Soo Hyun
dan Jin Hyuk menikmati kencan pertama di Kuba, bermain di pantai, menaiki mobil
dengan Jin Hyuk yang menutupi wajah Soo Hyun agar tak terkena matahari. Soo
Hyun pun bersandar di bahu Jin Hyuk di tepi pantai.
Malam
hari, Soo Hyun berdiri dibalkon. Jin Hyuk memeluknya dari belakang lalu
menciumnya. Keduanya pun akhirnya berciuman seperti melampiaskan rasa cinta
mereka yang tertahan selama ada di Korea. Keduanya terlihat sangat bahagai
menikmati malam terakhir di Kuba.
Pagi hari
di bandara, Jin Hyuk tertidur nyenyak dibangku. Soo Hyun melihatnya lalu duduk
disampingnya sambil tersenyum. Jin Hyuk pun terbangun, Soo Hyun mengaku kalau
baru ingat sesuatu kalau pernah
menawarkan seorang pria tiket kelas
bisnis.
“tapi dia
menolak dan berkata ingin menepati janji
pada dirinya sendiri.” Ucap Soo Hyun menyindir.
“Ya, aku
ingat pernah mengatakannya.” Akui Jin Hyuk
“Aku
membeli tiket kelas bisnis, tapi kau bisa menolaknya lagi jika itu yang kau mau. Aku akan naik pesawatnya sekarang.”
Kata Soo Hyun berjalan pergi. Jin Hyuk langsung mengejar dan memeluknya.
“Ajak aku
bersamamu.” Ucap Jin Hyuk memeluk bahu sang pacar. Soo Hyun pun terlihat
bahagia berjalan disamping Jin Hyuk.
Soo Hyun
sudah duduk di meja kerjanya, melihat "Pengumuman" di laya komputer
"Pengangkatan Pegawai Kim Jin Hyuk,
wajah Donghwa" wajahnya terlihat tersenyum, Jin Hyuk akan masuk kantor tersenyum
melihat ID Cardnya.
“Jin
Hyuk, selamat datang kembali di Tim
Humas.” Teriak Sun Joo bahagia, lalu memberikan buket bunga.
Hye In, Eun
Ji dan Tuan Park menyapa, hanya Tuan Lee terlihat tak suka melihat Jin Hyuk
kembali. Tuan Park ingin tahu Bagaimana rasanya kembali kemari untuk kali
kedua. Jin Hyuk mengaku Rasanya
menyenangkan. Eun Ji mengaku sudah tahu Jin Hyuk akan kembali karena sungguh
tidak patut diusir. Tuan Park mengeluh mendengarnya.
“Jin
Hyuk, mejamu sudah kubersihkan pagi tadi.” Ucap Eun Ji mengoda. Jin Hyuk
mengucapkan Terima kasih.
“Pak Lee,
kau harus sampaikan sesuatu.” Kata Tuan Park, Tuan Lee terlihat binggung lalu
gugup.
“Selamat
datang kembali.” kata Tuan Lee. Jin Hyuk pun mengucapkan Terima kasih.
Jin Hyuk
keluar dari ruangan, mengirimkan pesan pada Soo Hyun “Bukankah seharusnya kau
perlihatkan wajahmu setelah aku kembali?” . Soo Hyun yang ada diruangan tersenyum
membacanya lalu membalas pesan Jin Hyuk “Selamat atas kembalinya posisimu.”
“Apa Itu
saja? Astaga, kau membuatku sedih.” Keluh Jin Hyuk membalas pesan Soo Hyun
“Apa Kau
ingin hal lainnya? Apa Aku harus melakukan hal lebih dari ini?” tanya Soo Hyun
“Perlihatkanlah
wajahmu.” Balas Jin Hyuk. Soo Hyun menyuruh Jin Hyuk agar Datang ke ruangannya.
“Aku
pribadi berpikir ruanganmu akan terasa terlalu formal.” Kata Jin Hyuk
“Kau
tidak akan memintaku bermalam denganmu di luar lagi, kan?” balas Soo Hyun
panik.
Jin Hyuk
akhirnya menelp, mengaku tidak bisa melakukan itu di hari pertama kembali ke
kanto pusat. Soo Hyun terlihat karena Jin Hyuk berpikir ruangannya akan terlalu
formal dan tidak mau keluar. Lalu ingin tahu ingin bertemu di mana.
“Ada
tempat yang didatangi pegawai dan tidak Ibu ketahui. Mari bertemu di sana
sebentar.” Ucap Jin Hyuk
“Tidak
ada tempat seperti itu. Aku tahu setiap sudut Hotel Donghwa.” Kata Soo Hyun
“Apa Kau
mau bertaruh?” ucap Jin Hyuk menantang. Soo Hyun ingin tahu apa taruhanya.
“Yang
kalah mentraktir makan malam.” Kata Jin Hyuk, Soo Hyun setuju ingin tahu dimana
Soo Hyun akan bertemu denganya.
Jin Hyuk
meminta Soo Hyun agar Pertama, keluar dari ruanganya laluu pergi ke gedung hotel dan naik ke liftnya. Soo Hyun
akhirnya keluar dari ruangan menaiki lift, bertanya harus ke lantai
berapa. Jin Hyun menyuruh agar ke Lantai
basemen kedua.
“Apa Maksudmu,
pintu masuk ke ruangan gudang?.” Ucap Soo Hyun panik
“Kita
tidak bisa bertemu di sana. Semua akan melihat kita Kenapa ekspektasimu begitu
rendah?” Kata Jin Hyuk.
Ini mengarah ke ruang cuci dan dapur restoran.”
Ucap Soo Hyun keluar dari lift.
“Astaga,
kau tahu segalanya. Ibu memang hebat.” Puji Jin Hyuk mengoda. Soo Hyun pikir
Ada banyak staf dan Jin Hyuk ingin bertemu di sini.
“Astaga,
jika begitu, aku akan meminta bertemu di lobi. .. Cepat masuklah.” Kata Jin
Hyuk.
Soo Hyun
bertemu dengan beberapa pegawai, akhirnya berpura-pura sedang berbicara dengan Direktur.
Jin Hyuk tertawa mendenagar dirinya dianggap sebagai direktur lalu meminta Soo
Hyun kalau ada pintu di ujung lorongnya.
Soo Hyun
melihat pintu bertuliskan "Jangan buka pintu darurat kebakaran" Jin
Hyuk pun menyuruh Soo Hyuk agar membuka pintunya karena akan terkejut sekarang.
Soo Hyun tak melihat keberadaan Jin Hyuk, tapi saat berbelok melihat sosok pria
yang dicintainya.
“Kau
tidak tahu soal tempat ini, kan?” ucap Jin Hyuk mendekat, Soo Hyun pikir
pegawainya pasti mengerjakan konstruksi di sini.
“Tim
Fasilitas mengurus pemanfaatan ruang.” Kata Soo Hyun. Jin Hyuk yakin Soo Hyun
pasti tidak akan tahu.
“Kurasa
aku menang taruhannya.” Kata Jin Hyuk bangga, Soo Hyun tak berkomentar
mengalihkan kalau suasana sangat sunyi
“Ini
bagus, kan? Mereka hanya memakainya untuk acara. “ kata Jin Hyuk bangga
“Sepertinya
kau lebih paham hotel ini daripada aku.” Ucap Soo Hyun
“Kami
simpan peralatan di sini saat adakan acara akhir tahun itu.” Kata Jin Hyuk. Soo
Hyun menganguk mengerti.
“Kau
menang taruhannya dan sudah melihat wajahku, jadi mari kembali.” kata Soo Hyun
jual mahal
“Apa ini?
Apa Kau mau pergi setelah menemuiku sebentar?” keluh Jin Hyuk. Soo Hyun pikir
banyak yang harus Jin Hyuk kerjakan setelah kembali.
“Ya, tapi
30 detik tidak cukup untuk menemuimu. Ini Tidak bisa dibilang aku menemuimu
jika sesingkat sekarang.” Kata Jin Hyuk
“Bukan
berarti ada hal yang bisa kita lakukan di sini.” Ucap Soo Hyun
“Maksudku
adalah... Kita bisa bertemu langsung selama jam kerja seperti ini dan... Inilah
inti dari romansa di kantor.” Kata Jin Hyuk mengoda sambil mendekat Soo Hyun
sampai bersandar di dinding.
Soo Hyun
terlihat gugup mendengar “Romansa di kantor” menurutnya Akan sangat canggung jika seseorang melihat
mereka. Jin Hyuk pikir Tidak ada acara
apa pun jadi tidak akan ada yang datang dengan nada mengoda.
Tiba-tiba
terdengar suara pegawai mengaku sudah membersihkan bagian dalamnya kemarin jadi
datang untuk beristirahat. Soo Hyun panik langsung mendorong Jin Hyuk masuk ke
dalam ruangan. Pegawai kaget melihat Soo Hyun lalu menyapanya.
“Kenapa
Ibu ada di sini?” tanya pegawai. Soo Hyun mengaku hanya datang untuk melihat
sajal
“Apakah
semuanya nyaman untuk staf... Silakan lanjutkan.” Ucap Soo Hyun bergegas pergi.
Jin Hyuk didalam ruangan bisa bernafas lega karena akhirnya Soo Hyun bisa
kabur.
Didalam
ruangan, Tuan Park menelp sambil menyindir Jin Hyuk itu kembali ke Sokcho. Jin
Hyuk mengaku tak mungkin, mengaku ada di toilet.
Tuan Park menyuruh Jin Hyuk
agar segera selesaikan dan kembali. Jin Hyuk mengerti akan hampir selesai.
Akhirnya
diam-diam Jin Hyuk mengintip dan keluar ruangan, tapi ternyata si bibi istirahat dibelakang
pintu. Jin Hyuk kaget melihat si bibi langsung bergega pergi dan pamit dengan
wajah memerah. Si bibi melihat seperti
tahu kalau keduanya sedang dalam masa-masa menyenangkan.
Tuan Choi
berjalan dilorong menerima pesan dari "Presdir Jung Woo Suk" terlihat
video saat berbicara dengan Tuan Kim “Ini hanya akan menghancurkan Presdir Cha.
Aku ingin kau mundur begitu selesai dengan hal ini.” Wajah Tuan Choi panik
melihat sekeliling memastikan tak ada yang melihat.
“Apa Kau
terkejut?” ucap Woo Suk menerima telp Tuan Choi. Tuan Choi pun mengajak untuk berbincang
langsung.
Soo Hyun
duduk dibangku belakang memanggil Tuan Nam, Tuan Nam langsung tahu kalau Soo
Hyun mau ke Hongjae-dong. Soo Hyun hanya
tersenyum lalu mengejek kalau seperti ini maka Tuan Nam akan pindah ke
Hongjae-dong.
“Aku
sungguh mempertimbangkannya. Tinggal di lingkungan yang sama dengan Sun Joo membuat
hidupku lebih melelahkan. Akan jauh lebih baik untuk hidup lebih dekat dengan
Jin Hyuk. Apa Kalian ingin tinggal bersama? Jika ini bukan soal pergi ke
Hongjae-dong, apa yang ingin kau lakukan?”goda Tuan Nam
“Ini soal
hotel di Kuba.” Akui Soo Hyun
“Aku
tadinya ingin tanyakan padamu. Kamu tidak akan bertindak? Apa Kamu tidak akan
mencoba mencari tahu siapa Pak Kim itu?” ucap Tuan Nam
“Aku harus
tahu siapa orang di baliknya. Aku tidak bisa meresmikannya dan meminta polisi
menyelidiki.. Serta, aku tidak mau hotel di Kuba menjadi topik pemberitaan.
Jadi, aku memikirkannya dan butuh bantuanmu.” Ucap Soo Hyun. Tuan Nam
mempersilahkanya.
Tuan Choi
dan Woo Suk bertemu di ruangan, suasana terlihat tegang. Tuan Choi mengaku sangat
terkejut. Woo Suk mengaku juga merasakan hal yang sama. Tuan Choi mengeluh kalau Woo Suk itu tak perlu
untuk bertindak sejauh itu karena Ini jelas bukan hal yang akan membuat senang
Ketua Kim. Woo Suk pikir Yang penting hasilnya.
“Jadi
silakan katakan padaku... Kau pasti meneleponku karena ingin sesuatu.” Ucap
Tuan Choi
“Kau
terdengar yakin. Apakah kamu ingin berkata hanya mengikuti perintah? Aku tidak
berniat memberimu masalah dengan video itu. Aku ingin bantuanmu, tapi kupikir
kau akan menolak. Jadi, kuperlihatkan padamu.” Ucap Woo Suk
“Sekretaris
Cho juga ada di video itu.” Kata Tuan Choi yakin
“Apa Maksudmu,
sekretaris yang membantu Ketua? Aku ragu dia masih ada di Korea. Ibuku mungkin
sudah menyembunyikannya. Kau pasti tidak tahu persis ibuku.” Kata Woo Suk. Tuan
Choi terlihat panik
“Bagaimana
jika begini? Hanya kita yang akan tahu video itu. Tapi pertama, bagaimana jika
kau tanyakan pendapat Ketua? Apakah dia akan melindungimu atau menyalahkanmu
untuk segalanya? Kurasa pilihannya yang kedua.”ucap Woo Suk yakin
“Kita
bisa bahas lagi setelah kau menemuinya. Jika kau lebih dahulu menyebutkan video
itu, maka aku tidak akan ragu lagi. Akan langsung kukirimkan videonya ke Bu
Cha.” Kata Woo Suk. Tuan Choi hanya bisa diam.
Hye In,
Dae Chan dan Jin Hyuk merayakan atas kembalinya Jin Hyuk ke Seoul lalu minum
bersama. Dae Chan merasa kalau Seluruh lingkungan terasa ceria dengan kembalinya
Jin Hyuk. Hye In memberitahu akalu Dae Chan hanya diam saja tanap Jin Hyuk dan
berpikir sedang merasa depresi. Jin Hyuk tak percaya mendengarnya.
“Tidak.
Aku hanya jadi melankolis dan Aku merasa kesepian di musim dingin.” Ucap Dae
Chan. Tersenyum.
“Hei,
pekerja paruh waktu... Kembalilah bekerja...” teriak Dae Chan melihat Jin Myun
keluar dari dapur.
“Apa Kau
mengomel padaku karena kesepian? Rambutku mulai rontok karena kamu membuatku
stres.”keluh Jin Myung memakai alat penumbuh rambut.
“Itu milikku.
Aku tidak berkata kamu bisa memakainya.” Balas Dae Chan. Jin Myung mengeluh Dae
Chan yang pelit karena mereka seharusnya berbagi. Hye In meminta agar mereka berhentilah
bertengkar.
“Serta,
berhentilah memanggilku pekerja paruh waktu... Panggillah aku rekan. Itu
terdengar lebih bagus.” Kata Jin Myung.
“Tentu,
tapi rekan tidak dibayar.” Goda Dae Chan. Jin Myung pun tak bisa berkata-kata.
“Apa Kau
sudah membelikan hadiah untuk ibumu?” tanya Hye In. Jin Hyuk mengaku sudah memikirkannya.
“Apa Maksudmu,
ibu kita?” kata Jin Myung binggung. Hye In dan Dae Chan mengeluh Jin Myung yang
tak mengetahuinya.
“Biarkan
aku terlibat. Bisa katakan kita membelinya bersama?” kata Jin Myung. Jin Hyuk
setuju.
“Apa Kita
akan adakan pesta ulang tahun untuknya?” tanya Hye In. Jin Myung mengaku akan
ajak ibunya keluar. Dae Chan memujinya.
“Akan
kupakai hadiah tiket menginap gratis yang kudapat, lalu juga mengajaknya makan
di hotel itu. Itu akan bagus, kan? Kuharap mereka akan suka.” Kata Jin Hyuk
“Ibumu
pasti akan menyukainya... Dia anak baik... Jika bisa dapat anak seperti Jin
Hyuk, kurasa aku akan berpikir bahwa menikah sungguh sepadan.” Ucap Dae Chan.
“Apa ini?
Pernikahan? Apa Kau dekat dengan seseorang?” tanya Jin Hyuk bersemangat.
Dae Chan
menyangkalnya, Hye In pun tak percaya Dae Chan akan menikha. Jin Myung pikir
Dae Chan Jangan terlalu berharap. Dae Chan mengalihkan pembicaran untuk
merayakan kembalinya Jin Hyuk dan mengajak bersulang.
“Untuk
pernikahan Dae Chan di masa mendatang.” Kata Jin Hyuk. Jin Myung pun ikut kalau
bersulang untuk ulang tahun ibunya. Keempatnya terlihat bahagia.
Tuan Kim
duduk di "Toko Buah Jangsoo" wajahnya terlihat tegang melihat berita
anaknya "Presdir Cha Soo Hyun dan pria misterius turun dari mobil
bersama" . Esok harinya, Jin Hyuk keluar lobby menemui ayahnya yang sedang
menunggu dilobby, lalu duduk dicafe bersama.
“Bagaimana
dengan tokonya?” tanya Jin Hyuk. Tuan Kim megaku keluar untuk berjalan-jalan karean Membosankan
hanya diam di toko.
“Kau
harus segera kembali, kan?” kata Tuan Kim. Jin Hyuk melihat kalau waktunya
masih 30 menit lagi hingga istirahat makan siang berakhir.
“Ayah
ingin berbincang, tapi ibumu selalu ada di rumah, jadi...” kata Tuan Kim ragu
“Kenapa
Ayah tidak memintaku menemuimu di toko?” kata Jin Hyuk. Tuan Kim mengaku juga
ingin melihat kantor anaknya.
“Jin
Hyuk.... Ayah tidak bisa terus bersikap seolah tidak tahu... Kurasa ibumu juga
khawatir... Kau dan Presdir itu...” ucap Tuan Kim gugup.
“Seharusnya
kukatakan lebih awal, tapi aku tidak punya waktu yang pas.” Akui Jin Hyuk
merasa bersalah.
“Ayah
merasa tidak tenang saat kau dipindahkan ke Sokcho. Ayah tidak bisa tanyakan
kenapa mendadak kau dimutasi. Kau sempat membahas soal mencintai dan berusaha.
Mungkin kau mengatakannya karena hubunganmu dan dia sulit. Apa Menurutmu tidak
apa-apa?” kata Tuan Kim
“Apa
Maksud Ayah?” tanya Jin Hyuk binggung. Tuan Kim pikir Hotel milik Soo Hyun terlihat
bagus dan besar.
“Berarti
dia punya beberapa, termasuk yang di Kuba. Dia juga orang terkenal... Ayah
mempercayaimu, Jin Hyuk... Tapi...” kata Jin Hyuk ragu.
“Ayah... Aku
sudah memikirkannya dengan baik. Ayah juga mencemaskannya, kan? Namun, Ayah...
aku sudah memutuskan tetap berhubungan dengannya. Aku tidak tahu akan sejauh
mana hubungan kami, tapi aku bersedia melangkah sejauh mungkin.” Kata Jin Hyuk
yakin
“Bagaimana
kalau ada yang salah? Baiklah. Saat dua orang saling mencintai, mencemaskan
yang terjadi di masa depan tidaklah tulus... Ayah hanya ingin tahu bagaimana
perasaanmu agar juga bisa memutuskan... Entah itu mendukungmu atau
menghentikanmu.” Ucap Tuan Kim seperti berusaha untuk yakin
“Tolong
dukung aku, Ayah.” Pinta Jin Hyuk. Tuan Kim tak banyak bicra karena waktu makan
siang Jin Hyuk sebentar lagi selesai memintanya kembai saja.
Tuan Nam
makan direstoran dengan lahap, bertemu dengan seseorang seperti temanya. Pria
itu pikir kalau sulit sekali bicara santai dengan Tuan Nam saat berpakaian rapi
dan sangat Canggung sekali. Tuan Nam pikir pria itu juga harus tahu perasaanya.
“Setiap
pagi terasa menyiksa.” Kata Tuan Nam lalu mengeluarkan sesuatu.
“Hei,
urusan bisnis nanti saja setelah makan.” Keluh si pria seperti seorang
detektif.
“Makan
dengan mulutmu, dengarkan dengan telingamu... Berikan catatan panggilan dari nomor
ini.” Kata Tuan Nam
“Kau
seperti Pak Nam yang dahulu kukenal.” Kata Si pria melihat nama "Kim Jin Tae" bertanya apakah ada
suatu masalah.
“Tolong
bantu aku... Aku harus menyelidikinya, tapi harus dilakukan diam-diam. Kenapa
ingin tahu urusan orang lain?” kata Tuan Nam. Si pria mengerti dan meminta agar
memberikan waktu.
“Omong-omong,
anggap aku menghajar orang karena dia layak dapatkan itu. Dia berselingkuh dari
istrinya, jadi, aku memukulinya. Apa yang terjadi selanjutnya?” tanya Tuan Nam
“Kau akan
ditangkap.” Kata Si detektif, Tuan Nam mengangguk mengerti.
Sun Joo
memberikan lauk untuk anaknya, merasa karena sudah lama tidak makan di luar jadi meminta agar makan
yang banyak, karena anaknya yang terlihat kurus. Ji Yu mengakusedang diet. Sun
Joo mengeluh anaknya diet kalau kau
sedang belajar.
“Ibu juga
sedang diet.”ejek Ji Yu. Sun Joo mengaku Itu karena tidak berselera makan.
“Kenapa
tidak berselera? Apa Karena perceraian?” kata Ji Yu. Sun Joo mengaku Bukan.
“Saat kau
menikah nanti, bagaimana kalau ibu dihina karena bercerai?” tanya Sun Joo
khawatir.
“Aku
tidak akan berhubungan dengan pria semacam itu. Ayah tidak berselingkuh karena
Ibu tidak cantik. Tapi Ayah yang aneh.” Kata Ji Yu marah. Sun Joo mengaku tidak
setuju.
“Ibu tahu
aku pintar di sekolah.” Kata Ji Yu. Sun Joo tahu kalau Ji Yu bahkan tidak
memerlukan bantuan ibunya.
“Itu
karena aku ingin menjadi seperti Ibu... Ibu keren. Aku ingin bekerja di
perusahaan bagus sepertimu dan menjadi wanita keren. Itu berarti aku menyukai
Ibu Lebih dari siapa pun.” Kata Ji Yu bangga
“Terima
kasih... Ibu jadi bersemangat karenamu, Kau juga tidak boleh patah arang karena
apa pun. Ibu membesarkanmu dengan memberi makanan organik.” Kata Sun Joo
bangga.
“Kenapa
tiba-tiba membahas makanan organik?” kata Ji Yu. Sun Joo juga tak tahu.
“Kalau
begitu, saat Ibu jadi nenek nanti, aku juga akan memberikan Ibu makanan
organik.” Kata Ji Yu. Sun Joo terlihat berkaca-kaca mengajak Ji Yu untuk makan.
Soo Hyun
melihat foto-foto taman bermain didekat rumah Jin Hyuk lalu teringat ucapan
sebelumnya kalau ia ingin pergi ke taman bermain di Hongjae-dong. Jin Hyuk memberitahu aklau Tempat itu sebentar
lagi hilang. Soo Hyun pikir kalau Jin Hyuk pasti sedih.
“Tentu
saja... Aku seperti tumbuh besar di taman bermain itu.” Ucap Jin Hyuk. Soo Hyun
akhirnya menelp Jin Hyuk.
“Aku
sudah berjanji akan mentraktirmu makan malam” ucap Soo Hyun
“Kau
ingat, ya? Maksudku, kau kalah taruhan dan harus mentraktir makan malam, tapi kamu
diam saja, aku jadi bingung harus bagaimana. Ini salah satu situasi canggung
kita. Tapi Syukurlah kau ingat.” Ejek Jin Hyuk.
Keduanya
duduk di ayunan, Soo Hyun pikir Semua
orang bisa lupa, karena Jin Hyuk yang terlihat kesal. Jin Hyuk merasa Soo Hyun
harus mentraktir makan malam agar mereka bisa bertemu. Tapi Soo Hyun yang tidak
tepati janji dan tidak memahami perasaannya.
“Tapi
tetap saja aku merindukanmu setiap hari. Mau bagaimana lagi? Aku hanya harus
memahaminya.” Kata Jin Hyuk
“Aku
ingin ke taman bermain ini bersamamu sebelum tempat ini hilang, karena itu aku
mencari alasan mentraktirmu makan malam. Sepertinya kau yang tidak memahami
perasaanku.”komentar Soo Hyun terlihat sinis
“Astaga...
Aku salah...”kata Jin Hyuk memegang kaki Soo Hyun berjongkok didepan pacarnya.
“Aku
teringat tempat ini saat melihat taman di Kuba. Tempat ini sangat berarti bagimu,
aku jadi bertanya-tanya bagaimana perasaanmu jika taman ini hilang. Aku sedih...
Apa Kau sendiri kecewa?” ucap Soo Hyun
“Soal
taman di Kuba, kakek itu bilang begini padaku. Dia mulai mencintai istrinya di
taman itu serta menggenapi cintanya di sana. Sayang sekali taman ini akan
hilang, tapi di sini juga aku boleh memulai cintaku. Aku bisa melepaskannya
dengan senang.” Kata Jin Hyuk lalu perlahan mendorong Soo Hyun.
“Apa Memang
kakimu tidak sakit?” tanya Soo Hyun. Jin Hyuk mengeluh Soo Hyun yanbg berbakat
merusak momen romantis.
“Ayo, kau
harus mentraktirku makan.” Kata Jin Hyuk. Soo Hyun bertanya mau kemana mereka.
“Bagaimana
kalau kita makan siput bulan?” tanya Soo Hyun, Jin Hyuk pikir Tempat itu tidak bagus untuk kesehatan jiwanya
dan mengajak kalau Hari ini ke tempat lain saja lalu mengandeng tangan Soo Hyun
pergi.
Woo Suk
sudah membawakan buket bunga dan juga sebotol wine, wajahnya terlihat
bersemangat. Lalu ia mengirimkan pesan pada Soo Hyun “Apa Bisa bertemu hari ini? Ada yang ingin
kuberikan padamu.”
Sementara
Soo Hyun dan Jin Hyuk sudah ada diwarung tenda, mereka memikirkan akan makan
apa. Jin Hyuk pikir Soo Hyun yang membayarnya jadi... Soo Hyun pikir tempat
sempurna untuk udon. Jin Hyuk pun setuju mereka mulai dengan udon.
“Jangan
seruput mi lagi.” Kata Soo Hyun. Jin Hyuk pikir
Menyeruput udon cukup sulit.
“Bisa
berikan kami soju?” kata Soo Hyun. Jin Hyuk setuju karena hari ini mereka lakukan semua yang diinginkan
Soo Hyun
“Kalau
dipikir-pikir, aku belum pernah melihatmu mabuk.” kata Jin Hyuk
“Aku kuat minum, hanya saja
jarang minum.” Ucap Soo Hyun bangga. Jin Hyuk pikir malam ini mereka akhirnya
bisa menggila. Keduanya pun setuju. “Bibi, kami mau udon dan empedal ayam... Satu
botol soju juga.”kata Jin Hyuk. Soo Hyun terlihat sangat bersemangat karena
semua makanan enak
Soo Hyun
sudah mulai sedikit mabuk melihat Jin Hyuk karena tidak ikut minum. Jin Hyuk
beralasan hari ini akan mengantanya pulang. Soo Hyun mengeluh karena mabuk
sendirian dan itu membosankan sekali. Jin Hyuk pikir tak ada yang bisa
dilakukan.
“Jin Hyuk...
Apa Kau tahu? Belakangan ini aku sangat senang.” Ungkap Soo Hyun. Jin Hyuk
mengaku merasakan seperti itu juga.
“Tidak,
aku jauh lebih senang dibandingkan kau.” Kata Soo Hyun tak ma kalah. Jin Hyuk
pikir dirinya yang lebih senang.
“Kita makan
ramyeon dan udon bersama, kita bahkan makan siput bulan dan empedal ayam
bersama. Ini kali pertamaku makan empedal ayam.” Akui Soo Hyun. Jin Hyuk
bertanya apakah Soo Hyun menyukainya.
“Aku
suka.” Kata Soo Hyun. Jin Hyuk yakin kalau pasti rasanya enak. Soo Hyun mengaku
rasanya Luar biasa.
“Kau lebih
manis saat mabuk.” puji Jin Hyuk, Soo Hyun mengaku memang tipe yang manis.
“Sejujurnya,
aku tipe orang yang sangat manis, tapi orang tidak tahu.” Kata Soo Hyun. Jin
Hyuk heran karena mereka tak tahu tapi senang karena hanya dirinya yang tahu.
“Aku sangat
senang.” Ungkap Soo Hyun, Jin Hyuk mengaku sudah tahu.
“Aku
sangat senang karena kau ada di sisiku.” Kata Soo Hyun dengan mata
berkaca-kaca. Jin Hyuk juga mengaku sangat senang.
“Tapi aku
juga cemas.” Kata Soo Hyun, Jin Hyuk ingin tahu alasanya.
“Aku takut
ini hanya mimpi. Saat bangun pagi, aku bertanya-tanya hari ini kau masih ada
atau tidak. Bagaimana kalau itu hanya mimpi? Aku terus mencari tahu dan merasa
lega, tapi aku juga takut. Aku takut kau menghilang.” Ungkap Soo Hyun sedih
“Kenapa
aku menghilang? Sekarang aku di sini.” Kata Jin Hyuk.
“Aku
takut kau pergi... Seperti mereka yang dahulu temanku. Aku takut kau juga
menghilang.” Kata Soo Hyun sedih
“Soo
Hyun... Sekarang aku punya koordinat khusus.” Kata Jin Hyuk. Soo Hyun tak
mengerti apa maksud Koordinat
“ Ya,
koordinat... Aku berada dalam perimeter satu meter di dekatmu. Aku akan selalu
di sana.” Kata Jin Hyuk menyakinkan.
“Baguslah..
Tapi Bukankah satu meter terlalu jauh?” keluh Soo Hyun. Jin Hyuk mulai berpikir
lalu mendekat
“Kalau
begini bagaimana? Jarak 10 cm.” Ucap Jin Hyuk mengoda. Soo Hyun tersenyum
memuji kalau Ini sempurna menurutnya 10 cm yang terbaik. Keduanya terlihat
sangat bahagia.
Woo Suk
menunggu Soo Hyun di depan rumah, wajahnya kaget melihat Jin Hyuk yang menyetir
mobil dan terlihat Soo Hyun tertidur disampingnya. Jin Hyuk mengantar Soo Hyun
sampai ke dalam rumah dan membawanya keatas tepat tidur.
Soo Hyun
yang mabuk, enggan membuka jaketnya. Tapi Jin Hyuk yang sabar membuka jaket Soo
Hyun lalu membaringkan pacarnya dengan posisi yang nyaman. Jin Hyuk duduk
disamping Soo Hyun menatapnya yang terlhat cantik saat tidur, akhirnya
memberikan ciuman di dahi dan juga pipi.
Woo Suk
masih menungu di mobil terlihat gugup berharap Jin Hyuk segera keluar karena
sudah lama di dalam rumah. Jin Hyuk akhirnya keluar wajahnya terlihat tersenyum
bahagia, sementara Woo Suk terlihat tak suka Jin Hyuk yang mengantar Soo Hyun
pulang.
Soo Hyun
terbangun merasakan kepalanya pusing dan tersadar kalau sebelumnya mabuk dan
mengingat kejadian semalam.
Flash Back
Soo Hyun
mencoba merangkul Jin Hyuk agar makan wortel. Jin Hyuk berusaha menolak tapi
Soo Hyun berhasil menyuapinya. Soo Hyun pun mengodanya dengan melihat bibir Jin
Hyuk yang manis lalu menciumnya.
Soo Hyun
panik mengingat kalau dirinya terlihat agresif pada Jin Hyuk saat mabuk. Ia
mengingat kembali saat Jin Hyuk mengajak pulang, tapi Soo Hyun mengajak minum
lagi. Jin Hyuk pun membantunya untuk masuk mobil berjanji akan mengajaknya
minum lagi.
“Pak Nam,
antar aku ke kantor.” Kata Soo Hyun yang mabuk, Jin Hyuk hanya bisa tersenyum
lalu menyetir mobil.
**
Bersambung
ke part 2
Udah baca tulisan sinopsis aku 'kan..
hihihi...
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Tinggal Klik disini, buat
yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe akhir tahun
ini
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar