PS : All images credit and content copyright : KBS
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Pil Goo
membela diri kalau Yong Sik yang menukar
10.000 won ke koin 500 won untuknya bermain da Butuh waktu lama menghabiskan 10.000
won jadi tak mungkin ke tempat les, dengan menekankan kalau koinya 10.000
won. Yong Sik menatap Pil Goo seperti
tak percaya.
“Itu
cukup persuasif bagi anak delapan tahun.” Gumam Yong Sik seperti
disalahkan oleh Pil Goo.
“Kau
tahu, ini... Kenapa kau beri dia uang untuk main game?” kata Dong Baek lalu
mengajak anaknya pergi karena menurutnya Yong Sik memang orang aneh.
Yong Sik
binggung karena merasa disalahkan, Dong Baek tak percaya karena anaknya itu
sudah menghabiskan 10.000 won. Pil Goo mengaku akan seperti itu tapi belum
habis.
“Lalu
aku...menjadi pria aneh lagi. Aku seorang bujangan.” Gumam Yong Sik.
Pil Goo
berjalan bersama ibunya memberitahu kalau Yong Sik bukan pria aneh dan juga seorang polisi. Yong
Sik mengaku tahu dengan hal itu. Pil Goo menceritakan Yong Sik yang membelanya
saat berkelahi dengan Dae Sung. Dong Baek kaget anaknya berkelahi dengan Dae Sung lagi.
“Kenapa?
Kenapa kau terus berkelahi dengan anak lain? Apa masalahnya?” tanya Dong
Baek. Pil Goo menjawab kalau ibunya tak
perlu tahu.
Di KEPOLISIAN
ONGSAN
Tuan Byun
mencoba berlatih bicara didepan cermin “Firasatku mengatakan Pengusil masih
berada di Ongsan... Itu karena...” Yong Sik mengeluh meminta agar Tuan Byun
jangan lakukan itu karena Orang akan menulis komentar kejam setelah diwawancara.
“Yong-sik,
apa perlu aku pakai bedak di wajahku untuk wawancara?” kata ucap Tuan Byun
mendorong Yong Sik agar menjauh.
“Kenapa
mantan detektif kasus itu yang tak bisa menangkap Pengusil diwawancarai?”
sindir Yong Sik
“Aku tak
meminta saran calon mantan polisi... Hei.. Tuan Hwang Yong-sik, bersiaplah
berhenti dari pekerjaanmu.” Tegas Tuan Byun.
“Hei.
Katakan saja pada mereka kau tak mau diwawancara!” ucap Yong Sik kesal. Tuan
Byun berteriak marah memberitahu kalau Tuan No mengajukan pengaduannya.
Yong Sik
menghela nafas sambil membaringkan kepalanya distir tak tahu kalau Tuan No
sungguh mengajukan. Ia pun mencari keyword
[HUKUMAN UNTUK MERAMPOK] dan terlihat gugup. Ia pun melihat nama [KANTOR
HUKUM HONG JA-YEONG]
Sementara
Bibi Park duduk dengan bibi Kim ingin Di mana suaminya gunakan satu juta won
dan apakah sudah mendesaknya. Bibi Kim mengaku
Tak peduli berapa kali diminta, sang suamia mengunci mulutnya dan tak
mau bicara.
“Mungkin
dia punya simpanan.” Komentar Bibi Park. Bibi Kim yakin kalau Hanya ia wanita
yang pernah bersamanya.
“Benar,
tak ada lagi yang mirip denganmu. Maka kau harus periksa rekeningnya.” Kata
Bibi Park.
Saat itu
Dong Baek bertanya berapa harga kue beras yang dijual. Bibi Park langsung
menghampiri memberitahu Harganya 3.000 won. Dong Baek binggung karena Tandanya
tertulis 2.000 won. Bibi Park mengeluh kalau Dong Baek yang sudah tahu tapi
masih saja bertanya.
“Kenapa,
Dongbaek? Apa Kau menaksirku?” ucap Bibi Park mengoda Dong Baek yang menatapnya.
“Kau
boleh Ambil dua untuk 2.000 won. Ini akan dibuang saat basi.” Ucap Bibi Kim
menghampiri Dong Baek.
“Hei... Mereka
merekam acara TV. Ayo lihat.” Kata Bibi Jung datang, Bibi Park bertanya apakah
Untuk restoran.
“Tidak,
kru The Return of Superman datang ke sekolah anak-anak. Pria itu, Pemain bisbol
dari Ongsan.” Kata Bibi Jung.
Bibi Park
memastikan kalau yang dimaksud Jong Ryul. Bibi Jung membenarkan. Dong Baek
mendengarnya langsung bergegas pergi. bibi Kim binggung kemana Dong Baek akan
pergi.
Jung Ryul
sedang mengedong anaknya berjalan di lapangan merasa udaranya nyaman dan menyenangkan datang, lalu
memberitahu Ini sekolah lamanya dan dahulu
sering dihukum di lapangan. Ia pun mengaku belajar lalu terdiam menatap yang
ada didepanya.
“Jangan
hiraukan mereka. Mereka mau latihan untuk tanding besok, maka protes.” Kata PD
dibelakang kamera.
“Aku
ingin tak menghiraukan mereka, tapi lihat mereka. Bagaimana bisa diabaikan?”
ucap Jung Ryul.
Terlihat
Pil Goo yang paling sinis menatap Jung Ryu karena menghentikan latihanya. Jung
Ryul tak percaya melihat ada anak kecil yang berani menatapnya. Pil Goo pun
akhirnya berjalan mendekati Jong Ryul, Jong Ryul meminta agar Pil Goo berhenti.
“Kau
pemilik tanah ini, Senior? Kau pemilik lapangan ini, Senior? Apa Kau mau
bertanggung jawab jika kami kalah besok? Kau pikir akan merasa hebat jika aku
melarangmu memakai lapangan ini juga?” ucap Pil Goo marah. Jong Ryul malah
tertawa
“Kenapa
kau tertawa?” ucap Pil Goo marah, Jong Ryul memanggil Pil Goo layaknya teman.
“ Kawan,
kau tampak sangat serius, jadi, aku ingin menahan, tapi...” ucap Jong Ryul tapi
Pil Goo lebih dulu berteriak marah.
“Kau
bukan kawan. Kau pria tua.” Ucap Pil Goo marah, Jong Ryul tak percaya kalau Pil
Goo itu menyebalkan sekali.
Tiba-tiba
seorang wanita masuk ke lapangan berlari memanggil Pil Goo, Pil Goo kaget kalau ibunya datang. Jong Ryul
hanya bisa melonggo melihat Dong Baek lalu Pil Goo yang memanggilnya Ibu.
Jong Ryul
duduk dengan kaki gemetar seperti sangat gugup, sementara Dong Baek hanya
tertunduk sambil bergumam “Semua rasa
cemas dan penderitaan tampak mengaliri pikirannya.” Jong Ryul meminum habis es
kopinya sebelum bicara.
“Kau
tahu. Jika dia masih sekolah dasar, tak peduli betapa muda dia, dia pasti
sekitar...” ucap Jong Ryul yang langsung disela oleh Dong Baek
“Ya, dia
putramu.” Akui Dong Baek, Jong Ryul hanya bisa bergumam kalau Dongbaek tak pernah basa-basi.
“Dia
memang putramu.” Ucap Dong Baek, Jong Ryul hanya bisa terdiam mendengar
pengakuan Dong Baek.
Nyonya
Hong membahas kalau Yong Sik mengambil dompetnya. Yong Sik membenarkan lalu
menjelaskan tak berusaha mengambil 8.000 won untuk diriku sendiri. Nyonya Hong
menyimpulkan kalau Yong Sik sedang bersikap adil. Yong Sik membenarkan.
“Jika dia
tak membayar penuh di restoran, itu bisa dianggap makan dan kabur. Kau bisa
meyakinkan pemilik restoran dan balas menuntut. “ jelas Nyonya Hong
“Tapi... ada
yang signifikan tentangnya.” Kata Yong Sik. Nyonya Hong pun ingin
mendengarkanya.
“Tampaknya
besan suami saudari sepupu pertamanya hampir berbesan dengan kepala Kepolisian
Ongsan atau semacamnya. Jadi, dia tak hanya pemimpin di wilayah ini. Dia punya
hubungan dengan pejabat pemerintah.” Cerita Yong Si.
Nyonya
Hong pun menuliskan dalam catatanya “BESAN SUAMI SAUDARI SEPUPU PERTAMA dan
memastikan kalau pria itu kabur tanpa membayar 8.000 won di restoran. Yong Sik
membenarkan dan mengartikan ini pria
jahat yang berkecukupan,
“tapi
mengambil 8.000 won dari...” ucap Yong Sik dan langsung dilanjutkan oleh Nyonya
Hong itu dari Camellia.
“Bagaimana
kau tahu?” kata Yong Sik binggung, Nyonya Hong mengaku kalau ia adalah istri
pria jahat itu.
Yong Sik
langsung terlonjak kaget dan mengaku tak
tahu. Nyonya Hong menegaskan kalau Kasus ditutup dan yakin kalau No Gyu-tae
takkan menuntut Yong Sik karena jikan suaminya berbuat hal serendah itu, maka
ia tak mau hidup dengannya lagi.
“Benar...
Rasanya seperti aku melaporkannya padamu.” Komentar Yong Sik merasa bersalah
“Tapi
biar aku bertanya... Kenapa kau mengambil uangnya untuk Dongbaek? Aku mulai
penasaran siapa sebenarnya Dongbaek ini.” tanya Nyonya Hong penasaran.
Jong Ryul
terlihat gugup seperti tak percaya kalau Pil Goo itu memang putranya dan
meminta agar Dong Baek untuk jujur. Dong Baek hanya bisa terdiam. Jong Ryul pun
ingin mengetahui apakah memang benar dengan nada tinggi. Dong Baek mengeluh
kalau Jong Ryul itu seperti preman.
“Bagaimana
bisa kau melakukan hal sebesar itu? Kenapa kau lakukan... Katamu tidak. Kau
bilang begitu!” ucap Jong Ryul tak percaya
“Aku tak
punya pilihan... Kau tahu aku seperti apa.” Kata Dong Baek. Jong Ryul mengaku
sangat tahu tentang Dong Baek.
“Dia
gadis 23 tahun yang hanya ingin keluarga.” Gumam Jong Ryul mengingat masa
lalunya.
Flash Back
Di depan
mesin boneka, Jong Ryul sibuk bermain lalu menyuruh Dong Baek agar Lupakan ibu
atau ayah. Dong Baek mengeluh bahkan tak punya bibi atau nenek. Jong Ryul
mengingatkan kalau Dong Baek itu punya dirinya jadi akan menjadi ayah, paman,
dan kakeknya.
“Aku ingin
punya setidaknya lima anak. Aku ingin membuat keluarga terbesar di wilayah ini.”
Ucap Dong Baek penuh semangat.
“Hei,
orang meninggalkan anaknya karena satu saja sudah terlalu banyak...” kata Jong Ryul
“Benar,
tapi aku tak seperti ibuku. Saat aku punya anak, maka aku tak akan meninggalkan
anakku apa pun yang terjadi.” Tegas Dong Baek.
Jong Ryul
berteriak bahagia karena bisa mendapatkan hadiah, Dong Baek pun ikut senang.
Jong Ryul memberikan hadiahnya yaitu gelang dan langsung diberikan pada Dong
Baek. Dong Baek senang karena germanium bagus untuk tubuh.
Jong Ryul
menatap Dong Baek, mengaku mengetahui Dong Baek itu sendirian di dunia ini. Dan
ia adlaah orang pertama dalam hidup Dong Baek
yang memihaknya. Dong Baek pun masih mengunakan gelang pemberian dari
Jong Ryul.
“Tapi kenapa
di sini? Kenapa harus di Ongsan? Apa karena aku?Karena aku? Apa Karena ini
kampung halamanku?” kata Jong Ryul tak habis pikir
“Ongsan
bukan milikmu.” Tegas Dong Baek, Jong Ryul teringat dengan ucapan Pil Goo “Apa Kau
pemilik tanah ini, Senior?” dan sama dengan yang dilakukan Dong baek.
“Kenapa? Apa
Kau takut? Apa Kau pikir aku tinggal di sini untuk menjatuhkanmu?” ucap Dong
Baek. Jong Ryul pun meminta alasan Dong Baek
pindah ke Ongsan.
“Jangan
menjadi pengecut.” Ucap Dong Baek marah lalu bergumam daalam hati “Aku sibuk
mencari nafkah, jadi, tak punya waktu melihat kembali kenanganku.”
“Suamiku
memperlakukanku sangat baik hingga aku lupa wajahmu.”kata Dong Baek berbohong.
Jong Ryul tak percaya kalau Dong Baek sudah menikah.
“Apa kau
pikir aku masih belum bisa melupakanmu? Aku tak pernah bilang harus. Jadi,
jangan takut... Kau bukan... Kau bukan cinta pertama yang hebat.” Tegas Dong
Baek.
“Sejujurnya,
aku dahulu sangat mencintainya. Jadi, aku tak pernah ingin bertemu dengannya
lagi. Terutama seperti ini.” Gumam Dong Baek kesal sendiri melihat penampilanya
hanya mengunakan sandal dan koas kaki.
Diam-diam
Yong Sik melihat Dong Baek, wajahnya pun langsung sumringah. Dong baek pun
mengeluh karena menurutnya ini Hari yang payah. Bibi Par menarik Hyang Mi agar bicara
diluar. Hyang Mi seperti sedang merawat rambutnya mengikti Nyonya Park.
“Coba
Lihat ini. Tertulis di sini dia mentransfer 1.000.000 won untukmu. Kau
mengambil uang dari suaminya.” Ucap Nyonya Park marah.
“Aku
meminjam uang darinya, tapi kenapa kau ribut?” komentar Hyang Mi sinis.
“Aku
belum buat keributan.” Komentar Nyonya Park. Dong Baek akhirnya datang bertanya
pada Hyang Mi apa yang terjadi.
“ku
senang kau di sini, Dongbaek Apa kau tahu Hyang-mi terlibat kekacauan apa?”
ucap Nyonya Park. Yong Sik akhinya datang bertanya Apa yang terjadi.
“Hei, kau
harus menahannya. Mereka berlagak seperti preman.” Teriak Hyang Mi. Semua bibi
tak percaya dengan ucapan Hyang Mi.
“Dongbaek...
Kenapa kau membawa orang dungu ke lingkungan ini? Kami tak mau dia di sini,
pecat saja dia. Pecat dia, oke? Jika tidak, kau harus menutup barmu.” Ucap Bibi
Park
“Tapi dia
keluargaku. Bagaimana jika dengarkan dia dahulu?” kata Dong Baek
“Tak ada
gunanya. Dia menggoda pria naif dan membuatnya bertindak tak wajar. Dia bisa bicara
apa lagi? Apa Kau tahu? Kurasa dia salah karena cukup bodoh hingga terayu
pengincar harta.” Kata Bibi Kim marah
“Dia
bukan pengincar harta... Dia bukan orang seperti itu.” Ucap Dong Baek membela
Hyang Mi
“Kau tak
ada bedanya. Dia hostes dan kau pemilik. Kau mungkin persis sepertinya.” Kata
Bibi Kim. Yong Sik menahannya merasa kalau bibi itu sudah kelewatan.
“Hei, Apa
kau pikir kau sama dengan kami hanya karena kau bekerja mencari nafkah setiap
hari?” ucap Bibi Kim
Pil Goo
berlari pulang karena mengetahui ibunya bertengkar lagi. Bibi Kim mengejek Dong
Baek itu hidupnya memang rendah lalu
mangaku bersikap baik kepadanya karena kasihan dengan hidup menyedihkan, tapi
tak percaya kalau dibalas dengan sikapnya seperti ini.
“Minggir...
Itu cukup... Tolong hentikan.” Ucap Yong Sik mencoba merelai pada bibi
“Membalas
untuk apa? Apa utangku padamu? Apa perbuatanku yang salah? Aku tak berbuat apa
pun. Aku hanya bekerja keras memenuhi kebutuhanku. Tapi kenapa... Kenapa
kalian... Kenapa kalian selalu menyalahkanku?” ucap Dong Baek sambil menangis.
“Astaga,
Dongbaek akhirnya bicara.” Ejek Bibi Park. Dong Baek meohon agar membiarkannya.
“Ini
masalah gadis cantik. Mereka pikir menangis bisa membereskan semuanya. Dongbaek,
kenapa kau menangis? Kami berbuat apa padamu?” sindir Bibi Park. Yong Sik
meminta agar menghentikanya.
“Berhenti
ikut campur! Kau pikir kau siapa? Siapa kau?”teriak Bibi Kim mendorong Yong Sik
agar menjauh.
“Katakan.
Jika kau menangis di depan kami seperti ini lagi di siang hari, orang kira kami
memukulmu.” Ucap Bibi Park. Yong Sik tetap meminta agar mereka menghentikanya.
Tiba-tiba
Pil Goo datang langsung mendorong Bibi Park dan marah karena memukul ibunya.
Bibi Park kaget begitu juga yang lainya, Ia tak terima karena Pil Goo yang
berani mendorong orang dewasa. Dong Baek memeluk sang anak agar tak bersikap
kasar.
“Jika kau
memukul ibuku, kupukul Jun-gi setiap hari! Kupukul dan kupatahkan hidungnya,
juga kutendang dia! Pasti akan kulakukan!
Kalian Tunggu dan lihat saja.” Teriak Pil Goo berusaha melindungi
ibunya.
Semua
bibi melonggo melihat sikap Pil Goo, Yong Sik pun hanya bisa terdiam melihat
Pil Goo sangat marah. Semua orang langsung mengejek Pil Goo anak nakal. Dong
Baek terus memeluk anaknya agar tak lepas kendali.
Di
restoran, Dong Baek menasehati anaknya kalau tak boleh begitu pada orang tua,
lalu mengelu karean anaknya selalu
membalas orang tua dan berkelahi dengan temannya jadi semua memanggilnya anjing
pit bull. Yong Sik pun ikut duduk di ujung bar.
“Apa Kau
tahu kenapa aku seperti ini? Semua karenamu.” Ucap Pil Goo. Dong Bae binggung
alau itu karena dirinya.
“enapa
aku harus melindungimu? Kau yang seharusnya melindungiku. Aku baru kelas satu,
itu Terlalu muda untuk melindungimu.” Ucap Pil Goo.
“Kapan
aku minta perlindunganmu?” komentar Dong Baek. Pil Goo mengaku tak mau
melakukannya.
“Tapi, tak
ada pilihan selain melindungimu.” Kata Pil Goo, Dong Baek pun ingin tahu
alasanya.
“Karena
semua orang membencimu! Hanya aku orang yang menyukaimu di dunia ini. Aku tahu
para tetangga sangat membencimu dan melecehkanmu. Karena itu aku tak bisa
bermain bisbol. Aku selalu sibuk melindungimu.” Ucap Dong Baek tak bisa menahan
tangisnya.
“Terkadang,
aku lelah melakukan ini. Aku... Aku terkadang sangat marah.” Akui Pil Goo lalu
menagis. Dong Baek pun tak bisa menahan rasa sedihnya ikut menangis. Keduanya
pun menagis didepan meja makan, Yong Sik hanya bisa menatap dengan wajah sedih
juga.
Jong Ryul
membantu Seung Yup mengambil bola setelah latihan lalu mengaku harus menyapa
pelatih karena datang kemari untuk rekaman dan mungkin bisa membantunya. Seung
Yup mengerti lalu membahas Jung Ryul pindah kemari saat kelas lima jadi tak
lama di sini.
“Tempat
ini tetap almamaterku.” Akui Jung Ryul. Seung Yup pun tak peduli kembali
merapihkan bola.
“Omong-omong,
saat kau melatih anak-anak, kurasa kau juga memeriksa latar belakang keluarga
mereka. Aku sadar anak tadi tampaknya sangat berbakat. Kurasa nomor seragamnya
nomor tiga.” Ucap Jung Ryul mencari tahu.
“Ada apa
denganmu? Kau tiba-tiba bertanya padaku tentang latar belakang keluarga dan
menunjukkan ketertarikan. Kau tak pernah menawarkan beasiswa untuk pemain mana
pun hingga kini. Tiba-tiba kau sangat peduli pada mereka. Jujur saja padaku.”
Ucap Seung Yup curiga
“Kurasa
kau sudah dengar.” Kata Jung Ryul. Seung Yup mengaku sudah tahu tentang hal
itu.
“Rata-rata
pukulanmu turun, dan kau tak bagus di acara ragam. Kau mencoba politik, 'kan?”
kata Seung Yup. Jung Ryul binggung karena maksud ucapanya bukan seperti itu.
Yong Sik
duduk sendirian, Dong Baek datang memberian sepiring kacang gratis. Yong Sik
binggung karena Dong baek tibat-tiba memberikanya kacang gratis. Dong Baek
mengaku mendengar Yong Sik sudah membela Pil-goo saat berkelahi dengan teman
sekolahnya.
“Kurasa itu membuatnya senang. Kau orang
dewasa pertama yang membelanya di lingkungan ini.” Kata Dong Baek.
“Astaga,
tak apa-apa. Aku tahu seharusnya tidak bias sebagai polisi. Tapi aku tak bisa
menahannya.” Ucap Yong Sik malu-malu
“Tapi
tolong jangan ajak dia ke arkade.. Nikmati kacangmu.” Ucap Dong Baek. Yong Sik
menganguk mengerti dan melihat Dong Baek akan pergi.
Dong Baek
menaiki bukit, Yong Sik mengikutinya dari belakang. Dong Baek pikir kalau Yong
Sik sekarang sedang patroli lagi. Yong Sik melihat Dong Baek yang pergi sendirian
jadi membuatnya khawatir. Dong Baek ingin tahu alasan Yong Sik melakukan itu.
“Kenapa
kau mengkhawatirkanku? Kenapa kau terlibat saat aku bertengkar tadi? Lalu
kenapa kau mengambil 8.000 won itu untukku?” tanya Dong Baek.
“Aku tak
tahu alasannya, tapi aku terus mendapati diriku...” ungkap Yong Sik
“Apa
karena aku orang paling malang di lingkungan ini? Aku juga punya harga diri. Mulai
dari yang terjadi pada Tuan No hingga yang baru saja terjadi, aku merasa kau
selalu menemuiku pada saat paling memalukan.” Kata Dong Baek
“Berada
di dekat orang yang melihatku dipermalukan itu tak nyaman. Ini menyebalkan. Jadi,
tolong urus saja urusanmu. Bisa berhenti mengikutiku?” keluh Dong Baek merasa
tak nyaman.
“Ini
karena aku gelisah!” akui Yong Sik. Dong Baek merasa Yong Sik berpikir
dirinyaakan tinggalkan putraknya dan lompat ke danau.
“Aku tahu
kau takkan begitu.” Ucap Yong Sik. Dong Baek pun ingin tahu alasan Yong Sik
gelisah dan terus mengikutinya.
“Aku cemas
kau mungkin akan menangis! Kau jelas akan pergi ke suatu tempat dan menangis
sendirian.”akui Yong Sik
“Apa pedulimu
aku menangis atau tidak?”tanya Dong Baek. Yong Sik mengaku sangat marah saat
melihat Dong Baek menangis tadi walaupun mereka tak saling kenal.
Dong Baek
akhirnya berjalan lebih dulu sambil mengejek Yong Sik memang orang aneh. Yong
Sik pun berkata aau akan berjalan di belakangnya seakan tak ada jadi meminta
agar mengnggap sajanyaanjing peliharaan dan akan tetap tenang. Dong Baek pikir Anjing
peliharaan setidaknya manis.
Akhirnya
malam tiba, Dong Baek bisa merasakan Yong Sik terus mengikutinya dan bergumam
“Dia memang seperti anjing. Kenapa dia mengikutiku tanpa bicara?” Yong Sik
tiba-tiba berteriak kalau Dong Baek harus pikirkan putranya. Dong Baek terlihat
binggung.
“Kau tak
bisa pergi saja tanpanya hanya karena kau marah. Ini bisa merusak hidupnya.”
Kata Yong Si menahan Dong Baek pergi.
“Mau ke
mana aku tanpa putraku?” kata Dong Baek. Yong Si pun ingin tahua alasan Dong
Baek ke stasiun kereta di jam ini.
“Aku
hanya ingin masuk dan duduk.” Ucap Dong Baek. Yong Sik heran Dong Baek ingin
duduk disana padahal bukan tunawisma.
“Itu
pompa bensinku. Biar aku isi tangki bensinku. Jadi, berhenti mengikutiku.” Kata
Dong Baek lalu berjalan pergi.
“Pompa
bensin? Stasiun kereta tak menjual bensin.” Ucap Yong Sik bingung. Dong Baek
mengaku ingin ganti pekerjaan. Yong Sik makin binggung apa itu ganti pekerjaan.
Seung Yup
berjalan dengan Yong Sik membahas kalau Pria
harus belajar bermimpi besar. Yong Sik seperti tak nyaman mengajak bicara saat sudah sampai dan bertanya apakah
masih jauh. Seung Yup menunjuk bar didepanya kalau sudah sampai.
“Di sini
tempat bersosialisasi di Ongsan... Masuklah.” Ucap Seung Yup. Jong Ryul menatap
nama CAMELLIA
“Apa Ini
nama yang dia pilih untuk tempat ini?”keluh Jong Ryul melihat nama Bar milik Dong
Baek.
Dong Baek
dan Yong Sik duduk di stasiun, Yong Sik berpikir kalau Dong Baek akan
membuka Kedai hot dog Atau mau menjual
mi buatan tangan. Dong Baek hanya diam, kereta pun lewat. Yong Sik menebak
kalau itu Kepala stasiun.
“Apa Kau
ingin mengemudikan kereta?” ucap Yong Sik, Dong Baek pikir kenapa mau
mengemudikan kereta.
“Katakan
yang kau pikirkan sebagai pekerjaanmu berikutnya.” Kata Yong Sik penasaran.
Dong Baek mengaku tak akan beri tahu.
“Dongbaek...
Kata-kata punya kekuatan. Kau harus katakan mimpimu agar bisa terwujud. Kau pun
harus beri tahu rahasia terbesarmu kepada orang yang tak dikenal.” Saran Yong
Sik
“Kata
siapa?”tanya Dong Baek. Yong Sik menyebut itu adalah Hwang Yong-sik dengan
senyuman bahagia.
“Kalau
begitu, beri tahu huruf pertamanya saja.” Kata Yong Sik penasaran. Dong Baek
heran Yong Sik penasaran soal mimpinya.
“Aku
sangat ingin tahu.” Ungkap Yong Sik, Dong Baek pikir ini Bukan hal yang besar.
“Lalu
kenapa kau tak bisa memberitahuku?” tanya Yong Sik. Dong Baek ingin menjawab
tapi mengurungkan niat untuk menjelaskan.
“Aku
hanya... Perusahaan umum...” akui Dong Baek akhirnya bicara. Yong Sik binggung
apa maksudnya.
“Aku
ingin kerja di Administrasi Perusahaan Kereta Nasional.” Jelas Dong Baek. Yong Sik mengerti kalau Dong Baek ingin
pekerjaan di perusahaan umum
“Astaga,
kau sungguh tahu cara bermimpi besar.” Komentar Yong Sik. Dong Baek memberitahu
kalau yang Lebih penting lagi.
“Di sana
aku ingin bekerja... Aku ingin di kantor itu.” Kata Dong Baek menunjuk ke
gedung PUSAT BARANG HILANG. Yong Sik bingung Dong Baek ingin kerja disana dan
ingin tahu alasannya.
“Karena
orang selalu berkata sesuatu kepadamu setiap kau menemukan sesuatu untuk
mereka.” Ucap Dong Baek. Yong Sik tak mengerti maksudnya.
Dong Baek
melihat ada seorang yang mengucapkan Terima kasih pada petugas saat memberikan
barangnya. Ia tahu kalau Mereka selalu
berterima kasih lalu menceritakan kalau Seumur hidupnya, orang selalu minta
maaf kepadanya.
“Orang juga
mengatakan "Aku mencintaimu" dengan mudah. Tapi entah kenapa, tak ada
yang pernah berterima kasih kepadaku. Tak ada kata "Terima kasih."
Tapi orang itu seperti malaikat dan penyelamat di Pusat Barang Hilang.” Ungkap
Dong Baek.
“Dia menemukan
ponselmu, boneka bayi, juga makanan pendamping yang dikemas untuk putramu dan
istrinya. Seperti sekarang, orang berterima kasih berulang-ulang. Tak
terbayangkan betapa hebat rasanya.” Ucap Dong Baek senang.
“Anehnya,
aku tiba-tiba merasakan terbakar di dalam. Aku tak tahu apakah ini amarah atau
iba, tapi aku merasa terbakar di dalam.” Gumam Yong Sik memang dadanya seperti
makin jatuh cinta dengan sosok Dong Baek.
Hujan
tiba-tiba turun dengan deras, keduanya pun berteduh. Yong Sik lalu berbicara
kalau Mulai sekarang, jangan kemari
seorang diri walaupun sangat sedih. Ia
pun meminta agar Dong Baek jangan
pikirkan perkataan orang lain.
“Jika
terluka oleh kata-kata mereka, maka kau tak akan bisa hidup layak.” Kata Yong
Sik
“Kenapa
aku tak bisa terbiasa terluka? Tiap kali selalu sangat sakit. Rasanya seakan-akan
seseorang menusuk jantungku dengan pisau.” Kata Dong Baek
“Maka kau
harus perlakukan mereka dengan cara yang sama. Kau harus sama kejamnya kepada
orang yang kasar padamu dan tak tahu cara berterima kasih.” Saran Yong Sik
mengebu-gebu.
“Kenapa
repot? Aku abaikan saja mereka.” Kata Dong Baek seperti tak suka ada
ribut-ribut.
“Kenapa kau
abaikan mereka dan diam saja saat mereka kejam padamu?”keluh Yong Sik
“Orang
datang untuk minum saat mereka muak dengan hidup. Mereka kesal dan lelah dengan
semuanya. Jadi, aku hanya ingin baik pada mereka. Tak perlu uang untuk bersikap
baik. Kita harus saling bersikap baik.” Komentar Dong Baek
“ Tapi
kadang aku merasa para tetangga terlalu kejam padaku. Mereka terkadang
kelewatan. Itu terkadang membuatku sedih.” Akui Dong Baek.
“Dongbaek,
kau sungguh cantik... Tapi kau terkadang membuatku sangat marah.” Keluh Yong
Sik. Dong Baek tak bisa berkata-kata sambil memegang wajahnya.
Akhirnya
Yong Sik membawa payung dan meminta Dong Baek agar mendekat karena tak ingn
mereka sakit. Dong Baek mengeluh kalau sangat tak nyaman dan berpikir kalau
Yong Sik juga harus payungi dirinya Atau
cari payung lain.
“Payung
kecil ini harganya 8.000 won. Jangan buang uangmu untuk payung.” Ucap Yong Sik
“Kau
tampaknya sangat peduli dengan uangku.”keluh Dong Baek akhinya berjalan dengan
berdekatan.
Pil Goo
sudah tertidur pulas di lantai atas, Jong Ryul membahas tentang seragam nomor
tiga...Seung Yup mengetahui kalau nomor 3 itu Pil Goo. Jong Ryul menjawab namanya Kang Pil Goo.
Seung Yup binggung Jong Ryul tahu nama
belakangnya.
“Kurasa
aku melihat namanya.” Ucap Jong Ryul. Seung Yup tahu kalau Pil Goo memang
sangat menonjol. Jong Ryul ingin tahu alasanya.
“Dia
berbakat.. Bukankah karena itu kau tertarik?” kata Seung Yup. Jong Ryul tak
percaya kalau anaknya itu memang berbakat.
Hujan pun
berhenti, Yong Sik mengaku Ini bukan pendapat pribadinya, tapi sungguh
membacanya di buku. Ia menyarankan kalau Dong Baek makan sashimi dengan soju saat
sedang sedih, lobus frontal melepaskan hormon tertentu...
“Tidak,
aku tak minum dengan orang asing.” Kata Dong Bae. Yong Sik pikir kalau bukan
orang asing tapi ia adalah Hwang Yong-sik.
“Baiklah...
Kita tak perlu minum soju. Tapi ajak aku denganmu setiap kau ke stasiun kereta.
Aku tak akan bicara. Hanya akan ada di sisimu.” Kata Yong Sik
“Kenapa
kau melakukannya?” keluh Dong Baek, Yong Sik kembali menyebut namanya adalah
Hwang Yong-sik dan itu alasanya.
“Baik,
tapi kenapa kau ikut denganku, Tuan Hwang? Kau orang yang baik. “ ucap Dong
Baek
“Bagaimana
kalau kita jadi sesuatu, di mana aku boleh baik kepadamu? Mari kita lakukan
"itu". Ucap Yong Sik. Dong Baek binggung apa maksudnya.
“Mari...
kita berteman.” Kata Yong Sik. Dong Baek tak percaya kalau karena Tak pernah
ada yang meminta untuk menjadi temannya.
“Aku
bukan tipe orang yang meminta sembarang orang menjadi teman.”akui Yong Sik.
Dong Baek pun ingin tahu alasanya.
“Mari
berteman. Jika kita berteman...” kata Yong Sik teringat dengan orang-orang yang
selalu bertanya “Memangnya kau siapa?”
“Jika
kita berteman, bolehkah aku berpihak padamu dan Pil Goo? Bolehkah aku selalu di
sisimu?” kata Yong Sik.
Dong Baek
bingung Yong Sik ingin di pihaknya, Yong
Sik mengaku tak meminta berpacaran
dengannya tapi hanya meminta untuk
menjadi temannya dan kembali mengajak untuk berteman sekarang. Dong Baek
seperti tak percaya mendengarnya.
Yong Sik
akhirnya mengantar Dong Baek sampai ke depan bar, lalu dengan gugup bertanya
apa yang dilakukan Pil Goo. Dong Baek menjawab anaknya sedang tidur. Yong Sik
melihat pria tak jauh darinya berdiri sedang merokok lalu memberitahu kalau ini
area bebas rokok.
“Begini...
Kau harus bawa Pil Goo keluar sekarang.” Ucap Yong Sik, Jong Ryul terdiam
melihat Dong Baek datang dengan seorang pria.
Ia
teringat dengan yang dikatakan Dong Baek “Suamiku memperlakukanku sangat baik hingga
aku lupa wajahmu.” Yong Sik pikir kalau Dong Baek harus membawa Pil Goo karena
mereka akan pulang... Dong Baek tiba-tiba mengengam tangan Yong Sik dan
langsung mengajaknya pergi.
“Hanya
sepuluh menit setelah setuju menjadi temanku, aku sadar bahwa aku tak bisa
berteman dengannya.” Gumam Yong Sik melonggo tak percaya.
Saat itu
Tuan No turun dari mobil binggung melihat keduanya saling bergandengan tangan.
Dong Baek tak peduli mengajak untuk pergi saja. Tuan No bertanya apakah mereka
berpacaran. Jong Ryul kaget kalau berpacaran?
“Apa kita
berpacaran? Apa sekarang kita berpacaran?” tanya Yong Sik ingin tahu.
Epilog
Yong Sik
berjongkok membaca tulisan di dinding [DONGBAEK, AKU MENIKMATI MAKANANNYA] Ia
pun menuliskan dengan sopan NONA
DONGBAEK, AKU MENIKMATI MAKANANNYA lalu mengeluh kalau pelanggan bicara dengan Dongbaek seakan-akan dia
temannya.
“Ini
gratis.” Ucap Dong Baek membawakan sepiring kacang. Yong Sik bingung Kenapa
memberikanya kacang gratis
“Kudengar
kau membela Pil-gu saat berkelahi dengan teman sekolahnya. Kurasa itu
membuatnya senang.” Ucap Dong Baek.
Yong Sik
terlihat gugup dengan mengoyangkan kakinya, tanpa sadar dibagain bawah meja
tertulis [DONGBAEK, KAU JUGA JANGAN USIL] dan itu tanda kalau Pelaku Jangan
Usil pernah datang ke bar.
Bersambung
episode 5
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar