PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Rabu, 03 April 2019

Sinopsis My Fellow Citizens Episode 4

PS : All images credit and content copyright : KBS
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe. 
Tinggal Klik disini, buat yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe bulan ini 

Charles masih di rumah sakit ingin tahu Kapan mereka akan bekerja lagi? Sambil menyindir Jung Gook menjadi Warga Pemberani tapi tetap mereka harus menghasilkan uang. Seorang ibu menghampiri Jung Gook memuji kalau tampan sekali dan memberikan makanan.
“Kau tidak boleh bergerak karena operasimu. Mari kita tenang dahulu karena kondisimu seperti ini.” Ucap Jung Kook.
“Aku sudah sembuh... Aku tidak di sini karena aku sakit. Aku tidak bisa pergi karena aku tidak bisa membayar.” Akui Charles.
“Sungguh? Apa Kau sudah sembuh?” ucap Jung Kook. Charles membenarkan.
“Kau bilang kau akan pensiun setelah satu keberhasilan besar. Kau bilang kau merasa terlalu bersalah pada istrimu. Jadi, beri kami pekerjaan. Berapa lama aku harus tetap seperti ini? Aku tidak punya uang.” Keluh Charles
“Bagaimana denganmu?Apa Kau punya uang?” tanya Jung Gook. Seung Yi mengaku tidak mau mati.
“Jangan bersikap sok kuat... Kau tidak bisa bekerja... Karena Kau Warga Pemberani.” Ejek Seung Ri
“Jangan mengatakan itu.. Apa Kau punya uang?” ucap Jung Gook
“Aku tidak mau memberimu apa pun. Warga Pemberani tidak boleh ikut campur. Siapa yang peduli jika aku mati kelaparan? Aku akan mencari jalan keluarnya.” Ucap Seung Yi lalu keluar ruangan. 

Jung Gook mengeluh dengan sikap Seung Yi sangat berbeda lalu meminta Charles agar mengirimkan nomor rekeningnya. Charles pikir tak perlu. Jung Gook mengaku akan mampir ke akuntansi.

Jung Gook keluar dari rumah sakit banyak orang yang mengenalnya.  Tiba-tiba segerombolan remaja menyerubunya,  menyebut Jung Kook itu  sang pahlawan dan sangat mengagumkan.
“Sudah kubilang dia menyelamatkan hidupku.” Ucap seorang pria. Jung Kook langsung diminta agar memberikan tanda tanganya. Tuan Choi melihat Jung Gook dari kejauan terlihat kesal. Hoo Ja menenlp
“Halo, Bu... Aku membuntuti dia seperti kata Anda, tapi... Tidak akan mudah mengejarnya selama sementara waktu.” Ucap Tuan Choi
“Apakah karena masalah Warga Pemberani itu?” kata Hoo Ja. Tuan Choi melihat ada banyak orang mendekatinya.
“Seharusnya kau membunuh dia sebelumnya... Kekacauan apa ini? Intinya, bunuh dia saat kau pikir... Apakah golf selalu sesulit ini? Aku tidak bisa memasukkan satu pun. Menyebalkan. Aku lebih suka main biliar. Sampai jumpa.” Ucap Hoo Ja kesal sendiri.
Tuan Choi hanya menatap ponselnya dengan wajah binggung.  Jung Gook tak sengaja melihat mobl Tuan Choi yang berjalan pergi. Semua masih saja terus mengerubungi Jung Goo mengaku sebagai penggemar berat.
“Jangan melukai orang, ya? Dan belajar yang giat.” Ucap Jung Gook mencoba untuk santai 


“Singkirkan semua perlengkapan golf ini dan Sumbangkan ke panti wreda atau semacamnya. Lalu bawa masuk meja biliar... Bukan yang biasa, tapi meja yang besar.” Ucap Hoo Ja menelp sekertarisnya. Seorang wanita datang.
“Adikku tidak pernah mengetuk sebelum masuk.” Keluh Hoo Ja. Nyonya Park menegaskan kalau mereka.  menghadapi masalah.
Keduanya berjalan di lorong kantor, Hoo Ja mengeluh karena Nyonya Park  bilang semuanya baik-baik saja. Nyonya Park berpikir begitu, tapi Mahkamah Agung menyerang dengan kuat dan meminta Maaf.
“Kenapa semua orang hanya meminta maaf? Apa yang akan kau lakukan jika menyesal? Apa kau akan mati? Ayo Cepat!” keluh Hoo Ja marah.  

Nyonya Park ingin tahu Apa yang terjadi sekarang. Nyonya Park menjelaskan Karena Kim Joo Myung gagal mendapatkan nominasi kepresidenan dan kursi Mahkamah Agung, jadi akan mengikuti pemilihan Majelis lagi serta beberap distrik lainnya.
“Itu sudah bulan depan.. Tidak pernah ada yang mudah...” kata Hoo Ja
“ Kita bisa menyuap Pimpinan Komite Legislasi dan Yudisial untuk membahasnya, tapi di antara 300 Anggota Majelis, setidaknya separuhnya harus hadir, dan lebih dari setengahnya harus setuju agar RUU penghapusan kita diterima.” Kata Nyonya Park
“Apa statusnya sekarang?” tanya Hoo Ja. Nyonya Park pasti Ada 120 yang pasti.
“Kami membujuk 20, yang mungkin akan kami dapatkan. 10 kandidat yang menjadi favorit untuk menang setuju.” Kata Nyonya Park
“Jika semua orang yang menentang datang dan menghitungnya...” kata Hoo Ja
“Mustahil mendapatkan mayoritas... Kita kekurangan satu orang.” Kata Nyonya Park
“Lalu.. Di mana tempat berkumpul para orang tua ini?” tanya Hoo Ja. 



Hoo Ja bertemu dengan para pemilik penjual ikan di tepi pelabuhan. Seorang Ketua heran merasa tak ada alasan  mencoba menghapus aturan batas atas suku bunga dan berpikir mereka berusaha menguntungkan diri sendiri saja.
“Tidak. Kita ingin mengembangkan perdagangan yang masih berada di bawah melejit ke matahari. Lalu berkontribusi untuk ekonomi nasional dan memberikan pelayanan yang lebih baik dan bermanfaat di matahari untuk orang-orang yang menderita akibat industri peminjaman uang yang terbuang ke kegelapan.” Jelas Si pria
“Kami memahami maksudmu... Mari kita bicara bisnis sekarang... Berapa lama kamu akan mengomel? Kita semua orang sibuk... Yang kita butuhkan ke depannya adalah ini.” Kata Hoo Ja dengan wajah serius.
“Sebagai sesama pimpinan, kita harus mengumpulkan daftar kandidat berpotensi dan mengisi kursi-kursi itu. Kita harus segera mendapatkan mereka. Kita harus membawa mereka ke pihak kita dan membuat mereka mengikuti pemilihan. Itulah yang akan kita bahas.” Ucap Hoo Ja melihat seorang pria sedang minum soju.
“Kenapa kau terus mengulangi hal yang sama... Aku menyuruhmu berhenti minum selama rapat.” Sindir Hoo Ja
“Apa masalahnya? Letakkan saja uang tunai dalam kotak buah dan berputarlah.” Kata Pria tua lainya.
“Aku... Aku tidak tahu itu... Aku akan menanganinya. Aku akan membelikan mereka miras dan memberi mereka wanita. Maka mereka akan...” kata Pria lain.
“Itu ide yang bagus.. Kita harus membawa mereka ke sauna dan berteman dengan mereka. Pria harus telanjang dan melihat satu sama lain dalam kondisi telanjang. Lalu mereka bisa lebih akrab dan memiliki rasa setia.” Kata si ketua Pria itu.
“Maaf harus menyela, tapi apakah kalian mengalami kepikunan bersama? Aku tahu persis bagaimana kalian semua bisa berhasil. Kalian kelaparan dan bekerja keras. Begitulah cara kalian membangun perusahaan kalian.” Kata Hoo Ja mengingatkan.
“Tapi, Bapak-bapak, benarkah kalian berpikir jika kalian memberi mereka gadis muda yang pantas menjadi putri mereka, Apa kalian sudah selesai melobi? Apakah kalian pikir jika kalian memasukkan sekotak uang tunai di bagasi mobil mereka, maka kalian sudah selesai melobi?” sindir Hoo Ja.
“Apakah kalian pikir jika kalian pergi ke sauna menjadi saudara sedarah, Apa kalian sudah selesai melobi? Jika melobi semudah itu... Jika metode-metode itu berhasil, kita tidak akan berusaha keras menjilat para politisi. Para berandal politisi itu akan menjilat kita.” Sindir Hoo Ja
“Hoo Ja... Astaga, kau sudah dewasa... Dahulu kau membuntuti kami dan meminta kami membelikanmu permen. Dia tumbuh dan membangun perusahaan yang hampir bangkrut.” Komentar si ketua. Hoo Ja sendang karena bapak itu tahu.
“Jika kupikirkan, dahulu pun kau adalah bocah yang tidak sopan.” Komentar Tuan Park. Hoo Ja terlihat marah
“Pimpinan Park Hoo Ja... Berani-beraninya kau bicara dengan kasar...” kata Tuan Park marah
“Karena aku muda dan kasar, maka aku bisa berada di sini. Jika aku tua dan kasar, maka kalian tidak akan duduk di sana. Kalian semua akan dikubur di suatu tempat. Intinya, aku akan mengurusnya. Kalian bisa minum saja.” Ucap Hoo Ja marah lalu keluar dari gedung. 


Hoo Ja bertanya pada Nyona Park apakah sudah menyelidikinya. Nyonya Park memberitahu kalau Partai Minjin cenderung memilih Kang Soo Il. Hoo Ja pikir Kang Soo Il ikut pemilihan sebelumnya dan kalah dan mamstikan apakah bisa mendapatkan dia.
“Aku berencana mencobanya, tapi kurasa kita tidak bisa.” Kata Nyonya Park. Hoo Ja ingin tahu alasanya.
“Dahulu dia punya seorang putra, tapi dia meninggal karena utang pinjaman pribadinya. Sejak saat itu, dia aktif dalam berbagai perkumpulan untuk korban kejahatan keuangan, dan kelompok untuk menghapuskan lintah darat dan hal-hal seperti itu...” cerita Nyonya Park melihat Tuan Kang adalah pria yang debatdengan Jung Gook menangis.
“Tak Perlu pria itu.. Waktu kita sedikit. Kita tidak bisa menyia-nyiakannya untuk sesuatu yang mungkin gagal. Lalu Siapa yang ikut pemilihan untuk Partai Nasionalis? Apakah orang yang sama dari pemilihan pertama? Bae Min Yong?” ucap  Hoo Ja.
“Tidak. Kurasa mereka menggunakan Bae Min Yong sebagai cadangan. Mereka mencari orang baru.” Ucap Nyonya Park. Hoo Ja ingin tahu siapa orang baru itu.
“Cari tahu secepatnya... Jika kita kekurangan waktu, setidaknya kita butuh info. Selagi kau mengerjakan itu, selidiki orang ini juga.” Kata Hoo Ja memberikan kartu nama.
Nyona Park kaget kalau itu seorang polisi. Hoo Ja membenarkan kalau Mi Young yang mengejar Yang Jung Gook tapi merasa Mi Young yang tinggal bersamanya. Nyonya Park makin kaget mendengarnya.
“Intinya, selidiki dia... Dan Besok ulang tahunmu, kan?” ucap Hoo Ja sebelu masuk mobil. Nyonya Park membenarkan.
“Bawa suami dan anak-anakmu... Aku akan membuatkan sup rumput laut untukmu.” Kata Hoo Ja. Nyonya Park mengangguk mengerti. 



Bandara, Penerbangan dari "Frankfurt" ke Korea pun mendarat. Han Sang Jin keluar dari pintu kedatangan terlihat bahagia menghirup udara korea.  Beberapa saat kemudian terlihat bahagia makan kue ikan dan minum susu. Polisi yang melihatnya langsung mendekatinya.
“Maaf, tapi Anda tidak boleh melakukan itu di sini.” Ucap polisi. Sang Jin binggung lalu bertanya balik apa yang harus dilakukan disini.
“Dengar, Pak... Anda tidak boleh duduk di sini. Ini kantor polisi.” Kata Polisi.
“Ya, aku tahu ini kantor polisi... Jadi, apa yang harus kulakukan di kantor polisi... Ah.... Kurasa ada kesalahpahaman... Aku bukan seperti dugaanmu.” Ucap Sang Jin mencoba menjelaskan.
“Ya, sudah pasti... Keluarlah... Anda tidak boleh masuk ke sini karena di luar dingin... Anda akan ditahan.” Jelas si polisi
“Bukan begitu.. Aku bukan seperti dugaanmu... Tolong lepaskan aku.” Ucap Sang Jin, tapi polisi tetap menyuruhnya pergi.
“Pertama, mari kita selesaikan kesalahpahaman ini. Aku bukan jenis orang seperti dugaanmu...” kata Sang Jin, Polisi kembali menyuruhnya pergi.
“Sekalipun itu benar, apakah orang-orang seperti itu tidak boleh datang ke sini? Apakah orang-orang seperti itu tidak boleh datang ke sini ke kantor polisi dan makan camilan?” sindir Sang Jin.
“Bukan itu maksudku, tapi...” ucap Polisi binggung. Sang Jin pun menyerang polisi yang melanggar penegakan keadilan
“Korea adalah negara demokratis. Setiap penduduk berhak menikmati otoritas sebagai penduduk. Itu termasuk para gelandangan! Korea... Jika kau penduduk...” ucap Sang Jin
“ Anda tidak terlihat seperti penduduk, karena itu...” kata Polisi. Sang Jin mengaku kalau ia adalah penduduk. Si polisi akhirnya hanya bisa meminta maaf membiarkan Sang Jin duduk.
“Aku tidak menyadari Anda penduduk Korea.” Keluh Si polisi
“Jadi, aku boleh terus duduk di sini, bukan? Aku bisa duduk di sana dan makan camilanku, bukan begitu?” kata Sang Jin. Polisi mempersilahkan dan meminta agar jangan menumpahkan.
“Baik. Aku akan membersihkannya jika menumpahkan sesuatu. Sebaiknya kamu kembali bekerja.” Ucap Sang Jin bahagia. 




Mi Young berjalan keluar kantor sambil menerima telp. Sang Jin yang melihatnya langsung menyembunyikan wajahnya. Mi Young menolan tidak bisa diwawancara menurutnya Diwawancara karena perbuatan suaminya, tapi wartawan seperti memaksa.
“Ya, aku tahu itu kesempatan bagus. Aku tahu, tapi pekerjaanku... Aku polisi. Karena pekerjaanku, aku tidak bisa menjadi sorotan publik. Itu mungkin akan menimbulkan masalah jika aku di lapangan.. Ini bukan tentang aku. Aku tidak mau merugikan timku. Intinya, dengan hormat, aku menolak wawancara ini.. Maaf. Baik, sampai jumpa.” Ucap Mi Young lalu menutup telp
“Kenapa dia harus menjadi Warga Pemberani?” keluh Mi Young kesal
“Siapa warga pemberani?” kata Sang Il. Mi Young kaget melihat Sang Il ada didekatnya. 

Keduanya bertemu di restoran, Mi Young heran karena Sang Jin yang  ada di korea alih-alih di Jerman dan berpikir Karena itu sudah kembali karena Sang Il yang sudah berhasil. Sang Jin mengaku sudah mendapat uang saku sampai berusia 40 tahun.
“Sekarang aku harus bekerja.” Ucap Sang Jin  Mi Young ingin tahu apa yang dikatakan ibu mereka.
“Apakah dia memintamu melakukan apa yang kau lakukan?” ucap Mi Young
“Aku belum memberi tahu dia.” Kata Sang Jin, Mi Young tak percaya mendengarnya.
“Aku akan memberi tahu dia sekarang.” Ucap Sang Jin. Mi Young pikir Sang Jin pasti akan berhasil.
“Beri tahu Ibu saat suasana hatinya bagus. Perubahan suasana hatinya mengerikan belakangan ini. Itu Pasti karena menopause.” Ucap Mi Young
“Omong-omong, selamat atas pernikahanmu... Seharusnya aku menghadirinya. Maaf.” Kata Sang Jin
“Selamat? Pernikahanku sudah dua tahun... Aku bisa bercerai 100 kali sekarang.” Ucap Mi Young. Sang Jin kaget Min Young akan bercerai.
“Tidak. Ada apa denganmu? Hubungan kami baik.. Yahhh... Kurang lebih.” Ungkap Mi Young
“Tentu. Aku yakin kalian baik... Suamimu adalah Warga Pemberani. Mi Young, dan...” ucap Sang Jin lalu memberikan amplop. Mi Young binggung apa itu.
“Terimalah. Aku melewatkan pernikahanmu.” Kata Sang Jin. Mi Young menolak karena merasa tak perlu.
“Jumlahnya tidak banyak. Terimalah.” Kata Sang Il. Mi Young melihat kalau 300 dolar itu banyak lalu mengucapkan terima kasih dan akan mengunakan dengan baik.
“Mi Young, buka itu saat kau di rumah... Selama mungkin, kan?” pinta Sang Jin. Mi Young mengangguk mengerti.
“Hei, aku harus pergi. Aku harus pergi ke suatu tempat.” Ucap Sang Jin. Mi Young menganguk mengerti karena Sang Jin pasti sibuk.
“Mari segera bertemu dan minum” kata Mi Young. Sang Jin keluar dari restoran lalu menatap Mi Young yang sedang menelp seseorang. 




Sang Jin membahas dengan dua temanya ingin tahu Apa maksudnya saat seseorang mengatakan kabarnya baik,"kurang lebih". Teman wanita pikir kalau itu berarti itu tidak buruk. Sang Jin pun bertanya apakah hubungan keduanya itu baik, "kurang lebih"
“Tidak... Kami tinggal bersama, tapi kami sudah seperti mati. Tahukah kau apa kata orang berengsek ini saat Korea Utara mengatakan dia akan mengebom kita? Dia menginginkan ada perang. Apa maksudnya itu?” keluh si wanita
“ Itu berarti dia berharap dia mati, tapi tidak berani bunuh diri. Dan dia berharap seseorang akan membunuhnya.” Ejek si wanita.
“Bukan begitu! Aku ingin membela negaraku.” Tegas si Pria. Sang Jin hanya tersenyum melihat keduanya.
“Kau bahkan bukan anggota tentara cadangan lagi... Layani aku saja, alih-alih negara. Benar. Kenapa kau terus membeli bohlam kuning untuk kamar mandi di kamar? Aku sudah berulang kali memintamu membeli bohlam yang benar. Aku takut setiap kali masuk. Aku pikir aku sakit kuning karena tubuhku kuning. Berhenti! Berhenti minum. Apa kamu ingin mati?” jerit si wanita melihat pacarnya itu malah minum.
“Aku mencintaimu.” Kata si pria. Wanita itu meminta menciumnya. Si pria ingin mencium pipi tapi wanita memberikan bibirnya lalu keduanya tersenyum.
“Jaga sikapmu, oke? Jangan membeli bohlam kuning lagi.” Kata Si wanita. Tiba-tiba seorang wanita datang memanggil nama Han Sang Jin. Ketiganya melonggo binggung melihat Nyonya Park yang datang. 



Nyonya Park membawa Sang Jin bertemu dengan Hoo Ja yang sudah menunggu disebuah restoran. Sang Jin terlihat binggung, Hoo Ja menyuruh Sang Jin masuk dan bertanya apakah sudah makan. Sang Jin mengaku sudah makan.
“Duduklah, walau mungkin tidak nyaman... Anda akan lebih tidak nyaman jika berdiri.” Kata Hoo Ja. Sang Jin akhirnya duduk dan ingin tahu alasanya.
“Anda akan mengikuti pemilihan berikutnya di Seowon dengan Partai Nasionalis.” Ucap Hoo Ja.
“Itu sebabnya... Tapi itu belum diputuskan.” Kata Sang Jin santai. Hoo Ja menegaskan Itu sudah diputuskan.
“Bahkan Sudah kami konfirmasi.” Kata Hoo Ja. Sang Jin seperti baru tahu.
“Kurasa beginilah aku mengetahuinya, dari orang asing... Tapi Boleh aku minta air?” ucap Sang Jin.
“Anda boleh mengambil apa pun di sini.” Ucap Hoo Ja. Sang Jin hanya ingin meminta air saja.
“Ada sesuatu yang kami kerjakan. Anda tahu UU Regulasi Batas Atas Suku Bunga, kan? Itu dicabut pada tahun 1998 selama krisis IMF dan diberlakukan kembali pada tahun 2007. Kami berusaha menghapusnya kembali...” kata Hoo Ja
“Anda pasti pemberi pinjaman.. Lintah darah.” Ucap Sang Jin mengerti.
“Bahkan berlian pun awalnya hanya batu... Omong-omong, kami membutuhkan bantuan Anda, Anggota Majelis Kim. Jika Anda membantu kami, kami akan mendukungmu seumur hidup. Anda tahu lintah darat tidak punya apa pun selain uang.” Kata Hoo Ja
“Tapi kenapa aku harus membantu kalian? Menurutku tidak ada masalah sekarang.” Kata Sang Jin
“Itu karena Anda tidak tahu apa yang terjadi. Batas atas suku bunga bertentangan dengan nilai pasar wajar. Jika Anda membuat para pemberi pinjaman kecil menutup usahanya karena suku bunga yang rendah, apa yang akan mereka lakukan?” kata Hoo Ja
“Mereka hidup dengan meminjamkan uang. Akankah mereka membuka restoran atau menjahi mata boneka? Mereka akan berubah menjadi lintah darat dan meminjamkan uang secara ilegal dengan bunga yang lebih tinggi agar bisa bertahan. Lalu itu akan mempersulit orang-orang untuk bertahan hidup.” Jelas Hoo Ja. Sang Jin hanya tertawa.
“Begini, pertama... aku bukan Anggota Majelis.” Ucap Sang Ji. Hoo Ja pikir Sang Jin akan segera menjadi Anggota Majelis.
“Begini, usiaku sudah lebih dari 40 tahun, tapi aku masih lajang, aku tidak punya tempat tinggal, yang berarti aku tidak punya pinjaman, yang berarti aku tidak punya utang. Begitulah keadaannya... Karena itu aku terjun dalam politik.” Jelas Sang Jin 

“Tentu saja. Anda membuat keputusan yang bijaksana. Anda harus memilih sesuatu yang besar untuk melakukan hal yang baik.” Ucap Hoo Ja.
“Tidak, tidak. Bukan itu maksudku... Jika aku memiliki rumah, maka punya pinjaman, lalu sudah menikah, dan punya anak-anak... Jika aku punya sebanyak itu yang harus kulindungi, maka aku mungkin akan memihak Anda dan melakukan permintaan Anda.” Jelas Sang Jin
“Bagamanapun, terima kasih telah membuat penawaran ini kepada seseorang sepertiku yang tidak punya apa-apa untuk dilindungi atau rugi apa pun.” Kata Sang Jin
“Aku berbasa-basi karena kita baru bertemu, tapi Anda mengerti maksudku, bukan?” ungkap Hoo Ja. Sang Jin mengangguk mengerti.
Hoo Ja mengucap syukur, Sang Jin memilih untuk pamit pergi lebi dulu karena baru tiba hari ini. Hoo Ja menolak karena akan pergi dahulu karena memalukan duduk sendirian setelah ditolak. Sang Jin pun mempersilahkan Hoo Ja agar pergi lebih dulu.
Hoo Ja keluar dari restoran dengan waja penuh amarah, Nyonya Park mengikutinya. Hoo Ja menegaskan Jangan mengajaknya bicara saat akan keluar menonton berita tentang Jung Gook di TV.
“Warga Pemberani Yang Jung Gook telah mengejutkan dunia kembali dengan kebaikan yang sulit dipercaya lainnya. Dia mengorbankan dirinya untuk menyelamatkan seorang pria tua yang tidak sadarkan diri di tengah jalan. Banyak orang yang menyaksikan kejadian ini mengatakan Yang Jung Gook adalah pahlawan masa kini dan terus memujinya. Cha Min Chul melaporkan.”
Di rumah, Mi Young menontonya terlihat marah lalu masuk kamar bertanya pada Jung Gook yang tidur apa yang dilakukan kali ini. Jung Gook mengaku tidak melakukan apa-apa lalu menceritakan Kemarin...


Flash Back
Jung Gook sedang dikerubungi banyak pengemarnya, lalu melihat Tuan Choi yang mengintai dari kejauhan. Mereka mengaku sanga terpikat pada Jung Gook dan menonton videonya. Saat itu terjadi jeritan histeris diseberang jalan.
Mereka melihat seorang pria tua tergeletak ditengah jalan, semua panik berpikir kalau pria itu terkena stroke. Jung Gook ingin pergi karena tak ingin menjadi sorotan. Tapi pengemarnya malah berteriak kalau Jung Gook ada didepan mereka.
“Warga Pemberani Yang Jung Gook! Kau pasti bisa! Selamatkan dia! Tunjukkan pada mereka.” Teriak para pengemarnya. Jung Gook binggung melihat sekeliling.
Mi Young ingin tahu apa yang terjadi.  Jung Gook memceritakan semua orang melihatnya bahkan menyuruh segera bergegas menyelamatkanya. Semua menyoraki nama Yang Jung Gook saat menyeberang jalan.
Jung Gook berhasil menyeberang jalan mencoba membangunkan si pria tua dan meminta untuk memanggil Ambulans. Tiba-tiba sebuah truk akan menabrak keduanya. 

“Seharusnya kamu memberitahuku tentang kejadian itu.” Keluh Mi Young Jung Gook pikir tidak mau membuatnya khawatir.
“Bagaimanapun, untungnya, sopir truk itu melihatku tepat pada waktunya...” cerita Jung Gook
“Apa kau terluka?” tanya Mi Young. Jung Gook mengaku baik-baik saja. Mi Young akhirnya memuji Jung Gook Kerjanya bagus.
“Itu perbuatan baik, dan aku bangga padamu, tapi... Kenapa sulit sekali bagiku? Kau Istirahatlah. Kau pasti lelah.” Ucap Mi Young sambil menangis keluar dari kamar. 


Nyonya Park berbicara dengan Anggota Majelis lalu memberitahu Hoo Ja kaal Anggota Majelis Jin baru saja memberikan tips yaitu Ada seseorang bernama Kang Hyun Tae di Partai Hansang, Tuan Kang belajar di Jerman bersama Han Sang Jin.
“Dia bilang melewatinya merupakan kemungkinan keberhasilan tertinggi. Dia suka uang, tidak tegas, dan cukup kotor menurut rekan-rekannya.” Kata Nyonya Park
“Bagaimana jika dia tidak memenangkan pemilihan? Bagaimana jika kita mengeluarkan uang, tapi Han Sang Jin kalah? Lalu bagaimana?” kata Hoo Ja
“Kita akan memastikan dia menang.” Kata Nyonya Park. Hoo Ja pikir mereka akan nenggunakan uang lagi. Nyonya Park pikir Jika terpaksa akan melakukanya.
“Menggunakan uang untuk mendekatinya, menggunakan uang agar dia dipilih. Bagaimana jika dia tidak mendengarkan jika sudah terpilih? Lalu kita akan mengeluarkan uang untuk membuatnya mendengarkan, dan berterima kasih jika dia mendengarkan, dan mengeluarkan uang.” Kata Hoo Ja.
“Ini lingkaran setan. Bukankah menurutmu ini aneh? Kita selalu mengeluarkan uang. Jadi, kenapa kita yang membungkuk dan meminta para berandal politisi itu untuk membantu kita?” keluh Hoo Ja.
“Dengar, aku tahu kau tersinggung tadi.. Aku tahu, dan aku mengerti, tapi... “ucap Nyonya Park
“Orang yang arogan seharusnya orang yang mengeluarkan uang, bukan orang brengsek yang mengambil uang. Sekalipun itu hanya secangkir kopi, kita selalu membayar.” Kata Hoo Ja
“Jadi, kenapa kita harus menjilat mereka, mengatakan hal-hal yang tidak kita maksudkan, dan berlutut di hadapan mereka? Ada yang sangat salah tentang itu. Ini tidak benar... Tidak benar terus hidup seperti ini.” Komentar Hoo Ja. 



Siaran TV,  Seorang warga berkomentar dan Hoo Ja menonton di ruang kerjanya
“Sejujurnya, menurutku seseorang seperti Yang Jung Gook harus menjadi Anggota Majelis. Kudengar mereka akan mengadakan pemilihan sebentar lagi. Jika seseorang seperti Yang Jung Gook ikut pemilihan, aku akan menjadi orang pertama yang memilih karena dia menegakkan keadilan dengan seluruh kemampuannya.
“Yang Jung Gook tidak hanya membual seperti politisi, dia memperlihatkannya dengan perbuatannya. Rakyat membutuhkan seseorang seperti dia.
Hoo Ja menelp seseorang mengaku sudah memikirkannya kalau  jangan menginvestasikan seluruh milik mereka untuk Han Sang Jin. Sementara di rumah Mi Young akhirnya tidur dengan saling memunggungi dengan Jung Gook.
“Mari kita pilih seseorang  yang mendengarkan dengan baik, dan...” kata Hoo Ja.
Jung Gook merasa bersalah dengan istrinya karena diketahui oleh media dan berjanji  tidak akan melakukan sesuatu yang mengejutkan lagi lal meminta maaf. Mi Young hanya bisa diam saja.
“Mari kita ciptakan seorang Anggota Majelis.” Ucap Hoo Ja seperti memiliki rencana untuk Jung Gook.
Bersambung ke episode 5

 Cek My Wattpad... Stalking 



Cek My You Tube Channel "ReviewDrama Korea"

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar