PS : All images credit and content copyright : KBS
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Tuan No
sedang mengemudikan mobil melihat Hyang Mi berjalan menyuruhnya agar naik.
Hyang Mi heran kenapa harus naik. Tuan No beralasan sepertinya berat. Hyang Mi
pikir kalau jaraknya sudah dekat jadi lupakan saja. Tuan No terus menyuruh
Hyang Mi masuk.
Helena
sibuk mengisir lobak, Nyonya Kwak melihat isi kotak penuh dengan jeruk lalu
memuji Dong Baek itu sopan sekali padahal tak perlu selalu mengisinya dengan
makanan. Dong Baek bertanya berapa harga lobak muda dan berpikir kalau itu
mahal.
“Harganya
7.000 won seikat. Disebut juga lobak emas.” Kata Nyonya Kwak. Dong Baek merasa
tak enak karena Nyonya Kwak memberikan banyak
“Kau belum
bertemu putra bungsuku, 'kan? Hei, di mana dia? Helena, ke mana dia pergi?”
tanya Nyonya Kwak. Helena mengaku tak tahu.
“Aku
yakin dia bisa bicara sopan, tapi dia terus melakukannya.” Keluh Nyonya Kwak
melihat Helena melangkah pergi ke dapur.
“Apa maksudmu,
putra bungsumu yang baru-baru ini kembali?” tanya Dong Baek. Nyonya Kwak
membenarkan.
“Namun,
tampaknya dia kabur saat memotong lobak.” Ucap Nyonya Kwak ,Dong Baek bingung
kalau anak Nyonya Kwak kabur.
“Kurasa
begitu. Kebiasaannya sejak hari-hari di SMA agrikultura.” Ungkap Nyonya Kwak.
Sementara
saat itu Yong Sik sedang bersembunyi dibawah mesin kasir sambil mendengar
ucapan Ibunya, panik karena menceritakan masa itu. Nyonya Kwak terus bercerita
kalau anaknya tak pernah belajar dan
selalu kabur sejak saat itu, dan dapat peringkat terbawah di kelas.
“Nilainya
paling buruk? Astaga.” Ucap Dong Baek kaget, Nyonya Kwak membenarkan dan tepatnya
tiga kali.
“Astaga,
ada apa dengannya?” keluh Yong Sik pada ibunya. Nyonya Kwak mengaku sangat
percaya peringkat terbawah sama sulitnya dengan peringkat pertama.
“Namun,
dia selalu seperti itu. Hidupnya selalu semua atau tak sama sekali.” komentar
Nyonya Kwak.
“Para
pria Ongsan pasti cenderung begitu.” Kata Dong Baek, Nyonya Kwak binggung
bertanya apakah ada orang yang lain yang seperti itu.
“Ada pria
yang belakangan datang ke tempatku. Dia mengingatkanku pada beruang cokelat.”
Ucap Dong Baek dengan wajah tersenyum malu.
“Jangan
keliru dengan pria mirip beruang. Mereka norak. Kau tak akan bisa perbaiki itu.”
Komentar Nyonya Kwak.
“Namun,
di antara para beruang, Winnie The Pooh itu manis, 'kan?” ucap Dong Baek
membela diri.
“Omong-omong,
kali ini kau memakai gaun.” Ucap Nyonya Kwok, Dong Baek berdiri berpikir
kalau terlalu pendek dan bisa melihat
lututnya.
“Jangan
cemaskan orang lain dan berdandan cantik seperti rubah betina.” Kata Nyonya
Kwok.
Dong Baek
tak mengerti apa maksudnya Rubah betina, Nyonya Kwon pikir kalau Dong Baek bisa
menikahi pria yang baik dan sehat yang berkata
Dong Baek itu cantik. Dong Baek mengeluh Nyonya Kwok itu mengatakannya lagi karena menurutnya cukup
repot dengan Pil Goo.
“Ibu
tunggal juga beban bagi Pil Goo, Kau tak bisa menjalani seluruh hidupmu hanya
sebagai ibu Pil-gu. Mereka hanya anak tersayang saat berada denganmu.” Komentar
Nyonya Kwok.
“Saat anakmu
menikah dan meninggalkanmu, maka kau akan seperti kerang kosong seperti ibu
Du-sik dan Gyu-sik. Jadi, sekalipun kau mungkin bercerai, kau sebaiknya
menikah. Hidup sebagai janda adalah perjalanan sepi.” Ucap Nyonya Kwak. Diam-diam
Yong Sik terus mendengarkanya.
Tuan No
mengajak Hyang Mi ke pinggir laut, Hyang Mi pikir kalau Tuan No bisa datang
saja tapi malah memintanya naik. Tuan No membahas kalau mendengar seseorang
membobol bar. Hyang Mi juga tak tahu, tapi ternyata Seseorang ternyata masuk.
“Namun,
Dongbaek yang rajin takkan libur” ucap Hyang Mi, Tuan No bertanya Lalu apa Hyang Mijuga menghormati Dongbaek.
Hyang Mi terlihat bingung.
“Siapa lagi
di Ongsan yang kau hormati? Apa ada
beberapa pria yang kau hormati?” tanya Tuan No.
“Hormat
apanya. Jika ada tiga pria yang kuhormati dalam hidup, aku tak akan menjalani
hidup seperti ini.” Komentar Hyang Mi
“Jika kau
bosan, bukalah dashboard.” Kata Tuan No, Hyang Mi binggung melihat ada sebuah
surat.
“Apa ini?
Kau membuatku cemas.” Keluh Hyang Mi. Tuan No mengaku surat untuk dibuka dan dibaca.
“Aku tak
memungutnya dalam perjalanan kemari. Aku membayarnya lunas dengan kartu
kreditku. Kau bisa cuti dan pergi.” kata Tuan No bangga memberikan hadiah.
“Dengan
siapa? Kau?” tanya Hyang Mi binggung, Tuan No pikir kalau Hyang Mi ingin pergi
terpisah, bisa juga. Hyang Mi menegaskan apakah hanya berdua saja.
“Jika kau
ingin aku mengemudi, aku bisa melakukan
Namun, jika kau ingin ke sana dengan bus, bisa juga.” Kata Tuan No makin
bangga.
“Apa aku
terdengar keren?” guman Tuan No tersenyum bahagia, Hyang Mi memastikan kalau
ini tiket untuk ski air
“Apa
menurutmu? Ski adalah ski.” Ucap Tuan No dan menegaskan Ini bukan ciuman tapi
mereka hanya pergi ski.
“Apa aku
harus lugu untuk pergi ski air?” kata Hyang Mi. Tuan No terlihat gugup
mendengarkan tentang ciuman.
“Kau baru
saja membuat lelucon ayah, 'kan?” ucap Hyang Mi mengejek. Tuan No menegaskan
itu ski tapi lama kelaman jadi ciuman.
“ Apa kau
menggodaku? Kenapa telingamu sangat merah di depanku? Itu menggemaskan.” Goda
Hyang Mi. Tuan No terlihat malu-malu.
Yong Sik
menarik tas belanja dan mengajak untuk
menuruni tangga. Dong Baek menolak arena sungguh tak ingin Yong Sik ikut.
Yong Sik bisa mengerti dan berjanji akan mengikuti lima langkah di belakangnya,
Dong Baek menegaskan tak ingin Yong Sik berada 500 meter di dekatnya di sekitar
pasar.
“Secara
teknis, panjang pasarnya kurang dari 400 meter. Bukankah 500 meter terlalu
berlebihan?” ucap Yong Sik heran.
“Yong-sik...
Apa kau pernah menjadi ibu tunggal pengelola restoran dan penjual alkohol?”
tanya Dong Baek. Yong Sik terlihat bingung.
“Jika
pernah, kau pasti tahu betapa buruk rasanya saat semua orang membicarakanmu.
Aku bukan ibu tunggal dengan balita. Pil Goo sangat cepat mengerti.” Jelas Dong
Baek
“Aku
membiarkanmu mengikutiku karena alasanmu adalah lakukan itu sebagai polisi. Jadi,
kuharap kau juga menghormatiku sebagai seorang ibu, Yong-sik.” Ucap Dong Bae.
Yong Sik mengerti.
“ Tapi
Tunggu, Dongbaek... Jika pria dan wanita diam-diam bersama, rumor dan gosip
akan beredar. Namun, jika kukatakan langsung, "Aku suka dia. Aku sangat
menyukainya. Aku tak peduli kata kalian, aku suka Dongbaek. Lalu, menyukai
wanita luar biasa ini adalah... Itu...” kata Yong Sik.
“Ya, itu
kebanggaanku!" Jika kulakukan itu, tak ada yang akan katakan apa pun. Aku
percaya itu cara menunjukkan sopan santun yang lebih baik.” Ungkap Yong Sik
bangga
“Jika
dipikir-pikir, aku tak pernah...”gumam Dong Baek tak percaya.
Flash Back
Dong Baek
berjalan dengan Jong Ryuk lalu bertanya apakah ia perlu hadiri pernikahan
koleganya. Jung Ryul dengan pakaian rapih mengaku bingung mengenalkan Dong Baek karena akan merepotkan
jika skandal beredar.
“Aku tak
pernah menjadi kebanggaan siapa pun.” Ucap Dong Baek binggung dan Yong Sik
memperlihatkan senyuman lebar seperti sudah meluapkan emosinya.
“Kenapa
dia terus tersenyum seperti itu?” gumam Dong Baek binggung.
Yong Sik
sibuk mencoba kue beras. Tiga bibi mengeluh menyuruh Yong-sik, berhenti pura-pura untuk makan
injeolmi dan pergi saja. Tiga bibi tak
percaya Yong Sik itu pergi setelah disuruh. Sementara tak jauh dari tempat Yong
Sik, Ada Dong Baek yang membeli lobak.
“Apa Ini
8.000 won? Kenapa mahal sekali?” ucap Dong Baek pada Bibi Oh. Bibi Oh dengan
sinis bertanya Dong Baek mau makan atau tidak.
“Dari
yang kudengar, harga normalnya 7.000 won.” Ucap Dong Baek. Bibi Oh menyuru Dong
Baek beli di tempat lain saja.
“Hanya
kami yang menjual lobak muda di sini.” Kata Bibi Oh sini. Dong Baek ingin
bicara tapi Yong Sik lebih dulu datang.
“Lobak
muda ini sangat misterius Ibuku bilang dia membelinya 7.000 won kemarin. Lalu
kenapa kau jual 8.000 won padanya? Kau sungguh merusak ekonomi pasar melalui
monopoli. Ini pelanggaran ekonomi.” Komentar Yong Sik
“Aku
paham kau suka dia. Namun, jangan begini pada orang yang dahulu merawatmu sejak
kecil. Apa? Ekonomi apa?” balas Bibi Oh sinis
“Kita
bicarakan lobak muda. Jangan ganti pembicaraan.” Keluh Yong Sik
“Kadang
aku bingung apa Yong-sik polisi Ongsan atau pengawal Dongbaek.” Ucap Bibi Kim
ikut bergabung dengan dua bibi lainya.
“Tepat
sekali... Yeong-sim selalu menunggu Yong-sik datang. Namun, Yong-sik selalu
sibuk mengikuti Dongbaek.” Komentar Bibi Park. Yong Sik mengumpat kesal pada
Yeong-sim.
“Kau tak
boleh begini pada kami. Kami yang membesarkanmu.” Kata Bibi Oh
“Ibumu
akan sakit hati jika tahu kau melakukan ini, dasar berandalan naif.” Kata Bibi
Park. Yong Sik ingin bicara tapi Dong Baek lebih dulu bicara.
“Tidak,
tak apa-apa... Aku akan membelinya kali lain.” Kata Dong Baek bergegas pergi.
Yong Sik terlihat bingung
“Jangan
coba menipunya lagi... Aku akan beli semua lobak muda sebelummu.” Teriak Yong
Sik kesal lalu bergegas pergi.
Dong Baek
akhirnya bicara dengan Yong Sik kalau
hanya ingin membayar 8.000 won untuk lobak muda menurutnya semua lebih
baik di masa lalu. Ia pun bertanya apakah Yong Sik kenal para wanita di sana
itu.
“Jika aku
punya sepatu baru atau rambut keriting, mereka menggosipkanku. Mereka pikir aku
berusaha menggodamu.” Ucap Dong Baek.
“Dongbaek...
Apa Kau peduli jika Nyonya Jung punya sepatu baru? Mulai dari rambut keriting
hingga sepatumu, kenapa kau pikir mereka tertarik dengan tindakanmu?” ucap Yong
Sik
“Apa kau
akan berkata karena aku cantik?” tanya Dong Baek. Yong Sik mengaku bukan.
“Kau
memang sudah cantik.” Puji Yong Sik. Dong Baek malah mengeluh mendengarnya
karena muak dengan kalimat itu.
“Ini
karena kau... Apa sebutannya? Kau selebritas di Ongsan. Fakta bahwa mereka
tertarik dengan cara hidupmu menunjukkan kau menonjol di lingkungan ini.
Astaga, kau bahkan tak tahu betapa populer dirimu.” Puji Yong Sik bangga
“Tak heran
kau tak mengerti kekesalanku soal penipuan. Bagaimana bisa kau lebih bodoh
dariku?” keluh Yong Sik
“Nilaiku
bagus hingga kelas empat.” Kata Dong Bae, Yong Sik pun heran Dong Baek tak
mengerti perasaannya.
“Bahkan
anjing di lingkungan ini tahu. Kenapa hanya kau yang tak tahu?” ucap Yong Sik
“Kenapa
kau selalu akhiri dialog dengan mengaku cinta?” keluh Dong Baek kesal
Bibi Oh
membahas kalau Dongbaek sungguh memesona dan Yong-sik sepertinya sangat jatuh
cinta kepadanya. Bibi Kim mengaku kalau seperti sedang menonton drama karena
Yong-sik seperti akan menyerang jika mereka menyakiti Dongbaek.
“Kukira
Yong-sik hanya tertarik pada sepak bola, tapi dia cukup romantis.” Ucap Bibi
Park. Dua bibi lainya pun terlihat tertawa bahagia.
“Apa Kalian
menjelek-jelekkan putraku?” ucap Nyonya Kwak tiba-tiba datang, Ketiga bibi pun
kaget melihat Nyonya Kwak datang.
“Apa
Seung-yeop berkeliling memberi tahu kalian?” kata Nyonya Kwak. Bibi Park kaget
kalau Nyonya Kwak sudah dengar soal ini.
“Bisa Kau
biarkan saja dia? Biar dia menjaga dirinya sendiri.” Ucap Nyonya Kwak. Bibi
Park tak percaya kalau sungguh akan membiarkannya.
“Yong-sik
bisa sangat lihai. Kukira dia orang bodoh yang tak tahu apa-apa. Namun,
ternyata dia pria berambisi besar. Pertama, dia menggoda pengacara. Lalu,
katanya dia ingin ambil alih restoranku.” Ucap Nyonya Kwak bangga dan bertanya
apakah Bibi Kim punya kue beras segar
“Biar
kubuatkan dia sup kue beras.” Ucap Nyonya Kwak, Bibi Kim memberitahu ada kue
beras di dalam. Bibi Oh mengeluh Pengacara apa, karena Nyonya Kwak itu jelas
keliru.
Sementara
Dong Baek masih bersama dengan Yong Sik mengelu kalau Tingkah Yong Sik ini
hanya akan mempermalukannya karena Mereka akan mengira dirinya adalah wanita licik yang menggoda bujangan. Yong Sik
juga tak ingin orang berkata begitu
tentang Dong Baek
“Lalu kau
pikir harus berbuat apa? Apa aku harus mengajarimu seperti Pil-gu?” kata Dong
baek
“Jika ada
yang mengejekmu akan kuberi mereka pelajaran. Namun, aku jelas tak seharusnya
begitu. Kata Yong Sik
“Itu yang
kukatakan.” Bisa kau berpura-pura tak menyukaiku?” pinta Dong Baek, Yong Sik
mengaku Namun, tiap kali mencobamn menyembunyikan
perasaannya.
“Itu tak
berhasil... Aku pikir lebih baik jujur. Apa kau tak setuju? Aku tak cukup
berani berbohong. Dan kurasa jauh lebih buruk mencoba trik murahan sementara
berpura-pura tak ada apa-apa. Itu membuatmu makin seperti candaan.” Ucap Yong
Sik. Dong Baek hanya diam saja.
“Kau
lihat, aku akan lakukan dengan caraku.” Tegas Yong Sik. Dong Baek tak mengerti
maksudnya dan bertanya Kenapa ekspresinya begitu.
“Akan
kupastikan, tak ada orang di Ongsan yang berkata kau yang menggodaku. Tak ada
yang bisa menyebutmu wanita licik.Jadi Akan kupastikan itu.” Ucap Yong Sik
berjalan pergi. Dong Bae bertanya mau kemana Yong-sik
Dong Baek
mengejar Yong-sik Tapi Yong Sik sudah lebih dulu dan berteriak memanggil Nyonya
Park. Dua bibi binggung karena Yong Sik tiba-tiba berteriak. Yong Sik
menegaskan kalau Dongbaek tak berusaha
menggodanya.
“Akulah
yang menggodanya!” tegas Yong Sik. Bibi Park binggung karen Nyonya Kwak didalam
dan menyuruh agar pergi saja.
“Dongbaek
memintaku menjaga jarak 400 meter darinya. Namun, aku tak bisa berhenti
menyukainya. Aku yang berusaha menggodanya. Aku pria licik!” tegas Yong Sik.
“Baik,
aku paham. Sekarang, pergi.” ucap Bibi Park yang terus menoleh kearah belakang.
“Yong-sik,
aku akan jual lobak mudanya seharga 7.000 won. Berhenti berteriak dan ikut denganku.”
Teriak Bibi Oh akan menarik Yong Sik pergi.
“Lepaskan.
Hentikan... Kami tak berbuat apa pun yang membuat malu! Kami tidak berzina! Kami
tak selingkuh dari siapa pun! Aku menyukainya! Hanya itu saja! Aku suka dia,
ya? Aku suka dia!” teriak Yong Sik tak peduli
“Yong-sik
mengamuk dan mengaku cinta padaku. Tapi Tak lama kemudian...” gumam Dong Baek
bingung.
“Kalian
terus berkata kalian membesarkanku! Kalau begitu kalian harus suka wanita yang
kusukai. Kalian setuju?” teriak Yong Sik
Nyonya
Kwak tiba-tiba keluar bertanya siapa yang disukai oleh anaknya. Yong Sik kaget
melihat ibunya dan bertanya sedang apa di sana. Dong Baek kaget karena baru
mengetahui kalau Nyonya Kwak itu ibu dari Yong Sik. Yong Sik binggung menatap
Dong Baek dibelakangnya.
“Tak lama
kemudian, aku akan kehilangan sahabatku. Dari Nyonya Kwak yang tak tersentuh menuju
Yong-sik tak terkendali. Orang yang bisa kuandalkan perlahan berubah.” Gumam
Dong Baek bingung.
Nyonya
Kwak terlihat kesal berjalan lebih dulu. Yong Sik mengejarnya mengingatkan
perkataan ibunya kalau semua dilakukan atau tak sama sekali jadi memutuskan
untuk mengusahakan semua untuk Dongbaek. Nyonya Kwon langsung memukul anaknya
“Tinggallah
dan minum denganku. Jadi Kau pergi ski air dengan siapa?” ucap Dong Baek
mengambil botol soju dan duduk dimeja.
“Kenapa
kau tiba-tiba minum? Bagaimana dengan pertemuan bisnis?” kata Hyang Mi
“Aku tak
bisa pergi. Tak ada lagi yang mendukungku. Jika aku dia, aku juga tak akan
suka. Siapa yang suka Dongbaek?” kata Dong Baek
“Maka kau
harus tutup bar lebih awal hari ini. Sampai jumpa nanti.” ucap Hyang Mi. Dong
Baek pun meminta Hati-hati.
Saat itu
Jong Ryul datang, Hyang Mi yang melihatnya berkomentar kalau Dong Baek tak akan
minum sendirian. Akhirnya Dong Baek duduk berhadapan dengan Jong Ryul ingin
tahu alasan membayar biaya latihannya.
“Kenapa
kau membuat anak mencemaskan 480.000 won?” keluh Jong Ryul
“Kau sungguh
harus cerewet soal hidupku seperti itu? Kau mungkin tak mengerti karena sukses,
tapi keadaanku berbeda.” Ucap Dong Baek kesal
“Kenapa? Karena
kau hanya mengelola bar? Biar kutanya. Kenapa harus bar? Kau tahu tempat ini
tak cocok denganmu.” Ucap Jong Ryul dengan nada mengejek.
“Ini
cocok denganku. Aku pandai melakukannya.” Kata Dong Baek yakin. Jong Ryul pikir
Dong Baek ditipu.
“Apa yang
membuatmu ingin menjual alkohol?” tanya Jong Ryul. Dong Baek mengaku kalau Jung
Ryul yang mendorongnya. Jong Ryul bingung.
“Setiap
kali memasak untukmu, kau selalu mengatakan hal yang sama.” Ucap Dong Baek.
Flash Back
Dong Baek
mengeluh Jung Ryul selalu ingin alkohol setiap kali makan. Jung Ryul yang
semangat makan mengaku tak bisa menolak alkohol saat makan enak menurutnya
Setiap makanan yang dimasak Dong Baek membuatnya ingin alkohol.
“Lauk
buatanmu paling enak untuk alkohol.” Ucap Jong Ryul bahagia dan memberikan
ciuman untuk cinta pertamanya.
“Itu kali
pertama aku dengar seseorang memberitahuku, bahwa aku hebat dalam sesuatu.”
Akui Dong Baek. Jong Ryul tak percaya dengan pengakuan Dong Baek.
“ Kita
semua mencari nafkah sesuai dengan keahlian. Kau bermain bisbol karena itu
keahlianmu. Lalu aku memasak babi tumis paling enak, jadi, aku mengelola bar.”
Kata Dong Baek
“Maksudku,
ayolah. Apa aku sepenting itu bagimu? Apa aku cukup penting untuk memengaruhimu
seperti ini?” kata Jong Ryul tak habis pikir
“Aku tak
punya teman atau keluarga. Yang kau katakan sepenting itu.” Komentar Dong Baek
“Jika aku
tahu kau akan lakukan ini, maka aku tak akan mengatakannya. Kau sungguh
membuatku gila.” Keluh Jong Ryul. Dong
Baek tak ingin membahasnya meminta agar tinggalkan sendiri dan hanya mencari
nafkah.
Flash Back
Hyang Mi
ingin tahu alasan Dong Baek menjual alkohol dan meminta agar mengatakan
sejujurnya. Dong Baek mengaku
Sejujurnya, karena akan dapat 3.500 won setiap menjual sebotol soju.
“Aku tak
belajar banyak dan hanya pandai memasak. Aku juga harus membesarkan Pil-gu jadi
Tak banyak yang bisa dipikirkan. Aku akan kerjakan semua pekerjaan kasarnya.”
Ungkap Dong Baek.
“Saat
Pil-gu masuk MLB, aku ingin memberinya buku tabungan penuh uang. Lalu aku bisa
sebut itu hidup sukses.” Kata Dong Baek bangga sambil makan toppoki.
Jung Ryul
mengeluh Dong Baek yang bisa setidaknya hidup layak. Dong Baek menyuruh Jung
Ryul Tidak perlu sedih karena bisa
melanjutkan hidupmnya dan ia juga
melanjutkan hidupnya. Jung Ryul pun menyindir Dong baek masih memakai gelang
itu/
“Ini...
Ini hanya kebiasaan dan Ini baik untuk kesehatanku.” Kata Dong Baek
“Jika kau
ingin hidup seperti ini, seharusnya kau tinggal saja. Atau seharusnya pastikan
aku tak bisa menemukanmu.” Ucap Jung Ryul
“Fakta
bahwa kita bertemu bukan masalah besar. Kita tak sengaja bertemu. Tak ada yang
perlu berubah. Abaikan saja aku dan teruskan jalanmu.” Ucap Dong Baek santai.
“Bisakah
kau melakukan itu jika menjadi aku? Aku baru tahu kau membesarkan putraku.”
Ucap Jong Ryul
“Pura-pura
saja aku tak ada. Hidupmu baik hingga kini.” Kata Dong Baek. Jong Ryul mengaku
tak pernah baik-baik saja dan muak akan semuanya.
“Aku juga
masih memikirkanmu. Bahkan Tak bisa saling lupa begitu saja. Apa artinya
berusaha lupa? Jika kau tiba-tiba terlintas,maka aku hanya memikirkanmu dan
melanjutkan hidupku.” Ucap Dong Baek
“Bukannya
kita akan bertemu lagi. Dan aku tak bisa apa-apa jika kau terlintas. Kita hanya
perlu menjalani hidup tanpa berbuat hal memalukan.” Kata Dong Baek sambil minum
soju.
“Lupakan
semua omong kosong itu. Kini aku melihatmu hidup seperti ini, bagaimana kau...
Bagaimana... aku bisa mengabaikanmu? Kau tahu alasan julukanku Sepuluh Juta
Jong-Ryul? Hari aku melamun dan tak bisa lari dari base dua ke base tiga adalah
12 Maret 2012.” Akui Jong Ryul lalu mengeluh kalau sangat muak dengan ini.
Jong Ryul
akhirnya duduk didepan bar,sambil menangis
sendirian, karena menurutnya setidaknya Dong Baek harus hidup laya karena
sikapnya sangat baik tapi kenapa hidupnya tak bisa baik. Yong Sik datang
melihat melihat Jong Ryul bingung kenapa datang.
“Sebaiknya
kau masuk.” Ucap Jong Ryul akan pergi. Yong Sik pikir kalau Jung Ryul minum
juga.
“Tidak,
aku tidak minum. Aku bisa menyetir.” Kata Jong Ryul. Yong Sik mengaku Bukan itu
yang kukhawatirkan.
“Aku
tanya karena aku ingin tahu kenapa kau kemari lagi.” Ucap Yong Sik.
“Apa aku
harus menjawab pertanyaan itu?” keluh Jong Ryul sinis. Yong Sik melhat mata
Jung Ryul merah dan bertanya kenapa bisa merah.
“Ini
sungguh bukan urusanmu.” Tegas Jong Ryul. Yong Sik mengaku masalahnya, entah
kenapa... Entah kenapa merasa sangat gelisah.
“Kalau
begitu, kuberi tahu satu hal lagi. Jangan main-main dengan Dongbaek.” Ucap Jong
Ryul. Yong Sik tak percaya kalau Jong Ryul mengunakan bahasa banmal.
“Kau tak
perlu memperburuk keadaan dengan terus menggodanya. Hidupnya sudah berat.”
Tegas Jong Ryul lau masuk ke dalam mobilnya dan pergi.
Yong Sik
sudah duduk bar, Dong Baek mengeluh tak tahu apakah bisa menghadapi Nyonya Kwak
jadi sebaiknya tak datang ke bar. Yong Sik bertanya apakah Dong Baek menangis.
Dong Baek membenarkan kalau menangis.
“Aku
harus menangis jika merasa sedih.” Ucap Dong Baek. Yong Sik ingin tahu alasan
sedih.
“Ini
karena alkohol. Aku kehilangan sahabatku, aku merasa seperti lelucon.” Ucap Dong
Baek
“Kenapa
kau menangis?” tanya Yong Sik kembali Dong Baek mengaku Karena merasa malu akan
dirinya.
“Hidupku sangat
memalukan. Hidupku sangat konyol. Saat di sekolah, aku satu-satunya anak yatim
piatu. Kini, aku satu-satunya ibu tunggal di lingkungan ini. Hanya aku yang
membuat putranya mencemaskan 480.000 won.” Ungkap Dong Baek
“Aku juga
ingin hidup enak, tapi dunia selalu kejam padaku. Dunia terus mempermalukanku.”
Kata Dong Baek sedih
“Dongbaek...
Jangan bersikap lemah. Kau yatim dan ibu tunggal jadi, orang akan berkata
hidupmu kurang beruntung. Namun, jujur saja... Kau sungguh beruntung.” Kata Yong
Sik
“ Beruntung
terlalu berlebihan.” Komentar Dong Baek, Yong Sik pikir Dong Baek mungkin yatim
piatu dan ibu tunggal, tapi berhasil membesarkan Pil Goo sangat baik, bahkan
mengelola bisnis sendiri.
“Kau tak
menyalahkan orang lain atau hidup susah. Selain itu, kau tetap sangat baik dan
rajin. Begitulah kau hidup. Orang seharusnya menghormati dan memujimu untuk
itu.” Kata Yong Sik memberikan semangat.
“Untuk
pertama kali dalam hidupku, seseorang memujiku.” Gumam Dong Baek
“Jika ada
orang lain di posisimu, mereka pasti tak tahan. Tak ada yang boleh
menjelekkanmu.... Dongbaek. Di lingkungan ini, kau kenalanku yang paling kuat,
paling bertekad, paling luar biasa, dan paling mengagumkan.” Ungkap Yong Sik
dan akhirnya ikut menangis sambil memalingkan wajahnya.
“Astaga,
kenapa kau lakukan ini padaku? Jangan katakan hal semacam itu kepadaku. Aku
berusaha keras menahannya. Setiap kali aku dengar ada yang mendukungku, aku tak
tahan... Jangan dukung aku. Jangan puji aku. Jangan.” Ucap Dong Baek terus
menangis.
“Berhenti
berkata aku cantik. Berhenti berkata kau bangga padaku. Aku tak pernah
mendengar orang mengatakannya kepadaku. Jadi, itu membuatku merasa... Itu
membuatku merasa aneh. Aku berusaha tetap kuat. Kenapa kau membuatku menangis? Kau
katakan itu, tapi kau hanya akan...” ucap Dong Baek terus menangis.
“Aku dan
Kang Jong Ryul beda... Aku tak peduli siapa ayah Pil Goo, Aku janji tak akan pernah membuatmu atau
Pil-gu menangis. Aku akan ingatkan kau setiap hari bahwa kau orang hebat agar
kau tak lupa. Jadi, berhenti mengeluh dan terima saja pujianku.” Ucap Yong Sik
menahan air matanya.
Dong Baek
meminta Yong Sik agar harus hati-hati dan tak tahu kalau nanti akhirnya menyukai
Yong Sik, karena tak tahu yang dilakukan. Yong Sik hanya bisa terdiam.
“Bisakah
seseorang menjadi keajaiban orang lain?” gumam Dong Baek.
EPILOG
Yong Sik
sedang mengecat dinding sabil mengeluh kalau Dong Baek bisa membantunya Namun tak melakukan apa pun. Saat itu
seseorang dudu dibangku mengesek-gesekan korek dibawah meja seperti ia mencoba
menghilangkan jejak sebagai pelaku pembunuhan.
Bersambung
ke episode 9
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar