PS : All images credit and content copyright : KBS
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Didepan
kantor polisi terlihat beberapa orang melakukan demo sambil berteriak
“Kepolisian Ongsan bahkan tak bisa menangkap Pengusil! Sadarlah! Kami tak bisa
begini!” Yong Sik dan Tuan Byun keluar
dari kantor polisi. Yong Sik bertanya “Ada apa dengan mereka? Apa Pengusil
membunuh lagi?”
“Pengusil
diam selama lima tahun... Tapi filmnya menarik sepuluh juta orang.” Jelas Tuan
Byun. Yong Sik binggung apa maksudnya itu film.
“Judulnya
“Jangan Usil” kata Tuan Byun menunjuk poster film yang dibawa oleh pengunjuk
rasa.
“Ongsan
dulu dikenal karena kepiting, tapi sejak lima atau enam tahun lalu, dikenal
karena Pengusil. Harga tanah kita akhirnya mulai naik, dan kita hampir dapat
citra baru dengan kepiting rendam. Kenapa dia membuat film tentang pembunuhan
berantai Ongsan?” keluh Tuan Byun kesal.
Nyonya
Duk sibuk membuka kepiting lalu memberikan pada anaknya sambil mengeluh kalau
Mereka akan merusak kepiting rendam jika membuat filmnya. Yong Sik pun heran
ibunya yang tiba-tiba membahas kepiting. Tapi Nyonya Duk pikir si sutradara
sangat egois soal filmnya.
“Bagaimana
kepiting rendamku? Sutradara film itu berengsek. Apa idiot itu dendam kepada
kita?” ucap Nyonya Duk kesal
“Ayolah,
Ibu. Berhenti menyumpah.” Keluh Yong Sik. Nyonya Duk mengerti dan sambil
mengeluh karena sampai sekarang mereka belum menangkap Pengusil.
“Benar.
Kenapa pembunuh remeh itu belum ditangkap?” ucap Yong Sik. Tuan Byun membela
diri kalau pelaku mungkin tampak konyol,
tapi dia tidak remeh.
“Maksudku,
namanya saja konyol. Dia dinamakan Pengusil.” Ucap Yong Sik heran
“Psikopat
itu meninggalkan pesan setiap membunuh seseorang. Isinya, "Jangan
usil." Apa maksudnya itu? Dia hanya asal berkata, "Jangan usil."
Jelas Tuan Byun. Yong Sik heran
“Haruskah
kutangkap dia? Kepala Byun, kau masih punya berkas kasusnya. Pangkatmu turun
karena itu.” Kata Yong Sik
“Bukan
turun. Aku ditunjuk kembali.” kata Tuan Byun membela diri. Yong Sik pun heran
anaknya yang ingin melihat berkas kasus Pengusil.
“Ibu, ini
aku. Aku punya kekuatan mengakhiri kejahatan di mana pun...” ucap Yong Sik
“Lupakan
itu. Pergilah ke ladang bawang putih Yeong-sim.” Kata Tuan Byun. Yong Sik
binggung kenapa harus kesana.
Nyonya
Duk sibuk memasukan baju anaknya. Yong Sik mengeluh kalau bisa melakukan sendiri.
Setelah ibunya masuk, Yong Sik bertanya apakah Tuan Byun temukan di ladangnya,
apakah Uang atau Mayat. Tuan Byun pikir
Anjingnya mungkin melahirkan kapan saja
“Kau
Periksalah.” Kata Tuan Byun. Yong Sik mengeluh karena tak ada alasan
peduli pada anjing melahirkan.
“Anjing
peternakan ayam ternyata menghamili anjingnya. Kau harus memutuskan dengan
tepat apa anak anjingnya milik peternakan ayam atau Yeong-sim.” Jelas Tuan
Byun.
“Astaga,
percuma saja kita tepat.” Keluh Yong Sik, Tuan Byun mengeluh dengan sikap Yong
Sik.
“Apa Kau
pikir hak properti Yeong-sim lelucon?” ucap Tuan Byun. Yong Sik mengeluh
Lupakan.
“Karena
aku turun pangkat... Maksudku Karena aku ditunjuk kembali, aku akan mengejar
Pengusil.” Ucap Yong Sik. Nyonya Duk mendengarnya langsung memukul anaknya yang
terus membahas pelaku kejahatan.
Yong Sik
pikir kalau Ini bukan waktunya berkeliling mencari kebenaran tentang kelahiran
anak-anak anjing. Tuan Byun pun ingin tahu kalau ini waktu untuk apa. Yong Sik mengatakan ini Untuk menangkap
Pengusil, dan harus seperti CSI: Miami.
“Bagaimana
kau bisa menjadi anggota CSI? Hidup selanjutnya pun mustahil.” Ejek Tuan Byun.
“Ada
tempat yang selalu kudatangi setiap aku ke kota baru.” Kata Yong Sik penuh
semangat
“Pergilah
ke tempat Yeong-sim.” Ucap Tuan Byun. Yong Sik mengkau selalu datangi balai pengetahuan kota yaitu
toko buku.
“ Tapi
ada di mana?” tanya Yong Sik, Tuan Byun heran kenapa Yong Sik harus ke toko
buku.
“Kepala
Byun... Henry Ward Beecher berkata, "Di mana lagi hakikat manusia selemah
saat di toko buku?" ucap Yong Sik
“Kau tahu
yang dilakukan Henry siapalah itu?” kata Tuan Byun. Yong Sik menjelaskan kalau
Henry adalah penguasa, yang kata-katanya dikutip.
“Kau
harus berhenti gunakan kutipan terkenal dan berkeliaran di toko buku, oke?”
kata Tuan Byun. Yong Sik heran kenapa tak boleh.
“Kau
adalah tipe yang tampak lebih keren saat memakai fisik dibandingkan otak. Orang
terhormat. Gaya terhormat.” Ucap Tuan Byun menujuk badan Yong Sik
“Agak
aneh mengatakannya sendiri. Orang-orang mengira aku kuliah humaniora.” Kata
Yong Sik bangga.
Tuan Byun
tak ingin mendengar bualan Yong Sik akhirnya menyuruh pergi dan memperbolehkan
pergi ke toko buku.
Yong Sik
akhirnya sudah duduk di toko buku membaca buku “PSIKOLOGI KRIMINAL” lalu
terlihat kesal sendiri dan ingin tahu bagaimana orang Korea seharusnya
menyelidiki. Ia lalu melihat sosok wanita yang membuatnya berdebar. Dong Bae
sedang mencari buku dirak atas.
“Seperti
kata Henry, apa toko buku melemahkan hakikatku? Andai aku bertemu dengannya di
kedai kepiting rendam, adakah yang berbeda? Tidak, sejujurnya...” gumam Yong
Sik
Dong Baek
melihat buku yang dibaca ada sebuah kalimat “ ITU TAK APA-APA” dan merasakan
kalau Yong Sik terus menatapnya dari kejauhan. Yong Sik masih bergumam
kalau terpesona oleh Dong Bae hanya
karena dia cantik.
“Aku tak
percaya ada orang cabul di toko buku.” Keluh Dong Baek kesal
“Kata-kata
pertama bersejarahnya menembakkan panah Kupido ke jantungku.”
Yong Sik
langsung menghadang Dong Baek pergi, mereka pun berbicara dengan bahasa
inggris. Dong Baek melihat buku yang dibawa Yong Sik, KEHAMILAN, PERTAMA KALI
MENYUSUI lalu menahan senyum. Yong Sik panik.
“Kata-kata
bersejarah pertamaku adalah...”gumam Yong Sik lalu memberitahu Dong Baek kalau dirinya bujangan.
“Aku
bujangan sungguhan.” Kata Yong Sik langsung mengeluarkan kemejanya. Dong Baek
pikir sudah bisa mengerti.
Yong Sik
mencoba menyakinkan tapi Dong Baek seolah tak peduli menganggap Yong Sik gila
dan keluar dari toko buku. Yong Sik
buru-buru mengejarnya kelua dari TOKO BUKU ONGSAN
Dong Baek
berbicara di telp kalau Ini
filosofinya bukan "Tak ada uang,
tak ada layanan." Tapi "Tak ada adab, tak ada layanan." Yong Sik
pun terlihat bahagia mendengar Dong Baek memang mahir sekali berbahasa inggris.
“Tak ada
kacang untuk No Gyu-tae... No Gyu-tae tak akan dapat kacang seumur hidup.
Jangan terima reservasi darinya. Paham?” ucap Dong Baek lalu masuk ke sebuah
gedung.
Yong Sik
melihat di depan gedung [KANTOR HUKUM HONG JA-YEONG] lalu berpikir kalau itu
Dong Baek adalah pengacara, wajahnya makin sumringah.
Yong Sik
pergi memenui Seung Yup yang sedang melatih baseball membahasa kalu Ada kantor
hukum di pusat kota, Seung Yup heran Yong Sik membahas itu dan berpikir dapat
masalah lagi dan Apa ada yang akan menuntutnya.
“Jika dia
bisa baca buku bahasa Inggris, mungkin kuliah di luar negeri?” tanya Yong Sik
“Apa
orang itu menuntutmu?” tanya Seung Yup lalu berteriak memanggil Pil Gul agar
Perhatikan bolanya.
“Aku
bertemu wanita ini hari ini.” Akui Yong Sik. Seung Yup bertanya apakah dia
cantik.
“Tapi
sepertinya dia di luar jangkauanku.” Cerita Yong Sik, Seung Yup masih ingin
tahu apakah wanita itu cantik.
“Dia
pengacara.” Ucap Yong Sik, Seung Yup tetap ingin tahu apakah Dia pengacara dan cantik.
“Kurasa
aku bertemu Putri Diana sungguhan.” Ucap Yong Sik. Seung Yup pikir kalau Putri Diana akan menuntut Yong Sik.
Nyonya
Hong Jae Young melihat kartu nama ditanganya CAMELLIA, DONGBAEK, lalu menatap
wanita yang ada di depanya. Dong Baek
mengaku tak mau jauh-jauh kemari, tapi karena Tuan No tak mau menjawab telepon,
dan tak mau membayar utang.
“Kau
pasti Dongbaek.” Gumam Nyonya Hong lalu berkomentar kalau tak punya kerutan
mata. Dong Baek bingung malah membahas kerutan mata.
Flash Back
TIGA HARI LALU
Tuan No
mengeluarkan sebuah produk dan tahu kalau istrinya pakai puluhan produk seperti itu, lalu dengan
bangga kalau Itu yang paling mahal dengan isi paling sedikit. Nyonya Hong
bertanya apakah hanya produk itu saja dengan ukuran kecil
“Apa
sebaiknya aku belikan tas tangan?” ucap Tuan No binggung lalu bergegas pergi.
Nyonya
Hong lalu melihat dibagian bawah ada label “TIDAK UNTUK DIJUAL” dan Ia mencari
di internet ternyata [BELI 100 ML, GRATIS 20 ML!] wajahnya pun memanah amarah.
“Untuk
pertama kali, suamiku membelikanku krim mata. Tapi dia memberi krim mata 100 ml
untuk yang lain dan memberiku sampel gratis 20 ml.”
Tuan No
sedang mendengarkan berita tentang Tim Doosan berhasil menang di babak pertama
pertandingan. Sementara Nyonya Hong melihat pembayaran suaminya, pada CAMELLIA,
DONGBAEK. Ia pun merasa tahu siapa yang dapat krim mata 100 ml.
“Sayang...
Apa Kau tahu keahlianku? Aku pengacara perceraian.” Ucap Nyonya Hong
“Lalu?
Kau ingin bercerai?” kata Tuan Noh. Nyonya Hong pikir hanya perlu mengumpulkan
bukti bahwa pasangan kliennya bertanggung jawab.
“Semua
bisa dianggap bukti, mulai dari bon hingga rekaman navigasi.” Kata Nyonya Hong
“Kenapa
memberitahuku itu?” ucap Tuan No, Nyonya Hong pikir kalau Tuan No itu lupa
pekerjaannya
Nyonya
Hong akhirnya memberitahu kalau ia adalah istri Tuan No, Dong Baek kaget
langsung membunguk memberikan hormat mengaku Ini kali pertama bertemu
dengannya. Nyonya Hong mengaku jarang bertemu penyewa.
“Andai
aku tahu, aku pasti membawakan jus atau...” ucap Dong Baek dan langsung disela
oleh Nyonya Hong.
“Omong-omong,
kau tak tahu cara menyelesaikan kalimatmu? Aku sadar kau terus bermasalah
menyelesaikan kalimatmu.” Ucap Nyonya Hong,
“Begitukah?
Aku tidak sadar...” kata Dong Baek kembali terhenti, Nyonya Hong pikir kalau
Dong Baek melakukannya lagi.
“Maafkan
aku.” Ucap Dong Baek tersenyum manis. Nyonya Hong langsung sinis karena Dong
Baek pasti berpikir dirinya manis.
“Tidak,
bukan begitu yang kupikirkan. Tapi...” ucap Dong Baek sinis. Nyonya Hong
langsung memastikan kalau suaminya sering ke sana,.
“Sepertinya
dia ke sana lima kali sepekan.” Kata Nyonya Hong sinis, Dong Baek membenarkan
“Aku
selalu memberitahunya tak baik minum terlalu banyak. Jadi, kuminta dia jangan
terlalu sering datang.” Kata Dong Baek
“Tapi dia
tetap datang? Kenapa menurutmu?” ucap Nyonya Hong, Dong Baek berpikir kalau
akan melarang dia datang.
“Jangan,
kau bisa bersikap baiklah kepadanya. Kau harus selalu tersenyum dan bersikap
baik kepadanya. Lagi pula, itu pekerjaanmu. Aku memintamu melakukan tugasmu.”
Ucap Nyonya Hong.
Dong Baek
pikir kalau Bukan tugasnya untuk tersenyum. Saat itu Tuan No datang panik
melihat Dong Baek dan mengajak untuk bicara diluar. Nyonya Hong pun menatap
sinis.
Tuan No
membawakan vas bunga dengan tuisan “SELAMAT” di kantor polisi. Yong Sik
terlihat bahagia menerimanya. Tuan Byun memberitahu Tuan No memiliki semua
tanah, mulai dari penggilingan di pasar hingga tanah lumpur.
“Aku
hanya memiliki lima gedung.” Kata Tuan No merendahkan diri. Tuan Byun menceritakan kalau suami saudari
sepupunya dan inspektur mereka hampir menjadi besan.
“Tapi apa
maksudmu mereka hampir menjadi besan?” tanya Yong Sik binggung.
“Dia pria
paling berpengaruh di lingkungan kita. Hidupmu akan baik-baik saja di
lingkungan ini jika terus baik dengan Tuan No.” Kata Tuan Byun.
Yong Sik
pun mengucapkan terimakasih atas bunganya, Tuan Byun pikir Tak masalah lalu membahas kalau Tuan No itu
mengelola bisnis bagus.Tuan Byun memberitahu kalau Tuan No dan istrinya punya pekerjaan khusus.
Keduanya
mengobrol diluar, Tuan No dengan bangga
memberitahu Orang menyebut mereka pasangan dengan pekerjaan khusus. Ia pun
memberitahu kalau Istrinya pengacara. Yong Sik kaget mengetahui pengacara
karena wanita yang dilihat masuk ke kantor pengacara.
“Sementara,
dia mengelola...” ucap Tuan Byun ingin bicara tapi Tuan No lebih dulu bicara.
“Apa Kau
tahu orang berkata dokter terpintar adalah dokter mata? Mempelajari mata
manusia memerlukan banyak pendidikan dan kecerdasan.” Kata Tuan No.
“Kalau
begitu, kau pasti...” kata Yong Sik. Tuan No memotong kalau dirinya pakar
optik.
“Begitu
rupanya. Kalau begitu kutebak semua pengacara di lingkungan ini atau
orang-orang yang bekerja di bidang serupa dekat satu sama lain.” Kata Yong Sik
“Mereka
semua pasti kolega, Mereka jauh lebih dekat. Bahkan Orang di Ongsan bahkan
minta istriku menamai putra generasi keempat mereka.” Kata Tuan No bangga.
“Dia
orang berpendidikan tertinggi di lingkungan kita.” Kata Tuan Byun. Yong Sik pun
terlihat bangga.
“Ini
bukan kata-kataku. Ini kata orang lain. Katanya dia pantas menjadi istri
pemimpin Ongsan selanjutnya.” Cerita Tuan No
“Dia akan
menjadi gubernur Ongsan selanjutnya. Dia bisa dianggap politisi.” Kata Yong Sik
“Aku mau
buat pesta penyambutan untuk tetangga baru.” Kata Tuan No, Keduanya menolak
karena menurutnya tak penting.
“Bukankah
rendah jika politikus mentraktir polisi minum?” ejek Tuan No lalu melangkah
pergi. Yong Sik dan Tuan Byun hanya bisa melonggo.
Didepan,
restoran KEPITING RENDAM ONGSAN. Bibi Park mengelu kalau Dong Baek selalu ke pemandian umum walau tak punya
suami. Dong Baek pun menyapa pada bibi lebih dulu. Bibi Park menyindir Dongbaek yang pasti senang mendapat banyak uang.
“Kudengar
alumni SMA Teknik Ongsan mengadakan reuni di tempatmu.” Sindir Bibi Park
“Reservasi
mereka mendadak, jadi, waktu itu sungguh sibuk.” Cerita Dong Baek
“Ya, aku
yakin itu mendadak. Mereka seharusnya ke tempatku. Kurasa pelangganku hilang
karenamu.” Keluh Nyonya Park
“Maafkan
aku. Aku tak pernah berniat merebut pelangganmu.” Kata Dong baek
“Aku
penasaran kenapa orang selalu datang ke barmu. Apa Kau punya rahasia bisnis
spesial?” tanya Nyonya Park
“Orang-orang
selalu berkata mereka suka tumis babiku.” Ucap Dong Baek bangga
“Apa itu
berarti kepiting rendamku tidak enak?” keluh bibi Baek, Dong Baek terunduk
mengaku Bukan itu maksud ucapanya.
“Dongbaek,
mari hidup beretika. Jangan sampai membuat malu anak-anak kita, oke?” ucap Bibi
Park. Dong Baek pun hanya bisa tertunduk.
Hyang Mi
sedang menjaga bar meminum wine dari tutup botol, saat itu o datang mengeluh kalau Dong Baek tak mau
menerima reservasi saat tak ada pelanggan. Hwang Mi mengulang kata-kata Dong Baek “Tak ada
adab, tak ada layanan.”
“Dia tak
mau menerima reservasi Tuan Kacang.” Ucap Hyang Mi, Tuan No binggung dipanggil
"Tuan Kacang?"
“Kau
harus berhenti menggoda Dongbaek. Lalu hentikan obsesi kacangmu.” Ucap Hyang Mi
“Astaga,
seharusnya dia takut pada pemilik gedung” keluh Tuan No, Hyang pikir tak peduli
Tuan No itu pemilik gedung atau bukan.
“Kau tak
punya peluang mendapatkannya. Dia itu kuda nil.” Ucap Hyang Mi
Dong Baek
hanya bisa tertunduk diam, lalu Nyonya Park ingin tahu Apa yang anaknya
pelajari dari Dong Baek karena
Seharusnya tak mempermalukan anaknya.
Dong Baek mengaku tidak malu. Dua bibi melonggo binggung.
“Aku tak
melakukan apa pun yang membuat putraku malu. Aku tidak kaya, dan kubesarkan dia
tanpa ayah. Aku merasa bersalah soal itu Tapi aku tidak malu. Aku tak berbuat
apa pun yang mempermalukan diriku.” Ucap Dong Baek. Dua Bibi pun hanya bisa
terdiam.
Yong Sik
sedang melihat ke arah kantor dan melihat Nyonya Hong keluar dengan supirnya.
Ia berpikir kalau hanya Dong Baek yang masih bekerja. Tuan Byun memberitahu
kalau Tuan No sengaja mengadakan pertemuan ini untuk menyambut Yong Sik ke
lingkungan ini .
“Jangan
permalukan dia. Gunakan ini untuk memperkenalkan dirimu.” Jelas Tuan Byun.
“Kalau begitu,
kenapa kita tidak bertemu di restoran barbeku saja? Aku tidak mau pergi ke bar
hostes.” Keluh Yong Sik
“Astaga,
ini bukan tempat seperti itu.” Tegas Tuan Byun. Yong Sik tahu akal Tuan Byun yang memanggilnya Ratu Ongsan.
“Itu
hanya ungkapan. Sejujurnya, ini karena tak ada tujuan lain.” Kata Tuan Byun
tiba-tiba kentut padahal sedang makan. Yong Sik mengeluh aklau Tuan Byun seperti buang air di celana.
Yong Sik
jalan dijalan dan ingin memilih restoran lain dan tak ingin pergi ke bar, Tuan
Byun menahanya. Yong Sik bergumam kalau ingin tahu apa takdirnya berubah jika bukan
karena lingkungan istimewa ini. Yong Sik pun ingin tetap pergi ke tempat lain.
“Kukira
Kepala bercanda saat berkata tak ada tempat walau banyak restoran di Ongsan.” Gumam
Yong Sik memilih restoran lain.
“Itu
restoran saudari iparnya. Bisakah kau tuangkan minuman untuk bosmu di depan
saudari iparmu?” ucap Tuan Byun menunjuk ke juniornya.
“Aku bisa
memahaminya, jadi, kubiarkan dia. Tapi saat kubilang sebaiknya ke restoran
bekicot, katanya itu dikelola teman ibu mertua anak baru.< Dia pernah
dipukuli istrinya karena menyebut cinta pertamanya setelah mabuk.” gumam Yong Sik melihat temanya.
“Selalu
saja ibu mertua atau saudari ipar, atau teman baik istri seseorang. Tempat ini
penuh mata-mata. Apa Kau mau minum di tempat yang melaporkan semua kepada
istrimu?” kata Tuan Byun.
“Aku sungguh
tak bisa berkata-kata. Aku berjalan menuju pusat badai dengan berpikir
lingkungan ini pada dasarnya sebuah klan.” Gumam Yong Sik kesal.
Tuan Byun
berdiri didepan pintu bar memberitahu kalau mereka semua punya alasan baik untuk selalu kemari
lalu membuka pintu. Yong Sik panik melihat yang dilakukan Tuan Byun, Tuan Byun
memberitahua kalau Di sini negeri netral
berdiri lalu mengajak masuk.
“Astaga,
Tuan No. Kau sudah datang.” Kata Tuan Byun masuk melihat Tuan No sudah duduk
disofa.
“Memang
seharusnya politikus yang menunggu pejabat pemerintah.” Ucap Tuan No yang sudah
menunggu dibar.
“Tempat
ini norak sekali.” ejek Yong Sik melihat dimeja kasir yang kosong.
Tuan Byun
memuji Tuan No itu siap menjadi politikus. Hyang Mi keluar dari dapur sambil
memukul gas ditanganya karena tak berfungsi. Tuan Byun dan Yong Sik panik
melihatnya, kalau Hyang Mi bisa bunuh
membunuh semua dan bisa dianggap teroris karena ini.
“Biarkan
saja dia. Dia tak peduli soal hidup panjang.
“Pria
yang makan daging anjing, merokok tembakau, dan mengurangi alkoholnya selalu
menjadi orang yang mati kecelakaan mobil. Selain itu, kurasa aku tak bisa hidup
lama. Karena itu aku hanya hidup di masa sekarang.” Ucap Hyang Mi membawakan
minuman.
“Apa dia
Ratu Ongsannya?” gumam Yang Sik menatap
Hyang Mi, Tuan Byun memberitahu kalau
Hati Hyang Mi itu baik.
“Jangan
sampai korekmu hilang. Dia kleptomaniak.” Ucap Tuan Byun. Yong Sik binggung
tapi tangan Hyang Mi dengan cepat mengambil korek diatas meja.
“Dia tak
mencuri benda mahal. Tapi semua yang dilihatnya masuk ke sakunya. Tapi hatinya
tetap baik.” Kata Tuan Byun. Yong Sik mengeluh kalau ingin pulang saja.
Hyang Mi
membuka botol bir, Yong Sik sudah siap dengan gelasnya. Hyang Mi menyindir
kalau Yong Sik itu tak punya tangan. Yong Sik pikir kalau Hyang Mi menuangkan
minuman. Tuan Byun memberitahu kalau Bukan begitu caranya di sini.
“Tidak,
bukan itu maksudku. Hanya saja dia bergabung dengan kita.” Kata Yong Sik. Tuan No
memberitahu kalau Hyang Mi hanya suka minum.
“Dia
berbuat sesukanya, jadi, jangan hiraukan. Dia akan segera pergi.” kata Tuan
Byun.
“Kurasa
itu sebabnya dia dijuluki Ratu Ongsan. Dia bertindak sesuka hati.” Komentar Yong
Sik.
“Bukan
dia. Aku tahu ini bukan kota, tapi kami
juga punya standar tinggi.” Kata Tuan Byun. Yong Sik kaget.
“Aku
lebih muda dan cantik daripada Dongbaek.” Kata Hyang Mi. Tuan Byun menyuruh
Hyang Mi agar menunjukan KTPnya.
“Hei,
ayolah. Dongbaek adalah Diana dari Ongsan.” Ucap Tuan Byun dan saat itu
seseorang masuk ke bar.
Yong Sik
langsung terpana melihat sosok wanita yang disukainya, Dong Baek. Dong Baek pun
menyapa tamu dengan senyumanya, Tuan NO bertanya apa yang segar hari ini,
apakah ada gurita kecil. Dong Baek mengaku tak ada tapi punya kubis segar.
“Dia
Diana Ongsan... Dia cantik, kan?” kata Tuan Byun,Yong Sik tak bisa menutup
perasaanya.
“Ratu di hatiku
ternyata Ratu Ongsan.” Gumam Yong Sik terpana. Dong Baek memanggil Hyang Mi
untuk bicara sebentar. Yong Sik tahu kalau Dong Baek yang mengatakan "Itu
tak apa-apa."
Hyang Mi
pergi menemui Dong Baek ke dapur. Dong Baek mengingatkan Hyang Mi itu bayaranya
hanya 8.500 won per jam tapi Itu tak termasuk duduk dengan pelanggan bahkaan
membuka botol bir agar bisa ikut minum. Ia menegaskan kalau menyewa Hyang Mi sebagai
pramusaji.
“Tapi kau
selalu duduk bersama pelanggan. Ini bukan bar semacam itu.” Tegas Dong Baek.
“Dongbaek.
Jika aku tak bisa minum alkohol gratis, kenapa aku mau bekerja di sini dan hanya
dibayar 8.500 won per jam?” ucap Hyang Mi. Dong baek pun tak bisa berkata-kata.
Yong Sik
sengaja main melempar panah, sementara Dong Baek sibuk menuliskan dibukunya “ITU
TAK APA-APA” . Yong Sik pun bergumam sambil menatap Dong Baek yang sibuk
dikasir, “Wanita yang kusukai bukan pengacara. Dia juga tak mahir berbahasa
Inggris.”
“Tapi aku
menyadari sesuatu. Bukan itu alasan aku jatuh hati padanya. Aku hanya bisa pikirkan
satu hal di kepalaku. Dia cantik dan itu fakta.” Gumam Yong Sik
“Maaf... Apa
kau pernah tinggal di kota?” tanya Yong Sik sambil berbisik, Dong Baek tak
mendengarnya.
Dong Baek
sibuk membaca pesan dari anaknya “Les baru selesai. Belikan pangsit saat
pulang.” Senyuman bahagia memberitahu kalau akan menjemput anaknya.
“Aku
harus pergi sekarang.” Ucap Dong Baek pada pelangganya. Tuan No yang mabuk
berteriak meminta kacang.
“Beri aku
kacang gratis sebelum pergi.” ucap Tuan No, Dong Baek ingin memberitahu harga kacang.
“Apa?
Delapan ribu won? Ayo katakan sekali lagi kalau berani.” Ucap Tuan No. Dong
Baek mengeluh Tuan No yang terobsesi dengan kacang.
“Izinkan
aku berterus terang. Hanya aku di lingkungan ini yang membeli minum di sini. Hanya
aku. Hanya aku yang membeli minuman keras, aku juga induk semangmu. Tapi kau
tak pernah sekali pun memberiku kacang gratis.” Kata Tuan No yang mabuk.
“Tuan No,
aku harus pergi sekarang.” Kata Dong Baek, Tuan No malah menahan tangan Dong
Baek agar minum separuh.
“Kau tak
pernah menerima minumanku.” Ucap Tuan No, Tuan Byun mengeluh Tuan No sudah mabuk.
“Baik,
tak apa. Apa Kau tahu? Jika kau minum ini, aku tak akan naikkan sewa setahun ke
depan. Kau meremehkanku, 'kan? Kenapa? Apa Karena aku bukan gubernur? Kenapa
kau meremehkanku?” ucap Tuan No.
Yong Sik
tak bisa menolongnya, Tuan Byun menenangkan kalau Tuan No yang mabuk. Dong Baek
pun meminumnya dengan mengingatkan kalau Tuan No agar Jangan menaikkan sewanya
dan Semua polisi di sini mendengar ucapan Tuan No.
“Wahh...
Rasa alkohol manis. Aku sungguh ingin minum hari ini.” Sindir Dong Baek lalu
mengucapkan terimakasih.
“Apa Kau
lihat? Senang meliihatmu tersenyum. Anggap saja aku teman sekampungmu. Seharusnya
kau beri kacang gratis sekali-sekali, minum bersamaku, dan sesekali tersenyum
padaku. Maksudku, itu bagus, 'kan?” kata Tuan No
“Tuan No,
Bekicotnya 15.000 won, tumis babi 12.000 won, dan kerang 8.000 won. Tapi harga
itu tak termasuk hakmu menyentuhku atau senyumku. Aku... menjual alkohol. Di sini kau hanya bisa
membeli alkohol. Itu saja.” Tegas Dong Baek.
Yong Sik
yang mendengarnya langsung berdegup kencang, seperti makin jatuh cinta dengan
Dong Baek.
Akhirnya
Tuan No keluar dengan Tuan Byun yang dituntun oleh Yong Sik. Hyang Mi memanggilnya
karena hanya memberinya 85.000 won padahal Seharusnya membayar 93.000 won. Tuan
No mengeluh kalau tak mau membayar kacang.
“Ada apa
denganmu dan kacang?” keluh Hyang Mi, Tuan
No mengaku jelas meminta agar memberi
kacang gratis.
“Jadi,
kenapa kau memintaku membayarnya? Aku tak mau bayar.” Kata Tuan No. Hyang Mi
akan marah tapi Dong Baek menahanya.
“Hei, Dongbaek.
Aku cenderung mendendam. Hanya itu yang bisa kubayar. Jadi Ambil atau
tinggalkan.” Ucap Tuan No
“Terima
kasih, Tuan No. Sampai jumpa.” Kata Dong Baek agar Tuan No segera pergi.
Tuan Byun
mengeluh Tuan No minum terlalu banyak hari ini dan Kacang bukan masalahnya.
Tuan No mengaku selalu membayar tunai
demi Dong Baek. Tuan Byun menyuruh agar Tuan No Jangan kasar, karena Dong Baek hanya
mencari nafkah.
“Kacang
bukan masalahnya. Aku bermasalah dengan ketulusannya.” Ucap Tuan No. Yong Sik
mendengarnya tak bisa menahan amarahnya.
“Dengar,
aku cenderung kejam kepada orang yang kusukai. Aku tak pernah minta dia berpacaran
denganku. Aku hanya minta menjadi teman. Tapi dia selalu dingin kepadaku.” kata
Tuan No
“Permisi..
Beri aku 8.000 won... Kau harus bayar Dongbaek 8.000 won.” Ucap Yong Sik
menyodorkan tanganya.
“Apa Kau
mabuk? Ada apa denganmu? Bahkan polisi membuat masalah saat dia melihat
Dongbaek menyepelekanku.” Ucap Tuan No
“Berhenti
rewel dan beri aku 8.000 won.” Kata Yong Sik, Tuan No menolak.
“Jika kau
beri aku 8.000 won, maka tak akan terjadi apa pun.” Kata Yong Sik marah dengan
kepalan tanganya.
“Astaga,
kau menyeramkan sekali. Apa yang akan kau lakukan jika tidak kuberikan? Apa
yang akan kau lakukan jika tidak kuberikan?” ucap Tuan No mengejek.
“Cukup...
Hei, buka tinjumu... Kenapa tatapanmu begitu?” ucap Tuan Byun melihat tatapan
Yong Sik
“Tidak
hanya mengepalkan tinju, dia juga menggigit bibirnya. Tampaknya kau akan
memukulku. Silakan... Silakan pukul aku. Ayo, pukul aku.” Kata Tuan No
menantang.
Yong Sik
sudah siap memukul Tuan No, tapi tanganya malah tak sengaja mengambil dompet
milik Tuan No. Tuan Byun melihatnya menyuruh agar mengembalikan itu karena sama
seperti mencuri. Tuan No tak terima kalau polisi baru saja mencuri dompet calon
gubernur.
“Hei,
kembali!.. Kau sama saja mencuri dariku! Hei! Pria itu mencuri dariku!” ucap
Tuan No, tapi Yong Sik memilih kabur membawa dompet Tuan No.
Dong Baek
berbicara di telp dengan anaknya meminta maaf karena pulang terlambat dan berjanji akan beli
pangsit dan pulang. Yong Sik berteriak memanggil Dongbaek dengan nafas terengah-engah,
lalu memberikan uang untuk kacangnya.
“Ini uang
dari dompet No Gyu-tae.” Kata Yong Sik. Dong Baek binggung. Yong Sik menegaskan
kalau Uang ini milik Dong Baek.
“Kau
kembali untuk memberiku ini?” tanya Dong Baek tak percaya, Yong Sik
membenarkan. Dong Baek pun mengucapkan Terima kasih.
“Tapi
kenapa kau...” ucap Dong Baek melihat banyak keringat yang keluar. Yong Sik
mala memperkenalkan dirinya. Dong Baek menganguk mengerti.
“Kukira
kau hanya cantik. Tapi ternyata kau juga keren.” Kata Yong Sik, Dong Baek
terlihat binggung.
“Aku
menjadi penggemar saat kau menceramahinya soal kacang.” Ungkpa Yong Sik.
“Apa kau
banyak minum?” komentar Dong Baek. Yong Sik mengaku tak tahu harus bilang apa, tapi...
“Boleh
aku datang lagi besok?” ucap Yong Sik, Dong Baek menagnguk memperbolehkan.
“Kurasa
aku akan kemari besok dan lusa.” Kata Yong Sik dengan penuh semangat. Dong Baek berkomentar kalau Yong Sik itu
orang aneh.
“Aku
rasa... Aku rasa ingin kemari setiap hari... Bisakah? Bolehkah?” ucap Yong Sik
dengan senyuman, lampu pun menyala “AKU HANYA MENCINTAIMU”
Yong Sik
berjalan masuk ke TKP, lalu melihat tangan korban dengan gelang dan luka
ditanganya. Tuan Byun hanya duduk diam seperti sangat marah dan kecewa pada
dirinya sendiri, Yong Sik mendekati pelaku mencoba membuka kain dan langsung
menangis histeris.
Bersambung
ke episode 3
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar