PS : All images credit and content copyright : KBS
Tuan No
melihat Yong Sik dan Dong Baek bergendengan bertanya apakah mereka berpacaran.
Jong Ryul kaget kalau mereka baru berpacaran. Yong Sik pun bertanya pada Dong
Baek untuk memastikan apakah mereka itu berpacaran.
Seung Yub
keluar dari bar kaena mengambil koreknya,lalu kebingungan melihat situasi
didepanya. Hwang Mi keluar dengan dua pria melihat keduanya bergandengan dengan
wajah kaget. Dong Baek langsung melepaskan tangan Yong Sik.
“Belakangan
ini, kita tak bisa merokok di bar.” Ucap dua pria bersama Hwang Mi masuk ke
dalam bar.
“Kurasa aku
melewatkan waktu yang tepat untuk pergi.” kata Tuan Song masuk lagi ke dalam
bar dengan Seung Yeob.
“Dongbaek,
kau wanita yang sibuk. Kau merawat putramu, berpacaran, dan mengelola bar.”
Kata Tuan No sengaja membuat suara yang nyaring
“Dia
mengelola bar?” ucap Jong Ryul tak percaya, Tuan No pun meminta agar Dong Baek bisa
membayar sewamu di Camellia tepat waktu.
“Maaf aku
menarik kata-kataku begitu cepat, tapi... kurasa aku tak bisa berteman. Aku tak
mau hanya menjadi teman.” Kata Yong Sik menatap temanya.
“Pengebom
sudah siap bergerak, dan tak ada rahasia.” Gumam Dong Baek menatap Yong Sik.
[Episode 5- STRATEGI ANJING LIAR]
Esok
paginya, Dong Baek berjalan di sepanjang jalan, beberapa orang masih membahas tentang
yang terjadi semalam.
“Khususnya
di kota kecil ini, Ongsan. Mereka bergandengan, jadi, mereka sudah jauh. Aku
penasaran dari mana mereka selarut itu.”
“Astaga,
Nyonya Kwak selalu sangat melindungi Dongbaek,Kurasa Dongbaek akan menjadi
menantunya. Katanya putranya mengencani pengacara.”
Didepan
toko KUE BERAS PERSIMPANGAN, Nyonya Park
melihat Dong Baek sambil menyindir kalau lebih cantik hari ini bahkan Lihat
poniny dan menatanya hari ini. Nyonya Jung kalau kalau Dong Bae memang lebih cantik
hari ini.
“Aku
kurang tidur semalam, jadi, aku tampak lelah.” Kata Dong Baek, Nyonya Park
makin mengejeknya.
“Apa yang
terjadi? Kau perlu tidur cukup.” Ejek Nyonya Park, Dong Baek hanya bisa diam
saja terus disinggung.
“Apa ini
masuk akal untukmu? Kenapa dia memacari ibu tunggal?” sindir Nyonya Jung. Dong
Baek tetap diam dan beberapa bibi mengeluh mendengarnya.
“Apa? Aku
membicarakan acara TV... Acara TV itu... Maksudku, apa itu mungkin? Entah
prianya punya cela serius, atau wanitanya salah paham. Ini hanya acara TV.”
Sindir Nyonya Jung
“Aku mau
sebungkus injeolmi.” Kata Dong Baek, Nyonya Jung pikir Tak perlu beli hanya karena merasa bersalah.
“Aku akan
bicara dengan Hyang-mi. Akan kuminta dia segera kembalikan satu juta won...”
kata Dong Baek menenangkan.
“Kau
ingin Bicara dengannya? Yang dia butuhkan adalah tamparan.” Keluh Nyonya Jung
Saat itu
Yong Sik akan bertemu dengan Dongbaek tapi melihat seperti ibu-ibu sedang
mengerubunginya. Ia mengeluh karena pada ibu-ibu sedang merundungnya lagi.
Nyonya Park mengejek Hwang Mi tak bawa uang.
“Aku
pamit. Nanti kuberi tahu Hyang-mi.” Kata Dong Baek memilih pergi setelah
melihat Yong Sik. Nyonya Park makin marah melihat Dong Baek pergi.
Dong Baek
berjalan cepat, Yong Sik mengejarnya berpikir kalau Dong Baek kabur. Dong Baek
mengelak kalau kabur. Yong Sik pun menyindir Dong Baek yang berjalan cepat.
Dong Baek kesal menyuruh agar berhenti dan mengikutinya.
“Kenapa
kau mengikutiku lagi?” keluh Dong Baek akhirnya kesal memilih untuk berhenti
melangkah.
“Begini,
bukankah kita perlu bicara tentang insiden tangan semalam... Astaga.. Maksudku, kita perlu bicarakan kejadian
semalam, 'kan?”ucap Yong Sik menatap tanganya seperti masih merasakan genggaman
tangan.
“Kau tahu,
semalam aku tak bisa tidur sama sekali karena tangan ini. Aku terus bertanya
pada diriku, "Kenapa Dongbaek menggenggam tanganku?" kata Yong Sik
menatap tanganya.
“Bisa
berhenti bicarakan tanganmu?” keluh Dong Baek. Tapi Yong sik tetap bicara kalau
semalam berpikir "Sebenarnya apa artinya?"
“Aku
terus memutar otak, mencoba mencari tahu apa artinya. Omong-omong, apa ini
berarti... Apa ini berarti kita bisa bergandengan kapan pun mulai sekarang?’
ucap Yong Sik penuh pengharapan.
“Ayo
pergi ke tempat sunyi dan bicara.” Kata Dong Baek, Yong Sik binggung Dong Baek
yang ingin mengajak "Tempat sunyi?"
Dong Baek
berjalan lebih dulu dan Yong Sik mengikutinya, Yong Sik pikir Jika ada yang melihat mereka berdua pasti akan
mengira polisi dirampok. Ia pun heran Dong Baek yang mengajaknya ke gang terbengkalai
ini. Dong Baek berhenti melangkah dan langsung meminta maaf.
“Aku
membuat kesalahan. Aku tak bisa menjelaskan semuanya, tapi semalam aku dalam
masalah. Itu mendesak, kulakukan tanpa pikir...” ucap Dong Baek
“Baik,
aku mengerti... Kau tahu, saat kau memegang tangan seseorang, selalu dilakukan
dengan impulsif. Kurasa manusia bisa sejahtera karena pria dan wanita impulsif.
Jika kau menghitung semuanya... Astaga, itu membuatnya tampak remeh.” Kata Yong
Sik bahagia.
“Akhirnya,
entah kau gunakan otak atau tidak... Entah kau ke arah sini atau sana, tidak
penting.” Kata Yong Sik terus mengoceh. Dong Baek binggung apa yang dikatakan
Yong Sik itu.
“Kau bisa
taklukkan hati hanya dalam tiga detik. Aku tahu dalam tiga detik saat pertama
melihatmu di toko buku.” Jelas Yong Sik yakin
“Namun,
itu bukan niatku. Lagi pula, kau tak tahu banyak tentangku.” Kata Dong Baek
“Aku
hanya jatuh cinta pada pandangan pertama. Aku tak merencanakan atau
memperhitungkan tarik ulur suatu hubungan. "Aku harus mengejarnya jika dia
belum menikah." Aku sudah memutuskan.” Kata Yong Sik.
“Kau
bicara apa? Kenapa kau begitu ceroboh...” keluh Dong Baek. Yong Sik bisa
mengerti mereka semua harus berhati-hati
dan waspada.
“Tapi
kupikir lebih penting berusaha sekuat tenaga. Jika aku terus mencoba-coba, maka
kau, Diana dari Ongsan, akan menjauh dariku. Saat kau yakin akan sesuatu, maka kau
harus kejar.” Tegas Dong Baek.
“Kenapa
kau memanggilku "Diana?" keluh Dong Bae lalu bergumam sambil menatap
Yong Sik.
“Pria ini
tak hanya terus terang. Dia tak menahan diri sama sekali.” gumam Dong Baek.
“Kita
seharusnya tak membahas ini di depan "Zona Bebas Kencing." Bagaimana
jika kita pergi makan babi goreng nanti?” kata Yong Sik penuh semangat.
“Babi
goreng? Kenapa? Apa Kau ingin mengakui cintamu padaku?” ucap Dong Baek bisa
mengartikanya.
“Dongbaek,
terkadang kau cukup terus terang.” Ucap Yong Sik malu-malu.
“Yong-sik...
Aku harus menolakmu lebih dahulu.” Kata Dong Baek dengan tegas. Yong Sik pun
hanya bisa terdiam.
Sebuah
mobil datang seperti supplier dari makanan laut menurunkan 18 kepiting pada
pedagng. Bibi Park dan Bibi Jung pun duduk bersama memeriksa kepiting. Bibi
Jung pun membahas apakah Nyonya Kwak tahu soal ini.
“Jika
tahu, dia pasti mengamuk.” Komentar Bibi Park. Bibi Jung heran kenapa Nyonya
Kwak marah.
“Dongbaek
dan Nyonya Kwak sangat dekat. Mereka mungkin dekat, tapi keadaannya kini
berbeda. Dongbaek hanya tetangga malang baginya. Namun, keadaan akan berbeda
jika dia mengencani putranya.” Kata bibi Park. Bibi Jung pun setuju dengan hal
itu.
“Bahkan
wanita paling baik akan gila jika putranya cinta ibu tunggal. Saat Deok-sun
tahu, semua akan kacau.” Kata Bibi Park.
“Siapa
yang memberimu izin memanggilku dengan nama depan?” komentar Nyonya Kwak
tiba-tiba datang. Keduanya pun langsung berdiri menyapa dengan wajah tegang.
“Jangan
salah paham. Kami hanya membicarakan kapan putramu akan menikah.” Ucap Bibi
Park.
“Jaga
bicaramu. Semua akan kacau. Dia akan menikah saat dia ingin. Jika kau membuat
keributan, kau hanya akan mengacaukan semua. Aku hanya akan menunggu dan
melihat bagaimana nantinya.” Kata Nyonya Kwak.
“Lalu
gadis seperti apa yang kau inginkan sebagai menantumu?” tanya Bibi Park sengaja
memancing.
“Kita tak
tinggal di abad pertengahan. Hal semacam itu tak penting. Yang penting mereka
saling cinta. Aku bukan tipe orang yang cerewet soal menantu. Itu pemikiran
yang sangat kuno.” Kata Nyonya Kwak.
Yong Sik
mengejar Dong Baek kalau menurutnya Tidak adil menolaknya di awal seperti itu
dan meminta Setidaknya katakan kepadanya alasan tak menyukainya Lalu akan
memperbaiki apa pun itu atau memutuskan untuk menyerah.
“Mari
buat dia menyerah.” Gumam Dong Baek akhirnya berhenti dan menatap Yong Sik.
“Hidup
tak seperti drama yang kau lihat di TV. Ibu tunggal pun punya standar. Hanya
karena aku ibu tunggalbukan berarti aku menerima semua yang menyukaiku. Hal
yang paling penting, kau sungguh bukan tipeku.” Tegas Dong Baek
“Kalau
begitu katakan tipemu. Aku akan menjadi orang seperti itu.” Kata Yong Sik
“Gong
Yoo... Aku suka pria nakal... Namun, kau tampak seperti tipe yang mudah
meminjamkan uang. Aku suka pria yang dingin. Mereka harus jenaka dan elegan.
Aku suka pria yang sensitif dan sulit didapat. Kau mengerti maksudku, 'kan?”
ucap Dong Baek. Yong Sik terdiam memegang dadanya.
“Kenapa
dia diam saja?<” gumam Dong Baek binggung, Yong Sik pun berbisik bagaimana bisa
manusia mengalahkan goblin.
“Aku tak
bisa.” Ucap Yong Sik sedih, Dong Baek tak mendengarnya binggung.
“Aku
harus patroli lingkungan sekarang.” Kata Yong Sik berjalan pergi, Dong Baek
binggung karena tiba-tiba akan pergi dan berpikir terlalu kejam.
“Dia
membuatku gelisah.... Tapi Kenapa dia berhenti?” ucap Dong Baek bingung melihat
Yong Sik tiba-tiba membalikan badan.
“Dongbaek..
Aku... Begini... Anjing liar adalah tipe anjing paling manis! Kau akan
menyukainya tanpa sadar.” Kata Yong Sik. Dong Baek kaget kalau dirinya akan
menyukai itu.
“Jangan
menyesal nantinya dan mulai mengikutiku ke mana-mana.” Tegas Yong Sik lalu
melangkah perg.
“Apa itu?
Itu deklarasi perang atau pengakuan cinta?” tanya Dong Baek binggung tapi
wajahnya memerah.
Saat itu
Dong Baek masuk ke bar sambil mengipas wajahnya, Hwang Mi sedang menonton TV
sambil minum bertanya apakah diluar panas. Dong Baek mengaku tidak. Hwang Mi
berkomentar kalau wajah Dong Baek itu seperti berada di depan api.
“Hyang-mi...
Kenapa kau meminjam uang dari suami pemilik toko kue beras” tanya Dong Baek
“Itu
urusan pribadi.” Ucap Hwang Mi santai. Dong Baek pun mengeluh dengan Hwang Mi berkeliaran
meminjam uang dari orang-orang.
“Lalu
gaji bulananmu?” tanya Dong Baek. Hwang Mi mengeluh kalau Dong Baek bicara
seakan dibayar puluhan juta won.
“Mari
bayar dia lebih dahulu.” Kata Dong Baek, Hwang Mi mengaku tak punya uang untuk
membayarnya.
“Akan
kutanggung.” Ucap Dong Baek, Hwang Mi mengeluh karena Dong Baek mau
melakukannya.
“Jalannya
masih panjang sebelum dewasa.” Keluh Hwang Mi. Dong Baek pun ingin tahu Berapa
nomor rekeningnya, sambil mendinginkan wajahnya memakai botol bir.
Di lantai
atas, Pil Goo sedang makan sambil menonton iklan tempat berlibur. Ia juga
mendengar pembicaraan Hwang Mi dengan ibunya.
Hwang Mi pikir Dong Baek itu pasti punya uang.
Pil Goo
terus menonton TV dengan perjalanan TIGA HARI DI QINGDAO, sementara dilantai
bawah, Dong Baek mengakutak punya uang sama sekali. dan meminta agar Jangan
memperburuknya dengan masalah.
Di dalam
kamar, Tuan No meminta istrinya agar
Jangan perburuk dengan bersikap dingin kepadanya, lalu mengeluh karena
ibunya bahkan jarang berkunjung dan Hanya dua hingga tiga kali sepekan. Ia pun
meminta agar istrinya bersikap baik.
“Kudengar
kau meninggalkan bar tanpa membayar 8.000 won dan dompetmu disita polisi. Apa Kau
tak punya 8.000 won?” sindir Nyonya Hong
“Begini,
masalahnya... Ada pegawai baru di polsek. Aku membuat acara untuk menyambutnya,
tapi kami malah bertengkar.” Jelas Tuan No
“Lalu
kenapa? Apa Kau akan menuntutnya?” tanya Nyonya Hong, Tuan No mengaku Ini bukan
soal tuntutan, tapi Ini soal kekuasaanku.
“Apa kau Yakin
bukan soal cinta terlarang? Krim mata ini beli satu gratis satu. Jika kau
membeli 100 ml, maka kau dapat ukuran 20 ml ini.” Kata Nyonya Hong
memperlihatkan bentuk krim kecil sebagai hadiah.
“Apa?
Seratus mililiter?” ucap Tuan No berusaha mengelak dan tak mengerti. Nyonya
Hong akhirnya berdiri menghampiri suaminya.
“Sayang...
Jangan tuntut dia... Kau boleh berkeliaranmempermalukan dirimu. Namun, jangan
permalukan aku. Setidaknya yang bisa kau lakukan untukku adalah melindungi
harga diriku.” Kata Nyonya Hong lalu masuk ke dalam kamar mandi.
“Kenapa
kau tinggal denganku?” teriak Tuan No kesal.
Didepan
gedung PUSAT SENI ONGSAN. Bibi Park mengikuti Nyonya Hong yang barus saja
keluar membahas tentang Camellia bagian
dari kontrak lama jadi, itu tak akan dilindungi lagi. Nyonya Hong terlihat
binggung, Bibi Park mengulang nama bar Camellia.
“Bar yang
kalian sewakan di pasaran.” Ucap bibi Park. Nyonya Hong mengaku sudah mendengar
itu.
“Aku
sadar kontraknya akan segera berakhir. Apa Kau akan memperpanjangnya?” tanya Bibi Park.
“Suamiku
yang tangani.” Jawab Nyonya Hong dengan tegas. Bibi Park pikir Nyonya Hong harus terlibat jika mereka
putuskan perpanjangan.
“Suamiku
yang akan menangani.” Kata Bibi Hong seolah tak peduli dan memberikan semua
tanggung jawab pada suaminya.
“Kau
harus menengok tetanggamu dan melihat keadaannya.” Kata Bibi Park. Nyonya Hong
kembali menegaskan Suaminya yang akan
menangani.
“Akan
bagus jika dia menanganinya dengan baik. Namun, aku tak yakin akan begitu.”
Ucap Bibi Park.
“Tepat...
Tuan No seperti tinggal di sana.” Kata Bibi Jung sengaja ingin membuat Nyonya
Hong marah.
“Kenapa
katakan itu? Di datang tiga atau empat kali sepekan.” Kata Nyonya Park. Nyonya
Hong terus berjalan ke arah parkiran.
“Bahkan Suamiku
tak keberatan meminjamkan sejuta won karena hanya dia orang bodoh di sini.”
Keluh Nyonya Jung. Nyonya Park membenarkan.
“Kudengar
hanya hanya Tuan Noyang membeli minuman keras di sana. Jika dia tak menyukainya
sama sekali, kenapa habiskan uang dan biarkan dia hasilkan banyak uang?” kata
Bibi Jung terus mengompori.
“Tuan No
mungkin nilainya paling rendah saat masih SMA, tapi aku yakin otaknya masih
berfungsi. Tak mungkin dia selingkuh dari istri seksinya dengan ibu tunggal
pengelola bar sialan itu. Dia tak punya peluang melawan Nyonya Hong.” Ucap Bibi
Park
“Aku
hanya berkata dia sebaiknya mengawasi suaminya. Ini bukan hanya masalahmu.”
Kata Nyonya Jung. Nyonya Hong langsung menutup pintu mobilnya.
“Jika seorang
pria berniat selingkuh, maka dia akan selingkuh tak peduli apa pun. Kau bisa
mencoba semuanya mulai dari melacak lokasinya hingga kartu kreditnya, tapi dia
akan tetap selingkuh. Jika bukan seperti itu, dia tak akan lakukan.” Ucap
Nyonya Hong yang membuat keduanya melonggo.
“Suamiku
tak akan selingkuh sekalipun Dongbaek menggodanya. Aku pamit pergi.” kata
Nyonya Hong akhirnya masuk ke mobil dan pergi.
“Astaga,
selalu mengesankan melihat wanita menyetir. Dia sungguh wanita yang murah hati.
Pasti berat bagi Gyu-tae memenuhi standarnya.” Ucap Bibi Jung
“Murah
hati apanya. Dia terintimidasi.” Kata Bibi Park. Bibi Jung tak percaya
mendengarnya. Dan Bibi Park yakin Tuan No itu jelas terintimidasi.
“Katanya
dia tak tahu Camellia. Namun, dia tahu nama Dongbaek.” Kata Bibi No.
Nyonya
Hong mengemudi dengan tatapan dingin lalu berhenti, Pria yang mengemudi
disampingnya mengeluh karena Nyonya Hong berhenti saat lampu kuning. Ia pun
mengejek kalau ternyat pengemudi mobillnya adalah seorang wanita.
“Jika kau
punya waktu luang, pulang dan tidur siang saja. Sedang apa wanita keluar
menyetir mobil? Seharusnya kau menikah saja dan memasak untuk suamimu. Kenapa
menyetir mobil?” ejek si pria. Nyonya Hong menurunkan kaca dan mengangkat
jarinya.
“Apa...
Apa maksudnya jari itu?” tanya si pria bingung. Nyonya Hong mengankat jari
manis
“Aku
sudah menikah.” Ucap Nyonya Hong sengaja memperlihatkan cincin di jarinya. Si
pria pun akhirnya terdiam.
Tuan Byun
terlihat tegang karena akan melakukan wawancara, Watrawan meminta Tuan Byun Jangan gugup dan
hanya Lihat ke kamera dan bicara seperti biasa. Tuan Byun bertanya apakah akan
mulai sekarang, wajahnya terlihat sangat tegang.
“Hal
terbesar yang membingungkan penyelidikan adalah para korban tak memiliki
persamaan.” Ucap Tuan Byun.
Flash Back
Di TKP,
Tuan Byun menjadi penyidik pada kasus pertama, dengan Korban pertama adalah
pelacur.
“Jadi, kami kira ini kejahatan
seks, tapi ternyata bukan. Lalu kami kira mungkin dia hanya sangat membenci
wanita, tapi korban berikutnya ternyata pria.”
“Pengantar
jjajangmyeon?” ucap wartawan. Tuan Byun membenarkan.
“Lalu dalam
15 hari, presiden asosiasi penghuni apartemen dibunuh. >Korban keempat
adalah anak lelaki kelas enam SD. Korban terakhir adalah terapis kulit. Semua
korban tak punya kesamaan.”
Berita
pun disiarkan dalam TV Nasional, Tuan Byun pun terus menyelidikinya.
“Namun,
kami selalu temukan memo yang sama dengan tulisan tangan yang sama.”
Tuan Byun
memperlihatkan foto tentang memo yang ditulis oleh pelaku [TOLONG JANGAN USIL] Yong Sik datang
memberikan kopi sengaja ingin mendengarnya.
Tuan Byun memberitahu kalau tulisan tangan di memo selalu sama dan
selalu selesaikan dengan tiga titik di akhir.
“Seakan
dia ingin kami tahu itu perbuatannya.” Jelas Tuan Byun. Wartawan pikir Semua
orang di negeri ini tahu soal memo itu.
“Apa ada
yang baru?” tanya wartawan, Tuan Byun bertanya balik seperti apa itu.
“Kudengar
ada penyintas di lokasi kejadian saat terapis kulit dibunuh. Tak ada yang
mengangkat isu itu. Boleh kami temui orang itu? Kami akan melindungi
identitasnya dan menawarkan kompensasi besar.” Ucap Wartawan penasaran.
“Orang
itu saksi, bukan penyintas. Selain itu, jangan telusuri itu.” Akui Tuan Byun
tegang dan binggung.
“Tunggu
sebentar. Ada saksi?” kata Yong Sik kaget, Tuan Byun menegaskan kalau tak ada.
Didepan
bar
Hwang Mi
sibu mencuci, bertanya pada Tuan No Kapan memperbaiki bak cuci. Tuan No
memberitahu kalau Heung-sik segera tiba dan ingin ada sesuatu di sana. Hwang Mi
pun sibuk mencuci. Tuan No lalu membahas ingin tahu apakah Dong Baek dan Yong
Sik sungguh berpacaran.
“Orang
tak berpacaran hanya karena berpegangan.” Ucap Hwang Mi. Tuan No ingin tahu
alasan mereka berpegangan tangan
“Polisi
itu jelas menyukai Dongbaek” Kata Tuan No yakin. Hwag Mi memikirkan tentang
berpegangan
“Ini
mungkin cinta tak berbalas. Dia sungguh bukan tipenya.” Ucap Hwang Mi, Tuan No
pun masih tak habis pikir Dong baek yang memegang tangannya.
“Berhenti
ribut... Apa masalahnya berpegangan tangan?” keluh Hwang Mi kesal
“Jika
bukan masalah, kenapa dia tak memegang tanganku? Biar kuluruskan. Dia tak
keberatan tangannya dipegang olehnya, tapi dia menjauhkan tanganku?” kata Tuan
No kesal
“Kau
selalu mengajaknya minum dan meminta kacang gratis. Kau mengganggunya.” Ucap
Hwang Mi membela Dong Baek.
“Hei,
hanya aku yang membeli minuman keras di bar payahnya. Kenapa tak memberi kacang
gratis? Dia yang menyebalkan. Dia tak pernah menawari pelanggan semangkuk
kacang gratis.” Keluh Tuan No
“Dia
menawarkannya...Dia menawarkan kacang gratis, Hanya tidak padamu.” Tegas Hwang
Mi.
Tuan No
melihat tulisan di dinding, Hwang Mi memberitahu kalau Dong Baek memberi
Yong-sik bahkan memberi Heung-sik dan Seung-yeop persik kaleng. Ia tahu bahkan Mereka
hanya pesan soju, tapi Dong Baek tetap
memberi gratis.
“Maksudmu,
apa hanya aku yang tak pernah dapat kacang gratis?” kata Tuan No tak percaya.
“Ini krim
mata.” Kata Hwang Mi melihat isi dikantung jaket, Tuan No masih tak menyangka
kalau Dong Baek mendiskriminasinya dengan kacang
“Apa ini
untuk Dongbaek?” tanya Hwang Mi, Tuan No pikir tak ada alasan memberikan pada
Dong Baek.
“Lalu
kenapa kau bawa kemari? Ini Chadel. Kenapa kau punya edisi terbatas? Kenapa
membawa-bawa krim mata 100 ml?” ucap Hwang Mi heran.
“Lalu
kenapa kau bawa kemari? Ini Chadel. Kenapa kau punya edisi terbatas? Kenapa
membawa-bawa krim mata 100 ml?” ucap Hwang Mi heran.
“Apa? Kau
mau? Ambil saja... Ini tidak mahal. Aku beli di toko bebas pajak karena ada
sampel gratis. Namun, aku tak bisa memberikannya kepada istriku saat ini.”
UcapTuan No, Hwang Mi pun dengan senang hati menerimanya.
“Pria
sepertiku?” kata Tuan No heran. Hwang Mi menegaskan kalau Tuan No itu di
Levelnya beda. Tuan No bingung kenapa Beda
“Kau
pemilik gedung, kau pintar, kau calon gubernur, dan rambutmu lebat. Kau salah
satu pria terbaik di Ongsan.” Ucap Hwang Mi memuji, wajah Tuan No tersenyum
mendengarnya.
“Itu tak
masuk akal. Istriku dan Dongbaek anggap aku rendah.” Keluh Tuan No tak percaya.
“Aku
menghormatimu.” Kata Hwang Mi. Tuan No tak percaya mendengar Hwang Mi
mengatakan "Hormat?"
“Entah
kenapa kata itu menggerakkan hatiku.” Gumam Tuan No merasa selama ini banyak
orang yang merendahkanya.
“Sebanyak
ini mungkin harganya 2.000 won. Berkat kau, aku bisa menghemat uang untuk
mataku.”ucap Hwang Mi mengambil sedikit krim dan mengoles di wajahnya.
“Tak
pernah ada wanita yang berkata dia menghormatiku.” Kata Tuan No bangga.
Saat itu
terdengar suara seseorang masuk, Hwang Mi memberitahu kalau mereka belum buka,
begitu juga Tuan No yang sibuk melihat hiasan di dinding. Tiba-tiba Hwang Mi
melonggo ternyata yang datang adalah Nyonya Hong. Nyonya Hong bertanya apakah
Hwang Mi tinggal di sini.
Wartawan
meminta agar kameramennya agar memanggil semua kenalannya di Kepolisian Ongsan agar
bisa mencari saksi. Tap temanya pikir Tuan Byun yang memberi tahu jangan
mencari.
“Acara
“Pertanyaan Tak Terjawab”, akan meliput soal Pengusil. Ongsan akhirnya dapat
perhatian. Kita harus ambil kesempatan selagi ada.” Ucap si wanita
“Pengusil
pun belum ditangkap Bukankah berbahaya mengungkap saksinya?” kata si pria
khawatir.
“Tajuk
utamanya adalah "Satu-satunya Penyintas" alih-alih "Satu-satunya
Saksi." Namun, dia saksi... Siapa tahu Pengusil berencana membunuh orang
itu? Bukankah aneh dia membiarkan satu orang lolos dari TKP hidup-hidup?” kata
Si wanita.
Tuan No
hanya bisa tertunduk didepan istrinya, Nyonya Hong bertanya apa yang dilakuakan
Tuan No di bar yang seharusnya bekerja. Tuan No terlihat bingung dan hanya bisa
tertunduk. Nyonya Hong bertanya apakah berbuat salah.
“Kenapa
kau terintimidasi?” sindir Nyonya Hong, Tuan No mengelak tak terintimidasi.
“Namun,
kau muncul sangat tiba-tiba...” ucap Tuan No, Nyonya Hong pikir apakah ia tak
boleh memeriksa gedungnya. Tuan No kaget dianggap gedung milik istrinya.
“Bukankah
kita mendaftarkan gedung ini dengan nama kita? Kita sepakat begitu karena
gajimu lebih kecil.” Sindir Nyonya Hong, Hwang Mi terus mendengarnya.
Itu bukan
karena gajiku...” kata Tuan No panik karena tak ingin Hwang Mi mendengarnya.
“Kenapa kau
tak mengusir mereka keluar? Usir mereka.” Ucap Nyonya Hong, Hwang Mi kaget
mendengarnya. Tuan No pun ingin tahu alasanya.
“Ini
menggangguku.” Ucap Nyonya Hong, Tuan No bingung siapa dan apa maksudnya.
Nyonya Hong mengaku semuanya dan menurutnya sangat kotor dengan nada menyindir.
“Namun,
tak mudah meminta mereka pergi. Mereka berbisnis di sini.” Ucap Tuan No
“Jadi, kau
tak bisa? Apa Kau tak akan melakukannya?” sindir Nyonya Hong, Tuan No mengeluh
istrinya yang mencampuri bisnisnya.
“Aku
selalu bertanggung jawab menghadapi penyewa.” Kata Tuan No membela diri
“Apa Kau
menolak mengusir mereka?” ucap Nyonya Hong, Tuan No pikir akan mengatasinya.
“Sebagai
pembuat keputusan di keluarga...” ucap Tuan No dan langsung disela oleh
istrinya seperti tak ingin mendengarkan ucapanya.
“Baiklah...
Kalau begitu biarkan saja sementara.” Kata Nyonya Hong, Tuan No binggung apa
maksud "Sementara?"
“Berdasarkan
perilakumu, tampaknya gedung ini akan segera jadi milikku.” Kata Nyonya Hong
melihat ada cream mata diatas meja.
Tuan Byun
keluar dari kantor polisi, merasa Firasatnya mengatakan Pengusil masih ada di
sini. Yong Sik tak mengubrisnya bertanya apakah Tuan Byun ingin Makan kepiting
rendam. Tuan Byun pikir Sekarang tepat
lima tahun.
“Dan
dunia mulai memperhatikannya, jadi, dia mungkin bersemangat lagi. Bedebah
sepertinya cenderung suka mencari perhatian.” Ucap Tuan Byun.
“Aku telepon
untuk pesan tempat.” Kata Yong Sik mengeluarkan ponsel ingin menelp.
“Apa ibumu
tak akan memberi kita diskon? Kau putranya.” Keluh Tuan Byun
“Tak
pernah. Dia bahkan memintaku bayar minum.” Kata Yong Sik Tuan Byun pikir kalau
bisa memberikan diskon makan siang dan bisa menyarankan.
“Jika
dipikir-pikir, harga pasaran kepiting rendam tidak turun saat jam makan siang.”
Kata Yong Sik. Tuan Byun mengeluh karena Yong Sik membela ibunya.
“Karena
ibuku tak memberi kita diskon untuk makan siang...” kata Yong Sik dengan wajah
bahagia.
Dong Baek
membuka rice cooker dan terlihat nasi baru saja matang, Yong Sik dengan bangga
kalau menurutnya makanan terbaik untuk dimakan dengan nasi adalah babi tumis,
bukan kepiting rendam. Oh Joon hanya tersenyum
melihat tingkah Yong Sik
“Jika ada
perang antara babi tumis dan kepiting rendam...” ucap Yong Sik terhenti
binggung melihat Oh Joon hanya tersenyum.
“Dongbaek,
bukankah kau harus masak nasi karena kami?” kata Tuan Byun. Dong Baek mengaku Nasi tak butuh waktu selama
itu lalu memberikan tiga mangkuk nasi diatas meja.
“Dongbaek,
kenapa tak gunakan peluang ini untuk mulai menjual makan siang? Jika berbisnis
di malam hari, ini bar. Namun, jika menjual makan siang, maka ini menjadi
tempat makan.” Ucap Yong Sik penuh semangat.
“Biar
kuurus sendiri bisnisku.” Kata Dong Baek sinis lalu kembali ke tempatnya.
“Dasar
kau nakal. Lihat dirimu... Kau suka dia, 'kan? Firasatku selalu benar. Kenapa
tak gunakan firasatmu untuk investigasi saja?” keluh Tuan Byun. Yong Sik
binggung untuk menjelaskan.
“Kau suka
Hyang-mi, 'kan?” kata Tuan Byun, Oh Joon dan Yong Sik hanya bisa menghela nafas
panjang.
“Hei,
ayolah. Tatap mataku... Kau tak bisa membodohiku.” Ucap Tuan Byun, Yong Sik tak
ingin memperpanjang lagi meminta Tuan Byun makan saja makanannya.
Saat itu
Tuan No masuk dengan nada menyindir karena penasaran kenapa Dong Baek buka
lebih cepat hari ini dan ternyata karena ada tamu istimewa. Yong Sik kesal
melihat Tuan No seperti menyindir dan ingin mengangu.
“Coba Lihat
itu. Kenapa kau memaku kayu di sana? Astaga, kenapa kau lakukan ini? Di mana
tepatnya?” ucap Tuan No sibuk mengambil gambar dengan ponselnya memeriksa semua
ruangan.
“Kenapa
kau mengambil foto?” ucap Dong Baek binggung. Tuan No menegaskan kalau Dong
Baek harus perbaiki bak cuci dengan biaya sendiri.
“Kau yang
merusaknya, jadi, kau harus membayarnya.” Kata Tuan No, Dong Baek hanya bisa
menganguk mengerti.
“Coba Lihat
ubin yang pecah itu. Penyewa harus perbaiki semuanya seperti semula.” Kata Tuan
No melihat ada retakan ubin.
“Ini
sudah seperti ini sebelum aku kemari.” Komentar Dong Baek,Tuan No menyuruh
Hyung Sik agar memeriksa semua ubinnya.
Hyung Sik
sibuk melihat saluran ditempat cuci piring, Tuan No mengaluh kalaur semua mahal tapi Dong
Baek yang merusaknya. Hyung Sik mengaku kalau dapat sesuatu di bak cuci...
Hwang Mi mengoda Hyung Sik agar diam dan minum “misugaru”
“Aku tak
percaya kau sungguh merusak dinding ini. Aku sangat suka dinding ini. Aku
bahkan tak bisa gunakan ini sebagai gudang lagi. Kau merusak dinding dan
menghancurkan ubin.” Ucap Tuan No melihat dinding banyak tulisan .
“Astaga,
kau juga memaku sesuatu ke dinding. Jika teken kontrak dengan penyewa yang
salah, maka kau akan merusak seluruh gedung.” Sindir Tuan No.
“Kepala
Byun, dari yang kudengar, tempat ini dahulu gudang kotor untuk ikan kering...
Maksudku, kenapa Pemiliknya bahkan tak membuatkan jendela? Bahkan Itu bukan
jendela, Sinar matahari tak tembus. Ini semua karena karakter pemiliknya
buruk.” Balas Yong Sik membela.
“Aku sudah
menjadi pemilik gedung yang baik hingga sekarang... Tunggu sebentar.. Apa Kontraknya
berakhir di Desember?” ucap Tuan No
“Beberapa
orang masih belum tahu Hukum Perlindungan Sewa. Kita harus tangkap mereka semua
untuk mengajari mereka bahwa menjadi bodoh itu dosa.” Ucap Yon Sik terus
menyindir.
“Aku tak
tahu pencuri tertarik dengan hukum...
Dongbaek, kau harus pilih pasangan yang tepat. Jika kau berkeliaran dengan
penjahat, maka kau menyinggung pemilik gedung.” Kata Tuan No.
“Kepala,
kau tahu dunia sangat kejam saat ini, 'kan? Salah gunakan kekuatan, semua bisa
hilang.” Balas Yong Sik.
Tuan No
seperti tak mengubrisnya sibuk melihat dinding yang Kacau sekali dan meminta
agar mengembalikan dindingnya hari ini. Dong Baek binggung kemana harus cari
orang yang tepat untuk itu. Yong Sik langsung berdiri kalau Dong Baek jangan
khawatir.
“Ada
pemasang kertas dinding di sini.” Kata Yong Sik. Dong Baek binggung siapa itu.
“Hwang
Yong-sik... Kau tahu, aku pemasang kertas dinding dengan lisensi internasional.”
Kata Yong Sik dengan bangga.
“Hei,
berhenti bersikap konyol... Urus saja dahulu masalah anjing Yeong-sim.” Keluh
Tuan Byun.
“Akan
kulakukan. Dan Aku akan mengecat dinding di sini malam ini. Tempat ini sangat
kecil. Hanya butuh dua sampai tiga jam.” Ucap Yong Sik sambil mengejek.
“Kurasa
kau juga memiliki tempat yang sama kecilnya.” Sindir Tuan No pada Yong Sik.
“Hyung-sik,
kau punya cat ekstra di tokomu, 'kan? Aku
berencana menghapus semua goresan di dinding malam ini. Apa Kau punya warna
yang tepat?” ucap Yong Sik. Hyung Sik terlihat binggung.
“Hyung-sik,
makanlah sebelum pergi... Aku memasak banyak nasi” ucap Dong Baek
“Tidak,
aku makan dengan ayahku saja...” kata Hyun Sik. Tiba-tiba Tuan No berteriak dan
semua terlihat kaget dan bingung.
“Kenapa kau
tak menawariku makanan? Jika memasak banyak nasi, kenapa tak menawariku?
Kenapa?!!! Ucap Tuan No kesal lalu keluar gedung. Dong Baek dkk terlihat
bingung.
Yong Sik
sibuk mengecat dinding dengan keringat yang mengucur, Dong Baek merasa tak enak
hati mengatakan akan membayarnya untuk ini. Yong Sik menolaknya karena
menurutnya tidak perlu. Dong Baek pikir tetap akan akan membayarnya. Yong Sik
pun tak bisa menolaknya.
“Tempat
ini bau cat.. Sebaiknya kau tunggu di sana.” Ucap Yong Sik menyuruh agar pergi.
Dong Baek
mengeluh karena Yong Sik terintimidasi semua perkataannya, padahal Yong Sik pria dewasa, tapi tingkahnya seperti
Pil Goo. Hwang Mi pun menyindir Dong Baek ingin memberinya “misugaru”. Dong
Baek pikir kalau Yong Sik bekerja sangat keras mengecat dinding.
“Dia
mandi keringat saat ini, Pil Goo juga banyak berkeringat. Kenapa pria dewasa
bertingkah seperti Pil Goo?” keluh Dong Baek.
“Kau
aneh... Entah kenapa kau bertingkah kesal di depannya. Kau sungguh lemah
padanya juga. Aku tak pernah melihatmu bicara seperti itu. Kau selalu diam.”
komentar Hwang Mi
“Benarkah?
Apa Menurutmu aku terlalu kejam padanya?” kata Dong Baek merasa bersalah.
“Kurasa
kau menganggapnya mudah.” Ucap Hwang Mi, Dong Baek bingung ingin menjelaskan.
Yong Sik
sedang mengecek, sambil mengeluh kalau Hwang Mi sangat sulit. Sementara Hwang
Mi pikir Bukan mudah. Hanya saja menurutnya Yong Sik sangat nyaman.
“Saat
semua terasa mudah dengan seseorang, mereka nyaman, lalu sedih, kemudian semua
menjadi sangat romantis.” Komentar Hwang Mi
“Tak
mungkin... Apa aku terlalu keras padanya?” ucap Dong Baek, Hwang Mi menyuruh
Dong Baek agar terus bersikap seperti itu pada Yong Sik.
“Apa Kau
tahu tipe wanita yang paling disukai lelaki? Yang membenci mereka.” Kata Hwang
Mi. Dong Baek pikir kalau Hwang Mi minum bir lagi,
“Para
idiot ini tak paham betapa berharga wanita yang menyukai pria, tapi mereka
berusaha untuk yang membencinya.” Kata Hwang Mi
“Hei, kau
harus berhenti minum di siang hari. Paham?” keluh Dong Baek. Hwang Mi pikir
kalau Dong Baek pasti terus menolaknya.
Yong Sik
masih sibuk mengecat sambil mengeluh punggungnya mulai sakit karena terus
berjongkok. Ia pun mengeluh ada yang menyebutkan soal kaki Yong Sik di dinding
umum ini lalu mengumpat kesal.
“Tunggu,
kita perlu cari tahu siapa yang menyebutkan kakinya di sini. Kita harus
melacaknya. Pria ini punya ide berbahaya. Aku harus terus selidiki tulisan
tangan pria yang menyebutkan kakinya...” ucap Yong Sik lalu melihat sesuatu
disamping meja dan mulai mengesernya.
Ia kaget
melihat tulisan di dinding [DONGBAEK, KAU JUGA JANGAN USIL]
Bersambung
ke episode 6
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar