo Hyun
tidak pernah mengatakan apa pun, jadi, kutanyakan kepadamu.” Ucap Tuan Cha
“Aku
sangat menyayangi Bu Cha. Dia orang yang mengajariku rasanya mencintai
seseorang. Jadi, aku mau mempertanggungjawabkan cintaku untuknya.” Ungap Jin
Hyuk menyakinkan.
“Ada
sesuatu yang selalu ragu untuk kulakukan sejak lama. Sejujurnya, aku bukan
ragu. Aku hanya tidak bisa melakukannya karena aku seorang pengecut. Tapi
kekhawatiran terbesarku adalah Soo Hyun pada akhirnya akan sendirian.” Akui
Tuan Cha
“Aku
tidak bisa melakukannya karena hal itu. Tapi kini, aku akan melakukan proyek
yang lama tertunda itu. Dan aku merasa sangat senang kamu ada di sisinya sekarang.
Jagalah Soo Hyun dengan baik. Aku memintamu menjadi pagar yang kuat untuknya.”
Kata Tuan Cha seperti menitipkan anaknya pada Jin Hyuk
“Bapak
bisa percaya padaku. Aku akan selalu ada di sisi Bu Cha agar dia tidak akan
merasa kesepian.” Kata Jin Hyuk menyakinkan.
Jin Hyuk
masuk ke dalam kamar, hanya bisa tersenyum sendiri dan bahagia karena mendapat
dukungan dari Tuan Cha untuk menemani Soo Hyun. Ia lalu menatap barang-barang
pemberian dari Soo Hyun dan mencari keyword diponselnya. "Lokakarya kulit" dan menemukan
sesuatu.
Di
restoran
Dae Chan
sibuk menaruh alat seperti masker dimatanya, menurutnya kaau tidak perlu
berusaha sekeras ini. Sek Jang mengeluh Dae Chan yang tidak melihat keriput
diwajah pacarnya, dan mengaku sengaja berbagi hanya karena baik hati.
“Kau
datang dari jauh kemari di akhir pekan, saat kau libur. Apa Tidak masalah jika
jantungku berdebar?” goda Dae Chan.
“Astaga,
kau selalu berlebihan. Aku datang karena ingin menanyakan sesuatu juga
kepadamu.” Akui Sek Jang. Dae Chan ingin tahu apa itu.
“Apa Kau
tidak tahu apa yang tertulis dalam pesan yang diberikan ibu Jin Hyuk?” tanya
Sek Jang penasaran.
“Tidak,
membaca hal seperti itu tidak terasa tepat. Memangnya Kenapa?” tanya Dae Chan
“Kurasa
itulah masalahnya, tapi dia tidak mengatakan apa pun. Bu Cha tidak terlihat
senang belakangan ini. Rasanya bahkan tidak seburuk ini saat Taegyeong
menyiksanya. Aku memikirkan apa masalahnya.” Cerita Sek Jang Dae Cha mendengarnya terlihat ikut
memikirkanya.
Saat itu
Jin Myung datang menyapa Sek Jang memangginya Mi Jin seperti teman. Sek Jang
langsung bertanya Apa sesuatu terjadi di rumahnya belakangan ini, Apa ayah dan
ibunya baik-baik saja. Jin Myung mengaku baik-baik saja.
“Tapi Sebenarnya,
ibuku bersikap sedikit aneh. Dia bertanya apa sulit untuk memesan bahan memasak
lewat di internet. Kurasa ibuku terlalu malas untuk ke pasar.” Cerita Jin
Myung, Sek Jang seperti kecewa tak menerima informasi.
“Tunggu.
Aku tidak bisa bekerja satu malam untuk menghadiri sebuah reuni. Akan
menyenangkan jika Mi Jin bisa menggantikan, kan?” goda Jin Myung. Dae Chan
terlihat senang mendengarnya.
“Kenapa
harus aku? Kau tidak boleh menyia-nyiakan bakat seperti aku.” Kata Sek Jang
marah
“Apa ini?
Kau bilang dia dewi pramusaji.” Goda Jin Myung, Dae Chan memuji Sek Jang memang
sangat tangkas. Sek Jang tersenyum lalu bertanya kapan akan mulai berkerjan.
Tuan Cha
pergi ke krematiorium, di depan abu "Mendiang Kim Jung Pyo" lalu
menyapa temanya yang sudah lama tak bertemu. Wajah Tuan Cha terlihat sangat
serius dan juga sedih, lalu bercerita pada temanya tidak bisa datang sejak memulai kampanye
untuk menjadi wali kota.
“Awalnya,
kupikir itu bukan masalah besar jika memang untuk tujuan yang baik. Tapi perbedaan
kecil dalam sudut pandang membuatku keluar jalur di kemudian hari. Aku bahkan
merasa lebih malu untuk menemuimu sekarang. Kurasa aku akan lama tidak bisa
mengunjungimu. Aku akan kembali setelah menyelesaikan semuanya.” Ucap Tuan Cha
Saat akan
keluar tak sengaja bertem dengan Tuan Nam dan juga Sun Joo yang akan datang
berkunjung. Sun Joo kaget karena tak menyangka Tuan Cha akan datang ke tempat
kakaknya. Tuan Cha mengaku Senang merkea bisa bertemu di sini.
Akhirnya
mereka duduk bersama di restoran, Tuan Nam pikir mereka harus minum hari ini dan Sun Joo itu bisa mengemudi jadi akan minum satu gelas
saja. Sun Joo pikir panggil saja sopir lalu berpikir kalau Tuan Cha yang sering
kemari sendirian tanpa memberi tahu mereka.
“Dahulu
Bapak datang bersama kami tiap peringatan kematiannya, lalu suatu hari, Bapak
tidak lagi datang.” Ucap Sun Joo
“Kau
harus menentukan harus bagaimana memanggilnya. Aku merasa ada empat orang di
sini. Apa dia Anggota Kongres atau Bapak?” kata Tuan Nam
“Biarkan
saja. Dia tidak bisa segera memanggilku Anggota Kongres.” Kata Tuan Cha.
Keduanya kaget dengan ucapan Tuan Cha, bertanya apa maksud ucapanya.
“Kami
akan pakai nama panggilan baru jika Bapak masuk Gedung Biru.” Kata Sun Joo
dengan wajah penuh semangat.
“Hei...
Orang lain bisa mendengarmu... Aku datang untuk melapor kepada Jung Pyo.” Kata
Tuan Cha. Tuan Nam ingin tahu Melaporkan
apa
“Apa kita
sebaiknya minum makgeolli?” kata Tuan Cha mencoba mengalihkan pembicaran. Tuan
Nam pun dengan senang hati menerimanya.
Jin Hyuk
datang ke sebuah tempat memberitahu kalau ingin mencoba membuat tas kamera.
Pegawai ingin tahu Apa ini kali pertamanya. Jin Hyuk menganguk lalu diajak
pergi ke sebuah tempat bahan kulit. Jin Hyuk ingin tahu jenis apa yang bagus
Sementara
itu Soo Hyun mengajak minum soju dengan Sek Jang di warung tenda. Sek Jang
heran berpikir mereka akan minum anggur saat kamu mengajak minum di luar tapi percaya bisa makan ampela ayam terlihat sangat alami
di sini.
“Apa Kau
pernah ke bar camilan sebelumnya?” tanya Sek Jang, Soo Hyun pikir Bar camilan
cukup menyenangkan.
“Siput
Bulan Chan di siang hari, lalu bar camilan di malam hari. Sungguh hari yang mengesankan.
Lalu Ada apa? Jujur saja kepadaku.” Kata Sek Jang
“Tidak
banyak yang terjadi. Belum ada.” Kata Soo Hyun. Sek Jang tak mengerti maksud
"Belum ada"
“Apa
Maksudmu, itu belum terjadi, tapi sesuatu akan segera terjadi?” tanya Sek Jang
khawatir.
“Tidak,
aku hanya... Aku hanya mengkhawatirkan sesuatu.” Akui Soo Hyun menahan
tangisnya.
“Kau
bertemu dengan ibu Jin Hyuk, kan?” dugaan Sek Jang. Soo Hyun menyangkal
“Jangan
bohong. Aku mengenalmu. Ada apa? Apa dia meminta kalian berpisah?” kata Sek
Jang, Soo Hyun tetap menyangkalnya.
“Kalau
begitu, ada apa? Apa masalahnya?” tanya Sek Jang, Soo Hyun mengaku tidak yakin
apakah boleh terus menemui Jin Hyuk.
“Sejujurnya,
aku sangat khawatir saat pertama melihatmu dan Jin Hyuk makin akrab. Tapi
melihat dari sudut pandangmu, aku akhirnya menyetujui. Ini masa terbaik bagi
kalian. Kenapa kau berpikir begitu?” ungkap Sek Jang
“Kurasa
aku tidak cocok dengan mereka.” Kata Soo Hyun. Sek Jang bertanya siapa yang
dimaksud apakah Jin Hyuk
“Dengan
keluarganya.” Kata Soo Hyun, Sek Jang mengeluh kalau itu sebuah penyakit untuk
temanya.
“Terlalu
memedulikan orang lain adalah penyakit serius. Itu Tidak masalah selama kalian
berdua saling suka. Siapa peduli soal keluarganya?” ucap Sek Jang menyakinkan.
“Semua
begitu baru bagi Jin Hyuk. Aku pernah menikah dan seluruh dunia mengenalku.
Kurasa ada batasan mengenai seberapa jauh kami bisa bermimpi bersama.” Ucap Soo
Hyun menahan tangis.
“Jin Hyuk
bukan tipe orang yang memikirkan hal seperti itu.” Kata Sek Jang mendukung
hubungan keduanya.
“Akulah
yang merasa terganggu. Ini membuatku gila.” Kata Soo Hyun akhirnya menangis.
“Hei...
Ini juga pengalaman pertamamu... Ini juga... cinta pertamamu.” Ucap Sek Jang
akhirnya tak bisa menahan tangisnya.
“Aku
sungguh tidak ingin berpisah dengannya, Mi Jin.” Akui Soo Hyun terus menangis
Sek Jang
mengaku tahu akan hal itu, jadi berpesan agar jangan berpisah dan memikirkan
saja diri hubungan mereka saja. Soo Hyun mengaku tidak bisa melakukannya bahkan ingin
mengabaikannya, tapi hatiny terus menderita.
“Soo
Hyun... Pikirkan penderitaanmu bertahun-tahun lalu hingga saat ini. Kau bahkan
bisa mengalahkan masalah yang lebih besar. Aku Sering kali berpikir kau akan
mati atau pingsan, tapi kau berhasil bertahan melalui semua itu. Kenapa kau
berpikir seperti itu? Jangan berpikir begitu.” Ucap Sek Jang menyakinkan.
“Aku
terlalu khawatir... Jin Hyuk membuat
keputusan... Dia memutuskan untuk bersamaku yang seluruh hidupnya berjalan di
luar akal sehat. Tapi keluarganya tidak pernah menginginkan hal ini. Ini
salahku.” Ucap Soo Hyun
“Ya, aku
bisa mengerti maksudmu... Tapi belum terjadi apa pun. Kenapa kau takut jika
tidak ada yang terjadi?” ucap Sek Jang
“Dalam kehidupan
seperti yang kujalani, semua hal terjadi sekaligus seperti badai. Tidak ada waktu
untuk melihat ke belakang, karena itulah aku tidak bisa mengabaikan ini.” Kata
Soo Hyun
“Soo
Hyun, masalah ini harus kau bicarakan sendiri dengan Jin Hyuk. Kau tahu dia
seperti apa.” Saran Sek Jang
“Dia pasti
bilang aku tidak perlu cemas, lalu dia menderita sendirian. Entah hubungan kami
akan berlanjut atau tidak, hanya aku yang bisa memutuskannya.” Ucap Soo Hyun
“Ingat
ini baik-baik. Jin Hyuk lebih baik daripada aku. Yang kulakukan hanya melihat
semua hal di sampingmu, tapi dia akan memeluk, menggendong, dan bersamamu
sampai akhir. Tidak ada yang seperti dia.” Tegas Sek Jang menyakinkan.
Jin Hyuk
masih sibuk belajar memotong bahan kulit, Soo Hyun berada dalam kamar hanya
duduk didepan meja rias terlihat gugup.
Jin Hyuk menelp memberitahu kalau Hari ini mereka tidak ke kantor lalu
mengeluh karena mereka tidak menghubunginya.
“Hari ini
aku akan pergi ke desa.” Ucap Soo Hyun. Jin Hyuk bertanya apakah Soo Hyun ke
sana dengan Pak Nam.
“Ini
urusan pribadi.” Ucap Soo Hyun seperti tak ingin membuat Tuan Nam berkerja di
hari libur.
Jin Hyuk
mengemudikan mobil mengeluh pada Soo Hyun kalau
seharusnya menghubunginya lebih cepat seperti tak ada artinya jadi
pacar, karena bisa mengantar dan membantu pekerjaan Soo Hyun. Soo Hyun hanya
bisa tersenyum.
“Kita juga
bisa berkencan.” Kata Jin Hyuk terlihat sangat bahagia.
“Aku akan
segera kembali, lokasinya juga tidak jauh.” Kata Soo Hyun
“Jauh
atau dekat, kita tetap harus melakukannya bersama. Tapi Kau memang wanita yang
mandiri.” Komentar Jin Hyuk
“Aku
hanya mau kau beristirahat.” Kata Soo Hyun. Jin Hyuk pikir tak mungkin bisa beristirahat jika tidak melihat
pacarnya. Soo Hyun hanya bisa tersenyum.
Soo Hyun
berdiri didepan sebuah lukisan seperti terkesima, saat itu Jin Hyuk melihat
dari kejauhan ada wajah sedih, lalu akhirnay berdiri dibelakanganya dengan
memangil nama pacarnya.
“Soo
Hyun.. Maaf, aku menelepon terlalu lama... Apa kau suka lukisan ini?” bisik Jin
Hyuk
“Aku suka
warnanya... Cuacanya sangat bagus. Apa kau mau berjalan-jalan?” kata Soo Hyun. Jin
Hyuk setuju.
Saat itu
seorang wanita melihat Jin Hyuk dan Soo Hyun pergi, seperti memiliki sesuatu.
Pegawai menyapa Nyonya Jang yang baru datang.
Jin Hyuk
menceritakan kalau sudah menghitung hari liburnya, Termasuk hari libur musim panas, ada banyak
hari untuk beristirahat, menurutnya manfaat kesejahteraan pegawai kantor
sungguh luar biasa jadi bisa pakai semuanya dan tidak perlu mencemaskannya.
“Perusahaan
kita memang hebat.” Komentar Jin Hyuk. Soo Hyun pun menyetujuinya.
“Bagaimana
kalau tahun ini kita mengambil cuti sepuluh hari dan pergi ke rute mendaki
Santiago? Kalau kamu cuti terlalu lama, apa perusahaan akan terkena dampak?”
kata Jin Hyuk. Soo Hyun hanya diam saja.
“Coba
pikirkanlah. Aku akan mencari rute terbaik untuk kita tempuh. “ kata Jin Hyuk
penuh semangat.
“Kudengar
bahkan teman pun akan bertengkar kalau ke sana Karena kau makin lelah saat
berjalan.” Kata Soo Hyun
“Itu tidak
akan terjadi kepada kita. Kalau kamu lelah, aku akan menggendongmu. Sepertinya
Juni waktu yang cocok. Terlalu ramai dan panas saat musim panas, kan?” kata Jin
Hyuk. Soo Hyun tak banyak komentar.
Di dalam
mobil
Nyonya
Lee menelp, Jin Hyuk memberitahu kalau sedang bersama Bu Cha, lalu berkata tidak
akan lupa menyampaikannya. Setelah Jin Hyuk memberitahu Soo Hyun kalau Nyonya
Lee ingin berkunjung sendiri. Soo Hyun
ingin tahu alasannya.
“Dia mau
membicarakan keburukanku. Meski ada banyak cerita mengesankan tentang aku, jarang
sekali orang bicara buruk tentang aku. Benarkan?” ucap Jin Hyuk. Soo Hyun hanya
bisa tersenyum.
“Apa pun
yang terjadi, jangan ke sana sendirian. Dia tahu terlalu banyak tentang masa
laluku yang memalukan. Kau sebaiknya pergi lain kali saja. Dia pendengar yang
baik kapan pun kau merasa cemas, tapi dia tidak memberikan solusi. Jangan mengharapkan
solusi.” Cerita Jin Hyuk. Soo Hyun tetap diam dengan senyuman.
Jin Hyuk
menatap Soo Hyun seperti merasakan ada sesuatu dari pacarnya.
Soo Hyun
pulang ke rumah, wajahnya terlihat lelah lalu membaringkan kepalanya di tempat
tidur.Ia teringat kenangan saat Jin Hyuk berbaring disana, lalu memeluknya agar bisa tidur. Soo Hyun seperti
kebingungan karena impianya mungkin tak bisa tercapai.
Jin Hyuk
mengajak ibunya makan direstoran, Ibunya pikir seharusnya makan di rumah saja
dan berpikir akan mengajak ayahnya makan
bersama juga. Jin Hyuk mengeluh berpikir Apa Ibu lebih suka Ayah dibandingkan
dirinya.
“Ibu suka
suami dan anak ibu. Jangan bicara seperti itu.” Ucap Nyonya Kim
“Aku
nyaman saat makan ayam bersama Ibu.” Akui Jin Hyuk lalu melihat ibunya yang
memberikan potongan ayam padanya.
“Ini
sudah kuduga... Ibu selalu memakan bagian daging yang kering. Aku jadi tidak
merasa bersalah makan kedua paha ayam... Astaga.. Apa Karena itu semua orang
suka memakan ayam bersama ibu?” ucap Jin Hyuk mengejek, Nyonya Kim pikir
seperti itu
“Ibu...
Hari itu saat Bu Cha datang ke rumah kita... Bagaimana pendapat Ibu?” tanya Jin
Hyuk dengan wajah serius.
“Menurut
ibu... Ibu hanya berniat untuk menyambut tamu kita dengan baik. Ibu tahu dia
bukan sekadar tamu... Soal itu, ibu paling cemas karena kalian berdua.” Akui
Nyonya Kim. Jin Hyuk tahu kalau ibunya pasti cemas.
“Kami
terlalu berbeda... Jin Hyuk... Apa kau tidak merasa jika dua orang yang sangat
berbeda akan terlalu sulit untuk bersama?” ucap Nyonya Kim khawatir.
“Aku
tidak tahu, aku bisa sangat menyukai seseorang seperti ini. Awalnya kupikir ini
hanya kebetulan, tapi seiring berjalannya waktu, aku sadar dia lebih dari
sekadar seseorang yang hanya singgah di hatiku. Aku akan sangat bersyukur kalau
Ibu juga menyukai dia.” Ungkap Jin Hyuk
“Dia
baik.. Bahkan Dia juga mengubahku menjadi pria baik.”akui Jin Hyuk menyakinkan.
Nyonya Kim seperti tak bisa mendukung anaknya. Jin Hyuk menyakinkan kalau Soo
Hyun memang seperti itu.
“Jujur
saja, karena kau masih muda, ibu tidak ingin kau memilih satu jalan saja untuk
sekarang. Dunia ini luas, waktumu masih panjang.” Saran Nyonya Kim
“Ibu... Hanya
ada dua wanita yang aku cintai di dunia ini Yaitu Ibu dan dia. Apa Ibu mau tahu
siapa yang lebih aku cintai? Aku sama-sama sangat mencintai kalian, hanya saja
dengan cara berbeda. Aku mencintai Ibu dan dia dengan cara berbeda.” Kata Jin
Hyuk
“Ya,
benar. Tentu saja berbeda. Ibu adalah ibumu, jelas cinta ibu tidak akan
berubah, tapi dia...” kata Nyonya Kim mencoba menyadarkan.
“Cintanya
kepadaku juga tidak akan berubah. Kurasa waktu baginya untuk berubah sudah lama
berlalu.” Kata Jin Hyuk lalu membantu ibunya memotong daging ayam agar mudah
dimakan. Ibu Jin Hyuk pun tak bisa berkata-kata.
Soo Hyun
datang menemui Nyonya Lee dirumahnya sambil minum teh. Nyonya Lee mengaku suka karena Soo Hyun begitu cekatan dan
menghubunginya untuk membicarakan sesuatu tentang Jin Hyuk, Lalu Soo Hyun segera
datang.
“Apa dia
membuatmu kesal sekarang?” tanya Nyonya Lee. Soo Hyun mangaku tidak sama
sekali.
“Lalu
Bagaimana? Apa kau merasa lebih dekat dengannya karena sudah ke rumahnya?” ucap
Nyonya Lee. Soo Hyun membenarkan.
“Tapi
kenapa kau tampak sedih? Apa ada masalah?” tanya Nyonya Lee
“Bu
Lee... Hari ini, apa boleh aku menceritakan segala kekhawatiranku kepadamu?”
ucap Soo Hyun. Nyonya Lee mempersilahkan.
“Aku
tidak akan membeberkan apa yang kudengar hari ini. Kau tenang saja.. Silakan
bercerita.” Kata Nyonya Lee
“Aku
bahkan tidak akan memberi tahu Jin Hyuk. Aku lebih sering tertawa sejak bertemu
dengannya. Aku belum pernah sebahagia ini seumur hidupku.” Cerita Soo Hyun
berkaca-kaca
“Jin Hyuk
yang memancing emosi itu dari orang lain.” Kata Nyonya Lee
“Ibu Jin
Hyuk datang menemuiku.” Akui Soo Hyun. Nyonya Lee yakin Soo Hyun pasti terkejut.
Soo Hyun mengaku tak kaget.
“Aku tahu
cepat atau lambat itu akan terjadi. Biar bagaimanapun, aku paling mencemaskan
orang tuanya. Suatu hari Jin Hyuk mengatakan bahwa kami sebaiknya melangkah ke
masa penjajakan.” Cerita Soo Hyun
“Siapa
pun yang mendengarnya pasti berdebar.Tapi saat itu, aku malah merasa sangat
cemas. Aku selalu bertanya-tanya "Apa tidak masalah? Apa orang tuanya akan
menerimaku?" Aku tidak tahu kenapa hal itu yang pertama terpikir.” Cerita
Soo Hyun
“Alih-alih
masalah hotel atau masalah lain yang membuatku merasa cemas, aku berpikir
apakah orang tuanya akan menyukaiku. Kurasa aku paling mencemaskan tentang hal
itu. Jika aku mengganggu kehidupan dan kebahagiaan keluarga Jin Hyuk, aku akan
merasa bersalah.” Cerita Soo Hyun sambil menangis.
“Apa aku
harus terus berkeras? Apa aku harus meminta maaf dan memohon pengertian mereka?
Menurutmu aku bisa melakukan itu? Aku sudah tahu seberapa melelahkan dan tidak
nyaman menjalani hidup yang disorot publik. Aku yang paling mengerti rasanya.
Karena itu aku tahu harus mengakhiri hubungan ini.” Ucap Soo Hyun sambil
menangis. Nyonya Lee hanya bisa diam saja.
Nyonya
Lee duduk diam dikedainya, terlihat tertunduk dengan wajah sedih, Soo Hyun pun
duduk diam dalam kamarnya wajahnya sedih dan kebingungan. Sementara Jin Hyuk
yang tak tahu masalah terus membuat sesuatu dari bahan kulit. Nyonya Kim duduk
di ruangan makan terlihat memikirkan hubungan anaknya.
Bersambung
ke part 2
Udah baca tulisan sinopsis aku 'kan..
hihihi...
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Tinggal Klik disini, buat
yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe akhir tahun
ini
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar