PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Jumat, 18 Januari 2019

Sinopsis Encounter Episode 14 Part 1

PS : All images credit and content copyright : TVN
Soo Hyun bersandar di sofa, wajahnya terlihat sangat sedih. Ia teringat kembali yang dikatakan ibu Jin Hyuk sebelumnya.
“Begini, aku hanya ingin keluargaku kembali seperti dahulu dan menjalani kehidupan yang tenang serta bahagia. Aku cemas putraku akan patah hati dan digosipkan dalam waktu lama. Batinku tersiksa karena itu. Aku sungguh minta maaf soal ini. Tapi kumohon akhiri hubunganmu dengan putraku.” Ucap Ibu Jin Hyuk sambil menangis. 

Sek Jang masuk ruangan membawa bunga yang diminta agar diawetkan. Soo Hyun menatap bunganya mengaku  ingin tahu bunga ini tahan berapa lama sebelum layu. Sek Jang mendengar  bunga ini akan bertahan selama setidaknya lima tahun.
“Siapa yang memberikannya untukmu? Apa ada seorang teman yang tidak kukenal sudah menikah?” ucap Sek Jang penasaran.
“Hanya kau temanku.” Ucap Soo Hyun lalu mengucapkan Terima kasih.Sek Jang seperti tahu dari siapa bunganya. 

Soo Jun melihat  berkas yang dibawa Tuan Park lalu memujinya kalau sudah baik. Tuan Park akan kembali ke tempat duduknya, lalu menepuk ke bangun Tuan Lee yang sudah kosong seperti merasa sedih tapi ikut tersenyum. Eun Jin yang melihatnya terlihat cemberut.
Hye In dan Jin Hyuk terlihat ikut sedih karena Tuan Lee menerima hukuman untuk pindah ke Kuba. Jin Hyuk lalu menerima pesan dari Tuan Nam. “Jin Hyuk, kamu punya waktu malam ini?”

Jin Hyuk ternyata bertemu dengan Ayah Soo Hyun, Tuan Cha pikir Jin Hyuk mengejutkannya. Jin Hyuk mengaku kalau memang sedikit terkejut, Tuan Cha meminta agar Jin Hyuk jangan terlalu gugup karena  hanya ingin makan bersamanya lalu menuangkan minuman.
“Bagaimana keadaan dengan Bu Cha... Maksudku, bagaimana keadaanmu dengan Soo Hyun?” tanya Tuan Cha. Jin Hyuk ingin tahu maksud ucapan Tuan Cha.
“Kalian melalui masa sulit dan aku ingin tahu apa hubungan kalian masih kuat. Soo Hyun tidak pernah mengatakan apa pun, jadi, kutanyakan kepadamu.” Ucap Tuan Cha
“Aku sangat menyayangi Bu Cha. Dia orang yang mengajariku rasanya mencintai seseorang. Jadi, aku mau mempertanggungjawabkan cintaku untuknya.” Ungap Jin Hyuk menyakinkan.
“Ada sesuatu yang selalu ragu untuk kulakukan sejak lama. Sejujurnya, aku bukan ragu. Aku hanya tidak bisa melakukannya karena aku seorang pengecut. Tapi kekhawatiran terbesarku adalah Soo Hyun pada akhirnya akan sendirian.” Akui Tuan Cha
“Aku tidak bisa melakukannya karena hal itu. Tapi kini, aku akan melakukan proyek yang lama tertunda itu. Dan aku merasa sangat senang kamu ada di sisinya sekarang. Jagalah Soo Hyun dengan baik. Aku memintamu menjadi pagar yang kuat untuknya.” Kata Tuan Cha seperti menitipkan anaknya pada Jin Hyuk
“Bapak bisa percaya padaku. Aku akan selalu ada di sisi Bu Cha agar dia tidak akan merasa kesepian.” Kata Jin Hyuk menyakinkan. 



Jin Hyuk masuk ke dalam kamar, hanya bisa tersenyum sendiri dan bahagia karena mendapat dukungan dari Tuan Cha untuk menemani Soo Hyun. Ia lalu menatap barang-barang pemberian dari Soo Hyun dan mencari keyword diponselnya.  "Lokakarya kulit" dan menemukan sesuatu. 

Di restoran
Dae Chan sibuk menaruh alat seperti masker dimatanya, menurutnya kaau tidak perlu berusaha sekeras ini. Sek Jang mengeluh Dae Chan yang tidak melihat keriput diwajah pacarnya, dan mengaku sengaja berbagi hanya karena baik hati.
“Kau datang dari jauh kemari di akhir pekan, saat kau libur. Apa Tidak masalah jika jantungku berdebar?” goda Dae Chan.
“Astaga, kau selalu berlebihan. Aku datang karena ingin menanyakan sesuatu juga kepadamu.” Akui Sek Jang. Dae Chan ingin tahu apa itu.
“Apa Kau tidak tahu apa yang tertulis dalam pesan yang diberikan ibu Jin Hyuk?” tanya Sek Jang penasaran.
“Tidak, membaca hal seperti itu tidak terasa tepat. Memangnya Kenapa?” tanya Dae Chan
“Kurasa itulah masalahnya, tapi dia tidak mengatakan apa pun. Bu Cha tidak terlihat senang belakangan ini. Rasanya bahkan tidak seburuk ini saat Taegyeong menyiksanya. Aku memikirkan apa masalahnya.” Cerita Sek Jang  Dae Cha mendengarnya terlihat ikut memikirkanya. 


Saat itu Jin Myung datang menyapa Sek Jang memangginya Mi Jin seperti teman. Sek Jang langsung bertanya Apa sesuatu terjadi di rumahnya belakangan ini, Apa ayah dan ibunya baik-baik saja. Jin Myung mengaku baik-baik saja.
“Tapi Sebenarnya, ibuku bersikap sedikit aneh. Dia bertanya apa sulit untuk memesan bahan memasak lewat di internet. Kurasa ibuku terlalu malas untuk ke pasar.” Cerita Jin Myung, Sek Jang seperti kecewa tak menerima informasi.
“Tunggu. Aku tidak bisa bekerja satu malam untuk menghadiri sebuah reuni. Akan menyenangkan jika Mi Jin bisa menggantikan, kan?” goda Jin Myung. Dae Chan terlihat senang mendengarnya.
“Kenapa harus aku? Kau tidak boleh menyia-nyiakan bakat seperti aku.” Kata Sek Jang marah
“Apa ini? Kau bilang dia dewi pramusaji.” Goda Jin Myung, Dae Chan memuji Sek Jang memang sangat tangkas. Sek Jang tersenyum lalu bertanya kapan akan mulai berkerjan.

Tuan Cha pergi ke krematiorium, di depan abu "Mendiang Kim Jung Pyo" lalu menyapa temanya yang sudah lama tak bertemu. Wajah Tuan Cha terlihat sangat serius dan juga sedih, lalu bercerita pada temanya  tidak bisa datang sejak memulai kampanye untuk menjadi wali kota.
“Awalnya, kupikir itu bukan masalah besar jika memang untuk tujuan yang baik. Tapi perbedaan kecil dalam sudut pandang membuatku keluar jalur di kemudian hari. Aku bahkan merasa lebih malu untuk menemuimu sekarang. Kurasa aku akan lama tidak bisa mengunjungimu. Aku akan kembali setelah menyelesaikan semuanya.” Ucap Tuan Cha
Saat akan keluar tak sengaja bertem dengan Tuan Nam dan juga Sun Joo yang akan datang berkunjung. Sun Joo kaget karena tak menyangka Tuan Cha akan datang ke tempat kakaknya. Tuan Cha mengaku Senang merkea bisa bertemu di sini.

Akhirnya mereka duduk bersama di restoran, Tuan Nam pikir mereka  harus minum hari ini dan Sun Joo itu  bisa mengemudi jadi akan minum satu gelas saja. Sun Joo pikir panggil saja sopir lalu berpikir kalau Tuan Cha yang sering kemari sendirian tanpa memberi tahu mereka.
“Dahulu Bapak datang bersama kami tiap peringatan kematiannya, lalu suatu hari, Bapak tidak lagi datang.” Ucap Sun Joo
“Kau harus menentukan harus bagaimana memanggilnya. Aku merasa ada empat orang di sini. Apa dia Anggota Kongres atau Bapak?” kata Tuan Nam
“Biarkan saja. Dia tidak bisa segera memanggilku Anggota Kongres.” Kata Tuan Cha. Keduanya kaget dengan ucapan Tuan Cha, bertanya apa maksud ucapanya.
“Kami akan pakai nama panggilan baru jika Bapak masuk Gedung Biru.” Kata Sun Joo dengan wajah penuh semangat.
“Hei... Orang lain bisa mendengarmu... Aku datang untuk melapor kepada Jung Pyo.” Kata Tuan Cha. Tuan Nam ingin tahu  Melaporkan apa
“Apa kita sebaiknya minum makgeolli?” kata Tuan Cha mencoba mengalihkan pembicaran. Tuan Nam pun dengan senang hati menerimanya. 


Jin Hyuk datang ke sebuah tempat memberitahu kalau ingin mencoba membuat tas kamera. Pegawai ingin tahu Apa ini kali pertamanya. Jin Hyuk menganguk lalu diajak pergi ke sebuah tempat bahan kulit. Jin Hyuk ingin tahu jenis apa yang bagus
Sementara itu Soo Hyun mengajak minum soju dengan Sek Jang di warung tenda. Sek Jang heran berpikir mereka akan minum anggur saat kamu mengajak minum di luar tapi percaya  bisa makan ampela ayam terlihat sangat alami di sini.
“Apa Kau pernah ke bar camilan sebelumnya?” tanya Sek Jang, Soo Hyun pikir Bar camilan cukup menyenangkan.
“Siput Bulan Chan di siang hari, lalu bar camilan di malam hari. Sungguh hari yang mengesankan. Lalu Ada apa? Jujur saja kepadaku.” Kata Sek Jang 

“Tidak banyak yang terjadi. Belum ada.” Kata Soo Hyun. Sek Jang tak mengerti maksud "Belum ada"
“Apa Maksudmu, itu belum terjadi, tapi sesuatu akan segera terjadi?” tanya Sek Jang khawatir.
“Tidak, aku hanya... Aku hanya mengkhawatirkan sesuatu.” Akui Soo Hyun menahan tangisnya.
“Kau bertemu dengan ibu Jin Hyuk, kan?” dugaan Sek Jang. Soo Hyun menyangkal
“Jangan bohong. Aku mengenalmu. Ada apa? Apa dia meminta kalian berpisah?” kata Sek Jang, Soo Hyun tetap menyangkalnya.
“Kalau begitu, ada apa? Apa masalahnya?” tanya Sek Jang, Soo Hyun mengaku tidak yakin apakah boleh terus menemui Jin Hyuk.
“Sejujurnya, aku sangat khawatir saat pertama melihatmu dan Jin Hyuk makin akrab. Tapi melihat dari sudut pandangmu, aku akhirnya menyetujui. Ini masa terbaik bagi kalian. Kenapa kau berpikir begitu?” ungkap Sek Jang
“Kurasa aku tidak cocok dengan mereka.” Kata Soo Hyun. Sek Jang bertanya siapa yang dimaksud apakah Jin Hyuk
“Dengan keluarganya.” Kata Soo Hyun, Sek Jang mengeluh kalau itu sebuah penyakit untuk temanya.
“Terlalu memedulikan orang lain adalah penyakit serius. Itu Tidak masalah selama kalian berdua saling suka. Siapa peduli soal keluarganya?” ucap Sek Jang menyakinkan.
“Semua begitu baru bagi Jin Hyuk. Aku pernah menikah dan seluruh dunia mengenalku. Kurasa ada batasan mengenai seberapa jauh kami bisa bermimpi bersama.” Ucap Soo Hyun menahan tangis.
“Jin Hyuk bukan tipe orang yang memikirkan hal seperti itu.” Kata Sek Jang mendukung hubungan keduanya.
“Akulah yang merasa terganggu. Ini membuatku gila.” Kata Soo Hyun akhirnya menangis.
“Hei... Ini juga pengalaman pertamamu... Ini juga... cinta pertamamu.” Ucap Sek Jang akhirnya tak bisa menahan tangisnya.
“Aku sungguh tidak ingin berpisah dengannya, Mi Jin.” Akui Soo Hyun terus menangis
Sek Jang mengaku tahu akan hal itu, jadi berpesan agar jangan berpisah dan memikirkan saja diri hubungan mereka saja. Soo Hyun mengaku  tidak bisa melakukannya bahkan ingin mengabaikannya, tapi hatiny terus menderita.
“Soo Hyun... Pikirkan penderitaanmu bertahun-tahun lalu hingga saat ini. Kau bahkan bisa mengalahkan masalah yang lebih besar. Aku Sering kali berpikir kau akan mati atau pingsan, tapi kau berhasil bertahan melalui semua itu. Kenapa kau berpikir seperti itu? Jangan berpikir begitu.” Ucap Sek Jang menyakinkan.
“Aku terlalu khawatir...  Jin Hyuk membuat keputusan... Dia memutuskan untuk bersamaku yang seluruh hidupnya berjalan di luar akal sehat. Tapi keluarganya tidak pernah menginginkan hal ini. Ini salahku.” Ucap Soo Hyun
“Ya, aku bisa mengerti maksudmu... Tapi belum terjadi apa pun. Kenapa kau takut jika tidak ada yang terjadi?” ucap Sek Jang
“Dalam kehidupan seperti yang kujalani, semua hal terjadi sekaligus seperti badai. Tidak ada waktu untuk melihat ke belakang, karena itulah aku tidak bisa mengabaikan ini.” Kata Soo Hyun
“Soo Hyun, masalah ini harus kau bicarakan sendiri dengan Jin Hyuk. Kau tahu dia seperti apa.” Saran Sek Jang
“Dia pasti bilang aku tidak perlu cemas, lalu dia menderita sendirian. Entah hubungan kami akan berlanjut atau tidak, hanya aku yang bisa memutuskannya.” Ucap Soo Hyun
“Ingat ini baik-baik. Jin Hyuk lebih baik daripada aku. Yang kulakukan hanya melihat semua hal di sampingmu, tapi dia akan memeluk, menggendong, dan bersamamu sampai akhir. Tidak ada yang seperti dia.” Tegas Sek Jang menyakinkan. 



Jin Hyuk masih sibuk belajar memotong bahan kulit, Soo Hyun berada dalam kamar hanya duduk didepan meja rias terlihat gugup.  Jin Hyuk menelp memberitahu kalau Hari ini mereka tidak ke kantor lalu mengeluh karena mereka tidak menghubunginya.
“Hari ini aku akan pergi ke desa.” Ucap Soo Hyun. Jin Hyuk bertanya apakah Soo Hyun ke sana dengan Pak Nam.
“Ini urusan pribadi.” Ucap Soo Hyun seperti tak ingin membuat Tuan Nam berkerja di hari libur. 


Jin Hyuk mengemudikan mobil mengeluh pada Soo Hyun kalau  seharusnya menghubunginya lebih cepat seperti tak ada artinya jadi pacar, karena bisa mengantar dan membantu pekerjaan Soo Hyun. Soo Hyun hanya bisa tersenyum.
“Kita juga bisa berkencan.” Kata Jin Hyuk terlihat sangat bahagia.
“Aku akan segera kembali, lokasinya juga tidak jauh.” Kata Soo Hyun
“Jauh atau dekat, kita tetap harus melakukannya bersama. Tapi Kau memang wanita yang mandiri.” Komentar Jin Hyuk
“Aku hanya mau kau beristirahat.” Kata Soo Hyun. Jin Hyuk pikir tak mungkin  bisa beristirahat jika tidak melihat pacarnya.  Soo Hyun hanya bisa tersenyum. 

Soo Hyun berdiri didepan sebuah lukisan seperti terkesima, saat itu Jin Hyuk melihat dari kejauhan ada wajah sedih, lalu akhirnay berdiri dibelakanganya dengan memangil nama pacarnya.
“Soo Hyun.. Maaf, aku menelepon terlalu lama... Apa kau suka lukisan ini?” bisik Jin Hyuk
“Aku suka warnanya... Cuacanya sangat bagus. Apa kau mau berjalan-jalan?” kata Soo Hyun. Jin Hyuk setuju.
Saat itu seorang wanita melihat Jin Hyuk dan Soo Hyun pergi, seperti memiliki sesuatu. Pegawai menyapa Nyonya Jang yang baru datang.

Jin Hyuk menceritakan kalau sudah menghitung hari liburnya,  Termasuk hari libur musim panas, ada banyak hari untuk beristirahat, menurutnya manfaat kesejahteraan pegawai kantor sungguh luar biasa jadi bisa pakai semuanya dan tidak perlu mencemaskannya.
“Perusahaan kita memang hebat.” Komentar Jin Hyuk. Soo Hyun pun menyetujuinya.
“Bagaimana kalau tahun ini kita mengambil cuti sepuluh hari dan pergi ke rute mendaki Santiago? Kalau kamu cuti terlalu lama, apa perusahaan akan terkena dampak?” kata Jin Hyuk. Soo Hyun hanya diam saja.
“Coba pikirkanlah. Aku akan mencari rute terbaik untuk kita tempuh. “ kata Jin Hyuk penuh semangat.
“Kudengar bahkan teman pun akan bertengkar kalau ke sana Karena kau makin lelah saat berjalan.” Kata Soo Hyun
“Itu tidak akan terjadi kepada kita. Kalau kamu lelah, aku akan menggendongmu. Sepertinya Juni waktu yang cocok. Terlalu ramai dan panas saat musim panas, kan?” kata Jin Hyuk. Soo Hyun tak banyak komentar. 


Di dalam mobil
Nyonya Lee menelp, Jin Hyuk memberitahu kalau sedang bersama Bu Cha, lalu berkata tidak akan lupa menyampaikannya. Setelah Jin Hyuk memberitahu Soo Hyun kalau Nyonya Lee ingin  berkunjung sendiri. Soo Hyun ingin tahu alasannya.
“Dia mau membicarakan keburukanku. Meski ada banyak cerita mengesankan tentang aku, jarang sekali orang bicara buruk tentang aku. Benarkan?” ucap Jin Hyuk. Soo Hyun hanya bisa tersenyum.
“Apa pun yang terjadi, jangan ke sana sendirian. Dia tahu terlalu banyak tentang masa laluku yang memalukan. Kau sebaiknya pergi lain kali saja. Dia pendengar yang baik kapan pun kau merasa cemas, tapi dia tidak memberikan solusi. Jangan mengharapkan solusi.” Cerita Jin Hyuk. Soo Hyun tetap diam dengan senyuman.
Jin Hyuk menatap Soo Hyun seperti merasakan ada sesuatu dari pacarnya. 


Soo Hyun pulang ke rumah, wajahnya terlihat lelah lalu membaringkan kepalanya di tempat tidur.Ia teringat kenangan saat Jin Hyuk berbaring disana, lalu  memeluknya agar bisa tidur. Soo Hyun seperti kebingungan karena impianya mungkin tak bisa tercapai. 

Jin Hyuk mengajak ibunya makan direstoran, Ibunya pikir seharusnya makan di rumah saja dan berpikir akan  mengajak ayahnya makan bersama juga. Jin Hyuk mengeluh berpikir Apa Ibu lebih suka Ayah dibandingkan dirinya.
“Ibu suka suami dan anak ibu. Jangan bicara seperti itu.” Ucap  Nyonya Kim
“Aku nyaman saat makan ayam bersama Ibu.” Akui Jin Hyuk lalu melihat ibunya yang memberikan potongan ayam padanya.
“Ini sudah kuduga... Ibu selalu memakan bagian daging yang kering. Aku jadi tidak merasa bersalah makan kedua paha ayam... Astaga.. Apa Karena itu semua orang suka memakan ayam bersama ibu?” ucap Jin Hyuk mengejek, Nyonya Kim pikir seperti itu
“Ibu... Hari itu saat Bu Cha datang ke rumah kita... Bagaimana pendapat Ibu?” tanya Jin Hyuk dengan wajah serius.
“Menurut ibu... Ibu hanya berniat untuk menyambut tamu kita dengan baik. Ibu tahu dia bukan sekadar tamu... Soal itu, ibu paling cemas karena kalian berdua.” Akui Nyonya Kim. Jin Hyuk tahu kalau ibunya pasti cemas.
“Kami terlalu berbeda... Jin Hyuk... Apa kau tidak merasa jika dua orang yang sangat berbeda akan terlalu sulit untuk bersama?” ucap Nyonya Kim khawatir.
“Aku tidak tahu, aku bisa sangat menyukai seseorang seperti ini. Awalnya kupikir ini hanya kebetulan, tapi seiring berjalannya waktu, aku sadar dia lebih dari sekadar seseorang yang hanya singgah di hatiku. Aku akan sangat bersyukur kalau Ibu juga menyukai dia.” Ungkap Jin Hyuk
“Dia baik.. Bahkan Dia juga mengubahku menjadi pria baik.”akui Jin Hyuk menyakinkan. Nyonya Kim seperti tak bisa mendukung anaknya. Jin Hyuk menyakinkan kalau Soo Hyun memang seperti itu.
“Jujur saja, karena kau masih muda, ibu tidak ingin kau memilih satu jalan saja untuk sekarang. Dunia ini luas, waktumu masih panjang.” Saran Nyonya Kim
“Ibu... Hanya ada dua wanita yang aku cintai di dunia ini Yaitu Ibu dan dia. Apa Ibu mau tahu siapa yang lebih aku cintai? Aku sama-sama sangat mencintai kalian, hanya saja dengan cara berbeda. Aku mencintai Ibu dan dia dengan cara berbeda.” Kata Jin Hyuk
“Ya, benar. Tentu saja berbeda. Ibu adalah ibumu, jelas cinta ibu tidak akan berubah, tapi dia...” kata Nyonya Kim mencoba menyadarkan.
“Cintanya kepadaku juga tidak akan berubah. Kurasa waktu baginya untuk berubah sudah lama berlalu.” Kata Jin Hyuk lalu membantu ibunya memotong daging ayam agar mudah dimakan. Ibu Jin Hyuk pun tak bisa berkata-kata. 


Soo Hyun datang menemui Nyonya Lee dirumahnya sambil minum teh. Nyonya Lee mengaku  suka karena Soo Hyun begitu cekatan dan menghubunginya untuk membicarakan sesuatu tentang Jin Hyuk, Lalu Soo Hyun segera datang.
“Apa dia membuatmu kesal sekarang?” tanya Nyonya Lee. Soo Hyun mangaku tidak sama sekali.
“Lalu Bagaimana? Apa kau merasa lebih dekat dengannya karena sudah ke rumahnya?” ucap Nyonya Lee. Soo Hyun membenarkan.
“Tapi kenapa kau tampak sedih? Apa ada masalah?” tanya Nyonya Lee
“Bu Lee... Hari ini, apa boleh aku menceritakan segala kekhawatiranku kepadamu?” ucap Soo Hyun. Nyonya Lee mempersilahkan.
“Aku tidak akan membeberkan apa yang kudengar hari ini. Kau tenang saja.. Silakan bercerita.” Kata Nyonya Lee
“Aku bahkan tidak akan memberi tahu Jin Hyuk. Aku lebih sering tertawa sejak bertemu dengannya. Aku belum pernah sebahagia ini seumur hidupku.” Cerita Soo Hyun berkaca-kaca
“Jin Hyuk yang memancing emosi itu dari orang lain.” Kata Nyonya Lee
“Ibu Jin Hyuk datang menemuiku.” Akui Soo Hyun. Nyonya Lee yakin Soo Hyun pasti terkejut. Soo Hyun mengaku tak kaget.
“Aku tahu cepat atau lambat itu akan terjadi. Biar bagaimanapun, aku paling mencemaskan orang tuanya. Suatu hari Jin Hyuk mengatakan bahwa kami sebaiknya melangkah ke masa penjajakan.” Cerita Soo Hyun
“Siapa pun yang mendengarnya pasti berdebar.Tapi saat itu, aku malah merasa sangat cemas. Aku selalu bertanya-tanya "Apa tidak masalah? Apa orang tuanya akan menerimaku?" Aku tidak tahu kenapa hal itu yang pertama terpikir.” Cerita Soo Hyun
“Alih-alih masalah hotel atau masalah lain yang membuatku merasa cemas, aku berpikir apakah orang tuanya akan menyukaiku. Kurasa aku paling mencemaskan tentang hal itu. Jika aku mengganggu kehidupan dan kebahagiaan keluarga Jin Hyuk, aku akan merasa bersalah.” Cerita Soo Hyun sambil menangis.
“Apa aku harus terus berkeras? Apa aku harus meminta maaf dan memohon pengertian mereka? Menurutmu aku bisa melakukan itu? Aku sudah tahu seberapa melelahkan dan tidak nyaman menjalani hidup yang disorot publik. Aku yang paling mengerti rasanya. Karena itu aku tahu harus mengakhiri hubungan ini.” Ucap Soo Hyun sambil menangis. Nyonya Lee hanya bisa diam saja. 



Nyonya Lee duduk diam dikedainya, terlihat tertunduk dengan wajah sedih, Soo Hyun pun duduk diam dalam kamarnya wajahnya sedih dan kebingungan. Sementara Jin Hyuk yang tak tahu masalah terus membuat sesuatu dari bahan kulit. Nyonya Kim duduk di ruangan makan terlihat memikirkan hubungan anaknya. 

Bersambung ke part 2
Udah baca tulisan sinopsis aku 'kan.. hihihi... 
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe. 
Tinggal Klik disini, buat yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe akhir tahun ini 

Cek My Wattpad... Stalking 



Cek My You Tube Channel "ReviewDrama Korea"

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar