PS : All images credit and content copyright : KBS
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Jong Ryul
melihat Dong Baek dan Yong Sik masuk bar mengeluh alau Ternyata hidup Dong Baek itu menyenangkan dan itu yang membuat agak
terganggu. Jong Ryul akan pergi meninggalkan tapi Hwang Mi tiba-tiba mengetuk
jendela mobilnya.
“Kau
lagi... Kau pernah kemari, 'kan? Kau menutupi wajahmu dengan topi hitam dan
memakai kaus aneh. Aku kerja di sini.” Ucap Hwang Mi
“Baiklah.
Kalau begitu, masuklah.” Ucap Jong Ryul akan pergi, Hwang Mi binggung Jong Ryul
yang pergi dan tak mau masuk
“Jangan
pedulikan aku. Masuk saja dan mulai shif kerjamu.” Ucap Jong Ryul
“Ini
hanya aneh. Aku akan panggil kau pelanggan jika kau masuk. Orang yang
berkeliaran masuk dua kategori ini. Entah kemari untuk pinjam uang atau karena
merindukan seseorang. Pasti ada alasan kau tak bisa pergi ke restoran Dongbaek.”
Komentar Hwang Mi
“Kau
penjual yang hebat.” Komentar Jong Ryul tak bisa berkata-kata.
Di dalam
bar
Dong Baek
terlihat gugup melihat tulisan “Pengusil” lalu mengaku kalua membuatnya sangat bingung sekarang. Hwang Mi masuk
memanggil Dong Baek, lalu memberitahu kalau kenal dengan Jong Ryul. Dong Baek
kaget Jong Ryul dateng ke barnya.
“Aku
penasaran kenapa Superman terus kemari.” Ucap Hwang Mi, Dong Baek hanya diam
saja dan Yong Si hanya bisa melonggo, Jong Ryul pun terlihat canggung.
Hwang Mi
memberikan tumis babi diatas meja dengan porsi bersar. Jong Ryul pikir tak bisa
menghabiskan ini. Hwang M memberitahu kalau ini porsi kecil. Jong Ryul pikir
Dong Baek itu Tak ada yang berubah sepuluh tahun terakhir.
Dong Baek
hanya bisa menatap dari meja kasir seolah tak peduli, sementar Yong Sik sibuk
main melempar panah. Beberapa saat kemudia, Jong Ryul sudah lahap makan tumis
daging dan meminta semangkuk nasi tadi, Hwang Mi memberitahu kalau sedang
memasaknya.
“Dasar
babi... Apa dia kelaparan berhari-hari?” ejek Hwang Mi melihat Jong Ryul.
Akhirnya Dong Baek membawakan nasi yang baru masak.
“Di mana
anak itu? Kuharap kau beri dia makan walau sibuk kencan. Di mana dia? Sekarang
sudah malam.” Sindir Jong Ryul
“Apa Kau
pernah membesarkan anak delapan tahun? Apa Kau tahu anak delapan tahun sibuk? Aku
jual babi tumis untuk pastikan kebutuhan Pil-gu terpenuhi. Kau Tonton saja
pertunjukan lumba-lumba dengan putrimu tersayang. Jangan bodohi dirimu setelah
sekian lama.” Balas Dong Baek menyindir.
“Apa Kau
menonton acara itu? Namun, katamu kau lupa wajahku.” Ucap Jong Ryul
“Mereka
selalu menayangkan ulang acara itu.” Ucap Dong Baek lalu tak sengaja memegang
mangkuk panas telur kukus.
“Apa Kau
tak apa-apa? Astaga.” Ucap Jong Ryul panik melihat tangan Dong Baek. Dong Baek
mengaku tak apa-apa lalu menarik tanganya.
Tiba-tiba
Yong Sik datang dengan membawa buku gambar milik Pil Goo, dengan wajah bahagia
Yong Sik akhirnya mendapatkan tanda tangan Jong Ryul dan tertulis [UNTUK HWANG
YONG-SIK, BAHAGIALAH!] Ia terus memamerkan dengan bangga.
“Tuan
Kang... Aku tahu semua... Apa kata untuk itu? Sorakan. Aku tahu semua
sorakannya.. Satu, dua. Satu, dua, tiga, empat.. Jong-Ryul, ayo Jong-Ryul. Cetak
pukulan hari ini, Jong-Ryul” teriak Yong Sik dengan penuh semangat.
“Apa ini
tipe Dongbaek?” gumam Jong Ryul melihat Yong Sik seperti tak tahu malu. Dong
Baek hanya bisa terdiam.
“Jong
Ryul tahu soal dia< saat pertama bertemu.”gumam Dong Baek, akhirnya Yong Sik
pun duduk disamping Jong Ryul
“Sudah kubilang.
Aku tak hanya mengatakannya untuk bersikap sopan. Aku sungguh... Aku penggemar
beratmu.” Ungkap Yong Sik penuh semangat. Jong Ryul mengaku bisa melihatnya.
“Apa Dia
sungguh penggemar?” gumam Dong Baek tak percaya. Yong Sik pun bertanya pada
Dong Baek apakah tahu Sepuluh Juta Kang
Jong Ryul
“Aku Tidak
tahu. Aku benci bisbol.” Ucap Dong Baek, Jong Ryul tak percaya mendengarnya
begitu juga Yong Sik.
“Tetap
saja, kenapa kau tak tahu?”keluh Yong Sik. Dong Baek pun ingin tahu Apa itu
"Sepuluh Juta?"
“Kurasa kalian
wanita sungguh tak tahu. Dia memimpin sepuluh juta penonton. Dari situ asal
julukannya. Apa itu sekitar sepuluh tahun lalu? Di final WBC... Saat itu Korea
versus Jepang. Selama pertandingan Korea lawan Jepang di final WBC, dia hanya
berdiri terpaku alih-alih lari ke base
ketiga dari kedua.” Cerita Yong Sik mengebu-gebu.
“Kita
kalah telak dari Jepang karena dia. Setelah itu... Astaga. Dia dapat sepuluh
juta antipenggemar. Itu asal Sepuluh Juta Jong Ryul. .. Coba Lihat? Aku tahu
semua.” Kata Yong Sik bangga, Jung Ryul yang terlihat sedih.
“Tepatnya,
itu delapan tahun lalu.” Kata Jong Ryul menatap Dong Baek penuh arti.
“Apa itu
delapan tahun lalu?.. Tunggu. Kudengar kau sekolah di SD-ku selama setahun. Kita satu sekolah dan satu
kota. Dia seharusnya dapat kacang gratis, 'kan?” kata Yong Sik
“Tidak,
aku tak pernah menawarkan. Siapa kau menyuruhku memberinya kacang gratis?” kata
Dong Baek
“Kurasa
kalian berdua tak sedekat itu.” Komentar Jong Ryul, Yong Sik binggung
menjelaskanya.
Didepan bar,
Yong Sik dengan bangga mengajak Selfie Jong Ryul sebagai bukti pernah bertemu
dengan pemain baseball nasional dan akan menggunakan ini sebagai foto profil
Dong Baek akhirnya berbicara dengan Yong Sik.
“Kau tak
bergabung dengan kepolisian dengan skor ujian polisimu, 'kan?” ucap Dong Baek.
Yong Sik tak mengubrisnya.
“Silakan
kunjungi kami lagi kali lain kau di Provinsi Chungcheong.” Kata Yong Sik pada
Jong Ryul
“Baiklah.
Kau bicara seakan kau pemilik tempat ini.” Sindir Jong Ryul. Yong Sik pikir ini
seperti bisnisnya dan memang ingin seperti itu.
“Dia
hanya orang kampung.” Gumam Jong Ryul lalu mencoba memikirkan kalimat yang
bagus untuk Yong Sik.
“Kau
tampaknya rendah hati... Ya. Tampaknya kau tenang dan santai. Teman-teman
priamu pasti menyukaimu.” Ucap Jong Ryul. Yong Sik membenarkan.
“Kurasa
banyak wanita akan menganggap itu memesona.” Kata Dong Baek. Yong Sik kaget
Dong Baek mengatakan Memesona.
“Anjing
kampung lebih lucu daripada ras murni. Di dunia penuh orang berengsek yang
hanya tampan, orang kampung rendah hati menarik” kata Dong Baek
“Maksudmu
aku, 'kan?” ucap Yong Sik sambil memegang dadanya karena tak percaya
mendengarnya.
Yong Sik
pun dianggap sebagai ANAK DESA, Jong Ryul pun terlihat tak percaya Dong Baek
lebih menyukai Yong Sik dibanding dirinya.
Yong Sik
berjalan bersama dengan Dong Baek, Dong Baek merasa tak yakin kalau Dong Baek
akan mengantarnya setiap hari. Yong Sik pikir
Setidaknya harus menemaninya pergi
dan pulang kerja setiap hariSebagai pria mempesona... lalu mengubahkan sebagai
seorang polisi.
“Jika
dipikir-pikir, kata-kata itu tidak tiba-tiba dituliskan di sana. Pengusil tak
membunuhku lima tahun lalu, kini lebih sulit membunuhku.” Ucap Dong Baek
“Kenapa? Apa
Karena aku di sisimu?” kata Yong Sik bangga. Dong Baek menjawab bukan tapi
karena ia adalah ibu tunggal.
“Butuh
tekad untuk membesarkan putra sendirian. Aku akan bisa menghadapi Pengusil satu
lawan satu. Aku selamat dari pertemuan itu, bahkan Pengusil berhenti membunuh
setelah bertemu aku.” Ucap Dong Baek.
Flash Back
Tuan Byun
berbicaraa dengan anak buahnya tentang Senjata Yang ditemukan di TKP. Juniornya
memberitahu kalau Ini pertama kalinya Pengusil meninggalkan senjata di TKP, tapi
bukan itu saja.
“Apa ini
Pengusil? Apa ada catatan?” tanya Tuan Byun. Juniornya memberitahu kalau Ada penyintas.
“Seorang
wanita selamat di TKP.” Kata Juniornya, Tuan Byun masuk dan banyak pihak
forensik sedang memeriksa TKP.
Tuan Byun
melihat dibagian saluran air saat terjadi kebakaran seperti menyala, lalu
terlihat ada kabel juga. Juniornya memberitahu kalau sangat jelas bahwa
Pengusil terkejut.
“Wanita
ini pasti menangkap basah dia.” Ucap Juniornya dan saat itu Dong Baek yang
tinggal diaparment terlihat basah kuyup dan dibawa pergi oleh polisi wanita.
“Kau
bertingkah kuat, tapi aku tahu kau takut.” Komentar Yong Sik. Dong Baek
bertanya apakah Yong Sik pernah melihat Pengusil. Yong Sik terlihat binggung.
“Orang
lain mungkin hanya melihat soal Pengusil di TV, tapi aku bahkan mendengar
Pengusil batuk di depanku. Aku bohong jika berkata tidak takut. Aku masih sakit
kepala dan mual saat memimpikan hari itu.” Cerita Dong Baek
“Kau
bahkan bermimpi soal hari itu? Kau tahu itu apa? Namanya gangguan stres
pascatrauma. Sejujurnya, aku merinding saat melihat catatan itu di dinding.”
Kata Yong Sik panik
“Harusnya
tak kuberi tahu.” Gumam Dong Baek merasa Yong Sik khawatir berlebihan.
“Jika ini
membuatmu takut, tutup saja restoran beberapa hari, lalu...” ucap Yong Sik yang
langsung disela oleh Dong Baek.
“Tidak
perlu.. Dahulu saat seluruh lingkungan tahu aku saksi Pengusil, maka aku tak
menutup restoran sehari pun. Kenapa aku harus takut pada orang gila? Pengusil tak
bisa lakukan apa pun padaku. "Sebaiknya kau menjauh." Aku menunjukkan
itu pada Pengusil selama lima tahun.” Cerita Dong Baek lalu berjalan pergi.
“Orang-orang
lingkungan ini tak begitu pintar, ya? Mereka tak melihat cakarmu.” Komentar
Yong Sik. Dong Baek binggung dianggap cakarnya.
“Anjing
yang takut adalah yang menggonggong. Mereka yang mudah takut mencari lawan
sambil gemetar ketakutan. Sepintas, kau tampak seperti pecundang. Namun
kenyataannya, kau tangguh dan berani.” Komentar Yong Sik bangga
“Kurasa
aku belum pernah mendengar itu sebelumnya.” Kata Dong Baek malu mendengarnya.
“Walau
aku bicara soal melindungimu, aku lebih tahu. Kau bukan wanita yang perlu
diselamatkan.” Kata Dong Baek
“Hingga
usia sepuluh tahun, aku biasanya memukuli anak lelaki. Sebenarnya itu yang
membuatmu tampak lebih seksi.” Puji Yong Sik
Dong Baek
tak percaya Yong Sik yang memujinya dan berpikir kalau sudah gila dengan wajah
tersipu malu.
Malam har
di CAMELLIA, seperti hantu terlihat dibak pencuci piring bar dengan rambut yang
panjang. Hwang Mi mengangkat rambutnya sambil mendorong bagian salura pembungan
karena Tak bisa terus panggil Heung-sik untuk bersihkan saluran.
“Bagaimanapun
juga seperti ini lebih baik daripada menjadi gelandangan?” kata Hwang Mi
akhirnya berhasil mengangkat gumpalan rambutnya setelah keramas.
Terlihat
pintu dibagian samping sudah terbuka, Hwang Mi pun berbaring dilantai dan siap
tidu lau berpikir kalau bertanya pada Dongbaek apa boleh menempati satu
ruangan. Tapi menurutnya kalau Dong Baek
tahu semua deposit yang dibayarnya lenyap, bahkan orang seperti Dongbaek akan
gila.
“Kapan aku
bisa kumpulkan 100 juta won? Kapan aku bisa pergi ke Kopenhagen?” ucap Hwang Mi
memiringkan wajahnya sambil mengetik diponselnya.
Ia tak
sadar kalau ada orang yang masuk ke dalam restoran seperti melakukan sesuatu.
Sementara dirumah Tuan No berbaring di tempat tidur melihat status yang dibuat
Hwang Mi “Aku juga ingin pergi main ski.” Lalu
teringat dengan ucapan Hwang Mi.
“Aku
menghormatimu.” Ucap Hwang Mi dengan bangga. Tuan No seperti hatinya mulai
bergetar karena ada orang yang menghormatinya.
Nyonya
Hong sibuk berolahraga di ruang tengah, lalu kaget melihat sesuatu di
ponselnya. Ia melihat status suaminya, [No Gyu-tae, pria berhati lebih jernih
dari perut kepiting Ongsan. Aku abdi masyarakat yang tahu keutuhan mereka.”
“Kebutuhan.”
Keluh Nyonya Hong karena suaminya salah eja dan langsung pergi ke kamar memukul
bagian bokongnya.
“Apa
lagi?” keluh Tuan No, Nyonya Hong bertanya apakah Tuan No tahu
"keutuhan" orang
“Kau bicara
soal kelengkapan atau apa? "Kebutuhan," bukan "keutuhan."
Kebutuhan masyarakat... Bukan keutuhan, tapi kebutuhan.” Ucap Nyonya Hong. Tuan
No mengumpat kesal.
“Jika kau
tak tahu..... Pakai saja bahasa Korea. Aku sudah memberi tahu.” Ejek Nyonya
Hong
“Kenapa
kau membaca profilku? Kenapa membacanya, sial?” keluh Tuan No marah
“Sebagai
istrimu, apa aku tak boleh membaca profilmu?” balas Nyonya Hong
“ Itu
hanya salah ketik. Kebutuhan. Aku tahu cara mengejanya.” Ucap Tuan No.
Nyonya
Hong pun menyuruh suaminya agar mulai mengeja, lalu akhirnya tak ingin
membahasnya menyuruh agar Koreksi saja katanya. Tuan No langsung berkomentar
kalau Nyonya Hong itu tak menghormatinya. Nyonya Hong terlihat binggung.
“Rumahku
sendiri penjara mental dan fisik bagiku. Salahmu kita tak pernah bisa punya
putra untuk teruskan nama keluarga.” Ucap Tuan No marah. Nyonya Hong mengerti
dan tak ingin membahasnya.
Tuan Byun
masuk bar merasa kalau 99 persen yakin ini hanya candaan. Saat itu Yong Sik
ingin melihat tulisan dinding dan kaget karena sudah menghilang karena terlihat
terbakar, lalu bertanya pada Hyang Mi apakah membakar ini dengan pemantik
“Ini area
bebas rokok.” Ucap Hyang Mi masuk dapur, Dong Baek masuk dengan ember besar.
Yong Sik langsung mendorong meja.
“Kepala...
Itu bukan apa-apa, 'kan?” ucap Dong Baek, Tuan Byun dengan wajah gugup
membenarkan.
“Pengusil
hampir menjadi tren saat itu. Sebaiknya aku hapus. Ini membuatku takut.” Kata
Dong Baek
“Dongbaek,
apa kau...” tanya Tuan Byun ingin memastikan sesuatu dan Yong Sik langsung
menyela menyakinkan Ini bukan apa-apa.
“Lebih
baik tak takut dengan sesuatu yang remeh. Jadi, jangan diributkan.” Kata Yong
Sik
“Kenapa kalian
berdua tampak tak nyaman?” komentar Dong Baek jadi makin penasaran. keduanya
mengelak dan mencoba kembali duduk.
“Kaki
Pil-gu gemetar seperti itu setelah pergi ke arkade diam-diam. Ada apa ini?”
ucap Dong Baek mendekati meja.
Yong Sik
dan Tuan Baek mencoba menutupinya, saat it Dong Baek kaget melihat tulisan di
dinding sudah terbakar. Tuan Baek
menenangkan Dong Baek kalau kamera pengawas di luar berfungsi.
Yong Sik
mengartikan seseorang datang di malam
hari dan membakar tulisan itu. Tuan Byun
pikir orang selain Pengusil cukup gila untuk lakukan ini. Yong Sik pikir mereka
jangan langsung menyimpulkan dan periksa kamera pengawas.
“Kita
pakai strategi sementara memprioritaskan keamanan Dongbaek.” Ucap Yong Sik.
Tuan Byun mengejek kalau Yong Sik sekarangmenjadi Kepala.
“Pengusil
sungguhan atau bukan, seseorang membobol masuk restorannya.” Kata Yong Sik
kesal
“Kenapa
kau kesal? Apa Kau sudah kunjungi Yeong-sim?” kata Tuan Byun. Yong sik makin
marah tak ingin membahas tentang itu lagi.
“Apa Kau
barusan meneriaki kepalamu? Kau sungguh kurang ajar!” ucap Tuan Byun ikut marah
“Pak, kau
kepala polisi. Bagaimana bisa mulutmu besar sekali? Kau bisa berkata itu bukan
apa-apa, tapi kau malah tanyakan soal kamera pengawas.” Kata Yong Sik
“Baiklah...
Hanya kau yang peduli dan kompeten. Ini Tidak bisa dipercaya.” Komentar Tuan
Byun
“Aku baru
menaikkan kepercayaan dirinya, tapi kau malah menakutinya. Kenapa menakuti
orang dengan mata besar?” ucap Yong Sik. Tuan Byun bingung siapa itu Mata besar
“Korea
negara hukum, kau tahu. Semua orang berhak menjual babi tumis tanpa merasa
terancam.” Kata Yong Sik.
Tuan Byun
menatap Yong Sik penuh curiga, Yong Sik akhirnya mengakui kalau dugaan atasanya
itu benar. Tuan Byun masih tak percaya dan berjalan mengelilingi Yong Sik.
“Akhirnya
kau menjadi polisi sungguhan. Lihat rasa tanggung jawabmu! Mata besar...” ucap
Tuan Byun. Yong Sik binggung tiba-tiba Tuan Byun membahas Mata besar
“Kepala, kau
tak menjadi polisi dengan hasil ujian polisimu, 'kan?” keluh Yong Sik.
Dong Baek
sibuk membuat kimchi sambil menatap pesan dari pengusil yang sudah dibakar lalu
menegaskan tak akan diam jika dia menyerangnya. Hyang Mi bertanya apakah Dong
Baek tak takut. Dong Baek menegaskan dirinya itu berani.
“Aku
berani, jadi, kenapa aku takut?” ucap Dong Baek yakin, Pil Goo makan tanpa
gairah sambil melihat perjalanan ke china dari ponselnya
“Kau
sungguh berani, ya?” ucap Hyang Mi memastikan. Dong Baek pikir Hyang Mi akan
paham saat punya anak.
“Biaya
sekolah anakmu lebih mengerikan daripada pembunuh.” Ucap Dong Baek.
Pil Goo
seperti tak nafsu makan memilih untuk pamit pergi. Dong Baek bingung karena
anaknya belum selesai makan dan tak makan sebanyak biasanya?
Seung Yub
berbicara pada anak muridnya kalau mereka Kakan lelah di hari pertama jadi akan
tidur cepat. Lalu Hari berikutnya, merea ada pertandingan persahabatan dengan
SD Qingdao. Lalu hari berikutnya, mereka pergi ke taman hiburan.
Jong Ryul
membagikan roti pada semua angota dan memberikan dua buah roti pada Pil Goo.
Tapi Pil Goo yang duduk sendirian seperti tak nafsu, semua anak bergembira karena akan pergi
tanding di cina. Pelatih pun menyuruh mereka makan kudapannya.
“Kudengar
kau tak ke Tiongkok dengan yang lain. Kenapa tidak pergi?” tanya Jong Ryul
mendekati Pil Goo yang makan sendirian ditaman bermain.
“Aku tak
mau.” Ucap Pil Goo, Jong Ryul pun ingin tahu alasan Pil Goo tak pergi.
“Bahkan
tanpa latihan luar musim, permainan bisbolku masih lebih baik daripada Jong-gu
di kelas empat.” Kata Pil goo bangga.
“Sungguh?
Apa Kau lebih baik dari Jong-gu?” ucap Jong Ryul terlihat bahagia karena
seperti memang turunan darinya.
“Semua
berkata aku terlahir sebagai bintang. Itu pun bukan latihan. Mereka pergi
bersenang-senang.” Kata Pil Goo seolah tak tertarik.
“Pergi ke
Qingdao akan menyenangkan. Kau bisa makan steik domba dan ke taman hiburan.” Kata
Jong Ryul
“Uang
sebesar 480.000 won cukup untuk menikmati semua itu di sini. Dengan 480.000
won, aku bisa main 1.000 kali gim di arkade, mungkin juga ke Amerika. Llau Ibuku
tak perlu menjual 48 piring babi tumis.”kata Pil Goo.
Jong Ryul
tak percaya mendengarnya, Pil Goo mengeluh kalau mereka pencundang karena
mereka semua ikut kamp latihan. Jung Ryul pun memastikankaalu Pil Goo tak mau
pergi karena biayanya 480.000 won. Pil Goo pkir Mereka yang pergi pecundang.
“Aku tak
akan jadi salah satunya.” Ucap Pil Goo membela diri. Jong Ryul tak percaya
dengan nasib anaknya.
“Jangan
katakan kau juga kelaparan.” Kata Jong Ryul tak percaya.
Di sebuah
acara, beberapa orang memegang spanduk dan banyak wartawan mengambil gambar.
Tuan No juga ikut karena dianggap orang penting tapi ada dibagian ujung dan tak
terlihat. Ia pun akhirnya menyelonong berdiri dibagian tengah seolah kenal
dengan pejabat tinggi.
Dua orang
melihat tingkah Tuan No di KLUB RELAWAN ONGSAN sambil mengeluh karena Tuan No
malah mengendong si Petinggi Ongsan. Sek wanita membeirtahu kalau Tuan No ingin
dinominasikan sebagai kandidat. Tuan No dengan bangga mengendong si kepala.
Pejabat
pun sudah naik mobil lalu mengeluh kalau Tuan No menganggap dirinya itu mabuk
dan setua itu, karena tak meminta untuk menggendongnya seperti itu. Tuan No
hanya bisa diam saja dan membungkuk.
“Aku
hanya menjadi anggota loyal.” Ucap Tuan No, Si Petinggi yakin kalau ini
dilakukan Pasti untuk kamera. Tuan No menyangkalnya.
“Membuat
seakan kita dekat tak menjadikanmu kandidat. Aku sendiri sibuk dengan waspada.”
Komentar si petinggi.
“Aku
berniat mengundangmu ke tempat salmon masu. Aku hanya mengajak teman dekatku ke
sana, ada sushi juga semur...” kata Tuan No ingin menjamu.
“Kau
sungguh konyol. Kenapa mengundangku ke tempat salmon masu? Bagaimana kau bisa
berpolitik saat tak bisa bahasa Korea yang benar? Aku tak tahu caramu bisa
menikahi pengacara.”ejek si Petinggi lalu meninggalkan Tuan No. Tuan No
akhirnya membungkuk meminta maaf.
“Astaga,
haruskah aku menahan malu? Astaga, aku baru membuat kesalahan kecil. Pemimpin
sejati tak akan mempermalukan orang di depan umum. Ini alasan aku ingin
kekuatan politik.” Komentar Tuan No kesal melihat tingkah si petinggi.
Tuan No
akhirnya bertemu dengan Tuan Byun dan Yong Sik yang sudah menungggunya, dengan
gaya sombongnya mengatakan tak akan menunjukanya. Tuan Byun tahu kalau Tuan No
pasti malu tentang kejadian tadi.
“tapi jangan
balas pada kami.” Pinta Tuan Byun, Tuan No tetap menagaksan Tak akan menunjukkan.Tuan Byun tetap merayu
memintanya.
“Kau salah
gunakan otoritas pemerintah untuk masuk propertiku. Kenapa harus kutunjukkan
kamera pengawas gedungku? Apa Ada surat penahanan?” kata Tuan No
“Apa Kau
ingin ditahan? Kenapa kami menahanmu? Astaga, seperti bicara dengan dinding.” Sindir
Yong Sik
“Apa maksudmu?
Tak ada dinding di sini.” Ucap Tuan No. Yong Sik membalas kalau ini bukan dalam
arti sebenarnya.
“Hei... Pergilah,
ya? Tunggu saja di sana.” Ucap Tuan Byun menyuruh Yong Sik menjauh.
“Dia
orang yang tak akan cocok denganku.” Kata Yong sik kesal melihat tingkah Tuan
No.
“Kenapa?
Ada yang dirampok di jalan?” tanya Tuan No akhirnya lebih santai.
“Tidak,
tampaknya seseorang membobol masuk Camellia. Mereka membobol setelah tempat itu
tutup, jadi, Dongbaek baik-baik saja.” Ucap Tuan Byun. Tuan Byun panik
mendengarnya.
“Dan Juga
tak ada yang dicuri.” Kata Tuan Byun menenangkan, Tuan No mengaku sudah tahu
tapi bukan itu yang dimaksud.
“Bagaimana
Hyang-mi? Apa Kau hanya peduli apakah Dongbaek baik-baik saja?” keluh Tuan No
“Dia baik-baik
saja. Jadi, bisa berikan kami rekaman kamera pengawasnya?” ucap Tuan Byun. Tuan
No tetap menolaknya.
“Ayolah,
jangan keras kepala. Kau tetap akan menunjukkannya juga.” Kata Tuan Byun. Yong
Sik yang mendengarnya hanya bisa menghela nafas.
“Maksudku,
kau tahu... Itu palsu. Tak ada alasan memasang kamera pengawas di jalan seperti
itu. Kami hanya memasang kamera palsu.” Akui Tuan No. Tuan Byun kaget.
“Astaga. Apa
Kita harus terus bicara dengan pria macam dia sebagai polisi?” keluh Yong Sik
akhirnya tak bisa menahan emosinya.
“Kau
bilang "Pria macam dia?" Apa salahku? Siapa kau menghakimiku?” kata
Tuan No
“Bukankah
hidupmu palsu?” ejek Yong Sik, Tuan No mengaku kalau palsu tapi menurutnya efektif.
Seung Yup
memberitahu anak muridnya kalau Jong Ryul sudah membelikan roti, susu, daging
jadi mereka harus berhenti menulis komentar kejam tentang Kang Jong-ryeol di
internet. Semua menganguk mengerti. Sementara Jong Ryul berjalan dengan Pil Goo
yang berjalan sambil bermain handphone.
“Apa Kalian
suka daging?” tanya Jong Ryul. Pil Goo
mengeluh karena Jong Ryul terus bicara
dengannya karena tak bisa fokus.
“Apa Kau
tahu betapa mahalnya itu? Aku butuh tahu setidaknya apa kau menyukainya.” Ucap Jong
Ryul
“Apa kau
akan membayar?” tanya Pil Goo, Jong Ryul mengeluh kalau Pil Goo berpikir akan
membuat Pil Goo membayar.
“Kalau
begitu daripada daging...” kata Pil Goo terlihat memikirkan sesuatu.
Pil Goo
berjalan di berbagai macam KEPITING RENDAM ONGSAN, Jong Ryul tak percaya kalau
anak seperti Pil Gooo suka kepiting rendam. Pil Goo mengaku selalu makan gratis
di sini walaupun Nenek suka mengumpat, tapi
menurutnya wanita yang baik lalu menarik tangan Jong Ryul pergi, Jong Ryul tak
percaya anaknya mengenggam tangannya.
Di dalam
restoran
Yong Sik
mengeluh pada ibunya kalau Polisi bukan orang yang mencari tahu induk dari anak
anjing seseorang. Nyonya Kwak memberitahu kalau Yeong-sim ingin membunuh
anaknya karena tak pernah datang.
“Astaga,
duduk mengupas bawang putih pada jam makan siang bukan tugasku.” Keluh Yong
Sik, tiba-tiba segerombolan orang masuk.
“Nyonya
Kwak, aku membawa semua pelanggan ini kemari. Aku membawa mereka.” Ucap Pil Goo
menarik Jong Ryul masuk ke restoran.
“Astaga,
Tuan Kang. Kenapa kau kemari?” kata Yong Sik, Jong Ryul tak percaya kalau
mereka bertemu lagi.
“Aku
membawanya kemari, minta tanda tangannya dan pasang di dinding.” Ucap Pil Goo
bangga.
“Nyonya
Kwak, ada aku juga.” Ucap Seung Yeop, Nyonya Kwak heran Seung Yeopp yang membawa grup besar anak-anak dan
mengejek kalau Peniup Seruling.
**
Akhirnya
mereka makan bersama, Jong Ryul akan memberikan lauk pada Pil Goo, tapi Yong
Sik lebih dulu memberikan lauk untuk Pil Goo agar makan dengan lahap. Jong Ryul yang kesal mengeluh karena Yong Sik
ikut makan dengan mereka.
“Aku akan
bayar sendiri.” Kata Yong Sik bahagia makan dengan Pil Goo dan Jong Ryul.
“Bukankah
seharusnya kau berpatroli?” ejek Jong Ryul. Yong Sik mengingatkan kalau Polisi
juga harus makan. Jong Ryul mengerti kalau
polisi harus makan.
“Aku juga
putra pemilik restoran... Aku penerus...restoran. Aku penerus. Namun, aku harus
bagi dengan saudaraku.” Ucap Yong Sik bangga
Jong Ryul
tak pedul malah menawarkan anaknya minum sofa. Pil Goo menolak lalu makan
dengan memisahkan wortel diatas piringnya. Jong Ryul kaget bertanya apakah tak
suka wortel. Pil Goo mengeleng dan masih sibuk makan. Jong Ryul terlihat senang
dan bisa tahu kalau pasti tak suka timun juga. Pil Goo heran Jong Ryul bisa
tahu.
“Hei, kau
harus makan semua agar tumbuh tinggi. Coba Lihat? Kau yang paling kecil di sini
karena pemilih makanan.”kata Yong Sik menasehati Pil Goo.
“Nanti
dia akan tumbuh. Tingginya setidaknya 180 cm saat SMA nanti.” balas Tuan Kang
bangga.
“Bagaimana
kau tahu itu, Tuan Kang?” tanya Yong Sik heran, Tuan Kang beralasan beberapa
anak lambat tumbuh.
“Apa Kau
mau tambah nasi?” tanya Yong Sik melihat nasi Jung Ryul habis.
“Tidak,
aku akan makan makanannya.” Kata Jung Ryul mengambil sisa nasi Pil Goo yang
belum habis dan makan dengan lahap.
“Tunggu,
itu... Aku tahu ini makanan anak-anak, tapi kau sungguh santai.” Komentar Yong
Sik.
Seung
Yeop menceritakan kalau Klub bisbol tak
bisa ikut perjalanan sekolah karena latihan menurutanya kalau ia sebut ini
latihan luar musim, tapi lebih mirip jalan-jalan. Jong Ryul menyarankan Seung
Yup mengirim mereka semua untuk latihan
luar musim
“Aku akan
tanggung biayanya.” Ucap Jung Ryul. Yong Sik mendengarnya saat keluar restoran.
Seung Yeob kaget dan ingin tahu alasanya.
“Kau
tahu, ini seperti memberi beasiswa.”kata Jung Ryul mencari alasan.
“Sudah
kuduga. Almamatermu tempat terbaik untuk kembali mencari dukungan.” Kata Seung
Yup bangga.
Yong Sik
berjalan sambil membawa tas Pil Goo, Pil Goo heran karena Yong Sik menawarkan
membawa tasku. Yong Sik mengaku hanya mencari alasan ke sana, jadi meminta agar
mengabaikannya. Ia lalu bertanya pada Pil Goo memukuldengan tangan kiri.
Pil Goo
tak menjawabnya karena melihat ibunya langsung berlari menghampirinya. Dong
Baek pun menyapa anaknya yang baru saja pulang, Pil Goo dengan wanah bahagia
memberitahu ibunya kalau akan pergi ke Tiongkok. Dong Baek kaget mendengarnya.
Mereka
memberi kami semua beasiswa. Jadi, aku juga bisa pergi. Ini luar biasa.” Ucap Pil
Goo bahagia. Dong Baek binggung dengan Latihan luar musim.
“Ya,
hanya Ho-jun di kelas empat dan aku yang tak bisa pergi, tapi kami bisa pergi
juga. Kami akan pergi ke taman hiburan dan makan domba juga. Apa lagi, ya?”
ucap Pil Goo terlihat sangat bahagia.
“Pil Goo,
apa kau mau pergi?” tanya Dong Baek masih binggung, Pil Goo mengaku pasti
karena bahkan naik pesawat.
“Lalu
kenapa kau bilang tak mau pergi?”komentar Dong Baek, Pil Goo memberitahu
Biayanya 480.000 won, tahu ibunya itu tak punya uang.
“Tentu
aku ada uang” kata Dong Baek, Pil Goo ingat kalau ibunya sealu berkata, "Aku
tak punya uang sama sekali."
“Aku tak
sungguh-sungguh. Kau tak perlu cemaskan itu pada usia delapan tahun.” Ucap Dong
Baek terlihat merasa bersalah pada anaknya.
“Kang
Jong-ryeol pasti sudah gila, Dia
membayar semuanya.”kata Pil Goo lalu masuk ke bar.
Dong Baek
terlihat kaget dan melihat ke arah Yong Sik, Yong Sik sedari tadi hanya
melihatnya memberitahu kalau hanya ingn membawakan tas Pil Goo.
Yong Sik
sibuk memotong lobak lalu mengeluh kalau
hanya akan membantu, bukan mengerjakan semua sendiri. Hyang Mi melihat
Yong sik berkerja menyuruh agar Jangan taruh di sana. Yong Sik seperti tak
peduli. Hyang Mi lalu memanggil Dong Baek.
“Dongbaek,
bukankah wadah ini milik sahabatmu?” teriak Hyang Mi mengadu.
“Ya,
kutinggalkan di sana untuk dikembalikan.” Ucap Dong Baek. Yong Pil tak percaya Dongbaek pasti punya
teman di lingkungan ini.
“Ada.
Wanita paling tangguh di lingkungan ini. Sepertinya dia bisa diandalkan.” Ucap Hyang
Mi.
Dong Baek
menemani Pil Goo belajar dan terlihat terus tersenyum lalu bertanya apakah
sesenang itu karena Jawaban soalnya salah semua, tapi tetap bersenandung. Pil
Goo membenarkan karena ia bahkan tak
perlu bermain game arkade.
“Pil-gu,
kau boleh ke arkade. Aku akan beri izin tiga kali sebulan.” Ucap Dong Baek
“Apa Kau
juga senang aku pergi ke Tiongkok gratis?” kata Pil Goo, Dong Baek mengaku
Tidak karena rasanya buruk, Pil Goo ingin tahu alasanya.
“Aku
ingin kau hanya memikirkan bolos akademi dan pergi ke arkade.Aku tak mau kau
memikirkan berapa piring babi yang harus kujual agar dapat 480.000 won. Jika
kau menjadi dewasa saat tinggimu baru 140 cm, aku akan merasa bersalah, 'kan?”
ucap Dong Baek.
Di
restoran
Yong Sik
mengeluh karena diminta untuk memotong dan Kapan ada waktu memotong semua lobak dan berpikir mereka
sedang berlomba membuat kimchi dan Siapa yang akan makan semua. Nyonya Kwak
pikir kalau mereka membagi masing-masing satu kotak, akan cepat habis.
“Berbagi
kimchi bagian menyenangkan dari membuat kimchi.” Kata Nyonya Kwak.
“Jika
ingin berbagi, bagikan ke semua orang. Jangan tinggalkan yang terasing.” Ucap Yong
Sik
“Kenapa
memberi orang terasing? Aku tak memberi yang kubenci. Aku tak akan berikan
orang yang menjelekkanku. Itu untuk kakakmu, itu untuk kakak keduamu, dan itu
untuk sahabatku.” Ucap Nyonya Kwak bahagia.
“Sahabat?
Apa Kau punya sahabat?” kata Yong Sik tak percaya, Nyonya Kwak mengeluh kalau
anaknya menganggap ia tak boleh punya sahabat
“Astaga,
daerah ini suka memiliki sahabat. Siapa? Wanita di toko kue beras?” tanya Yong
Sik penasaran.
Nyonya
Kwak menuliskan nama [DONGBAEK] diatas kotak makanya. Dongbaek berjalan dengan
wajaha bahagia, Helena melihat Dong Baek langsung memberitahu Nyonya Kwak kalau Dongbaek datang. Yong Sik kaget
mengetahui Dong Baek yang datang.
Bersambung ke EPISODE 8
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar