PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Kamis, 16 Juni 2016

Sinopsis Lucky Romance Episode 7 Part 1

Bo Nui terdiam melihat Soo Ho berdiri didepan kamar rawat adiknya, Soo Ho berjalan mendekat tapi Bo Nui memilih berbalik meninggalkanya. Perawat yang sedang berjaga kaget melihat Bo Nui yang datang malam-malam kerumah sakit. Bo Nui bertanya tentanga Bo Ra. Soo Ho melihat dari kejauhan.
Dia stabil dan Hari ini dia baik-baik saja. Memangnya Kenapa?” tanya perawat
Tolong awasi dia dan Langsung hubungi aku kalau ada sesuatu.” Ucap Bo Nui
Biasanya juga begitu. Apa kau sangat khawatir?” ucap perawat, Bo Nui menyerahkan semua kepercayaan pada perawat.
Jika ada perubahan sedikit saja, kabari aku.” Pinta Bo Nui, perawat mengerti dan meminta Bo Nui tak perlu khawatir.
Soo Ho mengikuti langkah Bo Nui yang meninggalkan meja receptionist, Perawat binggung melihat Soo Ho yang mengikuti Bo Nui. Soo Ho sempat memanggil Bo Nui tapi Bo Nui memilih tak menghiraukan dan pergi begitu saja. 

Bo Nui sudah ada didepan Rumah Sakit Univ. Hanguk, hujan turun sangat deras, Soo Ho melihatnya dari pintu. Bo Nui berjalan meninggalkan rumah sakit tak peduli basah kuyup, Soo Ho tak bisa berbuat apa-apa hanya bisa diam melihat Bo Nui hujan-hujannan.  Ditengah jalan Bo Nui mengangkat wajahnya ke langit sambil berbicara.
Aku harap semua ini mimpi, Hanya sebuah mimpi buruk. Gumam Bo Nui dengan air mata yang bercampur dengan air hujan yang membasahi wajahnya.
Tiba-tiba wajahnya tak terkena air hujan, sebuah payung biru menutupi kepalanya. Bo Nui menengok melihat Soo Ho membawa payung tapi demi melindungi kepalanya rela basah kuyup. Keduanya sempat saling menata, Soo Ho meminta Bo Nui menganggap dirinya seperti tiang listrik saja. Bo Nui pun berjalan dan Soo Ho terus mengikutinya tanpa terkena payung dikepalanya.
Akhirnya Bo Nui berhenti melangkah menatap Soo Ho, Soo Ho mengingatkan kalau sebelumnya Bo Nui menganggapnya sebagai tiang listrik yang bisa bicara, jalan, dan bisa memayungimu. Bo Nui hanya menatapnya, Soo Ho pikir Bo Nui sekarang bisa melihatnya, dengan bangga mengatakan kalau ia memang jenius yang memiliki banyak fungsi. Bo Nui kembali berjalan dan Soo Ho terus mengikutinya seperti pengawalnya. Sesampai di warung tenda, Bo Nui langsung masuk ke dalam, Soo Ho bertanya-tanya apa yang menjadi masalah Bo Nui sekarang. 

Gun Wook duduk di halte bus sambil menelp tapi ponsel Bo Nui tak aktif, ia sempat berdiri ketika bus datang, tapi tak melihat Bo Nui turun dari bus. Akhirnya ia mengingat kembali saat diatap  bertanya ada urusan apa dengan pria yang lahir di tahun harimau itu. Bo Nui menjawab harus tidur denganya. Lalu membayangkan Bo Nui dan Soo Ho berada dalam kamar lalu Bo Nui lebih dulu mendekatinya lalu mereka tidur bersama.
Kau gila, Choi Gun Wook..... Tidak, tidak mungkin.” Ucap Gun Wook merasa kalau khayalannya itu tak mungkin terjadi. 

Bo Nui duduk sendirian meminum sojunya, dari kejauhan ternyata Soo Ho duduk memperhatikan Bo Nui. Terlihat tiga orang pria keluar dari warung tenda, tapi salah satunya tetap berada di dalam dengan mendekati Bo Nui yang duduk sendirian dan mengajak untuk ikut mereka di ronde kedua.
“Apa Kau pikir sanggup mengatasiku? Aku... Shim Bo Nui ... wanita paling tidak beruntung di dunia. Kalau kau bersamaku, kau bisa mati.” Ucap Bo Nui setengah mabuk, Si pria terlihat binggung dan Soo Ho mendengar ucapan Bo Nui dari kejauhan dengan tatapan sedih.
“Apa Kau lahir tahun macan? Kalau iya, aku akan tidur denganmu.” Ucap Bo Nui
Terang-terangan sekali, Apa kau mau pindah ke tempat indah? Ayo, bawa barangmu.” Ucap Si pria ingin mengajak Bo Nui pergi.

Soo Ho langsung bertindak, berdiri dari tempat duduknya mengajak si pria untuk bicara diluar sebentar. Si pria marah bertanya siapa pria yang berani menghalanginya Soo Ho menariknya keluar dari warung tenda. Si pria itu bertanya siapa pria yang berani menghalanginya dan menyuruh melepaskan tanganya.
“Aku adalah Je Soo Ho, Apa kau tidak kenal? Si jenius” ucap Soo Ho, tapi si pria terlihat tak mengenalnya.
“Kalau memang kau mau bikin ulah, pikirkan lebih dulu. Tanda pengenal, cincin, kau malas sekali tuan yang sudah punya istri” kata Soo Ho, si pria panik menutupinya.
Soo Ho pun mengeluarkan ponselnya unuk menelp Managernya, Si pria makin panik akhirnya memilih untuk segera pergi sekarang karena tak mau dilaporkan pada Managernya. Soo Ho hanya bisa menghela nafas. 

Soo Ho yang gemas ingin memukul Bo Nui dari balik tenda. Bo Nui terlihat sudah tertunduk mengantuk setelah mabuk. Soo Ho pun segera masuk ke dalam tenda, Bo Nui berbicara sendiri, kenapa pria tadi belum kembali, lalu berpikir pria itu takut.
“Seekor Hariamu tapi takut sama kucing. Moeng! Meong! Kemana Harimau culun tadi?” ucap Bo Nui lalu menatap Soo Ho sudah ada didepanya meminta Bo Nu berhenti.
Bukan urusanmu.” Kata Bo Nui ingin menuangkan soju, Soo Ho mengambil botol Soju meminta Bo Nui untuk berhenti, Bo Nui menyuruh Soo Ho untuk mengembalikan botolnya.
Dia tidak meninggal! Aku memeriksanya sendiri. Adikmu, baik-baik saja.” Tegas Soo Ho
Lalu? Apa aku harus senang mendengarnya? Dia masih belum bangun.” Ucap Bo Nui, Soo Ho menegaskan bukan itu maksudnya. Bo Nui menarik tanganya yang dipegang oleh Soo Ho agar tak minum lagi, lalu memilih untuk pergi. 

Soo Ho terlihat kebingungan akhirnya keluar dari tenda dengan membawa payungnya. Ia berlari menghampiri Bo Nui agar tak kehujananya, Bo Nui langsung menjatuhnya payung yang dibawa oleh Soo Ho.
Jangan ikut campur dan tinggal aku sendiri! Kalau kau mau membantu, seharusnya kau menolongku saat membutuhkanmu, apa gunanya membantuku sekarang? Aku sudah memohon padamu untuk membantuku sekali, jika saja kau bersedia” kata Bo Nui
Kalau memang aku bersedia, apa ada yang akan berubah? Apa kau masih tak mengerti? Semua takhyul ini sudah berakhir, dan sudah lewat jam 12 tak ada bulan purnama. Tolong berpikir secara logika...” teriak Soo Ho
Hentikan, hentikan!!!” jerit Bo Nui histeris, Soo Ho sempat tertunduk dengan hujan membasahi tubuh keduanya lalu mendekati Bo Nui.

Jika bajingan tadi sampai merekammu, apa yang kau lakukan setelah itu?” ucap Soo Hoo
Bagaimana kau bisa tahu? Polisi tadi... apa kau yang menelpon?” ucap Bo Nui
Soo Ho pikir masih beruntung dan lebih baik ingin memegang lengan Bo Nui, tapi Bo Nui dengan sangat marah merasa Soo Ho tak perlu melakukan ini padanya dan tak punya hak. Menurutnya tak peduli apabila pria itu merekam adegan mereka, karena dalam pikiranya searang Nyawa seseorang dalam bahaya, yaitu Bo Ra yang seharusnya sudah selamat. Soo Ho menatap Bo Nui yang terus menjerit histeris padanya.

