PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Selasa, 09 April 2019

Sinopsis My Fellow Citizens Episode 6

PS : All images credit and content copyright : KBS
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe. 
Tinggal Klik disini, buat yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe bulan ini 
 Jung Kook berlari setela menerima telp memastikan suami Detektif Kim Mi Young lalu memberitahu kalau istrinya terluka parahjadi membawanya ke Rumah Sakit Seowon dan harus mengabarinya. Jung Kook dengan wajah panik sampai rumah sakit.
“Permisi, Kim Mi Young mana?” ucap Jung Kook dan langsung mencari di ruangan IGD. Mi Young sedang di obati dengan luka ditubuhnya. Jung Kook ingin membuka tirai.
“Jangan.... Jangan masuk... Aku tidak mau kau melihatnya.” Kata Mi Young. Jung Kook pikir tak mungkin karena ia adalah suaminya.
“Tidak apa-apa... Ini tidak serius... Jadi, bicaralah dari sana... Mari lakukan itu.” Kata Mi Young.
“Apa Kau baik-baik saja?” tanya Jung Kook akhirnya duduk diranjang. Mi Young mengaku baik-baik saja.
“Bagaimana denganmu? Tidak terjadi apa-apa kepadamu, kan?” ucap Mi Young. Jung Kook mengaku baik-baik saja.
“Maaf. Seharusnya aku tidak pergi...Aku emosional tadi.” Ucap Jung Kook. Mi Young pikir tak perlu.
“Keadaannya bisa lebih parah. Dan Kau juga pasti akan terluka.” Ucap Mi Young. Jung Kook mengeluh karena Mi Young berkata seperti itu
“Seharusnya aku terluka bersamamu... Lagi pula kita sudah menikah.” Ucap Jung Kook
“Karena kita menikah, lebih baik aku terluka sendirian. Jika kita berdua terluka, siapa yang bisa kuandalkan?” kata Mi Young
“Kau sungguh tidak apa-apa, kan?” ucap Jung Kook memastikan. Mi Young mengaku baik-baik saja.
“Syukurlah. Aku senang mendengarnya... Mi Young, aku akan mencari udara segar... Aku haus karena berlari ke sini dan aku agak kepanasan.” Kata Jung Kook. Mi Young menganguk mengerti.
“Kau bisa Santai saja. Akan kutelepon jika sudah selesai.” Ucap Mi Young. 


Jung Kook pergi menemui Hoo Ja diruang kerjanya. Hoo Ja menyuruh Jung Kook bicara saja kalau ingin bicara.  Jung Kook pikir  Tadi tidak bisa bicara dan tergesa-gesa lalu memperingatkan kalau  Lain kali, jangan pernah menyentuh Mi Young.
“Apa Kau datang untuk mengatakan itu?” ejek Hoo Ja dengan senyuman licik.
“Jangan tersenyum... Ini mungkin lucu untukmu, tapi apa yang terjadi hari ini tidak lucu. Jadi, jangan tersenyum dan dengarkan. Paham?” tegas Jung Kook marah
“Kau terlihat akan memukulku... Tapi maaf, aku punya banyak pengawal di luar.” Ucap Hoo Ja
“Aku tidak peduli... Aku akan menjadi Anggota Majelis... Tidak, aku akan menjadi Presiden jika itu maumu... Jadi, jauhi Mi Young... Aku tidak akan terima.” Tegas Jung Kook
“Walau kau tidak menerimanya, kau tidak bisa melukaiku. Kau tahu itu.” Ucap Hoo Ja.
“Aku bisa! Aku akan melakukannya... Yang Jung Gook si Penipu mungkin tidak bisa, tapi suami yang selalu merasa bersalah kepada istrinya, suami yang mendengar istrinya mengatakan dia lebih memilih terluka seorang diri setelah hampir mati karena dia bisa melukaimu.” Tegas Jung Kook
“Kau hanya perlu terpilih. Lalu tidak akan ada yang terjadi kepadamu atau Mi Young.Aku berjanji.” ucap Hoo Ja. Jung Kook pun meminta Hoo Ja akan menelpnya jika membutuhkan sesuatu.
“Dia hanya mengatakan apa yang dia inginkan lalu pergi. Dia membangunkan aku. Sekarang aku terjaga. Aku bahkan berdandan.” Keluh Hoo Ja melihat Jung Kook yang pergi. 


Nyonya Kim duduk di ruangan dengan papan nama  "Kepala Kantor Polisi Seowon, Kim Kyung Ae" wajahnya terlihat gelisah dan ketakutan.  Mi Young masuk ruangan, Nyonya Kim menanyakan luka anak buahnya.  Mi Young mengaku tidak apa-apa.
“Dan bagimana perasaanmu?” ucap Nyonya Kim. Mi Young mengaku masih tetap tabah.
“Apa Kau tahu siapa pelakunya?” tanya Nyonya Kim. Mi Young mengaku tak ada.
“Apa Tidak ada yang kau kenali?” ucap Nyonya Kim. Mi Young mengaku tak ada.
Nyonya Kim ingin tahu dengan pelat mobilnya. Mi Young mengaku sempat minum. Nyonya Kim ingin tahu apakah Mi Young punya musuh. Mi Young mengaku akan menyelidikinya.  Nyonya Kim mengeluh karena tidak langsung menelepon. Mi Young beralasan takut membuat Nyonya Kim khawatir.
“Apa ibu tidak khawatir jika tahu seperti ini?!!” ucap Nyonya Kim kesal. Mi Young hanya bisa meminta maaf.
“Apa reaksi Jung Gook? Dia pasti takut.” Tanya Nyonya Kim. Mi Young pikir Jung Kook tidak memperlihatkannya tapi yakin pasti takut.
“Kenapa kamu berbicara dengan sangat formal? Apa kau Takut ibu memarahimu lagi?” ucap Nyonya Kim. Mi Young mengaku tidak seperti itu. Nyonya Kim ingin tahu alasanya.
“Aku khawatir jika aku lemah, Anda akan menangis lagi. Aku akan menangkap mereka, jadi, jangan khawatir Setelah kehilangan suami ibu seperti itu jika ibu kehilangan putri ibu dengan cara yang sama, maka ibu tidak punya alasan untuk hidup.” Jelas Mi Young
“Jaga dirimu baik-baik, paham?” pesan Nyonya Kim. Mi Young menganguk mengerti.  Nyonya Kim menyuruh Mi Young agar segera keluar.
Mi Young meminta dengan timnya. Nyonya Kim menegaskan tidak akan memberi tahu mereka lalu menyuruh Mi Young agar segera pergi karena harus menghadiri banyak rapat. Mi Young pun bergegas pergi. Nyonya im pun langsung menangis. 


Mi Young keluar dari ruangan ibunya, Detektif Park menyapa Mi Young melihat ada wajah yang terluka dan bertanya Apakah terjadi sesuatu. Mi Young hanya jatuh saja. Detektif Park meminta Mi Young agar lebih berhati-hati.
“Apa Kau baru masuk?” tanya Mi Young. Detektif Park membenarkan mengaku agak terlambat.
“Omong-omong, Tim Tiga tidak sibuk hari ini, kan?” ucap Detektif Park. Mi Young pikir tidak sibuk.
“Kalau begitu, bisakah kau memberi tim bantuan untuk tim kami?” ucap Detektif Park. Mi Young bertanya akan pergi kemana mereka.
“Melaksanakan surat perintah penggeledahan. Sebuah perusahaan, jadi, menurutku timku tidak bisa menanganinya sendiri... Tolong kami. Kumohon.” Ucap Detektif Park. Mi Young memutuskan akan ikut.
“Terima kasih.” Ucap Detektif Park memberika tanda cinta. Mi Young mengeluh agar menghentikanya karena sangat aneh. Detektif Park mengaku sangat berterima kasih. Mi Young mengaku Tidak perlu.

Sek Park masuk ruangan memberitahu Hoo Ja kalau mereka berencana menggunakan ini sebagai markas kampanye jadi harus sering berkunjung. Menurutnya Orang-orang mungkin akan bicara jika berlokasi di jantung kota dan selalu melihat  yang ada didepanya maka akan memotivasi.
“Pemikiran yang bagus.” Ucap Hoo Ja melihat blue house dari jendela lalu bertanya Apa ada masalah lain.
“Kita punya banyak dana dan sumber daya manusia, jadi, tidak ada... Kecuali menyewa seorang pakar.” Ucap Sek Park
“Pakar dalam hal apa?” tanya Hoo Ja. Sek Park menjelaskan tentang Pemilu.
“Jika kita hendak mengikuti pemilu tepat pada waktunya, kita harus menyusun landasan dan strategi pemilu, tapi kita tidak punya siapa pun.” Kata Sek Park
“Katakan kita akan membayar tinggi.” Keluh Hoo Ja. Sek park pikir kalau Uang bukan prioritas utama mereka. Hoo Ja ingin tahu lalu apa
“Pakar pemilu paling memikirkan kemungkinan menang. Uang di posisi kedua. Ada satu orang yang ingin kami pilih...” ucap Jung Kook. Hoo Ja ingin tahu siapa.
“Anggota Majelis Kim Joo Myung. Pencalonannya dibatalkan dan dia dikeluarkan dari Partai Nasionalis. Dengan sedikit sentakan, mungkin kita bisa menarik dia ke pihak kita. Yang terpenting, aku yakin dia butuh uang. Dia menjadi pengangguran dalam semalam.” Kata Sek Park
“Apa hanya dia pilihan kita?” tanya Hoo Ja. Sek Park melihat Joo Myung  menjadi Anggota Majelis tiga kali dengan kampanye kotornya jadi Dia satu-satunya pilihan.
“Tapi akankah dia melakukannya? Dia akan menyalahkan kita karena tidak melindunginya.” Ucap Hoo Ja
“Karena itu kita harus menghubunginya lebih dahulu. Kau tahu apa yang terjadi jika kesabarannya sirna. Jika kita meneleponnya lebih dahulu untuk menghiburnya dan menawari dia uang, maka dia akan melakukannya. Orang yang sangat menginginkan uang akan melakukan apa pun.” Ucap Sek Park yakin.
Hoo Ja panik melihat  Kim Joo Myung menelepon menurutnya Pemilihan waktu yang tepat. Akhirnya Ia mengangkat telp dengan nada ramah memanggil Anggota Majelis mengaku seharusnya menelepon lebih dahulu dan ingin tahu kabaranya... lalu wajahnya terlihat tegang. 


Detektif Park bersama dengan Tim Mi Young pergi ke sebuah gedung,  Dua orang penjaga menahanya. Detektif Park memperlihatkan surat perintah penggeledahan jadi meminta agar berkerja sama. Sek Park mengemudikan mobilnya dengan wajah sedikit panik.
“Kim Joo Myung memberi tahu mereka... Anggota Majelis Kim Joo Myung... Intinya, hancurkan semua dokumen dan bersihkan diska keras. Aku tahu itu sulit, lakukan saja... Kau kubayar untuk itu.” Ucap Sek Park.
“Kau benar... Orang yang sangat menginginkan uang akan melakukan apa pun. Kamu melakukan "apa pun", Kim Joo Myung.” Kata Hoo Ja dalam mobil. 

“Hentikan apa yang kalian lakukan... Jangan lakukan apa pun. Berdirilah di sisi meja kalian dan jangan bergerak.” Teriak Detektif Park masuk ruangan. Semua pegawai binggung. Detektif Park menyuruh mereka meletakan semua diatas meja.
“Kalian bisa melanjutkan pekerjaan setelah kami selesai. Jika tidak, kalian mengganggu penegakan hukum. Jika tidak bekerja sama, kalian akan dihukum.” Kata Mi Young memperingati.  

“Kenapa dia memberitahumu bahwa mereka akan datang? Jika ingin menghancurkan kita, dia tidak perlu menelepon.” Ucap Sek Park heran
“Dia tidak ingin kita melupakan dia. "Hidup kalian ada di tanganku, jadi, jangan menganggapku sudah tersingkir dan bayarlah." Kata Hoo Ja
Akhirnya Detektif Park bisa membawa semua berkas dan akan bertemu dengan Mi Young di kantor. Akhirnya Mi Young naik di mobil berbeda memastikan kalau tak melupakan sesuatu. Semua mengaku tidak ada. Saat akan keluar dari mobil, Mi Young melihat sosok Tuan Choi dan merasa pernah melihatnya.
Tuan Choi bertanya “Apa mereka ada di dalam?” lalu berteriak marah.  Mi Young mengingat sebelumnya pernah bertemu dengan Tuan Choi sebelumnya dengan memberikan luka diperut dan juga mengejarnya. Setelah mobil Mi Young pergi, Hoo Ja dan Sek Park pun datang. 

Mi Young pergi menemui Detektif Park memberikan minuman, Detektif Park pikir Mi Young tidak perlu melakukan itu karena Seharusnya iyang membelikannya kopi. Mi Young mengaku meminta bantuanya, Detektif Park pun menyuruh Mi Young mengatakan saja.
“Aku akan melakukan apa yang kau inginkan. Ada apa? Katakan saja.” Ucap Detektif Park penuh semangat
“Tidak bisakah kau memberikan kasus Baekkyung Capital pada Tim Tiga? Aku tidak memintanya secara gratis, Letnan Park... Kau akan tetap menangani kasus ini seperti sekarang, tapi izinkan kami menyelidikinya. Bagaimana jika tim kami saja yang menyelidikinya?” ucap  Mi Young. Detektif Park tak mengerti maksudnya.
“Sudah kubilang, kami akan menyelidikinya... Aku akan melakukan pekerjaan itu dan...” ucap Mi Young
“Apa Aku akan menuai hasilnya?” kata Detektif Park. Mi Young membenarkan.
“Itu tidak masuk akal. Kenapa kau ingin melakukan itu?” ucap Detektif Park.
“Tidak bisa kujelaskan sekarang, tapi kumohon, Letnan. Aku akan mentraktirmu makan daging sapi Korea. Jenis yang terbaik. Ya. Mari kita pergi ke Hoengseong dan makan! Ayo!” ucap Mi Young tapi detektif Park tak akan memberikanya. 


Sek Park menjelaskan kalau polisi fokus pada keuangan dan akuntansi dan mengambil semua catatan transaksi dahulu jadi mengambil semua kopi kontrak untuk perjanjian pendanaan mobil. Hoo Ja mengerti kalau pihak lawan sedang  memanfaatkan bisnis mobil bekasnya  untuk memasuki bisnis mereka.
“Apa Menurutmu sampai sejauh mana ini?” tanya Hoo Ja.
“Menurutku kita bisa mengakhirinya dengan mengirim beberapa karyawan ke penjara. Masalahnya adalah apa yang terjadi berikutnya. Kita harus menenangkan Kim Joo Myung sebelum dia melakukan hal lain.” Ucap Sek Park panik.
“Halo, Anggota Majelis Kim, ini aku... Park Hoo Ja... Kami menikmati penggeledahannya... Aku tidak tahu kamu sangat memikirkan kami... Terima kasih... Serta, satu hal lagi... Aku ingin bertemu denganmu sekarang... Tidak, bukan itu... Kami selalu menerima, jadi, aku juga ingin memberimu sesuatu.” Ucap Hoo Ja
“Baik. Sampai jumpa di sana dalam setengah jam lagi... Aku akan pergi sekarang.” Kata Hoo Ja 


Sek Park seperti sedikit ragu lalu memastikan apakah akan berhasil. Hoo Ja seperti tak mengerti. Sek Park mengaku bertanya-tanya apakah ini waktu yang tepat untuk membahas pemilu menurutnya Hoo Ha tahu sifat pemarahnya.
“Dia bahkan menyerang pemimpin partainya saat marah. Satu langkah buruk dengannya, perusahaan kita terancam bahaya.” Ucap Sek Park khawatir.
“Kim Joo Myung bisa dikendalikan dengan uang, kan? Karena itu dia menyerang kita. Dia ingin kita memberinya uang.” Kata Hoo Ja. Sek Park membenarkan.
“Kalau begitu, tidak ada masalah. Berandal yang mengira uang memecahkan segalanya akan melakukan apa pun untuk uang. Lihat saja nanti apa yang akan dia lakukan.” Ucap Hoo Ja yakin 

Hoo Ja pergi menemui Joo Myung di sebuah restoran terlihat Joo Myung baru saja selesai makan. Ia lalu mengeluh Joo Myung yang sudah selesai makan dan Seharusnya makan dengannya lalu memesan Satu porsi sundaeguk. Hoo Ja pun terlihat makan habis sampai habis.
“Itu situasinya... Karena itu aku datang untuk menemuimu... Tolonglah aku Lalu aku akan mengirim satu juta dolar untuk kerja kerasmu.” Ucap Hoo Ja. Joo Myung seperti mengatakan sesuatu
“Haruskah kau bertindak sejauh itu? Kau jahat sekali.” kata Hoo Ja saat itu Sek Park menerima telp dari "Saudari Keempat"
“Anggota Majelis Kim bilang dia tertarik. Dia akan memutuskannya setelah bertemu dengan Jung Gook.” Ucap Hoo Ja pada Sek Jang. 

Akhirnya Jung Kook datang dengan setelan jas dan juga mobilnya, Hoo Ja mengeluh pada Joo Myung surat perintah penggeledahan itu agak jahat. Joo Myung mengaku kalau melakukan karena kesal karena Hoo Ja tidak pernah menelepon begitu kehilangan kursinya.
“Hakim Choi Brengsek.. Dia temannya temanku, tapi dia mendendaku.” Kata Joo Myung marah
“Kenapa dia membatalkan pencalonanku? Akan lebih baik jika kalah dalam pemilu. Tapi bagaimana kau bisa dikeluarkan?” kata Hoo Ja
“Pemimpin partai itu bodoh... Dia merasa kalah dariku... Orang brengsek itu juga temannya teman pemimpin itu.  Temannya teman memang bermasalah.” Kata Joo Myung marah
Saat itu Jung Kook datang langsung menyapa Joo Myung,  Joo Myung memastikan kalau Jung Kook adalah orang yang dicalonkan. Hoo Ja membenarkan. Joo Myung menyuruh Jung Kook duduk karena Lehernya jadi kaku.
Jung Kook ingin menuankan minum, tapi Joo Myung menolaknya. Joo Myung lalu bertanya Kenapa  Jung Kook ingin menjadi Anggota Majelis. Jung Kook mengaku karena dia memaksanya. Joo Myung ingin tahu siapa itu apakah Hoo Ja.  Jung Kook membenarkan.
“Aku menjadi Anggota Majelis karena diperintahkan juga. Seseorang mengikuti pemilihan karena orang lain mendorong mereka.. Tunggu... Bukankah aku pernah melihatmu di TV? Kau Warga Pemberani, kan?” kata Joo Myung. Jung Kook menganguk.
“Aku melihatmu di TV... Kamu menangkap Pembunuh Berantai Timur Laut bahkan Kau merobohkannya dengan satu pukulan.” Kata Joo Myung. Jung Kook membenarkan dan terlihat  bangga.
“Aku melihat videonya. Kau keren.” Puji Joo Myung. Jung Kook pun akhirnya bisa menuangkan minuman untuk Joo Myung tanpa ditolak.
“Tapi anehnya, bagaimana kau tahu dia pembunuh?” tanya Joo Myung. Hoo Ja terlihat tegang.
“Aku ada di rumah ayahku, lalu keluar untuk merokok, dan kebetulan melihatnya. Begitulah akhirnya aku menangkap dia. Aku melihat banyak selebaran. Aku mengenali wajahnya.” Jelas Joo Myung
“Kebetulan itu bagus. Itu mudah. Kata "kebetulan" menjelaskan hal-hal yang tidak masuk akal. Apa Kamu bersekolah di Universitas Nasional Seoul?” kata Joo Myung.
Jong Kook membenarkan. Joo Myung ingin tahu tahun berapa. Joo Myung mengaku tahun 2003 jurusan Ekonomi. Joo Myung mengaku tahu seseorang yang kuliah di sana yaitu Salah satu ajudannya kuliah di  Universitas Nasional Seoul, jurusan Ekonomi, 1998.
“Kalian pasti pernah bertemu.” Ucap Joo Myung. Jung Kook mengaku  akrab dengan para alumni dari tahun itu dan ingin tahu Siapa namanya?
“Hwang In Bum. Apa Kau mengenalnya?” tanya Joo Myung. Jung Kook mencoba mengingat nama dibuku tahunan.
“In Bum! Dengan kacamata Dan kelopak mata ganda... Dia selalu tampil berponi.” Ucap Jung Kook dengan sangat yakin
“Benar. Bahkan saat musim panas... .” Kata Joo Myung. Jung Kook mengatakan kalau Jae Ho akrab dengan In Bum. Joo Myung binggung siapa Jae Ho
“Kau tahu, orang yang selalu memakai gel rambut. Dia agak gemuk, kulitnya jelek, dan...” ucap Joo Myung mengingat-ingat kembali
“Ya, Jae Ho... Aku ingat... Aku bertemu dengannya lewat In Bum beberapa kali... Sudah lama aku tidak bertemu dengan mereka. Pasti sudah lebih dari 10 tahun sejak aku melihat mereka saat aku mengajar di sana.” Kata Joo Myung. Jung Kook kaget dan bingung.
“Aku profesor ekonomi di Universitas Seoul sampai tahun 2005.” Kata Joo Myung. Jung Kook mengingat dibuku tahunan "Kim Joo Myung, Profesor"
“Tapi aku tidak ingat melihatmu di sana.” Kata Joo Myung. Jung Kook berpura-pura baru mengingat Prof Kim Joo Myung itu adalah Kim Joo Myung ini.
“Tapi bobotmu turun banyak terutama di wajahmu...” kata Jung Kook mencoba menyangkal
“Kau tidak kuliah di Universitas Seoul, kan? Siapa kau sebenarnya?” kata Joo Myung terlihat marah
“Anggota Majelis, bagaimana jika kita minum di tempat lain...” kata Hoo Ja turun tangan.
“Pimpinan Park, jangan ikut campur... Aku mengajukan pertanyaan. Siapa kau?” ucap Joo Myung. Hoo Ja tetap ingin mengajak Joo Myung pergi ke bar yang bagus...
“Sudah kubilang jangan ikut campur! Aku bertanya kepadanya...”tegas Joo Myung
“Aku penipu... Aku penipu...” akui Jung Kook. Joo Myung terlihat kaget dan Hoo Ja terlihat pasrah
Bersambung ke episode 7


 Cek My Wattpad... Stalking 



Cek My You Tube Channel "ReviewDrama Korea"

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar