PS : All images credit and content copyright : KBS
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Sebuah
mobil masuk ke dalam TKP , sepatu
hitam pun turun lalu berjalan mendekati TKP .
Beberapa orang berkumpul membahas “Seorang lain tewas di sini bertahun-tahun
lalu dan menduga itu ulah si Pengusil, mereka tak percaya kalau terjadi lagi.
Si POLISI
masuk ke dalam TKP, Korban terlihat diangkat dengan tandu dan sudah ditutup
kain putih. Terlihat tangan korban terjatuh dari tandu dan sudah tak sadarkan
diri dengan luka, serta gelang ditanganya.
[EPISODE 1- WANITA DENGAN GELANG GERMANIUM]
Sebuah
mobil masuk ke dalam kawasan perdagangan, semua orang sibuk melihat yang
datang. Beberapa orang sibuk membawa bahan untuk dijual. Park Chan Sook menemui
dua ahjumma yang kuat. Bibi Jung Gwi
Ryun bertanya apa yang terjadi.
“Mereka
membuka toko bunga.” Ucap Bibi Kim Jae Young. Chan Sung tak percaya ada Toko
bunga di gang kuliner.
Mereka
akhirnya melihat sebuah papan nama dipasang “CAMELLIA” Tuan Song Jin Bae
mengaku penasaran apa mereka akan sukses karena Ongsan tempat yang keras untuk
orang baru. Chan Sung bertanya apakah mereka
Pernah lihat pemiliknya.
Saat itu
seseorang keluar memakain topi tak terlihat wajahnya, ngambil boneka yang
jatuh. Tiba-tiba angin menjatuhkan topinya, terlihat wajah Dong Baek dengan
rambut panjangnya dan sangat muda. Semua orang hanya bisa melonggo, seperti
kehilangan kesadaran sejenak.
“Apa?
Menurutmu dia cantik?” tanya Chan Sook, Dua bibi menyangkal kalau itu tidak
sama sekali.
Suami
Chan Sook masih tetap melonggo, Chan Sung langsung memukul mulut Tuan Song agar
menutup mulutnya. Dong Baek yang masih muda pun membantu pria yang membawa
Stroler ke dalam tokonya.
“Dia
seorang ibu. Dia pasti pengantin baru.” Komentar Bibi Kim, Bibi Jung pun memuji
kalau Dong Baek itu Ibu muda yang cantik. Tuan Song seperti tak tertarik
memilih untuk pulang.
“Apa Kau
mau pergi?” teriak Bibi Kim melihat Deok Soon yang berjalan cepat sambil
komat-kamit
“Dia
menyumpah, 'kan? Yong-sik pasti membuat onar lagi.” Komentar Chan Sung. Mereka
pun berpikiran yang sama.
“Kudengar
Yong-sik ditikam.” Kata Yang Seung Yeob sambil terus memainkan bola baseball.
Tuan No
Kyu Tae memeriksa semua barang di dalam toko, melihat Air dari keran tampaknya berkarat. Dong Baek
berkomentar kalau tidak butuh jendela jika ini untuk menyimpan ikan kering, tapi
bagus jika ada satu jendela di sebelah sana.
“Tempat
ini 800.000 won per bulan karena tak ada jendela.” Kata Tuan No sebagai pemilik
kios
“Tetap
saja, kurasa butuh jendela karena terlalu gelap.” Komenar Dong Baek.
“Saat
menyewa tempat sebesar ini dengan sewa murah, kau diharap membayar renovasi
dengan uangmu sendiri. Kau, sebagai penyewa, bisa mengurusnya sendiri. Biar
kuberi tahu soal diriku. Aku suka penyewa yang mandiri.”tegas Tuan No. Dong
Baek menganguk mengerti.
“Omong-omong,
di mana suamimu? Aku perlu bicara soal biaya rumah dan bak dapur. Apa dia
bekerja di akhir pekan? Aku lebih suka bicara dengan suamimu soal perbaikan...”
ucap Tuan No
“Aku
mandiri... Kau bisa bicara denganku tentang semua.” Ucap Dong Baek ternyata ibu
tunggal. Tuan No hanya bisa terdiam tak percaya.
Nyonya
Duk pergi menemui peramal, si Peramal berpikir kalau Apa Yong-sik terlibat
masalah lagi atau dia memukuli seseorang. Nyonya Duk mengeluh kalau anaknya itu
bukan preman, lalu meminta si peramal aga menyudahi tentang ramalan tipuan
beras itu.
“Kenapa
tidak buatkan aku jimat saja?” kata Nyonya Duk, Si peramal mengeluh jimat apa
itu.
“Bantu
aku menghentikan ini. Aku sudah minum ini selama 20 tahun, itu lama sekali.”
keluh Nyonya Duk
“Aku bisa
membuat seratus jimat untukmu, tapi bahkan dukun tak bisa mengubah nasibmu. Andai
Yong-sik lahir di masa lalu, seluruh sistem Joseon akan terjungkir balik.”
Komentar si peramal
“Kau
sepertinya selalu menganggap putraku terlahir dari keturunan rendah.” Keluh
Nyonya Duk
“Maksudku,
aku hanya berpikir Yong-sik akan memberi semua aristokrat semena-mena itu
pelajaran serius.” Jelas si peramal
“Apa
takdirnya akan berubah andai aku tak pernah memintanya pergi ke bank hari itu untuk
membayar tagihan rumah?” kata Nyonya menyesal.
Flash Back
September,
Tahun 2003
Hwang
Yong Sik yang masuk muda duduk dengan slip ditanganya, Pegawai bank memberitahu
kalau mereka perlu periksa rekening pada kuartal tiga dan empat. Jam lima, bank
sudah mulai tutup dan pintu trolly mulai diturunkan.
Yong Sik
melihat pria yang duduk disampingnya, menutup wajahnya dengan slayer lalu
memeluk tasnya. Ia pun mengikutinya seperti mereka berteman, Sipria
mengeluarkan sesuatu dari tasnya. Yong Sik mengikutinya dan melihat si pria
mengeluarkan pistol.
Nyonya
Duk sedang melayani pelanggan di restoran Kepiting Rendam Baekdu, mengangkat
telp berpikir ada pesanan antar. Tapi terlihat kaget kalau dari Kantor polisi.
Yong Sik terlihat sudah babak belur, Nyonya Duk melihat rekaman CCTV.
Tuan Byun
heran melihat Nyonya Duk santai melihat rekaman CCTV sambil makan permen.
Nyonya Du pun megeluh anaknya itu memang pembuat onar. Petugas polisi datang
memberitahu kalau ada berita akhirnya menyalakan TV.
“Saat
perampok bersenjata mengancam para pegawai bank, seorang warga sipil pemberani
bergumul berusaha menjatuhkannya Warga sipil ini mengeluarkan kotak bekalnya. Walau
dalam situasi berbahaya saat dia bisa saja tertembak, dia melawan perampok
tanpa ragu.” Perampok menodongkan senjata ke arahnya setelah.
Wajah
Yong Sik tersenyum bahagia melihat rekaman CCTV dari bank, seperti bangga. Sementar Nyonya Duk mengeluh kalau anaknya
itu pahlawan Ongsan, padahal membawakan
bekal untuk belajar usai sekolah, bukan untuk memukuli perampok bank.
Si pelaku
sudah babak belur dengan wajah tak karuan didalam sel. Nyonya Duk tak terima
kalau harus membayar pengobatan gigi perampok bank itu. Polisi Byun menegaskan
kalau polisi anggap ini penyalahgunaan kekuatan, sebagian menganggap ini soal
hak asasi.
“CobaLihat,
Aa kau tak lihat dia menggunakan seragam sekolah? Bisanya perampok bank meminta
kompensasi setelah dipukuli anak SMA?” ucap Nyonya Duk membela anaknya.
“Masalahnya,
walau putramu 17 tahun... Aku paham dia
perampok, tapi lihat wajah ini. Maksudku, lihat saja matanya.” Kata Polisi
Byun.
“Aku
yakin dia melihat kotak bekal di tangan putraku, jadi, seharusnya dia
berhati-hati. Kenapa dia membiarkan anak SMA mematahkan giginya saat dia punya
pistol? Lalu kenapa aku harus membayar pengobatannya?” ucap Nyonya Duk
mengomel. Yong Si malah memilh makan permen diatas meja.
“Dasar
bodoh, kenapa kau makan ini?” teriak Nyonya Duk kesal memukul anaknya, Polisi
Duk pun mencoba memisahkan.
“Kurasa hanya aku...di negara ini
yang harus membayar implan gigi perampok bank. Hidup Yong-sik sendiri merupakan
perang melawan kejahatan.”
Yong Sik
terlihat sedikit mabuk sedang buang air kecil di dinding, lalu melihat pria
yang membawa motor. Ia pun menahanya dan bertanya apakah kehilangan kuncinya
karena tak menyalakan motornya tapi menuntunya.
“Dia pernah menangkap pencuri motor
saat sedang kencing di jalan.”
Yong Sik
sedang menjadi sopir penganti, lalu melihat ke sisi kiri jalan, lalu
memberitahu Pelangganya kalau baru melihat sesuatu dan langsung memutarkan
balik mobil dengan cepat.
“Kenapa dia harus melihat pencopet
saat mengemudikan taksi?”
Yong Sik
menjadi kurir pengantar paket, lalu melihat pria akan menuruni tangga terlihat
senang karena ternyata ada orang dirumah padahal terus menelepo tapi tak ada
yang mengangkat. Ia pun memberikan paket untuk Unit 401. Si pria menganguk dan
terdengar suara anjing mengonggong.
“Anjingnya
terus menyalak. Kenapa kau memakai sarung tangan di panas terik begini? Apa Kau
yakin ini untukmu?” ucap Yong Sik. Si pria menganguk dengan wajah panik akan
mengambil paket.
“Sebentar,
aku lupa memeriksa... Apa kau Kim... Kim A-reum?” ucap Yong Si mulai curiga
karena harusnya seorang wanita. Si pria kebingungan.
Si Pria
akhirnya dibawa polisi dengan wajah babak belur. Yong Sik terlihat bangga
karena penghuni mengetahui anak muda yang memukul pelaku. Polisi Byun mengeluh
pada Yong Sik agar menelpnya saja karean merek selalu ada untuknya.
“Saat aku
di sana, aku melihat si berengsek itu berjalan keluar. Astaga, waktunya pas.
Aku mendapat firasat buruk saat melihat berandalan kecil itu.” Ucap Yong Sik
bangga
“Dia
tidak "kecil." Kami pasti menyiapkan amunisi saat menahan penjahat
sepertinya. Kau selalu tangkap mereka tanpa apa pun. Kami jadi mirip pecundang.
Apa Kau mempermainkan kami?” ucap Tuan Byun menunjukan selembaran buronan.
“Apa aku
akan mendapat penghargaan lagi?” tanya Yong Sik tak percaya ternyata itu pelaku
kejahatan yang dicari polisi.
Di rumah
banyak “ANUGERAH PENGAKUAN, PENGHARGAAN” dan ada jimat juga yang ditaruh
disampingnya. Nyonya Duk pun binggung anaknya akan menjadi sesuatu dan kenapa
anaknya bisa seperti itu. Yong Sik pun akhirnya mengunakan seragam polisi.
Nyonya
Duk duduk disamping Polisi Byun terharu datang ke acara, UPACARA PELANTIKAN
POLISI KE-243 terlihat terharu melihat anaknya. Yong Sik terlihta gugup didepan
wartawan mengaku hanya menangkap karena
melihat.
“Apa yang
kau pikirkan saat melihat tersangka kabur?” tanya wartawan. Yong Suk mengaku
tak ada.
“Kau
tahu, aku bukan tipe orang yang berpikir panjang. Saat aku melihat penjahat,
tubuhku otomatis bereaksi.” Ucap Yong Si. Wartawan tak percaya itu terjadi saat
melihat penjahat
“Benar.
Maksudku, saat aku melihat mereka, tubuhku otomatis.. Aku merasakan dadaku
membuncah, dan tubuhku otomatis...” ucap Yong Sik gugup.
“Astaga,
si bodoh itu. Kenapa dia katakan hal yang sama berulang-ulang?” keluh Nyonya
Duk melihat anaknya.
“Kau mungkin
bingung apa harus senang atau tidak soal ini, tapi yang penting kini dia
pegawai negeri. Jika Yong-sik tak masuk kepolisian, dia mungkin melakukan hal
yang sangat konyol.” Ucap Tuan Byun.
“Bukankah
kau sibuk? Kau pasti banyak waktu senggang.” Ejek Nyonya Duk, Tuan Byun mengaku
mengambil cuti.
“Kenapa
kau mengambil cuti?” tanya Nyonya Duk. Tuan Byun mengaku ingin hadir di peristiwa bersejarah
ini.
“Katanya
kau pasti buang air besar jika terus kentut. Dengar, aku tahu ini akan tiba
saat dia tangkap perampok bankdengan kotak bekalnya.” Ucap Tuan Byun.
“Begini...
Kumohon jangan terlalu dekat dengan putraku.” Kata Nyonya Duk. Tuan Byun hanya
bisa melonggo.
Nyonya
Duk mengeluh Yong Sik bersikeras bekerja
di Seoul, berkata dia harus pacaran dengan wanita yang lahir dan besar di
Seoul. Karena itu anaknya pindah ke sana, tapi masih belum menikah. Ia pun
mengeluh karena lengan anaknya dijahit.
“Kenapa
lompat ke arah orang dengan pisau saat dia tak membawa apa pun?” keluh Nyonya
Duk kesal
“Jangan
khawatir. Hatinya akan lunak saat bertemu dengan orang yang tepat.” Kata Si
peramal
“Wanita?
Apa Menurutmu dia akan menikah?” tanya Nyonya Duk. Si peramal melempar garam di
meja.
“Seekor
kelinci akan bertemu seekor naga.” Ucap Peramal. Nyonya Duk pikir mungkin ini
artinya Yong-sik akan terbang tinggi.
“Kurasa
dia akan bertemu gadis yang seperti kelinci lucu.” Kata Nyonya Duk bangga.
“Tidak.
Maksudku, Yong-sik akan bertemu naga... Yong-sik adalah kelinci.” Kata Si
peramal.
“Astaga,
apa kau mabuk? Lalu di mana naga ini?” tanya Nyonya Duk tak percaya.
“Di
timur.” Kata peramal menujuk ke sisi kirinya, Nyonya Duk mengeluh kalau peramal
itu selalu mengatakan itu.
“Aku
bahkan tak tahu timur di sebelah mana.” Keluh Nyonya Duk, Saat itu Dong Baek
datang.
“Aku
kemari untuk menyapa. Aku membawa kue beras.” Ucap Dong Baek mengunjungi
tetangganya.
Chan Sung
melihat kartu nama CAMELLIA lalu mengaku setuju karena Dong Bae jelas butuh
jendela karena toko bunga harus punya jendela. Bibi Kim Jae Young pun berpikir
kalau Dong Baekhususnya menjual kamelia. Dong Bae ingin menjelaskan tapi dua
bibi menyela.
“Aku
penasaran apa toko bunga bisa sukses di sini.” Komentar Bibi Kim, Bibi Park
yakin itu pasti bisa sukses.
“Aku
membeli anyelir sekali setahun.” Ucap Bibi Park, diam-diam Nyonya Duk
menguping.
“Sebenarnya,
ini bukan toko bunga... Tapi Ini bar... Ini bar bernama Camellia.” Akui Dong
Baek. Semua kaget dan bisa mengerti.
“Apa Kau
membuka pub bersama suamimu?” tanya Bibi Park, Dong Baek mengaku hanya sendiri.
Mereka pun kaget lag.
“Apa
pekerjaan suamimu?” tanya Bibi Park, Bibi Km mengeluh kalau mereka harus hormati
privasinya.
“Aku tak
punya suami.” Akui Dong Baek, mereka kaget lagi kalau Dong Bae tak punya suami.
“Apa Kau
bercerai? Atau janda?” tanya Bibi Kim yang akhirnya ingin tahu. Dong Baek
mengaku Belum pernah menikah. Mereka makin tak percaya dengan Dong Baek.
“Kalau
begitu siapa ini? Apa dia keponakanmu?” kata Bibi Park, Dong Baek mengeluh wajah
anak kecil didepanya dan mengaku sebagai putranya.
“Kalian
bisa punya anak tanpa menikah... Itu bisa saja.” Ucap Dong Baek santai.
Keduanya pun menganguk mengerti walaupun terlihat kebingungan.
“Silakan
datang kapan saja.” Ucap Dong Baek, mereka menganguk kalau suka bir.
Bibi Park
sambil membersihkan kepiting tak percaya kalau
ibu tunggal membuka bar. Nyonya Duk pikir tak ada hukum yang melarang
ibu tunggal membuka bar dan menurutnya janda juga tidak boleh menjual kepiting
rendam padahal menjual soju dengan kepiting rendam.
“Kau
mungkin tidak tahan denganku.” Sindir Nyonya Duk, Bibi Park mengaku bukan begitu maksudnya.
“Apa
punya suami bisa dibanggakan?” komentar Nyonya Duk, bibi Park pikir Itu bukan katanya.
“Suami
yang tinggal di rumah tak berguna di Ongsan.
Mereka hanya bisa membantu di tempat parkir.” Komentar Nyonya Duk.
Tuan Song
sibuk makan nanas lalu berlari saat melihat ada mobil yang akan parkir. Bibi
Park pikir Itu masih lebih baik daripada tak punya dan hanya berkata jujur.
Nyonya Duk pun langsung meminta agar uangnya dikembalikan pada Bibi Park
sesegera mungkin.
Bibi Park
pun tak bisa berkata-kata, saat itu terdengar bunyi suara alarm mobil dan Tuan
Song terlihat sedang mencoba memarkirkan mobil tapi menabrak mobil
dibelakangnya. Bibi Park yang marah langsung menancapkan pisaunya.
Dong Baek
menerima pesanan kubis, Si kurir pun menurukan pesanan. Dong Baek pun bertanya
apakah boleh hanya membeli separuh boks kubis. Si kurir terihat binggung. Dong
Baek akhirnya mengurungkan niatnya. Pria akhirnya mengetahui kalau Camelia
bukan toko bunga.
“Lelaki
tidak berguna di Ongsan. Mereka hanya bisa merusak bumper.” Komentar Nyonya
Duk. Tuan Song pun sedang berusaha agar tak terlihat lecet. Sementara Dong Bae
sibuk memotong kol dan terlihat kurang mahir.
“Seung-yeop,
kau sedang apa? Bersiaplah membuka restoran.” Kata Bibi Jung Gwi Ryun didepan
restoran KEPITING RENDAM PUTRI
“Kenapa
Ibu melahirkanku jika dia akan memberikan semua kepada putrinya?” keluh Seung
Yeob siap membuka toko.
Bibi Park
bertanya pada Suaminya Tuan Park, Berapa
nanas yang dijual. Tuan Song mengaku Tidak sebanyak itu dan hanya menjual
beberapa. Terlihat tempat yang menjual KEPITING RENDAM
“Entah karena resep atau
restorannya, semuanya diturunkan kepada putri atau menantu wanita.”
Bibi Jang
membawak piring kotor lalu menyuruh suaminya agar mebeli ayam goreng saat
pulang. Tuan Yang bertanya apa ingin yang pedas. Bibi Jan menjawab Separuh
pedas dan separuh biasa. Tuan Yang menganguk mengerti.
“Saat istrimu adalah bosmu, kau harus
bekerja 24 jam sehari.”
Sebotol
bir dibuka, Dong Baek seperti mulai mahir melakukan semua dalam satu
waktu. Tuan Yang dan Tuan Song sedang
mancing bersama, mereka pikir tak ada yang
mau minum-minum di restoran tempat mereka bekerja seharian, bahkan bau
kepiting rendam.
“Kami bahkan tak punya tempat untuk
bersantai dan menikmati minuman. Tapi ternyata, ini bukan toko bunga.”
Dong Baek
terlihat makin sibuk dan orang yang datang makin banyak memesan soju dan bir.
Keahlian memotongnya pun makin bagus, sangat halus, tipis dan cepat.
“Apa Kau
pernah melihat orang baru bertahan di Ongsan?” ucap Bibi Park. Bibi Kim yakin
akan terkesan jika dia bertahan tiga bulan. Setelah berganti musim, bar CAMELLIA
masih bisa bertahan.
“Berkat suka dan duka orang-orang
di Ongsan, Camellia bertahan selama enam tahun.”
ENAM TAHUN KEMUDIAN
Di malam
hari, Tuan Song keluar dari bar mengaku ada di pemakaman. Setelah itu masuk ke
dalam bar Camelia yang penuh dengan para pria yang merasa tertekan. Dinding
banyak sekali coretan “LEZAT SEKALI AKU SUKA SOMAEK”
Dong Baek
dilantai atas melihat buku kamus bahasa inggris, anaknya Pil Goo sedang makan.
Dong Bae melihat SEKOLAH DASAR ONGSAN BULETIN ditanganya terlihat binggung. Pil
Goo bertanya apakah ibunya sudah memutuskan nama Inggrisnya.
“Apa aku
harus hadir di sesi konseling ini?” tanya Dong Baek. Pil Goo memberitahu kalau
semua ibu teman sekelasnya datang.
“Apa Kau
mau melewatkannya lagi?” keluh Pil Goo. Dong Baek ingin tahu pakah guru anaknya
itu orang asing.
“Apa gurumu
hanya bisa bahasa Inggris?” tanya Dong baek heran. Pil Goo pun ingin tahu apa
nama inggris ibunya.
“Nama
Inggrisku? Diana... Yah... Diana saja.” Ucap Dong Baek setelah berpikir. Pil
Goo binggung.
“Dia
adalah ratu Inggris.” Jelas Dong Baek,
Pil Goo binggung bertanya Diana itu putri atau permaisuri.
“Bagaimanapun,
dia sangat modis dan cerdas. Dia tampak sangat cerdas.” Jelas Dong Baek
“Ibu, apa
kau ingin tampak cerdas?” tanya Pil Goo, tiba-tiba teriakan pelangga memanggil
Dong Baek agar membawakan berondong jagung.
Dong Baek pun bergegas turun, Pil Goo pun terlihat sedih melihat ibunya.
Tuan Byun
mengeluh pada pria yang duduk sofa kalau sebelumnya mengatakan akan bertemu
Putri Diana di Seoul, tapi turun pangkat bahkan sebelum bertemu jodohnya. Ia
pun ingin tahu alasan pangkatnya diturunkan.
“Aku
dipindahkan kemari. Tolong jangan menyebutnya turun pangkat.” Ucap Yong Sik
membela diri.
“Omong
kosong... Kenapa memukul orang saat menjadi polisi? Lalu kenapa kau memukulinya
di depan kamera?” keluh Tuan Byun kesal.
Flash Back
Yong Sik
membawa pelaku ke depan wartawan didepan kantor polisi. Wartawan mulai bertanya
“Apa perasaanmu saat itu? Kenapa kau membunuh pacarmu?” Pelaku menjawab dengan
gaya arogan mengatakan pacarnya tak pernah patuh.
“Aku memukulnya
karena dia pantas mendapatkannya.” Ucap si pelaku, Yong Sik tak bisa menahan
emosi langsung mukul kepala si pelaku.
Wartawan melihatnya
kaget karena polisi memukul si pelaku,
si pelaku pun bingung Yong Sik yang berani memukulnya. Yong Sik pun
berteriak kalau itu karena pantas mendapatkannya dan terus memukulnya, temanya
binggung meminta Yong Sik agar tenang.
Akhirnya
berita dengan Yong Sik yang memukul
pelaku tersebar [PRIA KASAR MEMBUNUH PACARNYA] Komentar dari netizen pun
muncul [BAGUS, AKU SUKA POLISI KASAR
SEPERTINYA, TAPI PANGKATNYA MALAH TURUN]
Tuan Byun
mengeluh kalau Yong Sik berpikir dirinya itu petarung MMA. Yong Sik mengaku tak
menyesal sama sekali soal hantaman lutut itu. Tuan Byun pun tak peduli, Yong
Sik mengaku merasa sedih karena pindah kemari sebelum bertemu Putri Diana di
Seoul.
“Kenapa dia
sangat menyukai Putri Diana?” keluh Tuan Byun pada juniornya.
“Wanita
impianku adalah seseorang yang cerdas, anggun, dan pintar. Kau tahu maksudku. Sederhananya,
seseorang yang selalu dapat peringkat lima ke atas saat ujian di sekolah. Itu
tipe wanita yang kumaksud.” Ucap Yong Sik bangga
“Apa kau
haus kecerdasan?” keluh Tuan Byun, Yong Si pikir wanita Idealnya, seseorang
yang tinggal di Seoul, bukan di perdesaan.
“Lalu
kenapa kau dipindahkan kemari sebelum mengencani tipe itu?” ejek Tuan Byun.
“Anehnya,
wanita asli Seoul bukan satu-satunya di kota. Anehnya, setiap wanita yang
kutaksir berasal dari perdesaan.” Ungkap Yong Sik
“Apa yang
aneh dari itu? Orang kampung saling mengenali.” Komentar Tuan Byun.
“Astaga,
yang benar saja. Aku mungkin tak seharusnya mengatakan ini di depan orang dari
kampungku, tapi dalam hal ini, semua mengira aku dari Seoul.” Komentar Yong Sik
dengan tawa mengejek.
“Baiklah,
tentu saja. Mari adakan pesta penyambutan. Di Ongsan ada Diana juga.” Ucap Tuan
Byun
“Astaga,
aku tidak pergi ke bar tempat ada para gadis.” Kata Yong Sik menolak. Tuan Byun
menegaskan tempat itu tidak seperti itu.
Tuan No
mengajak dua orang teman, Yong Baek masuk terlihat wajah cantiknya. Dua pria
bertanya apakah Tuan No dekat dengan Dong Baek. Tuan No
mengaku kalau dekat seperti teman. Temanya berkomentar kalau Tuan No itu seperti pelanggan VIP terbesar.
“Mungkin
hanya dia yang minum Chivas Regal di Ongsan.” Komentar teman lainya.
“Hei, Dongbaek.
Aku pesan Chivas lagi.. Apa Kau punya kacang? Ya, aku membawa pejabat tinggi di
distrik kita, jadi, berikan aku kacang gratis.” teriak Tuan No bangga pada Dong
Baek.
“Kau
pasti dekat dengannya jika bisa minta gratis.” Komentar temanya bangga.
“Kacang harganya
8.000 won. Akan kubawakan.” Ucap Dong Baek, Tuan No terlihat malu menyuruh Dong
Baek pergi saja.
“Kukira
kalian teman dan dekat dengannya.” Ejek temanya, Tuan No pun hanya bisa menahan
malu.
Pil Goo
menemui pelanggan lain, mengeluh karena memanggil ibunya "Dongbaek".
Tuan Song pikir kalau ini nama tempatnya. Pil Goo pikir Tuan Song juga harus
memanggil ibu Jun-gi "Kepiting" dan ibu Dae-seong "Perut Babi"
Tuan Song terlihat bingung.
“Kalau
begitu aku harus panggil apa?” kata Tuan Song, Pil Goo menegaskan ibunya
pemilik bar jadi meminta agar memanggil CEO. Tuan Song pun menganguk mengerti.
“Jika
kalian bicara tak sopan lagi kepadanya, maka aku tak akan memberi berondong
gratis.” Tegas Pil Goo memberikan berondong jagung.
“Kukira
dia akan katakan ingin memukulku.” Komentar Tuan Song ketakutan melihat Pil Goo
“Bagaimana
orang seperti Dongbaek melahirkan anak sok tahu sepertinya?” keluh temanya.
Tuan Song pikir itu pasti keturunan ayahnya.
Saat itu
di TV, terlihat seorang pria sedang mengendong seorang bayi. Kang Jong
Ryul dudk dengan Jessica sambil
mengendong anaknya mengaku kalau lakukan bersam dan ia banyak bantu. PD melihat kalau istri Tuan
Kang memang cantik.
“Apa Kau
mau aku mencucinya? Penonton mengeluhkan kau selalu pura-pura makan dan tak
pernah makan sungguhan.” Komentar Jong Ryul melihat istrinya hanya memainkan
cream diatas kue.
“Apa Kau harus
merekam kami memakan ini? Mari hentikan di sini.” Keluh Jessica yang tak mau
syuting.
Jessica
mengunakan pakaian yang ketat dan sexy, terlihat lekuk badanya dan mulai
berpose didepan cermin. Ia pun langsung mengungah di social medianya dengan
hastag #CEKTUBUH, #PEDIET, #TAPI_MAKAN_KUE, #AKU_NYONYA_KANG_JONG-RYEOL saat
itu mencium sesuatu dari dapur.
Jessica
marah melihat Jung Ryul makan mie instant mengeluh kalau egois sekali, karena seharusnya makan mi instan, setelah pergi ke rumah ibunya dan
malah makan sekarang lalu mengejek kalau akan menambahkan telur juga.
“Aku harus
makan sebelum naik kereta. Biarkan aku makan mi instan.” Keluh Jung Ryul kesal
“Astaga,
kau egois.” Ejek Jessica. Jung Ryul tak terima menurutnya Jessic yang egois.
“Suamimu
seorang atlet... Kenapa kau hentikan aku makan di rumah?” keluh Jung Ryul
“Jika
ingin istri suportif, kenapa menikahiku?” ucap Jessica. Jung Ryul merasa tak
minta dukungan.
“Biarkan
saja aku saat masak untuk diriku sendiri. Aku tak pernah memintamu memasak.” Kata
Jung Ryul
“Kau pikir
aku menikahimu untuk memasak?” ucap jessica. Jung Ryul pikir kalau Jessic
menikahinya untuk berfoto.
Jessica
sudah siap memakain masker keluar rumah, Jong Ryul mengeluh kalu Jessica hanya
pergi dari unit 101 ke 103, jadi tak perlu masker dan tak seterkenal itu Bahkan
bintang idola di unit 105 tidak pakai. Jessica tak mengubris kalau Jong Ryul
memberi tahu nanti jika ada rekaman.
“Jika
mereka datang mendadak, aku tak mau” ucap Jessica, Jong Ryul pikir kru itu juga
bodoh ,karena sudah tahu mereka tak tinggal bersama.
“Karena
itu kau harus lebih baik.”tegas Jessica. Jong Ryul pun bertanya apakah dengan
aktingnya.
“Jong Ryul,
aku Jessica.” Tegas Jessica. Jung Ryul mengejek Apa artinya itu. Jessica
mengaku figur publik.
“Kenapa
kau figur publik?” ejek Jong Ryul, Jessica pikir Jong Ryul bisa lihat tanda centang di akun media
sosialnya.
“Aku
punya 77.000 pengikut.” Tegas Jessica bangga. Jong Ryul pun makin mengejek
Jessica.
“Benar,
kau mengunggah makananmu, cara tidur dan membersihkan tubuh. Karena penasaran,
aku mengikutimu.. Lalu... bisakah kau pakai pakaian yang benar? Kau pasti mengira
celana ketat itu seksi, tapi itu membuatmu seperti lolipop hitam.” Ucap Jong
Ryul melemparkan jaket.
“Apa
pedulimu jika aku buka baju? Aku tak buka baju untukmu, jadi, urus saja
urusanmu Atau perlukah kukatakan, bermimpilah?” ejek Jessica.
“Hei, kau
ini hanya cantik, ya? Kau hanya itu.” Keluh Jong Ryul, sang anak tiba-tiba
menangis.
“Kenapa
anak itu menangis?” keluh Jessica kesal sambil menutup matanya.
“Kau
bilang "Anak itu?" Dia bukan anak orang lain.” Teriak Jong Ryul kesal
melihat tingkah Jessica.
Akhirnya
Jung Ryul mengendong sendirian anaknya sambil menatap kearah jendela mengeluh
kalau hidup berat sekali. Ia pun terus merasa seperti... lalu mengelus anaknya
kalau sebagai ayah yang jahat. Sementara
Dong Baek melakukan hal yang sama pada sang anak.
“Ada apa?
Kenapa kau kesal lagi?” tanya Dong Baek lalu memeluk anaknya dan saat itu seperti
dibelakangnya ada orang yang mengikuti keduanya.
Bersambung
ke episode 2
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Nama ytb nya apa? G bisa diklik linknya
BalasHapus