PS : All images credit and content copyright : TVN
Soo Hyun
terlihat benar-benar malu lalu panik melihat nama "Jin Hyuk" lalu mengangkatnya
bertanya apakah semalam pulang sendirian. Jin Hyuk malah menjawab dengan
nyanyian "Kau
benar, Aku mungkin mabuk, Mungkin ini kesalahan"
"Saat
pagi tiba, Aku mungkin tidak ingat apa yang terjadi. Dan merasa canggung saat
di dekatmu. Tapi malam ini ada sesuatu. Yang harus kukatakan padamu Maaf atas
keadaanku yang tidak baik. Tapi aku tidak mengatakannya hanya karena
mabuk" ucap Jin Hyuk bernyanyi
“Berhenti.
Aku ingat semuanya.” Kata Soo Hyun malu. Jin Hyuk tetap menyanyi bahkan penuh
semangat.
"Setiap
kali di depanmu, meski sudah mempersiapkan. Yang kukatakan malah berkebalikan
dari yang kuinginkan. Dan aku langsung menyesalinya".Tapi sekarang aku
akan mengaku.Kalau aku sudah mencintaimu sejak awal. Aku sangat mencintaimu,
Meski pengakuan cintaku. Terdengar norak atau tidak benar.. Aku tidak asal
bicara"
Saat itu
Jin Myung masuk kamar ikut menyanyi dengan suara lantang, "Tidak akan
pernah lagi" Jin Hyuk panik dan malu akhirnya menutup telp berjanji akan
menanyi lain waktu untuk Bait keduanya di lain waktu, mengejek adiknya kalau Orang
yang bangun siang memang yang paling mengerikan.
“Sedang
apa kau sepagi ini?” tanya Jin Hyuk. Jin Myung membalas kalau tak mungkin bisa
tetap tidur karena mendengar nyanyian itu?
“Tunggu.
Bu! Kakak...” teriak Jin Myung ingin mengadu, Jin Hyuk langsung menutup mulut
adiknya berjanji akan memberikan uang saku. Jin Myung ingin tahu berapa.
“50
dolar.” Kata Jin Hyuk, Jin Myung berteriak memanggil ayahnya. Jin Myung
langsung menambah jadi 100 dolar.
“Kenapa
kakakmu?” tanya Tuan Kim didepan pintuk, Jin Myung mengaku kalau kakaknya mau
berhenti kerja dan ikut kontes menyanyi lalu keluar dari kamar dengan wajah
jahil
“Tapi kau
tidak pandai menyanyi.” Kata Tuan Kim. Jin Hyuk sudah tahu dengan wajah malu
kalau sudah membatalkan niatnya.
Tuan Choi
memceritakan Dari kepribadian Bu Cha, pada akhirnya akan tahu siapa yang
bertanggung jawab atas kejadian di hotel Kuba Dan itu membuatnya gugup. Nyonya
Kim bertanya apakah Tuan Choi melakukan sesuatu seperti itu. Tuan Choi tak
percaya mendengar tanggapan Tuan Kim.
“Kenapa
kau datang ke sini untuk membicarakan hal itu?” ucap Nyonya Kim pura-pura tak
tahu.
“Sekretaris
Cho juga ada di sana.” Kata Tuan Choi. Nyonya Kim malah bertanya Siapa
Sekretaris Cho.
“Ibu
tidak bisa melakukan ini padaku.” Keluh Tuan Choi. Nyonya Kim teerlihat kesal
kalau dianggap tidak bisa melakukan ini pada Tuan Choi.
Tuan Choi
hanya bisa terdiam mengingat yang dikatakan Woo Suk “ Tapi pertama-tama, kenapa
kau tidak bertanya pendapat Ketua? Apa dia akan melindungimu atau menyalahkanmu
atas segalanya?”
“Aku
tidak percaya ini... Aku pertaruhkan segalanya untuk membantu...” ucap Tuan
Choi
“Aku
sungguh tidak mengerti apa yang kamu bicarakan. Kenapa kau di sini di Taegyeong
berbicara tentang masalah yang terkait dengan Bu Cha?” komentar Nyonya Kim tak
ingin berhubungan dengan Soo Hyun.
Woo Suk
melihat berkas "Prospek Bisnis Hotel Donghwa" Tuan Choi datang
menemuinya dengan wajah gugup ingin tahu apa yang diingikan Woo Suk
darinya. Woo Suk pikir tidak perlu bertanya bagaimana hasilnya
dengan Ketua Kim.
“Kumpulkan
semua saham pemegang saham dan berikan kepadaku. Aku tidak bisa melakukan apa-apa
dengan sahamku saat ini. Aku setidaknya harus memiliki lebih banyak saham
daripada Soo Hyun untuk melakukan apa pun termasuk melindungimu.” Jelas Woo Suk
“Belilah
dengan harga murah, dan jangan khawatirkan tentang uang. Aku minta kau
bergegas. Aku perlu mengadakan rapat umum pemegang saham.” Tegas Woo Suk
“Rapat
umum pemegang saham?!!” ucap Tuan Choi kaget. Woo Suk pikir Ada agenda penting.
“Hotel
Donghwa menjadi terlalu besar untuk dikelola oleh Soo Hyun. Sudah saatnya kau
mempekerjakan seorang profesional. Bagaimana?” kata Woo Suk
“Lalu apa
maksudmu kau akan memberhentikan Bu Cha dari posisi presdir?” tanya Tuan Choi
“Aku
harus mempertimbangkan itu. Pertama-tama, aku berpikir untuk memberi diriku
jabatan.” Ucap Woo Suk. Tuan Choi memastikan kalau yang dimaksud Sebagai wakil
presdir. Woo Suk pikir bukan gambaran yang buruk.
“Aku yakin kau sudah tahu, meski dengan saham
semua direktur di Taegyeong, kau masih tidak akan bisa menjadi wakil presdir. Mereka
yang mendukung Bu Cha akan menentangnya.” Kata Tuan Choi
“Aku akan
mengurus mereka. Dapatkan saham dari semua direktur di Taegyeong secara
diam-diam. Akan lebih baik jika kau merahasiakan ini dari ibuku.” Tegas Woo
Suk. Tuan Choi tak bisa berkata-kata
Di depan
restoran "Siput Bulan Chan" Sek Jang mondar-mandir dengan wajah gugup
lalu sedikit mengintip. Dae Chan akhirnya keluar dari restoran dan Sek Jang
kaget melihatnya. Dae Chan mengejek Sek Jang sudah ada didepan restoran 30
menit.
“Astaga,
ini sangat dingin... Apa kau mencoba mati kedinginan?” goda Sek Jang.
“Apa? Aku
baru saja lewat... Apa restoranmu baik-baik saja? Aku akan pergi sekarang.”
Kata Sek Jang akan bergegas pergi.
“Baiklah...
Anggap saja kamu lewat... Kota Seoul sangat besar, dan dari semua tempat, kau
melewati restoranku. Aku akan berpura-pura menganggap bahwa itu benar.” Ucap
Dae Chan menahan tangan Sek Jang agar tak pergi.
“Astaga,
tunggu sebentar... Aku akan masuk sendiri.” Kata Sek Jang tak ingin tanganya
disentuh lalu berjalan masuk.
Dae Chan
membawakan semangkuk sup karena tahu Sek Jang pasti kedinginan. Sek Jang
bertanya apakah Dae Chan punya nasi. Dae Chan menganguk lalu memanggil Jin Myung
agar membawakan nasi hangat. Jin Myung menganguk mengerti.
“Apa dia
kekasihmu?” tanya pelanggan dengan nada mengoda. Dae Chan akan menjawab tapi
Sek Jang lebih dulu menjawabnya mengaku hanya
sebagai pelanggan.
“Sudah
kuduga. Kalian tidak terlihat berkencan.” Komentar si pelanggan. Sek Jan heran
mendengar komentar itu malah membuatnya kesal.
“Sering
melihatmu membuatku merasa seolah kita keluarga, Bu Sekretaris.” Goda Jin Myung
membawakan semangkuk nasi
“Berhenti
memanggilku begitu. Aku sudah pulang kerja, tapi kau membuatku merasa sedang
bekerja.” Keluh Sek Jang. Jin Myung mengaku tidak tahu namanya.
“Jang Mi
Jin...” kata Dae Chan. Sek Jang menganggap Dae Chan pasti tertarik karena mengingat namanya.
“Kita
bertemu di aplikasi kencan, dan saat bertemu langsung, kau bisa dibilang
mengumpat padaku. Jadi, tentu aku mengingat namamu.” Ejek Dae Chan
“Kau
menyimpan dendam yang besar. Aku sudah minta maaf untuk itu.” Ungkap Sek Jang
“Aku
tahu. Itu sebabnya aku memberimu semangkuk nasi hangat.” Goda Dae Chan. Sek
Jang menegaskan akan membayarnya.
“Apa kau
tidak menerima uang untuk nasi dari wanita cantik?” kata Sek Jang. Dae Chan
mengaku tak akan menerimanya.
“Tapi Jin
Myung, apa kamu melihat pelanggan yang cantik hari ini?” tanya Dae Chan. Jin
Myung mengaku ada satu didepanya. Sek Jang terlihat kesal akan pamit pergi. Dae
Chan menahanya kalau hanya bercanda.
“Kenapa
kau terus memegang pergelangan tanganku?” keluh Sek Jang. Dae Chan malah
mengodan meminta izin untuk memegang tangannya.
“Kau
memang genit, Pak Lee Dae Chan.” Kata Sek Jang tersenyum bahagia.
“Lee Dae
Chan... Sudah lama sekali tidak ada yang memanggil nama lengkapku.” Ucap Dae
Chan ikut bahagia lalu minta Jin Myung untuk mengambilkan Soju.
Soo Hyun
melihat ayahnya yang sudah menunggu diruanganya, Tuan Chan pikir Sudah lama
sejak terakhir mengunjungi kantor anaknya. Soo Hyun pikir Sama sekali tidak
berubah lalu dengan wajah serius bertanya
apa telah terjadi sesuatu.
“Tidak.
Kenapa?” ucap Tuan Cha. Soo Hyun bingung karena ayahnya yang tiba-tiba meminta
kamar pribadi kepadanya.
“Ini kali
pertama Ayah memintaku melakukan itu.” Ucap Soo Hyun sedikit curiga.
“Ayah
perlu bertemu seseorang yang penting. Tapi ada begitu banyak wartawan yang
mengawasiku” jelas Tuan Cha
“Apa Ayah
yakin tidak ada masalah?” tanya Soo Hyun memastikan.
“Ini
masalah penting, tapi tidak perlu dikhawatirkan. Jangan khawatir.” Tegas Tuan
Cha. Soo Hyun pun percaya pada ayahnya. Tuan Cha pun pamit pergi.
Tuan Cha
bertemu dengan seseorang dengan rambut yang sudah memutih. Si pria tahu kalau
Putri Tuan Cha adalah presdir dari hotel
ini. Tuan Cha membenarkan. Si pria pikir Tuan Cha yang memintanya untuk bertemu
di tempat yang begitu tertutup, sepertinya akan mengatakan sesuatu yang
sensitif.
“Anggota
Kongres Lee... Bagaimana pendapatmu soal bergabung dengan partai kami?” ucap
Tuan Cha serius.
“Ini
sangat mendadak bagiku. Tapi Aku ingin tahu alasannya.” Kata Tuan Lee kaget
“Kau tahu
partai kita tidak dapat menjamin akan memenangkan pemilihan presiden tahun ini jika
kita ikut secara terpisah.” Ucap Tuan Cha
“Jadi,
apa kau meminta partai kami untuk mendukung Partai Moonhwa dalam memenangkan
pemilihan?” tanya Tuan Lee
“Tidak...
Aku mengajakmu untuk bergabung.” Kata Tuan Cha. Tuan Lee merasa tak tahu.
“Aku
tidak akan mengikuti pemilihan presiden. Biarkan aku memberitahumu sesuatu
dengan syarat bahwa kau merahasiakannya sebelum mengumumkan penggabungan. Aku
akan mundur dari pemilihan dan mengumumkan bahwa aku akan mendukungmu.” Kata
Tuan Cha.
“Kenapa
kau menawariku hal seperti ini?” ucap Tuan Lee kaget.
“Aku
tidak akan bisa ikut pemilihan presiden. Jadi, aku memintamu untuk melindungi
Partai Moonhwa.” Jelas Tuan Cha
“Aku
sungguh tidak mengerti maksudmu.” Kata Tuan Lee
“Aku
tidak ingin garis kebijakan partai kami dirugikan. Itulah satu-satunya syaratku
untuk penggabungan partai kita.” Ucap Tuan Cha.
Seorang
pria terlihat sedikit marah mendengar ucapan Woo Suk seperi hanya omong kosong.
Woo Suk meminta bantuan pria untuk meyakinkan para direktur yang mendukung Soo
Hyun agar ia bisa menjadi wakil presdir. Pria itu melihat Woo Suk memang putra
ibunya.
“Paman...
Aku tidak pantas menjadi direktur perusahaan ini.” Kata Woo Suk memohon
“Apa Menurutmu
kenapa aku melepaskan pekerjaanku sebagai pengajar dan datang ke sini? Itu
karena rasa bersalah. Aku di sini karena merasa bersalah telah meyakinkan Anggota
Kongres Cha untuk menikahkan Soo Hyun denganmu. Aku merasa yang bisa kulakukan
hanyalah melindungi Soo Hyun dari ibumu.” Akui Tuan Kim
“Itu
bukan salahmu.” Kata Woo Suk. Tuan Kim menegaskan kalau itu salah.
“Anggota
Kongres Cha memercayaiku menikahkan Soo Hyun karena aku memberitahunya bahwa
kau akan berbeda. Aku mengatakan kepadanya bahwa kau akan berbeda dari kakak
dan iparku dan bahwa kau akan menghargai dan menjaga Soo Hyun.” Ucap Tuan Kim
marah
“Tapi apa
kau ingat seperti apa dirimu? Bukan hanya keluarga kita yang akhirnya
memutuskan hubungan. Setelah kejadian itu, aku tidak bisa bertemu dengan
Anggota Kongres Cha karena aku merasa sangat malu.” Tegas Tuan Kim
“Aku harus
masuk ke Hotel Donghwa, apa pun yang terjadi.
Tolong bantu aku.” Kata Woo Suk memohon.
“Sudah
lama aku tidak menghadiri rapat dewan direksi. Tapi aku rasa harus menghadirinya saat ini... Kau jangan
memimpikannya. Apa kau tak tahukah apa arti hotel ini bagi Soo Hyun?” tegas
Tuan Kim
Tuan Nam
akan mengajak Tuan Cha masuk ke restoran hotel untuk mentraktirnya. Tuan Cha
menolak mengajaknya keluar saja dan makan panekuk kacang hijau. Tuan Nam
menolak mengajak makan sashimi di hotel dan mengeluh karena gemuk karena tidak
bisa makan sashimi.
“Wajahmu
selalu bulat... Jangan salahkan sashimi.” Ucap Tuan Cha
“Aku akan
menghabiskan uang. Tapi kau sungguh tidak membantu.” Keluh Tuan Nam lalu
melihat Jin Hyuk sedang berjalan dilorong.
“Dialah
orangnya... Kamu harus menyapa. Ini...” ucap Tuan Nam dan Tuan Cha langsung
menyapa Jin Hyuk sebagai ayah Soo Hyun.
“Senang
bertemu, Pak. Namaku Kim Jin Hyuk... Aku bekerja di Tim Humas.” Kata Jin Hyuk
ramah.
“Kami
akan makan panekuk kacang hijau. Apa Kau ingin ikut?” tanya Tuan Nam
“Aku suka
panekuk kacang hijau, tapi aku sedang bekerja.” Kata Jin Hyuk menolak dengan
sopan.
“Baiklah
kalau begitu. Mari kita makan bersama suatu hari nanti.” ucap Tuan Cha.
Jin Hyuk
menganguk kalau akan siap kapan pun apabila menghubungi. Diam-diam Woo Suk
melihat dari kejauhan seperti cemburu melihat kedekatan Tuan Cha dan Jin Hyuk.
Tuan Park
mengeluh dengan cuaca yang semakin dingin saat pulang kerja lalu mengajak untuk
minum bersama. Jin Hyuk menolak karean perlu
membeli hadiah untuk ulang tahun ibunya. Tuan Park mengajak pekan depan saja.
“Hei... Bagaimana
kita bisa menetapkan tanggal untuk pekan depan jika tidak tahu apa yang akan
terjadi besok?” keluh Eun Ji
“Anggaplah
hari ini sebagai sesuatu yang lebih berharga.” Kata Tuan Park
“ Dia
tipe yang suka dekat-dekat.” Ejek Eun Ji. Tuan Park mengeluh Eun Ji seperti hanya
mendengarkan ucapanya di kantor.
“Apa kau
belum mau pulang, Jin Ho?” tanya Sun Joo. Tuan Lee hanya diam saja. Eun Ji
sampai memanggilnya dan akhirnya Tuan Lee sadar.
“Apa
terjadi hal buruk? Kau terlihat kurang sehat.” Tanya Sun Joo khawatir.
“Tidak,
aku baik-baik saja. Sepertinya aku flu.” Akui Tuan Lee yang terlihat gugup.
Jin Hyuk
pergi ke toko perhiasan, salah satu pegawai menawarkan sebuah desain kalung untuk ibunya, Jin Hyuk pikir
kalau ibunya tidak suka desain mencolok lalu memilih sebuah kalung untuk
ibunya. Pegawai pun akan membungkusnya.
Jin Hyuk
menunggu dan teringat yang dikatakan Soo Hyun saat mabuk.
“Saat
bangun pagi, aku bertanya-tanya hari ini kau masih ada atau tidak. Bagaimana
kalau itu hanya mimpi? Aku terus mencari tahu dan merasa lega, tapi aku juga
takut. Aku takut kau menghilang.”
Jin Hyuk
hanya terdiam memikirkan ucapan Soo Hyun.
Pagi
hari, Soo Hyun sudah berdandan rapih, Jin Hyuk pesan agar Soo Hyun membawa kameranya
karena akan memeriksa sesering apa Soo Hyun berlatih. Mereka pergi ke taman
dengan rating yang mulai mengeluarkan daun. Soo Hyun pikir cuacanya Tidak
sedingin yang diduga.
“Apa kau
melatih pemilihan sudutmu?” tanya Jin Hyuk. Soo Hyun mengangguk walaupun
menurutnya itu sangat sulit.
“Sesuaikan
paparan terlebih dahulu... Coba Kali ini, foto langit dan pepohonan sekaligus.”
Ucap Jin Hyuk. Soo Hyun pun mengambil foto langit.
“Bagaimana
kau bisa terlihat sangat cantik saat mengambil foto? Biarkan aku memotretmu,
Soo Hyun.” Ucap Jin Hyuk mulai mengambil foto Soo Hyun.
Soo Hyun
tersipu malu di puji, Jin Hyuk pun meminta Soo Hyun bersadar di pohon, seperti
candid camera Jin Hyuk mengambil foto Soo Hyun yang terlihat bahagia.
Setelah
itu Jin Hyuk mengajak untuk mengambil foto mereka berdua. Soo Hyun terlihat
bingung. Tapi akhirnya Jin Hyuk mengambil foto kaki mereka berdua.
“Apa kau
ingat kecelakaan mobil dari pertemuan pertama kita di Kuba?” tanya Jin Hyuk
“Apa Ketika
kameramu rusak dan kau marah?” tanya Soo Hyun. Jin Hyuk membenarkan. Soo Hyun
bertanya ada apa dengan hari itu.
“Kau tidak
ingat buku yang aku baca, kan?” kata Jin Hyuk.
Soo Hyun mengaku ingat yang dari
bandara.
“Ya, itu
dia... Pohon metasequoia disebutkan dalam buku itu. Di dalamnya, seorang
penyair menulis surat kepada orang yang dia cintai, kemudian dia menguburnya di
bawah pohon metasequoia. Guru si penyair mengetahuinya dan menggalinya. Dia
hendak mengirimkan surat kepada si penerima karena penyair itu gagal
mengirimkannya. Itulah akhir ceritanya. Aku penasaran setiap kali membacanya Apa
isi surat itu?”.” Cerita Jin Hyuk
“"Aku
belajar cara mencintai melalui buku pelajaran. Kini semua tampak jelas
bagiku." Apa Hal semacam itu? Tapi Kenapa penyair itu tidak memberikan
puisi itu sendiri? Kenapa menguburnya di bawah pohon? Apa mereka putus?” kata
Soo Hyun
“Penyair
itu sakit parah.” Ucap Jin Hyuk. Soo Hyun berdiri menjauh terlihat kesal karena
Jin Hyuk merusak suasana.
“Akhir
ceritanya sedih.” Kata Soo Hyun. Jin Hyuk heran Soo Hyun mengangap itu disebut
sedih.
“Hanya
karena orang lenyap, bukan berarti cinta sirna. Itulah cinta sejati.” Kata Jin
Hyuk
“Kau
bilang akan membantuku menghirup udara segar, lalu menceritakan kisah sedih. Aku
mendadak merasa tidak senang.” Kata Soo Hyun
“Aku
tidak boleh membuatmu merasa tidak senang. Aku harus membuatmu senang. Ini
masalah besar.” Kata Jin Hyuk memasukan tangan Soo Hyun ke saku jaketnya.
Soo Hyun
binggung melihat tempat isi film bertanya Apa ini. Jin Hyuk pikir Soo Hyun
pasti mendadak merasa lebih senang, Soo Hyun melihat isinya sepasang cincin
dengan tersenyum bahagia mengaku sangat senang dan Jin Hyuk memasangkan cincin
di jari Soo Hyun, Soo Hyun melihat cincin pilihan Jin Hyuk sangat indah.
“Aku akan
meningkatkan cincin ini setahun sekali untukmu.” Kata Jin Hyuk. Soo Hyun
binggung kenapa Jin Hyuk melakukanya.
“Apa Kita
akan berganti cincin setiap tahun?” pikir Soo Hyun. Jin Hyuk merasa Karena
cincin itu tidak sebagus perhiasan Soo Hyun yang lain.
“Benar...
tapi Ini yang paling cantik.” Ungkap Soo Hyun terlihat bahagia.
“Hatiku
dipenuhi oleh dirimu. Tidak seperti teman yang dahulu kau sukai, aku tidak bisa
pergi jauh atau menghilang. Aku hanya memikirkan kamu. Aku akan mendampingimu
hingga akhir hayatmu. Aku akan melakukan apa pun untukmu satu per satu.” Ucap
Jin Hyuk.
Soo Hyun
memeluk erat Jin Hyuk mengaku kalau ini menarik sekali. Jin Hyuk pun mengajak
Soo Hyun foto untuk mengenangnya. Soo Hyun pun memasangkan cincin di jari manis
Jin Hyuk, setelah itu mengambil foto dengan jari yang memakai cincin lalu
berjalan bersama.
Ibu Jin
Hyuk duduk dengan wajah sedih karena menurutnya Sekalipun orang lain lupa, Jin
Hyuk pasti tahu karena anaknya belum pernah melupakan ulang tahun siapa pun dan
membuatnya sangat kecewa. Tuan Kim masuk ruang bertanya kenapa istrinya kecewa.
“Astaga
Kau mengejutkanku... Kenapa kau pulang lebih awal?” ucap Ibu Jin Hyuk
“Aku
menutup toko. Tentu pulang lebih awal.” Kata Tuan Kim. Ibu Jin Hyuk kaget
suaminya sudah menutup toko berpikir kalau sakit.
“Jin Hyuk
meminta kita datang ke hotel tempat dia bekerja. Dia ingin makan siang bersama
di sana.” Ucap Tuan Kim
“Kenapa
mendadak?” kata Ibu Jin Hyuk menahan senyuman bahagia.
“Mungkin
dia mentraktirmu sup rumput laut untuk ulang tahunmu.” Goda Tuan Kim.
“Jin Hyuk
tidak pernah mengecewakan. Bukankah begitu?” kata Ibu Jin Hyuk bahagia
“Siapkan
baju yang nyaman... Malam ini kita tidak pulang.” Ucap Tuan Kim. Ibu Jin Hyuk
binggung.
“Dia
menyuruh kita menginap di hotel. Dia mendapat voucher. Untuk artikel di majalah
tempo hari itu.” Kata Tuan Kim
“Dia
seharusnya memakainya sendiri.” Ucap Ibu Jin Hyuk. Tuan Kim heran Untuk apa Jin
Hyuk memakainya karena mereka bisa pergi bersama.
“Hei...
Kau tahu ini hari apa?” ucap Ibu Jin Hyuk melihat anak bungsunya keluar kamar.
Jin Myung mengaku tahu.
“Hari
ulang tahun Ayah.” Goda Jin Myung, Ibu Jin Hyuk kesal menyuruh anaknya Tunggu
di rumah dan masak ramyeon karena mereka berdua
akan keluar.
“Wah... Percuma
membesarkan seorang anak.” Keluh Ibu Jin Hyuk lalu masuk kamar.
“Apa Ayah
juga mau ramyeon?” tanya Jin Myung mengoda ayahnya yang sedang tidur.
“Apa Kau
bersenang-senang?” kata Tuan Kim, Jin Myung mengangguk lalu mengoda ayahnya
dengan mengucapkan "Selamat ulang tahun Jang Soo" Tuan Kim langsung
mengejar anaknya.
Tuan Park
memberitahu Sun Joo kalau ada rapat makan siang. Sun Joo pun mengajak mereka
pergi. Jin Hyuk memberitahu Hye In kalau Orang tuanya dan Jin Myung akan datang
dan mengajak untuk makan siang bersama. Hye In menolak menyuruh Jin Hyuk
menikmati makan siang mewah dan lezat bersama keluarganya.
“Bagaimana
jika kita patungan dan makan di restoran hari ini? Restoran Italia.” Kata Eun
Ji
“Ide
bagus... Bagaimana jika makan Ayam Kung Pao?” kata Tuan Park. Eun Ji mengeluh
mereka tidak pernah cocok.
“Siang
ini aku akan makan bersama orang tuaku.”ucap Jin Hyuk lalu pamit pergi.
“ Hye In,
Apa mau makan pasta?” kata Eun Ji, Hye In setuju dan Tuan Park tetap mengajak
makan Ayam Kung Pao. Eun Ji dan Tuan Park terus adu mulut memilih menu makan
siang.
Nyonya
Kim masuk lift melihat ke bagian atas mengaku Bahkan lift hotel tempat anaknya
berkerja terkesan sangat elegan. Tuan Kim meminta istrinya agar tak terlihat
norak, meminta agar diam saja karena sepert
menunjukkan bahwa ini kali pertamanya datang.
“Semua
orang seperti ini saat pengalaman pertama.... Bunga itu tampak indah.” Ucap
Nyonya Kim. Saat itu Soo Hyun masuk ke dalam lift, Tuan Kim mengingat wajah Soo
Hyun yang ada di koran.
“Apa Kau
yakin tempatnya di lantai 13? Apa nama restorannya? Apa Namanya dalam bahasa
Inggris?” ucap Nyonya Kim
“Mereka
akan tahu jika kita bertanya tempat restoran Italia.” Kata Tuan Kim santai
“Apa Kalian
mau pergi ke Piace Resto?” tanya Soo Hyun ramah. Nyonya Ki membenarkan dengan
wajah malu-malu.
“Turunlah
di lantai 13. Restorannya ada di sebelah kanan.” Kata Soo Hyun. Nyonya Kim pun
mengucapkan terimakasih.
Saat itu
ia teringat dengan wajah Soo Hyun, saat bertanya apda Jin Myung kalau dalam
artikel itu adalah anaknya. Tapi Jin Myung mengelak kalau Mungkin seseorang
yang mirip kakaknya.
Soo Hyun
berjalan lebih dulu, sebelum masuk Jin Hyuk memanggil ibunya dari lorong. Ayah
dan Ibu Jin Hyuk terlihat bahagia melihat anaknya, Soo Hyun mendengar suara Jin
Hyuk langsung menoleh, wajahnya terlihat iri dengan kedekatan keluarga Kim.
“Selamat
ulang tahun, Ibu... Tadi pagi Ibu kesal, kan?” goda Jin Hyuk. Ibu Jin Hyuk
mengaku merasa agak kesal.
“Apa Kau
akan terus menggoda ibu seperti ini?” keluh Ibu Jin Hyuk, saat itu Jin Myung
datang menyapa semua keluarganya yang sudah menunggu.
“Kau tidak
pernah masuk dengan tenang, kan?” keluh Tuan Kim. Jin Myung mengajak segera
masuk karena sudah lapar. Mereka pun masuk restoran sambil berpelukan. Soo Hyun
terlihat benar-benar sangat iri.
Mereka
pun makan di restoran hotel, Jin Hyuk memastikan pada rasanya pada keluarganya.
Keluarga Kim mengaku rasanya sangat enak. Jin Hyuk lalu memberikan kado untuk
ibunya. Nyonya Kim kaget merasa kalau sudah makan di hotel jadi tidak perlu
menghabiskan lebih banyak uang.
"Kau
tidak perlu menghabiskan lebih banyak uang." Ibu selalu melakukan itu saat
merasa senang...” ejek Jin Myung
“Sepertinya
hanya itu kado ulang tahunmu... Berterima kasih dan terima saja hadiahnya” kata
Tuan Kim
“Aku
tidak mengharapkan apa pun dari Jin Myung. Bagaimana denganmu?” kata Nyonya Kim
“Aku
membelinya bersama Jin Myung.” Kata Jin Hyuk, Ibunya tak percaya lalu dengan
bangga kalau kalung itu sangat indah sekali dipakai pada lehernya.
“Aku dan
Kakak sungguh membelinya bersama.” Kata Jin Myung menyakinkan.
“Kau
bahkan belum gajian. Berhentilah berbohong.” Ucap Ibu Jin Hyuk. Jin Myung
mengaku meminta gaji di awal dari Dae Chan.
“Permisi.
Bu Cha mengirim ini sebagai kado. Sebotol anggur yang akan pas dengan hidangan
kalian.”kata Pelayan. Jin Hyuk melonggo,
lalu mengucapkan Terima kasih.
“Dia juga
menyuruhku membantu kalian pakai fasilitas hotel secara gratis.” Kata Pelayan.
“Bagus.
Kalian akan bermalam di sini... Di hotel juga ada ruang selesa langit, bukan?”
kata Jin Myung
“Ya. Pemandangan
malamnya luar biasa.. Aku akan memesan tempat untuk kalian di bar ruang selesa
langit.” Ucap Pelayan.
“Tidak
perlu... Jika berjalan-jalan di sini, kami bisa merusak suasana hotel ini.”
Kata Ibu Jin Hyuk tak percaya diri.
“Apa
maksud Ibu? Terima kasih atas anggurnya. Sampaikan terima kasih pada Bu Cha.”
Kata Jin Hyuk. Pelayan menganguk akan menyampaikanya.
“Apa Kalian
mau mencicipi anggur lebih dahulu?” ucap Pelayan, Jin Hyuk menganguk dan
pelayan akan menyiapkannya.
“Apa Ini
kali pertama Ibu minum anggur?” kata Jin Myung. Ibu Jin Hyuk mengaku hanya pernah
minum minuman serupa yang terbuat dari anggur. Jin Hyuk terlihat senang bisa
memberikan hadiah untuk keluarganya.
Soo Hyun
berada di ruanganya, pelayan datang memberitahu kalau sudah melakukan semua
perintahnya. Soo Hyun mengucapkan Terima kasih. Pelayan memberitahu kalau
keluarga Kim tidak mau memakai fasilitas lain dan lebih berterima kasih atas
anggurnya. Soo Hyun terlihat kaget akhirnya mengucapkan Terima kasih.
“Mereka
pasti menginap di sini nanti malam. Haruskah kutingkatkan kamar mereka?” tanya
pelayan.
“Tidak.
Mungkin mereka juga tidak nyaman soal itu. Periksa saja kamar yang akan mereka
tempati.” Kata Soo Hyun. Pelayan menganguk mengerti
Woo Suk
duduk diruangan mengingat saat Tuan Cha yang mengajak Jin Hyuk untuk makan
bersama suatu hari nanti. Dan Jin Hyuk mengaku
akan siap kapan pun apabila menghubunginya, wajahnya seperti tak suka
kedekatan mantan ayah mertuanya dengan Jin Hyuk.
“Aku menerima
telepon dari Pak Choi. Dia sudah menjual seluruh sahamnya. Tapi Apa Bapak yakin
akan melakukan ini?” kata Sek Kim ragu.
“Aku akan
melakukannya... Menjadi Presdir Hotel Donghwa... Jangan memakai dana Taegyeong.
Pakai dana pribadiku untuk ini.” Pesan Woo Suk. Sek Kim menganguk mengerti.
“Selain
itu, terus awasi Pak Choi.” Perintah Woo Suk. Sek Ki mengangguk mengerti.
Nyonya
Kim masuk ruangan tak percaya kalau Jin Hyuk menyiapkan kamar yang bagus lalu
mengajak suaminya untuk melhat pemandangan diluar jendela. Tuan Kim hanya duduk
melamun diatas tempat tidur, Nyonya Kim menyadarkanya bertanya apa yang
dipikirkan oleh Suaminya.
“Aku
merasa lelah setelah hari yang panjang.” Akui Tuan Kim seperti menutupi
kegelisahanya.
“Sayang...
Aku merasa kurang nyaman.” Ucap Nyonya Kim, Tuan Kim ingin tahu tentang apa.
“Sepertinya
Jin Hyuk dan Presdir itu menjalani hubungan serius.” Kata Nyonya Kim khawatir.
“Itu
hidupnya sendiri. Biarkan saja.” Kata Tuan Kim. Nyonya Kim merasa keduanya tidak
serasi.
“Jin Hyuk
tampan dan dia cantik. Apa yang salah soal itu?” kata Tuan Kim mendukung
anaknya.
“Dia adalah
presdir hotel mewah ini.” Kata Ibu Jin Hyuk minder. Tuan Kim menegaskan kalau
ia juga presdir Toko Buah Jangsoo.
“Kau
Beristirahatlah... Aku akan menghirup udara segar.” Ucap Tuan Kim mengambil
jaketnya. Ibu Jin Hyuk bertanya kemana suaminya akan pergi karena bisa
tersesat.
“Aku
segera kembali. Apa Kau butuh sesuatu?” tanya Tuan Kim, Ibu Jin Hyuk mengeleng
hanya meminta suaminya untuk segera kembali.
Tuan Kim
berdiri didepan sebuah ruangan, wajahnya gelisah dan mondar mandir. Pelayan
datang menghampirinya bertanya apa ada yang bisa dibantu. Wajah Tuan Kim
terlihat makin gugup. Soo Hyun sedang berbicara di telp dengan Jin Hyuk yang
sudah berjalan pulang.
“Semoga
anggurnya sesuai dengan selera mereka. Mungkin aku seharusnya mengirim minuman
tradisional.” Kata Soo Hyun
“Ayahku
sangat senang. Dia menyukainya dan hampir menghabiskannya sendiri.” Kata Jin
Hyuk
“Syukurlah...
Keluargamu tampak senang saat berkumpul. Keluargaku tidak memilikinya.”
Komentar Soo Hyun iri
“Jangan
tiba-tiba menjadi serius... Kenapa kau mendadak memikirkan itu” keluh Jin Hyuk
“Itulah
faktanya... Ibumu juga sepertinya baik hati.” Kata Soo Hyun. Jin Hyuk ingin
tahu pendapat Soo Hyun tentang ayahnya.
“Aku
hanya melihatnya sekilas, tapi sepertinya dia agak tegas.” Komentar Soo Hyun
“Benar.
Kurasa orang lain juga menilainya seperti itu.”kata Jin Hyuk. Soo Hyun bertanya
apakah Jin Hyuk sedang dalam perjalanan pulang. Jin Hyuk membenarkan.
“Sudah
lama aku tidak pulang dalam keadaan rumah kosong. Apa Kau pulang ke rumah
kosong setiap malam? Itu Pasti terasa sepi.” Ucap Jin Hyuk Soo Hyuk pikir Tidak
juga.
“Haruskah
aku menunggumu di rumah?” goda Jin Hyuk, Saat itu pintu ruangan Soo Hyun diketuk.
Soo Hyun mengajak Jin Hyuk untuk bicara lagi nanti karena ada yang datang.
Jin Hyuk
berjalan pulang dan melihat Woo Suk turun dari mobil memanggilnya. Woo Suk
mengaku Rasanya aneh berada di lingkungan rumah Jin Hyuk karena tidak berkaitan
dengan lingkungan ini dan memberitahu kalau hendak meneleponmu saat datang. Jin
Hyuk ingin tahu untuk apa.
“Karena
wanita yang kusukai pada pandangan pertama dan sampai saat ini.” Ucap Woo Suk.
Jin Hyuk terlihat langsung sinis menatap Woo Suk
Soo Hyun
melihat pelayan masuk ruangan bertanya ada apa menemuinya. Saat itu Tuan Kim
masuk ruangan, Soo Hyuk kaget melihatnya dan langsung berdiri. Sementara Jin
Hyuk dan Woo Suk saling menatap sinis, keduanya memperebutkan wanita yang sama.
Bersambung ke episode 12
Udah baca tulisan sinopsis aku 'kan..
hihihi...
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Tinggal Klik disini, buat
yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe akhir tahun
ini
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Makin seru... Ngga sabar nunggu kelanjutannya sampai tamat... Semoga happy ending 😍
BalasHapusGa sabar nunggu eps 12
BalasHapusBnerrrr,,,moga aja happy ending,,,,,g sabr nunggu ep.12 nya,,,,,,
BalasHapusEpisode 12 donk pleassse🙏🙏💪💪
BalasHapus