Soo Ho akhirnya menarik tangan Bo Nui, Bo Nui menarik tanganya tak ingin dipegangnya. Soo Ho meminta Bo Nui untuk mengikutinya karena sebalum matahari belum terbit dan memenuhi keinginannya. Bo Nui menarik tanganya dengan mata melotot.
“Aku ini pria Harimau, kau tahu itu kan?” ucap Soo Ho menarik Bo Nui untuk terus ikut denganya. Bo Nui pun mengikuti tarikan tangan Soo Ho yang mengajaknya pergi. 

Hujan mulai berhenti, Gun Wook terlihat tertidur di depan pintu rumahnya. Sul Hee datang langsung berlari panik menghampiri Gun Wook membangunkanya. Gun Wook terbangun dan langsung memanggil nama Bo Nui, tapi yang dilihatnya wajah Sul Hee yang membangunkanya.
Akhirnya keduanya masuk rumah, Gun Wook menyadarkan tubuhnya di Sofa. Sul Hee mengambil handuk basah dari kamar mandi, bertanya Kenapa tidak ganti baju dan  Sejak kapan berada diluar, apakah 30 menit atau satu jam, lalu mengajaknya untuk pergi sauna karena mengkhawatirkan kesehatan atletnya. Gun Wook meminta Sul Hee santai saja, tak perlu berlebihan.
Aku kemari karena suaramu terdengar sedih, ternyata kau ada ditertidur didepan rumah seperti tadi.” Ucap Sul Hee ngedumel

“Apa kau mau minum bir?” tanya Gun Wook mencoba mengalihkan pembicaran pergi ke dapur.
“Apa Kau menyukai Shim Bo Nui?” ucap Sul Hee bisa menebak, Gun Wook tertawa mendengar ucapan Sul Hee yang mengatakan kalau menyukai Bo Nui.
“Apa Kau masih tak tahu type wanita yang aku sukai?” ucap Gun Wook menyangkal karena  sudah larut dan hujan pula jadi hanya khawatir saja.
“Dia tidak mengangkat telpnya dan tak ikut makan malam, bahkan tidak pulang kerumah.  Gary, ini.. Dia pasti sedang dengan pacar.” Kata Sul Hee yakin, Gun Wook sempat kaget tapi Sul Hee benar-benar yakin pasti dugaanya itu benar. 


Bo Nui masih ditarik berjalan oleh Soo Ho disebuah jalan, Bo Nui meminta Soo Ho melepaskanya karena semua sudah bukan urusannya lagi. Soo Ho menarik Bo Nui dan mendorongnya ke dinding, lalu meminta Bo Nui mendengarkan ucapanya baik-baik.
“Pertama... kalau tak bersama pria harimau maua  adikmu akan mati, Kedua, kau tak melakukan hal gila itu, Ketiga, ternyata adikmu baik-baik saja. Hal ini menunjukkan kalau semua itu cuma takhayul. Shim Bo Nui, berhenti berkhayal dan lihatlah... pada kenyataan.” Tegas Soo Ho
“Kau bilang Kenyataan? Kau ingin tahu apa yang dari kenyataan dalam hidupku?” Orang yang kucintai pasti pergi, orang tuaku  meninggal saat aku berumur 16. Di dunia ini hanya tinggal aku dan Bo Ra, tapi... Sekarang aku harus merelakan satu-satunya adikku. Jadi apa yang harus aku lakukan sekarang?”ucap Bo Nui yang membuat Soo Ho sempat terdiam.

Aku sangat takut dan ini sangat menyeramkan. Lebih baik aku meninggal lebih dulu dibanding adikku, Setiap hari Bagaikan berjalan di lapisan es tipis, entah kapan akan tenggelam, tiap detiknya bagai neraka! Inilah kenyataannya, apa kau paham?” ucap Bo Nui.
Soo Ho masih tetap diam, Bo Nui tahu adiknya bisa masih hidup hari ini, tapi bisa aja besok, atau mungkin lusa. Soo Ho heran dengan pikiran Bo Nui seperti itu. Bo Nui mengaku kalau ia bohong, kalau semua ini karena Soo Ho tapi yang diinginkanya adalah untuk  menghindari rasa bersalahnya. Soo Ho merasa itu bukan salah Bo Nui, menurutnya semua tak masuk akal.  
Bo Nui merasa Soo Ho Sampai kapanpun k takkan mengerti jadi meminta pergi saja dan tak perlu mengikutinya, lalu berjala pergi dengan membawa semua barangnya. Soo Ho berteriak kesal Bo Nui yang terus kabur lagi,  menurutnya sudah cukup karena kesabaranya sudah habis dan bukan seorang Buddha. Ia menjerit kalau sudah menyia-nyiakan waktunya jadi lebih baik pergi saja sekarang. 

Soo Ho baru saja berjalan beberapa langkah, wajahnya terlihat kebingungan dan khawatir akhirnya berjalan ke arah Bo Nui berjalan pergi. Ia tak melihat Bo Nui sekitar taman, lalu melihat kesana kemari dan akhirnya mendengar suara Bo Nui sedang bersenandung. Ia perlahan naik ke tangga lalu berjalan melihat Bo Nui berjongkok sambil bersenandung.
Akhirnya Soo Ho berjongkok di depan Bo Nui mendengarkan suara bersenandung, lalu memanggil agar mengajaknya pulang. Bo Nui menolak tak ingin pulang dan tak bisa pulang, serta tak sanggup melihatnya.
“Tempat tidur Bo Ra, meja kerjanya, Barang-barang Bo Ra, aku tak sanggup. Aku tak punya hak melihatnya.” Cerita Bo Nui sambil tertunduk menangis. Soo Ho memandanngi Bo Nui yang berjongkok sambil bersenandung. Akhirnya Soo Ho mengendong Bo Nui untuk pulang bersama, menyusuri jalan yang sudah sepi. 

Gun Wook baru selesai mandi, melihat boneka burung hantu diatas raknya lalu berkata kalau boneka itu tak berguna, karena tak bisa menemukan ayah dan juga Bo Nui, menurutnya tak ada gunanya lalu membalikan bonekanya. Tapi akhirnya Gun Wook kembali mengambil boneka burung hantu dari Bo Nui.
Tapi, aku tetap memintamu untuk menolong cari mereka, burung hantu” kata Gun Wook lalu mengarahkan burung hantu pada jendela agar bisa mencari Bo Nui dan ayahnya. 

Soo Ho dengan sekuat tenaga membawa Bo Nui menaiki tangga sampai ke ruang Tvnya, lalu mencoba membaringkan disofa tapi Bo Nui malah berguling dan jatuh dilantai. Ia kebinggungan, ingin mengangkat Bo Nui tapi tak bisa karena merasa canggung untuk memegangnya. Akhirnya ia teringat akan mengunakan selimut.
Ia pergi ke kamarnya mengambil selimut dari atas tempat tidurnya, lalu teringat membutuhkan handuk dan mencari di lemari, teringat handuknya itu digantung. Ia kembali ke tempat tidur karena membutuhkan bantal juga, tapi akhirnya menaruhnya kembali karena merasa aneh kalau mengunakan bantal tidur miliknya. Dan menganti selimut miliknya jadi selimut yang tipis.
Soo Ho kembali ke ruang Tv, melihat Bo Nui yang berbaring tidur dilantai. Perlahan ia memberikan selimut pada Bo Nui agar tak kedinginan, matanya melihat tangan Bo Nui yang mengepal seperti menahan sesuatu masalah ditanganya. Ketika ingin memeganganya, ponselnya berdering dengan cepat Soo Ho menjauh agar Bo Nui tak terbangun dengan bunyi ponselnya.

 “Ah Soo Ho! Dimana kau? Kau Di rumah, kan? Hei, semua anak buahmu, ingin menerobos masuk rumahmu!” ucap Ryang Ha setengah mabuk
Jangan! Kau Tidak bisa ke rumahku!” kata Soo Ho panik melihat Bo Nui yang tertidur dikamarnya.
Aku paham, tak seorangpun boleh masuk kecuali aku!” ucap Ryang Ha. Yoon Bal mendekati Ryang Ha ingin tahu rumah bosnya. Ryang Ha menyuruh diam dengan menembaknya, Yoon Bal pun berpura-pura merasakan tertembak lalu menjauh.
Oh! Mereka semua kecewa, karena kau tak datang di hari seperti ini.” kata Ryang  Hae
Kalau sampai aku melihat mereka, maka mereka akan membayarnya, entah itu dengan berkerja lembur atau potong gaji.” Ucap Soo Ho mengancam
Ryang Ha mengatakan kalau hanya bercanda jadi jangan diambil hati,menurutnya sifat Soo Ho yang terlalu serius membuat situasi jadi canggung. Soo Ho menatap Bo Nui yang ada dirumahnya, lalu memohon pada Ryang Ha dengan memanggilnya “Hyung”. Ryang Ha melotot kaget Soo Ho memanggilnya “Hyung”. Soo Ho tak ingin memperpanjang lagi, langsung menutup ponselnya. 


Ia pun berjongkok didepan Bo Nui, ingin mengusap wajahnya dengan handuk tapi terlihat ada rasa canggung, akhirnya perlahan ia mengelap wajah Bo Nui yang berkeringat. Lalu mengambil bantal di sofa dan menaruh diatas kepala Bo Nui agar tidur dengan nyaman.
Setelah itu bantalnya dibanting ke sofa, dengan helaan nafas panjang. Matanya melirik ke arah Bo Nui yang sedang tertidur. Akhirnya ia pindah dengan berlutut di depan Bo Nui memandang wajahnya yang benar-benar tertidur.
“Sebenarnya Seperti apa hidup yang dijalani, wanita ini?” ucap Soo Ho bertanya-tanya menatap Bo Nui seperti ada perasaan simpati. 

Bulan purnama pun berganti dengan sinar matahari yang masuk menyinari tubuh Bo Nui yang masih tertidur. Akhirnya Bo Nui terbangun dan tersadar kalau bukan dirumahnya, lalu menengok melihat Soo Ho berbaring disampingnya dengan mata setengah terbuka.
Keduanya akhirnya membuka matanya dan sempat saling berpandangan, setelah itu buru-buru berdiri dengan wajah panik. Soo Ho langsung membanting tubuhnya disofa. Bo Nui bertanya dimana ia sekarang. Soo Ho dengan membentangkan tanganya, mengatakan kalau ini rumahnya.  Bo Nui heran kenapa ia bisa ada dirumah Soo Ho
Kau harus periksakan gejala demensiamu. Karena Kau lupa semuanya saat sedang mabuk.” Sindir Soo Ho lalu bangun dari tempat duduknya mengungkapkan tidurnya sangat nyenyak.
Bo Nui masih terlihat binggung sambil mengingat kejadian tadi malam, saat bertemu dengan Soo Ho dirumah sakit lalu membuang payung yang dibawah Soo Ho, setelah itu Soo Ho menariknya sambil berkata akan mengambulkan permintaannya. Soo Ho berjongkok didepanya dan mengajaknya untuk pulang, lalu mengendongnya. 
Soo Ho menuangkan air ke dalam gelas, lalu pura-pura tak melihat Bo Nui memberikan gelasnya. Bo Nui malah bertanya  Bagaimana bisa tahu rumah sakit adiknya. Soo Ho menatap Bo Nui dan memilih untuk meminum sendiri air dalam gelas.
“Aku harus bagaimana agar bisa menghentikan pemikiran bodohmu itu? Kau bilang padaku, Hari ini bukan besok, atau Bukan besok maupun lusa. Apa Kau pikir ini hanya masalah waktu?” ucap Soo Ho mencoba kembali menyadarkanya. Bo Nui menghela nafas dengan sejenak memalingkan wajahnya.
“Aku meminta maaf, Sepertinya aku membuat masalah lagi, Entah kenapa selalu saja merepotkanmu.” Ucap Bo Nui, Soo Ho pikir tak masalah denganya.

Tidak, Mana mungkin baik-baik saja. Aku selalu membuat masalah, dan  membuatmu frustasi.” Ucap Bo Nui
Saat bertindak sembrono, setidaknya perhatikan tingkahmu. Yah memang benar, kau selalu saja membuat frustasi. Jadi mulai sekarang.....” kata Soo Ho langsung dipotong oleh Bo Nui
Terima kasih, Untuk semuanya.... aku berjanji takkan pernah terjadi lagi, Jaga kesehatan.” Ucap Bo Nui lalu membungkuk dan pergi.
Soo Ho sempat terdiam, lalu kembali terlihat kebinggungan. Bo Nui keluar dari rumah Soo Ho berlari disepanjang jalan menuju halte bus.

Soo Ho melipat selimut, sambil memikirkan kenapa Bo Nui bersikap sopan sekali dan merasa ada sesuatu yang salah. Lalu ia membereskan bantal yang ada dilantai, dan menduga pasti karena Takhayul itu virus, tapi menurutnya itu tak masuk akal.
Kalau dia berterima kasih, kenapa bilang jaga kesehatan segala? Semuanya tidak nyambung, kan? Shim Bo Nui itu... Dia aneh sekali.” Ucap Soo Ho terus membereskan ruangan Tvnya.
Sampai akhirnya tersadar kalau ia mengeser semua barang-barangnya ke pojok, bahkan karpetnya pun dilipat. Akhirnya ia mengembalikan semua kursi, karpet dan meja ke tempat semula. 

Di depan pintu tertulis “sedang pergi sembahyang.” Bo Nui seperti tak membacanya, mencoba membuka pintu dan mengetuknya sambil memanggil Tuan Goo, dengan wajah kebinggungan mengetuk juga jendela rumah, tapi tetap saja tak ada sahutan. Bo Nui berusaha menelp tapi tak aktif.
“Tuan Goo, aku harus bagaimana sekarang? Kau harus katakan padaku, apa yang harus aku lakukan sekarang?” ucap Bo Nui dengan air mata mengalir dipipinya. 

Nyonya Yang melihat wajahnya dicermin merasa dirinya sudah mulai terlihat tua, dan melihat ada beberapa keriput dibagian lehernya. Lalu mengeluh kenapa banyak sekali keriput yang baru padahal tidak pernah stres. Ia melihat dibagian wajahnya bagian V-Line juga sudah tak terlihat.
Terdengar bunyi suara dengkuran didekatnya, Tuan Je terlihat tak peduli dengan tidur sangat menyenyak. Nyonya Yang melihat suaminya juga sudah mulai menua karena banyak uban dirambutnya, ketika akan menyentuh kepalanya dan bersikap romanti, Tuan Je membalikan tubuhnya dan mengeluarkan bunyi ketut. Nyonya Yang menjerit suaminya yang tak tahu malu sambil menendang bokongnya. 

Gun Wook menatap pintu kamar Bo Nui, mencoba untuk acuh dan pergi tapi akhirnya kembali ingin mengedor dengan keras, tapi memilih untuk memelankan ketukan dengan memanggil Bo Nui, tapi tetap tak ada sahutan dari dalam. Ia pun keluar dari apartement, melihat Bo Nui yang baru pulang, lalu berlari menghampirinya dengan memanggilnya.
Bo Nui terlihat melamun tak sadar ada orang yang memanggillnya, Gun Wook pun kembali memangil Bo Nui dengan suara lantang. Bo Nui pun sadar kalau Gun Wook memanggilnya. Gun Wook bertanya apakah Bo Nui Baru pulang dan tak melihatnya, Bo Nui tak menjawabnya, melihat Gun Wook harus olahraga dan menyuruhnya cepat pergi.
Gun Wook menahanya bertanya tentang keadaan Bo Ra sekarang, Bo Nui mengatakan adiknya baik-baik saja. Gun Wook bertanya apakah Bo Nui dirumah sakit semalaman. Bo Nui mengatakan tidak. Gun Wook ingin tahu dimana, tapi melihat wajah Bo Nui yang lelah menyuruhnya untuk segera masuk rumah saja. 

Gun Wook mulai berlatih dengan menguatkan otot lenganya, menarik badanya keatas sambil bertanya-tanya, dimana Bo Nui tidur dan Dengan siapa. Beberapa anak kecil melihat Gun Wook yang sedang berlati denan tatapan aneh. Gun Wook mengingat ucapan Bo Nui “Aku harus tidur dengan pria itu Agar Bo Ra bangun kembali.” Lalu kembali menarik tubuhnya menyakinkan kalau itu tak mungkin terjadi.
Meski noona ceroboh dan Je Soo Ho tidak akan melakukan jika memiliki pikiran yang benar. Tapi noona sangat cantik, sementara Je Soo Ho, dia tetaplah seorang pria.” Ucap Gun Wook terlihat kebinggungan.
Ia pun mencoba melupakan semua pikiranya dengan terus menarik tubuhnya, tanganya akhirnya tak kuat akhirnya terlepas. Beberapa anak kecil langsung mengerubunginya yang jatuh dengan berbaring. Tiba-tiba Gun Wook bangun sambi menjerit kesal, semua anak-anak langsung berlari menjerit ketakutan. 

Ryang Ha memberikan delapan gelas kopi yang sudah siap da memberikan spesial untuk Seung Hyun, Dengan mata setengah terbuka Seung Hyun mengucapkan terimakasih lalu membawa kopinya. Ryang Ha tiba-tiba memanggil Dal Nim yang akan pergi. Dal Nim bertanya ada apa memanggilnya.
Lihatlah betapa bengkaknya wajahmu. Apa Kau tidak kehilangan sesuatu?” tanya Ryang Ha, Dal Nim pikir tak kehilangan apapun.
Oh, benarkah? Tunggu, sepertinya kau menjatuhkan hatimu...” ucap Ryang Ha membawa sebuah buku bersampul warna Pink. 

Flash Back
Ryang Ha setelah menelp Soo Ho menyuruh semuanya untuk segera pulang, Dal Nim yang mabuk sibuk menuliskan diarynya walaupun dengan coretan tanganya. Beberapa pegawai ingin mereka pergi rumahnya Je Soo Ho. Ryang Ha berteriak kalau dirinya itu pemegang saham, dengan memperlihatkan Kartu kreditnya mengajak untuk minum lagi.
Dae Kwon menarik Dal Nim untuk pergi karena mereka akan lanjut minum lagi. Ryang Ha sudah berjalan sepoyongan, tiba-tiba menginjak sesuatu berpikir baru saja menginjak ranjau. Lalu berusaha mengambil sebuah buku yang jatuh dan bertanya-tanya siapa yang memilikinya, didepan buku tertulis judul “J’s Story”

Dal Nim menjerit melihat buku diarynya yang ada ditangan Ryang Ha, lalu berusaha mengambilnya. Ryang Ha mengodanyad dan ingin membacanya. Layaknya petir, yang dikhianati temannya, Menjadi tangguh karena kesendiriannya. Lalu memuji tulisan Dal Nim sangat menarik
“Ahh.... Karena inilah cerita di gamenya Zeze sangat bagus.” Komentar Ryang Ha, Dal Nim menyangkal kalau buku itu bukan miliknya.
Kalau bukan punyamu, kenapa mencoba mengambilnya ?!! Dengarkan, dengarkan... ada yang bagus lagi” ucap Ryang Ha kembali membaca tulisan di diary Dal Nim

Ia membaca tulisan Siang berganti malam, kau tetap tak bergerak. Sayangku, si workaholic... Seandainya aku bisa memijat bahumu, betapa indahnya? tubuhnya kembali merinding membacanya. Dal Nim mencoba merebut diary miliknya. Ryang Ha memegang tangan Dal Nim agar bisa membaca kembali kalimat yang ditulis “Aku tidak meminta apapun, aku sudah bahagia hanya dengan menyukainya”
Dal Nim meloncat dan akhirnya bisa mengambil bukunya, Ryang Ha tak ingin melepaskanya, Dal Nim mengatakan akan mencarikan pemiliknya.Keduanya saling tarik menarik sampai akhirnya Dal Nim bisa mengambilnya dan langsung pergi.
“Wah.. semua orang pasti suka dengan Je Soo Ho, seluruh wanita didunia ini pasti menyukainya. Tapi aku menyukai satu kalimat "sayangku, si workaholic” waaaahhh..... ini gombal sekali” kata Ryang Ha melihat Dal Nim terlihat malu-malu. 
bersambung ke part 2 

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar