PS : All images credit and content copyright : KBS
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
“Hanya
ada satu alasan kenapa aku memberitahumu ini. Ini musim pemilu. Apa yang
dilakukan bagian Kejahatan Intelektual
selama musim pemilu?” ucap Detektif Choi. Ibu Mi Young duduk didepanya hanya
diam saja seperti tak peduli.
Flash Back
Sebelum
bertemu dengan Ibu Mi Young , Detektif Choi bertemu dengan Joo Myung dalam
mobil secara rahasia. Sepertinya, Joo Myung menyampaikan permintaan Hoo Ja pada
Detektif Choi.
“Mereka
memastikan tidak ada kampanye ilegal dan menemukan pelanggaran peraturan
pemilu. Letnan Kim Mi Young tidak sesuai untuk itu. Suaminya mengikuti
pemilihan untuk menjadi Anggota Majelis. Itu tampak tidak benar.” Kata Detektif
Choi. Ibu Mi Young hanya diam saja.
“Kirim Mi
Young berlibur sampai pemilu berakhir.” Kata Detektif Choi. Ibu Mi Young tetap
diam karena seperti tahu anaknya akan dijauhkan.
“Aku bisa
menunda selama tiga atau empat hari, tapi tidak lebih dari itu. Aku tidak punya
alasan yang tepat saat ini.” Ucap Ibu Mi Young pada anaknya.
“Baik,
aku mengerti maksud Ibu.” Kata Mi Young. Ibu Mi Young pun mengutarakan
pendapatnya kalau mereka bisa tunda
kasus Park Hoo Ja.
“Temukan
informan itu dan dapatkan pernyataan resminya. Mari kita gunakan bukti itu dan
selidiki perlahan.” Saran Ibu Mi Young
“Tidak.
Sudah kubilang, kita tidak punya waktu.” Balas Mi Young
“Ibu
mengatakan ini karena waktu kita lebih sedikit sekarang. Bagaimana kau bisa
menangkapnya dalam tiga atau empat hari? Ajun Brigadir Choi menyebutkanmu
secara khusus. Dia tidak bilang kau tidak boleh bekerja di Kejahatan Intelektual.”
Tegas Ibu Mi Young
“Kalau
begitu, aku akan menangkap dia besok.” Ucap
Mi Young yakin.
Ibu Mi
Young mengetahui kalau Hoo Ja yang mengaku punya mata-mata di tim anaknya dan
ingin tahu dengan hal itu dan berpikir kalau
ingin berlari memasuki kebakaran sambil membawa bensin. Mi Young
memberitahu kalau Detektif Na cuti besok
jadi tidak akan ada dikantor polisi.
“Aku
belum akan memberi tahu detektif lainnya. Dan aku akan memberi tahu mereka
tepat sebelum kita pergi. Aku akan menyita ponsel mereka.” Ucap Mi Young
menyusun rencana.
“Kau
harus rasional tentang ini. Jangan emosional.” Tegas Ibu Mi Young
“Ini
mengenai suamiku. Bagaimana aku bisa rasional? Wajar jika aku emosional. Aku
akan memenjarakan Park Hoo Ja Serta aku akan melunasi utangnya .. Perlahan.”
Ucap Mi Young yakin.
Di
ruangan
Charles
memegang wajah Sang Jin sementara Seung Yi memegang wajah Tuan Kim. Jung Kook
duduk ditengah, lalu Joo Myung menyuruh Wang Go untuk memulai. Wang Go
berakting seperti moderator mengatakan kalau
Ini giliran Pak Han Sang Jin.
“Kau punya
30 detik untuk pertanyaan ini dan satu menit untuk menjawab.” Ucap Wang Go.
“Baik.
Aku Han Sang Jin... Aku ingin bertanya kepada Pak Yang Jung Gook. Sebagai pakar
ekonomi, apa pendapatmu tentang menggunakan geeps...” ucap Charles binggung.
Joo Myung membenarkan yang dimaksud “GPS.”
“Motel
ekonomi...” kata Charles. Wang Go membenarkan yang dimaksud adalah “Model.”
“Lanbasan...”
kata Charles. Joo Myung menjelaskan kalau yang dimaksud “Landasan.”
“Induks...”
ucap Charles, Joo Myung kembali membenarkan kalau “Industri dengan wajah kesal.
“Chul Soo,
ajukan pertanyaan berikutnya. Matahari akan terbenam selagi kamu membaca itu.”
Ucap Joo Myung. Charles senang dan
mengucapkan terimakasih karena tak bisa mengunakan bahasa istilah.
“Kau
menentang pembangunan perumahan masyarakat kurang mampu. Kau juga menyatakan kau
akan mengembangkan kembali Injung-dong dan membangun sebuah kompleks apartemen
mewah. Menurutku rencana-rencana ini memisahkan lingkungan dan mempolarisasikan
distrik...” ucap Charles yang langsung disela oleh Jung Kook
“Itu
tidak benar.” Ucap Jung Kook. Joo Myung
langsung memuji kalau Jung Kook memotongnya
pada saat yang tepat.
“Aku
bukan kandidat presiden atau kandidat walikota. Aku kandidat untuk Majelis Nasional
mewakili Injung-dong di Inbuk satu, dua, dan tiga. Karena itu aku berada di
sini hari ini.” Ucap Jung Kook. Joo Myung memastikan setiap kata.
“Karena
itu, aku tidak percaya rencanaku mempolarisasikan distrik atau menyebakan pemisahan.
Menurut pendapatku...” kata Jung Kook
“Kaulah
masalah yang lebih besar.” Ucap Joo Myung. Jung Kook mengatakan kalau rencana
Sang Jin yang lebih bermasalah. Joo
Myung kembali memujinya.
“Kenapa
kau bersikeras membangun perumahan masyarakat kurang mampu yang ditentang oleh
sebagian besar warga?” kata Jung Kook. Joo Myung menyuruh Jung Kook agar
menaikan nada suaranya.
“Kenapa
kau menentang pembangunan kompleks apartemen mewah yang secara langsung
berkaitan dengan peningkatan nilai properti?” ucap Jung Kook dengan nada tinggi.
Wang Goo memuji Jung Kook hebat karena sudah
menghafal semua itu.
“Kenapa
kau tetap diam mengenai perluasan Jalur Sinbundang?” kata Jung Kook. Joo Myung menyuruh agar Jung Kook melakukan
pukulan yang menentukan.
“Aku
hanya tidak bisa...” kata Jung Kook lalu terdiam. Wang Goo mencoba membantu
tapi Jung Kook hanya bisa menghela nafas.
“Ada apa?
Kenapa kau berhenti? "Aku hanya tidak bisa mengerti. Han Sang Jin, kamu
mengikuti pemilihan di distrik mana? Apa kau berusaha masuk ke Rumah
Biru?" Itu poin utamanya!” kata Joo Myung heran
“Masalahnya
adalah aku tidak mengerti kenapa kita melakukan ini...” kata Jung Kook menghela
nafas. Joo Myung menatap sinis.
“Aku
mengerti... Seperti kataku sebelumnya, menurutku ada kekurangan dalam
janji-janji kita... Itu sebabnya ratingku sangat rendah. Aku akan mencegah perumahan
masyarakat kurang mampu dan membangun kompleks apartemen mewah. Aku akan memberimu
jalur kereta bawah tanah. Jika semua itu berhasil, seharusnya aku mendapatkan
lebih dari 3,9 persen.” Kata Jung Kook.
“Lalu? Kau
tidak bisa melakukannya karena tidak menyukai janji itu... Baiklah... Mari kita
lupakan itu... Lupakan debat yang disiarkan di televisi dan semuanya.” Ucap Joo
Myung sambil mengebrak buku diatas meja.
“Tidak,
bukan itu maksudku.” Kata Jung Kook. Joo Myung sudah tahu itu sebenarnya yang
dimaksud Jung Kook.
“Berhentilah
memperdebatkan semantik.” Keluh Jung Koo
“Kalau
begitu, lakukanlah seperti perkataanmu, Berengsek. Kau hanya seorang penipu
yang selalu berbohong. Berani-beraninya kau melawanku!” kata Joo Myung tak bisa
menahan amarah.
Wang Go
menganguk mengerti lalu kaget mengetahui Jung Kook adalah Penipu. Jung Kook mencoba menjelaskan kalau tidak
membicarakan tentang berkata jujur Tapi jika dirinya terus berbohong dan
mengatakan hal-hal yang ingin mereka dengar, menurut Jung Kook akan kalah.
“Kau
melihat apa yang terjadi akibat aku terus membohongi Mi Young. Kau mungkin
berpikir pernikahan dan pemilu sama sekali tidak berkaitan, tapi semua orang
sama. Menurutku aku tidak boleh menipu orang-orang jika hidupku tergantung pada
ini.” Jelas Jung Kook
“Jika
hidupmu tergantung pada ini, maka kau tidak boleh melakukan kesalahan. Kau bisa
berbohong, menipu, dan melakukan apa pun yang kamu inginkan. Tapi begitu kau
membuat satu kesalahan saja, hidupmu akan berakhir.” Tegas Joo Myung memberikan
nasehat.
“Coba
Lihat aku... Aku membuat satu kesalahan, dan aku di sini melakukan ini bersama
seorang penipu.” Kata Joo Myung. Wang Goo makin kaget karena Jung Kook
benar-benar Penipu
“Jadi,
jika kau ingin menyelamatkan istrimu dan menyelamatkan dirimu, lupakan
penilaianmu dan ikuti penilaianku saja. Kau bilang akan percaya dan menurut, tapi kau terlalu
cerewet... Ayo Chul Soo. Ulangi pertanyaan itu.” Ucap Joo Myung
“Baik.
Menurutku... Menurutku rencana-rencana ini memisahkan lingkungan dan
mempolarisasikan distrik. Bagaimana pendapatmu?” kata Charles.
Jung Kook
hanya diam saja, Joo Myung meminta Jung Kook mengatakan "Aku tidak
setuju." Tapi Jung Kook hanya diam saja. Joo Myung kembali mengulang kalau
Jung Kook harus mengatakan "Aku tidak setuju." Sekarang sambil
berteriak marah.
“Aku
tidak setuju... Aku tidak setuju.” Ucap Jung Kook terlihat sangat terpaksa.
Akhirnya
mereka pun berkampanye keliling kota, dengan mobil terbuk. Joo Myung berteriak
agar memilik Jung Kook Kandidat nomor lima. Jung Kook terlihat masih kesal, Joo
Myung menyuruhnya agar bisa tersenyum. Jung Kook tersenyum dengan terpaksa.
“Kenapa
kau terlihat sangat kesal? Apakah tentang kejadian tadi?” tanya Joo Myung. Jung
Kook mengaku tidak seperti itu.
“Seakan-akan
mereka akan memilihmu dengan senyum seperti itu.” Tegas Joo Myung. Jung Kook
tersenyum meminta agar memilih Kandidat nomor lima Yang Jung Gook!
“Omong-omong,
besok pagi... Jangan berpikir untuk mengatakan hal bodoh selama debat besok.
Kau harus Baca apa yang kutuliskan. Lalu kamu akan mendapatkan 4 hingga 5
persen dengan mudah. Paham?” tegas Joo Myung. Jung Kook mengaku paham.
“Kau
tidak memahami dunia ini... Kampanye mencakup membohongi orang-orang sehingga mereka
memercayai kebohonganmu. Siapa yang membuat kebohongan terbesar? Itulah inti
dari memenangkan pemilu. Jadi, percayalah kepadaku...” kata Joo Myung
“Aku
memercayaimu. Aku percaya...” Sudah
cukup. Kau membuatku kesal.” Keluh Jung Kook.
Joo Myung
mengeluh karena Jung Kook terus mencari masalah dan ingin memukulnya. Saat itu
seseorang lewat dengan mobilnya menyap Joo Myung. Joo Myung pun menahan
tanganya lalu memberitahu agar memilih Kandidat nomor lima.
“Apa
julukanmu?” kata Joo Myung. Jung Kook menjawab adalah “Warga Pemberani.”
“Dia akan
dengan berani membuat perubahan... Dia Warga Pemberani.” Ucap Joo Myung,
akhirnya teman Joo Myung pun perg.
“Orang brengsek
itu tidak akan memilihmu... Dia pengikut Kang Soo Il...” ucap Joo Myung
“Begitu
rupanya. Tidak mengherankan. Dia mirip orang brengsek.. Omong-omong, bukankah menurutmu
kita terlalu menyerang Han Sang Jin selama debat?” kata Jung Kook.
“Apakah
kamu merasa bersalah karena dia kakak istrimu?” ucap Joo Myung.
“Bukan
begitu, tapi dia orang yang sangat baik. Dia juga punya ide-ide bagus.” Kata
Jung Kook
“Kau
menyukai dia, kan?” ucap Joo Myung. Jung Kook mengeluh dengan pertanyaan Joo
Myung.
“Halo!
Nomor dua, Han Sang Jin... Maksudku, Yang Jung Gook. Nomor lima.” Ucap Jung
Kook melakukan kesalahan sendiri.
“Aku
benar. Kau menyukai dia... Menurutmu dia politisi yang jujur.” Akui Jung Kook.
Joo Myung
meminta Jung Kook agar Jangan lakukan itu karena harus menyerang Sang Jin. Jung
Kook bertanya apakah sekarang. Joo Myung Myung menyuruh agar melakukan sekarang
dan Anggap saja latihan untuk besok.
“Kau
tidak bisa tiba-tiba menyuruhku melakukan itu.” Keluh Jung Kook. Joo Myung
mengejek kalau Jung Kook memang menyukai Sang Jin. Jung Kook menyangkal.
“Lalu
kenapa kau tidak bisa melakukannya? Kamu bilang kamu memercayaiku. Jadi, serang
dia.” Ucap Joo Myung. Akhirnya Jung Kook
akan mulai menyerang.
“Halo,
warga Inbuk-2... Aku kandidat nomor lima, Yang Jung Gook. Di antara para
kandidat ada seseorang yang ingin menjadi presiden. Dia adalah kandidat nomor
dua, Han Sang Jin.” Ucap Jung Koo. Joo Myung berkomentar kalau Itu terlalu
lemah. Jung Kook mengumpat marah
“Untuk
Han Sang Jin, pemilu ini bukan apa-apa selain batu pijakan untuk hal-hal yang
lebih besar.. Coba Lihat saja wajahnya... Bukankah penuh ambisi?” kata Jung
Kook.
Sang Jin
terus menyapa semua pejalan kaki yang lewat, meminta agar memilih nomor dua dan
berjanji akan berusaha sebaik mungkin. Semua timnya pun memberitahu kalau Sang
Jin pekerja muda,
“Han Sang
Jin masih mendapatkan uang saku walau usianya sudah lebih dari 40. Apa itu
masuk akal? Adakah putra yang lebih buruk? Dan ini sesuatu yang hanya diketahui
olehku. Han Sang Jin mengirim 30 dolar sebagai hadiah untuk pernikahan adiknya!
Bagaimana mungkin orang baik melakukan itu?” teriak Jung Kook.
Sang Jin
yang mendengarnya hanya bisa terdiam, Beberapa orang yang mendengar menatap
Sang Jin dengan tatapan mengejek karena uang 30 dolar untuk adiknya
keterlaluan. Pejalan kaki yang lain merasa Sang Jin sama persis dengan penampilannya.
“Sudah
kubilang dia tidak baik... Dia terlihat kotor.” Komentar wanita lainya. Anak
Buah Sang Jin marah akan membalas dendam.
“Tidak
apa-apa. Itu lucu.” Ucap Sang Jin menahan diri. Dua anak buahnya heran kalau
Sang Jin berpikir kalau itu hanya gurauan.
“Tapi
benarkah kau memberinya 30 dolar? Apa? Tidak, bukan? Itu bohong, bukan?” kata
anak buahnya memastikan. Sang Jin binggung akhirnya mengaku kalau itu bohong.
“Bagus.
Hanya sampah yang akan mengirim itu.” Ucap anak buah Sang Jin.
Di dalam
mobil, Jung Kook makin mengebu-gebu akan memberitahu sesuatu yang mengejutkan
tentang Han Sang Jin. Joo Myung yang melihat Sang Jin dari kejauhan meminta
Jung Kook agar menghentikanya. Tapi Jung Kook tak peduli ingin terus bicara.
“Dia
memberi adiknya 30 dolar itu sebagai hadiah pernikahan dua tahun setelah dia
menikah... Ini keterlaluan! Apa kalian berencana mengirim seseorang seperti dia
ke Majelis Nasional?” teriak Jung Kook mengebu-gebu lalu tersadar kalau
mobilnya melewati Sang Jin.
“Han Sang
Jin adalah orang pertama dalam sejarah yang merupakan pria yang baik.” Kata
Jung Kook panik dan terlihat malu. Sang Jin pun hanya bisa terdiam.
Akhirnya
Jung Kook pergi membawa minuman dan bertemu dengan Sang Jin sambil meminta
maaf. Sang Jin mengaku kalau sangat
terkejut saat mendengar Jung Kook yang mengikuti pemilu. Jung Kook kembali
meminta maaf karena tidak bisa memberitahu lebih awal.
“Tidak
perlu... Aku juga tidak bisa menelepon... Aku pikir kau akan merasa bersalah
jika aku melakukannya.” Kata Sang Jin.
“Aku
harus merasa bersalah.... Dan mengenai perkataanku tadi...” kata Jung Kook.
Sang Jin pikir tak masalah.
“Itu
lucu... Tapi mengenai 30 dolar itu...” kata Sang Jin, Jung Kook langsung
menyela.
“Ya. Mi
Young mengatakan kau mungkin melakukan kesalahan.” Ucap Jung Kook.
“Bagus.
Aku senang kita sudah menyelesaikan kesalahpahaman itu. Jadi, jangan...” ucap
Sang Jin.
“Aku
tidak akan membahasnya lagi... Maaf.” Ucap Jung Kook. Sang Jin pikir tak perlu
seperti itu, Tidak perlu menyesal.
“Omong-omong,
kerjamu bagus belakangan ini, kan?” kata Sang Jin. Jung Kook mengaku sudah
berusaha keras, tapi tidak mendapatkan hasil.
“Kau
tahu. Polingku 3,9 persen... Kau pasti merasa senang. Kau hanya ketinggalan
tujuh persen dalam poling... “Ucap Jung Kook
“Aku
sedih karena selisihnya lebih besar dari lima persen. Kau tahu kampanye
negatifnya.” Kata Sang Jin. Jung Kook mengaku sudah tahu.
“Kenapa
kau tidak melakukan hal yang sama kepadanya?” tanya Jung Kook
“Aku tidak
ingin berbuat sejauh itu. Aku ingin menang dengan benar dan kalah dengan benar.”
Ucap Sang Jin.
Jung Kook
bertanya kenapa Sang Jin yang tidak mengganti janjinya karena Anggota Majelis
Kim Joo Myung mengatakan inti dari kampanye adalah membohongi orang-orang agar
memercayai kebohongannya, Kebohongan tanpa jiwa.
“Aku akan
membuat Jalur Sinbundang ke kota kita... Hal-hal seperti itu, kan?” kata Sang
Jin dengan tawanya.
Ya.
Sejujurnya, menurutku kita tidak butuh jalur kereta bawah tanah di kota kita...
Tapi ini kampanye... Lihat ke arah yang lain dan beri tahu mereka kau akan
memberi mereka jalur kereta bawah tanah. Lalu kau akan mendapatkan suara dan
mengalahkan Kang Soo Il.” Ucap Jung Kook.
“Jung
Gook. Apa yang kau katakan kepada Mi Young saat kalian menikah?” tanya Sang Jin
“Itu... Aku
akan membahagiakan dia.” Ucap Jung Kook. Sang Jin mengetahui Jung Kook yang
berjanji akan membahagiakan adiknya.
“Kau
bersungguh-sungguh,kan?” kata Sang Jin. Jung Kook menegaskan itu sudah pasti
“Apa kau
masih menepati janji itu?” kata Sang Jin. Jung Kook terlihat binggung
menjawabnya.
“Benar...
Sulit untuk menepati janji yang sungguh-sungguh. Bagaimana kau bisa menjanjikan
sesuatu yang tidak sungguh-sungguh? Sudah jelas kau tidak akan menepatinya. Saat
mengikuti pemilu Anggota Majelis, kau tidak melakukannya untuk mendapat suara.
Kau melakukannya untuk masyarakat.” Jelas Sang Jin
“Kau
sangat berbeda dari orang lain yang kukenal.” Komentar Jung Kook.
“Tidak.
Anggota Majelis Kim adalah orang yang luar biasa... Dia juga menciptakan
beberapa kebijakan bagus... Intinya, bertahanlah. Aku harus pergi. Aku harus
berkampanye lagi.” Kata Sang Jin akan pergi. Jung Kook pun mempersilahkan.
“Satu hal
lagi... Mengenai Mi Young... Tampaknya belakangan ini dia mengalami
kesulitan... Kau uruslah dia. Dia tampak kurang sehat... Dia adikku
satu-satunya... Terima kasih.” Pesan Sang Jin sebelum pulang. Jung Kook
menganguk mengerti.
Jung Kook
didalam ruangan menatap foto pernikahan dengan
Mi Young tapi terlihat memikirkan sesuatu. Mi Young sedang bekerja
melihat nama "Suami" dalam
ponselnya lalu mengangkatnya. Jung Kook
terlihat gugup bertanya apakah Mi Young tidur. Mi Young mengaku masih bekerja.
“Ah...
Begitu rupanya... Apa Kau sudah makan?” tanya Jung Kook. Mi Young pikir pasti
sudah makan karena sudah malam dan bertanya balik.
“Aku
sudah makan... Bagaimana pekerjaanmu?” kata Jung Kook terdengar cangung.
“Tidak
buruk... Bagaimana kampanyenya?” ucap Mi Young. Jung Kook pikir Tidak buruk
untuknya juga.
“Apa
kegiatanmu besok?” yanya Jung Koo. Mi Youn mengaku harus pergi ke suatu tempat
untuk sebuah kasus.
“Oh.. Begitu...
Aku akan mengikuti debat yang disiarkan di televisi besok.” Ucap Jung Kook. Mi
Young mengaku tahu dengan nada dingin.
“Menurutku
aku tidak akan bisa menontonnya.” Kata Mi Young. Jung Kook berdiri menatap
jendela.
“Tidak
apa-apa. Pekerjaan harus diutamakan.” Kata Jung Kook lalu berpikir Mi Young ada
sesuatu yang ingin dikatakan kepadanya.
“Tentang
apa yang harus dilakukan selama debat atau hal-hal seperti itu?” kata Jung
Kook.
“Aku tidak
tahu apa-apa tentang politik.” Ucap Mi Young. Jung Kook pun berpikir kalau
tidak tahu juga.
“Kau mungkin
tidak tahu tentang politik, tapi kau tetap bisa memberitahuku apa yang harus
kulakukan... Beri tahu aku. Tidak apa-apa. Kau ingin aku melakukan apa besok?”
tanya Jung Kook.
Mi Young
hanya meminta agar Jung Kook melakukan yang dinginkan, menurutnya Jung Kook
akan tidak bisa tidur saat malam jika dipaksa melakukan sesuatu yang tidak diinginkan.
Jung Kook mengerti akan mencobanya.
“Mi
Young, ada sesuatu yang ingin kukatakan kepadamu. Aku akan menepati janjiku untuk
memastikan kau tidak akan terluka. Jadi, jangan mengkhawatirkan apa pun yang
kulakukan. Dan Juga, maafkan aku karena menciptakan situasi ini.” Ucap Jung
Kook
“Aku
tidak khawatir... Khawatir tidak akan memecahkan apa pun. Jadi Tanganilah itu. Aku
tidak akan mengkhawatirkannya.” Ucap Mi Young menatap foto Hoo Ja
dimejanya.
Jung Kook
pun menyudahi telpnya, Mi Young berharap Semoga beruntung dengan debatmu besok
lalu terdiam menatap foto Hoo Ja.
Jung Gook
sudah siap dengan jas dan rambut yang klimis, semua timnya mengelu-elukan nama
“Yang Jung Gook” Sementara Mi Young meminta anak buahnya agar memberikan
ponselnya. Jung Kook sudah siap pergi dengan Joo Myung yang mengemudikan
mobilnya.
Jung Kook
melihat ada dua orang yang sedang demo menolak pindah. Saat itu dua polisi
meminta mereka pergi karena tidak boleh berdiri di sini. Si Pria memegang papan "Datangkan Jalur
Sinbundang ke Inbuk-dong" wajah Jung Kook terlihat sangat serius.
Mi Young
melakukan penangkapan, Anak buahnya bertanya apakah gugup lagi. Detektif Lain
mengaku pasti gugup, lalu diejek dengan detektif lainya kalau pasti harus
kencing saat kita tiba di lokasi. Detektif Lee meminta mereka untuk diam saja.
Detektif Koo melirik pada Mi Young yang terlihat gugup.
Jung Kook
sampai digedung, para wartawan sudah menunggu dan saat Jung Kook turun wartawan
langsung mengajukan pertanyaan “Bagaimana perasaan Anda tentang debat ini?”
Jung Kook mengaku akan berusaha sebaik
mungkin.
“Apa Anda
menyiapkan strategi?” tanya wartawan. Joo Myung langsung menyela kalau akan
memberikan pernyataan nanti.
Akhirnya
Jung Kook siap masuk ke dalam ruangan siaran, sudah ada Sang Jin dan juga Tuan
Kang duduk di depan tulisan "Debat Kandidat Majelis" Hoo Ja sibuk
bermain billiard dengan menonton siaran debat di ruangannya.
“Debat
para kandidat Majelis akan segera dimulai.” Ucap MC.
Sementara
di rumah Jung Kook, ayahnya akan siap melihat debat anaknya. Min Ji langsung
menganti dengan channel drama. Tuan Yang mengeluh karena Min Ji yang malah
menyalakan drama, Min Ji mengaku Ini
acara yang selalu ditonton.
“Kau bisa
menontonnya nanti!” teriak Tuan Yang kesal. Mi Jin mengeluh Kenapa harus menontonnya nanti jika
ditayangkan sekarang.
“Hidupmu
lebih sinetron daripada itu!” teriak Tuan Yang., Mi Yin pun kesal ayahnya yang
membentaknya selagi mereka makan. Ha Roo langsung menutupi makanan.
Mi Young
menerima pesan dari ibunya agar bisa berhati-hati, akhirnya sampai di "Pemandian
Weolcheon" Sementara Joo Myung meminta Jung Kook agar ikuti saja naskahnya
dan bersikap Santai. Jung Kook menganguk mengerti.
Saat itu
Joo Myung memberikan salam pada moderator debat yang sudah lama tidak berjumpa.
Jung Kook terus mencoba menghafal semuanya, Mi Young akan masuk ke dalam
meminta timnya agar menyiapkan perlengkapan dan Jangan gugup.
“Jika
menurutmu waktunya tepat, majulah.” Kata Detektif Lee. Semua menganguk
mengerti.
“Perumahan
masyarakat kurang mampu. Apartemen mewah.” Ucap Jung Kook lalu melirik melihat
pesan yang masuk ke dalam ponsel Joo Myung
“Pengaduan
perdata terhadap Kim Mi Young sudah
siap.” Tatapan Jong Kook langsung menatap sinis.
Bersambung
ke episode 16
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar