PS : All images credit and content copyright : KBS
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Yong Sik
terdiam melihat tulisan [DONGBAEK, KAU JUGA JANGAN USIL] lalu teringat yang
dikatakan Tuan Byun di restoran ibunya. “Psikopat itu meninggalkan pesan tiap
membunuh. Isinya, "Jangan usil."
“Tulisan
tangan di memo selalu sama, dan dia selalu selesaikan dengan tiga titik di
akhir.” Kata Tuan Byun pada wartawan dan Yong Sik melihat ada tiga titik di
tulisan DONGBAEK, KAU JUGA JANGAN USIL
Dong Baek
datang memberikan Misugaru gratis. Yong Sik langsung menutup dinding dengan
meja. Dong Baek mengaku Ini bukan hanya
untuk Yong Sik tapi memberikannya kepada Hyung-sik saat memperbaiki bak
cuci,bahkanm memberikan pada teknisi internet.
“Kenapa?
Kau ingin aku minta bayar?” ucap Dong Baek bingung melihat tatapan Yong Sik.
“Tunggu,
Dongbaek... Sudah berapa lama sejak kau kemari?” kata Yong Sik. Dong Baek heran
Yong Sik menanyakan hal itu.
“Enam
tahun. Sudah tepat enam tahun, 'kan?” ucap Yong Sik lalu bergegas pergi.
Tuan Byun
sedang sibuk bermain games di depan komputer, dengan kaki terangkat. Yong Sik
masuk dengan nafas terengah-engah. Tuan Byun memarahi Yong Sik tiba-tiba masuk
dan berpikir ingin merampok... Yong Sin meminta Benda itu.
“Di mana
berkas kasusnya?” kata Yong Sik dengan nafas terengah-engah. Tuan Byun binggung
kasus apa itu.
“Pria
itu, Pengusil.” Kata Yong Sik, Tuan Byun heran melihat tingkah juniornya karean
membuatnya gugup.
Tuan Byun
akhirnya menaruh diatas meja “BERKAS KASUS PEMBUNUHAN KARAOKE KASUS PERTAMA
PENGUSIL” Yong Sik melihat berkas sambil memastikan kalau Pengusil mulai
membunuh enam tahun lalu. Tuan Byun heran dengan tingkah Yong Sik.
“Ada apa
dengannya? Kau melihatnya? Kenapa kau melihat Pengusil alih-alih anjing
Yeong-sim?” ucap Tuan Byun sibuk menyeduh ramyun.
Yong Sik
melihat tulisan yang sama dengan note yang dituliskan pelau mencoba membanding
kan apakah sama “KAU JUGA JANGAN USIL”
“Saat kau
ditahan umur 17 tahunsetelah memukuli perampok bank, andai menurutku kau tak menarik,
kehidupanku selanjutnyatak akan penuh kecemasan. Aku gelisah setiap kau
terengah-engah dan lubang hidungmu membesar. Kenapa? Ada apa?” kata Tuan Byun.
“Begini...
Aku mengambil foto ini di suatu tempat, dan tulisan tangannya tampak mirip.”
Cerita Yong Sik.
“Tentu
saja mirip, Dahulu, kami dapat 200 laporan sehari terkait Pengusil. Pesan
Pengusil ditulis di dinding seluruh negeri bahkan ditemukan pada batu di Puncak
Cheonwang Gunung Jiri. Semuanya tampak seperti tulisan Pengusil. Tulisan
tangannya tepat sama.” Cerita Tuan Byun santai. Yong Sik tak percaya
mendengarnya.
“Kau bisa
menyalin tulisan tangan dari gambar yang kau lihat di koran.” Ucap Tuan
Byun lalu melihat gambar milik Yong Sik
dan wajahnya langsung panik.
“Hei...
Apa ini di tempat Dongbaek? Apa kau lihat di sana?” ucap TUan Baek terdiam
“Kenapa?
Kenapa kau berhenti mengaduk mi instanmu? Apa aneh jika ada di sana? Kenapa?
Ada apa?” tanya Yong Sik heran.
Yong Sik
mengejar Tuan Baek karena kabur meninggalkan mi instannya. Tuan Baek mengelak
kalau tidak kabur tapi harus pulang untuk
menonton drama. Yong Sik menahanya, ingin tahu Apa ada hubungan antara Dongbaek
dan Pengusil.
“Tidak.
Tak pernah ada.” Tegas Tuan Byun. Yong Sik pun tetap ingin tahu ada apa dan
Bagaimana dengan Pengusil
“Aku bisa
selidiki kasus ini jika ingin...” kata Yong Sik, Tuan Byun mengumpat marah.
“Kau diam
saja... Kau lebih membantunya jika begitu.” Ucap Tuan Byun. Yong Sik bisa
mengerti dan ingin tahu kenapa.
“Entahlah.
Aku tak tahu apa pun.” Kata Tuan Byun lalu berjalan pergi. Yong Sik pun hanya
bisa mengumpat kesal.
Di ruang
tunggu
Jong Ryul
sibuk melihat ponselnya wajahnya terlihat kesal, temanya mengejek kalau Jong
Ryul membaca komentar kalau karirnya sudah tamat. Jong Ryul hanya diam saja
terus melihat ponselnya, ternyata sedang melihat foto Pil Goo.
“Astaga,
kenapa hanya dia yang tak punya ayah? Ini membuatku gila. Apa yang harus
kulakukan?” ucap Jung Ryul frustasi.
Jong Ryul
akhirnya naik ke dalam bus, lalu menceritakan pada temanya dengan mengaku kalau
itu cerita tentang temanya. Ia
menceritaka Jika cinta pertamanya tiba-tiba muncul... temanya langsung bisa
menebak kalau Jong Ryul bertemu Dongbaek.
“Astaga,
Dongbaek sial itu.” Ucap Temanya dan semuanya langsung bahagia mendengar nama
"Dongbaek!"
“Aku tak
tahu nama istrinya, tapi aku tahu Dongbaek.” Ejek temanya, Dong Baek binggung
temanya bisa mengenal cinta pertamanya.
“Kau
harus berhenti minum. Kau mungkin meneriakkan namanya di depan istrimu. Dasar
bodoh.” Ejek temanya.
Flash Back
Saat
wamil, temanya yang sedang mabuk bertenya siapa Dongbaek ini, Apa dia sangat
cantik. Jong Ryul yang mabuk mengaku tidak cantik, tapi Dong Baek aalah yang paling buruk di antara semua wanita yang
pernah dipacari.
Jong Ryul
duduk di pinggir tempat tidur, semua temanya berkumpul. Ia mabuk dan langsung
memberitahu “Hei, mereka semua lebih cantik, lebih pintar, dan lebih kaya
daripada Dongbaek. Terkadang, beberapa dari mereka baik.”
“Apa ini
soal Dongbaek lagi? Antar dia tidur.” Ucap temanya kesal. Jong Ryul kembali memberitahu
masalahnya.
Teman
Jung Ryul meminta sopir penganti dan memberiakn petunjuk ke arah bar sambil
duduk. Jong Ryul duduk disampingnya, mabuk kembali membahas tentang Dong Baek.
“Kuberi
tahu kau. Ini masalahnya... Gadis yang lebih cantik dari Dongbaek bukan
Dongbaek. Maksudku adalah... Tak satu pun dari mereka adalah Dongbaek.. Sial.
Aku tak tahu situasi sial macam apa ini. .” Ucap Jong Ryul dengan mata
berkaca-kaca.
Jong Ryul
hanya bisa duduk diam di dalam bus, temanya berkomentar jika tiba-tiba bertemu dia lagi, apa yang akan
dilakukan. Teman lainnya pikir kalau Jung Ryul itu sayang anakny jadi tak akan merusak keluarganya.
“Lupakan
soal istrinya. Melakukan itu pada anaknya adalah dosa besar. Paham?” kata
temanya. Jong Ryul hanya bisa menjerit kesal lalu menutup wajahnya dengan
jaket.
Didepan
restoran KEPITING RENDAM BAEKDU, Yong Sik sibuk menurunkan bahan makanan ingin
membahas soal Pengusil pada ibunya. Tapi Nyonya Kwak sibuk merapihkan rambut
anaknya berpikir harus potong rambut dan
juga menyuruh agar pakai parfum juga.
“Apa kau
sering menggosok badanmu?” keluh Nyonya Kwak melihat anaknya yang terlihat
lusuh.
“Berapa
banyak orang mati tahun 2013?” tanya Yong Sik penasaran. Nyonya Kwak malah
berkomentar anaknya itu tak begitu buruk.
“Kau
mungkin ketinggalan zaman dan kau juga bukan tipe lembut dan tampan yang
disukai wanita karena mirip jempol besar, tapi...” ucap Nyonya Kwak.
“Apa Kau
ingin bertengkar? Berapa kali kau katakan aku mirip jempol?” keluh Yong Sik
“Namun,
kau mudah disukai. Pria yang disukai... Jadi, bersemangatlah.” Kata Nyonya
Kwak. Yong Sik makin mengeluh tingkah nenaknya.
“Baekdu...
Kau harus kemari. Penanak nasinya akan meledak lagi.” Teriak Jenny.
“Dasar...
Kau sungguh tak tahu cara bicara sopan?” balas Nyonya Kwak pada pegawainya.
Di
restoran
Dong Baek
melayani tamu bertanya apakah ingin memesan karena bisa memesan makan siang.
Mereka melihat buku menu tapi terlihat binggung. Dong Baek memberitahu kalau punya
babi tumis yang lezat.
“Namun,
agak tidak sopan bagi wanita untuk datang ke bar seperti ini.” Kata wartawan.
Dong Baek binggung apa maksudnya "bar seperti ini?"
“Aku
memberanikan diri mengetahui ini bukan sikap yang baik.Kau saksinya, 'kan? Aku
tahu kau tak ingin dipublikasikan. Tapi demi kebaikan...” ucap Si wartawan.
“Tolong
pergi... Maaf, tolong pergi.” ucap Dong Baek setelah melihat anaknya yang
sedang belajar. Si wartawan binggung, Pil Goo pun bisa melihat ibunya mengusir
tamu.
Dong Baek
mengantar Pil Goo sampai ke depan rumah menyuruh agar Pulang langsung setelah
les dan juga ia pulang lebih cepat. Pil
Goo melihat dua wartawan yang diusir oleh ibunya, sambil bertanya apaka harus
menemaninya.
“Tidak,
aku bisa sendiri... Pergilah.” Ucap Dong Baek tak ingin anaknya ikut campur
“Sudah
kubilang, 'kan? Jika mereka mencoba lakukan sesuatu, tinju hidungnya.
Hidungnya.” Kata Pil Goo lalu menatap sinis pada wartawan dan berjalan pergi.
“Tampaknya
dia anak pintar.” Komentar wartawan, Dong Baek berjanji pada anaknya agar
memberikan pukulan dan meminta Pil Goo jauhi saja arkade.
Pil Goo
berjalan melihat Yong Sik sibuk mengangkat barang dan langsung mencoleknya.
Yong Sik kaget dan langsung menyapa Pil Goo lalu bertanya ada apa. Pil Goo
hanya menatapnya. Yong Sik pikir Pil Goo ingin makan kepiting rendam Atau ingin
main gim arkade.
“Hei, kau
tampak keren hari ini.” Puji Yong Sik yang mencari perhatian pada anak Dong
Baek.
“Kau di
pihak kami, 'kan?” kata Pil Goo. Yong Sik bingung apa maksudnya.
“Kau satu
dari dua orang yang membela kami di kota ini. Kau juga polisi, jadi, kau harus
membela yang lemah.” Ucap Pil Goo. Yong Sik membenarkan.
“Ibuku
orang terbaik di kota ini, tapi dia lemah. Sesuatu baru terjadi dan membuatku
sangat khawatir, tapi aku harus pergi les. Jadi, aku ingin minta bantuanmu.” Kata
Pil Goo.
“Aku
mengambil langkah resmi sekarang karena keluarganya resmi meminta pria ini,
Hwang Yong-sik.” Gumam Yong Sik bahagia.
Dong Baek
masih berbicara dengan wartawan merasa
Entah siapa yang memberitahunya dan mengaku tak tahu dan itu bukan dirinya. Wartawan mengaku paham kalau
Dong Baek pastitak nyaman membahasnya lagi setelah lima tahun.
“Hei.. Aku
harus bicara denganmu.” Teriak Yong Sik datang dan tersadar kalau wartawan itu
ternyata didepan bar.
“Kenapa
kau kemari? Apa Kepala Byeon mengirimmu andai kami tahu soalnya?” kata
Wartawan. Yong Sik bingung. Dong Baek pun menyuruh Yong Sik pergi saja.
“Aku
paham kau khawatir, tapi kami pastikan ada perlindungan.” Ucap Wartawan terus
mendesak. Dong Baek tetap menolak.
“Apa?
Perlindungan dari apa?” tanya Yong Sik heran. Dong Baek meminta agar mereka jangan
bicara lagi dan pergilah.
“Kami
jelas mempertimbangkan memberimu kompensasi, jadi...” ucap wartawan dan Dong
Baek pun terus menyuruh mereka pergi saja.
“Ini sangat
berat mendapat wawancara saksi. Kami tak akan memintamu jika punya saksi lain.
Kau satu-satunya saksi. Bukankah kau harus bertindak demi kebaikan? Kami akan
bertanggung jawab dan melindungi.” Kata wartawan terus mendesak.
“Bagaimana
kau akan melindungiku? Apa kau dapat izinku untuk mengunjungiku hari ini? Apa
kau akan terus menelepon? Bahkan Kau sudah datang tanpa pemberitahuan untuk
bertanya tanpa sopan santun. Bagaimana kau melindungiku?” ucap Dong Baek
terlihat marah. Wartawan pun meminta maaf.
Flash Back
Didepan
bar lima tahun lalu, banyak polisi dan ambulance berjejer, polisi pun lalu
lalang masuk ke dalam bar. Tuan Byun melihat dari luar mengelu pada petugas
karean Ada anak-anak jadi meminta agar menyingkirknya. Lalu mengeluh Kenapa
memanggil forensik pada juniornya.
“Untuk
memeriksa apa ada sidik jari yang sama dengan di TKP. Tersangka mungkin
berkunjung sebelumnya, Dia sudah dianggap sebagai saksi.”.”ucap sang junior
“Apa
Pengusil mengumumkan bahwa Dongbaek selanjutnya? Begitu?” tanya Tuan Byun.
Dong Baek
mengendong anaknya yang masih kecil hanya bisa terdiam, di dalam barnya
dimasukin banyak polisi yang mencari sidik jari pembunuhan. Ia pun mendengar
berita di TV dengan wajah lesunya.
“Menurut
sumber polisi, target tersangka mungkin pelacur wanita. Pada 9 Juli, hari
pertama kejahatannya, dia menggunakan pemadam api di TKP, tapi selama kejahatan
ini, dia mengaktifkan semprotannya. Penyidik menduga dia melakukannya untuk menghancurkan
barang bukti, tapi alasan sebenarnya belum terungkap.”
“Maaf,
aku harus mulai mengelola bisnisku.” Ucap Dong Baek keluar menemui tim forensik
yang sedang duduk. Tim forensik pun mempersilahkan
“Hei.. Sialan.
Kau pikir kau menyewa seluruh tempat ini Ayo, jangan duduk di mana-mana. Setidaknya
duduk bersama.” Kata Tuan Byun menyuruh anak buahnya berkumpul.
“Aku tak
percaya ini... Yang penting bukan menjalankan bisnismu. Kami bukan kemari
karena punya waktu senggang.” Komentar forensik.
“Kalau
begitu, bisa kembali besok? Aku harus menjalankan bisnis.” Ucap Dong Baek.
“Astaga,
kau pasti tak tahu yang terjadi... Hei, kau bukan hanya saksi. Tapi Kau bisa
saja menjadi targetnya. Kau tahu korban pertamanya adalah pelacur yang bekerja
di tempat karaoke, 'kan?” jelas Polisi
“Terapis
kulit yang tewas ini dahulu gadis bar sebelum membuka kliniknya. Jadi, jika
kami tak melindungimu sebagai saksi, penyintas, atau apa pun, kami tak tahu apa
yang akan terjadi. Hei, Kawan. Jika ada pembunuhan lagi, hidup kita akan lebih
berat. Ucap Polisi
“Tidak, kau bukan targetnya sekarang. ” ucap
Tuan Byun menenangkan Dong Baek
“Aku
hanya seorang ibu yang memiliki anak. Aku bukan pelacur, gadis bar, atau
semacamnya. Aku hanya berusaha memberi makan anakku.” Kata Dong Baek seperti
tak takut.
“Aku
kasihan padanya, tapi beberapa gadis ditakdirkan hidup susah.” Komentar Bibi
Jung tentang Dong Baek.
“Keberuntungan
membentuk hidup. Pengusil muncul tepat setelah dia pindah kemari.” Komentar
Bibi Park
“Jika
kesialan terjadi, seluruh lingkungan akan menderita.” Keluh Bibi Jung kesal.
Dong Baek
mendorong roda bayi menyapa tetanganya terlihat santai, berjalan disepanjang JALAN KEPITING RENDAM
ONGSAN. Ia menyapa Tuan Park karena sudah jarang datang untuk makan. Tuan Park
bingung sambil membawa sekarung bawang bombay.
“Kau
membatalkan makan malam klub bola volimu.” Ucap Dong Baek. Tuan Park malah
bertanya pakaah Dong Baek masih berbisnis. Dong Baek menganguk dan terlihat
binggung.
Bar milik
Dong Baek pun sepi tanpa ada pengunjung yang datang, saat itu Dong Baek masih
kecil memainkan mobil-mobilan. Dong Baek binggung karena salah satu rodanya
hilan dan mencoba mencarinya, tapi malah membuatnya menangis.
“Maafkan
aku. Aku sungguh minta maaf... Pil Goo” ucap Dong Baek terus menangis. Pil Goo
melihat ibunya menangis akhirnya ikut menangis.
Sebuah
berita di koran pun terlihat, PEMBUNUHAN BERANTAI, SATU-SATUNYA SAKSI. Dong
Baek melemparnya lalu menyuruh dua polisi agar pergi dan jangan kembali. Tuan Byun hanya duduk diam
saja. Polisi mengaku melindunginya karena tak ada pekerjaan.
“Kalau
begitu tak usah repot.. Pengusil bisa menghabisiku saja. Aku lebih takut pada polisi dan reporter daripada
Pengusil. Bagaimana bisa ini disebut perlindungan polisi? Kalian mengganggu
tempat kerjaku.” Ucap Dong Baek marah. Dua polisi bingung.
“Ini
wilayahku... Kau tak peduli sama sekali soal mata pencaharianku. Aku bukan
pelacur. Selain itu, aku bukan tak beruntung, sial, atau wanita yang
ditakdirkan mendapat tragedi.” Tegas Dong Baek marah dan akhirnya hanya bisa
menangis.
Tuan Byun
mendekati Dongbaek seperti merasa bersalah. Dong Baek pun mengeluh karena
mereka membuatnya menjadi semua itu dan
membiakran agar hidup tenang dengan putranya sambil terus menangis.
Dong Baek
pun ingin tahu perlindungan apa yang mereka berikan karean Pada dasarnya, hanya bisa melabelinya bahkan hanya berbuat sesukam dan menurutnya Ini
salah. Ia pikir mereka tak seharusnya begini. Wartawan mengaku mengerti
perasaannya tapi situasinya sudah berubah.
“Kami tak
seperti reporter yang pernah kau temui.” Ucap Wartawan mencoba terus
meyakinkna.
“Dia sudah
menolak, Dia sudah bilang tidak.” Kata Yong Sik akhirnya mencoba melindungi
Dong Baek.
“Dengar,
Petugas. Ini penyalahgunaan wewenang.” Ucap wartawan wanita marah.
“Kau
Berhenti mainkan kamera itu Atau akan kuhancurkan. Bisakah kalian hormat
sedikit? Camellia dan Dongbaek bukan objek yang bisa kalian ganggu. Dia tak
sendiri lagi dan aku akan menemaninya setiap saat, jadi...: kata Yong Sik
“Siapa
kau mencampuri urusan kami? Ini penindasan media...” kata wartawan.
“Sudah
kubilang, jangan ganggu Dongbaek. Kubunuh siapa pun yang mengganggunya... Paham?”
kata Yong Sik mengancam.
Mereka
akhirnya makan udon di tepi laut, Dong Baek mengatakan akan bayar udonnya
karena Hanya ini yang bisa dilakukan untuk membalas. Yong Sik pun tak
menolaknya lalu bertanya apakah Dong Baek sungguh melihat sesuatu
“Aku
melihat sekilas dari belakang.” Akui Dong Baek, Yong Sik pikir itu Pasti sangat menakutkan.
“Andai aku
bisa menghajar bedebah itu.” Ucap Yong Sik. Dong Baek pikir memohon Kepala Byun
saat menjadi saksi.
“Aku
meminta apa bisa merahasiakan identitasku dan tak memberi tahu yang lain bahwa
aku menyaksikan sesuatu. Aku ingin bersembunyi selamanya agar orang tak berkata
Pil-gu adalah putra wanita yang membawa bencana.” Cerita Dong Baek.
“Itu sama
sekali tak benar.” Kata Yong Sik membela. Dong baek menceritakan Bahkan sejak
muda, orang-orang tak pernah menyukainya.
“Katanya
ada bayangan di sekitarku dan aku sial. Bukannya aku ingin menjadi anak yatim
piatu, 'kan? Bukan rencanaku juga menjadi ibu tunggal. Namun, orang terus
berkata aku pembawa sial.” Cerita Dong Baek.
“Dasar
bodoh... Siapa yang berkata begitu tentangmu?” kata Yong Sik gugup.
“Mereka
juga berkata aku tampak sial. Hidupku juga tampak akan menyedihkan. Namun
masalahnya, kadang aku merasa seperti itu juga karena itu yang kudengar.”
Ungkap Dong Baek.
“Kenapa
memperhatikan omong kosong semacam itu?” kata Yong Sik kesal. Dong Baek pikir
ini omong kosong.
“Aku
cukup beruntung, kau tahu. Hidupku baik. Hanya aku yang bersama Pil-gu, 'kan?
Dia hanya milikku. Sekalipun dewi kesuburan menawariku Kim Yuna atau G-Dragon
yang kaya, maka aku akan tetap pilih Pil-gu. Apa orang tak melihat betapa
beruntungnya aku?” ucap Dong Baek.
“Sial dan
menyedihkan? Mustahil. Kenapa mereka berkata begitu?” kata Dong Baek dengan mata
berkaca-kaca. Yong Sik hanya bisa diam saja lalu saat itu Bibi membawakan udon.
“Itu Sama
denganku... Sekalipun Putri Diana hidup lagi atau Lim Soo-jung menyukaiku...”
ucap Yong Sik. Dong Baek tak mendengar bertanya siapa yang disebut.
“Lim
Soo-jung.” Kata Yong Sik, Dong Baek binggung kenapa dengan Lim Soo Jung.
“Aku tak
akan menukarnya denganmu.” Kata Yong Sik. Dong Baek hanya bisa bertawa karena
Yong Sik berkata begitu seakan ia adalah miliknya
“Kau tak
pernah tahu yang akan terjadi.” Ucap Yong Sik dengan senyuman bahagia makan
udon. Dong Baek pun bisa sedikit tersenyum.
Di depan
bar, Jong Ryul menunggu dengan wajah
gelisah didalam mobil lalu berpikir tak ada gunanya datang jadi lebih baik pergi
saja. Saat itu Dong Baek dan Yong Sik berjalan pulang, Jong Ryul pun tak jadi
pergi.
“Coba
Lihat? Aku muak dan lelah dengan semua rumor di sekitar sini. Bisa kau pergi
saja?” kata Dong Baek
“Yang
benar saja. Bagaimana aku bisa membiarkanmu sendirian? Aku sedih memikirkanmu
merangkak ke sudut stasiun kereta setelah ditampar oleh seseorang lagi. Ini
juga membuatku gila.” Kata Yong Sik
“Siapa
kau bersedih karenanya? Kau bertingkah seakan kita lebih dari kenyataannya.”
Kata Dong Baek
“Dongbaek,
kau butuh seseorang untuk menyalurkan frustrasimu, 'kan? Jika ada yang
mengganggumu, bisa membuang kototan saja semua kepadaku. Ya?” kata Yong Sik
“Apa kau
harus menyebutnya buang kotoran? Makin sering kau lakukan ini, para tetangga
akan makin membicarakannya. Ini aneh bagi siapa pun. Kenapa kau membantuku
seperti ini?” ucap Dong Baek.
“Aku
sudah menolakmu di awal dan kita bukan teman, keluarga, bahkan pemilik geduang
dan penyewa dalam hal ini. Kita tak punya urusan sama sekali, jadi, kenapa kau
melakukannya?” ucap Dong Baek kebingungan
“Dongbaek,
kau suka alasan bagus, 'kan? Ikuti aku.” Ucap Yong Sik menarik Dong Baek masuk.
“Ternyata
hidupnya menyenangkan... Ini Pria yang
membuatku agak terganggu.” Komentar Jung Ryul melihat keduanya masuk.
Dong Baek
heran Yong Sik menyeretnya ke restoran sendiri. Yong Sik meminta Dong Baek agar
ikut saja lalu berdiri didepan meja. Dong bae bingung dengan yang dilakukan
Yong Sik, Yong Sik meminta agar Dongbaek, jangan takut lalu mengeser meja.
Dong Baek
kaget melihat tulisan “KAU JUGA JANGAN USIL” Yong Sik pikir Dong Baek harus
menganggap ini serius. Dong Baek masih tak percaya dengan yang dilihatnya.
“Aku
polisi patroli di sini dan ini tertulis di tempatmu.” Jelas Yong Sik. Dong Baek
bingung itu Tahun 2013
“Aku tak
tahu apa ini ditulis tersangka asli atau bukan, dan aku tak peduli kau
menolakku. Aku polisi dan aku pasti akan melindungimu. Saat orang jahat muncul,
orang-orang baik berkumpul. Mulai dari Five Eagle Brothers hingga Avengers, itu
sudah menjadi aturan utamanya.”jelas Yong Sik
“Juga,
kau... Kau tahu... Omong-omong, begini caraku untuk memenangkanmu. Bagaimana...
dengan alasan itu?” ucap Yong Sik.
“Apa yang
kau bicarakan?” keluh Dong Baek lalu mengeluh kalau Yong Sik bisa lebih aneh.
“Lupakan
Pengusil. Aku tak peduli jika Korea Utara membuldoser kita dengan tank. Aku
akan melindungimu. Tak peduli apa pun, aku akan menjagamu tetap aman. Akan
kulakukan.” Ucap Yong Sik
“Yong-sik,
apa kau tahu, kau membuatku sangat bingung?” keluh Dong Baek binggung.
Epilog
[HARI
ITU, 9 JULI 2013]
Dong Baek
memberikan minum dan juga Kacang gratis untuk para pelanggannya, tapi tak
sengaja menjatuhkan pembuka botol. Saat berjongkok Dong Baek melihat sepatu
yang tampaknya berlumuran tepung.
Ia pun
pergi kemeja kasir, si pria menatap Dong Baek lalu meminum birnya. Setelah itu
ia mengambil spidol lalu menuliskan [DONGBAEK KAU JUGA JANGAN USIL] Pelaku
memang benar-benar datang ke tempat Dong Baek.
Bersambung
ke episode 7
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar