PS : All images credit and content copyright : TVN
Soo Hyun
dan Jin Hyuk akhirnya duduk di tepi pantai, Soo Hyun bertanya Apa yang tadi
sedang dipikirkan ditepi pantai. Jin Hyuk menjawab kalau sedag memikirkan Soo
Hyun. Soo Hyun mengejek kalau sepertinya sedang membaca buku. Jin Hyuk
memberikan buku yang dibawanya.
"Jika
tugas laut membuat ombak, tugasku adalah memikirkanmu" Kurasa kita sungguh
beruntung memiliki penulis di dunia ini. Mereka bisa menyentuh hati banyak
orang hanya dengan satu kalimat.” Kata Soo Hyun.
“Kurasa
itu mewakili betapa sering seorang ibu memikirkan putrinya. Aku dan tokoh ibu
di buku ini sama. Pada akhirnya, kami berdua memikirkan seseorang.” Akui Jin
Hyun.
Keduanya
terlihat sangat bahagia setelah saling bertemu.
Di depan
restoran hotel, Manager meminta maaf karena tempat mereka sedang digunakan
untuk acara hari ini jadi tidak bisa masuk dan menawarkan Restoran Italia dengan
pemandangannya bagus dan akan mengantarnya. Sepasang tamu pun menganguk setuju.
“Ibu Cha
mengatakan kita bisa membiarkan pelanggan lainnya masuk.” Bisik pegawai wanita
“Itu
hanya akan membuat keributan. Setidaknya, ini yang bisa kita lakukan untuk
melindunginya.”kata Manager. Pegawai wanita menganguk mengerti.
Jin Hyuk
melihat sekeliling restoran yang kosong mengaku Ini terasa sedikit canggung dan
tidak ada siapa pun. Soo Hyun hanya tersenyum, Jin Hyuk bertanya apakah Soo
Hyun langsung datang setelah dari rumah Bu Lee. Soo Hyun membenarkan.
“Dia
menceritakan tentang mendiang suaminya. Dia bilang "Aku baru bisa bertemu
lagi dengannya setelah meninggal. Nikmatilah perjumpaan kalian selagi bisa.
Itulah kebahagiaan." Cerita Soo Hyun
“ Ibu Lee
mengatakan hal seperti itu tanpa banyak menekankan tiap kata. Tapi semua yang
dia katakan akhirnya menjadi sangat bermakna.” Komentar Jin Hyuk
“Apa kau
menghabiskan waktu di tanggul laut itu setiap hari?” tanya Soo Hyun
“Aku
pergi ke pantai di mana kita bermain pasir, aku juga ke bangku di sisi mesin
otomatis, di mana kita minum kopi.” Cerita Jin Hyuk
“Aku juga
pergi ke taman bermain di Hongjae-dong.” Akui Soo Hyun. Jin Hyuk memberitahu
kalau Tempat itu akan segera lenyap. Soo Hyun kaget ingin tahu alasanya.
“Nenek
pemilik lahan itu sudah wafat, jadi, anak-anaknya menjual lahan tersebut.”
Cerita Jin Hyuk
“Kau
kecewa, kan?” ucap Soo Hyun. Jin Hyuk piir itu sudah pasti karena menghabiskan masa kecilnya di taman bermain
itu.
“Namun,
segala hal di dunia ini pasti berubah.” Kata Jin Hyuk bisa menerimanya.
“Kita
harus pergi sebelum taman itu menghilang selamanya dan juga harus berfoto.”
Ucap Soo Hyun
“Baiklah,
mari pergi bersama jika aku ke Seoul saat libur.” Kata Jin Hyuk. Soo Hyun pun
menganguk setuju.
“Tidakkah
kau sedih saat aku mengatakan kita harus berpisah untuk sementara?” kata Soo
Hyun
“Itu
tidak membuatku sedih. Tapi hal lain membuatku sedih.”akui Jin Hyuk. Soo Hyun
ingin tahu Apa yang membuatnya sedih.
“Kita
berjanji untuk melaluinya dengan kenangan indah, tapi Ibu khawatir aku tidak
akan bisa bertahan. Itu yang membuatku sedih. Aku menerima banyak pesan teks
belakangan ini.” Cerita Soo Hyun
“Kim Jin
Hyuk adalah topik gosip di antara teman sekelasku dahulu. Keluargaku pun
mengkhawatirkanku. Begitu banyak reaksi yang ditujukan terhadapku.” Kata Soo
Hyun
“Jadi,
apa aku ingin bersembunyi dari semua itu Atau aku merasa ragu karena terkejut? Aku
tidak berniat melakukan itu. Aku tidak punya solusi, tapi aku bertekad untuk
memecahkannya. Mungkin aku terlihat lemah. Itulah yang kupikirkan.” Kata Soo
Hyun
“Aku
membuat kesalahan, Karena itulah aku langsung berlari menghampirimu. Bisakah kau
memaafkanku kali ini saja?” goda Soo Hyun merayu
“Jika kau
meminta dengan wajah cantik seperti itu,
maka aku harus memaafkanmu... Kalau begitu, biar aku yang bayar.” Ucap Jin
Hyuk. Soo Hyun tak percaya mendengarnya. Jin Hyuk menyuruh Soo Hyun agar makan
sepuasnya. Soo Hyun pikir harus makan yang banyak.
Jin Hyuk
keluar dari restoran menelp Tuan Nam, memberitau kalau Soo Hyun datang ke
Sokcho dan mengkhawatirkannya di perjalanan pulang nanti tapi tak bisa
mengantarnya karena bekerja shift malam. Tuan Nam seperti setuju, Jin Hyuk pun
meminta Tuan Nam untuk menelpnya saat tiba di hotel.
Nyonya
Jin bertemu dengan Nyonya Kim, wajah Nyonya Kim terlihat sangat sinis menyuruh
mantan besanya itu diminta duduk. Nyonya Kim
mengaku lega punya waktu senggang tapi
Mungkin harus mengusirnya jika berkunjung secara tiba-tiba seperti ini.
“Aku
berniat pulang setelah mengantar anggur itu jika kamu sedang sibuk. Karena kau
di sini, aku terpikir untuk menyapa.” Ucap Nyonya Jin
“Kurasa
kabar mengejutkan mengenai Soo Hyun sudah menggantikan hal itu.” Sindir Nyonya
Kim. Nyonya Jin langsung meminta maaf.
“Aku
datang jauh-jauh ke Sokcho untuk menemui pria itu dan memarahinya dengan tegas.
Dia akan menyadarinya.” akui Nyonya Jin
“Apa
gunanya memarahi anak orang lain?” sindir Nyonya Kim. Nyonya Jin kaget
mendengarnya.
“Putrimulah
masalahnya.” Kata Nyonya Kim, Nyonya Jin mengaku sangat tegas saat memarahi Soo
Hyun.
“Jika Ibu
bisa lebih memaklumi...” ucap Nyonya Jin yang langsung disela oleh Nyonya Kim.
“Sampai sejauh
apa aku harus memaklumi? Jika ini yang ingin dibicarakan, mari kita hentikan. Aku
tidak tertarik lagi.” Tegas Nyonya Kim. Nyonya Jin tak percaya mendengarnya.
“Putraku sedang
menemui wanita lain untuk dipilih sebagai istrinya. Aku akan menolak menemuimu
seperti ini untuk ke depannya.” Kata Nyonya Kim. Nyonya Jin langsung berlutut.
Nyonya Kim menyuruh Nyonya Jin agar berdiri.
“Aku akan
melakukan apa pun yang diperlukan untuk membuat Soo Hyun kembali ke tempatnya.
Kumohon... Pemilihannya sebentar lagi. Kumohon, Bu Ketua.” Ucap Nyonya Jin memohon
“Kau
benar... Sesaat lagi, kau akan menjadi ibu negara di Gedung Biru. Kau tidak
boleh bersikap seperti ini. Meski untuk menjamin bahwa kau akan menempati
Gedung Biru setelah melepaskan tangan Taegyeong.” Kata Nyonya Kim menyindir
“Bu
Ketua. Soo Hyun dimanjakan saat kecil, jadi, dia masih kekanak-kanakan. Ini
semua salahku. Aku tidak akan membuat Ibu kesal lagi.” Kata Nyonya Jin memohon
“Aku
merasa kau tidak akan berdiri jadi, aku akan berdiri lebih dahulu. Tenanglah
dan hati-hati dalam perjalanan pulang.” Kata Nyonya Kim lalu berjalan pergi,
Nyonya Jin pun hanya bisa diam saja.
Tuan Nam
sudah siap ada diparkiran, Soo Hyun mengeluh keduanya yang melakukan ini di belakangnya karena tahu
kalau Tuan Nam nanti akan kelelahan. Jin Hyuk mengaku kalau meminta bantuan
Tuan Nam agar merasa lega.
“Aku
sudah makan cumi-cumi dan eomuk di bus. Itu menyenangkan.” Kata Tuan Nam. Jin
Hyuk berpesan agar berhati-hatilah dalam perjalanan pulang.
“Aku
pengemudi terbaik di sini. Kenapa kau khawatir?” ejek Tuan Nam, Jin Hyuk
menganguk mengerti.
“Ibu
sebaiknya beristirahat dalam perjalanan pulang.” Saran Jin Hyuk. Soo Hyun pun
pamit masuk mobi.
“Karena Sering
datang kemari membuatku merasa ini kampung halamanku.” Komentar Tuan Nam
“Aku akan
mentraktir makanan enak jika kau kemari lagi.” Kata Jin Hyuk. Tuan Nam setuju
mengajak untuk minum soju bersama. Jin
Hyuk pun melambaikan tangan pada Soo Hyun.
Dae Chan
sibuk membawakan pesanan untuk tamu, Saat itu Sek Jang datang. Dae Chan
binggung melihat Sek Jang datang lagi ke restorannya. Sek Jang binggung karena
Adik Jin Hyuk menelepon memberitahu kalau Dae Chan meminta datang.
“Dia
bilang kau memintaku datang ke restoran ini.” Kata Sek Jang bingung
“Jin
Myung mengatakan tidak bisa bekerja hari ini, jadi, kubilang sebaiknya dia
mencari pekerja paruh waktu untukku. Apa kau datang untuk bekerja?” kata Dae
Chan.
“Bekerja?
Aku?” ucap Sek Jang melonggo bingung. Dae Chan tak bisa mengobrol lama karena harus
membuat siput bulan.
Sek Jang
terdiam, saat itu salah satu pelanggan memanggilnya meminta dibawakan bir. Sek
Jang pun terpaksa melayani dengan membawakan bir dan juga popcorn. Dae Chan
melihatnya bertanya apakah Sek Jang butuh celemek. Sek Jang terlihat marah
mendengarnya tapi Dae Chan bisa tersenyum.
Tuan Nam
dan Soo Hyun dalam mobil menuju Seoul. Tuan Nam mengajak ngobrol Soo Hyun tahu
kalau rasanya sulit, Soo Hyun mengaku masih bisa menahannya. Tuan Nam pikir perlu
menceritakan kisah yang sangat sedih. Soo Hyun siap mendengarnya.
“Dahulu
ada seorang wanita yang aku suka.”akui Tuan Nam . Soo Hyun tak percaya
mendengarnya.
“Kurasa
dia tidak benci padaku Tapi aku tidak pernah bisa menyatakan cinta kepadanya.”
Cerita Tuan Nam. Soo Hyun heran kenapa Tuan Nam tak pernah mengatakanya.
“Saat
bercermin, aku merasa tidak pantas. Dia sangat cantik. Dia bersinar, bahkan
dari kejauhan. Meski mungkin dia tampak seperti itu hanya bagiku, dia cantik.”
Ucap Tuan Nam rendah diri
“Kau
cukup tampan.” Puji Soo Hyun. Tuan Nam merasa kalau wajahnya besar. Soo Hyun
mengeluh Tuan Nam yang tak percaya diri.
“Aku juga
pernah dipenjara.” Kata Tuan Nam makin rendah diri tentang hidupnya.
“Tapi kau
tidak merampok atau menyakiti seseorang. Mereka memenjarakanmu karena
tersinggung oleh artikelmu.” Kata Soo Hyun
“Tetap
saja aku mantan tahanan. Aku bisa mencari nafkah hanya karena kau presdir
perusahaan ini. Entah apa yang akan kulakukan jika tidak seperti itu.” Ucap
Tuan Nam
“Pak Nam,
jangan bicara begitu. Kau membuatku ingin menangis.” Ungkap Soo Hyun. Tuan Nam
mengaku menceritakan ini bukan untuk membuatnya menangis.
“Jika
tidak ada kamu, aku tidak akan punya teman. Sekretaris Jang... Kaulah yang juga
mengenalkan Mi Jin kepadaku. Ibu tidak akan membiarkanku bermain dengan anak
seusiaku, tapi kau mengizinkanku ke konser diam-diam bersama Mi Jin. Kau juga
membantuku mengadakan pesta piama saat orang tuaku pergi.” Cerita Soo Hyun
bahagia memiliki Tuan Nam,
“Itu
karena Mi Jin sangat ingin bermain.” Komentar Tuan Nam, Soo Hyun meminta agar
Tuan Nam tak bicara seolah tidak pantas mendapatkan semua ini.
“Itu akan
membuat aksi mogok makan ayahku sia-sia.” Kata Soo Hyun. Tuan Nam membenarkan
“Lalu.. Apa
yang terjadi antara kamu dan wanita itu?” tanya Soo Hyun penasaran.
“Aku
tidak pernah bisa menyatakan perasaanku. Aku akan berkata "Aku sangat
menyukaimu. Maukah kamu hidup denganku?" Kupikir suatu hari nanti
peluangku akan datang, tapi dia membawa seorang pria yang akan dia nikahi. Jadi,
kuberi dia selamat dan kini aku seperti sekarang ini. Itu sangat menyedihkan, kan?”
cerita Tuan Nam
“Itu
membuatku sedih.” Kata Soo Hyun. Tuan Nam mengaku Kejadiannya sudah lama sekali, tapi terus
memikirkannya belakangan ini.
“Aku
teringat kisah itu saat melihatmu dan Jin Hyuk, jadi Pikirkanlah diri sendiri.
Kau jangan pernah berpikir "Kalau aku berpikir seperti ini, bagaimana
nasib perusahaanku?" "Bagaimana dengan orang tuaku?" Kenapa kau
memikirkan semua itu? Sesungguhnya, kitalah yang menentukan kehidupan kita”
saran Tuan Nam
“Aku
mencemaskan dia.” Akui Soo Hyun. Tuan Nam pikir sama halnya dengan hal itu juga
dengan kehidupan Jin Hyuk.
“Itu
jalan yang dia pilih dan dia sudah siap.” Jelas Tuan Nam. Soo Hyun mengaku
tidak mau keluarganya menderita.
“Itu sama
saja... Tidak ada orang tua yang bisa menentang jalan yang dipilih anaknya.
Yang terpenting adalah apa yang kalian berdua rasakan.” Kata Tuan Nam.
Soo Hyun
mengucapkan Terima kasih, Tuan Nam ingin tahu untuk apa. Soo Hyun mengaku karena
sudah menceritakan sebuah kisah sedih. Tuan Nam meminta agar merahasiakan
kepada siapa pun. Soo Hyun mengaku tidak akan bercerita kepada Sun Joo dengan
nada mengoda.
“Kenapa
tiba-tiba membahas Sun Joo?” kata Tuan Nam kesal. Soo Hyun mengakumendadak
terpikir tentang dia.
“Bagaimana
bisa? Kenapa kau bisa memikirkan tentang dia? Kau salah paham. Kau keliru.”
Kata Tuan Nam marah
“Aku terus
teringat masa lalu. Aku ingat jelas wajahmu yang besar saat menatap Sun Joo.”
goda Soo Hyun
“Itu
karena mataku kecil dan penglihatanku buruk.” Kata Tuan Nam, Soo Hyun tak ingin
membalasnya lagi memilih untuk tidur saja.
Sek Jang
mengeluh kakinya sakit, setelah melayani semua pelanggan di restoran. Dae Chan
memuji Sek Jang lalu menawarkan bir. Sek Jang setuju akhirnya mereka minum
bersama setelah bekerja. Sek Jang
meminum langsung bir mengeluh kalau tak akan bisa berhenti minum bir yang
begitu enak.
“Apa Kau
berniat berhenti minum?” ejek Dae Chan. Sek Jang mengaku berhati-hati karena melakukan kesalahan di
hari pertama tahun ini.
“Jangan
memacari pria yang mengkritik karena kau keliru saat minum.” Kata Dae Chan. Sek
Jang mengucapkan Terima kasih untuk sarannya.
“Ini..
Upah untuk hari ini.” Kata Dae Chan memberikan sebuah amplop. Sek Jang melihat
jumlahnya lumayan.
“Aku
bangga padamu dan memberi sedikit bonus. Aku tidak yakin kau akan mengerti
betapa murah hatinya aku.” Kata Dae Chan bangga
“Banyak
pria bilang aku mempesona, tapi baru kali ini seseorang bilang dia bangga
padaku.” Ucap Sek Jang
“Kalau
aku bilang kau memesona, kau akan bilang agar aku tahu diri. Benar, kan?” ejek
Dae Chan. Sek Jang tak mengerti maksudnya.
“Jujur
saja, aku tidak sempat mengatakannya karena melewatkan momen yang pas, tapi maaf
karena aku bersikap kasar kepadamu tempo hari. Maaf karena aku sudah menyinggungmu.”
Ucap Sek Jang
“Kalau kau
tidak mau mengencani pria yang tidak berijazah, kau boleh minum di sini saat
merasa kesepian. Kalau ada waktu, aku akan minum bersamamu.” Kata Dae Chan.
“Apa ini
caramu meningkatkan penjualan?”keluh Sek Jang. Dae Chan mengaku tidak menerima
uang dari wanita yang mempesona.
“Berhentilah
merayu... Sudah kubilang kau bukan tipeku... Ini bayaran untuk minumanku.” Ucap
Sek Jang lalu keluar dari restoran.
Saat
diluar restoran, Sek Jang mengeluh dengan Dae Chan yang berani bicara seperti
itu tapi mulai merasa Dae Chan sangat lucu. Sementara Dae Chan dalam restoran
meminta jantungnya agar jangan berdetak terlalu cepat.
Jin Hyuk
berdiri di tangga darurat mencoba melakukan video call dengan Soo Hyun. Tapi
Soo Hyun yang sudah mengunakan pakaian tidur tak mengangkatnya. Jin Hyuk
binggung karena Soo Hyun yang tak mengangkatnay akhirnya mencoba menelp.
“Apa ibu
sudah sampai?” tanya Jin Hyuk. Soo Hyun pikir
Karena Pak Nam datang, perjalanannya terasa nyaman.
“Apa kau
sedang di hotel?” tanya Soo Hyun. Jin Hyuk bertanya balik dimana Soo Hyun
sekarang. Soo Hyun mengaku sedang ada dirumah
“Kalau
begitu, kenapa tidak menjawab panggilan videoku? Kupikir Ibu sibuk, tapi Ibu
tidak menjawab telepon bahkan saat di rumah? Ini sangat mengecewakan.” Keluh
Jin Hyuk
“Bukan
begitu... tapiAku belum pernah melakukan panggilan video.” Akui Soo Hyun
“Jadi, Apa
Ibu tidak menjawab karena merasa canggung? Kau manis sekali.” goda Jin Hyuk
“Aku
sering melakukan konferensi video dengan tim luar negeri, tapi ini panggilan
pribadi dan itu terasa agak canggung.” Akui Soo Hyun
“Apa yang
canggung? Aku akan menutup telepon. Aku akan menelepon lagi nanti... Sekarang Harus
dijawab.” Ucap Jin Hyuk. Soo Hyun mengaku
lebih suka bicara seperti ini. Tapi Jin Hyuk sudah lebih dulu menutup
telpnya.
Soo Hyun
panik langsung berlari mengambil jaketnya, Jin Hyuk pun menelp Soo Hyun dengan
video call. Jin Hyuk pikir terasa berbeda saat saling menatap, Soo Hyun juga
merasa ini tidak buruk. Jin Hyuk terasa kesal mengetahui komentar Soo Hyun "Tidak buruk" untuk panggilan video
pertama dengannya.
“Tapi...
Hanya saja ini terasa canggung.” Akui Soo Hyun gugup.
“Jadi,
inilah salah satu kebahagiaan dari hubungan jarak jauh. Ini menyenangkan,
bukan?” kata Jin Hyuk
“Ya. Aku
bisa merasakan rasa sayang yang tidak biasa.” Akui Soo Hyun
“Kalau
begitu, mulai sekarang, mari kita lakukan panggilan video sebelum kita tidur.”
Kata Jin Hyuk. Soo Hyun akan memikirkannya.
“Apa yang
perlu dipikirkan? Pasangan lain melakukan ini beberapa kali sehari.” Kata Jin
Hyuk
“Beri aku
waktu untuk beradaptasi. Aku merasa sangat canggung sekarang.” Akui Soo Hyun.
“Aku tidak
merasa canggung sama sekali... Di saat seperti ini, aku makin menyukai Ibu.”
Kata Jin Hyuk
“Bagaimana
kau menilai hubungan dari hal seperti ini? Hal itu tidak bisa dinilai dari
panggilan video. Aku hanya merasa canggung, ini kali pertamaku melakukannya.”
Kata Soo Hyun dengan nada tinggi.
“Wah... Gawat,
Ibu mulai kesal.” Ejek Jin Hyuk. Soo Hyun mengelakkalau tidak kesal.
“Baiklah...
Anggap saja kamu tidak kesal, jadi Biar kulihat wajah cantikmu. Aku menelepon
karena rindu, tapi wajah Ibu malah makin menjauh. Setidaknya harus sedekat ini.”
Ucap Jin Hyuk mendekatkan wajah ke kamera.
“Lubang
hidungmu tampak sangat besar.” Ejek Soo Hyun. Jin Hyuk pikir dengan posisi
wajah 45 derajat
“Kau
selalu terlihat tampan.” Puji Soo Hyun. Jin Hyuk tersenyum karena harus menulis hal itu di buku hariannya malam
ini.
“Ini kali
pertama Ibu mengatakan bahwa aku tampan.” Kata Jin Hyuk. Soo Hyun seperti baru
menyadarinya.
“Tapi itu
yang selalu kupikirkan.” Kata Soo Hyun malu-malu.
“Aku hanya
memikirkan Ibu setiap saat dan mengatakan bahwa Ibu manis dan cantik, juga
mengungkapkan perasaanku setiap kali ada kesempatan. Jangan hanya memikirkan
sesuatu... Kita harus mengungkapkannya.” Kata Jin Hyuk.
“Apa kau
sangat ingin dipuji?” ejek Soo Hyun. Jin Hyuk merasa seperti sedang dimarahi.
“Sungguh.
Sangat..... Kau tampan. Sangat tampan... Kau pria paling tampan di dunia. Jin
Hyuk sangat tampan hingga dadaku aku sesak. Jin Hyuk pria paling tampan di
seluruh dunia.” Goda Soo Hyun
Jin Hyuk
tersenyum mendengarnya karena merasa senang dan Soo Hyun yang menyebut namanya.
Soo Hyun juga merasa senang, Jin Hyuk bertanya apakah Soo Hyun tak lelah. Soo
Hyun mengaku tak lelah. Jin Hyuk
bertanya Apa Soo Hyun masih mengonsumsi obat tidur belakangan ini?
“Aku bisa
membuat Ibu segera tidur jika berada di sisimu Aku manusia obat tidur.... Manusia
obat tidur dari Hongjae-dong... Jadi Kalau bisa, jangan minum obat lagi.” Ucap
Jin Hyuk
“Sekarang
tidak sebanyak sebelumnya... Kurasa bisa berkurang berkat kau.” Ucap Soo
Hyun
“Kalau
begitu, apa aku perlu menyanyi hingga Ibu tertidur? Aku akan menutup telepon
setelah melihat Ibu tertidur. Itu ide bagus, kan?” kata Jin Hyuk. Soo Hyun
menolak.
“Aku
tidak mau kau melihat seperti apa wajahku sebelum tidur.” Ucap Soo Hyun.
“Aku sedang
melihat wajah Ibu sekarang.” Kata Jin Hyuk. Soo Hyun menyangkal kalau dirinya masih
bekerja.
“Ah....
Begitu rupanya... Ibu memakai baju atasan terbalik di luar piama. Apa itu
membantu Ibu berkonsentrasi dalam bekerja?” goda Jin Hyuk. Soo Hyun menyadari
jaketnya terbalik.
“Panggilan
video tidak cocok untukku. Aku tidak suka.” Keluh Soo Hyun. Jin Hyuk mengaku
kalau suka.
“Aku akan
menutup telepon.” Kata Soo Hyun. Jin Hyuk menahanya dengan tatapan serius ingin
berbicara.
“Terima
kasih... Ibu datang kemari karena merindukanku.. Terima kasih.” Kata Jin Hyuk
tulus.
Soo Hyun
pikir Jin Hyuk Tidak perlu berterima kasih, karena Selama ini Jin Hyuk yang
melakukannya. Jin Hyuk meminta agar mereka bisa
bicara seperti ini sekali sehari. Soo Hyun mengatakan kalau akan
memikirkannya. Jin Hyuk merengek mendengarnya.
“Apa aku
tidak boleh membuat panggilan video di era digital?” keluh Jin Hyuk
“Apa kau
biasanya seperti ini? Aku sangat bingung sampai lenganku merinding. Apa Kau
lihat itu?” ucap Soo Hyun. Jin Hyuk mengaku tak melihat.
“Maksud
Ibu tipe yang seperti apa? Apa Tipe obsesif yang manis?” goda Jin Hyuk. Soo
Hyun pikir Jin Hyuk pandai merayu sekarang.
“Apa Ibu
sudah beradaptasi dengan panggilan video? Cobalah bersikap lebih santai.” Kata
Jin Hyuk
Soo Hyun
pun bergeser dengan bersadar di bantal
dan berpikir kalau sudah terlihat santai sekarang. Jin Hyuk bercerita
setelah mereka berpisah tadi, manajer umum dan berbincang, Soo Hyun mendengar
cerita seperti tertidur.
Jin Hyuk
menatap Soo Hyun yang akhirnya tertidur pulas,
lalu dengan senyuman bahagai mengucapkan “Selamat malam dan bermimpilah
yang indah.”
Tuan Park
dengan bangga memberitahu kalau Hotel mereka dimuat di "Tourist"
padahal Majalah ituu jarang membuat artikel promosi, tapi Jin Hyuk sukses di
Sokcho. Semua melihat artikel "Pilihan Turis. Hotel dan Sanggraloka
Terbaik” dan Foto Jin Hyuk ada diatasnya.
“Aku yakin
ini karena reputasi Donghwa... Belilah banyak eksemplar dan bagikan ke setiap
tim. Aku akan memperlihatkan secara langsung kepada Bu Cha.” Ucap Sun Joo
bahagia.
“Bu Kim,
Ibu tersenyum lebar...” goda Tuan Park.
“Tentu
saja, bukankah impian kita adalah bisa dimuat di majalah ini?” kata Sun Joo.
Eun Ji juga terlihat senang. Hye In langsung mengambil ponselnya dan mengambil
foto Jin Hyuk.
Jin Hyuk
melihat foto yang dikirimkan Hye In hanya bisa tersenyum. Hye In menelp
mengodanya kalau bisa mendapat promosi lebih cepat daripada dirinya. Jin Hyuk
mengeluh karena semua hanya kebetulan dan meminta Hye In agar memberikan foto
kepada orang tuaku juga
“Aku malu
mengirimkannya sendiri.” Kata Jin Hyuk. Saat itu manager memanggilnya. Jin Hyuk
buru-buru menutup telp dan akan menelp kembali.
“Sepertinya
hotel ini memiliki jimat keberuntungan.” Ucap Manager.
“Bapak juga
baik sekali. Jujur saja, awalnya aku tidak tahu siapa dia.” Kata Jin Hyuk
“Aku
selalu bertanya-tanya kenapa Bu Cha sangat menyukaimu, tapi sekarang aku
paham.” Kata Manager. Jin Hyuk seperti tak nyaman mendengarnya. Manager
bergegas pergi karena ponselnya yang terus menerima telp.
Soo Hyun
membaca artikel "Temukan Kehangatan Jauh Dari Rumah, Hotel Donghwa cabang
Sokcho, Korea" lalu berkomentar itu bagus. Sun Joo heran Soo Hyun hanya
berkomentar itu saja. So Hyun pikir
kalau untuk mengirim bunga untuk Jin Hyuk karena itu sudah kebiasaan mereka.
“Dia berhasil
mewujudkan impian Tim Humas yang dimulai Tim Humas selama lebih dari satu
tahun. Belum ada yang pernah melakukannya.” Kata Sun Joo
“Jadi Imbalan
seperti apa yang harus kuberikan?” tanya Soo Hyun.
“Kembalikan
dia ke tim kami... Pesta akhir tahun dan kejadian ini membuktikan bahwa aku
butuh dia di timku.” Pinta Sun Joo
“Berikan
dia liburan, hadiah uang, dan sejumlah voucer hotel.” Ucap Soo Hyun.
“Bu Cha,
ini kesempatan emas. Ini kesempatan untuk membawa Jin Hyuk kembali ke kantor
pusat.” Kata Sun Joo memohon.
“Dia
tidak menginginkannya dan perbuatan baiknya akan kehilangan arti.” Ucap Soo
Hyun. Sun Joo agak kaget tapi menganguk mengerti.
Jin Hyuk
baru saja akan masuk hotel pesan dari Soo Hyun masuk “Kau luar biasa.” Wajahnya
hanya bisa tersenyum. Sementara Woo Suk memikirkan tulisan untuk mendapatkan
Soo Hyun. Saat itu Sek Kim masuk ruangan memberitahu kalau Buket yang diminta
sudah siap. Woo Suk memujinya.
“Apa yang
harus kulakukan jika bunganya dikirim kembali?” tanya Sek Kim
“Kenapa
kau mencemaskan hal seperti itu?” ucap Woo Suk. Sek Kim mengaku tidak ingin
melihat Woo Suk terluka.
“Aku siap
ditolak sekitar seratus kali. Jika hatiku hancur, aku akan berlari. Itu lebih
baik daripada minum.” Ucap Woo Suk. Sek Kim setuju.
“Sekretaris
Kim... Sebagus apa tulisanmu? Aku perlu menulis sesuatu yang cocok dengan
bunga.” Kata Woo Suk
"Kau
atau bunga. Sulit untuk membedakan keduanya. Aku mengirimkan isi hatiku dengan
kata-kataku." Ucap Sek Kim. Woo Suk tersenyum menyuruh Sek Kim kembali
berkerja.
"Apa
kau adalah bunga atau bunga adalah kau? Aku mengirimkan hatiku yang
kebingungan." Kata Woo Suk akan menuliskan dikartu nama.
Soo Hyun
masuk ruangan melihat bunga seperti jalan dan banyak buket bunga. Sek Jang
sibuk mengambil foto, Soo Hyun mengeluh Sek Jang yang memotretnya. Sek Janbg
pikir ini tidak terjadi setiap hari. Sooo Hyun pikir seharusnya Sek Jang yang
mengirim ini kembali tapi malah menerimanya.
“Ibu
tidak di sini saat itu, jadi, aku bingung harus bagaimana. Kejadiannya sangat
cepat. Lagi pula, itu cantik.” Kata Sek Jang
Soo Hyun
melihat kartu yang ditulis Woo Suk "Aku
mengirimkan bunga yang mirip dirimu" dengan wajah kesal meminta Sek Jang
agar membersihkan ruanganya. Sek Jang
binggung cara melakuanya dengan semua bunga ini. Soo Hyun pikir kalau
dikirimkan ke rumah Sek Jang saja. Sek
Jang mengeluh karena mungkin tak akan bisa tidur.
Woo Suk
menelp langsung mengucapkan Selamat atas liputan di majalah itu karena
mendengar mereka memiliki standar yang ketat. Soo Hyun akan bicara tapi Woo Suk
lebih dulu bicara memberitahu kalau
sedang di ruang tunggu jadi mengajaknya bicara.
“Aku
punya banyak jadwal rapat, jadi, jangan tunggu aku. Selain itu, tolong jangan
lakukan ini lagi.” Tegas Soo Hyun
“Aku akan
menunggumu, jadi, tidak usah buru-buru.” Kata Woo Suk sabar.
Woo Suk
duduk sambil terus berganti meminum air putih, Soo Hyun masih sibuk di
ruanganya, Sek Jang memberitahu kalau Woo Suk masih menunggu dan ini sudah tiga
jam. Soo Hyun meminta agar Sek Jang menghubungi Tim Strategi Luar Negeri.
“Aku harus
memeriksa dokumen dari Kuba.” Ucap Soo Hyun seperti tak peduli. Sek Jang
mengangu mengerti.
“Apa aku
harus memberi tahu dia bahwa Ibu tidak bisa datang? Aku akan mengatakan Ibu
sangat sibuk dengan rapat.” Kata Sek Jang khawatir.
“Hubungi
Tim Strategi Luar Negeri.” Kata Soo Hyun tak mengubrisnya. Sek Jang pun
bergegas pergi.
Woo Suk
akhirnya tak bisa menunggu Soo Hyun pun memilih pergi.
Tuan Kim
duduk di toko melihat berita anaknya "Setelah tengah malam pada tanggal 1
Januari, Presdir Cha dari Hotel Donghwa..." wajahnya terlihat gelisah. Hye
In datang memanggil Tuan Kim, Tuan Kim mengejek Hye In yang sudah pindah ke negara lain karean hanya
mampir untuk makan siput bulan sekarang.
“Itu
sebabnya aku datang hari ini untuk mencari buah.” Ucap Hye In lalu
memperlihatkan majalah dengan wajah Jin Hyuk didalamnya.
“Majalah
ini sangat terkenal dan Bukan sembarang cerita yang diulas. Jin Hyuk dimuat di
salah satu halamannya. Bukankah itu keren?” kata Hye In juga bangga.
Tuan Kim
melihat judul berita "Temukan
Kehangatan Jauh Dari Rumah, Hotel Donghwa cabang Sokcho, Korea" dengan
senyuman bahagia melihat anaknya yang dibayar untuk melakukan pekerjaannya dan
orang-orang terkadang beruntung.
“Apa kau
ingin kesemek kering? Kami punya beberapa yang enak.”kata Tuan Kim, Hye In
menganguk karena merasa sangat lapar. Tuan Kim pun masuk untuk mengambilkanya.
Bersambung
ke part 2
Udah baca tulisan sinopsis aku 'kan..
hihihi...
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Tinggal Klik disini, buat
yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe akhir tahun
ini
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar