PS : All images credit and content copyright : KBS
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Charles
masih di rumah sakit ingin tahu Kapan mereka akan bekerja lagi? Sambil menyindir
Jung Gook menjadi Warga Pemberani tapi tetap mereka harus menghasilkan uang.
Seorang ibu menghampiri Jung Gook memuji kalau tampan sekali dan memberikan
makanan.
“Kau
tidak boleh bergerak karena operasimu. Mari kita tenang dahulu karena kondisimu
seperti ini.” Ucap Jung Kook.
“Aku
sudah sembuh... Aku tidak di sini karena aku sakit. Aku tidak bisa pergi karena
aku tidak bisa membayar.” Akui Charles.
“Sungguh?
Apa Kau sudah sembuh?” ucap Jung Kook. Charles membenarkan.
“Kau
bilang kau akan pensiun setelah satu keberhasilan besar. Kau bilang kau merasa
terlalu bersalah pada istrimu. Jadi, beri kami pekerjaan. Berapa lama aku harus
tetap seperti ini? Aku tidak punya uang.” Keluh Charles
“Bagaimana
denganmu?Apa Kau punya uang?” tanya Jung Gook. Seung Yi mengaku tidak mau mati.
“Jangan
bersikap sok kuat... Kau tidak bisa bekerja... Karena Kau Warga Pemberani.”
Ejek Seung Ri
“Jangan
mengatakan itu.. Apa Kau punya uang?” ucap Jung Gook
“Aku
tidak mau memberimu apa pun. Warga Pemberani tidak boleh ikut campur. Siapa
yang peduli jika aku mati kelaparan? Aku akan mencari jalan keluarnya.” Ucap
Seung Yi lalu keluar ruangan.
Jung Gook
mengeluh dengan sikap Seung Yi sangat berbeda lalu meminta Charles agar
mengirimkan nomor rekeningnya. Charles pikir tak perlu. Jung Gook mengaku akan
mampir ke akuntansi.
Jung Gook
keluar dari rumah sakit banyak orang yang mengenalnya. Tiba-tiba segerombolan remaja
menyerubunya, menyebut Jung Kook
itu sang pahlawan dan sangat mengagumkan.
“Sudah
kubilang dia menyelamatkan hidupku.” Ucap seorang pria. Jung Kook langsung
diminta agar memberikan tanda tanganya. Tuan Choi melihat Jung Gook dari
kejauan terlihat kesal. Hoo Ja menenlp
“Halo,
Bu... Aku membuntuti dia seperti kata Anda, tapi... Tidak akan mudah mengejarnya
selama sementara waktu.” Ucap Tuan Choi
“Apakah
karena masalah Warga Pemberani itu?” kata Hoo Ja. Tuan Choi melihat ada banyak
orang mendekatinya.
“Seharusnya
kau membunuh dia sebelumnya... Kekacauan apa ini? Intinya, bunuh dia saat kau
pikir... Apakah golf selalu sesulit ini? Aku tidak bisa memasukkan satu pun.
Menyebalkan. Aku lebih suka main biliar. Sampai jumpa.” Ucap Hoo Ja kesal
sendiri.
Tuan Choi
hanya menatap ponselnya dengan wajah binggung.
Jung Gook tak sengaja melihat mobl Tuan Choi yang berjalan pergi. Semua
masih saja terus mengerubungi Jung Goo mengaku sebagai penggemar berat.
“Jangan
melukai orang, ya? Dan belajar yang giat.” Ucap Jung Gook mencoba untuk santai
“Singkirkan
semua perlengkapan golf ini dan Sumbangkan ke panti wreda atau semacamnya. Lalu
bawa masuk meja biliar... Bukan yang biasa, tapi meja yang besar.” Ucap Hoo Ja
menelp sekertarisnya. Seorang wanita datang.
“Adikku
tidak pernah mengetuk sebelum masuk.” Keluh Hoo Ja. Nyonya Park menegaskan
kalau mereka. menghadapi masalah.
Keduanya
berjalan di lorong kantor, Hoo Ja mengeluh karena Nyonya Park bilang semuanya baik-baik saja. Nyonya Park
berpikir begitu, tapi Mahkamah Agung menyerang dengan kuat dan meminta Maaf.
“Kenapa semua
orang hanya meminta maaf? Apa yang akan kau lakukan jika menyesal? Apa kau akan
mati? Ayo Cepat!” keluh Hoo Ja marah.
Nyonya
Park ingin tahu Apa yang terjadi sekarang. Nyonya Park menjelaskan Karena Kim
Joo Myung gagal mendapatkan nominasi kepresidenan dan kursi Mahkamah Agung,
jadi akan mengikuti pemilihan Majelis lagi serta beberap distrik lainnya.
“Itu
sudah bulan depan.. Tidak pernah ada yang mudah...” kata Hoo Ja
“ Kita
bisa menyuap Pimpinan Komite Legislasi dan Yudisial untuk membahasnya, tapi di
antara 300 Anggota Majelis, setidaknya separuhnya harus hadir, dan lebih dari
setengahnya harus setuju agar RUU penghapusan kita diterima.” Kata Nyonya Park
“Apa
statusnya sekarang?” tanya Hoo Ja. Nyonya Park pasti Ada 120 yang pasti.
“Kami
membujuk 20, yang mungkin akan kami dapatkan. 10 kandidat yang menjadi favorit
untuk menang setuju.” Kata Nyonya Park
“Jika semua
orang yang menentang datang dan menghitungnya...” kata Hoo Ja
“Mustahil
mendapatkan mayoritas... Kita kekurangan satu orang.” Kata Nyonya Park
“Lalu.. Di
mana tempat berkumpul para orang tua ini?” tanya Hoo Ja.
Hoo Ja
bertemu dengan para pemilik penjual ikan di tepi pelabuhan. Seorang Ketua heran
merasa tak ada alasan mencoba menghapus
aturan batas atas suku bunga dan berpikir mereka berusaha menguntungkan diri sendiri
saja.
“Tidak.
Kita ingin mengembangkan perdagangan yang masih berada di bawah melejit ke
matahari. Lalu berkontribusi untuk ekonomi nasional dan memberikan pelayanan yang
lebih baik dan bermanfaat di matahari untuk orang-orang yang menderita akibat
industri peminjaman uang yang terbuang ke kegelapan.” Jelas Si pria
“Kami
memahami maksudmu... Mari kita bicara bisnis sekarang... Berapa lama kamu akan
mengomel? Kita semua orang sibuk... Yang kita butuhkan ke depannya adalah ini.”
Kata Hoo Ja dengan wajah serius.
“Sebagai
sesama pimpinan, kita harus mengumpulkan daftar kandidat berpotensi dan mengisi
kursi-kursi itu. Kita harus segera mendapatkan mereka. Kita harus membawa
mereka ke pihak kita dan membuat mereka mengikuti pemilihan. Itulah yang akan kita
bahas.” Ucap Hoo Ja melihat seorang pria sedang minum soju.
“Kenapa
kau terus mengulangi hal yang sama... Aku menyuruhmu berhenti minum selama
rapat.” Sindir Hoo Ja
“Apa
masalahnya? Letakkan saja uang tunai dalam kotak buah dan berputarlah.” Kata
Pria tua lainya.
“Aku...
Aku tidak tahu itu... Aku akan menanganinya. Aku akan membelikan mereka miras
dan memberi mereka wanita. Maka mereka akan...” kata Pria lain.
“Itu ide
yang bagus.. Kita harus membawa mereka ke sauna dan berteman dengan mereka.
Pria harus telanjang dan melihat satu sama lain dalam kondisi telanjang. Lalu
mereka bisa lebih akrab dan memiliki rasa setia.” Kata si ketua Pria itu.
“Maaf
harus menyela, tapi apakah kalian mengalami kepikunan bersama? Aku tahu persis
bagaimana kalian semua bisa berhasil. Kalian kelaparan dan bekerja keras. Begitulah
cara kalian membangun perusahaan kalian.” Kata Hoo Ja mengingatkan.
“Tapi,
Bapak-bapak, benarkah kalian berpikir jika kalian memberi mereka gadis muda yang
pantas menjadi putri mereka, Apa kalian sudah selesai melobi? Apakah kalian
pikir jika kalian memasukkan sekotak uang tunai di bagasi mobil mereka, maka kalian
sudah selesai melobi?” sindir Hoo Ja.
“Apakah
kalian pikir jika kalian pergi ke sauna menjadi saudara sedarah, Apa kalian
sudah selesai melobi? Jika melobi semudah itu... Jika metode-metode itu
berhasil, kita tidak akan berusaha keras menjilat para politisi. Para berandal
politisi itu akan menjilat kita.” Sindir Hoo Ja
“Hoo
Ja... Astaga, kau sudah dewasa... Dahulu kau membuntuti kami dan meminta kami
membelikanmu permen. Dia tumbuh dan membangun perusahaan yang hampir bangkrut.”
Komentar si ketua. Hoo Ja sendang karena bapak itu tahu.
“Jika
kupikirkan, dahulu pun kau adalah bocah yang tidak sopan.” Komentar Tuan Park.
Hoo Ja terlihat marah
“Pimpinan
Park Hoo Ja... Berani-beraninya kau bicara dengan kasar...” kata Tuan Park
marah
“Karena
aku muda dan kasar, maka aku bisa berada di sini. Jika aku tua dan kasar, maka kalian
tidak akan duduk di sana. Kalian semua akan dikubur di suatu tempat. Intinya,
aku akan mengurusnya. Kalian bisa minum saja.” Ucap Hoo Ja marah lalu keluar
dari gedung.
Hoo Ja
bertanya pada Nyona Park apakah sudah menyelidikinya. Nyonya Park memberitahu
kalau Partai Minjin cenderung memilih Kang Soo Il. Hoo Ja pikir Kang Soo Il ikut
pemilihan sebelumnya dan kalah dan mamstikan apakah bisa mendapatkan dia.
“Aku
berencana mencobanya, tapi kurasa kita tidak bisa.” Kata Nyonya Park. Hoo Ja
ingin tahu alasanya.
“Dahulu
dia punya seorang putra, tapi dia meninggal karena utang pinjaman pribadinya.
Sejak saat itu, dia aktif dalam berbagai perkumpulan untuk korban kejahatan
keuangan, dan kelompok untuk menghapuskan lintah darat dan hal-hal seperti
itu...” cerita Nyonya Park melihat Tuan Kang adalah pria yang debatdengan Jung
Gook menangis.
“Tak
Perlu pria itu.. Waktu kita sedikit. Kita tidak bisa menyia-nyiakannya untuk
sesuatu yang mungkin gagal. Lalu Siapa yang ikut pemilihan untuk Partai
Nasionalis? Apakah orang yang sama dari pemilihan pertama? Bae Min Yong?”
ucap Hoo Ja.
“Tidak.
Kurasa mereka menggunakan Bae Min Yong sebagai cadangan. Mereka mencari orang
baru.” Ucap Nyonya Park. Hoo Ja ingin tahu siapa orang baru itu.
“Cari
tahu secepatnya... Jika kita kekurangan waktu, setidaknya kita butuh info.
Selagi kau mengerjakan itu, selidiki orang ini juga.” Kata Hoo Ja memberikan
kartu nama.
Nyona
Park kaget kalau itu seorang polisi. Hoo Ja membenarkan kalau Mi Young yang
mengejar Yang Jung Gook tapi merasa Mi Young yang tinggal bersamanya. Nyonya
Park makin kaget mendengarnya.
“Intinya,
selidiki dia... Dan Besok ulang tahunmu, kan?” ucap Hoo Ja sebelu masuk mobil.
Nyonya Park membenarkan.
“Bawa
suami dan anak-anakmu... Aku akan membuatkan sup rumput laut untukmu.” Kata Hoo
Ja. Nyonya Park mengangguk mengerti.
Bandara,
Penerbangan dari "Frankfurt" ke Korea pun mendarat. Han Sang Jin
keluar dari pintu kedatangan terlihat bahagia menghirup udara korea. Beberapa saat kemudian terlihat bahagia makan
kue ikan dan minum susu. Polisi yang melihatnya langsung mendekatinya.
“Maaf,
tapi Anda tidak boleh melakukan itu di sini.” Ucap polisi. Sang Jin binggung
lalu bertanya balik apa yang harus dilakukan disini.
“Dengar,
Pak... Anda tidak boleh duduk di sini. Ini kantor polisi.” Kata Polisi.
“Ya, aku
tahu ini kantor polisi... Jadi, apa yang harus kulakukan di kantor polisi...
Ah.... Kurasa ada kesalahpahaman... Aku bukan seperti dugaanmu.” Ucap Sang Jin
mencoba menjelaskan.
“Ya,
sudah pasti... Keluarlah... Anda tidak boleh masuk ke sini karena di luar
dingin... Anda akan ditahan.” Jelas si polisi
“Bukan
begitu.. Aku bukan seperti dugaanmu... Tolong lepaskan aku.” Ucap Sang Jin,
tapi polisi tetap menyuruhnya pergi.
“Pertama,
mari kita selesaikan kesalahpahaman ini. Aku bukan jenis orang seperti
dugaanmu...” kata Sang Jin, Polisi kembali menyuruhnya pergi.
“Sekalipun
itu benar, apakah orang-orang seperti itu tidak boleh datang ke sini? Apakah
orang-orang seperti itu tidak boleh datang ke sini ke kantor polisi dan makan
camilan?” sindir Sang Jin.
“Bukan
itu maksudku, tapi...” ucap Polisi binggung. Sang Jin pun menyerang polisi yang
melanggar penegakan keadilan
“Korea
adalah negara demokratis. Setiap penduduk berhak menikmati otoritas sebagai
penduduk. Itu termasuk para gelandangan! Korea... Jika kau penduduk...” ucap
Sang Jin
“ Anda
tidak terlihat seperti penduduk, karena itu...” kata Polisi. Sang Jin mengaku
kalau ia adalah penduduk. Si polisi akhirnya hanya bisa meminta maaf membiarkan
Sang Jin duduk.
“Aku
tidak menyadari Anda penduduk Korea.” Keluh Si polisi
“Jadi,
aku boleh terus duduk di sini, bukan? Aku bisa duduk di sana dan makan
camilanku, bukan begitu?” kata Sang Jin. Polisi mempersilahkan dan meminta agar
jangan menumpahkan.
“Baik.
Aku akan membersihkannya jika menumpahkan sesuatu. Sebaiknya kamu kembali
bekerja.” Ucap Sang Jin bahagia.
Mi Young
berjalan keluar kantor sambil menerima telp. Sang Jin yang melihatnya langsung
menyembunyikan wajahnya. Mi Young menolan tidak bisa diwawancara menurutnya Diwawancara
karena perbuatan suaminya, tapi wartawan seperti memaksa.
“Ya, aku tahu
itu kesempatan bagus. Aku tahu, tapi pekerjaanku... Aku polisi. Karena
pekerjaanku, aku tidak bisa menjadi sorotan publik. Itu mungkin akan menimbulkan
masalah jika aku di lapangan.. Ini bukan tentang aku. Aku tidak mau merugikan
timku. Intinya, dengan hormat, aku menolak wawancara ini.. Maaf. Baik, sampai
jumpa.” Ucap Mi Young lalu menutup telp
“Kenapa
dia harus menjadi Warga Pemberani?” keluh Mi Young kesal
“Siapa
warga pemberani?” kata Sang Il. Mi Young kaget melihat Sang Il ada didekatnya.
Keduanya
bertemu di restoran, Mi Young heran karena Sang Jin yang ada di korea alih-alih di Jerman dan berpikir
Karena itu sudah kembali karena Sang Il yang sudah berhasil. Sang Jin mengaku
sudah mendapat uang saku sampai berusia 40 tahun.
“Sekarang
aku harus bekerja.” Ucap Sang Jin Mi
Young ingin tahu apa yang dikatakan ibu mereka.
“Apakah
dia memintamu melakukan apa yang kau lakukan?” ucap Mi Young
“Aku
belum memberi tahu dia.” Kata Sang Jin, Mi Young tak percaya mendengarnya.
“Aku akan
memberi tahu dia sekarang.” Ucap Sang Jin. Mi Young pikir Sang Jin pasti akan
berhasil.
“Beri
tahu Ibu saat suasana hatinya bagus. Perubahan suasana hatinya mengerikan
belakangan ini. Itu Pasti karena menopause.” Ucap Mi Young
“Omong-omong,
selamat atas pernikahanmu... Seharusnya aku menghadirinya. Maaf.” Kata Sang Jin
“Selamat?
Pernikahanku sudah dua tahun... Aku bisa bercerai 100 kali sekarang.” Ucap Mi
Young. Sang Jin kaget Min Young akan bercerai.
“Tidak.
Ada apa denganmu? Hubungan kami baik.. Yahhh... Kurang lebih.” Ungkap Mi Young
“Tentu.
Aku yakin kalian baik... Suamimu adalah Warga Pemberani. Mi Young, dan...” ucap
Sang Jin lalu memberikan amplop. Mi Young binggung apa itu.
“Terimalah.
Aku melewatkan pernikahanmu.” Kata Sang Jin. Mi Young menolak karena merasa tak
perlu.
“Jumlahnya
tidak banyak. Terimalah.” Kata Sang Il. Mi Young melihat kalau 300 dolar itu
banyak lalu mengucapkan terima kasih dan akan mengunakan dengan baik.
“Mi
Young, buka itu saat kau di rumah... Selama mungkin, kan?” pinta Sang Jin. Mi
Young mengangguk mengerti.
“Hei, aku
harus pergi. Aku harus pergi ke suatu tempat.” Ucap Sang Jin. Mi Young
menganguk mengerti karena Sang Jin pasti sibuk.
“Mari
segera bertemu dan minum” kata Mi Young. Sang Jin keluar dari restoran lalu
menatap Mi Young yang sedang menelp seseorang.
Sang Jin
membahas dengan dua temanya ingin tahu Apa maksudnya saat seseorang mengatakan
kabarnya baik,"kurang lebih". Teman wanita pikir kalau itu berarti
itu tidak buruk. Sang Jin pun bertanya apakah hubungan keduanya itu baik,
"kurang lebih"
“Tidak...
Kami tinggal bersama, tapi kami sudah seperti mati. Tahukah kau apa kata orang
berengsek ini saat Korea Utara mengatakan dia akan mengebom kita? Dia
menginginkan ada perang. Apa maksudnya itu?” keluh si wanita
“ Itu
berarti dia berharap dia mati, tapi tidak berani bunuh diri. Dan dia berharap
seseorang akan membunuhnya.” Ejek si wanita.
“Bukan
begitu! Aku ingin membela negaraku.” Tegas si Pria. Sang Jin hanya tersenyum
melihat keduanya.
“Kau
bahkan bukan anggota tentara cadangan lagi... Layani aku saja, alih-alih
negara. Benar. Kenapa kau terus membeli bohlam kuning untuk kamar mandi di
kamar? Aku sudah berulang kali memintamu membeli bohlam yang benar. Aku takut
setiap kali masuk. Aku pikir aku sakit kuning karena tubuhku kuning. Berhenti! Berhenti
minum. Apa kamu ingin mati?” jerit si wanita melihat pacarnya itu malah minum.
“Aku
mencintaimu.” Kata si pria. Wanita itu meminta menciumnya. Si pria ingin
mencium pipi tapi wanita memberikan bibirnya lalu keduanya tersenyum.
“Jaga
sikapmu, oke? Jangan membeli bohlam kuning lagi.” Kata Si wanita. Tiba-tiba
seorang wanita datang memanggil nama Han Sang Jin. Ketiganya melonggo binggung
melihat Nyonya Park yang datang.
Nyonya
Park membawa Sang Jin bertemu dengan Hoo Ja yang sudah menunggu disebuah
restoran. Sang Jin terlihat binggung, Hoo Ja menyuruh Sang Jin masuk dan
bertanya apakah sudah makan. Sang Jin mengaku sudah makan.
“Duduklah,
walau mungkin tidak nyaman... Anda akan lebih tidak nyaman jika berdiri.” Kata
Hoo Ja. Sang Jin akhirnya duduk dan ingin tahu alasanya.
“Anda
akan mengikuti pemilihan berikutnya di Seowon dengan Partai Nasionalis.” Ucap
Hoo Ja.
“Itu
sebabnya... Tapi itu belum diputuskan.” Kata Sang Jin santai. Hoo Ja menegaskan
Itu sudah diputuskan.
“Bahkan Sudah
kami konfirmasi.” Kata Hoo Ja. Sang Jin seperti baru tahu.
“Kurasa
beginilah aku mengetahuinya, dari orang asing... Tapi Boleh aku minta air?”
ucap Sang Jin.
“Anda
boleh mengambil apa pun di sini.” Ucap Hoo Ja. Sang Jin hanya ingin meminta air
saja.
“Ada
sesuatu yang kami kerjakan. Anda tahu UU Regulasi Batas Atas Suku Bunga, kan? Itu
dicabut pada tahun 1998 selama krisis IMF dan diberlakukan kembali pada tahun
2007. Kami berusaha menghapusnya kembali...” kata Hoo Ja
“Anda
pasti pemberi pinjaman.. Lintah darah.” Ucap Sang Jin mengerti.
“Bahkan berlian
pun awalnya hanya batu... Omong-omong, kami membutuhkan bantuan Anda, Anggota
Majelis Kim. Jika Anda membantu kami, kami akan mendukungmu seumur hidup. Anda
tahu lintah darat tidak punya apa pun selain uang.” Kata Hoo Ja
“Tapi
kenapa aku harus membantu kalian? Menurutku tidak ada masalah sekarang.” Kata
Sang Jin
“Itu
karena Anda tidak tahu apa yang terjadi. Batas atas suku bunga bertentangan
dengan nilai pasar wajar. Jika Anda membuat para pemberi pinjaman kecil menutup
usahanya karena suku bunga yang rendah, apa yang akan mereka lakukan?” kata Hoo
Ja
“Mereka
hidup dengan meminjamkan uang. Akankah mereka membuka restoran atau menjahi
mata boneka? Mereka akan berubah menjadi lintah darat dan meminjamkan uang
secara ilegal dengan bunga yang lebih tinggi agar bisa bertahan. Lalu itu akan
mempersulit orang-orang untuk bertahan hidup.” Jelas Hoo Ja. Sang Jin hanya
tertawa.
“Begini,
pertama... aku bukan Anggota Majelis.” Ucap Sang Ji. Hoo Ja pikir Sang Jin akan
segera menjadi Anggota Majelis.
“Begini,
usiaku sudah lebih dari 40 tahun, tapi aku masih lajang, aku tidak punya tempat
tinggal, yang berarti aku tidak punya pinjaman, yang berarti aku tidak punya
utang. Begitulah keadaannya... Karena itu aku terjun dalam politik.” Jelas Sang
Jin
“Tentu
saja. Anda membuat keputusan yang bijaksana. Anda harus memilih sesuatu yang
besar untuk melakukan hal yang baik.” Ucap Hoo Ja.
“Tidak,
tidak. Bukan itu maksudku... Jika aku memiliki rumah, maka punya pinjaman, lalu
sudah menikah, dan punya anak-anak... Jika aku punya sebanyak itu yang harus
kulindungi, maka aku mungkin akan memihak Anda dan melakukan permintaan Anda.”
Jelas Sang Jin
“Bagamanapun,
terima kasih telah membuat penawaran ini kepada seseorang sepertiku yang tidak
punya apa-apa untuk dilindungi atau rugi apa pun.” Kata Sang Jin
“Aku
berbasa-basi karena kita baru bertemu, tapi Anda mengerti maksudku, bukan?”
ungkap Hoo Ja. Sang Jin mengangguk mengerti.
Hoo Ja
mengucap syukur, Sang Jin memilih untuk pamit pergi lebi dulu karena baru tiba
hari ini. Hoo Ja menolak karena akan pergi dahulu karena memalukan duduk sendirian
setelah ditolak. Sang Jin pun mempersilahkan Hoo Ja agar pergi lebih dulu.
Hoo Ja
keluar dari restoran dengan waja penuh amarah, Nyonya Park mengikutinya. Hoo Ja
menegaskan Jangan mengajaknya bicara saat akan keluar menonton berita tentang
Jung Gook di TV.
“Warga
Pemberani Yang Jung Gook telah mengejutkan dunia kembali dengan kebaikan yang
sulit dipercaya lainnya. Dia mengorbankan dirinya untuk menyelamatkan seorang
pria tua yang tidak sadarkan diri di tengah jalan. Banyak orang yang
menyaksikan kejadian ini mengatakan Yang Jung Gook adalah pahlawan masa kini
dan terus memujinya. Cha Min Chul melaporkan.”
Di rumah,
Mi Young menontonya terlihat marah lalu masuk kamar bertanya pada Jung Gook
yang tidur apa yang dilakukan kali ini. Jung Gook mengaku tidak melakukan
apa-apa lalu menceritakan Kemarin...
Flash Back
Jung Gook
sedang dikerubungi banyak pengemarnya, lalu melihat Tuan Choi yang mengintai
dari kejauhan. Mereka mengaku sanga terpikat pada Jung Gook dan menonton
videonya. Saat itu terjadi jeritan histeris diseberang jalan.
Mereka
melihat seorang pria tua tergeletak ditengah jalan, semua panik berpikir kalau
pria itu terkena stroke. Jung Gook ingin pergi karena tak ingin menjadi
sorotan. Tapi pengemarnya malah berteriak kalau Jung Gook ada didepan mereka.
“Warga
Pemberani Yang Jung Gook! Kau pasti bisa! Selamatkan dia! Tunjukkan pada
mereka.” Teriak para pengemarnya. Jung Gook binggung melihat sekeliling.
Mi Young
ingin tahu apa yang terjadi. Jung Gook
memceritakan semua orang melihatnya bahkan menyuruh segera bergegas menyelamatkanya.
Semua menyoraki nama Yang Jung Gook saat menyeberang jalan.
Jung Gook
berhasil menyeberang jalan mencoba membangunkan si pria tua dan meminta untuk
memanggil Ambulans. Tiba-tiba sebuah truk akan menabrak keduanya.
“Seharusnya
kamu memberitahuku tentang kejadian itu.” Keluh Mi Young Jung Gook pikir tidak
mau membuatnya khawatir.
“Bagaimanapun,
untungnya, sopir truk itu melihatku tepat pada waktunya...” cerita Jung Gook
“Apa kau
terluka?” tanya Mi Young. Jung Gook mengaku baik-baik saja. Mi Young akhirnya
memuji Jung Gook Kerjanya bagus.
“Itu
perbuatan baik, dan aku bangga padamu, tapi... Kenapa sulit sekali bagiku? Kau
Istirahatlah. Kau pasti lelah.” Ucap Mi Young sambil menangis keluar dari
kamar.
Nyonya
Park berbicara dengan Anggota Majelis lalu memberitahu Hoo Ja kaal Anggota Majelis
Jin baru saja memberikan tips yaitu Ada seseorang bernama Kang Hyun Tae di
Partai Hansang, Tuan Kang belajar di Jerman bersama Han Sang Jin.
“Dia
bilang melewatinya merupakan kemungkinan keberhasilan tertinggi. Dia suka uang,
tidak tegas, dan cukup kotor menurut rekan-rekannya.” Kata Nyonya Park
“Bagaimana
jika dia tidak memenangkan pemilihan? Bagaimana jika kita mengeluarkan uang,
tapi Han Sang Jin kalah? Lalu bagaimana?” kata Hoo Ja
“Kita
akan memastikan dia menang.” Kata Nyonya Park. Hoo Ja pikir mereka akan nenggunakan
uang lagi. Nyonya Park pikir Jika terpaksa akan melakukanya.
“Menggunakan
uang untuk mendekatinya, menggunakan uang agar dia dipilih. Bagaimana jika dia
tidak mendengarkan jika sudah terpilih? Lalu kita akan mengeluarkan uang untuk
membuatnya mendengarkan, dan berterima kasih jika dia mendengarkan, dan
mengeluarkan uang.” Kata Hoo Ja.
“Ini
lingkaran setan. Bukankah menurutmu ini aneh? Kita selalu mengeluarkan uang. Jadi,
kenapa kita yang membungkuk dan meminta para berandal politisi itu untuk
membantu kita?” keluh Hoo Ja.
“Dengar,
aku tahu kau tersinggung tadi.. Aku tahu, dan aku mengerti, tapi... “ucap
Nyonya Park
“Orang
yang arogan seharusnya orang yang mengeluarkan uang, bukan orang brengsek yang
mengambil uang. Sekalipun itu hanya secangkir kopi, kita selalu membayar.” Kata
Hoo Ja
“Jadi,
kenapa kita harus menjilat mereka, mengatakan hal-hal yang tidak kita
maksudkan, dan berlutut di hadapan mereka? Ada yang sangat salah tentang itu. Ini
tidak benar... Tidak benar terus hidup seperti ini.” Komentar Hoo Ja.
Siaran
TV, Seorang warga berkomentar dan Hoo Ja
menonton di ruang kerjanya
“Sejujurnya,
menurutku seseorang seperti Yang Jung Gook harus menjadi Anggota Majelis. Kudengar
mereka akan mengadakan pemilihan sebentar lagi. Jika seseorang seperti Yang
Jung Gook ikut pemilihan, aku akan menjadi orang pertama yang memilih karena
dia menegakkan keadilan dengan seluruh kemampuannya.
“Yang
Jung Gook tidak hanya membual seperti politisi, dia memperlihatkannya dengan
perbuatannya. Rakyat membutuhkan seseorang seperti dia.
Hoo Ja
menelp seseorang mengaku sudah memikirkannya kalau jangan menginvestasikan seluruh milik mereka untuk
Han Sang Jin. Sementara di rumah Mi Young akhirnya tidur dengan saling
memunggungi dengan Jung Gook.
“Mari
kita pilih seseorang yang mendengarkan
dengan baik, dan...” kata Hoo Ja.
Jung Gook
merasa bersalah dengan istrinya karena diketahui oleh media dan berjanji tidak akan melakukan sesuatu yang mengejutkan
lagi lal meminta maaf. Mi Young hanya bisa diam saja.
“Mari
kita ciptakan seorang Anggota Majelis.” Ucap Hoo Ja seperti memiliki rencana
untuk Jung Gook.
Bersambung
ke episode 5
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar