PS :
All images credit and content copyright : TVN
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Soo Hyun
kaget melihat Jin Hyuk datang ke kantornya. Jin Hyuk menatap Soo Hyun dengan
tatapan serius lalu masuk ke dalam ruangan. Soo Hyun dengan gugup bertanya
apakah Jin Hyuk belum pulang. Jin Hyuk emngaku baru saja akan pulang.
“Aku
mengerti... Aku mengerti kenapa kau ingin berpisah.” Ucap Jin Hyuk. Soo Hyun
seperti membahasnya memberitahu kalau Tuan Nam sudah menunggu.
“Dengarkanlah
aku sebelum kau pergi. Aku tidak bisa berpisah denganmu.” Tegas Jin Hyuk. Soo
Hyun mengeluh mendengarnya.
“Kau bisa
lakukan apa yang kau mau dan pergi. Tapi jangan mengharapkan hal yang sama
dariku. Aku akan menepati janjiku... Aku akan terus menepati setiap janji yang
sudah kubuat.” Tegas Jin Hyuk
“Aku membuat
pilihan yang sangat sulit.” Ungkap Soo Hyun
“Aku tahu
itu sulit... Tapi kau harus tahu ini... Kau bisa berpisah dariku. Tapi aku akan
tetap mencintaimu... Mari kita bertaruh lagi. Entah kita akan berpisah seperti
yang kau inginkan atau cinta kita akan menang sesuai perkataanku. Berhati-hatilah
dalam perjalanan. Sampai jumpa besok.” Ucap Jin Hyuk. Soo Hyun tak bisa
berkata-kata sempat melihat tangan Jin Hyuk yang masih memakai cincin pasangan
mereka.
Soo Hyun
duduk diam dalam mobil, tatapanya kosong. Tuan Nam melirik ke kaca spion
seperti khawatir dengan keadaan anak Tuan Cha. Soo Hyun mengingat apa yang
dikatakan Jin Hyuk seperti sangat yakin.
“Kau bisa
lakukan apa yang kamu mau dan pergi. Tapi jangan mengharapkan hal yang sama
dariku. Aku tidak bisa berpisah denganmu.”
Jin Hyuk
bertemu dengan Nyonya Lee di rumahnya. Nyonya Lee berkomentar Melihat bahwa Jin
Hyuk ingin bekerja di ruang gelap,menduga
sedang gelisah lalu bertanya Apa Jin Hyuk akhirnya berpisah dengan Soo Hyun.
“Aku
tidak yakin apa itu pilihan yang terbaik baginya. Tapi kurasa bukan itu jawabannya.”
Ucap Jin Hyuk
“Kalau
begitu, kenapa kau terlihat sedih?” tanya Nyonya Lee
“Karena
aku tidak bisa melihat bagaimana keadaannya. Dan itu membuatku khawatir.”
Ungkap Jin Hyuk
“Aku akan
memeriksa kebun, jadi, santai saja.” Kata Nyonya Lee
Akhirnya
Jin Hyuk mencuci foto kembali di ruang gelap milik Nyonya Lee, dengan perlahan
lalu mengantungnya dalam tali. Setelah itu Jin Hyuk membuka tirai jendela
terlihat matahari yang mulai menyinari ruangan.
Jin Hyuk pun mengambil kamera dengan wajah senyuman, lalu memotretnya.
Nyonya
Jin sudah sampai didepan kantor kejaksaan, wajahnya terlihat gugup. Akhirnya Ia
turun dari mobil, semua wartawan pun mendekati langsung mengajukan pertanyaan,
“Apa
benar kalian menerima dana dari Ketua Kim Hwa Jin di Taegyeong? Apa Presdir Cha
Soo Hyun dari Hotel Donghwa tahu tentang ini? Jelaskanlah kepada kami... Tolong
berkomentar. Apa Taegyeong memberikan dana?”
Nyonya
Jin tak mengubrisnya terus berjalan masuk ke dalam kantor kejaksaan. Petinggi
di rumah Nyonya Kim memberitahu Istri Anggota Kongres Cha Jong Hyun datang ke
kejaksaan.
Nyonya
Kim hanya diam saja. Akhirnya petingginya keluar dari ruangan. Nyonya Kim
melihat papan catur seperti sangat marah akhirnya menghancurkan, semua impianya
hilang.
Setelah
beberapa jam akhirnya Nyonya Jin pun keluar dari kantor kejaksaan.
“Jin Mi
Ok, istri dari Anggota Kongres Cha Jong Hyun yang mengaku menerima suap dari
Taegyeong, dibebaskan setelah interogasi yang panjang. Kebenarannya adalah
selama pemilihan ulang pada tahun 2008, Anggota Kongres Cha menerima dana
politik ilegal dari Ketua Kim di sebuah kamar suite di Hotel Sunrise.”
Tuan Cha
menonton berita TV kalau istrinya datang ke kantor kejaksaan memberikan
kesaksian. Soo Hyun menelp ayahnya ingin tahua Apa Ayah sedang di rumah, karena
akan datang sekarang. Tuan Cha melarang karena
Ada banyak reporter di luar.
“Ibu akan
segera tiba di rumah, jadi, jangan khawatir.” Ucap Tuan Cha menenangkan. Soo
Hyun mengeluh dengan sikap ayahnya.
“Soo Hyun, situasi akhirnya mulai membaik.
Jangan sedih karena ini. Ayah akan mengabarimu nanti.” kata Tuan Cha. Soo Hyun
mengerti.
Berita di
TV “Taegyeong menyangkal keras tuduhan tersebut, tapi berdasarkan laporan dari
manajer Hotel Sunrise sebelumnya, penahanan Anggota Kongres Cha Jong Hyun tidak
terelakkan, begitu pula dengan interogasi Ketua Kim Hwa Jin dengan pihak
kejaksaan.”
Tuan Cha
memilih untuk mematikan TV dan masuk ke dalam kamar. Jin Hyuk melihat berita
dari ponselnya "Istri Anggota Kongres Cha Jong Hyun Pergi Setelah Interogasi"
mencoba menelp Soo Hyun tapi tak diangkat oleh pacarnya. Jin Hyuk pun tak bisa berkata-kata dengan
melihat isi film yang masih disimpanya.
Pagi hari
Nyonya
Jin sibuk menyiapakan makanan lalu terdiam melihat sup rumput laut dan juga
nasi panas. Tuan Cha keluar dari kamarnya melihat menau makanan lengkap seperti
tak percaya kalau istrinya yang membuat sendiri. Nyonya Jin dengan wajah sedih
untuk menyantapnya.
“Wah..
Enak sekali... Kau juga harus makan.” Ucap Tuan Kim dengan wajah penuh semangat
seperti tanpa beban.
Nyonya
Jin terdiam seperti merasa sedih, beberapa saat kemudian bel rumah berbunyi.
Tuan Cha melihat para pria berjas berdiri didepan rumahnya, Nyonya Jin tak bisa menahan rasa sedihnya karena
suaminya belum selesai makan sudah dijemput. Tuan Cha akhirnya mendekat pada
istrinya menepuk bahunya agar tak menangis.
Soo Hyun
berada dimobil dengan wajah panik meminta Tuan Nam agar lebih cepat mengemudi
karena harus menemui ayahnya. Tuan Nam
berusaha lebih cepat mengemudikan mobil. Lalu seseorang menelpnya memberikan
kabar.
“Soo
Hyun... Ayahmu sudah ditangkap.” Ucap Tuan Nam
“Apa yang
harus kulakukan? Aku bahkan tidak sempat bertemu ayahku.” Kata Soo Hyun sedih.
Di kantor
Jin Hyuk
baru akan menaiki lift, beberapa pegawai membahas Ayah Bu Cha ditangkap. Ia pun mencoba
memastikan pada ponselnya berita Tuan Cha pun sudah keluar "Anggota
Kongres Cha Jong Hyun dari Partai Moonhwa Ditangkap!"
Soo Hyun
terlihat sedih mengetahui ayahnya sudah dibawa ke kantor kejaksaan tanpa
bertemu denganya. Pesan dari Jin Hyuk pun masuk.
“Soo Hyun.... Kau pasti ketakutan... Jangan terus
menangis... Ada banyak orang yang menyayangimu. Jangan lupakan bagaimana
perasaan kita. Aku yakin semuanya akan membaik.”
Soo Hyun
seperti mendapatkan kekuatan tapi tak membalas pesan Jin Hyuk.
Soo Hyun
akhirnya sampai rumah melihat meja makan yang lengkap, lalu bertanya pada
ibunya hanya duduk diam Apa Ayahnya sempat makan tadi. Nyonya Jin menceritakan Orang-orang
dari pihak kejaksaan datang saat ayah Soo Hyun hendak makan.
“Ibu
berharap ayahmu bisa makan sebelum pergi. Jadi Ibu membuat sarapan untuk kali
pertama hari ini. Ayahmu... Ibu sangat membenci ayahmu.” Ungkap Nyonya Jin
“Ibu
harus bertahan... Semua akan menjadi makin sulit begitu persidangan dimulai.” Kata
Soo Hyun
“Apa kau
juga membenci ibu?” tanya Nyonya Jin, Soo Hyun mengaku tidak tahu
“Ibu juga
akan bertindak seperti yang diinginkan Ayah.” Kata Soo Hyun
“ Ibu
merasa harus bertindak sebagai ibu setidaknya sekali saja. Kau tidak perlu
merasa terharu. Sebenarnya ibu masih menyesali hal itu.” Ucap Soo Hyun.
“Mari
pergi berwisata setelah persidangan selesai.” Ajak Soo Hyun
“Apa
menurutmu ini waktu yang tepat untuk berwisata? Urus saja hotel itu dengan
baik. Ayahmu bicara soal hati nuraninya sebagai politisi, tapi dia melakukan
ini untuk melindungimu dari Taegyeong.” Kata Nyonya Jin
“Apa Ibu
akan baik-baik saja di sini sendirian tanpa Ayah? Aku akan menyediakan kamar
untuk Ibu di hotel.” Ucap Soo Hyun. Nyonya Jin menolak.
“Ibu
tidak ingin orang lain melihat.... Kau tahu betapa tegarnya ibu. Ibu tidak akan
mati karena hal ini. Jadi Pergilah.” Kata Nyonya Jin.
“Ibu...
Pada masa seperti ini... "Meski rasanya sulit dan menyakitkan bagi kita
berdua, itu tidak apa-apa. Semua akan baik-baik saja. Kita harus tetap
bersemangat." Kuharap Ibu mengatakan hal seperti ini.” Kata Soo Hyun
Nyonya
Jin merasa tak ada arti dari ucapan kosong itu. Soo Hyun pikir mereka juga
harus berlatih karena mendengar semua orang hidup seperti ini, Meski mungkin
terasa canggung dan tidak berarti, mereka juga harus mulai berlatih. Nyonya Jin
terdiam dengan mata berkaca-kaca.
Hye In
mengeluh Jin Hyuk kalau seharusnya makan lebih banyak karena sudah lama tidak
membawakan bekal untuk temanya. Jin Hyuk memuji
Bekal Hye In yang memang enak lalu menyuruh temanya menghabiskan kopi
karena sudah lama tidak membelikan kopinya.
“Tapi
kamu menyisakan makananmu. Apa kau tidak bisa bicara jujur kepadaku?” ucap Hye
In
“Tidak
banyak yang bisa dibicarakan.” Kata Jin Hyuk. Hye In pikir Jin Hyuk menganggap
dirinya yang tidak mengenal temanya itu.
“Aku
temanmu... Tapi aku tidak tahu apa pun yang terjadi dalam hidupmu.” Ucap Hye In
“Hanya
saja, aku tidak bisa membantu Bu Cha.” Ungkap Jin Hyuk sedih
“Keberadaanmu
di sisinya saja sudah cukup.” Komentar Hye In. Jin Hyuk mengaku ingin berada di
sisinya.
“Apa ada masalah
antara kau dan Bu Cha?” tanya Hye In penasaran. Jin Hyuk akhirnya mengakui
kalau Soo Hyun ingin berpisah.
“Dia
pikir aku akan menderita dan tidak bisa lagi bertahan.” Cerita Jin Hyuk. Hye In
tahu kalau pasti sulit bagi Jin Hyuk.
“Rasanya
bahkan lebih sulit bagi Bu Cha.” Ucap Jin Hyuk sedih, Hye In mengeluarkan
sesuatu dari tasnya. Jin Hyuk bingung apa itu.
“Kau
tidak ingat, kan? Kau memilihkan ini untukku.” Akui Hye In. Jin Hyuk seperti
tak mengingatnya.
Flash Back
Di toko
buku, Jin Hyuk memilihkan sebuah buku agenda, tapi berpikir kalau warnanya
terlalu mencolok. Hye In mengaku menyukainya karena warnanya cerah dan mudah
dilihat dan sudah melihatnya sejak tadi. Jin Hyuk terlihat senang kalau merkea sangat
cocok.
“Apa kau
masih menyimpannya?” ucap Jin Hyuk tak percaya. Hye In pikir Jin Hyuk yang
ingin mendengar hal yang lucu.
“Saat
membeli ini, jujur saja, aku tidak suka warnanya. Aku berniat tidak membelinya,
tapi kau menanyakan itu kepadaku. Jadi, aku bilang aku juga sedang melihatnya. Kurasa
itulah yang aku katakan. Omong-omong, aku biasanya tidak suka warna yang
mencolok. Itu lucu, kan?” cerita Hye In.
“Terkadang,
aku menuliskan kisah...Ah.. Tidak, bukan kisah.. Aku hanya menulis di buku
catatan...” akui Hye In. Jin Hyuk hanya bisa terdiam.
“Jin
Hyuk... Aku malu mengatakan ini, tapi dahulu aku menyukaimu. Jadi, tiap kali
menulis di sini, aku berpikir kapan harus memberi tahu kepadamu dan kapan kau
akan menyadari perasaanku kepadamu.” Akui Hye In. Jin Hyuk seperti terkejut.
“Tapi
kemudian skandal antara kau dan Bu Cha muncul Dan hubunganmu dengannya menjadi
serius” cerita Hye In.
“Pasti
datang ke kantor terasa sangat sulit bagimu.” Ucap Jin Hyuk. Hye In
membenarkan.
“Tapi aku
terpikir tentang sesuatu. Apa aku sungguh menyukaimu Atau aku suka masa-masa yang
kuhabiskan untuk menyukaimu? Saat melihatmu bersikap sangat tulus terhadap Bu
Cha, aku memikirkannya dari sudut pandangmu. Dan kurasa aku hanya menyukaimu,
bukan mencintaimu.” Ucap Hye In bisa mengerti.
“Aku tidak
tahu harus mengatakan apa.” Ucap Jin Hyuk seperti tak percaya mendengar
pengakuan temanya. Hye In pikir Jin Hyuk lebih baik melupakan saja.
“ Jin
Hyuk... Kamu pria yang luar biasa. Kau pribadi yang luar biasa, sama seperti Bu
Cha. Jadi, ketahuilah bahwa aku mendukungmu.” Akui Hye In.
“Hye
In... Terima kasih sudah menyukaiku..” kata Jin Hyuk
“Itu
lebih baik daripada meminta maaf karena tidak menyadari perasaanku. Itu tidak
terlalu memalukan.” Komentar Hye In. Jin Hyuk menutup matanya karena malu
karena Nyaris saja mengatakan itu..
“Sudah
kubilang jangan meminta maaf. Alasan aku memutuskan untuk mengatakan ini
kepadamu adalah karena aku tidak mau kau dan Bu Cha berpisah seperti ini.” Akui
Hye IN.
“Kami
tidak akan berpisah.” Tegas Jin Hyuk yakin. Hye In kembali minum kopi mengeluh
karena Kopinya sudah dingin.
“Kopinya
dingin karena kau bilang menyukaiku.” Goda Jin Hyuk. Hye In menyangkalnya.
“Aku
hanya ingin menyerahkan diri.” Ucap Hye In. Jin Hyuk mengejek kalau Hye In
seperti melakukan kejahatan?
“Kau
tidak menyerahkan diri.” Komentar Jin Hyuk. Hye In pikir kalau menganggap itu “mengaku”
dan mengaku merasa lebih baik sekarang. Keduanya seperti sudah tak ada masalah.
Dae Chan
bertemu dengan Sek Jang merasa sudah menduga dan artinya kalau sudah cukup
lama, lalu mengeluh pada Sek Jang yang
tidak memberitahu bahwa mereka sudah putus. Sek Jang pikir Jin Hyuk sudah bercerita kepadanya.
“Kurasa
Jin Myung juga tidak tahu.” Kata Dae Chan. Sek Jang ingin tahu alasan ingin
menemuinya.
“Aku tahu
waktunya tidak pas, tapi...” ucap Dae Chan memberikan sesuatu diatas meja. Sek
Jang binggung apa yang diberikan.
“Aku
sedang di jalan memikirkan kamu dan aku membeli ini.” Ucap Dae Chan memberikan
sebuah anting dalam plastik seperti murahan.
“Aku
alergi logam.” Kata Sek Jang menolak. Dae Chan mengaku kalau itu emas. 14 karat.
“Apa kau
tidak suka desainnya?” tanya Dae Chan. Sek Jang mengaku ini sesuai seleranya.
“Sudah
kuduga... Aku mengamatimu... Kau sering memakai anting seperti ini.” Ucap Dae
Chan bangga.
“Aku
tidak bisa menerimanya.” Kata Sek Jang. Dae Chan menegaskan kalau Ini emas.
“Dae
Chan... Orang hidup dengan memiliki pandangan berbeda, kan? Kita semua tidak
mungkin memiliki posisi yang sama, kan?” ucap Sek Jang. Dae Chan membenarkan
kalau mereka semua berbeda.
“Maaf karena
aku akan mengatakan sesuat yang akan kusesali.” Kata Sek Jang. Dae Chan
menyuruh mengatakan karena tidak masalah.
“Ada standar
tertentu yang kumiliki. Sebagian orang melampaui standar itu dan berhasil menemukan
cinta sejatinya, tapi aku bukan orang yang seperti itu. Aku realistis, dan jika
sesuatu tidak sesuai dengan standarku, terkadang aku merasa hancur.” Ucap Sek
Jang
“Setelah
bertemu denganmu, semua terasa menarik dan menyenangkan, tapi aku takut akan
hancur lagi.” Akui Sek Jang. Dae Chan mengaku sudah mengerti.
“Itu
bukan hal buruk... Terima kasih sudah mengatakan itu. Tapi Tidak bisakah kau
terima saja ini?” ucap Dae Chan yang terlihat dewasa
“Ini tampak
terlalu mencolok untukku. Minta pengembalian uang saja.” Kata Sek Jang.
“Pengembalian
uang? Kalau begitu, kubuang saja. Aku akan membuangnya saja... Hadiah hanyalah
hadiah... Aku tidak memintamu menerimanya dan menikah denganku. Yah.. Kalau
begitu, kita buang saja benda ini.” Ucap Dae Chan.
Sek Jang
mengeluh Dae Chan yang akan membuangnya Dae Chan pikir anggap saja tanda
persahabata jadi meminta agar menerimanya. Sek Jang pun hanya diam. Dae Chan
menawarkan bir karena perlu bersulang untuk persahabatan mereka. Sek Jang pun
setuju lalu mengambil anting dari Dae Chan.
Jin Hyuk
baru saja turun dari bus, kaget melihat ibunya yang menunggu dihalte bus
padahalcuaca sedang dingin, sambil memegang tangan ibunya bertanya sudah berapa
lama menunggu karena tubuh nya terasa dingin
sekali.
“Ibu perlu
angin segar, maka ibu pergi ke luar untuk berjalan.” Ucap Nyonya Joo.
“Udaranya
dingin, ayo kita masuk.” Kata Jin Hyuk menyayangi ibunya.
Keduanya
duduk di cafe, Jin Hyuk memegang tangan ibunya karena tanganya masih dingin.
Nyonya Joo mengaku kalau ingin bicara dengan anaknya. Jin Hyuk mengaku sudah
mendengar semuanya, saat Ibu dan Ayah berbicara dan ia mendengar semuanya.
“Tapi kau
tetap tidak mengatakan apa-apa.” Kata Nyonya Joo kaget.
“Awalnya
aku bingung dan sangat sedih, tapi aku memahami maksud Ibu.” Akui Jin Hyuk
“Kau
pasti membenci ibu.” Ucap Nyonya Joo tertunduk sedih, Jin Hyuk mengaku tidak
karena tahu ibunya punya alasan sendiri.
“Ibu
hanya tidak tahu bahwa aku sangat mencintainya. Ibu tidak mengerti bahwa dia
sangat berarti bagiku.” Akui Jin Hyuk
“Sebesar
apa cintamu kepadanya? Apa arti dirinya bagimu?” tanya Nyonya Joo
“Aku
mencintai dia sebesar cintaku terhadap Ibu, Ayah, dan Jin Myung. Dia ingin
berpisah denganku. Tapi kurasa dia mengatakan ingin putus hanya karena
mencemaskan Ibu. Dia juga mengatakan keluarga kita rendah hati dan kita
memiliki sesuatu yang tidak bisa dibeli dengan uang.” Cerita Jin Hyuk
“Dia
takut akan menghancurkan hal yang istimewa itu. Karena itulah dia ingin
mengakhiri hubungan kami.” Cerita Jin Hyuk. Nyonya Joo menangis karena sangat
menyesal perbuatanya.
“Ibu
melakukannya karena menyayangiku.”akui Nyonya Joo menangis.
“Dia juga
melakukannya karena mencintaiku... Karena itulah,ibu.. aku akan melindungi kalian
berdua apa pun yang terjadi. Hingga Ibu menerima kami, hingga dia terbebas dari
rasa bersalah, maka aku akan menunggu di tempatku.” Tegas Jin Hyuk dengan
prinsipnya.
“Ibu
rasa... Ibu hanya takut... Ibu memberi tahu ayahmu bahwa ibu takut kamu akan
terluka, tapi sepertinya ibulah yang sebenarnya takut. Karena itu, tidak
apa-apa kalau kau membenci ibu.” Cerita Nyonya Joo.
Jin Hyuk
mengaku kalau menyayangi Ibunya jadi tak mungkin membencinya. Keduanya saling
berpegangan tangan seperti sedang melakukan kencan antara anak dan ibunya.
Soo Hyun
kembali ke rumah duduk dengan tatapan kosong, lalu menatap meja yang sebelumnya
ada barang-barang dari Jin Hyuk yang sudah tak ada tapi ia mengingat jari Jin
Hyuk yang masih mengunakan cincin pasangan mereka.
Ia pun
mengingat yang dikatakan Jin Hyuk “Aku tidak bisa berpisah darimu. Mari kita
bertaruh lagi. Entah kita akan berpisah seperti yang kau inginkan atau cinta
kita akan menang sesuai perkataanku.
Pagi hari
Di ruang
rapat, Eun Ji mengaku penasaran soal insiden Anggota Kongres Cha, Apa
itu akan memengaruhi citra hotel ini. Sun Joo mengaku tak tahu Hye In pikir
tapi banyak klien datang. Tuan Park mengakulebih mencemaskan Soo Hyun pasti
sangat sedih saat tahu ayahnya ditahan.
“Bagaimana
kalau kita memeriksa paket pernikahan?” ucap Sun Joo,
“Awalnya
hanya satu halaman, tapi kita diminta menjadikannya dua halaman.”ucap Hye In
memperlihatkan konsepna.
“Bagus.
Tetaplah bekerja dengan baik dan jangan terpengaruh gosip. Lalu Siapa yang
mengedit rekaman acara para pendiri hotel?” tanya Sun Joo
“Pak Park
yang melakukan pengeditan pertama dan aku sedang menangani musiknya.” Jelas Jin
Hyuk
“Hasil
editku adalah karya seni.” Kata Tuan Park bangga, Sun Joo mengejek Tuan Park
yakin mengerjakanya. Tuan Park yakin karena sudah biasa.
Semangkuk
ramyun di atas meja, Tuan Nam mengeluh
karena melewatkan sarapan karena Jin
Hyuk bilang akan mentraktir makan siang tapi ternya sama seperti Soo Hyun
sangat suka ramyeon. Jin Hyuk berjanji
Lain kali akan membeli panekuk Korea.
“Aku
tidak keberatan dengan apa pun yang kau beli... Wahhh.. Andai saja ada sedikit
tteok.” Komentar Tuan Nam mengoda sambil makan ramyun.
“Soal
ayah ibu Cha... Aku mengkhawatirkan keadaannya.” Ucap Jin Hyuk
“Fisiknya
baik-baik saja, tapi tidak dengan mentalnya.”akui Tuan Nam
“Kalau
Bapak bertemu Tuan Cha, tolong katakan agar dia tidak mencemaskan Bu Cha. Apa
pun yang dia dengar hanyalah bagian dari prosesnya.” Jelas Jin Hyuk
“Apa Maksudmu
fakta bahwa dia putus denganmu? Semoga kau mengerti kenapa dia melakukan itu. Seperti
itulah dia... Dia lebih memilih menderita sendiri daripada orang lain yang
menderita. Jadi, meski rasanya menyakitkan... “ jelas Tuan Nam
“Menurutku
juga itu bagian dari prosesnya. Pada akhirnya semua baik-baik saja.” Kata Jin
Hyuk
“Kau
harus meyakini hal itu. Kurasa ini tidak mudah bagimu karena Soo Hyun sangat
waspada.” Ungkap Tuan Nam
“Tidak
masalah, pada akhirnya aku akan menembus pertahanannya.” Ucap Jin Hyuk yakin
“Entah
bagaimana caranya, tapi semoga kita semua bahagia.” Kata Tuan Nam senang.
“Tentu,
aku tidak menerima kesedihan dalam hidupku... Karena itu, Pak Nam...” ucap Jin
Hyuk dengan wajah serius.
Soo Hyun
masuk mobil kaget melihat Jin Hyuk yang sudah ada didalam mobil. Jin Hyuk
menegaska kalau hanya akan mengantar Soo Hyun pulang tidak ingin membuatnya merasa
tidak nyaman. Soo Hyun ingin menolaknya, tapi Soo Hyun menyakinkan tidak bermaksud apa-apa.
“Aku
tidak mau membuatmu terluka. Aku hanya mau mengantarmu pulang. Setidaknya
izinkan aku melakukan itu.” Ucap Jin Hyuk lalu mulai mengemudikan mobilnya.
Soo Hyun dan
Jin Hyuk hanya diam saja dalam mobil.
Jin Hyuk akhirnya mulai bicara kalau duduk dibelakang kemudi membuatnya
memahami posisi Tuan Nam. Soo Hyun hanya diam saja, tak menanggapinya.
Sesampai
dirumah Jin Hyuk akhirnya ikut turun, Soo Hyun mengucapkan Terima kasih. Jin Hyuk memberikan satu kotak
film. Soo Hyun enggan menerimanya. Jin Hyuk menegaskan kalau ini bukan cincin
dan hanya negatif film.
“Isinya
foto yang aku ingin kau lihat.” Kata Jin Hyuk. Soo Hyun meminta maaf menolaknya
meminta Jin Hyuk agar membawa pulang saja.
“Kau Ambillah...
Ada sisi dirimu yang tidak kamu sadari di foto ini.” Kata Jin Hyuk menaruh
ditangan Soo Hyun.
Jin Hyuk
pulang kerumah melihat buku "'Jika
Tugas Laut adalah Membuat Ombak' oleh Kim Yeon Su" terlihat foto Soo Hyun
yang tersenyum saat mereka kencan dan memberikan cincin untuknya.
“Dia
menjadi seperti dirinya yang ada di foto.” Ucap Jin Hyuk mengelus wajah Soo
Hyun di foto.
Sementara
Soo Hyun hanya duduk diam dikamarnya melihat film yang diberikan Jin Hyuk.
**
Bersambung
ke part 2
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar