PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Kamis, 26 September 2019

Sinopsis When The Camellia Blooms Episode 6

PS : All images credit and content copyright : KBS
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe. 
Tinggal Klik disini, buat yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe bulan ini 

Yong Sik terdiam melihat tulisan [DONGBAEK, KAU JUGA JANGAN USIL] lalu teringat yang dikatakan Tuan Byun di restoran ibunya. “Psikopat itu meninggalkan pesan tiap membunuh. Isinya, "Jangan usil."
“Tulisan tangan di memo selalu sama, dan dia selalu selesaikan dengan tiga titik di akhir.” Kata Tuan Byun pada wartawan dan Yong Sik melihat ada tiga titik di tulisan DONGBAEK, KAU JUGA JANGAN USIL


Dong Baek datang memberikan Misugaru gratis. Yong Sik langsung menutup dinding dengan meja.  Dong Baek mengaku Ini bukan hanya untuk Yong Sik tapi memberikannya kepada Hyung-sik saat memperbaiki bak cuci,bahkanm memberikan pada teknisi internet.
“Kenapa? Kau ingin aku minta bayar?” ucap Dong Baek bingung melihat tatapan Yong Sik.
“Tunggu, Dongbaek... Sudah berapa lama sejak kau kemari?” kata Yong Sik. Dong Baek heran Yong Sik menanyakan hal itu.
“Enam tahun. Sudah tepat enam tahun, 'kan?” ucap Yong Sik lalu bergegas pergi. 

Tuan Byun sedang sibuk bermain games di depan komputer, dengan kaki terangkat. Yong Sik masuk dengan nafas terengah-engah. Tuan Byun memarahi Yong Sik tiba-tiba masuk dan berpikir ingin merampok... Yong Sin meminta Benda itu.
“Di mana berkas kasusnya?” kata Yong Sik dengan nafas terengah-engah. Tuan Byun binggung kasus apa itu.
“Pria itu, Pengusil.” Kata Yong Sik, Tuan Byun heran melihat tingkah juniornya karean membuatnya gugup. 

Tuan Byun akhirnya menaruh diatas meja “BERKAS KASUS PEMBUNUHAN KARAOKE KASUS PERTAMA PENGUSIL” Yong Sik melihat berkas sambil memastikan kalau Pengusil mulai membunuh enam tahun lalu. Tuan Byun heran dengan tingkah Yong Sik.
“Ada apa dengannya? Kau melihatnya? Kenapa kau melihat Pengusil alih-alih anjing Yeong-sim?” ucap Tuan Byun sibuk menyeduh ramyun.
Yong Sik melihat tulisan yang sama dengan note yang dituliskan pelau mencoba membanding kan apakah sama “KAU JUGA JANGAN USIL”
“Saat kau ditahan umur 17 tahunsetelah memukuli perampok bank, andai menurutku kau tak menarik, kehidupanku selanjutnyatak akan penuh kecemasan. Aku gelisah setiap kau terengah-engah dan lubang hidungmu membesar. Kenapa? Ada apa?” kata Tuan Byun.
“Begini... Aku mengambil foto ini di suatu tempat, dan tulisan tangannya tampak mirip.” Cerita Yong Sik.
“Tentu saja mirip, Dahulu, kami dapat 200 laporan sehari terkait Pengusil. Pesan Pengusil ditulis di dinding seluruh negeri bahkan ditemukan pada batu di Puncak Cheonwang Gunung Jiri. Semuanya tampak seperti tulisan Pengusil. Tulisan tangannya tepat sama.” Cerita Tuan Byun santai. Yong Sik tak percaya mendengarnya.
“Kau bisa menyalin tulisan tangan dari gambar yang kau lihat di koran.” Ucap Tuan Byun  lalu melihat gambar milik Yong Sik dan wajahnya langsung panik.
“Hei... Apa ini di tempat Dongbaek? Apa kau lihat di sana?” ucap TUan Baek terdiam
“Kenapa? Kenapa kau berhenti mengaduk mi instanmu? Apa aneh jika ada di sana? Kenapa? Ada apa?” tanya Yong Sik heran. 

Yong Sik mengejar Tuan Baek karena kabur meninggalkan mi instannya. Tuan Baek mengelak kalau  tidak kabur tapi harus pulang untuk menonton drama. Yong Sik menahanya, ingin tahu Apa ada hubungan antara Dongbaek dan Pengusil.
“Tidak. Tak pernah ada.” Tegas Tuan Byun. Yong Sik pun tetap ingin tahu ada apa dan Bagaimana dengan Pengusil
“Aku bisa selidiki kasus ini jika ingin...” kata Yong Sik, Tuan Byun mengumpat marah.
“Kau diam saja... Kau lebih membantunya jika begitu.” Ucap Tuan Byun. Yong Sik bisa mengerti dan ingin tahu kenapa.
“Entahlah. Aku tak tahu apa pun.” Kata Tuan Byun lalu berjalan pergi. Yong Sik pun hanya bisa mengumpat kesal.


Di ruang tunggu
Jong Ryul sibuk melihat ponselnya wajahnya terlihat kesal, temanya mengejek kalau Jong Ryul membaca komentar kalau karirnya sudah tamat. Jong Ryul hanya diam saja terus melihat ponselnya, ternyata sedang melihat foto Pil Goo.
“Astaga, kenapa hanya dia yang tak punya ayah? Ini membuatku gila. Apa yang harus kulakukan?” ucap Jung Ryul frustasi. 

Jong Ryul akhirnya naik ke dalam bus, lalu menceritakan pada temanya dengan mengaku kalau itu cerita tentang temanya.  Ia menceritaka Jika cinta pertamanya tiba-tiba muncul... temanya langsung bisa menebak kalau Jong Ryul bertemu Dongbaek.
“Astaga, Dongbaek sial itu.” Ucap Temanya dan semuanya langsung bahagia mendengar nama "Dongbaek!"
“Aku tak tahu nama istrinya, tapi aku tahu Dongbaek.” Ejek temanya, Dong Baek binggung temanya bisa mengenal cinta pertamanya.
“Kau harus berhenti minum. Kau mungkin meneriakkan namanya di depan istrimu. Dasar bodoh.” Ejek temanya. 

Flash Back
Saat wamil, temanya yang sedang mabuk bertenya siapa Dongbaek ini, Apa dia sangat cantik. Jong Ryul yang mabuk mengaku tidak cantik, tapi Dong Baek aalah  yang paling buruk di antara semua wanita yang pernah dipacari.
Jong Ryul duduk di pinggir tempat tidur, semua temanya berkumpul. Ia mabuk dan langsung memberitahu “Hei, mereka semua lebih cantik, lebih pintar, dan lebih kaya daripada Dongbaek. Terkadang, beberapa dari mereka baik.”
“Apa ini soal Dongbaek lagi? Antar dia tidur.” Ucap temanya kesal. Jong Ryul kembali memberitahu masalahnya. 

Teman Jung Ryul meminta sopir penganti dan memberiakn petunjuk ke arah bar sambil duduk. Jong Ryul duduk disampingnya, mabuk kembali membahas tentang Dong Baek.
“Kuberi tahu kau. Ini masalahnya... Gadis yang lebih cantik dari Dongbaek bukan Dongbaek. Maksudku adalah... Tak satu pun dari mereka adalah Dongbaek.. Sial. Aku tak tahu situasi sial macam apa ini. .” Ucap Jong Ryul dengan mata berkaca-kaca. 

Jong Ryul hanya bisa duduk diam di dalam bus, temanya berkomentar  jika tiba-tiba bertemu dia lagi, apa yang akan dilakukan. Teman lainnya pikir kalau Jung Ryul itu sayang anakny jadi  tak akan merusak keluarganya.
“Lupakan soal istrinya. Melakukan itu pada anaknya adalah dosa besar. Paham?” kata temanya. Jong Ryul hanya bisa menjerit kesal lalu menutup wajahnya dengan jaket. 

Didepan restoran KEPITING RENDAM BAEKDU, Yong Sik sibuk menurunkan bahan makanan ingin membahas soal Pengusil pada ibunya. Tapi Nyonya Kwak sibuk merapihkan rambut anaknya berpikir  harus potong rambut dan juga menyuruh agar pakai parfum juga.
“Apa kau sering menggosok badanmu?” keluh Nyonya Kwak melihat anaknya yang terlihat lusuh.
“Berapa banyak orang mati tahun 2013?” tanya Yong Sik penasaran. Nyonya Kwak malah berkomentar anaknya itu tak begitu buruk.
“Kau mungkin ketinggalan zaman dan kau juga bukan tipe lembut dan tampan yang disukai wanita karena mirip jempol besar, tapi...” ucap Nyonya Kwak.
“Apa Kau ingin bertengkar? Berapa kali kau katakan aku mirip jempol?” keluh Yong Sik
“Namun, kau mudah disukai. Pria yang disukai... Jadi, bersemangatlah.” Kata Nyonya Kwak. Yong Sik makin mengeluh tingkah nenaknya.
“Baekdu... Kau harus kemari. Penanak nasinya akan meledak lagi.” Teriak Jenny.
“Dasar... Kau sungguh tak tahu cara bicara sopan?” balas Nyonya Kwak pada pegawainya. 


Di restoran
Dong Baek melayani tamu bertanya apakah ingin memesan karena bisa memesan makan siang. Mereka melihat buku menu tapi terlihat binggung. Dong Baek memberitahu kalau punya babi tumis yang lezat.
“Namun, agak tidak sopan bagi wanita untuk datang ke bar seperti ini.” Kata wartawan. Dong Baek binggung apa maksudnya "bar seperti ini?"
“Aku memberanikan diri mengetahui ini bukan sikap yang baik.Kau saksinya, 'kan? Aku tahu kau tak ingin dipublikasikan. Tapi demi kebaikan...” ucap Si wartawan.
“Tolong pergi... Maaf, tolong pergi.” ucap Dong Baek setelah melihat anaknya yang sedang belajar. Si wartawan binggung, Pil Goo pun bisa melihat ibunya mengusir tamu. 


Dong Baek mengantar Pil Goo sampai ke depan rumah menyuruh agar Pulang langsung setelah les dan juga ia  pulang lebih cepat. Pil Goo melihat dua wartawan yang diusir oleh ibunya, sambil bertanya apaka harus menemaninya.
“Tidak, aku bisa sendiri... Pergilah.” Ucap Dong Baek tak ingin anaknya ikut campur
“Sudah kubilang, 'kan? Jika mereka mencoba lakukan sesuatu, tinju hidungnya. Hidungnya.” Kata Pil Goo lalu menatap sinis pada wartawan dan berjalan pergi.
“Tampaknya dia anak pintar.” Komentar wartawan, Dong Baek berjanji pada anaknya agar memberikan pukulan dan meminta Pil Goo jauhi saja arkade.

Pil Goo berjalan melihat Yong Sik sibuk mengangkat barang dan langsung mencoleknya. Yong Sik kaget dan langsung menyapa Pil Goo lalu bertanya ada apa. Pil Goo hanya menatapnya. Yong Sik pikir Pil Goo ingin makan kepiting rendam Atau ingin main gim arkade.
“Hei, kau tampak keren hari ini.” Puji Yong Sik yang mencari perhatian pada anak Dong Baek.
“Kau di pihak kami, 'kan?” kata Pil Goo. Yong Sik bingung apa maksudnya.
“Kau satu dari dua orang yang membela kami di kota ini. Kau juga polisi, jadi, kau harus membela yang lemah.” Ucap Pil Goo. Yong Sik membenarkan.
“Ibuku orang terbaik di kota ini, tapi dia lemah. Sesuatu baru terjadi dan membuatku sangat khawatir, tapi aku harus pergi les. Jadi, aku ingin minta bantuanmu.” Kata Pil Goo.
“Aku mengambil langkah resmi sekarang karena keluarganya resmi meminta pria ini, Hwang Yong-sik.” Gumam Yong Sik bahagia. 


Dong Baek masih berbicara dengan wartawan merasa  Entah siapa yang memberitahunya dan mengaku  tak tahu dan itu  bukan dirinya. Wartawan mengaku paham kalau Dong Baek pastitak nyaman membahasnya lagi setelah lima tahun.
“Hei.. Aku harus bicara denganmu.” Teriak Yong Sik datang dan tersadar kalau wartawan itu ternyata didepan bar.
“Kenapa kau kemari? Apa Kepala Byeon mengirimmu andai kami tahu soalnya?” kata Wartawan. Yong Sik bingung. Dong Baek pun menyuruh Yong Sik pergi saja.
“Aku paham kau khawatir, tapi kami pastikan ada perlindungan.” Ucap Wartawan terus mendesak. Dong Baek tetap menolak.
“Apa? Perlindungan dari apa?” tanya Yong Sik heran. Dong Baek meminta agar mereka jangan bicara lagi dan pergilah.
“Kami jelas mempertimbangkan memberimu kompensasi, jadi...” ucap wartawan dan Dong Baek pun terus menyuruh mereka pergi saja.
“Ini sangat berat mendapat wawancara saksi. Kami tak akan memintamu jika punya saksi lain. Kau satu-satunya saksi. Bukankah kau harus bertindak demi kebaikan? Kami akan bertanggung jawab dan melindungi.” Kata wartawan terus mendesak.
“Bagaimana kau akan melindungiku? Apa kau dapat izinku untuk mengunjungiku hari ini? Apa kau akan terus menelepon? Bahkan Kau sudah datang tanpa pemberitahuan untuk bertanya tanpa sopan santun. Bagaimana kau melindungiku?” ucap Dong Baek terlihat marah. Wartawan pun meminta maaf.


Flash Back
Didepan bar lima tahun lalu, banyak polisi dan ambulance berjejer, polisi pun lalu lalang masuk ke dalam bar. Tuan Byun melihat dari luar mengelu pada petugas karean Ada anak-anak jadi meminta agar menyingkirknya. Lalu mengeluh Kenapa memanggil forensik pada juniornya.
“Untuk memeriksa apa ada sidik jari yang sama dengan di TKP. Tersangka mungkin berkunjung sebelumnya, Dia sudah dianggap sebagai saksi.”.”ucap sang junior
“Apa Pengusil mengumumkan bahwa Dongbaek selanjutnya? Begitu?” tanya Tuan Byun. 

Dong Baek mengendong anaknya yang masih kecil hanya bisa terdiam, di dalam barnya dimasukin banyak polisi yang mencari sidik jari pembunuhan. Ia pun mendengar berita di TV dengan wajah lesunya.
“Menurut sumber polisi, target tersangka mungkin pelacur wanita. Pada 9 Juli, hari pertama kejahatannya, dia menggunakan pemadam api di TKP, tapi selama kejahatan ini, dia mengaktifkan semprotannya. Penyidik menduga dia melakukannya untuk menghancurkan barang bukti, tapi alasan sebenarnya belum terungkap.”
“Maaf, aku harus mulai mengelola bisnisku.” Ucap Dong Baek keluar menemui tim forensik yang sedang duduk. Tim forensik pun mempersilahkan
“Hei.. Sialan. Kau pikir kau menyewa seluruh tempat ini Ayo, jangan duduk di mana-mana. Setidaknya duduk bersama.” Kata Tuan Byun menyuruh anak buahnya berkumpul.
“Aku tak percaya ini... Yang penting bukan menjalankan bisnismu. Kami bukan kemari karena punya waktu senggang.” Komentar forensik.
“Kalau begitu, bisa kembali besok? Aku harus menjalankan bisnis.” Ucap Dong Baek.
“Astaga, kau pasti tak tahu yang terjadi... Hei, kau bukan hanya saksi. Tapi Kau bisa saja menjadi targetnya. Kau tahu korban pertamanya adalah pelacur yang bekerja di tempat karaoke, 'kan?” jelas Polisi
“Terapis kulit yang tewas ini dahulu gadis bar sebelum membuka kliniknya. Jadi, jika kami tak melindungimu sebagai saksi, penyintas, atau apa pun, kami tak tahu apa yang akan terjadi. Hei, Kawan. Jika ada pembunuhan lagi, hidup kita akan lebih berat. Ucap Polisi
 “Tidak, kau bukan targetnya sekarang. ” ucap Tuan Byun menenangkan Dong Baek
“Aku hanya seorang ibu yang memiliki anak. Aku bukan pelacur, gadis bar, atau semacamnya. Aku hanya berusaha memberi makan anakku.” Kata Dong Baek seperti tak takut. 



“Aku kasihan padanya, tapi beberapa gadis ditakdirkan hidup susah.” Komentar Bibi Jung tentang Dong Baek.
“Keberuntungan membentuk hidup. Pengusil muncul tepat setelah dia pindah kemari.” Komentar Bibi Park
“Jika kesialan terjadi, seluruh lingkungan akan menderita.” Keluh Bibi Jung kesal. 

Dong Baek mendorong roda bayi menyapa tetanganya terlihat santai,  berjalan disepanjang JALAN KEPITING RENDAM ONGSAN. Ia menyapa Tuan Park karena sudah jarang datang untuk makan. Tuan Park bingung sambil membawa sekarung bawang bombay.
“Kau membatalkan makan malam klub bola volimu.” Ucap Dong Baek. Tuan Park malah bertanya pakaah Dong Baek masih berbisnis. Dong Baek menganguk dan terlihat binggung. 

Bar milik Dong Baek pun sepi tanpa ada pengunjung yang datang, saat itu Dong Baek masih kecil memainkan mobil-mobilan. Dong Baek binggung karena salah satu rodanya hilan dan mencoba mencarinya, tapi malah membuatnya menangis.
“Maafkan aku. Aku sungguh minta maaf... Pil Goo” ucap Dong Baek terus menangis. Pil Goo melihat ibunya menangis akhirnya ikut menangis. 

Sebuah berita di koran pun terlihat, PEMBUNUHAN BERANTAI, SATU-SATUNYA SAKSI. Dong Baek melemparnya lalu menyuruh dua polisi agar pergi dan  jangan kembali. Tuan Byun hanya duduk diam saja. Polisi mengaku melindunginya karena tak ada pekerjaan.
“Kalau begitu tak usah repot.. Pengusil bisa menghabisiku saja.  Aku lebih takut pada polisi dan reporter daripada Pengusil. Bagaimana bisa ini disebut perlindungan polisi? Kalian mengganggu tempat kerjaku.” Ucap Dong Baek marah. Dua polisi bingung.
“Ini wilayahku... Kau tak peduli sama sekali soal mata pencaharianku. Aku bukan pelacur. Selain itu, aku bukan tak beruntung, sial, atau wanita yang ditakdirkan mendapat tragedi.” Tegas Dong Baek marah dan akhirnya hanya bisa menangis.
Tuan Byun mendekati Dongbaek seperti merasa bersalah. Dong Baek pun mengeluh karena mereka  membuatnya menjadi semua itu dan membiakran agar hidup tenang dengan putranya sambil terus menangis. 

Dong Baek pun ingin tahu perlindungan apa yang mereka berikan karean  Pada dasarnya, hanya bisa melabelinya bahkan  hanya berbuat sesukam dan menurutnya Ini salah. Ia pikir mereka tak seharusnya begini. Wartawan mengaku mengerti perasaannya tapi situasinya sudah berubah.
“Kami tak seperti reporter yang pernah kau temui.” Ucap Wartawan mencoba terus meyakinkna.
“Dia sudah menolak, Dia sudah bilang tidak.” Kata Yong Sik akhirnya mencoba melindungi Dong Baek.
“Dengar, Petugas. Ini penyalahgunaan wewenang.” Ucap wartawan wanita marah.
“Kau Berhenti mainkan kamera itu Atau akan kuhancurkan. Bisakah kalian hormat sedikit? Camellia dan Dongbaek bukan objek yang bisa kalian ganggu. Dia tak sendiri lagi dan aku akan menemaninya setiap saat, jadi...: kata Yong Sik
“Siapa kau mencampuri urusan kami? Ini penindasan media...” kata wartawan.
“Sudah kubilang, jangan ganggu Dongbaek. Kubunuh siapa pun yang mengganggunya... Paham?” kata Yong Sik mengancam. 


Mereka akhirnya makan udon di tepi laut, Dong Baek mengatakan akan bayar udonnya karena Hanya ini yang bisa dilakukan untuk membalas. Yong Sik pun tak menolaknya lalu bertanya apakah Dong Baek sungguh melihat sesuatu
“Aku melihat sekilas dari belakang.” Akui Dong Baek, Yong Sik pikir  itu Pasti sangat menakutkan.
“Andai aku bisa menghajar bedebah itu.” Ucap Yong Sik. Dong Baek pikir memohon Kepala Byun saat menjadi saksi.
“Aku meminta apa bisa merahasiakan identitasku dan tak memberi tahu yang lain bahwa aku menyaksikan sesuatu. Aku ingin bersembunyi selamanya agar orang tak berkata Pil-gu adalah putra wanita yang membawa bencana.” Cerita Dong Baek. 

“Itu sama sekali tak benar.” Kata Yong Sik membela. Dong baek menceritakan Bahkan sejak muda, orang-orang tak pernah menyukainya.
“Katanya ada bayangan di sekitarku dan aku sial. Bukannya aku ingin menjadi anak yatim piatu, 'kan? Bukan rencanaku juga menjadi ibu tunggal. Namun, orang terus berkata aku pembawa sial.” Cerita Dong Baek.
“Dasar bodoh... Siapa yang berkata begitu tentangmu?” kata Yong Sik gugup.
“Mereka juga berkata aku tampak sial. Hidupku juga tampak akan menyedihkan. Namun masalahnya, kadang aku merasa seperti itu juga karena itu yang kudengar.” Ungkap Dong Baek.
“Kenapa memperhatikan omong kosong semacam itu?” kata Yong Sik kesal. Dong Baek pikir ini omong kosong.
“Aku cukup beruntung, kau tahu. Hidupku baik. Hanya aku yang bersama Pil-gu, 'kan? Dia hanya milikku. Sekalipun dewi kesuburan menawariku Kim Yuna atau G-Dragon yang kaya, maka aku akan tetap pilih Pil-gu. Apa orang tak melihat betapa beruntungnya aku?” ucap Dong Baek.
“Sial dan menyedihkan? Mustahil. Kenapa mereka berkata begitu?” kata Dong Baek dengan mata berkaca-kaca. Yong Sik hanya bisa diam saja lalu saat itu Bibi membawakan udon.
“Itu Sama denganku... Sekalipun Putri Diana hidup lagi atau Lim Soo-jung menyukaiku...” ucap Yong Sik. Dong Baek tak mendengar bertanya siapa yang disebut.
“Lim Soo-jung.” Kata Yong Sik, Dong Baek binggung kenapa dengan Lim Soo Jung.
“Aku tak akan menukarnya denganmu.” Kata Yong Sik. Dong Baek hanya bisa bertawa karena Yong Sik berkata begitu seakan ia adalah miliknya
“Kau tak pernah tahu yang akan terjadi.” Ucap Yong Sik dengan senyuman bahagia makan udon. Dong Baek pun bisa sedikit tersenyum. 




Di depan bar,  Jong Ryul menunggu dengan wajah gelisah didalam mobil lalu berpikir tak ada gunanya datang jadi lebih baik pergi saja. Saat itu Dong Baek dan Yong Sik berjalan pulang, Jong Ryul pun tak jadi pergi.
“Coba Lihat? Aku muak dan lelah dengan semua rumor di sekitar sini. Bisa kau pergi saja?” kata Dong Baek
“Yang benar saja. Bagaimana aku bisa membiarkanmu sendirian? Aku sedih memikirkanmu merangkak ke sudut stasiun kereta setelah ditampar oleh seseorang lagi. Ini juga membuatku gila.” Kata Yong Sik
“Siapa kau bersedih karenanya? Kau bertingkah seakan kita lebih dari kenyataannya.” Kata Dong Baek
“Dongbaek, kau butuh seseorang untuk menyalurkan frustrasimu, 'kan? Jika ada yang mengganggumu, bisa membuang kototan saja semua kepadaku. Ya?” kata Yong Sik
“Apa kau harus menyebutnya buang kotoran? Makin sering kau lakukan ini, para tetangga akan makin membicarakannya. Ini aneh bagi siapa pun. Kenapa kau membantuku seperti ini?” ucap Dong Baek.
“Aku sudah menolakmu di awal dan kita bukan teman, keluarga, bahkan pemilik geduang dan penyewa dalam hal ini. Kita tak punya urusan sama sekali, jadi, kenapa kau melakukannya?” ucap Dong Baek kebingungan
“Dongbaek, kau suka alasan bagus, 'kan? Ikuti aku.” Ucap Yong Sik menarik Dong Baek masuk.
“Ternyata hidupnya menyenangkan... Ini Pria  yang membuatku agak terganggu.” Komentar Jung Ryul melihat keduanya masuk. 



Dong Baek heran Yong Sik menyeretnya ke restoran sendiri. Yong Sik meminta Dong Baek agar ikut saja lalu berdiri didepan meja. Dong bae bingung dengan yang dilakukan Yong Sik, Yong Sik meminta agar Dongbaek, jangan takut lalu mengeser meja.
Dong Baek kaget melihat tulisan “KAU JUGA JANGAN USIL” Yong Sik pikir Dong Baek harus menganggap ini serius. Dong Baek masih tak percaya dengan yang dilihatnya.
“Aku polisi patroli di sini dan ini tertulis di tempatmu.” Jelas Yong Sik. Dong Baek bingung itu Tahun 2013
“Aku tak tahu apa ini ditulis tersangka asli atau bukan, dan aku tak peduli kau menolakku. Aku polisi dan aku pasti akan melindungimu. Saat orang jahat muncul, orang-orang baik berkumpul. Mulai dari Five Eagle Brothers hingga Avengers, itu sudah menjadi aturan utamanya.”jelas Yong Sik
“Juga, kau... Kau tahu... Omong-omong, begini caraku untuk memenangkanmu. Bagaimana... dengan alasan itu?” ucap Yong Sik.
“Apa yang kau bicarakan?” keluh Dong Baek lalu mengeluh kalau Yong Sik bisa lebih aneh.
“Lupakan Pengusil. Aku tak peduli jika Korea Utara membuldoser kita dengan tank. Aku akan melindungimu. Tak peduli apa pun, aku akan menjagamu tetap aman. Akan kulakukan.” Ucap Yong Sik
“Yong-sik, apa kau tahu, kau membuatku sangat bingung?” keluh Dong Baek binggung. 



Epilog
[HARI ITU, 9 JULI 2013]
Dong Baek memberikan minum dan juga Kacang gratis untuk para pelanggannya, tapi tak sengaja menjatuhkan pembuka botol. Saat berjongkok Dong Baek melihat sepatu yang tampaknya berlumuran tepung.
Ia pun pergi kemeja kasir, si pria menatap Dong Baek lalu meminum birnya. Setelah itu ia mengambil spidol lalu menuliskan [DONGBAEK KAU JUGA JANGAN USIL] Pelaku memang benar-benar datang ke tempat Dong Baek.
Bersambung ke episode 7

Cek My Wattpad... Stalking 

      
Cek My You Tube Channel "ReviewDrama Korea"

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar