PS : All images credit and content copyright : KBS
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Jung Kook
datang menemui Hoo Ja dan Joo Myung yang sudah menunggu di restoran, lalu
didepan keduanya langsung merobek surat "Perjanjian Penjualan Gedung"
Hoo Ja berteriak marah, Joo Myung menahanya,
Jong kook menegaskan kalau tidak bisa melakukannya.
“Aku
tidak mau melakukannya. Seorang Anggota Majelis... Seseorang yang mengikuti pemilihan
sebagai anggota Majelis tidak boleh menipu orang seperti itu. Aku benar, bkan? Katamu
kita harus melihat apa yang kita butuhkan saja. Kau juga tidak tahu apa yang
harus kau lihat.” Ucap Jung Kook marah
“Aku akan
melakukannya sendiri. Apa pun yang terjadi, biarlah terjadi. Aku akan
mewujudkannya seorang diri.” Tegas Jung Kook. Joo Myung hanya bisa mengumpat
Jung Kook itu gila.
“Baiklah...
Semoga berhasil seorang diri.” Kata Joo Myung. Jung Kook pun akhirnya beranjak
pergi.
Hoo Ja
panik meminta Joo Myung agar Jangan bersikap seperti itu dan menawarkan diri
jika membeli gedung itu. Joo Myung pikir kalau Hoo Ja Dahulu membelikan itu
untuknya jadi Untuk apa membelinya kembali,
karena tidak berguna.
“Belilah
hal lain... Yang benar saja. Aku tidak bertaruh untuk gedung itu, tapi untuk
orang itu.” Kata Joo Myung
“Aku akan
membelinya... Dengan begitu kau akan membantu kandidatku.” Ucap Hoo Ja
menyakinkan.
“Pimpinan
Park, melihat situasinya, aku akan jujur. Jangan salah paham. Sekalipun bocah
itu menjual gedungku, aku tidak bisa membantumu. Aku hanya asal bicara. Kupikir
aku bisa memanfaatkan penipu itu untuk menyingkirkan masalah ini..” Akui Joo
Myung
“Mustahil
menjadikan seorang penipu sebagai Anggota Majelis Apakah kamu senaif itu? Kau
sungguh romantis. Kau bergairah.” Kata Joo Myung mengejek.
“Aku
percaya kepadamu, tapi kau mempermainkanku.”komentar Hoo Ja.
“Berpikirlah
sesukamu agar kau bisa tidur nyenyak... Tunggu. Kau sangat tidak sopan kepada
orang yang lebih tua. Apa Aku mempermainkanmu?” kata Joo Myung
“Apa kau
orang yang lebih tua? Kenapa aku tidak tahu itu selama ini?” balas Hoo Ja
menahan amarah
“Setelah
kau tahu, hati-hati... Jangan membuatku marah. Jika marah, aku bisa menjadi
cukup menakutkan. Surat perintah penggeladahan bukan apa-apa... Dan aku akan
mengirim seseorang besok. Kau kirim apa yang menurutmu benar.” Kata Joo Myung
lalu berdiri dari tempat duduknya
“Kenapa
susu bayi sangat mahal? Aku menyuruhmu mengikatnya dengan erat, tapi para
berandal itu melakukan pekerjaan yang buruk.” Kata Joo Myung kesal lalu
meninggalkan restoran. Hoo Ja yang kesal langsung meminum habis soju.
Jung Kook
ada diruangan, Seung Yi mengirimkan pesan “Dia datang.” Hoo Ja akhirnya datang
dengan tatapan dingin. Jung Kook terlihat marah berpikir kalau Hoo Ja akan
mengancam membunuhnya lagi. Hoo Ja menegaskan kalau akan membunuh Jung Kook jika kalah dalam pemilihan sambil membawa
surat perjanjian yang sudah dirobek.
“Untuk
apa aku membuang-buang energi?” kata Jung Kook seperti sudah tak ada gairah
“Aku datang
untuk menanyakan sesuatu. Benarkah itu alasanmu merobek kontrak itu?” ucap Hoo
Ja. Jung Kook sedikit bingung
“Apakah
kau merasa kasihan saat mereka berkata tidak akan menaikkan harga sewanya? Apa Karena
seseorang yang ingin menjadi Anggota Majelis seharusnya tidak menipu orang
seperti itu? Apa Karena itukah kau membatalkan kontraknya?” tanya Hoo Ja
penasaran.
“Aku
mengirimmu ke Majelis untuk menyingkirkan limit bunga peminjaman uang. Setelah
itu hilang, akan ada ribuan orang seperti mereka. Bisakah kau mengatasinya?”
kata Hoo Ja. Jung Kook hanya terdiam
“Jangan
mengeluh nanti, bahwa kau tidak bisa melakukannya, bahwa kau tidak mau
melakukannya, dan beri tahu aku sekarang jika kau tidak bisa melakukannya.
Lakukan apa yang bisa kau tangani. Jangan mencoba menanganinya setelah kamu
melakukannya.” Kata Hoo Ja
“Apa Kau
ingin menjadikanku Anggota Majelis untuk melakukan hal-hal buruk, tapi kini kau
menyadari bahwa kau tidak bisa melakukannya?” komentar Jung Kook
“ Aku
menyadarinya sekarang, mungkin kau orang yang lebih baik dari dugaanku. Aku
akan bertanya lagi. Kenapa kau membatalkan kontrak itu?” tanya Hoo Ja
“Cobalah
temui mereka... Lihat apakah kau bisa menipu mereka.” Tegas Jung Kook. Hoo Ja
melihat kalau ini Berbahaya sekali.
“Kalau
begitu, jangan membuatku melakukan hal seperti itu. Jangan biarkan aku melihat
orang seperti itu. Bagaimana mungkin aku mengabaikan mereka jika melihat
mereka? Aku tidak boleh melihat orang seperti itu jika aku ingin tetap diam dan
melakukan keinginanmu.” Kata Jung Kook marah
Hoo Ja
heran melihat Jung Kook tiba-tiba kau berbicara
dengan tidak sopan lalu mengumpat Jung Kook memang orang gila. Jung Kook pikir
Jika dirinya waras, maka tidak akan bertindak sejauh ini. Ia menegaskan kalau bukan
orang yang lebih baik dari dugaannya, yaitu memang orang gila.
“Jadi,
berhentilah membuatku kesal dan pergilah... Berhentilah membuatku gila.” Ucap
Jung Kook
“Kau
merasa nyaman denganku, kan?” komentar Hoo Ja menyindir. Jung Kook meminta Hoo
Ja agar menyuruhnya pergi.
“Luruskan
pikiranmu! Aku bukan temanmu..” tegas Hoo Ja. Jung Kook meminta Hoo Ja pergi
saja. Tapi Hoo Ja enggan disuruh pergi. Akhirnya Jung Kook pun pergi
meninggalkan ruangan.
Sek Park
datang melihat Hoo Ja terlihat hanya bisa tertawa bertanya apakah sudah bicara
dengannya. Hoo Ja pikir kalau kandidat
mungkin orang yang lebih baik dari dugaannya. Sek Park pikir Mana mungkin orang
baik menjadi seorang penipu
“Mungkin
dia menunda karena tidak ingin lari.” Kata Sek Park sambil melihat robekan
kertas surat perjanjian.
“Itu yang
kupikir, tapi bukan itu, jika mendengar perkataannya. Jung Gook sungguh merasa
kasihan kepada orang-orang itu...” ucap Hoo Ja.
“Hoo
Ja... Kenapa capnya berbeda?” kata Sek Park. Hoo Ja tak percaya kalau ada yang
berbeda dengan capnya.
“Ini bukan
yang asli” ucap Sek Par. Hoo Ja yakin kalau Itu yang asli karena Jung Gook
merobeknya di depan matanya
“Bukan...
Aku punya cap Choi Young Pil... Coba kau Lihat, Keduanya berbeda.” Kata Sek
Park memperlihatkan cap diatas kertas. Hoo Ja terdiam lalu menatap sinis karena
sudah ditipu oleh Jung Kook.
Flash Back
Jung Kook
mengajak Chalres untuk membatalkan kontraknya. Charles mengeluh Kenapa
sekarang. Jung Kook pikir Sebaiknya mereka tidak menyerang mereka dengan uang karena Mereka
bilang luka itu tidak pernah sembuh.
“Omong
kosong. Kau menyerang orang dengan uang seumur hidupmu.” Kata Chalres
“Aku
terus memikirkannya. Jika Kim Joo Myung berpura-pura tidak tahu, maka kitalah
yang akan dipenjara. Mi Young sudah mengejar kita” ucap Jung Kook yang tahu
rencana istirnya.
Saat
kejadian, Mi Young mengajak semua timnya untu tangkap mereka di TKP. Lalu Jung
Kook pikir Jika Kim Joo Myung punya rencana lain... Joo Myung seperti tak
percaya dan mengejek kalau Jung Kook itu adalah penipu.
“Jika dia
mengadukan kita ke polisi untuk mengambil uangnya dan lari,maka kita akan
dipenjara sendiri.” Ucap Jung Kook. Charles pun bertanya apa yang akan mereka
lakukan.
“Seharusnya
sejak awal kita tidak melakukannya...” ucap Charles
“Dilihat
dari situasinya, mari kita serang balik. Park Hoo Ja dan Kim Joo Myung...” Ucap
Jung Kook yakin
Hoo Ja
dan Sek Park berlari keluar gedung mencari sosok Jung Kook tapi sudah
menghilang.
Flash Back
“Kenapa
aku harus melakukan apa yang mereka perintahkan? Aku sudah menipu orang seumur
hidupku. Aku tidak bisa menjadi Anggota Majelis. Aku tidak bisa melakukan
ini... Tidak, aku tidak mau melakukannya! Mari kita akhiri tindakan menyebalkan
ini.” Tegas Jung Kook
“Aku akan
melakukan semua perkataanmu tanpa mengeluh, tapi bisakah kita melakukannya?”
kata Charles tak Yakin
“Sejak
kapan kita melakukan hal-hal yang bisa kita lakukan? Kita melakukan apa yang
harus kita lakukan. Mari kita wujudkan. Mari kita balikkan keadaan untuk
mereka.” Ucap Jung Kook yakin
Seung Yi
datang membawa surat "Perjanjian Penjualan Gedung" Jung Kook pun
menyusun rencana Pertama,mereka akan
menyiapkan perjanjian penjualan baru dan membuat cap palsu. Ia sendiri yang
memesan cap palsu untuk mengelelabuhi Hoo Ja.
“Aku
harus membuatnya terlihat seakan-akan aku berhenti agar mereka tidak
mencurigaiku.” Ucap Jung Kook dengan rencananya.
Jung Kook
pergi menemui keduanya sambil merobek surat perjanjian palsu menegaskan tidak
bisa melakukannya dan tidak mau melakukannya.
Seung Yi
datang membawa surat "Perjanjian Penjualan Gedung" Jung Kook pun
menyusun rencana Pertama,mereka akan
menyiapkan perjanjian penjualan baru dan membuat cap palsu. Ia sendiri yang
memesan cap palsu untuk mengelelabuhi Hoo Ja.
“Aku
harus membuatnya terlihat seakan-akan aku berhenti agar mereka tidak
mencurigaiku.” Ucap Jung Kook dengan rencananya.
Jung Kook
pergi menemui keduanya sambil merobek surat perjanjian palsu menegaskan tidak
bisa melakukannya dan tidak mau melakukannya.
Hoo Ja
terlihat marah mencoba menelp Jung Kook, tapi ponselnya tak aktif lalu meminta
agar Sek park menyiapkan penjaga di depan gedung untuk berjaga-jaga. Sek Park
mengerti lalu bertanya apa yang akan dilakukan.
“Kenapa
kau bertanya? Tentu aku harus menemukan Jung Kook.” Ucap Hoo Ja marah lalu
mencoba menelp Tuan Choi sambil berjalan.
“Temukan
Yang Jung Gook untukku sekarang... Aku tidak punya waktu untuk menjelaskan.
Temukan saja... Diam, dan temukan dia, Berengsek. Kenapa kau banyak bertanya? Hei!
Apakah ini kali pertamamu bekerja denganku?” teriak Hoo Ja marah bahkan
supirnya pun ikut kena marah karena lama menutup pintu mobil.
Jung Kook
sudah ada di dalam mobil bersama ayah dan kakak serta keponakanya. Tuan Yang
terlihat tegang, memastikan kalau harus mengikuti pemilihan Anggota Majelis
atau akan mati. Jung Kook membenarkan, Tuan Yang mengulang kalau Jung Kook juga
harus menang.
“Jika kalah,
kau akan mati.” Kata Tuan Yang. Jung Kook membenarkan.
“Meski
terpilih, kau harus menuruti perkataannya, atau kau akan mati. Hei. Seharusnya
kau memberi tahu ayah jika keadaannya seperti itu. Kenapa kau melakukan
perintah mereka? Kenapa seorang penipu sebaik itu?” keluh Tuan Yang
“Aku
tidak bersikap baik. Mereka akan membunuhku jika melawan. Haruskah aku mati
saja?” ucap Jung Kook. Tuan Yang membenarkan. Mi Jin mengejek adiknya itu
memang bodoh sekali. Jung Kook memilih tak membalasnya.
Mereka
sudah sampai didepan gedung, Jung Kook memberikan berkas pada ayahnya
menjelaskan sekarang menjadi Han Min Chul dan mencoba mendapatkan pinjaman
untuk membeli sebuah gedung yang harganya dinaikkan secara ilegal.
“Ayah
adalah pedagang kaki lima yang polos.” Tegas Jung Kook. Tuan Yang menganguk
mengerti.
“Intinya,
ayah hanya perlu mengajukan pinjaman, kan?”kata Tuan Yang. Jung Kook
membenarkan.
“Ayah
tampak takut. Sudah lama tidak melakukannya, kan? Bagaimana jika kita melakukan
ini? Bagaimana jika aku meminta teman gigoloku untuk merayu dia? Kita pastikan
mereka berselingkuh...” ucap Mi Jin pada
Jung Kook.
“Diam, dasar
Berandal. Berhentilah mencoba membawa gigolo... Ayah menyuruhmu tinggal di
rumah... Kenapa kau datang? Apa kau tidak mengantuk? Anak pemalas biasanya
selalu tidur.” Ucap Tuan Yang kesal
“Kenapa
Ayah selalu mengejekku? Aku hanya
mengkhawatirkan Kakak keluh Mi Jin saat itu anaknya mengaku harus buang air
kecil.
“Haruskah
kau buang air kecil sekarang? Ikutlah dengan Kakek dan pergi ke kamar kecil.
Tapi Berpura-puralah tidak mengenalnya. Kakek adalah pria jahat. Dia penipu.”
Ucap Mi Jin mengejek ayahnya.
“Coba Lihat
dia. Apa yang kamu katakan kepada seorang anak kecil?” keluh Tuan Yang ingin
memukul. Jung Kook menahan ayahnya agar tak memukul.
“Berhentilah
mengatakan hal bodoh. Kita tidak punya waktu. Ayah, kita harus mengunjungi
sebanyak mungkin bank sebelum bawahan Park Hoo Ja menyadarinya. Itu
satu-satunya cara putra Ayah bisa tetap hidup. Perlihatkan kemampuan
Ayah.... Ayah adalah guruku.” Ucap Jung
Kook
“Ayah
mengajari anak-anakmu keahlian yang luar biasa.” Ejek Mi Jin. Tuan Yang tak
bisa menahan amarah mengajak Mi Jin untuk berkelahi. Jung Kook meminta ayahnya
berhenti tapi Tuan Yang sudah lebih dulu mendekati anaknya.
Tuan Choi
dan anak buahnya sudah ada dirumah Jung Kook dan meminta agar mereka mencari
disetiap sudut ruangan. Anak buahnya
memberitau Jung Kook ada dirumahnya. Tuan Choi mengumpat marah karena Jung Kook
yang berhasil lari lalu melaporkan pada Hoo Ja.
“Lalu
bagaimana? Kenapa kau menelepon jika... Telepon aku jika kau menemukan dia. Haruskah
aku menjelaskan setiap hal... Jika kau terus seperti ini, kau tidak bisa
bekerja denganku.” Ucap Hoo Ja marah
“Maaf,
Bu.” Kata Tuan Choi ketakutan. Hoo Ja menyuruh agar Cepat ancam Kim Mi Young atau tangkap
bawahannya dan bunuh mereka.
“Temukan
Yang Jung Gook sebelum dia melakukan sesuatu.” Tegas Hoo Ja marah. Tuan Choi
pun bergegas membantunya.
Tuan Yang
masuk bank terlihat gugup, cucunya berjalan masuk lebih dulu pergi ke toilet
seolah-olah tak saling mengenal. Tuan Yang pergi ke counter yang kosong lalu
memberitahu kalau butuh pinjaman... Pegawai menyuruh agar ambil nomor antrean.
Tuan Yang binggung
“Ambil
nomor antrean.” Kata Pegawai bank. Tuan Yang mengaku terburu-buru jadi meminta dilayani. Pegawai
bank tetap menolaknya.
“Tapi
pengecualian bisa dibuat...” kata Tuan Yang. Pegawai menyuruh agar Tuan Yang ambil
nomor antrean dari sana. Tuan Yang pun tak bisa berkata-kata.
Tuan Yang
akhirnya mendapatkan nomor antrian 253, Saat itu cucunya datang memberikan
selembar kertas lalu menyuruh kakeknya agar
Jangan takut karena jelas terlihat gugup lalu pergi meninggalkan bank.
Tuan Yang kaget melihat cucunya mengambil nomor antrian “231"
“Nomor
231... Nomor 231. Anda ada di sini?” teriak pegawai memanggil customer.
“Aku
butuh pinjaman.” Ucap Tuan Yang dengan penuh keyakinan.
Jung Kook
menunggu didepan "Bank Joyoung" wajahnya terlihat gugup. Tuan Yang
akhirnya keluar dari bank. Jung Kook langsung bertanya Bagaimana hasilnya. Tuan Yang memberikan
berkas lalu Jung Kook tersenyum bahagia melihat isi suratnya.
“Setelah
Ayah lebih santai, mari kita bergerak cepat... Ayo Eratkan sabuk pengaman Ha
Roo.” Ucap Jung Kook dengan penuh keyakinkan lalu mengemudikan mobilnya.
Pegawai
yang menerima surat dari custumer mulai memeriksanya. Managr melihatnya lalu
membaca surat "Pendaftar, Han Min Chul" Joo Myung yang ada dirumah
menerima telp dari "Lee Gang Shik,
Manajer cabang bank" sebelumnya berteriak pada istrinya agar ganti popok
bayinya karena terus menangis dan menyuruhnya untuk berhenti lalu tidur saja.
“Bukankah
Injung-dong 235-14 adalah gedungmu?” ucap Tuan Lee. Joo Myung terlihat kaget.
“Kami
baru saja menerima pengajuan pinjaman... Alamat ini mirip dengan gedungmu... Kamu
tahu, Injung-dong 235-14. Gedung yang kau beli dengan nama orang lain...” kata
Tuan Lee.
“Apa
maksudmu? Siapa yang mengajukan pinjaman dari bankmu?” ucap Joo Myung terlihat
marah
“Apa kau
yakin?” tanya Tuan Lee, Joo Myung mengaku sangat yakin.
“235-14...
Apakah kau mengenal seorang pria bernama Han Min Chul? Dia bilang kau menjual
gedungmu seharga 4,5 juta. Bagaimana kau bisa mendapatkan 4,5 juta untuk itu? Harganya
bahkan tidak mencapai dua juta.” Ucap Tuan Lee.
Joo Myung
memikirkan sesuatu dan segera menutup telp dan akan menelp Tuan Lee lagi. Ia
lalu menelp Hoo Ja bertanya Di mana Yang
Jung Gook si Bedebah itu. Hoo Ja kaget mengetahui tentang Pinjaman, Dari bank
dan dilakukan oleh Yang Jung Gook?
“Benar!
Penipu itu mencoba mendapatkan pinjaman menggunakan kontrak itu. Jika terjadi
masalah dan mereka mendapati bahwa itu gedungku... Pimpinan Park, perbaiki ini.
Aku tidak mau jatuh seorang diri karena masalah ini!” tegas Joo Myung marah
“Aku akan
mengurus semuanya, jadi, jangan khawatir. Tinggallah di rumah. Aku akan
meneleponmu begitu membereskannya.” Ucap Hoo Ja menenangkan. Joo Myung
mengerti.
Ia lalu
menelp Tuan Choi agar menari setiap bank di kota karena Yang Jung Gook mencoba
mempermainkan mereka.
Tuan Choi
bergegas masuk ke dalam sebuah bank memeriksa semua orang yang sedang duduk
kalau mungkin ada Jung Kook. Tuan Yang
dan Jung Kook berkeliling mencari pinjaman uang dari sertifikat gedung milik
Joo Myung.
Mi Jin
memegang surat bank yang didapat oleh ayahnya, Jung Kook mencoba terus pindah
dari satu bank ke bank yang lain dan ayahnya yang mengajukan pinjaman. Tuan Choi berteriak memanggil Jung Kook agar
keluar.
“Aku
harus ke kamar kecil.” Ucap Tuan Yang sedang mengisi formulir mendengar
teriakan.
Tuan Choi
masuk ke dalam kamar mandi melihat sosok pria seperti Jung Kook, langsun
menarik rambutnya. Si pria terlihat binggug, Tuan Choi pun melepaskan tanganya
karena salah orang. Ha Roo berada dalam mobil mengatakan harus buang air kecil.
Mi Jin heran anaknya ingin buang air kecil lagi.
“Cepatlah...
Ha Roo! Jangan biarkan orang tahu kau mengenal Kakek! Dia pria jahat. Penipu...
Dia penipu! Penipu!” teriak Mi Jin pada anaknya. Jung Kook hanya bisa menghela
nafas melihat tingkah Mi Jin.
Tuan Yang
terus mengisi formulir sebagai Han Min Chul di Bank Joeun, wajahnya terlihat
semakin santai bahkan bahagia sambil berpegangan tangan dengan pegawai.
Sementara Tuan Choi terlihat sangat frustai dengan Yang Jung Gook, si Ular licin itu.
Tuan Yang
terus berkeliling mengajukan pinjaman,
Tuan Choi makin frustasi karena tak menemukan Yang Jung Gook. Jung Kook
hanya menunggu didalam mobil dan ayahnya yang masuk ke dalam bank. Tuan Choi
bertanya-tanya di mana, Yang Jung Gook.
Mi Jin
tiba-tiba berteriak panik, Jung Kook pun kaget seperti berpikir ada yang buruk
terjadi. Mi Jin mengaku bermimpi mencium Gang Dong Won dan itu sangat Luar
biasa dengan wajah sumringah. Jung Kook hanya bisa mengelengkan kepala melihat
tingkah adiknya.
“Ibumu
aneh sekali, kan? Kau malang sekali.” ucap Jung Kook pada Ha Roo. Ha Roo seperti
sudah terbiasa dengan tingkah ibunya.
Tuan Choi
bisa mencoret semua Bank yang sudah dikunjunginya "Bank Woojin, Bank
Booyoung, Bank Jinhan, Bank Mahan" lalu mengeluh ada begitu banyak
bank. Jung Kook keluar dari mobil
melihat ponselnya alau Kali ini cukup
lama ayahnya ada didalam bank.
“Hei,
hentikan mobilnya... Brengsek!” teriak Tuan Choi melihat Jung Kook ada
dipinggir jalan sambil menelp.
“Hei.
Datanglah ke Bank Kukhan di Injoong... Aku menemukan Yang Jung Gook.” Ucap Tuan
Choi menelp anak buahnya yang lain. Anak
buahnya mengerti.
“Tuan
Choi.... Jangan menunggu aku... Tangkap dia lebih dahulu. Apa Kau bisa
melakukannya?” ucap Hoo Ja.
“Kenapa
kau bertanya? Pimpinan, aku tangguh.” Kata Tuan Choi yakin. Hoo Ja mengaku akan
memercayainya dan meminta agar mekakukan dengan benar kali ini.
“Jangan
melakukan kesalahan seperti sebelumnya.” Tegas Hoo Ja. Tuan Choi ingin melihat
Peralatan apa yang mereka miliki di mobil.
Jung Kook
menelp Charles di luar memberitahu kalau hampir selesai meminta agar bersiap
karena akan ke sana begitu selesai di bank, setelah itu agar memindai semua
dokumen dan unggah ke situs web polisi.
“Anggota
Majelis? Yang benar saja... Mari kita akhiri semuanya hari ini. Jangan
khawatir. Mereka tidak bisa melakukan apa-apa kepada Mi Young. Bagaimana
mungkin mereka melukai detektif yang menangani kasus? Ini bukan Meksiko atau
Kolombia.” Ucap Jung Kook tanpa sadar Tuan Choi berjalan sambil membawa palu
besar.
Tuan Choi
berjalan dengan senyuman licik sudah siap menghabisi Jung Kook dengan palu dan
menunggu lampu hijau. Jung Kook akhirnya tersadar dengan Tuan Choi yang sudah
membawakan palu dan siap menghajarnya lalu teringat saat dengan istrinya.
Flash Back
Jung Kook
yang membawa timun, mengejek Mi Young agar mengambilnya. Mi Young bisa memegang
tangan Jung Kook lalu memelintirnya lalu menjatuhkan timun dan membuat Jung
Kook jatuh tersungkur. Jung Kook terlihat kesakitan. Mi Young menyuruh Jung
Kook Berdiri agar melakukan itu lagi.
Jung Kook
melihat Tuan Choi semakin mendekat pun akhirnya melakuan gerakan yang sama bisa
melumpuhkan gangster. Jung Kook pun tak percaya kalau memang berhasil. Mi Jin
dan Ha Roo melonggo keluar dari mobil langsung memberikan acungan jempol.
“Kakak
luar biasa!” puji Mi Jin. Jung Kook bergegas pergi mengambil ponselnya lalu
masuk mobil.
“Tangkap
dia!!! Tangkap bedebah itu.” Teriak Tuan Choi melihat anak buahnya yang baru
datang. Mereka pun bergegas pergi, tapi Tuan Choi menyuruh mereka agar
membantunya bangun lebih dulu.
Tuan Choi
terlihat sangat marah berteriak menyuruh anak buahnya agar segera mengejar Jung
Kook. Jung Kook menjaga jarak mobil lebih jauh lalu berhenti sejenak menyuruh
Mi Ji agar memawa Ha Roo dan keluarlah. Mi Ji bingung berpikir agar Jung Kook
bisa menyelamatkan dirinya sendiri.
“Dasar Brengsek...
Aku mencoba menyelamatkan kalian berdua, Cepat Keluar sekarang...” ucap Jung
Kook. Mi Jin dan Ha Roo pun bergegas turun dari mobil memberikan berkas pada
kakaknya.
“Jangan
keluar dari gedung! Kakak akan menghubungimu!” ucap Jung Kook tapi Mi Jin dan
Ha Roo sudah bergegas masuk lalu mengumpat kesal karena Mi Jin mengabaikanya.
Tuan Choi
terus menyuruh anak buahnya agar lebih cepat mengemudika mobilnya lebih dekat
agar bisa mengejar Jung Kook. Saat itu
Jung Kook sempat belok kanan dan tak bisa diikuti oleh Tuan Choi dari belakang,
Tuan Choi berteriak marah karena sempat kehilangan Jung Kook.
“Halo,
Pak... Tolong buka pintu belakang... Ya, sekarang...” ucap Jung Kook menelp
dari dalam mobil dan masuk ke sebuah jalan.
Di sebuah
tempat pencucian mobil, Jung Kook masuk dan pegawai langsung menutup dengan
tirai. Jung Kook membuka bagasi mobil langsung menganti plat nomor dari
"24J 0875" menjadi "45G 7456" setelah itu mulai menghitung
mobil yang lewat, yaitu Tuan Choi dan akan buahnya.
Hoo Ja
menghela nafas karena supirnya berpikir untuk tiba di di sana besok. Jung Kook
akhirnya berhasil menghindari mobil Tuan Choi dan berbalik arah. Tuan Choi mengumpat marah tak melihat mobil
Jung Kook dengan plat nomor “0875”
Saat itu
Hoo Ja sedang ada dijalan bisa melihat Jung Kook yang berada di jalan
berlawanan arah, lalu berteriak memberitahu supirnya agar berbalika arah. Tuan
Choi menerima telp kaget kalau Jung Kook mengganti pelat nomornya dan ingin
tahu nomor yang baru.
Jung Kook
kembali masuk ke dalam tempat cucian mobil kembali menganti nomor platnya dari
"45G 7456" menjadi "24J 0875" Hoo Ja dan terus mengejarnya,
tapi Jung Kook sudah menganti plat mobilnya "33D 5712"
“Dia
pergi ke mana? Apa dia mengganti nomornya lagi? Dia punya berapa pelat nomor? Brengsek! Kau bilang pandai mengemudi!
Temukan dia, Berengsek!” teriak Tuan Choi marah
“Apa yang
terjadi kepada para bedebah itu?” kata Hoo Ja yang terlihat gugup.
“Kurasa
kita kehilangan dia. Maaf.” Kata Tuan Choi sudah tak mampu lagi mengejarnya.
Hoo Ja menyuruh supirnya agar menepi.
Saat itu Jung Kook tersenyum puas lewat melihat Hoo Ja seperti sudah
pasrah.
“Mari
kita lakukan ini... Kita lihat siapa yang akan menang.” Kata Hoo Ja seperti
memikirkan sesuatu.
Bersambung
ke episode 10
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar