Woo Suk
memanggil Kim Jin Hyuk yang akan masuk rumah, Jin Hyuk melihat Woo Suk datang
dengan tatapan sinis. Woo Suuk mengaku
Rasanya aneh berada di sekitar lingkungan Jin Hyuk dengan nada menyindir
karena tidak berhubungan dengan lingkungan ini.
“Aku hendak
meneleponmu saat kau datang.” Ucap Woo
Suk. Jin Hyuk ingin tahu Untuk apa
“Karena
wanita yang kusukai pada pandangan pertama dan sampai saat ini. Wanita itu adalah
seseorang yang bisa membuat semua orang jatuh hati.” Ucap Woo Suk
“Kau
bilang "Wanita itu"? Namun, sangat sepihak jika kamu bicara seolah
dia pasanganmu. Aku akan berpura-pura tidak mendengarnya.” Kata Jin Hyuk
membalas dengan tatapan sinis dan yakin
“Mari
tunggu saja apa akan tetap terdengar begitu atau sungguh menjadi fakta.” Kata
Woo Suk menantang
“Apa
sebenarnya yang ingin kau katakan?” balas Jin Hyuk berani bicara
“Dia
seseorang yang tidak sepadan untukmu. Kau hanya pria biasa berusia 30 tahun. Kau
harus menemui seseorang yang cocok untukmu.” Kata Woo Suk
“Tidak
ada benar atau salah dalam mencintai seseorang... Pak Jung.. Tidak ada orang
yang sebelumnya mempertimbangkan apa dia layak untuk jatuh cinta pada
seseorang. Cinta bermula bahkan jauh sebelum seseorang berpikir sejauh itu. Jika
aku harus menderita untuk melindungi wanita itu, maka aku tidak akan kabur, apa
pun yang terjadi.” Tegas Jin Hyuk
“Bukankah
itu dianggap sebagai kebodohan?” sindir Woo Suk
“Itu
keberanian.” Ucap Jin Hyuk. Woo Suk mengerti dengan menyindir kalau akan
melihat apakah Jin Hyuk akan terus bersikap berani.
“Dan
berkat kau, aku menjadi sangat termotivasi. Mari lihat apa yang akan terjadi karena
keberanianmu itu.” Ucap Woo Suk. Keduanya saling menatap dengan tatapan dendam.
“Apa kau
ingin mengatakan hal lain?” tanya Jin Hyuk
“Tidak,
kita tidak perlu terburu-buru untuk membicarakan sisanya karena kita akan lebih
sering bertemu.” Kata Woo Suk, Jin Hyuk pun pamit pergi.
Tuan Kim
dan Soo Hyun duduk saling berpapasan dengan wajah tegang. Tuan Kim meminta maaf
karena tiba-tiba berkunjung. Soo Hyun tak masalah karena ia yang seharusnya
datang dan menyapa dan berpikir kalau
bisa membuat Tuan Kim merasa tidak nyaman jadi hanya mengirimkan sebotol
anggur.
“Kami
menikmatinya berkat kau. Terima kasih.” Ucap Tuan Kim. Soo Hyun menganguk
mengerti.
“Aku
tidak pandai merangkai kata, jadi, aku tidak handal berbasa-basi.” Kata Tuan
Kim. Soo Hyun mempersilahkan Tuan Kim bicara saja.
“Saat aku
melihat artikel mengenai Jin Hyuk, kupikir itu bukan hal serius, jadi, aku
tidak bertanya kepadanya. Tapi sepertinya dia cukup serius denganmu. Jadi, aku
bingung harus melakukan apa.” Kata Tuan Kim
“Aku
cukup aneh, kan? Mungkin karena kau unik atau mungkin karena dia normal. Tapi
aku tidak bisa menilai hal itu dengan mudahnya. Jin Hyuk sangat bijaksana.”
Kata Tuan Kim
“Mendengar
Paman mengatakan itu membuatku mengerti kenapa Jin Hyuk sangat bijaksana.”
Komentar Soo Hyun
“Putraku
jauh lebih baik daripada aku. Aku bertanya kepada Jin Hyuk apa aku harus
mendukung atau merasa khawatir. Lalu Dia ingin aku mendukung, tapi orang tua
selalu khawatir lebih dahulu. Kau pasti tahu hal itu akan membuat kalian
mengalami masalah, kan?” kata Tuan Kim. Soo Hyun berkaca-kaca mendengarnya.
“Jika pada
akhirnya kalian patah hati, apakah perasaan kalian berdua boleh menjadi makin
dalam? Aku tidak berniat membuatmu merasa tidak nyaman. Maafkan aku.” Ucap Tuan
Kim merasa tak enak hati.
“Tidak,
aku mengerti perasaan Paman... Paman adalah ayahnya.” Ucap Soo Hyun
“Masalah
mengenai cinta hanyalah kalian berdua yang tahu. Tapi jalan yang harus kalian
tempuh tampak terlalu sulit untuk ditempuh hanya dengan perasaan. Apa tidak masalah
jika aku mendukung kalian seperti yang dikatakan Jin Hyuk?” kata Tuan Kim ragu
“Saat
Paman menyebut kami spesial, aku tahu maksud Paman bahwa aku tidak cukup. Aku
tahu ini sulit, tapi aku akan berterima kasih jika Paman terus memperhatikan
kami.”ungkap Soo Hyun
“Para
pemain di ring adalah mereka yang mengalami kesulitan. Itu bukan masalah bagi
mereka yang hanya melihat.” Nasehat Tuan Kim.
Jin Hyuk
duduk dikamar sendirian mengingat saat bersama dengan Soo Hyun memberikan
cincin.
“Aku
berada dalam perimeter satu meter di dekatmu. Aku akan selalu ada di sana.”
Ucap Jin Hyuk lalu akhirnya menelp Soo
Hyun mengaku ingin bertemu denganya.
Keduanya
bertemu di restoran ceker pedas, Soo Hyun makan seperti untuk pertama kalinya.
Jin Hyuk yakin kalau rasanya sangat enak, Soo Hyun berkomentar kalau rasanya
pedas dan kenyal, tapi enak. Jin Hyuk pun bangga karena membaca pacarnya ke
restoran yang tak pernah didatangi.
“Hei... Apa
ini? Apa ini upaya terbaikmu? Coba Lihat.. Dagingnya masih sangat banyak.” Ucap
Jin Hyuk melihat ceker yang masih utuh dibuang begitu saja. Soo Hyun binggung.
“Coba
Perhatikan aku baik-baik... Kau setidaknya harus makan sebanyak ini.” Ucap Jin
Hyuk memberitahu memperlihatkan ceker hanya tinggal tulang besar saja.
“Kau
terlihat seperti orang gemuk... Aku tidak mau makan seperti itu.” Ejek Soo Hyun
“Aku
sangat terharu. Aku meminta melihat wajahmu lewat panggilan video, tapi kau
mengizinkanku untuk bertemu langsung.” Ungkap Jin Hyuk. Soo Hyun mengaku tidak
terlihat bagus di kamera.
“Aku sangat
ingin menemuimu hari ini.” Akui Jin Hyuk. Soo Hyun pikir mereka merasakan hal
yang sama.
“Aku juga
sangat merindukanmu hari ini.” Kata Soo Hyun. Jin Hyuk tak percaya mendengarnya.
“Itu
artinya hubungan kita ada di tahap yang cukup aman. Bahkan jika ada yang menggoda
pun, kita tidak akan goyah.” Kata Jin Hyuk penuh semangat.
“Apa
seseorang ingin menjodohkanmu di kencan buta? Bahkan jika kau ikut jutaan
kencan buta, aku ragu kau akan menemui orang seperti aku.”komentar Soo Hyun
mendengar ucapan Jin Hyuk.
“Salah.”
Kata Jin Hyuk. Soo Hyun pikir Jin Hyuk akan menemukannya.
“Maksudku,
aku tidak akan pernah ikut kencan buta... Baiklah, mari kita mulai makan malam
kita bagian berikutnya... Nasi kepal adalah kunci untuk kaki ayam.” Ucap Jin
Hyuk sudah membuat nasi dengan tanganya.
“Kita
hanya makan kaki ayam, tapi terasa seperti makan besar.” Kata Soo Hyun bahagia
lalu menerima suapan nasi kepal dari Jin Hyuk memuji kalau rasanya enak.
“Soo
Hyun... Kenapa kau menyukaiku?” tanya Jin Hyuk dengan wajah serius. Soo Hyun
heran melihat sikap Jin Hyuk yang aneh berpikir ada masalah.
“Jangan
mengubah topiknya. Aku serius. Kenapa kau menyukai Kim Jin Hyuk?” tanya Jin
Hyuk penasaran.
“Karena
dia adalah Kim Jin Hyuk... Hanya ada satu Kim Jin Hyuk di dunia ini.” Ucap Soo
Hyun mengoda. Jin Hyuk tersenyum mendengarnya.
“Kupikir
itu akan membuatku terjaga semalaman, tapi aku akan tidur nyenyak.” Ungkap Jin
Hyuk bahagia
“Pasti
ada sesuatu. Kau bersikap aneh.”komentar Soo Hyun. Jin Hyuk mengaku tak tahu
karena hanya ingin bersama Soo Hyun hari ini
“Sebaiknya
aku menginap di rumahmu.”kata Jin Hyuk. Soo Hyun merasa salah karena sudah
datang menemui Jin Hyuk menyuruh agar pulang saja karena sudah larut.
“Tidak,
aku akan ikut dan membantumu tertidur. Aku akan pergi diam-diam begitu kau
tertidur.” Kata Jin Hyuk
“Aku bisa
tidur nyenyak sendirian.” Keluh Soo Hyun. Jin Hyuk tahu kalau itu pasti Dengan
pil tidur
“Aku
manusia pil tidur.” Kata Jin Hyuk bangga. Soo Hyun ingin tahu kapaan Jin Hyuk
akan pulang kalau ikut ke rumahnya sekarang
“Ayolah,
Bu Cha. Apa yang Ibu bayangkan?” goda Jin Hyuk. Soo Hyun bali bertanya apa yang
dibayangkan Jin Hyuk sebenarnya.
“Saat Ibu
tertidur, aku hanya akan melihat Ibu tidak nyenyak, lalu pergi.” Ucap Jin Hyuk
“Aku hanya
mengatakan malam sudah larut jadi, bagaimana kau akan pulang?” keluh Soo Hyun,
keduanya seperti terlihat benar-benar pasangan yang saling jatuh cinta.
Soo Hyun
sudah berbaring ditempat tidur dan Jin Hyuk duduk menatapnya. Ia mengeluh
menyuruh Jin Hyuk pulang sekarang karena makin sulit tidur karena ada pacarnya
didepanya. Jin Hyuk malah meminta Soo Hyun bergeser dan mulai berbaring
“Wahh...
Ranjangmu sangat bagus.” Ucap Jin Hyuk langsung berbaring disamping Soo Hyun
“Aku
tidak bisa tidur karena kau menggangguku.” Keluh Soo Hyun yang duduk disamping
Jin Hyuk.
“Kenapa
kau terganggu padahal aku bersikap sopan? Ini tidak adil.” Balas Jin Hyuk
akhirnya duduk disamping Jin Hyuk.
“Minumlah
teh saja sebelum pergi. Ayo.. bangunlah” kata Soo Hyun, tapi Jin Hyuk malah
mendorong Soo Hyun untuk berbaring.
“Aku
harus menahan diri saat ini dan sekarang kau memintaku minum teh, lalu pergi?”
kata Jin Hyuk menatap Soo Hyun lebih dekat
“Aku
sangat lelah hari ini dan kini kau membuatku makin sulit tidur.” Ucap Soo Hyun
terus mengeluh menyuruh Jin Hyuk minggir karena berat ada diatasnya dan
mendorongnya.
“Astaga...
Di luar sana dingin, tapi dia bahkan tidak mengizinkanku tidur di sini... Aku
manusia pil tidur, tapi reputasiku hancur.” Ucap Jin Hyuk berbaring
membelakangi Soo Hyun dengan wajah cemberut. Soo Hyun hanya melirik merasa
bersalah.
“Omong-omong,
di sini sangat nyaman. Rasanya aku cocok di sini.” Kata Jin Hyuk kembali
berbaring.
“Bahkan
jika Sekretaris Jang datang pun, dia tidak tidur di sini. Ranjang ini tidak
pernah ditiduri dua orang.” Sindir Soo Hyun
“Ranjang
ini akhirnya bertemu pemiliknya... Ini bagus... Rasanya sangat nyaman, mungkin
aku akan tertidur lebih dahulu.” Ucap Jin Hyuk mengoda.
“Berdirilah
sebelum kau tertidur. Mengerti? Pulanglah.” Keluh Soo Hyun
“Jangan
terlalu antusias dan tidurlah.” Ucap Jin Hyuk menarik Soo Hyun untuk tidur
dipelukanya.
“Antusias?
Kau bicara melantur.” Kata Soo Hyun akan bangun tapi Jin Hyuk kembali
menariknya untuk tidur dipelukan. Soo Hyun mencoba menolak.
“Tetaplah
seperti ini sebentar saja... Aku sangat senang sekarang. Andai aku bisa tidur
seperti ini setiap hari. Suatu hari, itu akan terjadi kepada kita, kan?” kata
Jin Hyuk.
Soo Hyun
hanya diam saja seperti memikirkan sesuatu. Jin Hyuk heran karen Soo Hyu tak
menjawabnya. Soo Hyun mengaku sudah membayangkannya dan itu menyenangkan.
Beberapa saat kemudian, Jin Hyuk melihat Soo Hyun sudah tertidur pulas dan
perlahan bangun dari tempa tidur.
Jin Hyuk
melemaskan lenganya yang terasa kaku, lalu menatap Soo Hyun lalu meraba wajahnya
setelah itu perlahan keluar dari kamar. Soo Hyun terbangun melihat Jin Hyuk tak
percaya kalau dia memang manusia pil tidur.
“Dia
manusia stimulan.” Ucap Soo Hyun tersenyum bahagia lalu kembali tertidur tanpa
memerlukan pil tidur.
Tuan Choi
bertemu dengan Tuan Kim duduk diruangan mengaku sempat cemas kalau tidak lagi peduli tentang
urusan perusahaan Tapi hari ini datang untuk rapat pemegang saham. Tuan Kim
mengaku pasti datang karena ini agenda penting.
“Aku
sungguh tidak menduga Pak Jung membuat keputusan seperti itu.” Ucap Tuan Choi
“Kita
harus menyelamatkan hotel ini. Aku permisi.” Ucap Tuan Kim lalu berjalan pergi.
Di
ruangan
Sun Joo
terlihat gelisah, mereka ingin tahu siapa yang akan bergabung sebagai wakil
presdir. Eun Ji mendengar kalau kemungkinan Presdir Jung Woo Suk. Tuan Park
merasa kalau itu hanya omong kosong, Jin Hyuk mendengarnya diam-diam.
“Bagaimana
dengan posisinya di Taegyeong Electronics?” ucap Tuan Park. Eun Ji yakin kalau
Woo Suk akan dapat kedua jabatan itu. Tuan Park hanya bisa mengeleng kepala.
Jin Hyuk
terdiam mengingat yang dikatakan Woo Suk “Mari lihat apa yang akan terjadi karena keberanianmu itu. Kita
tidak perlu terburu-buru untuk membicarakan sisanya karena kita akan lebih
sering bertemu.”
Soo Hyun
duduk diam dalam ruangan, Sek Jang ingin tahu keadaanya. Soo Hyun mengaku tidak
baik-baik saja. Sek Jang mengaku tidak tahu cara mengelola perusahaan, tapi Ia rasa
tidak tepat untuk memutuskan hal secara sepihak.
“Apa
mereka tahu siapa yang membangun perusahaan ini? Apa wakil presdir?” ucap Sek
Jang kesal.
Soo Hyun
terdiam dalam kamarnya melihat judul buku "Membaca Buku yang Mengubah
Hidupmu" wajahnya terlihat sangat frustasi. Ia ingin menelp "Jung Woo
Suk" tapi terlihat ragu.
Tuan Nam
bertemu kembali dengan Sun Joo di ruanganya mengaku Kepalanya sangat sakit. Sun Joo ingin tahu
keadaan anaknya. Tuan Nam yakin Sun Joo
tahu kalau Soo Hyun makin diam jika
makin merasakan kesulitan.
“Dia bisa
berakhir di rumah sakit jika terus memendamnya seperti itu.” Kata Sun Joo
khawatir.
“Kenapa
ini terjadi begitu tiba-tiba? Segalanya berjalan begitu lancar hingga saat ini.”
Ucap Tuan Nam heran
“Itulah
masalahnya. Semuanya berjalan terlalu lancar. Aku begitu muak akan Ketua Kim
dari Taegyeong.” Ucap Sun Joo
“Bahkan Kudengar Ketua Kim mungkin bukan
dalang di balik semua ini. Sepertinya Pak Choi bertemu dengan para pemegang
saham Taegyeong. Lalu bagaimana dengan pemegang saham hotel ini? Siapa yang
menemui dan membujuk mereka?”kata Tuan Nam
“Benar.
Saat Ketua Kim berusaha mengambil saham dari mereka yang ada di pihak Bu Cha,
tidak ada yang bergerak. Tapi kenapa kali ini mereka mengkhianati Bu Cha?
Mereka sangat tidak setia. Kudengar Presdir Jung Woo Suk mungkin akan datang. Apa
menurutmu kabar itu benar?” kata Sun Joo penasaran.
“Untuk
apa dia bergabung sebagai wakil presdir? Ini bukan tempat yang tepat untuknya.”
Kata Tuan Nam terlihat marah.
Jin Hyuk
akan masuk ke dalam gedung, Hye In memanggilnya keduanya keduanya pun berjalan
bersamaan. Saat itu terlihat banyak petinggi keluar dari gedung, Tuan Choi
keluar menatap Jin Hyuk dengan sinis.
Pegawai
pikir kalau presdir baru datang, saat itu Woo Suk turun dari mobil dan disambut
oleh petinggi. Jin Hyuk hanya bisa terdiam saat keduanya saling bertatapan.
Soo Hyun
duduk diam melihat papan namanya "Presdir Cha Soo Hyun" Sementara Woo
Suk sudah duduk diruanga rapat mengucapkan Terima kasih sudah menyambutnya
sebagai presdir Hotel Donghwa. Ia mengaku tidak berpengalaman di bidang
perhotelan dan tahu kalau mereka samua cemas.
“Aku akan
mendiskusikan urusan hotel dengan wakil presdir, Bu Cha, dan berusaha keras
mengelola hotel ini.” Ucap Woo Suk yakin
“ Meski
mayoritas pemegang saham sudah setuju, tapi ada yang menentang. Apa alasan
Bapak bertindak sampai sejauh ini?” kata salah satu petinggi.
“Aku
melakukan ini demi kestabilan bisnis Hotel Donghwa.” Kata Woo Suk
“Dahulu
Hotel Donghwa hanya berbintang empat, tapi Bu Cha yang meningkatkan reputasinya
hingga seperti sekarang.” Balas si petinggi. Woo Suk sudah tahu.
“Tapi
jika Bapak mendadak terlibat, itu tidak masuk akal.” Komentar petinggi seperti
mendukung Soo Hyun.
“Ini
sudah diputuskan di rapat pertama kita. Tidak perlu ada pembicaraan seperti ini
lagi. Aku bicara karena tidak semua orang menyetujui keputusan ini.” Kata Pria
pendukung Jin Hyuk.
“Beberapa
saat yang lalu, hotel ini menghadapi sebuah krisis. Karena masalah hotel di
Kuba. Lalu Siapa yang menyelesaikan masalah itu? Apakah Bu Cha? Kudengar masalah
selesai karena keberanian pegawai baru. Apa kalian yakin hotel ini dikelola
dengan baik?” ucap Woo Suk menyindir
Semua
hanya bisa diam saja, Woo Suk yakin pengalaman dua presdir akan memberikan efek
sinergi yang sempurna lalu keluar dari ruangan. Tuan Kim hanya bisa diam saja
melihat sikap Woo Suk.
Sek Jang
memberikan minum dengan tatapan sinis, Woo Suk menerima minuman dengan duduk
didepan Soo Hyun, berkomentar kalau mantan istrinya akan mengikuti rapat pagi
ini lalu berpikir Soo Hyun masih merasa agak tidak nyaman.
“Apa yang
akan kamu lakukan dengan Taegyeong Electronics?” tanya Soo Hyun sinis
“Entah
apa pendapatmu tentangku, tapi aku pemain ganda. Mengelola satu hotel lagi
tidak akan menghambatku.” Ucap Jin Hyuk.
“Apa
tujuanmu?”tanya Soo Hyun, Jin Hyuk mengaku kalau itu untuk melindungi Soo Hyun dari dekat.
“Kenapa
aku butuh perlindunganmu?” kata Soo Hyun menahan amarah
“Karena
embusan angin mungkin akan menyeretmu. Kita harus lebih sering minum teh
seperti ini dan membicarakan masa depan Hotel Donghwa.” Kata Woo Suk mencoba
mencari cara untuk dekat dengan Soo Hyun
“Taegyeong...
Tidak.. Maksudku... Mengandalkan ibumu dan datang ke sini dengan mudah
sangatlah memalukan.” Tegas Soo Hyun
“Tidaklah
semudah itu... Apa Kau tahu betapa aku berhati-hati dalam merencanakan semua
ini? Tolong jangan bilang aku mengandalkan ibuku. Ibuku mungkin mengamuk saat
ini.” Ucap Woo Suk
Soo Hyun
benar-benar ingin tahu rencana Woo Suk. Woo Suk mengaku hanya ingin membantunya. Soo Hyun mengeluh kalau
cara seperti ingin dianggapnya membantu. Woo Suk meminta agar diberikan waktu
dan lihat saja apakah bisa membantu atau tidak. Soo Hyun menegaskan Mulai sekarang, buat janji dahulu jika ingin
menemuinya di kantor. Woo Suk menganguk mengerti.
“Karena
ini hari pertamaku, mau makan siang bersama?” tanya Woo Suk terus berusaha
dekat dengan Jin Hyuk.
“Kalau
sudah selesai, silakan pergi, Pak Jung.” Kata Soo Hyun menolak
“Aku akan
menghubungi jika aku punya pertanyaan.” Ucap Woo Suk. Soo Hyun menyuruh agar
menghubungi saja departemen terkait.
“Kalau
begitu, apa aku sebaiknya mendatangi departemen terkait?” kata Woo Suk terlihat
senyuman licik.
Sun Joo
panik melihat Woo Suk datang ke ruanganya, semua pegawai pun berdiri termasuk
Jin Hyuk. Woo Suk menyapa semua pegawai, meminta maaf karena tiba-tiba datang,
karena menurutnya bagian terpenting sebuah hotel adalah Tim Humas jadi ingin
menyapa.
“Kudengar
kau pria berbakat yang menyelesaikan masalah di Kuba. Aku menantikan kinerjamu
di masa depan.” Ucap Woo Suk melirik pada Jin Hyuk
“Itu
bukan apa-apa. Aku hanya mengambil kesempatan yang ada.” Kata Jin Hyuk sopan.
“Kau
berbakat dan rendah hati juga... Begitu banyak hal positif tentangmu.” Ucap Woo
Suk. Jin Hyuk pikir Woo Suk terlalu memuji dan mengucapkan Terima kasih.
“Meski
aku belum akrab dengan bidang perhotelan, aku akan berusaha keras. Mohon kerja
samanya. Aku permisi.” Kata Woo Suk lalu berjalan pergi. Jin Hyuk hanya bisa
diam saja.
Jin Hyuk
berada di dalam toko bunga terlihat kebingungan, pegawai ingin tahu Apa ada
tanaman tertentu yang dicarinya. Jin Hyuk
mengaku mencari tanaman yang menenangkan dan tidak terlalu besar.
Pegawai menawarkan tanaman lemon cypress karena akan mengeluarkan aroma begitu
kamu menyentuhnya.
Soo Hyun
duduk di ruangan membaca sebuah kartu
"Dari
Kekasih - Tanaman ini dikenal memiliki banyak fitonsida yang akan memperbaiki
suasana hatimu. Anggaplah ini kepalaku, usaplah sesekali. Ini akan mengeluarkan
aroma yang harum.” Wajah Soo Hyun tersenyum melihat hadiah dari Jin
Hyuk
Jin Hyuk
menerima pesan "Soo Hyun - Aromanya harum, Ini sungguh menenangkan. Aku
terharu.” Lalu Ia membalasnya “Anggaplah tanaman itu versi mini dari diriku dan
sayangilah dia.”
Sun Joo
memanggil Hye In bertanya apakah laporan untuk Bu Cha sudah selesai. Hye In pun
memberikan laporan pada Sun Joo, setelah itu Sun Joo pergi menemui Soo Hyun di
ruanganya.
“Mari
kita bicara jujur karena Bu Kim sudah pergi.” Kata Eun Ji, Tuan Park melarang.
Eun Ji tak mendengarnya.
“Jin
Hyuk... Itu Langkah yang diambil Presdir Jung kotor, kan? Walau dia memasuki
perusahaan ini secara paksa, kau pasti tidak akan menyerah.” Ucap Eun Ji
“Apa
hubungannya dengan Jin Hyuk? Sudah bertahun-tahun Taegyeong mengincar hotel
ini.” Kata Hye In membela. Semua pun hanya bisa diam saja.
Sun Joo memberitahu
aplikasi yang baru saja menjalin kerja sama dengan hotel mereka jadi berencana
memulai rekanan di acara Hari Putih
tahun ini. Soo Hyun pun mencoba untuk memastikan apa aplikasi ini bagus.
“Bagaimana
kalau kita menambahkan foto memasak di spanduk acara itu? Aspek visual itu
pasti akan lebih menarik.” Ucap Soo Hyun
“Kami
sudah atur jadwal pemotretan dengan kepala koki pastri kita.” Kata Sun Joo. Soo
Hyun pun memujinya.
“Apa Bu
Cha baik-baik saja? karena mungkin tidak baik” kata Sun Joo. Soo Hyun mengakubaik-baik
saja.
“Aku
meragukannya.” Kata Sun Joo, Soo Hyun menyuruh agar mengusap tanaman didepanya karena akan membuatnya
tenang.
“Bagiku
tidak berpengaruh.” Ucap Sun Joo setelah mencoba mengusap tanaman.
Saat itu
Sek Jang memberitahu Pak Nam datang. Apa perlu meminta agar menunggu. Sun Joo
mengaku tak perlu karena mereka sudah selesai lalu pamit pergi. Tuan Nam masuk
ruangan melambaikan tangan pada Sun Joo, tapi Sun Joo mengabaikan begitu saja.
“Apa
membalas sapaan hangat begitu sulit?” keluh Tuan Nam kesal. Soo Hyun
berkomentar kalau itu yang membuat Sun Joo begitu memesona.
“Jadi, apa
kau sudah menyelidikinya?” tanya Soo Hyun, Tuan Nam memberikan daftar panggilan
Pak Kim.
“Aku
sudah memeriksanya dan dia menghubungi satu nomor berkali-kali sebelum insiden
itu. Dia menghubunginya tiga kali lagi sebelum kabur.Nomor itu sekarang milik
orang lain, jadi, kita harus mencari tahu siapa pemilik sebelumnya.” Jelas Tuan
Nam
Soo Hyun
mengucapkan terimakasih, Tuan Nam pikir tak masalah untuk membantu. Soo Hyun melihat berkas "Daftar
panggilan". Tuan Nam melihat tanaman diatas meja tak percaya kalau ada tanaman yang mirip dirinya yaitu Gemuk
dan manis. Soo Hyun hanya bisa tersenyum.
Hye In
minum dengan Jin Hyuk bertanya apakah temanya itu menyalahkan diri sendiri. Jin
Hyuk membenarkan, Hye In menjelaskan
Taegyeong memang selalu mengincar Donghwa jadi itu bukan salah Jin Hyuk.
Jin Hyk menceritakan Woo Suk datang menemuinya kemarin. Hye In kaget
mendengarnya.
“Dia
bilang aku akan melihat apa yang akan terjadi nanti. Aku tidak mengerti maksud
ucapannya saat itu, tapi aku mengerti sekarang.” Ucap Jin Hyuk
“Aku
bingung. Mereka sudah lama sekali bercerai, kenapa dia melakukannya sekarang?
Tapi Jangan pikirkan. Bagaimanapun juga, dia hidup di dunia yang berbeda.” Ucap
Hye In menenangkan.
“Aku
lebih mencemaskan Bu Cha. Tapi Aku akan baik-baik saja.” Ungkap Jin Hyuk.
Dae Chan
mengeluh kalau kehilangan 20 dolar dari meja kasir. Jin Myung mengingatkan kalau Dae Chan yang
membeli jeruk hari ini lalu tak sengaja menjatuhkan tas milik Hye In terlihat
ada buku diary. Hye In panik meminta agar berhati-hati dan itu adalah buku
agenda yang dipilih Jin Hyuk sebelumnya yang berwarna merah.
“Maaf...
Tidak biasanya kau meninggikan suaramu. Apa ada masalah?” ucap Dae Chan.
“Kenapa
marah padahal tidak ada barang pecah belah di dalamnya? Apa persahabatan kita sedangkal itu?” ucap
Jin Myung. Hye In pun meminta maaf
“Sebenarnya,
ada banyak masalah di kantor hari ini.” Ucap Hye In
“Ya,
tentu saja. Mencari uang memang tidak pernah mudah. Itulah sebabnya pekerjaanku
di sini sangat melelahkan.” Kata Jin Myung
“Kalau
begitu, bekerjalah di tempat lain... Pasti kau dikeluarkan setelah satu shift.”
Keluh Dae Chan.
“Apa aku
sebaiknya mencari pekerjaan lain?” kata Jin Myung, Dae Chan mempersilahkan.
Hye In
mengajak keduanya minum saja. Jin Myung senang karan Hye In akan bersikap ramah sekarang. Dae Chan melucu
dengan lelucon garing, semua akhirnya tertawa bahagia layaknya teman.
Tuan Nam
masuk ruangan, Tuan Cha meminta maaf karena memintanya padahal sedang sibuk. Tuan Nam mengaku tak masalah karena Soo Hyun tidak sibuk hari ini. Tuan Cha
tahu bahwa Woo Suk bergabung sebagai
presdir pasti membuat Soo Hyun tertekan.
“Tapi dia
masih bisa terlihat tenang... Dia juga tidak lupa makan.” Ucap Tuan Nam, Tuan Cha tak percaya mendengarnya.
“Soo Hyun
sepertinya sudah berubah. Dia lebih berani sekarang.” Komentar Tuan Cha
“Rupanya
kamu sama sekali tidak mengenal putrimu. Soo Hyun memang selalu berani. Akhirnya
dia kembali menjadi dirinya sendiri. Tapi aku masih cemas Taegyeong akan
membuat masalah. Sepertinya mereka berusaha menghancurkan Soo Hyun lagi.” Kata
Tuan Nam
“Sebagai
ayahnya, aku tidak akan membiarkan hal itu terjadi.” Kata Tuan Cha. Tuan Nam
pikir Sebentar lagi pemilihan umum jadi Tuan Cha tidak bisa bertindak.
“Pemilihan
umum presiden memang penting, tapi anakku yang utama.” Kata Tuan Cha
Jin Hyuk
dan Woo Suk tak sengaja bertemu dilorong. Woo Suk bertanya apakah Jin Hyuk
sudah makan. Jin Hyuk menjawab sudah. Woo Suk yakin Jin Hyuk akhirnya mengerti
ucapan sebelumnya kalau mereka akan lebih sering bertemu.
“Kurasa
itu tidak perlu terlalu dimengerti.” Kata Jin Hyuk. Woo Suk pikir Jin Hyuk belum
mengerti.
“Apa
mungkin karena masalah ini terlalu rumit bagi seorang pegawai? Sekarang ada banyak
hal yang bisa kulakukan. Kau akan lihat apa kau suka atau tidak.” Kata Woo Suk
seperti memperingati.
“Demi
siapa Bapak melakukan ini? Kelihatannya ini hanya menguntungkan Bapak.” Ucap
Jin Hyuk. Woo Suk membenarkan kalau Ini hanya demi keuntungannya.
“Hari
itu, Bapak bilang masih mencintainya.” Kata Jin Hyuk, Woo Suk memuji Jin Hyuk
masih mengingatnya.
“Apa
seperti ini bukti cinta seseorang?” komentar Jin Hyuk. Woo Suk mengaku Ini
keputusasaan.
“Aku
tidak bisa hanya tinggal diam, lantas dengan putus asa aku berusaha melindungi
apa yang kumiliki. Entah keberanianmu
atau usaha putus asaku. Salah satunya akan hancur.” Tegas Woo Suk
“Cara ini
tidak benar... Bu Cha hidup untuk hotel ini “ tegas Jin Hyuk
“ Bu Cha
Soo Hyun juga memberiku alasan untuk hidup. Apa pertanyaanmu sudah terjawab?”
balas Woo Suk
“Aku tidak
tahu seperti apa masa lalu atau perasaan Bapak sebelumnya. Aku tidak berani
menilainya, tapi melukai orang lain secara sengaja sama sekali tidak terpuji.”
Komentar Jin Hyuk.
Woo Suk
ingin tahu kelanjutanya, Jin Hyuk tahu
kalau dirinya itu tidak sebanding dengan kekayaan atau kekuasaan Woo Suk, hanya
pria 30 tahun biasa jadi akan melindunginya dengan caranya sendiri. Woo Suk
pikir Ada yang sama dan ada pula yang
berbeda.
“Kau akan
segera mengetahui apa yang sama dan apa yang berbeda.” Kata Woo Suk
“Kuharap
Bapak pria yang punya akal sehat.” Balas Jin Hyuk.
Soo Hyun
duduk diruangan terlihat ragu untuk memberikan
"Tanda tangan, Presdir" lalu mengingat yang dikatakan waktu
saat bersama dengan Jin Hyuk.
“Aku
berikan semuanya... Hotel itu diberikan kepadaku sebagai tunjangan, tapi
bagiku, itu segalanya.” Ucap Soo Hyun.
Soo Hyun
terlihat kebingungan sendiri, dan akhirnya menyingkirkan berkas lalu berjongkok
didepan jendela ruanganya, terlihat sangat frustasi dengan keadaanya sekarang.
Bersambung ke part 2
Udah baca tulisan sinopsis aku 'kan..
hihihi...
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Tinggal Klik disini, buat
yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe akhir tahun
ini
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Kenapa saya nyari episode 15-16 tidak ada hanya sampai episode 14 saja
BalasHapus