PS : All images credit and content copyright : KBS
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Jung Kook
menatap Sang Jin tanpa rasa curiga dan terlihat percaya diri. Sang Jin terlihat
melonggo menatap adik iparnya.
Flash Back
Tim
sukses Sang Jin mengeluh karena masih
harus memikirkannya dan mengingatkan kalau ini Tujuh persen. Sang Jin
hanya bisa diam saja seperti masih berpikir
“Jika kau
tidak bisa membalikkannya selama debat,
maka tamatlah riwayat kita” jelas Si pria. Sang Jin mengaku kalau tahu akan hal
itu.
“Apakah
sulit sekali mengatakan kau akan memberi mereka jalur kereta bawah tanah itu? Akankah
seseorang terluka atau mati jika kau menjanjikan jalur kereta bawah tanah itu.”
Ucap Si pria
“Politik
harus dilakukan setelah perang berakhir. Mari kita menangkan perang ini lebih
dahulu. Kita tidak punya waktu mengatakan perang itu buruk ketika peluru sudah
berdesing... Tidak... Tidak ada...” tegas Si wanita.
Sang Jin
terdiam lebih dulu lalu dengan yakin mengatakan
akan memastikan Jalur Sinbundang datang ke distrik mereka, itu janji
yang dibuatnya. Jung Kook melonggo begitu juga Joo Myung. Sementara yang tim
sukses Sang Jin berteriak gembira menonton debat.
“Jika
tidak bisa, aku akan merebutnya dari mereka. Aku tergabung dalam Partai
Nasionalis bersama Walikota Seowon, Chun Gap Soo. Hanya aku yang bisa
mewujudkannya. Aku berjanji akan memberi kalian Jalur Sinbundang.” Ucap Sang
Jin dengan sangat yakin.
Min Young
berjalan keluar dari gedung dan sangat yakin, saat itu juga Hoo Ja mengikutinya
dari belakang dengan tangan diborgol, sebelum naik ke mobil bertanya pada Mi
Young, apakah yakin tidak akan menyesali ini. Mi Young menganguk kalau sangat
yakin.
“Baik.
Mari kita usahakan sampai akhir.” Ucap Hoo Ja naik ke mobil. Mi Young pun
mengajak mereka untuk pergi.
Di ruang
debat
Jung Kook
tak percaya dengan keputusan Sang Jin sampai berbicara banmal, lalu mengubah
bicara dengan bahasa sopan, membahas San
Jin yang selalu menyatakan bahwa perluasan Jalur Sinbundang...
Flash Back
“Infrastruktur
seperti jalur kereta bawah tanah, Harus fokus pada kepentingan publik,
alih-alih nilai komersial. Inseo-dong lebih membutuhkan kereta bawah tanah
daripada distrik kita.” Ucap Sang Jin pada dua tim suksesnya.
“Mereka
kekurangan transportasi umum untuk populasi mereka. Aku yakin itu posisimu.
Kenapa tiba-tiba kau mengubah posisimu?” tanya Jung Kook heran.
“Aku
salah.” Akui Sang Jin. Jung Kook kaget mendengarnya. Tuan Kang terus mendengar
debat keduanya.
“Sima
Qian pernah mengatakan politik terbaik adalah mengikuti keinginan masyarakat, kedua
adalah memimpin masyarakat, ketiga adalah menceramahi mereka tentang moralitas,
dan politik terburuk adalah mengintimidasi mereka dengan hukuman.” Ucap Sang
Jin.
“Politik
terjahat adalah melawan masyarakat. Aku baru menyadari sekarang bahwa aku
mempraktikkan politik jahat. Karena itu aku mengubah posisiku.” Jelas Sang Jin.
“Apa
maksudmu tentang politik baik dan jahat? Kenapa kau tiba-tiba membicarakan Sima
Qian? Pak Han, bisakah kau jujur? Kau mengubah posisimu untuk memenangkan suara
dan kau akan mengubahnya lagi setelah terpilih... Akui saja...” ucap Tuan Kang
menyindir.
“Pak
Han... Kamu baru memberitahuku kemarin bahwa orang-orang tidak bisa menepati
janji yang tidak serius. Jadi, bagaimana kau bisa membuat janji yang tidak
serius padahal sudah jelas kau tidak akan menepatinya? Bahwa saat kau
menjabat...” ucap Jung Kook
“Kau
tidak melakukannya demi suara. Kau melakukannya untuk masyarakat.” Ucap Sang
Jin
Jung Kook
mengulang yang dikatakan Sang Jin sebelumnya, dan karena itulah Sang Jin tidak akan mengubah
janjinya terkait Jalur Sinbundang dan yakin pasti mengingatnya. Sang Jin
menjawab kalau tak ingat, Jung Kook hanya bisa melonggo mendengarnya.
“Apa Kau
tidak ingat? Kau mengatakannya kemarin... Kau bergurau, kan? Itu yang kau
katakan... Itu yang kamu katakan kepadaku!!!” ucap Jung Kook dengan nada tinggi.
“Aku
tidak ingat.” Kata Sang Jin. Jung Kook tak percaya karena mereka sebelumnya membicarakan
Mi Young...
“Aku
tidak mengatakan hal itu.” Tegas Sang Jin. Jung Kook yakin kalau Sang Jin yang
mengatakan hal itu.
“Bahwa kau
ingin menjadi benar walaupun kau kalah dan tidak akan melanggar ucapanmu!”
tegas Jung Kook dengan nada tinggi.
“Sekian.
Pertanyaan berikutnya.” Ucap Sang Jin mencoba mengalihkan. Jung Kook berteriak
memanggilnya. Sang Jin pun juga ikut berteriak memanggil Jung Kook.
“Aku
ulangi... Aku tidak ingat melakukan percakapan seperti itu denganmu. Apa itu
menjawab pertanyaanmu?” ucap Sang Jin. Suasana dalam ruang debat terasa tegang.
Mi Young
terlihat sangat yakin membawa Hoo Ja ke kantor polisi. Sementara Di kantor
polisi, Jaksa Choi datang bertanya pada Detektif Koo Di mana berandal yang ditangkap. Detektif Koo
menjawab kalau ada di kantor.
“Kau
yakin tentang ini, kan? Atau kita semua akan mati.” Ucap Jaksa Choi
menyakinkan.
“Kita
punya pengakuan tertulis... Jangan khawatir.” Ucap Detektif Koo. Akhirnya Jaksa
Choi mengajak masuk lebih dulu.
Jaksa
Choi melihat Tuan Ma yang masih ada didalam ruangan, dan bertanya Apa yang
terjadi pada wajahnya lalu memastikan kalau mereka memukulinya. Detektif Koo
mengelak tapi hanya ada kesalahpahaman saat penahanan.
“Itu
tidak bagus... Tangkap dia dengan perkataan di masa mendatang, paham? Tapi Dengan
perkataan, Maka akan kami coba... Aku Choi Wook Hyuk, seorang jaksa.Firasatku
mengatakan kita akan sering bertemu. Jadi, aku memperkenalkan diri kepadamu.”
Ucap Jaksa Choi lalu meminta bekas.
"Lalu
aku..." Apa yang kau tulis di sini... Apa semua ini benar? Bisakah kamu
mengatakan hal yang sama di hadapan hakim?” ucap Jaksa Choi.
Tuan Oh
dengan mulut yang masih menyembunyikan bukti mengatakan bisa tapi tak jelas.
Jaksa Choi menghela nafas melihat tingkah Tuan Ma akhirnya mengajak mulai
dengan yang lainya.
Saat itu
seorang pria dengan sepatu hitam yang licin masuk ke kantor polisi,
Mi Young
dengan wajah bahagai berbicara di telp
kalau hampir sampai. Lalu memberitahu Hoo Ja kalau Oh Sung Taek mengaku
kepada Jaksa Choi. Hoo Ja hanya tersenyum mengejek. Mi Young mengeluh Hoo Ja
itu yang terus tersenyum sambil mengejek
kalau sekarang sudah gila.
“Tidak...
Tampaknya kau tidak mengerti apa yang terjadi. Biar kuberi tahu sekarang agar
kau tidak terkejut nantinya. Begitu kita tiba di kantormu, maka situasinya akan
berubah drastis.” Ucap Hoo Ja sambil memakai body lotionya. Mi Young tak
menanggapinya.
“Saat itu
dingin sekali. Itu sangat menyakitkan. Angin bertiup dengan keras, dan kami mendaki
gunung. Tanahnya beku... Sangat beku...” cerita Tuan Oh.
Saat itu
Detektif Lee dan Detektif Koo ikut duduk bersama dengan Detektif Choi. Tuan Ma
terus bercerita kalau menggali tanah...
Saat itu Detektif Koo melonggo kaget melihat yang masuk ke ruangan
“Kau akan
menghadapi situasi yang sangat sulit. Begini, aku tidak melakukan apa pun yang
tidak menghasilkan uang. Lagi pula aku rentenir.”ucap Hoo Ja memperingatkan.
“Kenapa...
Kenapa kau ada di sini?” ucap Detektif Koo kaget melihat sosok pria yang
dianggap mati tapi ada didepan matanya.
“Kenapa
kau sangat terkejut? Apa kau melihat hantu? Apa Kalian semua sudah makan? Jika
belum, bagaimana jika kita makan dan minum soju?” ucap Tuan Ma mengejek.
Jaksa
Choi binggung bertanya Siapa dia,
Detektif Koo mengaku Tuan Ma adalah seseorang yang dikenal yaitu mereka
sebagai alumni. Tuan Ma mengeluh Detektif Ko yang menganggapnya mereka alumni
karena ia tujuh tahun lebih tua.
“Aku Ma
Sang Bum... Aku mata-mata Detektif Koo, informan, dan sumber informasi. Jika
kalian, para detektif, membutuhkan informasi, maka aku akan melayani kalian
dengan baik dengan harga rendah.” Ucap Tuan Ma yakin lalu membagikan kartu
namanya.
“Hei...
Sung Taek... Apa kau membunuh Ma Sang Bum?” tanya Jaksa Choi kebingungan. Tuan
Oh menganguk membenarkan.
“Apa itu Dia?”
tanya Jaksa Choi memastikan. Tuan Oh membenarkan. Jaksa Choi heran kalau Tuan
Oh yang mengaku membunuhnya, bagaimana mungkin Tuan Ma itu hidup
“Itu
masalahnya... Bagaimana bisa dia hidup? Aku yakin telah membunuhnya.” Kata Tuan
Oh terihat heran.
“Coba kau
Kemari... Itu tampak bagus untukmu...Ini Sama sekali tidak aneh.” Ejek Tuan Oh
memakaikan bunga matahari di teliga Tuan Oh.
Tuan Oh
pun hanya bisa tertawa. Detektif Koo hanya bisa tertunduk binggung. Jaksa Lee
akhirnya bertanya apa sebenarnya yang terjadi.
Detektif Ko mengaku ia juga tidak paham apa yang terjadi karena menerima
sebuah tip bahwa Ma Sang Bum sudah mati,
“Apa Aku
mati? Kapan aku mati?” ucap Tuan Ma kaget. Tuan Oh hanya bisa tertawa seperti
mengejek.
“Oh Sung
Taek memutilasimu dan... Hei... Itu yang baru saja kau beritahukan kepada
kami.. Kau memberi kami detail seperti itu.” Ucap Detektif Koo frustasi.
“Sung
Taek membunuh Ma Sang Bum dengan detail. Sepotong demi sepotong.” Kata Jaksa
Choi sambil tertawa.
Detektif
Koo ingin menjelaskan, Jaksa Choi terlihat marah akhirnya menyuruh mereka semua
keluar dari ruangan. Keduanya bergegas pergi.
Sang Jin
membawa lembaran yang memperlihatkan efek dari Jalur Sinbundang, sambil
menjelaskan jika empat stasiun dibangun di antara Inbuk-dong dan Gangnam, akan
butuh 14 menit untuk mencapai Stasiun Gangnam.
“Semua
hal di Gangnam akan mudah diakses. Kalian juga bisa mengharapkan kenaikan nilai
properti. Sama seperti nilai apartemen di Hwanggae yang naik tiga kali lipat
dalam tujuh tahun setelah Jalur Sinbundang dibuka pada tahun 2011. Nilai
apartemen di Inbuk-dong bisa diharapkan meningkat. .” Kata Sang Jin
“Baik.
Terima kasih, Pak Han... Berikutnya, Pak Yang Jung Gook. Silakan nyatakan
posisimu mengenai perluasan jalur kereta bawah tanah. Pentingkah memperluas
jalur kereta bawah tanah?” tanya Moderator
“Tidak...
Lingkungan kita tidak membutuhkan kereta bawah tanah. Itu pendapatku.. Aku bisa
berjanji untuk menambah jalur kereta bawah tanah untuk mendapatkan beberapa
suara dan meminta kalian memilihku... Tentu, aku juga bisa melakukan itu... Tapi
itu tidak benar.” Jelas Jung Kook.
“Terus
terang, jika kita mendapat jalur kereta bawah tanah, berapa dari kalian yang
akan naik untuk pergi ke tempat kerja? Ada Berapa banyak? Tidak ada... Semua
orang punya beberapa mobil. Siapa yang akan naik kereta bawah tanah?” kata Jung
Kook melihat para penonton.
"Kita
bisa naik kereta bawah tanah jika ada kemacetan. Kereta bawah tanah lebih
cepat." Semua itu hanya alasan. Mari kita lebih jujur di sini.” Kata Jung
Kook.
“Hanya
ada satu alasan kenapa kita menginginkan jalur kereta bawah tanah. Nilai
properti... Nilai properti! Karena jalur kereta bawah tanah akan menaikkan
nilai properti. Karena aku akan menghasilkan uang.” Tegas Jung Kook.
Mi Young
akhirnya sampai didepan gedung, lalu memuji anak buahnya yang sudah berkerja
keras. Detektif Ko menelp Mi Young
memberitahu kala Ma Sang Bum belum mati, Mi Young kaget mendengarnya. Detektif Ko memberitahu kalau Jaks Choi sudah
pergi.
“Dia tidak
mau terseret dalam hal ini. Jika kita kehilangan pengakuan Oh Sung Taek, makakita
akan kehilangan semua yang dia katakan kepada kit termasuk semua tentang
Baekkyung Capital. Tidak ada yang kredibel.” Jelas Detektif Koo
“Apa
maksudmu? Kenapa Ma Sang Bum hidup? Kau bilang kau menerima tip. Detektif Jang
sendiri yang menerima telepon itu...” kata Mi Young melihat anak buahnya yang
duduk disamping Hoo Ja.
“Menurutku
Park Hoo Ja memasang bom. Dia meledakkan Oh Sung Taek agar kita tidak bisa
menyentuhnya.”ucap Detektif Koo dengan detektif Lee yang melihatnya dari
belakang.
Mi Young
menahan amarah bertanya apa yang dilakuakn Hoo Ja itu. Hoo Ja menyindir Mi
Young itu hanya terpaku kepadanya
jadi Itulah sebabnya tidak bisa melihat
situasi. Ia menyindir Mi Young yang membuat kekacauan ini. Mi Young berteriak
marah pada Hoo Ja.
Jung Kook
pikir akan membahas topik ini, karena meraka semua dari setiap distrik Seowon.
Ia mendengar saat mereka mengatakan kereta bawah tanah mungkin akan dibangun di
Inseo-dong, lalu mengadakan demonstrasi, protes dan pergi ke Balai Kota.
“Kalian
harus malu.. Kalian menghasilkan cukup uang Karena itu kalian punya apartemen dan
mengemudi beberapa mobil, apa aku salah?” ucap Jung Kook yang sempat di sela
oleh Tuan Kang dengan nada penuh amarah.
“Siapa
kamu?” ucap Tuan Kang marah, Joo Myun hanya bisa menghela nafas.
Hoo Ja
menutup telinganya karena mendengar teriakan Mi Young, lalu mengejek kalau
istri Jung Kook itu hanya bekerja keras sampai sekarang menjadikan rivalnya.
“Keserakahanmu
tidak kenal batas.” Teriak Jung Kook marah. Tuaan Kang makin marah dengan Jung
Kook yang berani menceramahinya.
“Mari
berbagi.... Mari berbagi kekayaan!” teriak Jung Kook. Tuan Kang makin marah.
“Karena
aku sudah di sini, maka aku harus menyerahkan pengaduan perdata.” Kata Hoo Ja
yang sudah sampai didepan kantor polisi.
Jangan
hanya makan daging sapi sendirian. Mari berbagi daging bersama... Daging juga
enak.” Ucap Jung Kook.
“Siapa
kau? Dari mana asalmu?” teriak Tuan Kang berdiri sambil marah.
“Aku
penipu!.. Penipu.... “ ucap Jung Kook. Joo Myung melonggo. Seung Yi dkk
menonton dirumah pun shock, keluarga Jung Kook pun hanya bisa terdiam
mendengarnya. Sementara Jung Kook merasa
sangat melegakan mengatakannya.
Hoo Ja
akhirnya turun dari mobil dengan tangan diborgol, sambil bertanya Di mana
Kantor Kepalanya. Anak buahnya pun dibawa masuk ke dalam kantor, Detektif Koo
melihat Hoo Ja yang naik lift dengan tangan diborgol.
“Sudah
berapa lama kau menjadi mata-mata Park Hoo Ja?” ucap Mi Young pada Detektif
Jang. Detektif Jang binggung memilih untuk turun dari mobil.
Nyonya
Kim menerima kabar tentang kekacauan yang terjadi. Mi Young tak bisa menahan
emosi masuk kantor polisi dan langsung memberikan pukula pada Detektif Jang.
Detektif Koo dan yang lainnya mencoba untuk merelai.
Hoo Ja
masuk ruangan dengan tangan yang masih diborgol, lalu duduk didepan Nyonya Kim
menyindir pasti tahu alasanya datang ke ruanganya. Ia pikir Walaupun mereka butuh penahanan ini,
tapi polisi tidak seharusnya memalsukan kasus.
“Jadi Haruskah
aku melayangkan petisi nasional? Kudengar itu trend baru.” Sindir Hoo Ja.
Nyonya Kim ingin bicara tapi Hoo Ja kembali bicara.
“Ini
bukan tahun 80-an. Menuduh seorang pengusaha atas pembunuhan hanya karena kau
tidak menyukaiku... Akankah kau melakukan kesalahan ini lagi, ya atau tidak?”
kata Hoo Ja mengejek.
“Aku
tidak akan melakukan kesalahan seperti ini lagi. Tidak ada kesalahan. Maaf.”
Ucap Nyonya Kim yakin.
“Kau tahu
apa yang terjadi jika ini terjadi lagi... Kau juga akan terluka.” Jelas Hoo Ja
“ Itu
terserah kepadamu. Jika ini terjadi lagi, kami tidak akan melakukan kesalahan.”
Balas Tuan Kim
“Kau
masih tidak memahami posisimu... Pikirkanlah. Jika aku seseorang yang bisa kau
atau Kim Mi Young tangkap, aku tidak akan mencapai sejauh ini, mengalahkan
kakak-kakakku dan memanfaatkan banyak orang... Aku tidak semudah itu. Aku
sangat sulit.” Tegas Hoo Ja.
“Omong-omong,
tolong tegur mereka yang terlibat. Aku akan memeriksanya... Terutama Kim Mi
Young. Hukum dia... Jangan mencoba membebaskannya dengan cuti paksa. Kau harus
bekerja keras. Jangan lupa mengambil lembur.” Ucap Hoo Ja keluar dari ruangan
sambil mengejek. Nyonya Kim mengumpat kesal.
Di lobby
kantor polisi, Semua anak buah Hoo Ja meminta agar dilepaskan borgolnya. Hoo Ja
datang menemui Mi Young mengulurkan tanganya agar membuka borgolnya. Mi Young
membuka dengan tatapan sinis.
“Aku
sudah memberitahumu jangan berpikir memakaikan ini kepadaku... Sampai jumpa
nanti... Ada lebih banyak urusan yang mengikat kita.” Ucap Hoo Ja
memperlihatkan borgol lalu berjalan pergi. Tuan Choi pun mengajak pergi anak
buahnya pergi.
“Kalian
berdua sudah bekerja keras.” Ucap Mi Young mencoba untuk menenangkan anak
buahnya.
Hoo Ja
akhirnya keluar ruangan memuji Tuan Ma
yang Kerja bagus dan merasa senang karena sudah membiarkannya hidup.
Tuan Ma pikir tak masalah menurutnya Jika Hoo Ja membutuhkan hal lain... Hoo Ja
pikir Itu tidak akan pernah terjadi.
“Jadi,
enyahlah... Wajahmu membuatku mual.” Ucap Hoo Ja sinis. Tuan Ma menganguk mengerti.
“Tapi Hoo
Ja, aku membersihkan kotoran dan kencing Dirut, tapi itu kelewatan. Apa Kau
tahu popok orang dewasa? Bolehkah aku...”ucapTuan Ma
“Aku
tidak akan menggunakannya Lebih baik dilakukan oleh seseorang.” Kata Ho Ja
“Aku akan
pergi sekarang. Tidak, aku akan enyah.” Ucap Tuan Ma lalu beranjak pergi.
"Ma
adalah kotoran dan kencing Kotoran dan kencing adalah Ma, Ma adalah kotoran dan
kencing Kotoran dan kencing adalah Ma" Aku tidak bisa menyukai pria itu.. Semuanya,
pulanglah. Kerja bagus.” Kata Hoo Ja pada anak buahnya.
Sek Park
duduk di belakang kemudi, bertanya pada Hoo Ja kemana merea akan pergi. Hoo Ja
mengatakan untuk kembali ke kantor dan ingin tahu Tapi apa yang terjadi dengan
Jung Gook.
Bersambung
ke episode 18
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
bagus sekali ceritanya
BalasHapuskeren parahh gais
BalasHapus