PS : All images credit and content copyright : KBS
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Yi Young
berjalan dilorong lalu melihat ruangan yang kosong dan masuk ke dalam ruangan
lalu mengintip ruangan sebelah, terlihat ruang latihan piano yang kosong. Saat akan keluar ruangan, Joo Wan
sudah ada didepan pintu bertanya sedang apa.
“Kapan kau
tiba di sini?” tanya Yi Young kaget, Joo Wan balik bertanya yang sama pada Yi
Young lalu bergegas masuk dalam ruangan dan meminta agar tak bicara.
Ia
memberikan kalau Jang Yoon sudah masuk ruang latihan, Yi Young pun hanya bisa
saja. Joo Wan pikir Yi Young seharusnya memberitahu jika menuju tempat latihan
karena skan lebih baik jika mereka berkendara bersama.
“Aku
tidak tahu akan datang ke sini tadi.” Akui Yi Young, Joo Wan pikir akhirnya Yi
Young datang ke sini lalu menarik ke arah jendela.
“Buatlah
dirimu nyaman. Kau datang untuk bertemu Jang Yoon.” ucap Joo Wan.
Saat itu
Jang Yoon mulai berlatih bermain piano dan Yi Young pun mendengarkanya sambil
menatapnya. Joo Wan heran Yi Young datang kalau bahkan tidak bisa melihatnya.
Yi Young juga mengaku tak tahu dan hanya
ingin bertemu dengannya meski hanya sebentar.
“Kau
sangat tidak tegas. Aku akan segera masuk ke sana jika menjadi dirimu. Kau
datang ke sini setelah aku mengantarmu, kan?
Kau pasti sangat ingin datang ke sini.” Ucap Joo Wan.
“Maafkan
aku.” Ucap Yi Young merasa bersalah, Joo Wan mengeluh kalau ucapan itu pukulan
besar bagi harga dirinya.
“Sebenarnya,
aku memutuskan untuk tidak berkencan dengannya.” Akui Yi Young
“Kenapa
kau memutuskan itu? Kukira kau menyukainya.” Kata Joo Wan. Yi Young mengaku
alasan karena menyukai Jang Yoon.
“Karena
aku menyukainya, maka aku bisa mencelakainya.” Kata Yi Young, Joo Wan pikir itu
alasan yang konyol.
“Apa
artinya aku punya kesempatan? Aku harus berusaha.” Ucap Joo Wan. Yi Young hanya
terdiam.
Jang Yoon
selesai berlatih, tiba-tiba memainkan nada yang lainya. Yi Young terdiam karena
itu nada lagu yang dinyanyikan saat dirumah sakit. Jang Yoon tersenyum bahagia
mengingat saat Yi Young menyanyi untuknya. Yi Young akan keluar ruangan tapi
Joo Wan menahanya seperti ingin terus mendengarnya.
Soo Young
sudah tertidur lelap, dan mendengar suara telp dan melihat nama "Yi
Young" lalu mengangkatnya dan bertanya kenapa menelepon larut malam,
wajahnya langsung terlihat kaget dan akhirnya bangun dari tempat tidurnya.
Akhirnya
Soo Young keluar dari rumah dan melihat Yi Young menangis sambil berjongkok,
lalu mendekat bertanya Ada apa. Yi Young masih terus menangis.
“Ada apa?
Apa yang terjadi? Kenapa kau menangis di sini? Apa kau terluka?” tanya Soo
Young binggung.
“Kak Soo
Young... Bolehkah aku tidur di kamarmu malam ini? Aku tidak bisa pulang. Jika
aku pulang, maka aku merasa akan pergi ke rumahnya. Rumahnya tepat di bawah
tangga. Kurasa aku tidak bisa menahan diri untuk pergi ke sana.” Ucap Yi Young
sambil menangis.
“Aku
senang kamu datang. Jangan menangis.” Ucap Soo Young menenangakn.
Soo Young
akhirnya mengantar ke kamar menyuruh adik sepupunya untuk tidur dan akan
mencari alasan untuk memberi tahu orang tuanya besok. Yi Young menganguk
mengerti lalu memberikan ponsel pada Soo Young agar bisa menyimpanya.
“Kau bisa
Taruh di tempat yang tidak kuketahui. Dan jangan berikan kepadaku walau aku
memintanya.” Ucap Yi Young
“Haruskah
kau bertindak sejauh ini?”kata Soo Young, Yi Young seperti besikukuh untuk
menghindari Jang Yoon. Soo Young bisa mengerti.
Jang Yoon
duduk sendirian di ruang loker, melihat Michael akan menaruh pemukulnya.
Michael pun bertanya apakah datang untuk latihan, Jang Yoon menganguk lalu
berkomentar Michael di ruang latihan sampai larut malam. Michael mengaku
Pertunjukannya sebentar lagi dan akan pamit pergi.
“Apa Kau
mau?” tanya Jang Yoon menawarkan bir. Michael binggung apakah Jang Yoon
menawari dirinya. Jang Yoon pikir tak ada orang lain.
“Kalau
begitu, sekaleng saja.” Kata Michael setuju, Jang Yoon pun memberikan kaleng
bir yang masih dingin.
“Omong-omong,
kenapa kau di sini?” tanya Michael, Jang Yoon mengaku hanya frustrasi.
“Kau bisa
bicara santai denganku. Tapi kau tidak terlihat seperti biasanya.” Ucap Michael
“Bagaimana
aku biasanya?” tanya Jang Yoon, Michael mengaku kalau Jang Yoon menyebalkan.
Keduanya pun tertawa.
“Tapi
bagaimanapun juga, aku juga menyebalkan, jadi, kita berdua sama. Ada yang kau
khawatirkan? Apa itu berkaitan dengan piano? Atau uang? Ini tentang berkencan, kan?”
kata Michael menebak dari wajah Jang Yoon.
“Hanya
saja... Ada seseorang yang kusukai. Tapi tidak ada yang mudah. Ini kali
pertamaku mengakui perasaanku kepada seseorang. Tapi tidak berjalan sesuai
keinginanku.” Akui Jang Yoon.
“Aku
tidak tahu ceritamu, tapi jika aku menasihatimu sebagai orang yang lebih tua
darimu, tidak ada yang berjalan sesuai keinginanmu. Terutama soal cinta. Tentu
saja, ada yang beruntung. Tapi berandal sepertiku harus siap.” Kata Michael.
Jang Yoon tak mengerti maksudnya siap.
“Untuk
dihukum. Biar kuberi tahu sebuah rahasia, aku sudah menikah. Istri dan putriku
ada di Amerika. Putriku delapan tahun. Sudah lima tahun aku tidak bertemu
dengannya. Kami juga sudah berpisah selama itu. Karena beberapa masalah, kami
belum mengajukan perceraian.” Cerita Michael
“Aku
harus bekerja keras untuk membayar tunjangan anak. Namun, aku juga berkencan
sekarang. Aku akan dihukum suatu hari nanti. Dan aku sudah siap untuk itu.
Tanpa persiapan seperti itu, kau tidak akan bisa berjuang demi cinta. Cinta
bukan lelucon.” Tegas Michael. Jang Yoon terdiam mendengarnya.
Joo Wan
dalam ruangan langsung menutup jendela ruanganya, Tuan Yoon mengaku tidak
percaya Joo Wan memanggilnya dan sangat
terkejut. Joo Wan ingin tahu alasan Tuan Yoon memutuskan bekerja di toko bunga
itu. Tuan Yoon mengaku harus mencari nafkah dan mencari sesuatu.
“Biarkan
saja. Aku akan mengurus Yi Young.” ucap Joo Wan memohon.
“Aku
tidak peduli siapa yang melakukan apa kepadanya. Aku hanya perlu mencari yang
kucari. Bukankah kau juga begitu? Tapi Kurasa tidak.” Ucap Tuan Yoon.
“Kau yang
memberi tahu Profesor Kang tentang Pimpinan Kang?” kata Joo Wan. Tuan Yoon pikir akan melakukan apa pun demi
uang.
“Apa yang
kau incar? Benarkah hanya uang?” tanya Joo Wan. Tuan Yoon pikir sudah bilang
ini balas dendam.
“Kenapa
kau sangat pelupa? Kalian memenjarakanku.” Ucap Tuan Yoon, Joo Wan menegaskana
Tuan Yoon mengajukan diri untuk dipenjara.
“Ya,
karena aku diberi tahu akan dibayar. Tapi aku masih belum menerima seluruh
jumlahnya. Apa Kau sudah lupa? Omong-omong, kenapa kau melakukan itu malam
itu? Jika kau tidak ikut campur, kecelakaan seperti itu tidak akan terjadi.”
Sindir Tuan Yoon.
“Karena
kau, maka Ian kehilangan nyawanya.” Kata Tuan Yoon, Joo Wan tak bisa menahan
amarahnya lalu meminta agar menjaga ucapanya, menurutnya Tuan Yoon. tidak tahu
apa-apa.
“Kau
harus berhati-hati dengan tindakanmu kecuali kau ingin membusuk di penjara
sepertiku.” Ejek Tuan Yoon lalu keluar ruangan.
Joo Wan
terdiam mengingat saat hujan deras, melihat Ian tergeletak dijalan dengan luka
tapi hanya dibiarkan. Jang Yoon baru saja selesai latihan lalu melihat Tuan Yoon keluar dari ruangan, saat akan mengikutinya langsung bersembunyi karena Joo Wan juga seperti baru bertemu Tuan Yoon.
Yi Young
sedang sibuk bersama dengan pamanya sambil menyemport tanaman. Yi Young bahagia
melihat tanaman yang makin cantik dan juga sudah besar bahkan tumbuh begitu
pesat. Nyonya Hong melihat Yi Youn ada dirumahnya menanyakan keadaanya
“Yi
Young? Sudah kubilang dia baik-baik saja. Jangan terlalu khawatir. Tampaknya
dia datang karena merindukan Ayah.” Ucap Soo Youn menyakinkan.
“Saat
tengah malam? Dia sudah dewasa sekarang.” Kata Nyonya Yoon tak percaya, Soo
Young mengeluh dengan sikap ibunya.
“Rasa
rindu bisa datang kapan saja.” Ucap Soo Young menyakinkan ibunya.
“Astaga,
kau pandai bicara, tapi tidak bisa mengencani siapa pun. Ibu hanya khawatir karena
dia tiba-tiba menjadi sangat kurus dalam semalam.” Ucap Nyonya Hong lalu
mengajak mereka semua sarapan.
“Sayang,
Yi Young akan menginap di sini beberapa hari lagi. Astaga, kau pasti bahagia.”
Komentar Nyonya Hong pada istrinya.
“Aku akan
berkemas dan kembali setelah bekerja.” Kata Yi Youn bahagia melihat mangkuk
nasi hangat karena Sudah lama tidak sarapan, tapi wajah Nyonya Hong terlihat
khawatir.
Didalam
kamar, Soo Young bertanya pada Yi Young apakah
yakin akan baik-baik saja hari ini karena harus bertemu dengan Jang Yoon
begitu pergi bekerja. Yi Young pikir tahu keberadaan Jang Yoon jadi akan
berusaha keras menghindarinya.
“Kak Soo
Young... Kurasa aku harus berhenti bekerja di Shinyoung Philharmonic.” Ucap Yi
Young
“Apa
maksudmu? Kau berlatih bertahun-tahun untuk menjadi anggota di sana. Bagaimana
dengan janjimu kepada ayahku? Kau
berjanji akan menunjukkan penampilanmu kepadanya.” Kata Soo Young
“Kurasa
aku tidak bisa bermain lagi. Aku merasa bersalah mengambil pemukulku dan
bermain.”ucap Yi Young pasrah.
“Kenapa
kau merasa bersalah? Kau berlatih selama 15 tahun tanpa beristirahat. Dasar
bodoh. Kau tidak bisa bermain karena terus merasa telah membunuh seseorang. Berapa
kali harus kukatakan bahwa kamu tidak menikamnya? Lupakan semuanya.” Tegas Soo
Young
“Aku memang
menikamnya, Kak Soo Young. Aku bahkan ingat telah menikamnya.” Ucap Yi Young
Saat itu
Nyonya Hong masuk kamar bertanya apa yang dikatakan Yi Young, keduanya kaget
melihat Nyonya Hong masuk kamar. Nyonya
Hong ingin tahu siapa yang menikam siapa. Yi Young ingin bicara tapi Soo Young
mencoba menahanya.
“Tidak
ada apa-apa. Ibu salah mendengar percakapan kami. Sebaiknya Ibu pergi” ucap Soo
Young
“Cepat
jawab... Apa yang kalian bicarakan? Siapa yang membunuh siapa? Katakan padaku.”
Tanya Nyonya Hong penasaran.
“Ibu,
nanti kujelaskan. Aku akan memberi tahu Ibu semuanya. Mari bicara di luar. Dan Yi
Young, cepatlah pergi bekerja.” Ucap Soo Young menarik ibunya keluar dari
kamar. Yi Young pun hanya bisa diam saja.
Yi Young
melihat Jang Yoon berlatih dari luar, lalu bergegas sebelum Jang Yoon
melihatnya. Nona Yang memperlihatkan poster "Shinyoung Philharmonic, Malam
Dukungan" lalu memberitahu kalau Violinis utama dan semua pemimpin dari
setiap bagian wajib menghadiri acara tanpa pengecualian.
“Kami
akan memperkenalkan direktur baru hari ini.” Ucap Nona Yang lalu pergi
meninggalkan semua anggota.
“Kau akan
tampil hari ini, bukan? Kau harus mengejutkan semua orang saat tampil.” Ucap
Nyonya Wang pada Han Suk. Han Suk binggung kenapa harus melakukanya.
“Direktur baru rupanya menyukai biola. Siapa
tahu? Dia mungkin akan mendukungmu.” Kata Nyonya Wang Han Suk pikir itu tidak masuk
akal.
Yi Young
memberikan jas pada Joo wan kalau sudah membawa pakaian dari penatu dan harus mencobanya. Joo Wan
pikir tak perlu karena sudah pernah mencobanya lalu menanyakan tentang Yi Young
karena boleh ikut dengannya.
“Astaga,
aku tidak bisa datang ke acara seperti itu.” Ucap Yi Young menolak dengan halus.
“Mereka
hanya mengadakan acara itu untuk saling menyelidiki. Astaga, aku sangat tidak
mau pergi. Jika kau melarangku pergi, maka aku akan mulai memperlakukanmu
seperti kakakku.” Ucap Joo Wan.
“Aku
tidak ingin menjadi kakakmu. Lusa adalah konser inaugurasi. Kau tidak boleh
murung seperti ini. Kau harus bersemangat... Bersemangatlah.” Ucap Yi Young.
Joo Wan pun memeluk Yi Young.
Yi Young
ingin melepaskanya, tapi Joo Wan meminta waktu 10 detik agar bisa memeluknya
Agar bisa melupakan apa yang mengganggu dan pergi ke tempat itu. Yi Young pun membiarkanya.
Nyonya
Yoon sudah ada dalam ruangan untuk acara, saat itu "Profesor Kang"
tapi sengaja tak diangkat. Yi Young akan berjalan pulang, tapi melihat Jang
Yoon ada didepan rumah, langsung berbalik dan berusaha kabur. Tapi Jang Yoon
melihatnya dan langsung mengejarnya.
“Apa yang
kau lakukan? Apa aku virus? Kenapa kau terus menghindariku? Kau juga terus
bersembunyi di kantor. Apa Kau pikir aku tidak akan menyadarinya? Bahkan Kau
tidak pulang kemarin. Kenapa ponselmu? Apa Kau membuangnya?” ucap Jang Yoon
marah
“Aku
tidak punya ponsel lagi.” Akui Yi Young, Jang Yoon mengaku hampir gila kemarin.
“Aku
terus memeriksa kau pulang atau tidak
dan penasaran kenapa ponselmu dimatikan. Aku terus memeriksa ponselku dan
keluar rumah. Kau mungkin tidak mau mendengarkanku, tapi kau tetap harus
mendengarkanku. Aku belum memutuskan untuk mengakhiri ini.” Jelas Jang Yoon.
“Aku juga
memutuskan untuk tidak menyiksa diriku sepertimu dengan membiarkan imajinasiku
menggila. Aku tahu keadaannya bisa memburuk. Dan orang mungkin akan
menyalahkanku. Tapi perasaanku kepadamu sungguh tulus.” Akui Jang Yoon.
“Jadi,
aku tidak takut apa pun yang akan terjadi. Aku akan melakukan yang kuinginkan
dan menghadapi apa pun. Tapi kau akan terus bersembunyi dariku, kan? Aku tidak
keberatan, tapi jangan terlalu jauh agar aku bisa menemuimu tiap kali
merindukanmu.” Ungkap Jang Yoon lalu pamit pergi. Yi Young pun hanya bisa diam
saja.
Di dalam
ruangan sudah banyak tamu yang datang, Seo Joo duduk disamping ayahnya,
menceritakan pada teman ayahnya kalau Sejak kecil, ayahnya tidak pernah
memarahinya. Teman sang ayah berkomentar kalau Seo Joo itu memang anak baik.
“Sedang
apa dia di sini? Setelah melihatnya, dia sangat mirip ayahnya.” Keluh Nyonya
Wang
“Sejujurnya,
Yi Young bukan pemain terburuk dalam orkestra.” Komentar pemain lain. Pemian
yang lain kalau Seo Joo memang seperti
itu.
“Ya, tapi
dia di sini berkat Dirut. Ayahnya dan Dirut satu sekolah, kan?” kata wanita
lain.
“Apa itu
berarti mereka berdua sebaya? Lebih cocok menjadi pamannya.” Ejek pria lain,
semua hanya bisa menahan tawa.
“Nona
Yang, Maestro Nam mana? Dia tidak pergi ke tempat lain, kan?” tanya Nyonya Yoon
khawatir.
“Tidak,
aku melihatnya di kantornya tadi. Dia bilang akan datang.” Kata Nona Yang.
“Kau,
Tolong hubungi Jang Yoon dan Hubungi Maestro Nam juga.” Ucap Nyonya Yoon, Nona
Yang menganguk mengerti.
Nyonya
Yoon menyapa Nyonya Seo akhirnya datang. Nyonya Seo pun menyapa semuanya. Saat
itu Tuan Kang keluar ruangan dan melihat Tuan Jang datang dengan Eun Joo yang
merangkul lenganya. Eun Joo terlihat bisa bersikap angkuh.
Tuan Kang
menyapa Tuan Jang ingin menjabat tanganya, Tapi Tuan Jang mengabaikanya dan
masuk dengan Eun Joo. Semua orang langsun menyapa Tuan Jang yang baru datang, Eun Joo pun dengan
santai merangkul Tuan Jang.
“Kau
terlihat cantik hari ini.” Puji Nyonya Yoon pada Eun Joo, Eun Joo mengucapkan
terimaksih dan memuji Nyonya Yoon juga cantik.
“Dirut
baru saja membicarakan Anda.” Kata Nyonya Yoon, saat itu Nyonya Seo melihat
Nyonya Jang langsung menyapanya.
“Kau
tampak luar biasa hari ini.” Puji Nyonya Seo lalu menyapa dengan wajah kaku
pada Eun Joo, lalu mengajak ke tempat duduk dibagian depan.
“Bukankah
dia direktur baru?” bisik pemain melihat Eun Joo duduk dimeja depan.
“Tidak ada
yang bisa mengalahkan Eun Joo” komentar teman lain., saat itu Seo Joo terlihat
marah karena ternyata Eun Joo datang dengan Direktur baru.
Yi Young
menelp Soo Young di telp umum bertanya
Apa Bibi datang ke tempatnya. Soo Young membenarkan kalau ibunya sudah
mengambil semua barangnya siang ini dan tidak akan membiarkan tinggal di rumah
itu bakkan tidak bisa membuka toko bunganya hari ini karena menangis seharian.
“Apa dia
masih menangis?” tanya Yi Young khawati, Soo Young mengaku tidak menangis sekarang karena ada ayahnya.
“Pulanglah
sekarang.” Ucap Soo Young, Yi Young menganguk mengerti dan akan segera pulang.
Joo Wan
duduk diruangan mengingat kembali yang dikatakan Jang Yoon padanya dengan pisau
lipat “Apa kau membunuh Ian?” lalu
ucapan Tuan Yoon “Jika kau tidak ikut campur, kecelakaan seperti itu tidak akan
terjadi.”
“Apa Kau
sungguh tidak ingat pisau ini? Kau menikam Ian dengan pisau ini.” Ucap Jang
Yoon
“Karena
kau, Ian kehilangan nyawanya.” Kata Tuan Yoon, Joo Wan terlihat sangat frustasi
dan saat itu Sek yang terus menelpnya tapi sengaja tak diangkat.
Jang Yoon
baru saja keluar dari ruangan berjalan dilorong tak sengaja bertemu dengan Joo
Wan. Joo Won mengingatkan kalau Jang Yoon Kemarin bertanya padanya kenapa mempertahankan
Yi Young di dekatnya dan sudah memikirkannya seharian.
“Itu
karena aku menyukainya. Aku menyadari itu berkat dirimu. “ akui Joo Wan lalu
berjalan pergi. Jang Yoon hanya bisa terdiam menatapnya.
Yi Young
baru pulang tak sengaja melihat seseorang seperti akan membobol toko, lalu
berteriak bertanya “Siapa di sana?” Tuan Yoon akhirnya berdiri menatap Yi Young dan Yi Young mengenal Tuan Yoon itu bertemu
kemarin.
“Aku
pekerja paruh waktu.” Ucap Tuan Yoon, Yi Young bingung kenapa Tuan Yoon ada di
toko selarut ini.
“Apa
bibiku meneleponmu?” tanya Yi Young, Tuan Yoon mengaku tidak tapi anya melupakan
sesuatu selagi bekerja hari ini. Yi Young binggung.
“Ah... Benar.
Kami tutup hari ini.” Ucap Tuan Yoon, Yi Young mengingat tangan Tuan Yoon
sebelumnya dan mengingatkan sesuatu.
Ia
teringat Tuan Yoon sebelumnya menabraknya lalu mengambil mie yang terjatuh. Ia
pun teringat dengan pria yang datang ke gudang dengan suara yang sama
menyapanya karena sudah Lama tidak bertemu. Yi Young langsung menjatuhkan
plastiknya dan bergegas pergi.
Tuan Yoon
mengejarnya, Yi Young terus berlari sama
dengan yang terjadi satu tahu yang lalu di padang rumput berlari menghindari
kejaran Tuan Yoon di tengah hujan. Saat itu kakinya tak bisa menahan
keseimbangan tubuhnya akhirnya jatuh berguling dilereng lalu tak sadarkan diri.
Yi Young
juga terjatuh saat Tuan Yoon mengejarnya dan terlihat ketakutan merangkak
mundur. Tuan Yoon menyapa Yi Young
karena sudah lama bertemu dan itu sudah lama. Yi Young ketakutan terus
merangkak mundur.
“Kau
mengejarku tahun lalu seperti ini, kan? Pada hari kematian Kim Ian... Kaulah
yang mengejarku, kan?” ucap Yi Young berani menatap. Tuan Yoon hanya bisa
tersenyum seperti pembunuh berdarah dingin.
Bersambung ke episode 20
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar