PS : All images credit and content copyright : KBS
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Yi Young
terjatuh dan merangkak mundur ketakutan melihat Tuan Yoon, teringat saat
kejadian sama di kejar oleh Tuan Yoon yang memiliki luka dibagian tangan. Tuan
Yoon pun berjongkok dengan senyuman pembunuh berdarah dingin.
“Kita
bertemu lagi, Nona Hong. Sudah lama,
bukan?” ucap Tuan Yoon.
“Kau
mengejarku tahun lalu seperti ini, kan? Pada hari kematian Kim Ian... Kau yang
mengejarku, bukan?” kata Yi Young
Di
acara "Malam Dukungan" Jang
Yoon menatap ke arah Joo Wan yang sedang meminum wine. Joo Wan mencoba santai
tapi tatapanya mengarah pada Eun Joo yang duduk disampingTuan Jang. Sementara
Jang Yoon menatap Eun Joo yang duduk dengan ayahnya hanya tersenyum menyindir.
Tuan Yoon
senang karena Yi Young akhirnya mengingat siapa dirinya, lalu mengejek kalau sulit
sekali merahasiakannya dari Yi Young selama ini. Yi Young pun ingin tahu alasan
datang ke toko bunga bibiny adan Apa
yang akan dilakukan padanya.
“Dengar....
Jangan terlalu emosi... Begitu aku menemukan barangku, maka aku akan menghilang
dengan tenang. Selama kau tidak membuatku marah, maka aku tidak akan melakukan
apa pun. Selama kau tidak membuatku marah.” Tegas Tuan Yoon.
“Apa yang
kau cari? Saat di gudang kau bilang sedang mencari sesuatu. Biar aku yang
mencarikannya. Katakan apa itu. Dan... Dan tolong jangan muncul di depan
keluargaku lagi.” Kata Yi Young
“Kau akan
mencarinya?” ucap Tuan Yoon seperti tak percaya, Yi Young berjanji akan
mencarinya untuknya.
“Tapi
sebagai gantinya, tolong katakan apa yang terjadi hari itu. Kau tahu apa yang
terjadi, bukan? Hari itu, setahun yang lalu. Apa yang terjadi hari itu?” ucap
Yi Young penasaran.
Di acara "Malam
Dukungan"akhirnya Han Suk selesai bermain biola, Eun Joo pamit pada Tuan
Jang untuk keluar. Joo Wan pun mengikutinya, Jang Yoon pun sengaja
mengikutinya. Joo Wan menarik tangan Eun Joo, dan Eun Joo langsung bertanya apa
yang dingikanya.
“Sejak
kapan kamu berkenalan dengan Pimpinan Jang? Kenapa kau datang bersamanya?”
tanya Joo Wan
“Setelah
membuat keributan dan menangis di depanmu, aku menemuinya sebab aku telah
menyia-nyiakan banyak kesempatan karenamu.” Akui Eun Joo
“Kau
memberi tahu Jang Yoon tentang malam itu? Apa yang kau pikirkan sampai
memberitahunya hal itu?” kata Joo Wan tak percaya
“Aku hanya
mengatakan apa yang kulihat. Kau memang mengikuti mobil Kim Ian hari itu. Aku
melihat semuanya.” Ucap Eun Joo yakin.
“Sudah
kubilang aku pulang. Kau salah.” Tegas Joo Wan. Eun Joo mengejek Joo Wan agar
jangan bohong kepadanya.
“Sejak
hari itu, kau menjadi tertarik pada Yi Young. Sebelum hari itu, kau hanya tahu
namanya atau bahkan belum tahu?” ucap Eun Joo
“Apa Kau memberi tahu Jang Yoon karena Yi Young?”
kata Joo Wan marah
“Alasan
di balik itu tidak penting. Kau ingin putus denganku karena dia.” Ucap Eun Joo
marah
“Sudah
kubilang bukan karena dia.” Tegas Joo Wan, Eun Joo pun ingin tahu alasan Joo
Waon berada di sisi Yi Young jika tidak mencintainya.
“Aneh,
kan? Mungkin aku salah mengenai hal lain, tapi aku tahu kau tidak mencintai
siapa pun. Aku tahu itu. Karena itu lebih aneh. Kau mendapatkan posisi tetap
setahun setelah Ian meninggal.” Ucap Eun Joo mengeje
“Lalu kenapa?
Semua itu karena usahaku.” Tegas Joo Wan merasa tak ada yang salah.
“Aku
tahu. Luar biasa... Aku sangat bangga kepadamu. Tapi tetap saja, mendapatkannya
dalam setahun adalah keajaiban. Siapa yang memberimu posisi itu? Untuk apa?”
goda Eun Joo merapihkan jas yang dipakai Joo Wan. Joo Wan menyuruh Eun Joo
melanjutkan ucapanya.
“Aku
sangat ingin tahu apa yang kau lakukan terhadap Yi Young malam itu. Aku ingin
melihatmu jatuh ke titik terendah Dan aku akan tersenyum.” Komentar Eun Joo lalu
berjalan pergi.
Tuan Yoon
menarik badan Yi Young dan mendorongnya ke dinding, memperingatakan agar Jangan
bercanda dengan masalah seperti itu karena tak mungkin akan mempercayainya. Ia
pikir kalau memberitahu yang dicari, Yi
Young mungkin akan menyerahkannya kepada orang lain.
“Apa aku
tampak sebodoh itu bagimu?” ucap Tuan Yoon, Yi
Young menegaskan kalau tidak akan menyerahkannya kepada orang lain.
“Entah
apa yang kamu cari, dan aku tidak peduli. Tapi bukankah kau akan dibayar untuk
menemukannya? Aku akan membantumu.” Tegas Yi Young mencoba menyakinkan.
“Sekalipun
itu bukti pembunuhan? Sekalipun beragam informasi kotor terkandung di dalamnya,
bisakah kau menjalani hidupmu dengan normal setelah memberiku itu? Kau menikam
seseorang sekali dan telah menangis tersedu-sedu sejak saat itu. Benar, kan?”
ucap Tuap Yoon mengejek.
“Aku bisa
melakukannya... Kubilang aku bisa melakukannya. Seperti katamu, aku pernah
menikam seseorang. Jadi Berhentilah bekerja untuk bibiku. Maka aku bisa
melakukan apa pun.” Kata Yi Young menegaskan
“Aku
terharu oleh kasih sayangmu terhadap keluargamu, tapi aku tidak memercayai
siapa pun. Manusia adalah hewan menjijikkan yang berbohong meski saat dalam bahaya.”
Ucap Tuan Yoon
“Malam itu, setahun lalu, ada orang lain di gudang itu. Ada orang lain selain
aku dan Ian?” ucap Yi Young. Tuan Yoon seperti mencoba mengingat tentang
gudang.
Yi Young
bisa mendengar ada seseorang membawa pisau lalu meminta agar tak mendekat.
Seperti Joo Wan yang datang dengan maskernya,
Tuan Yoon menyuruh Yi Young agar mencoba mengingatnya karena menurutnya Menikam
seseorang tidak selalu berarti membunuh.
“Apa
maksudmu? Jadi, ada kemungkinan bukan aku yang membunuh Ian? Siapa lagi yang
ada di sana?” tanya Yi Young penasaran.
“Itulah
yang harus kau ingat. Ingat siapa orangnya. Orang itu mungkin pembunuh
sebenarnya. Apa Kau masih punya pulpen yang diberikan Shinyoung Philharmonic
sebagai hadiah gratis?” ucap Tuan Yoon. Yi Young memikirkan tentang Pulpen.
“Temukan
itu dan berikan kepadaku. Jangan membukanya atau mencoba mencari tahu apa itu. Tutup
saja mulutmu dan lakukan diam-diam. Maka aku akan memberitahumu identitas orang
yang berada di gudang itu. Bersemangatlah. Aku akan memberimu nomorku.” Ucap
Tuan Yoon lalu berjalan pergi. Yi Young mencoba untuk tetap tegar.
Jang Yoon
menunggu diluar ruangan, Joo Wan keluar melihat Jang Yoon mengeluh karena Jang
Yoon mengikutinya sambil mengejek kalau
tidak tahu sangat tertarik kepadanya lalu berjalan pergi. Jang Yoon
mengaku kecewa dan sangat menghormatinya.
“Apa yang
kau lakukan sebagai ganti mendapat posisi tetap? Itukah alasanmu membunuh Ian?”
sindir Jang Yoon
“Kau
pasti sangat ingin membuatku terlihat seperti pembunuh. Aku punya satu
pertanyaan. Bisakah kau menukar adikmu dengan hal lain?” ejek Joo Wan
“Kau
mengajukan pertanyaan konyol.” Kata Jang Yoon. Joo Wan menegaskan kalau
pekerjaannya berarti sama seperti arti adik bagi Jang Yoon.
“Anggap
saja aku menerima posisi ini dengan cara itu. Jika aku kurang kompeten, bukankah
semua orang akan tahu? Apa Kau pikir mereka akan tinggal diam? Mereka akan
mencoba memecatku setelah konserku inaugurasiku. Kita akan bicara lagi setelah
ini berakhir.” Ucap Joo Wan lalu berjalan Jang Yoon.
Nyonya
Seo berbicara dengan Tuan Jang agar menjaga orkestra ini, karena menurutnya semua
anggota sangat kompeten dan semua sangat artistik. Tuan Kang melihat Eun Joo
baru saja masuk dan sengaja menghadangnya sebelum duduk.
“Sejak
kapan kau berkenalan dengan Pimpinan Jang?” tanya Tuan Kang. Eun Joo
menjawab Sejak Tuan Kang mengusirnya.
“Apa Kau
tidak tahu cara kerja di bidang ini? Setelah situasinya reda, aku berniat
memanggilmu kembali, jadi, beraninya kamu mengkhianatiku? Kau tidak tahu apa
saja yang telah kulakukan untukmu?” ucap Tuan Kang marah
“Yang
penting adalah hasilnya. Bukankah begitu cara kerja semua hal?” kata Eun Joo
“Kurasa
kau tidak terlalu menyukai Pimpinan Jang.” Komentar Tuan Kang.
“Tapi
sepertinya dia sangat tertarik kepadamu.” Kata Eun Joo, Tuan Kang ingn tahu
tertarik dalam hal apa
“Dalam
banyak aspek... Benar juga.Bagaimana kegiatan institusi rahasiamu belakangan
ini? Terima kasih atas semua hal yang telah kamu lakukan untukku.” Ucap Eun Joo
menyindir.
“Hei.
Kau... Beraninya kau.” Kata Tuan Kang menarik tangan Eun Joo, Eun Joo langsung
menariknya dan kembali duduk di kursinya.
Bibi Hong
melihat Yi Young baru pulang dan mengajak duduk diatas tempat tidur. Yi Young
duduk dengan wajah tertunduk, Bibi Hong mengeluh kalau Yi Young berpikir
melakukan kesalahan jadi meminta agar tetap semangat. Yi Young ingin bicara
tapi disela oleh bibinya.
“Kau
tidak perlu menjelaskan. Soo Young memberi tahu semuanya kepada bibi. Kenapa kau
tidak memberi tahu bibi lebih awal? Kenapa kau melewatinya sendirian? Jangan
menangis.” Ucap Bibi Hong
“Bibi
memutuskan untuk tidak menangis lagi. Dan bibi akan melupakannya. Bibi tidak
menghindari situasi ini. Bibi tidak bisa... Bibi tidak bisa memahami kenyataan
bahwa kau menikam seseorang. Bibi membesarkanmu, jadi, bibi yakin dan tahu
siapa dirimu.” Tegas Bibi Hong
“Tapi aku
ingat melakukannya.” Ucap Yi Young merasa bersalah. Bibi Hong menegaskan kalau
Soo Young memberi tahu bibi Hong bahwa saat
seseorang mengalami trauma jadi bisa memalsukan ingatan mereka.
“Ya, itu
bisa dimengerti.. Kau terlalu baik. Rasa bersalahmu telah menyiksamu... Tidak
apa-apa... Mulai hari ini, bibi tidak akan membiarkanmu pulang. Tetaplah
bersama kami untuk sementara. Bibi akan menyuruh Soo Young tidur di ruang tamu.
Mengerti?” ucap Bibi Hong menenangkan keponakanya.
Yi Young
keluar kamar melihat Soo Young yang tidur disofa karena kamarnya digunakan
olehnya, lalu masuk ke dalam rumah mengingat percakapan yang dilakukan dengan
Tuan Yoon.
“Kau
masih punya pulpen yang diberikan Shinyoung Philharmonic sebagai hadiah gratis?
Temukan itu dan berikan kepadaku. Maka aku akan memberitahumu identitas orang
yang berada di gudang itu.”
Yi Young
kembali ke rumah menyakinkan diri kalau
harus ingat tapi kebingungan kalau menyembunyikan sesuatu dimana
keberadaanya. Ia mencoba mencari
diseluruh kamarnya, lalu mulai berpikir kalau bukan ia yang menyimpannya dan
ada pada orang lain.
Yi Young
akan menekan bel rumah Jang Yoon tapi terlihat gugup, Jang Yoon tiba-tiba
datang bertanya sedang apa Yi Young didepan rumahnya. Yi Young kaget melihat Jang Yoon yang
tiba-tiba datang.
“Kau
sudah kabur beberapa hari, dan sekarang lihat dirimu. Apa kau sudah menunggu
lama? Nyalakan terus ponselmu. Jadi, kau tidak perlu menunggu. Apa Kau baru
pulang? Itu sangat membosankan.” Ucap
Jang Yoon tak mendengar jawaban Yi Young lalu mengajak masuk.
Saat
masuk rumah, Jang Yoon langsung memberikan ponsel milk Ian dan Yi Yong boleh
melihatnya. Yi Young hanya terdiam melihat ponsel Ian seperti tak bisa menyalakan.
Jang Yoon langsung menyalakan dan bertanya alasan tiba-tiba ingin melihat
barangnya.
“Kupikir
ini bisa membantuku mengingat sesuatu.” Ucap Yi Young berbohong.
“Aku
mengerti kau berusaha keras untuk mengingat sesuatu, tapi jangan memaksakan
diri. Silakan melihat-lihat.” Ucap Jang Yoon pergi ke dapur. Yi Young buru-buru
mencari pada pakaian milik Ian.
“Apa Kau
lapar? Apa Kau mau roti panggang?” tanya Jang Yoon, Yi Young menolak.
Yi Young
akhirnya menemukan pulpen lalu bergegas disembunyikan dalam bajunya. Jang Yoon
memberikan minuman yang baru dipanaskan karena menurutnya Yi Young lebih baik bagi minum minuman hangat. Yi
Young terlihat gugup.
“Sesuatu
terjadi hari ini, kan? Tidak apa-apa. Kau bisa memberitahuku.”ucap Jang Yoon
bisa melihat raut wajah Yi Young.
“Sebenarnya
aku bertemu pria dari gudang itu.” Akui Yi Young, Jang Yoon ingin tahu dimana
itu.
“Di toko
bunga bibiku. Dia bekerja di sana sebagai pekerja paruh waktu. Ada bekas luka
di punggung tangannya. Dan saat aku melihat itu, aku tiba-tiba teringat hari
itu. Dia pria yang mengejarku tahun lalu di hari kecelakaan itu. Kerabatku
tidak mengenalnya. Karena takut mereka terancam, aku diam saja.” Cerita Yi
Young.
“Apa yang
dia katakan kepadamu?” tanya Jang Yoon, Yi Young berbohong mengaku kalau Tuan
Yoon bilang semua akan baik-baik saja selama tidak membuatnya marah.
“Kurasa
akan lebih baik bagimu untuk tinggal bersama keluargamu daripada sendirian. Ayo.
Aku akan mengantarmu ke rumah bibimu.” Ucap Jang Yoon, Yi Youn menahan tangan
Jang Yoon seperti ragu.
“Ada apa?”
tanya Jang Yoon, Yi Young pun mengurungkan niat bicara mengaku Bukan apa-apa.
Jang Yoon pun mengajak Yi Young segera pergi.
Yi Young
masuk rumah teringat dengan yang dikatakan Tuan Yoon “Temukan pulpen itu dan berikan kepadaku.
Jangan membukanya atau mencoba mencari tahu apa itu. Tutup saja mulutmu dan
lakukan diam-diam. Maka aku akan memberitahumu identitas orang yang berada di
gudang itu.”
Jang Yoon
melihat Tuan Yoon langsung menghampirinya. Tuan Yoon bertanya apa yang dilakukan
disana. Jang Yoo ingin tahu Apa yang
sebenarnya dicari Tuan Yoon dan Berapa harganya. Tuan Yoon ingin tahu apakah
Jang Yoon akan memberikanya kalau memberitahu.
“Jangan
muncul di hadapan Yi Young Dan aku ingin kau menjauhi keluarganya. Katakan apa
yang kau cari. Berapa harganya?” ucap Jang Yoon.
“Kau
tidak perlu tahu apa itu. Dan mengenai harganya, sekitar tiga juta dolar.” Ucap
Tuan Yoon.
“Berikan aku
angka yang lebih realistis. Jumlah yang bisa kuberikan dan yang pantas kau
dapatkan.” Kata Jang Yoon.
“Kau
benar. Uang semacam itu tidak realistis untuk pria sepertiku. Bagaimana dengan
koper yang penuh dengan sertifikat hadiah 500 dolar? Jika keadaan menjadi
terlalu berat, itu akan membawa kesialan. Berikan ponselmu.” Ucap Tuan Yoon.
“Apa kau
tahu sesuatu tentang Nam Joo Wan, konduktor Shinyoung Philharmonic?” tanya Jang
Yoon ingn memastikan.
“Bagaimana
aku bisa tahu soal pria sepertinya? Aku menggunakan ponsel ilegal. Jadi,
nomorku mungkin berubah. Akan kuberi tahu jika nomorku berubah. Telepon aku begitu
kau punya uang. Maka aku akan memberikan yang kumiliki.” Ucap Tuan Yoon pergi
setela memberikan nomor pada Jang Yoon.
Yi Young
melihat isi laci yang dikunci selama ini dan mengambil ponsel yang selama ini
disimpanya. Tuan Jang melihat anaknya yang datang dan tahu kalau konsernya
besok tapi apakah punya waktu untuk datang ke kantornya dengan nada menyindir.
“Ayah
tidak perlu mengkhawatirkan itu. Bisa pinjami aku uang? Akan kubayar kembali.”
ucap Jang Yoon
“Untuk
apa?” tanya Tuan Jang, Jang Yoon menjawab Ada keperluan saja. Tuan Jang ingin
tahu ada keperluan apa.
“Kau
harus memikirkan semua hal yang kau katakan kepada ayah sampai saat ini. Apa
kau ingat sikapmu saat kau tiba-tiba memutuskan untuk pindah tahun lalu? Kau
bilang tidak menganggap ayah sebagai ayahmu.” Ucap Tuan Jang mengingatkan.
“Kenapa
ayah harus meminjamimu uang jika kamu menganggap ayah begitu? Jelaskan kepada
ayah agar ayah bisa mengerti. Bagaimana kau bisa cukup lancang untuk meminta
uang kepada ayah tanpa syarat padahal kau tidak menganggap ayah sebagai ayahmu?”
sindir Tuan Jang beranjak pergi
“Kumohon...
Kumohon... Akan kubayar kembali dalam sebulan. Aku tidak pernah meminta apa pun
dari Ayah... Akan kupastikan untuk tetap seperti itu.” Ucap Jang Yoon
menyakinkan.
“Omong-omong,
apa ini ada kaitannya dengan kejadian yang menimpa Ian? Kalau begitu, ayah
menolaknya. Ayah tidak ingin kau terlibat dalam kasus itu. Itu membuat ayah
bergidik.”ungkap Tuan Yoon.
“Jika kau
membutuhkan uang ayah, ayah ingin kau berhenti bermain untuk Shinyoung
Philharmonic dan meninggalkan negara ini secepat mungkin. Maka ayah akan
meminjamkan uang.” Tegas Tuan Yoon. Jang Yoon hanya bisa diam saja.
Yi Young pergi ke terminal berteriak memanggil
nenek yang menunggunya dan langsung berlari memeluknya. Nenek mengeluh agar Yi
Young Jangan menempel padanya seperti itu. Yi Young mengejek kalau nenek Joo
Wan itu menyukainya.
“Biar
kuambil itu. Astaga... Kenapa berat sekali? Apa ini?” tanya Yi Young, Nenek menjawab kalau itu lauk.
“Joo Wan
memang lahir dan dibesarkan di Seoul, tapi lidahnya sangat kuno.” Ucap Nenek
ingin membawanya sendiri tapi Yi Young tetap ingn membantu karena masih kuat.
Tuan Kang
duduk dengan wajah dingin dalam ruangan, sambil minum teh. Nyonya Seo pun duduk
hanya diam saja, sementara Tuan Koo sibuk menjelaskan alasan ada patung kepala
kuda di mejanya kalau kudanya itu adalah Mendelsohn, kuda yang memenangkan
Kentucky Derby dua kali.
“Kalian
tahu Mendelsohn, bukan? "Spring Song". Seperti kuda ini, perhatianku
tidak akan teralihkan. Aku ingin berlari, hanya menatap ke depan. Aku tidak
akan lupa dari mana asalku. Dengan mengingat itu...” ucap Tuan Ko terputus saat
Nyonya Yoon memberitahu Pimpinan Jang datang.
“Astaga,
kalian semua di sini... Maaf aku terlambat.” Ucap Tuan Jang menyapa, Nyonya Seo
mengaku Senang bertemu dengan Tuan Jang lagi hari ini.
“Anda
kemari bukan untuk membicarakan hal serius, kan?” kata Tuan Kang penasaran.
“Tidak.”
ucapTuan Jang, Tuan Kang binggung jadi itu artinya sesuatu yang serius.
“Kenapa
Anda baru membahas konduktor itu? Besok adalah konser inaugurasinya. Apa Anda
menyuruh kami memecatnya begitu dia dilantik? Kita akan menjadi bahan
tertawaan.” Ucap Tuan Kang marah
“Kau
tidak perlu terlalu sensitif soal ini. Mempercayakan dia memimpin konser hari
jadi ke-20 Shinyoung Philharmonic, sebuah orkestra dengan sejarah panjang, menurutku
dia tidak berpengalaman. Itu sempat terlintas di benakku.” Ucap Tuan Jang
memberikan alasan llau keluar ruangan.
“Tidak
berpengalaman? Si berengsek itu. Memangnya kenapa kalau dia menyumbang? Kita
orkestra yang sudah beroperasi selama 20 tahun. Dia baru bergabung dengan kita
beberapa hari lalu. Beraninya dia menyuruh kita memecat konduktor.” Ucap Tuan
Kang marah
“Dia
tidak menyuruh kita memecat Maestro Nam Hanya saja dia tampak tidak
berpengalaman.” Kata Nyonya Seo
“Itu sama
saja. Sudah kubilang dia akan menimbulkan masalah, kan? Aku yakin departemen inspeksi
akan membahas putranya. Bagaimana kau akan menanganinya? Zaman sekarang, suap
bisa menjadi masalah serius.” Tegas Tuan Kang
“Selama
kau tidak membuat masalah, maka tidak akan ada masalah. Kenapa kau terus ikut
campur? Universitas itu cukup untukmu, bukan? Apa Mengambil uang dari universitas
tidak cukup untukmu?” sindir Nyonya Seo
“Aku
mengambil uang? Soo Hyang. Apa kamu berhak membentakku? Tempat ini masih
berjalan berkat aku.” Tegas Tuan Kang
“Profesor
Kang... Jangan memanggilku namaku di tempat kerja. Aku direktur utama di sini. Aku
akan bertanya kepada ayahku kenapa tempat ini masih berjalan. Ketahuilah kapan
kau tidak boleh ikut campur.” Ucap Nyonya Seo marah. Tuan kang hanya bisa
tertawa mengejek lalu keluar ruangan.
“Apa
masalah Profesor Kang dengan Pimpinan Jang? Kenapa dia sangat tidak ramah? Apa
Kau tahu sesuatu tentang ini?” ucap Nyonya Seo kesal.
“Hari ini,
mungkin karena Maestro Nam. Dia dekat dengan Profesor Kang sejak kuliah. Profesor
Kang juga bangga telah menemukan Maestro Nam.” Ucap Nyonya Yoon.
“Kenapa
Pimpinan Jang membahas Nam Ju Wan? Apa dia tidak menyukai Nam Joo Wan? Aku
tidak bisa membaca pikirannya. Untuk berjaga-jaga, carikan aku alasan yang
memungkinkan untuk memecatnya. Kita butuh alasan untuk memecat pria itu jika
terpaksa. Kita butuh alasan.” Tegas Nyonya Seo. Nyonya Yoon menganguk mengerti.
Yi Young
mengandeng tangan Nenek Joo Wan berjalan sambil menelp memberikan Joo Wan kalau
neneknya tidak bisa tidur di rumahnya karena rumah itu terlalu mewah. Joo Wan
pun ingin tahu selanjutnya, Yi Young memberitahu kalau sedang membawanya ke
rumahnya.
“Tidak,
bukan rumah bibiku. Rumahku. Dia bisa tidur di kamarku.” Ucap Yi Young
“Baiklah.
Aku akan ke sana setelah selesai... Sampai jumpa.” Kata Joo Wan tersenyum
karena ada orang yang menemani neneknya.
Setelah
menutup telp ternyata Tuan Kang menelp tapi dibiarkan begitu saja.
Tuan Kang
dalam kesal memukul stir mobil, saat itu melihat Joo Wan akhirnya datang. Joo
Wan bertanya kenapa Tuan Kang datang. Tuan Kang memberitahu kalau Pimpinan Jang
ingin bertemu jadi sengaja datang dari rapat.
“Aku
punya firasat buruk soal ini. Kurasa dia tahu sesuatu. Karena itu dia membuat masalah.
Entah dia tahu atau hanya menggertak. Tapi dia menyebutkanmu.” Ucap Tuan
Kang. Joo Wan bingung kenapa dirinya
disebut.
“Jika ada
masalah, mungkin kau akan cuti setelah konser inaugurasi. Bersiaplah seandainya
hal itu terjadi.” Ucap Tuan Kang
“Cuti?
Apa itu artinya kau akan memecatku? Aku tidak melakukan kesalahan. Aku tidak
boleh dipecat.” Kata Joo Wan tak bisa terima
“Aku
tidak pernah mengatakan itu. Semua orang tahu orkestra itu menghindari masalah
karenamu.” Tegas Tuan Kang
“Lalu kenapa?
Kenapa kau memecatku?” ucap Joo Wan masih tak terima.
“Kita
bisa dengan mudah memikirkan alasan. Kau hanya dipecat. Tidak ada alasan untuk
itu.” Ucap Tuan Kang
“Kau
harus mencegah itu terjadi.” Ucap Joo Wan. Tuan Kang pikir kalau Joo Wan akan
berusaha keras mencegahnya, tapi memberitahu seandainya ada masalah.
“Apa Kau
pikir memecatku akan menyelesaikan semuanya di sini? Jika dia tahu sesuatu dan
ini tujuannya, kau yang berikutnya. Apa Kau pikir aku akan diam saja jika kamu
memecatku? Aku tidak akan jatuh sendirian.” Tegas Joo Wan.
“Hei. Kau
serius? Apa kamu mencari barang-barang Hong Yi Young Atau kamu sudah
menemukannya dan menyimpannya?” ucap Tuan Kang menahan amarah.
“Kau
tidak senaif itu sehingga berpikir tidak apa-apa selama kita menemukan dan
menyingkirkannya, bukan? Itu tidak berarti apa pun. Karena hal tidak penting
itu, Kim Ian tewas. Pikirkanlah. Aku tahu semua perbuatanmu. Jika kau ingin
mengubur itu, kau harus membunuhku. Apa Kau juga akan membunuhku?” ucap Joo
Wan.
“Aku
tidak percaya ini. Kenapa aku harus membunuh seseorang? Itu konyol. Ini semua
terjadi karenamu. Karenamu, Kim Ian tewas. Jika kamu tidak memberi Hong Yi
Young pisau hari itu...” sindir Tuan Kang.
“Hentikan.”
Kata Joo Wan tak bisa mendengarnya Tuan Kang pikir Pada akhirnya, hidup Joo Wan berantakan karenanya.
“Kau juga
membunuh Kim Ian. Kau pembunuhnya. Mengerti?” ucap Tuan Kang. Joo Wan berteriak
meminta agar menghentikanya sebelum kesabarannya habis lalu berjalan pergi.
Joo Wan duduk
di meja kerjanya menatap pisau lipat ditanganya, lalu teringat yang dikatakan
Jang Yoon padanya “Apa kau membunuh Ian? Apa Kau sungguh tidak ingat pisau ini?
Kau menikam Ian dengan pisau ini.”
Ia
teringat juga dengan yang dikataan Tuan Kang “Karenamu, Kim Ian tewas. Jika kau
tidak memberi Hong Yi Young pisau hari itu...” Lalu ia masuk ke dalam gudang
dengan pisau yang membuat Yi Young dan Ian ketakutan. Akhirnya Joo Wan
menyimpan pisau dilaci kerjanya.
Bersambung
ke episode 22
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar