PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Kamis, 19 September 2019

Sinopsis When The Camellia Blooms Episode 2

PS : All images credit and content copyright : KBS
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe. 
Tinggal Klik disini, buat yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe bulan ini 

Didepan kantor polisi terlihat beberapa orang melakukan demo sambil berteriak “Kepolisian Ongsan bahkan tak bisa menangkap Pengusil! Sadarlah! Kami tak bisa begini!”  Yong Sik dan Tuan Byun keluar dari kantor polisi. Yong Sik bertanya “Ada apa dengan mereka? Apa Pengusil membunuh lagi?”
“Pengusil diam selama lima tahun... Tapi filmnya menarik sepuluh juta orang.” Jelas Tuan Byun. Yong Sik binggung apa maksudnya itu film.
“Judulnya “Jangan Usil” kata Tuan Byun menunjuk poster film yang dibawa oleh pengunjuk rasa.
“Ongsan dulu dikenal karena kepiting, tapi sejak lima atau enam tahun lalu, dikenal karena Pengusil. Harga tanah kita akhirnya mulai naik, dan kita hampir dapat citra baru dengan kepiting rendam. Kenapa dia membuat film tentang pembunuhan berantai Ongsan?” keluh Tuan Byun kesal. 

Nyonya Duk sibuk membuka kepiting lalu memberikan pada anaknya sambil mengeluh kalau Mereka akan merusak kepiting rendam jika membuat filmnya. Yong Sik pun heran ibunya yang tiba-tiba membahas kepiting. Tapi Nyonya Duk pikir si sutradara sangat egois soal filmnya.
“Bagaimana kepiting rendamku? Sutradara film itu berengsek. Apa idiot itu dendam kepada kita?” ucap Nyonya Duk kesal
“Ayolah, Ibu. Berhenti menyumpah.” Keluh Yong Sik. Nyonya Duk mengerti dan sambil mengeluh karena sampai sekarang mereka belum menangkap Pengusil.
“Benar. Kenapa pembunuh remeh itu belum ditangkap?” ucap Yong Sik. Tuan Byun membela diri kalau pelaku  mungkin tampak konyol, tapi dia tidak remeh.
“Maksudku, namanya saja konyol. Dia dinamakan Pengusil.” Ucap Yong Sik heran
“Psikopat itu meninggalkan pesan setiap membunuh seseorang. Isinya, "Jangan usil." Apa maksudnya itu? Dia hanya asal berkata, "Jangan usil." Jelas Tuan Byun. Yong Sik heran
“Haruskah kutangkap dia? Kepala Byun, kau masih punya berkas kasusnya. Pangkatmu turun karena itu.” Kata Yong Sik
“Bukan turun. Aku ditunjuk kembali.” kata Tuan Byun membela diri. Yong Sik pun heran anaknya yang ingin melihat berkas kasus Pengusil.
“Ibu, ini aku. Aku punya kekuatan mengakhiri kejahatan di mana pun...” ucap Yong Sik
“Lupakan itu. Pergilah ke ladang bawang putih Yeong-sim.” Kata Tuan Byun. Yong Sik binggung kenapa harus kesana. 


Nyonya Duk sibuk memasukan baju anaknya. Yong Sik mengeluh kalau bisa melakukan sendiri. Setelah ibunya masuk, Yong Sik bertanya apakah Tuan Byun temukan di ladangnya, apakah Uang atau Mayat. Tuan Byun pikir  Anjingnya mungkin melahirkan kapan saja
“Kau Periksalah.” Kata Tuan Byun. Yong Sik mengeluh karena tak ada alasan peduli  pada anjing melahirkan.
“Anjing peternakan ayam ternyata menghamili anjingnya. Kau harus memutuskan dengan tepat apa anak anjingnya milik peternakan ayam atau Yeong-sim.” Jelas Tuan Byun.
“Astaga, percuma saja kita tepat.” Keluh Yong Sik, Tuan Byun mengeluh dengan sikap Yong Sik.
“Apa Kau pikir hak properti Yeong-sim lelucon?” ucap Tuan Byun. Yong Sik mengeluh Lupakan.
“Karena aku turun pangkat... Maksudku Karena aku ditunjuk kembali, aku akan mengejar Pengusil.” Ucap Yong Sik. Nyonya Duk mendengarnya langsung memukul anaknya yang terus membahas pelaku kejahatan. 

Yong Sik pikir kalau Ini bukan waktunya berkeliling mencari kebenaran tentang kelahiran anak-anak anjing. Tuan Byun pun ingin tahu kalau ini waktu untuk apa.  Yong Sik mengatakan ini Untuk menangkap Pengusil, dan harus seperti CSI: Miami.
“Bagaimana kau bisa menjadi anggota CSI? Hidup selanjutnya pun mustahil.” Ejek Tuan Byun.
“Ada tempat yang selalu kudatangi setiap aku ke kota baru.” Kata Yong Sik penuh semangat
“Pergilah ke tempat Yeong-sim.” Ucap Tuan Byun. Yong Sik mengkau   selalu datangi balai pengetahuan kota yaitu toko buku.
“ Tapi ada di mana?” tanya Yong Sik, Tuan Byun heran kenapa Yong Sik harus ke toko buku.
“Kepala Byun... Henry Ward Beecher berkata, "Di mana lagi hakikat manusia selemah saat di toko buku?" ucap Yong Sik
“Kau tahu yang dilakukan Henry siapalah itu?” kata Tuan Byun. Yong Sik menjelaskan kalau Henry adalah penguasa, yang kata-katanya dikutip.
“Kau harus berhenti gunakan kutipan terkenal dan berkeliaran di toko buku, oke?” kata Tuan Byun. Yong Sik heran kenapa tak boleh.
“Kau adalah tipe yang tampak lebih keren saat memakai fisik dibandingkan otak. Orang terhormat. Gaya terhormat.” Ucap Tuan Byun menujuk badan Yong Sik
“Agak aneh mengatakannya sendiri. Orang-orang mengira aku kuliah humaniora.” Kata Yong Sik bangga.
Tuan Byun tak ingin mendengar bualan Yong Sik akhirnya menyuruh pergi dan memperbolehkan pergi ke toko buku.



Yong Sik akhirnya sudah duduk di toko buku membaca buku “PSIKOLOGI KRIMINAL” lalu terlihat kesal sendiri dan ingin tahu bagaimana orang Korea seharusnya menyelidiki. Ia lalu melihat sosok wanita yang membuatnya berdebar. Dong Bae sedang mencari buku dirak atas.
“Seperti kata Henry, apa toko buku melemahkan hakikatku? Andai aku bertemu dengannya di kedai kepiting rendam, adakah yang berbeda? Tidak, sejujurnya...” gumam Yong Sik
Dong Baek melihat buku yang dibaca ada sebuah kalimat “ ITU TAK APA-APA” dan merasakan kalau Yong Sik terus menatapnya dari kejauhan. Yong Sik masih bergumam kalau  terpesona oleh Dong Bae hanya karena dia cantik.
“Aku tak percaya ada orang cabul di toko buku.” Keluh Dong Baek kesal
“Kata-kata pertama bersejarahnya menembakkan panah Kupido ke jantungku.” 

Yong Sik langsung menghadang Dong Baek pergi, mereka pun berbicara dengan bahasa inggris. Dong Baek melihat buku yang dibawa Yong Sik, KEHAMILAN, PERTAMA KALI MENYUSUI lalu menahan senyum. Yong Sik panik.
“Kata-kata bersejarah pertamaku adalah...”gumam Yong Sik lalu memberitahu  Dong Baek kalau dirinya bujangan.
“Aku bujangan sungguhan.” Kata Yong Sik langsung mengeluarkan kemejanya. Dong Baek pikir sudah bisa mengerti.
Yong Sik mencoba menyakinkan tapi Dong Baek seolah tak peduli menganggap Yong Sik gila dan keluar dari toko buku.  Yong Sik buru-buru mengejarnya kelua dari TOKO BUKU ONGSAN

Dong Baek berbicara di telp kalau  Ini filosofinya  bukan "Tak ada uang, tak ada layanan." Tapi "Tak ada adab, tak ada layanan." Yong Sik pun terlihat bahagia mendengar Dong Baek memang mahir sekali berbahasa inggris.
“Tak ada kacang untuk No Gyu-tae... No Gyu-tae tak akan dapat kacang seumur hidup. Jangan terima reservasi darinya. Paham?” ucap Dong Baek lalu masuk ke sebuah gedung.
Yong Sik melihat di depan gedung [KANTOR HUKUM HONG JA-YEONG] lalu berpikir kalau itu Dong Baek adalah pengacara, wajahnya makin sumringah. 

Yong Sik pergi memenui Seung Yup yang sedang melatih baseball membahasa kalu Ada kantor hukum di pusat kota, Seung Yup heran Yong Sik membahas itu dan berpikir dapat masalah lagi dan Apa ada yang akan menuntutnya.
“Jika dia bisa baca buku bahasa Inggris, mungkin kuliah di luar negeri?” tanya Yong Sik
“Apa orang itu menuntutmu?” tanya Seung Yup lalu berteriak memanggil Pil Gul agar Perhatikan bolanya.
“Aku bertemu wanita ini hari ini.” Akui Yong Sik. Seung Yup bertanya apakah dia cantik.
“Tapi sepertinya dia di luar jangkauanku.” Cerita Yong Sik, Seung Yup masih ingin tahu apakah wanita itu cantik.
“Dia pengacara.” Ucap Yong Sik, Seung Yup tetap ingin tahu apakah  Dia pengacara dan cantik.
“Kurasa aku bertemu Putri Diana sungguhan.” Ucap Yong Sik. Seung Yup pikir kalau  Putri Diana akan menuntut Yong Sik. 


Nyonya Hong Jae Young melihat kartu nama ditanganya CAMELLIA, DONGBAEK, lalu menatap wanita yang ada di depanya.  Dong Baek mengaku tak mau jauh-jauh kemari, tapi karena Tuan No tak mau menjawab telepon, dan tak mau membayar utang.
“Kau pasti Dongbaek.” Gumam Nyonya Hong lalu berkomentar kalau tak punya kerutan mata. Dong Baek bingung malah membahas kerutan mata. 

Flash Back
TIGA HARI LALU
Tuan No mengeluarkan sebuah produk dan tahu kalau istrinya  pakai puluhan produk seperti itu, lalu dengan bangga kalau Itu yang paling mahal dengan isi paling sedikit. Nyonya Hong bertanya apakah hanya produk itu saja dengan ukuran kecil
“Apa sebaiknya aku belikan tas tangan?” ucap Tuan No binggung lalu bergegas pergi.
Nyonya Hong lalu melihat dibagian bawah ada label “TIDAK UNTUK DIJUAL” dan Ia mencari di internet ternyata [BELI 100 ML, GRATIS 20 ML!] wajahnya pun memanah amarah.
“Untuk pertama kali, suamiku membelikanku krim mata. Tapi dia memberi krim mata 100 ml untuk yang lain dan memberiku sampel gratis 20 ml.” 

Tuan No sedang mendengarkan berita tentang Tim Doosan berhasil menang di babak pertama pertandingan. Sementara Nyonya Hong melihat pembayaran suaminya, pada CAMELLIA, DONGBAEK. Ia pun merasa tahu siapa yang dapat krim mata 100 ml.
“Sayang... Apa Kau tahu keahlianku? Aku pengacara perceraian.” Ucap Nyonya Hong
“Lalu? Kau ingin bercerai?” kata Tuan Noh. Nyonya Hong pikir hanya perlu mengumpulkan bukti bahwa pasangan kliennya bertanggung jawab.
“Semua bisa dianggap bukti, mulai dari bon hingga rekaman navigasi.” Kata  Nyonya Hong
“Kenapa memberitahuku itu?” ucap Tuan No, Nyonya Hong pikir kalau Tuan No itu lupa pekerjaannya

Nyonya Hong akhirnya memberitahu kalau ia adalah istri Tuan No, Dong Baek kaget langsung membunguk memberikan hormat mengaku Ini kali pertama bertemu dengannya. Nyonya Hong mengaku jarang bertemu penyewa.
“Andai aku tahu, aku pasti membawakan jus atau...” ucap Dong Baek dan langsung disela oleh Nyonya Hong.
“Omong-omong, kau tak tahu cara menyelesaikan kalimatmu? Aku sadar kau terus bermasalah menyelesaikan kalimatmu.” Ucap Nyonya Hong,
“Begitukah? Aku tidak sadar...” kata Dong Baek kembali terhenti, Nyonya Hong pikir kalau Dong Baek melakukannya lagi.
“Maafkan aku.” Ucap Dong Baek tersenyum manis. Nyonya Hong langsung sinis karena Dong Baek pasti berpikir dirinya manis.
“Tidak, bukan begitu yang kupikirkan. Tapi...” ucap Dong Baek sinis. Nyonya Hong langsung memastikan kalau suaminya sering ke sana,.
“Sepertinya dia ke sana lima kali sepekan.” Kata Nyonya Hong sinis, Dong Baek membenarkan
“Aku selalu memberitahunya tak baik minum terlalu banyak. Jadi, kuminta dia jangan terlalu sering datang.” Kata Dong Baek
“Tapi dia tetap datang? Kenapa menurutmu?” ucap Nyonya Hong, Dong Baek berpikir kalau akan melarang dia datang.
“Jangan, kau bisa bersikap baiklah kepadanya. Kau harus selalu tersenyum dan bersikap baik kepadanya. Lagi pula, itu pekerjaanmu. Aku memintamu melakukan tugasmu.” Ucap Nyonya Hong.
Dong Baek pikir kalau Bukan tugasnya untuk tersenyum. Saat itu Tuan No datang panik melihat Dong Baek dan mengajak untuk bicara diluar. Nyonya Hong pun menatap sinis. 


Tuan No membawakan vas bunga dengan tuisan “SELAMAT” di kantor polisi. Yong Sik terlihat bahagia menerimanya. Tuan Byun memberitahu Tuan No memiliki semua tanah, mulai dari penggilingan di pasar hingga tanah lumpur.
“Aku hanya memiliki lima gedung.” Kata Tuan No merendahkan diri.  Tuan Byun menceritakan kalau suami saudari sepupunya dan inspektur mereka hampir menjadi besan.
“Tapi apa maksudmu mereka hampir menjadi besan?” tanya Yong Sik binggung.
“Dia pria paling berpengaruh di lingkungan kita. Hidupmu akan baik-baik saja di lingkungan ini jika terus baik dengan Tuan No.” Kata Tuan Byun.
Yong Sik pun mengucapkan terimakasih atas bunganya, Tuan Byun pikir  Tak masalah lalu membahas kalau Tuan No itu mengelola bisnis bagus.Tuan Byun memberitahu kalau Tuan No  dan istrinya punya pekerjaan khusus.

Keduanya mengobrol diluar,  Tuan No dengan bangga memberitahu Orang menyebut mereka pasangan dengan pekerjaan khusus. Ia pun memberitahu kalau Istrinya pengacara. Yong Sik kaget mengetahui pengacara karena wanita yang dilihat masuk ke kantor pengacara.
“Sementara, dia mengelola...” ucap Tuan Byun ingin bicara tapi Tuan No lebih dulu bicara.
“Apa Kau tahu orang berkata dokter terpintar adalah dokter mata? Mempelajari mata manusia memerlukan banyak pendidikan dan kecerdasan.”  Kata Tuan No.
“Kalau begitu, kau pasti...” kata Yong Sik. Tuan No memotong kalau dirinya pakar optik.
“Begitu rupanya. Kalau begitu kutebak semua pengacara di lingkungan ini atau orang-orang yang bekerja di bidang serupa dekat satu sama lain.” Kata Yong Sik
“Mereka semua pasti kolega, Mereka jauh lebih dekat. Bahkan Orang di Ongsan bahkan minta istriku menamai putra generasi keempat mereka.” Kata Tuan No bangga.
“Dia orang berpendidikan tertinggi di lingkungan kita.” Kata Tuan Byun. Yong Sik pun terlihat bangga.
“Ini bukan kata-kataku. Ini kata orang lain. Katanya dia pantas menjadi istri pemimpin Ongsan selanjutnya.” Cerita Tuan No
“Dia akan menjadi gubernur Ongsan selanjutnya. Dia bisa dianggap politisi.” Kata Yong Sik
“Aku mau buat pesta penyambutan untuk tetangga baru.” Kata Tuan No, Keduanya menolak karena menurutnya tak penting.
“Bukankah rendah jika politikus mentraktir polisi minum?” ejek Tuan No lalu melangkah pergi. Yong Sik dan Tuan Byun hanya bisa melonggo. 


Didepan, restoran KEPITING RENDAM ONGSAN. Bibi Park mengelu kalau Dong Baek  selalu ke pemandian umum walau tak punya suami. Dong Baek pun menyapa pada bibi lebih dulu. Bibi Park menyindir  Dongbaek yang pasti senang mendapat banyak uang.
“Kudengar alumni SMA Teknik Ongsan mengadakan reuni di tempatmu.” Sindir Bibi Park
“Reservasi mereka mendadak, jadi, waktu itu sungguh sibuk.” Cerita Dong Baek
“Ya, aku yakin itu mendadak. Mereka seharusnya ke tempatku. Kurasa pelangganku hilang karenamu.” Keluh Nyonya Park
“Maafkan aku. Aku tak pernah berniat merebut pelangganmu.” Kata Dong baek
“Aku penasaran kenapa orang selalu datang ke barmu. Apa Kau punya rahasia bisnis spesial?” tanya Nyonya Park
“Orang-orang selalu berkata mereka suka tumis babiku.” Ucap Dong Baek bangga
“Apa itu berarti kepiting rendamku tidak enak?” keluh bibi Baek, Dong Baek terunduk mengaku Bukan itu maksud ucapanya.
“Dongbaek, mari hidup beretika. Jangan sampai membuat malu anak-anak kita, oke?” ucap Bibi Park. Dong Baek pun hanya bisa tertunduk. 


Hyang Mi sedang menjaga bar meminum wine dari tutup botol, saat itu  o datang mengeluh kalau Dong Baek tak mau menerima reservasi saat tak ada pelanggan. Hwang  Mi mengulang kata-kata Dong Baek “Tak ada adab, tak ada layanan.”
“Dia tak mau menerima reservasi Tuan Kacang.” Ucap Hyang Mi, Tuan No binggung dipanggil "Tuan Kacang?"
“Kau harus berhenti menggoda Dongbaek. Lalu hentikan obsesi kacangmu.” Ucap Hyang Mi
“Astaga, seharusnya dia takut pada pemilik gedung” keluh Tuan No, Hyang pikir tak peduli Tuan No itu pemilik gedung atau bukan.
“Kau tak punya peluang mendapatkannya. Dia itu kuda nil.” Ucap Hyang Mi 

Dong Baek hanya bisa tertunduk diam, lalu Nyonya Park ingin tahu Apa yang anaknya pelajari dari Dong Baek karena  Seharusnya  tak mempermalukan anaknya. Dong Baek mengaku tidak malu. Dua bibi melonggo binggung.
“Aku tak melakukan apa pun yang membuat putraku malu. Aku tidak kaya, dan kubesarkan dia tanpa ayah. Aku merasa bersalah soal itu Tapi aku tidak malu. Aku tak berbuat apa pun yang mempermalukan diriku.” Ucap Dong Baek. Dua Bibi pun hanya bisa terdiam. 

Yong Sik sedang melihat ke arah kantor dan melihat Nyonya Hong keluar dengan supirnya. Ia berpikir kalau hanya Dong Baek yang masih bekerja. Tuan Byun memberitahu kalau Tuan No sengaja mengadakan pertemuan ini untuk menyambut Yong Sik ke lingkungan ini .
“Jangan permalukan dia. Gunakan ini untuk memperkenalkan dirimu.” Jelas Tuan Byun.
“Kalau begitu, kenapa kita tidak bertemu di restoran barbeku saja? Aku tidak mau pergi ke bar hostes.” Keluh Yong Sik
“Astaga, ini bukan tempat seperti itu.” Tegas Tuan Byun. Yong Sik tahu akal  Tuan Byun yang memanggilnya Ratu Ongsan.
“Itu hanya ungkapan. Sejujurnya, ini karena tak ada tujuan lain.” Kata Tuan Byun tiba-tiba kentut padahal sedang makan. Yong Sik mengeluh aklau  Tuan Byun seperti buang air di celana. 

Yong Sik jalan dijalan dan ingin memilih restoran lain dan tak ingin pergi ke bar, Tuan Byun menahanya. Yong Sik bergumam kalau ingin tahu apa takdirnya berubah jika bukan karena lingkungan istimewa ini. Yong Sik pun ingin tetap pergi ke tempat lain.
“Kukira Kepala bercanda saat berkata tak ada tempat walau banyak restoran di Ongsan.” Gumam Yong Sik memilih restoran lain.
“Itu restoran saudari iparnya. Bisakah kau tuangkan minuman untuk bosmu di depan saudari iparmu?” ucap Tuan Byun menunjuk ke juniornya.
“Aku bisa memahaminya, jadi, kubiarkan dia. Tapi saat kubilang sebaiknya ke restoran bekicot, katanya itu dikelola teman ibu mertua anak baru.< Dia pernah dipukuli istrinya karena menyebut cinta pertamanya setelah mabuk.” gumam  Yong Sik melihat temanya.
“Selalu saja ibu mertua atau saudari ipar, atau teman baik istri seseorang. Tempat ini penuh mata-mata. Apa Kau mau minum di tempat yang melaporkan semua kepada istrimu?” kata Tuan Byun.
“Aku sungguh tak bisa berkata-kata. Aku berjalan menuju pusat badai dengan berpikir lingkungan ini pada dasarnya sebuah klan.” Gumam Yong Sik kesal. 


Tuan Byun berdiri didepan pintu bar memberitahu kalau mereka  semua punya alasan baik untuk selalu kemari lalu membuka pintu. Yong Sik panik melihat yang dilakukan Tuan Byun, Tuan Byun memberitahua kalau  Di sini negeri netral berdiri lalu mengajak masuk.
“Astaga, Tuan No. Kau sudah datang.” Kata Tuan Byun masuk melihat Tuan No sudah duduk disofa.
“Memang seharusnya politikus yang menunggu pejabat pemerintah.” Ucap Tuan No yang sudah menunggu dibar.
“Tempat ini norak sekali.” ejek Yong Sik melihat dimeja kasir yang kosong.
Tuan Byun memuji Tuan No itu siap menjadi politikus. Hyang Mi keluar dari dapur sambil memukul gas ditanganya karena tak berfungsi. Tuan Byun dan Yong Sik panik melihatnya, kalau Hyang Mi  bisa bunuh membunuh semua dan bisa dianggap teroris karena ini.
“Biarkan saja dia. Dia tak peduli soal hidup panjang.
“Pria yang makan daging anjing, merokok tembakau, dan mengurangi alkoholnya selalu menjadi orang yang mati kecelakaan mobil. Selain itu, kurasa aku tak bisa hidup lama. Karena itu aku hanya hidup di masa sekarang.” Ucap Hyang Mi membawakan minuman.
“Apa dia Ratu Ongsannya?” gumam  Yang Sik menatap Hyang Mi,  Tuan Byun memberitahu kalau Hati Hyang Mi itu baik.
“Jangan sampai korekmu hilang. Dia kleptomaniak.” Ucap Tuan Byun. Yong Sik binggung tapi tangan Hyang Mi dengan cepat mengambil korek diatas meja.
“Dia tak mencuri benda mahal. Tapi semua yang dilihatnya masuk ke sakunya. Tapi hatinya tetap baik.” Kata Tuan Byun. Yong Sik mengeluh kalau ingin pulang saja. 


Hyang Mi membuka botol bir, Yong Sik sudah siap dengan gelasnya. Hyang Mi menyindir kalau Yong Sik itu tak punya tangan.  Yong Sik pikir kalau Hyang Mi menuangkan minuman. Tuan Byun memberitahu kalau Bukan begitu caranya di sini.
“Tidak, bukan itu maksudku. Hanya saja dia bergabung dengan kita.” Kata Yong Sik. Tuan No memberitahu kalau Hyang Mi hanya suka minum.
“Dia berbuat sesukanya, jadi, jangan hiraukan. Dia akan segera pergi.” kata Tuan Byun.
“Kurasa itu sebabnya dia dijuluki Ratu Ongsan. Dia bertindak sesuka hati.” Komentar Yong Sik.
“Bukan dia.  Aku tahu ini bukan kota, tapi kami juga punya standar tinggi.” Kata Tuan Byun. Yong Sik kaget.
“Aku lebih muda dan cantik daripada Dongbaek.” Kata Hyang Mi. Tuan Byun menyuruh Hyang Mi agar menunjukan KTPnya.
“Hei, ayolah. Dongbaek adalah Diana dari Ongsan.” Ucap Tuan Byun dan saat itu seseorang masuk ke bar. 


Yong Sik langsung terpana melihat sosok wanita yang disukainya, Dong Baek. Dong Baek pun menyapa tamu dengan senyumanya, Tuan NO bertanya apa yang segar hari ini, apakah ada gurita kecil. Dong Baek mengaku tak ada tapi punya kubis segar.
“Dia Diana Ongsan... Dia cantik, kan?” kata Tuan Byun,Yong Sik tak bisa menutup perasaanya.
“Ratu di hatiku ternyata Ratu Ongsan.” Gumam Yong Sik terpana. Dong Baek memanggil Hyang Mi untuk bicara sebentar. Yong Sik tahu kalau Dong Baek yang mengatakan "Itu tak apa-apa."

Hyang Mi pergi menemui Dong Baek ke dapur. Dong Baek mengingatkan Hyang Mi itu bayaranya hanya 8.500 won per jam tapi Itu tak termasuk duduk dengan pelanggan bahkaan membuka botol bir agar bisa ikut minum. Ia menegaskan kalau menyewa Hyang Mi sebagai pramusaji.
“Tapi kau selalu duduk bersama pelanggan. Ini bukan bar semacam itu.” Tegas Dong Baek.
“Dongbaek. Jika aku tak bisa minum alkohol gratis, kenapa aku mau bekerja di sini dan hanya dibayar 8.500 won per jam?” ucap Hyang Mi. Dong baek pun tak bisa berkata-kata. 

Yong Sik sengaja main melempar panah, sementara Dong Baek sibuk menuliskan dibukunya “ITU TAK APA-APA” . Yong Sik pun bergumam sambil menatap Dong Baek yang sibuk dikasir, “Wanita yang kusukai bukan pengacara. Dia juga tak mahir berbahasa Inggris.”
“Tapi aku menyadari sesuatu. Bukan itu alasan aku jatuh hati padanya. Aku hanya bisa pikirkan satu hal di kepalaku. Dia cantik dan itu fakta.” Gumam Yong Sik
“Maaf... Apa kau pernah tinggal di kota?” tanya Yong Sik sambil berbisik, Dong Baek tak mendengarnya.
Dong Baek sibuk membaca pesan dari anaknya “Les baru selesai. Belikan pangsit saat pulang.” Senyuman bahagia memberitahu kalau akan menjemput anaknya. 

“Aku harus pergi sekarang.” Ucap Dong Baek pada pelangganya. Tuan No yang mabuk berteriak meminta kacang.
“Beri aku kacang gratis sebelum pergi.” ucap Tuan No, Dong Baek ingin memberitahu harga kacang.
“Apa? Delapan ribu won? Ayo katakan sekali lagi kalau berani.” Ucap Tuan No. Dong Baek mengeluh Tuan No yang terobsesi dengan kacang.
“Izinkan aku berterus terang. Hanya aku di lingkungan ini yang membeli minum di sini. Hanya aku. Hanya aku yang membeli minuman keras, aku juga induk semangmu. Tapi kau tak pernah sekali pun memberiku kacang gratis.” Kata Tuan No yang mabuk.
“Tuan No, aku harus pergi sekarang.” Kata Dong Baek, Tuan No malah menahan tangan Dong Baek agar minum separuh.
“Kau tak pernah menerima minumanku.” Ucap Tuan No, Tuan Byun mengeluh Tuan No sudah mabuk.
“Baik, tak apa. Apa Kau tahu? Jika kau minum ini, aku tak akan naikkan sewa setahun ke depan. Kau meremehkanku, 'kan? Kenapa? Apa Karena aku bukan gubernur? Kenapa kau meremehkanku?” ucap Tuan No.
Yong Sik tak bisa menolongnya, Tuan Byun menenangkan kalau Tuan No yang mabuk. Dong Baek pun meminumnya dengan mengingatkan kalau Tuan No agar Jangan menaikkan sewanya dan Semua polisi di sini mendengar ucapan Tuan No.
“Wahh... Rasa alkohol manis. Aku sungguh ingin minum hari ini.” Sindir Dong Baek lalu mengucapkan terimakasih.
“Apa Kau lihat? Senang meliihatmu tersenyum. Anggap saja aku teman sekampungmu. Seharusnya kau beri kacang gratis sekali-sekali, minum bersamaku, dan sesekali tersenyum padaku. Maksudku, itu bagus, 'kan?” kata Tuan No
“Tuan No, Bekicotnya 15.000 won, tumis babi 12.000 won, dan kerang 8.000 won. Tapi harga itu tak termasuk hakmu menyentuhku atau senyumku.  Aku... menjual alkohol. Di sini kau hanya bisa membeli alkohol. Itu saja.” Tegas Dong Baek.
Yong Sik yang mendengarnya langsung berdegup kencang, seperti makin jatuh cinta dengan Dong Baek. 



Akhirnya Tuan No keluar dengan Tuan Byun yang dituntun oleh Yong Sik. Hyang Mi memanggilnya karena hanya memberinya 85.000 won padahal Seharusnya membayar 93.000 won. Tuan No mengeluh kalau tak mau membayar kacang.
“Ada apa denganmu dan kacang?” keluh Hyang Mi,  Tuan No mengaku  jelas meminta agar memberi kacang gratis.
“Jadi, kenapa kau memintaku membayarnya? Aku tak mau bayar.” Kata Tuan No. Hyang Mi akan marah tapi Dong Baek menahanya.
“Hei, Dongbaek. Aku cenderung mendendam. Hanya itu yang bisa kubayar. Jadi Ambil atau tinggalkan.” Ucap Tuan No
“Terima kasih, Tuan No. Sampai jumpa.” Kata Dong Baek agar Tuan No segera pergi. 
Tuan Byun mengeluh Tuan No minum terlalu banyak hari ini dan Kacang bukan masalahnya. Tuan No mengaku  selalu membayar tunai demi Dong Baek. Tuan Byun menyuruh agar Tuan No Jangan kasar, karena Dong Baek hanya mencari nafkah.
“Kacang bukan masalahnya. Aku bermasalah dengan ketulusannya.” Ucap Tuan No. Yong Sik mendengarnya tak bisa menahan amarahnya.
“Dengar, aku cenderung kejam kepada orang yang kusukai. Aku tak pernah minta dia berpacaran denganku. Aku hanya minta menjadi teman. Tapi dia selalu dingin kepadaku.” kata Tuan No
“Permisi.. Beri aku 8.000 won... Kau harus bayar Dongbaek 8.000 won.” Ucap Yong Sik menyodorkan tanganya.
“Apa Kau mabuk? Ada apa denganmu? Bahkan polisi membuat masalah saat dia melihat Dongbaek menyepelekanku.” Ucap Tuan No
“Berhenti rewel dan beri aku 8.000 won.” Kata Yong Sik, Tuan No menolak.
“Jika kau beri aku 8.000 won, maka tak akan terjadi apa pun.” Kata Yong Sik marah dengan kepalan tanganya.
“Astaga, kau menyeramkan sekali. Apa yang akan kau lakukan jika tidak kuberikan? Apa yang akan kau lakukan jika tidak kuberikan?” ucap Tuan No mengejek.
“Cukup... Hei, buka tinjumu... Kenapa tatapanmu begitu?” ucap Tuan Byun melihat tatapan Yong Sik
“Tidak hanya mengepalkan tinju, dia juga menggigit bibirnya. Tampaknya kau akan memukulku. Silakan... Silakan pukul aku. Ayo, pukul aku.” Kata Tuan No menantang.
Yong Sik sudah siap memukul Tuan No, tapi tanganya malah tak sengaja mengambil dompet milik Tuan No. Tuan Byun melihatnya menyuruh agar mengembalikan itu karena sama seperti mencuri. Tuan No tak terima kalau polisi baru saja mencuri dompet calon gubernur.
“Hei, kembali!.. Kau sama saja mencuri dariku! Hei! Pria itu mencuri dariku!” ucap Tuan No, tapi Yong Sik memilih kabur membawa dompet Tuan No. 




Dong Baek berbicara di telp dengan anaknya meminta maaf karena  pulang terlambat dan berjanji akan beli pangsit dan pulang. Yong Sik berteriak memanggil Dongbaek dengan nafas terengah-engah, lalu memberikan uang untuk kacangnya.
“Ini uang dari dompet No Gyu-tae.” Kata Yong Sik. Dong Baek binggung. Yong Sik menegaskan kalau Uang ini milik Dong Baek.
“Kau kembali untuk memberiku ini?” tanya Dong Baek tak percaya, Yong Sik membenarkan. Dong Baek pun mengucapkan Terima kasih.
“Tapi kenapa kau...” ucap Dong Baek melihat banyak keringat yang keluar. Yong Sik mala memperkenalkan dirinya. Dong Baek menganguk mengerti.
“Kukira kau hanya cantik. Tapi ternyata kau juga keren.” Kata Yong Sik, Dong Baek terlihat binggung.
“Aku menjadi penggemar saat kau menceramahinya soal kacang.” Ungkpa Yong Sik.
“Apa kau banyak minum?” komentar Dong Baek. Yong Sik mengaku  tak tahu harus bilang apa, tapi...
“Boleh aku datang lagi besok?” ucap Yong Sik, Dong Baek menagnguk memperbolehkan.
“Kurasa aku akan kemari besok dan lusa.” Kata Yong Sik dengan penuh semangat.  Dong Baek berkomentar kalau Yong Sik itu orang aneh.
“Aku rasa... Aku rasa ingin kemari setiap hari... Bisakah? Bolehkah?” ucap Yong Sik dengan senyuman, lampu pun menyala “AKU HANYA MENCINTAIMU” 


Yong Sik berjalan masuk ke TKP, lalu melihat tangan korban dengan gelang dan luka ditanganya. Tuan Byun hanya duduk diam seperti sangat marah dan kecewa pada dirinya sendiri, Yong Sik mendekati pelaku mencoba membuka kain dan langsung menangis histeris.
Bersambung ke episode 3

Cek My Wattpad... Stalking 

      
Cek My You Tube Channel "ReviewDrama Korea"

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar