PS : All images credit and content copyright : KBS
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Mayat
dengan gelang dibawa oleh polisi, Yong Sik ingin melihatnya dan langsung
menangis histeris, seperti penuh penyesalan. Tuan Byun pun hanya bisa terdiam
seperti merasa bersalah karena ada korban lagi. Juniornya memberitahu kalau
menemukan ini di kantongnya.
Tuan Byun
kaget tertulis pesan [SUDAH KUBILANG LIMA TAHUN LALU AGAR JANGAN USIL]
[Episode 2 - BAGUS, BURUK, DAN MURAH]
Dong Baek
berjalan lebih dulu dengan Yong Sik yang terus mengikutinya, lalu bertanya
apakah jalan ke arah sini. Yong Sik terlihat binggung, Dong Baek pun menyuruh
Yong Sik pergi lebih dulu karena ada Barang yang tertinggal di bar.
“Kita
kembali bersama saja.” Ucap Yong Sik. Dong Baek binggung kenap Yong Sik harus
melakukanay.
“Aku
sedang patroli di area ini. Wanita... yang luar biasa cantik sepertimu tidak
seharusnya berjalan di gang ini seorang diri. Aku akan sangat cemas karena aku
polisi.” Ucap Yong Sik mencari alasan.
“Mungkinkah...
Kau mabuk?” kata Dong Baek mendekat, Yong Sik pun menjauh menyangkal kalau tak
mabuk.
“Aku hanya
bau alkohol sedikit, itu saja. Bagus, ayo pergi. Kita ke arah mana? Anggap saja
aku polisi yang sedang bertugas. Kau Anggap saja seperti itu.” Ucap Yong Sik
tetap ingin mengikuti kemana Dong Baek pergi.
Dong Baek
berjalan lebih dulu sambil bergumam
kalau Yong Sik itu benar-benar aneh. Ia lalu bertanya kenapa Yong Sik
membawa dompet Tuan No. Yong Sik berbohong kalau Entah bagaimana ini ada di tangannya.
Dong Baek
pun berharap Yong Sik tidak merebut itu darinya. Yong Sik menegaskan kalau
dirinya itu polisi.
Di kantor
polisi
Tuan No
sudah menuliskan FORMULIR PENGADUAN,
menegaskan kalau Negara ini diatur oleh
hukum jadi akan ambil langkah hukum. Yong Sik tak peduli malah sibuk makan
ramyun dalam cup. Tuan Byun pun menenangkan Tuan No yang marah-marah.
“Hal
seperti ini bisa terjadi saat pria minum bersama. Tenanglah. Silakan duduk.”
Ucap Tuan Byu mengajak duduk. Tuan No mulai mengumpat dan Tuan Byun kembali
meminta agar Tuan No bisa tenang.
“Aku
sungguh tak ingin mengganggunya untuk hal seperti ini. Seperti kau tahu, ayah
mertua saudara ipar sepupuku adalah... Dia kepala Kepolisian Ongsan. Jika dia
tahu soal insiden ini, dia akan memberi perhatian khusus.” Ucap Tuan No. Tuan
Byun mengerti.
“Kudengar
tadi pagi anjing cokelat Yeong-sim melahirkan anak anjing hitam. Di kasus
seperti itu, bukan soal hak properti. Bukankah anjing putih peternakan ayam harus
merelakan hak asuhnya? Tapi aku tak begitu mengerti soal genetik.”ucap Yong Sik
akhirnya selesai makan.
“ Kau
mungkin bisa dipecat. Kenapa kau mencemaskan anjing orang lain?” teriak Tuan No
marah. Tuan Byun kembali menahan agar tak terjadi pekelahian.
“Tuan No,
saat kau ditunjuk menjadi gubernur, kau dan Petugas Hwang akan bekerja bersama untuk
pemerintah. Jadi, anggap saja dia keluarga. Jangan buat keadaan lebih rumit,
ya? Kemari, duduklah.” Kata Tuan Byun menenangkan.
“Jika kau makan seharga 8.000 won dan kabur
tanpa bayar, maka kau akan berakhir di penjara!” ejek Yong Sik. Tuan No tak
bisa menahan emosinya, Tuan Byun pun juga ikut berdiri.
“Apa Kau
masih pikir aku jangan mengadukannya walau dengar itu dari pencurinya?” keluh
Tuan No
“Jangan
panggil dia pencuri. Jujur saja. Dia tak sepenuhnya mencuri darimu.” Tegas Tuan
Byun membela.
Hyang Mi
menonton cara Jong Ryul sambl mengeluh karena ditayangkan ulang sepanjang waktu
dan menurutnya Kenapa tunjukkan lumba-lumba kepada bayi setahun, karena anaknya
itu tak akan mengingatnya. Dong Baek melihat ke TV hanya berkomentar kalau Putrinya adalah kesayangan si ayah.
“Omong-omong,
siapa ayah Pil-gu?” tanya Hyang Mi blak-blakan, Dong Baek hanya tersenyum
mendengarnya.
“Kau
orang pertama yang menanyakannya langsung.” Komentar Dong Baek.
“Aku
orang yang bicara apa adanya, kau tahu itu.” Ucap Hyang Mi, Dong Baek pun
membenarkan dan karena itu alasan menyukainya.
“Kenapa tak
minta dia bayar les Pil-gu? Apa Kalian masih bicara? Kau masih menemuinya? Ayolah,
beri tahu aku. Aku bisa menemuinya setiap hari kalau mau.” Ucap Hyang Mi
penasaran.
“Harus
kukatakan, kau ini aneh... Sampai nanti.” kata Dong Baek tak mengubrisnya.
Tuan Byun
bicara dengan Yong Sik memberitahu kalau
Hampir semua orang di daerah ini pernah meminjam uang dari Tuan No. Yong Sik
pikir kalau Tuan Byun menggunakan uang untuk mendapat suara. Tuan Byun
menjelaskan Tak ada orang di sini yang meminjamkan uang semudah Tuan No.
“Dia pemurah
saat suasana hatinya baik. "Aku sangat mengagumimu, Tuan No." Kau
hanya perlu katakan itu untuk pinjam uangnya. Kau mengerti, 'kan?” jelas Tuan
Byun yang tahu kalau Tuan No itu senang dipuji.
Tuan No
sedang berbicara dengan dua polisi di ruangan, seperti sudah saling dekat
karena mereka dari Boeun. Si polisi
berpikir Tuan No jugadari Boeun. Tuan No mengaku Istri ketiga kakek buyutnya bagian
dari klan Boeun Gong.
“Artinya
kita keluarga... Kita sungguh keluarga.” Ucap Tuan No dengan bangga.
“Pikirannya sangat sederhana. Dia
suka geng, pura-pura memimpin, dan menunjukkan kuasanya.”
“Sebaiknya
kubawa kalian ke restoran salmon masu. Aku hanya... mengajak teman baikku ke
restoran itu.” Kata Tuan No.
“Salmon
masu?” kata si polisi binggung menatap temanya,
Tuan No kaget kalau mereka tak mau dan langsung memperlihatkan wajah
cemberut karena kecewa.
“Dia suka menerima perlakuan
istimewa. Dia menjadi kekanak-kanakan jika tak dapat itu.”
Tuan Byun
menceritakan Masalahnya, hanya Dongbaek yang tak memberinya perlakuan istimewa,
dan itu membuatnya sangat kesal. Yong Sik ingin tahu apa masalah dan apakah
Tuan No itu gelisah. Tuan Byun menegaskan kalau Tuan No itu tinggal dengan
Nyonya Sok Tahu.
“Tentu
dia merasa gelisah.” Kata Tuan Byun mengetahui sikap Nyonya Hong yang sangat
tegas.
Flash Back
KEMARIN MALAM DI RUMAH NO GYU-TAE
Nyonya
Hong sedang mengaduk mie diatas meja makan, Tuan No tanpa menatap istrinya
memberitahu kalauingin konsultasi dsoal mengajukan pengaduan dan mengaku
kalauini bukan tentangnya, yaitu tentang
seseorang di klub sepak bola.
“Apa yang
terjadi? Apa Ada yang tak ingin kau memimpin?” tanya Nyonya Hong dingin.
“Begini,
ada anak baru yang pindah ke cabang.” Cerita Tuan No , Nyonya Hong memperbaiki
kalimatnya kalau maksudnya itu "Dipindahkan."
“Tapi dia
tak tahu tempatnya... Dia pelupa...” ucap Tuan No dan disela kalau yang
dimaksud itu "Sombong." Bukan "pelupa."
“Yang
benar itu "Sombong," dengan S.” Tegas Nyonya Hong, Tuan No kesal
karena istrinya itu seperti Yang Mulia Sejong atau orang yang suka mengoreksi.
“Aku
mengoreksimu agar kau tak mempermalukan diri nanti.” ucap Nyonya Hong
“Aku
bahkan tak mau katakan apa pun di depanmu. Sungguh.” Ucap Tuan No marah.
Nyonya
Hong pun bertanya apakah Tuan No tak mau konsultasi, Tuan No dengan kesal masuk
kamar menolaknya dan tak ingin membahas dengan istrirnya.
Tuan Byun
pikir Tuan No itu ingin menjadi bos saat
tak di rumah jadi meminta agar Yong Sik mengikuti saja keinginanya. Yong Sik mengeluh karena tak ada alasan untuk
mengikuti kemauan Tuan No. Tuan Byun malah mengaku sangat menghormati
juniornya.
“Ada apa
denganmu?” keluh Yong Sik kesal melihat sikap seniornya, Tapi Tuan Byun terus
memuji Yong Sik.
“Kau
pahlawan kami, kau tahu. ..Jagoan tak hanya memukul dan menahan penjahat. Kasihanilah
pecundang sepertinya.” Ucap Tuan Byun.
“Terserah.
Aku akan pukul dia jika membuatku kesal.” Kata Yong Sik tak peduli.
“Apa
perbedaan besar Iron Man dan Hulk?” tanya Tuan Byun, Yong Sik pikir kalau Tuan
Byun sedang menonton film?
“Fleksibilitas.
Iron Man tahu saatnya fleksibel. Karena itu dia bisa pakai baju mahal. Hulk
berjalan setengah telanjang karena keras kepala. Hei, kita harus punya
fleksibilitas. “ jelas Tuan Byun.
“Itu
bahasa Jepang. Kau harus pakai bahasa Korea.” Keluh Yong Sik. Tuan Byun pun
meminta maaf dan meminta agar Yong Sik Jangan keras kepala.
“Namun, Apa
kau tahu? Menurutku Hulk lebih keren.” Tegas Yong Sik memilih keras kepala.
Dong Baek
berjalan dengan anaknya bertanya apakah mau melihat lumba-lumba. Pil Gu
mengeluh kalau bukan anak kecil. Dong Baek kembali bertanya apakah Pil Goo mau
pergi melihat lumba-lumba sambil memberikan susu. Dong Baek pikir dari pada
kesana lebih baik belikan mesin game saja.
“Ayah Chung-jae
mengiriminya dari Seoul. Tapi Aku penasaran soal sesuatu.” Ucap Pil Goo.
“Apa kau
mulai penasaran soal ayahmu?” tanya Dong Baek menebak, Pil Goo mengaku tidak
juga. Dong Baek heran anaknya tak penasaran.
“Mana
yang lebih baik antara tak pernah punya mesin gim dan kau punya lalu diambil?”
ucap Pil Goo.
“ Apa Kau
masih sering pergi ke tempat game?” keluh Dong Baek kesal
“ Aku
mungkin akan gila jika milikku diambil. Aku tak akan bisa tidur. Tapi jika tak
pernah punya, aku akan merasa tak terlalu sedih.” Jelas Pil Goo. Dong Baek tak percaya mendengar ucapan
anaknya.
“Ayah
Chung-jae pindah ke Seoul karena orang tuanya bercerai. Entah kenapa, kurasa
keadaanku lebih baik daripada Chung-jae.” Jelas Pil Goo. Dong Baek pun bisa
tersenyum mendengarnya.
“Kita tak
begitu buruk, 'kan? Kita biasa saja... Ayo pergi.” ucap Dong Baek lalu mereka
menyebrang sambil melompat hanya menyentuh bagian putih. Keduanya terlihat
bahagia.
Yong Sik
terlihat hanya diam saja dengan wajah menahan marah. Tuan Byun memberitahu Tuan
No kalau Petugas Hwang berkata sudah membuat kesalahan. Tuan No menyindir kalau
Yong Sik tak bisa bicara sendiri. Akhirnya Yong Si merendahkan harga dirinya.
“Maafkan
aku... Kita berdua banyak minum semalam. Aku baru saja dipindahkan kemari, jadi,
aku tak mau buat masalah... Gubernur.” Ucap Yong Sik mulai menjilat. Tuan No
pun mulai tersenyum.
“Sebagai
calon gubernur kami, cobalah untuk maklum. Dia sudah meminta maaf. Kau harus
menerima maafnya. Jika kau menaklukkan dia, dia juga akan memilihmu.” Ucap Tuan
Byun menenangkan.
“Sebagai
figur publik harus maklum.” Kata Tuan No bahagia, Tuan Byun mengajak mereka
pergi makan sup pereda pengar bersama.
Yong Sik
pun duduk berhadapa dengan Tuan No sambil menyusun sumpit dan sendok. Tuan No
mengaku bisa mengerti karena Yong Sik mungkin ingin tampak keren di depan gadis
bar itu. Ia berkomentar kalau Dongbaek tampak agak misterius.
“Wajahnya
membuat banyak pria jatuh hati. Tapi kau lihat, jangan pikir dia merendahkanku.
Dia sengaja melakukannya untuk mencari perhatianku. Gadis-gadis sepertinya
sebenarnya... Ah... Kau mengerti maksudku.” Ucap Tuan No menrendahkan
“Apa
maksudmu? Gadis sepertinya sebenarnya apa? Apa Kau melihatnya? Apa Kau melihat
dia menggoda pria?” teriak Yong Sik marah. Tuan Byun meminta agar tenang.
“Orang
sepertimu yang terburuk.” Ucap Yong Sik ta bisa menahan emosi, Tuan No kaget mendengar
yang diucapkan Yong Sik.
“Menjelekkan
dia karena tak suka kau. Itu perbuatan pria terpayah.” Ucap Yong Sik
“Apa Kau
sudah selesai?” tanya Tuan No, Yong Sik menolak kalau belum selesai.
“Dongbaek...adalah
pemilik restoran, bukan gadis bar. Dia tak wajib memberimu kacang gratis! Kau
juga tak punya hak bicara tentang dia seperti itu.” Tegas Yong Sik membela
“Memang
kau siapa? Apa Kau suami atau penjaganya?” tanya Tuan No marah.
“Jika aku
walinya, maka kau sudah mati sekarang.” Ucap Yong Sik marah dan langsung keluar
dari restoran.
Tuan No
mulai mengumpat dan Tuan Byun pun kebingungan menahan Tuan No agar tak
melakukan sesuatu. Tuan No kesal menyuruh agar melepaskanya.
Pil Go
bermain gemas dengan temanya, Jun Gi memberitahu kalau Kang Jong Ryul besok datang untuk syuting TV.
Pil Goo heran kenapa dengan Jong Ryul menurutnya Kang Jong Ryul itu payah dan ingin
melihat Choo Shin-soo saja.
“Dia tak
sekolah di sekolah kita.” Ucap Jun Gi, saat itu terdegar seseorang memanggl Jun
Gi untuk makan.
“Kau
harus segera pergi les... Aku buat “tonkatsu” untukmu!” teriak sang ayah. Jung
Gi langsung bergegas pergi dan akan bertemu dengan Pil Goo di tempat les.
Pil Goo
seperti sedikit sedih karena tak ada ayah yang mencarinya dan kembali main.
Saat itu ada tangan yang menepuk bahunya, Pil Goo melihat Nyonya Duk yang
menghampirinya. Nyonya Duk menyuruh agar Pil Goo bangun dari tempat duduknya
sekarang.
“Sudah
kubilang... Jika aku menangkapmu...” ucap Nyonya Duk mengancam.
Nyonya
Duk memberikan kepiting sambil memberitahu kalau Pil Goo harus makan setiap
kali menangkap. Pil Goo mengeluh karena Nyonya Duk itu selalu memberikan makan
setiap kali melihatnya.
“Jika aku
makan setiap jam makan dan tak pernah membolos les, maka aku tak akan punya
waktu untuk main game” keluh Pil Goo
“Ini, kau
lebih baik tonton ini selagi makan.” Kata Nyonya Duk menyalakan TV di
restoranya. Pil Goo pun melihat acar baseball
dengan penuh semangat.
Seung Yup
mendekati seorang wanita cantik didepan restoran, dengan menyapa “Helena...
Asalamualaikum... Senang bertemu denganmu.”dengan nada mengoda. Tapi Helena hanya diam saja. Nyonya Duk pun datang
langsun memukul Seung Yup .
“Apa yang
kau katakan kepadanya Andai kau peduli pada bisbol seperti pada wanita, maka kau
bisa mengalahkan Lee Seung Yop.” Ucap Nyonya Duk Seong Yup mengeluh kalau utu
berlebihan.
“Helena,
tolong goreng tonkatsu untuk anak itu.” Ucap Nyonya Duk pada Helena. Helena pun
masuk restoran.
“Kurasa
bahasa Korea-nya tidak meningkat.” Komentar Seung Yeup melihat Helena hanya
diam saja.
“Bahasa
Korea-nya bagus... Dia hanya tak mau bicara denganmu.” Ucap Nyonya Duk akhirnya
mencuci kepiting. Seung Yup hanya bisa melonggo.
“Seung-yup,
berhenti fokus pada pacaran.. Kenapa tak ajari Yong-sik pacaran saja?” keluh
Nyonya Duk
“Ajari
apa? Dia bisa mengurusnya sendiri.” Ucap Seung Yup. Nyonya Duk mengeluh kalau
anakanya sangat naif.
“Dia tak
paham saat lampu mati.” Ucap Nyonya Duk, Seung Yup mengeluh kalau Nyonya Duk
yang berpikir anaknya itu tak paham.
“Ibu, kau
akan segera punya menantu dengan pekerjaan bagus. Yong-sik sebenarnya punya
standar yang sangat tinggi. Wanita yang dia sukai belakangan ini adalah
pengacara.” Cerita Seung Yup. Nyonya Duk tak percaya anaknya menyukai
Pengacara.
Saat itu
Yong Sik terlihat sangat marah berteriak meminta makan pada ibunya karena
lapar. Nyonya Duk pun memberikan makan pada anaknya. Tatapan Yong Sik malah
mengarah pada Pil Goo yang makan sendirian. Nyonya Duk memastikan kalau anaknya
keramas setiap hari.
“Saat
punya pacar, kau harus mengajaknya kemari untuk makan kepiting rendam.” Ucap
Nyonya Duk
“Makannya
lahap sekali.” komentar Yong Sik melihat Pil Goo yang makan dengan lahap
dibanding ucapan ibunya.
“Aku tak
akan menunjukkan kalau aku ibumu. Aku akan mengintipnya diam-diam saja. Cara
makan kepiting rendam mengungkap banyak soal kepribadian dan caranya
dibesarkan.” Jelas Nyonya Duk
“Ibu,
ganti papan namanya dahulu jika ingin menantu. Siapa yang ingin menjadi menantu
Baekdu?” keluh Yong Sik
“Kau
pasti punya pacar.” Kata Nyonya Duk bahagia, Yong Sik pun ingin tahu siapa anak
kecil yang ada disampingnya.
“Kenapa
dia makan kepiting rendam sendirian?” tanya Yong Sik penasaran.
“Dia yang
pertama makan dan kabur di Kepiting Rendam Baekdu. Dia anak istimewa.” Ucap
Nyonya Du bangga melihat Pil Goo
“Apa Kau
memberinya makan gratis?” tanya Yong Sik tak percaya, Nyonya Duk pikir Mereka
yang lapar harus diberi makan lebih dahulu.
Bibi Kim
bertanya pada Bibi Yang Seung Hee, apakah
Apa Seung-gyo bagus di sekolah dan ingin tahu Kenapa dia keluar hingga
larut dengan skuter. Bibi Kim mengaku kalau
Seung-gyo menggores Mercedes pelanggan dan ada hubungannya dengan
Dongbaek.
“Dongbaek
bahkan tak tahu cara mengendarai skuter, jadi, kau tak bisa menyalahkannya.”
Kata Bibi Kim membela
“Seung-gyo
pelajar teladan sebelum Camellia dibuka” ucap Bibi Yang membela
“Dia tak
bisa mengendarai skuter saat itu karena masih SD.Dia hanya bodoh. Kenapa
menyalahkan Dongbaek?” keluh Seung Yup membela. Bibi Kim mengejek Seung Yup
memang Anak Pintar.
“Ini tak
baik untuk pendidikan anak. Coba Lihat harga Kompleks Apartemen Jangmi turun. Saat
distrik hiburan dewasa dibuat, seluruh lingkungan ini akan hancur sebelum kau
sadar.”kata Bibi Jung
“Kita tak
bisa menyebut Camellia sebagai bisnis hiburan dewasa.” Ucap Bibi Kim
“Apa kau Ingat
puntung rokok yang membakar ladang cabai Yeong-sim? Kita harus menyelidikinya.”
Komentar Bibi Yang
“Aku yakin
itu bukan perbuatan Dongbaek. Dia bahkan tak tahan mencium bau rokok.” Ucap
Park Hong Sik
“Berhentilah
merokok. Katanya kepiting rendam kita berbau rokok mentol.” Ucap Seung Yup pada
kakaknya.
“Keluar.
Bercintalah dengan bola.” Ucap Bibi Yang kesal pada sang adik, Para bibi pun
menyuruh Bibi Yang harus berhenti merokok dan makan kue besar saja.
Sementara
Bibi Park terlihat marah melihat TAGIHAN KARTU KREDIT,n dan itu dari kedai CAMELLIA
Nyonya
Duk pergi menemui Bibi Kim dengan bangga menceritakan betapa beraninya anaknya
karena Di sekolah, dia selalu dapat
peringkat paling rendah di kelas tapi sekarang bisa mengobrol dengan
pengacara., Nyonya Duk tahu anaknya akan sadar bahwa ia bodoh setelah mendengar
tiga kata dari mulutnya.
“Bukankah
ini sangat lucu?” ucap Nyonya Duk bangga, Bibi Kim dengan wajah cemberut
membenarkan saja.
“Kuberi
tahu kau. Yong-sik sangat berani... Dia ambisius dan jantan. Begitulah dia. Karena
itu aku mungkin dapat kehormatan menyambut menantu pengacara walau putraku
bodoh. Astaga, aku tak bisa percaya ini.” Kata Nyonya Duk bangga.
“Kau tak
berhenti menyombongkan putramu hari ini.” Keluh Bibi Kim
“Omong-omong,
ke mana Chan-suk dan gadis-gadis lainnya pergi? Aku harus berbagi cerita
menarik ini dengan mereka.” Tanya Nyonya Duk
“Chan-suk...
Dia pergi untuk bicara dengan Dongbaek lagi.” Ucap Bibi Kim, Nyonya Duk bingung
kenapa dia bicara dengan Dong Baek lagi.
Bibi Park
memperlihatkan TAGIHAN KARTU KREDIT dan
tertulis pembayaran di bar CAMELLIA. Ia
pikir Dong Baek sudah melihatnya dan sudah beri tahu untuk jangan jual minuman
keras ke suaminya. Tuan Song terlihat hanya bisa diam saja.
“Seluruh
klub bola voli datang bersama.” Ucap Dong Baek membela diri.
“Aku tak
bisa membayar ini. Jadi Kembalikan 88.000 won ini.” Kata Bibi Park.
“Chan-suk,
itu bisa dianggap pengembalian ilegal. Itu tindak pidana.” Ucap Tuan Song. Bibi
Park menyuruh suaminya diam saja.
“Kenapa
kau tak menjawab? Aku minta uangku kembali.” ucap Bibi Park, Dong Baek mencoba
menjelaskan tapi Bibi Park lebih dulu berteriak marah.
“Aku
minta uangku kembali! Apa Kau tak mau bayar? Total seluruhnya, 88.000 won?
Benar. Juga biaya transaksinya. Aku minta kembalikan semuanya.” Ucap Bibi Park
dengan nada tinggi.
Dong Baek
kebingungan ingin bicara, Bibi Park berteriak menyuruh Dong Baek agar bicara
saja. Dong Baek pikir kalau membayar kembali 50.000 won. Nyonya Duk datang
mengeluh dengan sikap Bibi Park dan langsung menyerobot masuk ke dalam
kerumunan.
“Suami bodohmu
pesan satu porsi bekicot harganya hanya 12.000 won dan tak berhenti memikirkan
kesempatan bicara dengannya dengan lelucon payah. Apa Kau pikir dia sungguh tak
bersalah dan hanya Dongbaek yang salah karena dia penggoda?” ucap Nyonya Duk
membela.
“Secara
hukum dan moral, kenapa kau salahkan dia karena menjual alkohol di barnya?”
tegas Nyonya Duk
“Mana aku
tahu dia hanya menjual minuman atau menjual yang lain juga?” keluh Bibi Park.
“Astaga,
bahkan kepiting akan mentertawakanmu... Sadarlah. Kau bisa Lihat wajah dan
tubuhnya, Dia bisa dengan mudah menikahi pria lajang. Kenapa Dong Baek
menyukainya? Kenapa? Apa Kau pikir kepalanya tertembak?” ejek Nyonya Park
menunjuk Tuan Song yang tak menarik.
“Kenapa
tidak? Tak ada yang salah dengan suamiku. Memangnya kenapa?” ucap Bibi Park
membela. Tiga Bibi lainya pun tak bisa menahan tawa.
“Astaga.
Kau jelas mencintai suamimu.” Ejek Nyonya Duk. Bibi Park tak percaya dengan
sikap Nyonya Duk yang membela Dong Baek.
“Apa
Dongbaek menantumu? Apa dia putrimu? Kenapa kau harus terus begini?” ucap Bibi
Park marah
“Chan-suk...
Apa Kau sungguh ingin tahu kebenarannya? Jangan bercanda... Kau mempermalukan
dirimu sendiri!” ucap Nyonya Duk
“Kenapa aku
menghabiskan seluruh waktuku membuat kepiting rendam saat aku seharusnya beri
idiot itu pelajaran?” keluh Bibi Park
“Cepat Pergi!” Kalian para wanita sebaiknya jangan
mengganggu Dongbaek tanpa alasan. Aku tak bisa fokus pada restoranku jika
kalian terus mengganggu dia.” Ucap Nyonya Duk marah
“Aku tak
percaya kau. Kau dahulu bilang aku kesayanganmu. Tapi kini kau bahkan tak
melihatku. Apa masalahmu? Apa cinta berubah?” komentar Bibi Park kesal.
Akhirnya
Dong Baek berjalan Nyonya Duk dengan wajah tersenyum. Nyonya Duk mengeluh
karena Seharusnya jangan biarkan Tuan Song menghabiskan lebih dari 30.000 won
tapi mala biarkan dengan habiskan 80.000 won, bahkan tawarkan 50.000 won
kembali.
“Astaga,
kau ini konyol.” Keluh Nyonya Duk, Tapi Dong Baek hanya bisa tersenyum.
“Nyonya
Kwak, kau tahu ini? Aku tak pernah berteman dengan orang berpengaruh sepertimu.
Bahkan saat sekolah, aku tak pernah dekat dengan ketua kelas. Kau teman
berkuasaku yang pertama.” Kata Dong Baek bangga.
“Astaga,
kau murah tawa dan senyum.” Keluh Nyonya Duk. Dong baek pikir terbiasa melakukannya
setiap hari. Nyonya Duk hanya bisa tersenyum lalu bertanya apakah punya kimchi di
rumah.
Dong Baek
akhirnya pergi ke rumah Nyonya Duk yang mengemas kimchi untuknya. Nyonya Duk
menyuruh Dong Baek agar Jangan terintimidasi, lalu menceritakan Saat dahulu
menjual sup sundae beberapa tahun lalu, harus menghadapi banyak orang
berengsek.
“Dahulu,
janda yang menjual sup sundae dan soju sangat dipandang rendah. Pria selalu
menggodaku dan istri pemarah mereka mengomeliku. Aku sering menangis diam-diam.
Tapi aku bisa apa?” cerita Nyonya Duk
“Aku
harus membesarkan tiga anakku. Aku tak punya pilihan selain menghadapi
semuanya. Jadi, biarkan mereka menggonggong dan teruskan jalanmu. Hanya itu
yang kau bisa.” Pesan Nyonya Duk.
“Seandainya
aku punya ibu sepertimu.” Ucap Dong Baek bahagia. Nyonya Du mengaku akan senang
menikahkan salah satu putranya dengan Dong Baek.
“Ohh
Benar. Kudengar putra bungsumu masih lajang.” Komentar Dong Baek. Nyonya Duk
binggung lalu mengaku ucapan hanya bercanda. Dong Baek pun mengucapkan
terimakasih atas pemberian kimchinya.
Yong Sik
mondar mandir di depan camelia terlihat binggung, lalu menyapa beberpa tetangga
yang lewat dan saling berjabat tangan.
Ia pun merasa Wanita itu tampaknya bermasalah dan merasa kalau tak percaya sudah merindukannya.
“Apa
ibuku temanmu? Kenapa kau memanggil ibuku Dongbaek?” teriak Dong Baek pada
temanya. Yong Sik diam-diam mendengarnya.
“Semua
memanggil ibumu Dongbaek!” ucap Si pria merasa tak ada yang salah dengan
ucapanya.
“Maka
kupanggil ibumu Perut Babi mulai sekarang!” kata Dong Baek melawan.
“Kau mau
mati? Hei, ibunya beda dengan ibumu.” Kata anak. Dong Baek merasa tak ada yang
salah.
“Ibumu
menjual perut babi dan ibumu menjual polis asuransi! Ibuku hanya menjual
alkohol, itu saja. Apa salahnya dengan itu?” teriak Dong Baek. Yong Sik terdiam
melihat Dong Baek mengingat sesuatu.
Flash Back
Dong Baek
pun mengaku ibunya memang menjual sup sundae dan soju dan tak ada yang
salah. Teman Yong Sik yang terjatuh mengancam
agar melaporkan ke ayahnya. Yong Sik pun mempersilahkan lalu mengaku Kakak
keduanya punya sabuk hitam taekwondo dan kakak sulungnya tak naik kelas.
“Lagi
pula, ibumu juga menjual soju dengan perut babi.” Ucap Dong Baek berteriak.
Dua teman
Pil Goo tiba-tiba mendorong Pil Goo sampai terjatuh. Yong Sik pun datang
berteriak mereka itu anak-anak nakal menyuruh agar berhenti. . Keduanya
terlihat ketakutan.
“Kenapa
menendang temanmu? Apa kau Mau kukunci dalam penjara supaya jera? Aku bisa
dengan mudah melakukannya!” ancam Yong Sik.
Tiba-tiba
mereka mulai menangis, Pil Goo pun ikut menanangis. Yong Sik panik meminta agar
mereka berhenti menangis, lalu melihat kebelakang takut ada yang salah paham.
Ia mengeluh bahkan tak melakukan apa pun jadi meminta agar berhenti menangis.
Akhirnya
Yong Sik membelikan snack pada semuanya agar tak menangis. Yong sik pikir mereka a baru bertemu, tapi
melihat Pil Goo malah dipukuli. Ia pikir
kalau Pil Goo pasti mau tampak kuat, tapi menurutnya itu bukan hal yang mudah dilakukan anak
delapan tahun.
“Sekalipun
kau menangis, aku pura-pura tak lihat. Kau boleh menangis.” Ucap Yong Sik
“Seharusnya
dia lebih tua... Lelaki yang menendangku. Dia lahir bulan Januari dan aku lahir
bulan Desember. Pada zaman dahulu, dia seharusnya lahir awal 2012. Artinya dia
lebih tua!” ucap Pil Goo
“Apa?
lahir awal apa?” tanya Yong Sik binggung, Pil Goo pikir dirinya sebenarnya
menang.
“Apa kau
Lahir awal 2012?!! Aku lahir awal 1988.” Ucap Yong Sik tak percaya.
“Aku tahu
pasti yang dibutuhkan anak delapan tahun saat ini.” Guman Yong Sik melihat
sesuatu.
Pil Goo
memberitahu harus naik bus tempat les di sana. Yong Sik menganguk mengerti
didepan tempat bermain games dan pamit perg.. Pil Goo pun mengucapkan terima
kasih keripiknya dan mengaku mengambilnya hanya karena Yong Sik mengaku dirinya
polisi.
“Tentu.
Kau anak pintar.” Ucap Yong Sik, Pil Goo bertanya apakah Yong Sik mau ke
arkade. Yong Sik membenarkan.
“Kau ke
sana walau sudah dewasa? Saat anak-anak ke tempat les?” ucap Pil Goo menatap
Yong Sik melihat akan masuk.
“Kau
tahu, setelah dewasa, aku lebih banyak belajar soal hidup di arkade daripada
tempat les.” Jelas Yong Sik mendekat. Pil Goo binggung apa maksudnya. Soal
hidup
“Apa Kau
tahu perasaan kalah dan pencapaian? Konsep operasi, semangat tim, pemerasan
uang, dan rasa malu. Bagaimanapun, itu tak dipelajari di tempat les.” Jelas Yong
Sik.
Akhirnya
Yong Sik menukar uangnya di mesin koin, Pil Goo menatap tak percaya karena
banyak koin yang ditukar. Yong Sik menegaskan kalau Pil Goo boleh main kalau
memang menginginkanya.
“Itu
adegan paling mirip film dalam delapan tahun hidup anak itu.” Gumam Yong Sik
bahagai biasa membuat sesuatu di DELAPAN TAHUN HIDUPnya Pil Goo.
Dong Baek
menerima telp sambil meminta maaf, Hyang Mi bertanya apakah Pil-gu tak ada di
tempat les, lalu menduga sedang ke arkade. Dong Baek pun memikirkan apa yang
akan dilakukan dengan anaknya. Yong Sik dan Pil Goo sedang asyik main dengan
koin yang masih banyak.
“Aku
mungkin cukup tua untuk menjadi ayahmu... Omong-omong, berapa usia ayahmu?”
tanya Yong Sik sambil bermain.
“Entahlah.”
Ucap Pil Goo, Yong Sik tak percaya kalau Pil Goo tak tahu usia ayahnya.
“Dia juga
mungkin tak tahu berapa usiaku, bahkan Dia mungkin tak tahu namaku..” Kata Pil
Goo, Yong Sik melonggo bingung mendengarnya.
“Apa Kau
tak punya ayah? Kau mengatakan itu di depanku? Tak punya ayah bukan hal
memalukan.” Ucap Yong Sik dan pemainan berakhir.
“Aku juga
tak punya ayah... Tak semua orang punya ayah.” Kata Yong Sik menyakinkan.
“Hanya
aku yang tak punya ayah di kelasku. Tapi Ada dua lagi di kelas tujuh.” Kata Pil
Goo.
“Coba Lihat
itu? Sudah kubilang... Hei, mereka yang mengira semua memiliki ayah dan yang
memandang iba padamu saat kau beri tahu tak punya ayah adalah orang paling norak
di dunia. Kau juga bisa melihat mereka dengan tatapan iba.” Kata Yong Sik menasehati.
Pil Goo
tersenyum dan akhirnya mengajak bermain lain, Yong Sik pun dengan senang hati mengajak bermain. Pil Goo
menyuruh Yong Sik agar datang ke bar nanti karenaakan beri tiga kali isi ulang
berondong. Yong Sik ingin tahu keberadaan barnya.
“Di ujung
jalan kepiting rendam.” Ucap Pil Goo. Yong Sik ingin tahu apakah Di sekitar
mana di jalan itu
“Di
sebelah penggilingan...”kata Pil Goo dan terdengar teriak sesorang yang
memanggil namanya.
Pil Goo
melonggo melihat ibunya yang datang, Yong Sik pun melonggo kalau ternyata Dong
Baek adalah ibu dari Pil Goo. Ia pun bergumam “Wanitaku yang penuh kejutan juga
memiliki seorang putra.”
Bersambung
ke episode 4
Cek My Wattpad... Stalking
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar