PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Selasa, 09 April 2019

Sinopsis My Fellow Citizens Episode 5

PS : All images credit and content copyright : KBS

Buat kalian yang suka membaca tulisan aku meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe. 
Tinggal Klik disini, buat yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe bulan ini 
Hoo Ja sedang bermain biliard sambil berbicara di telp mengakutidak hanya asal bicara dan sudah banyak memikirkannya. Sek Park merasa kalau itu tidak benar dan ini bukan pemilihan ketua kelas tapi Anggota Majelis. Hoo Ja mengaku tidak ingin pecundang mendominasinya.
“Aku ingin mencoba mendominasi para berandal dalam politik. Itu sebabnya. Semua itu bagian dari sebuah rencana.” Ucap Hoo Ja
“Rencana apa?” teriak Sek Park, Hoo Ja mengeluh kalau Sek Park itu  terlalu berisik. Sek Park meminta maaf.
“Jika kau terus meminta maaf, itu akan menjadi kebiasaan.... Hati-hati.... Baik. Akan kuberi tahu karena kita sedang membahasnya... Rencanaku adalah...” ucap Hoo Ja.
“Ya. Itu lumayan bagus, walaupun berisiko...” komenta Sek Park. Hoo Ja tahu kalau Lumayan bagus walaupun berisiko sambil menyodok bola.
“Aku akan bertindak begitu kau memberi tanda. Dan...” kata Sek Park dan Hoo Ja menyuruh seseorang masuk ruanganya. 


“Ini yang kuselidiki tentang Detektif Kim Mi Young.” ucap Sek Park memberikan berkas.
“Adik bungsuku sangat cepat.... Apa kau tidur?” komentar Hoo Ja. Sek Park pikir harus bekerja keras dan Hoo Ja sudah memberikan pekerjaan ini.
“Tentu, bekerja keras... Kau menyia-nyiakan bakatmu karena Ayah.” Komentar Hoo Ja lalu melihat berkas ditanganya.
“Omong-omong, Kim Mi Young adalah istri Yang Jung Gook?” ucap Hoo Ja.
“Ya. Aku sudah memeriksa dengan saksama dan mengonfirmasinya. Kedua orang tuanya meninggal.” Ucap Sek Park.
“Dia suka berpesta saat bersekolah.” Ucap Hoo Ja melihat biodata Mi Young. 

Flash Back
Nyonya  Kim berbicara memberitahu saat mereka kembali ke sekolah dan berinteraksi dengan teman-temanm maka akan membuat janji yang serius. Mi Young terlihat menjadi pelajar yang nakal. Nyonya Kim melihat Mi Young langsung mendekat.
“Dia menyerang murid lain dan bertemu dengan Kepala Polisi Seowon saat dihukum.”
Nyonya Kim melihat Mi Young langsung menendang kakinya. Mi Young mengumpat kesal. Nyonya Kim bertanya apakah Mi Young tidak ingin berada di sini. 

Hoo Ja mengetahui cerita Mi Young ingin tahu apa yang terjadi pada istri dari Jung Kook. Terlihat Mi Young yang sudah babak belur oleh Nyonya Kim dan bisa mengendalikanya.
“Dia dibuat tersadar secara paksa. Keesokan harinya, dia meminta maaf kepada korbannya. Dia giat belajar untuk menjadi polisi. Jadi, dia masuk Akademi Kepolisian dan bekerja di Kejahatan Berat selama beberapa tahun, lalu pindah ke Sekolah Pendidikan Kekerasan setelah menikahi Yang Jung Gook.” Jelas Sek Park
“Dia pindah ke Kejahatan Intelektual bulan lalu.” Ucap Hoo Ja. Sek Park membenarkan.
“Jadi, dia tidak tahu suaminya penipu.” Ucap Hoo Ja. Sek Park pikir Mi Young tidak tahu.
“Baik. Bagus... Tidurlah. Kau akan sibuk malam ini... Aku menyadarkan Mi Young.” ucap Hoo Ja kembali menyodok bola dan masuk ke dalam lubang. 


Nyonya Kim dan Sang Jin makan bersama dengan Mi Young serta Jung Kook. Nyonya Kim membahas tentang Mi Young saat melancarkan pukulan pertamanya dengan nada mengejek. Mi Young meminta Nyonya Kim menghentikanya karena mereka tidak berduaan di sini.
“Lantas kenapa? Dahulu dia berandal sejati, tapi dia menjadi polisi setelah aku menghajarnya.” Ucap Nyonya Kim. Mi Young meminta Nyonya Kim berhenti karena tak enak bersama dengan suaminya.
“Kau harus berterima kasih kepada ibu, Berandal. Jika bukan karena ibu, di mana kau akan bertemu dengan seseorang seperti Jung Gook? Kau akan menikahi berandal yang memiliki tatocdi seluruh tubuhnya dan keluar masuk penjara.” Ucap Nyonya Kim bangga.
“Bu. Kau mengenal menantuku,kan? Warga Pemberani Yang Jung Gook. Pembunuh Berantai Timur Laut. Universitas Seoul.” ucap Nyonya Kim pada pelayan. Pelayan mengaku
“Tentu, aku tahu... Semua orang di sini tahu Yang Jung Gook... Selamat menikmati... Astaga. Kau tampak lebih tampan jika dilihat langsung.” Kata Pelayan lalu berjalan keluar ruangan.
“Dia bisa mendapatkan yang lebih baik.” Komentar Si pelayan melihat Jung Kook yang memiliki istri Mi Young
Nyonya Kim langsung mengumpat si pelayan adalah Wanita tidak sopan lalu berpikir butuh minuman dan meminta agar membawakan soju.  Akhirnya mereka pun minum dan Mi Young sudah setengah sadar, Mi Young mengaku dulu bersikap baik pada Nyonya Kim karena sudah tua.

“Ibu tidak bisa mengalahkan aku.” Ucap Mi Young bangga. Nyonya Kim memperingatkan kalau Mi Young mulai nakal dengannya.
“Maka Kau akan kuhajar jika terus seperti ini... Aku serius. Inilah yang sebenarnya.” Ucap Nyonya Kim
“Ibu tidak bisa mendaratkan satu pukulan pun... Ibu akan mendapat masalah, paham?” ucap Mi Young
“Jangan berbicara kepada Ibu seperti itu.” Pinta Jung Kook tak enak hati. Mi Young meminta agar Jangan ikut campur.
Keduanya mulai saling menyerang dan ingin memukul. Jung Kook panik ingin merelainya. Mi Young pikir Wanita tua ini harus diberi pelajaran. Jung Kook mencoba menahan Mi Young agar tak memukul ibunya, Sang Jin kembali datang ke restoran.
“Tidak apa-apa. Biarkan saja mereka... Aku sudah berulang kali melihatnya... Biarkan saja mereka. Mereka akan baik-baik saja. Mereka akan berpelukan dan menangis, mengatakan "Aku menyayangimu" dan "Maaf." Kata Sang Jin
“Tapi...” ucap Jung Kook tak enak hati. Sang Jin mengajak Jung Kook agar minum saja. Jung Kook pun akhirnya duduk bersama dengan Sang Jin.
“Boleh aku bicara secara informal denganmu?” kata Sang Jin. Jung Kook pun mempersilahkan.
“Kita harus mengakrabkan diri. Mari bertemu dan minum seperti ini sesekali.” Ucap Sang Jin. Jung Kook mengaku menyukainya.  Mereka pun minum bersama.
“Kudengar kau akan mengikuti pemilihan untuk Majelis Nasional.” Kata Jung Kook. Sang Jin mengaku berakhir seperti itu.
“Apa Kau selalu tertarik pada politik?” tanya Jung Kook. Sang Jin mengaku tidak.  Jung Kook ingin tahu alasanya.
“Tidak ada alasan... Aku belajar di sekolah segiat mungkin. Kini aku ingin mempelajari dunia. Buku mengatakan dunia akan menjadi lebih baik seperti ini, tapi semua itu hanya asal bicara.” Ucap Sang Jin
“Kenapa orang-orang malah diasingkan? Kenapa mereka terluka dan sedih? Buku-buku tidak menjawab itu. Walaupun buku menjawabnya, bagaimana mungkin aku bisa paham jika tidak melihatnya sendiri? Karena itu aku ingin terjun dalam politik.” Jelas Sang Jin
“Aku ingin bertemu sendiri dengan orang-orang itu, bertanya bagaimana mereka diasingkan, siapa yang melukai mereka, apa yang membuat mereka sedih, hal-hal seperti itu. Dan jika aku bisa membantu mereka, itu lebih baik lagi.” Ungkap Sang Jin.
Jung Kook langsung memuji Sang Jin memang sangat keren, seperti politisi sejati.Sang Jin pikir Jung Kook juga membenci politisi. Jung Kook mengaku tidak terlalu peduli apa pun. Sang Jin pikir sikap Tidak peduli sama dengan membenci.
“Jangan bersikap seperti itu... Hukuman terbesar karena menghindari politik adalah, Dipimpin oleh seseorang yang lebih bodoh dan menjijikkan daripada diriku sendiri.” Ucap Sang Jin
“Aku tahu. Itu pepatah yang terkenal.” Kata Jung Kook. Sang Jin mengaku Bukan itu yang ingin dikatakan.
“Hukuman terbesar karena menghindari politik adalah kau harus bekerja seumur hidupmu. Bahkan saat orang lain beristirahat dan saat kau tua. Mesin penghasil uang... Jangan hidup seperti itu. Jika kau terus bekerja tanpa henti sampai mati, itu agak menyedihkan.” Ucap Sang Jin. Mereka pun kembali minum. 



Mi Young duduk di dalam mobil dengan tatapan sedih, Jung Kook duduk dibangku depan memuji  Sang Jin tampak sangat keren dengan tidak banyak bicara,tapi bisa menyadari orang seperti dia harus terjun dalam politik. Mi Young menganguk setuju.
“Apa kau tidur?” tanya Jung Kook. Mi Young mengaku tidak. Jung Kook heran karena Mi Young tidak bicar
“Kepalaku sakit.” Kata Mi Young. Jung Kook pikir Mi Young pasti sudah mulai sadar dari mabuknya dan menyuruh Mi Young agar tidur saja.
“Aku tidak mengantuk... Lupakan soal tidur... Haruskah kita minum lagi?” ucap Mi Young. Jung Kook bingung Mi Young yang ingin minum lagi.
Mi Young berpikir Jung Kook yang tidak mau, Mi Young mengaku bukan begitu tapi menurutnya Mi Young minum banyak dengan Ibunya tadi. Mi Young mengaku sudah sadar sekarang. Jung Kook pun mengajak untuk minum bersama. Mi Young pikir juga ingin berbincang dan bertanya-tanya kemana mereka harus pergi. 

Mi Young dan Jung Kook pergi ke restoran tempat mereka sering bertemu dan mulai minum. Si bibi menyapa keduanya yang Sudah lama tidak datang. Jung Kook pun meminta maaf karena jarang datang. Si bibi pikir tak perlu karena tak ada gunanya sering datang.
“Apa Kabar kalian baik?”tanya si bibi. Jung Kook mengaku baik-baik saja. Bibi pun pami pergi mempersilahkan keduanya tinggal lebih lama di restoran.
“Apa kabar kita baik?” ucap Mi Young. Jung Kook tak mengerti maksudnya.
“Kita masih bersama, tapi benarkah kita baik-baik saja?”ucap Mi Yong. Jung Kook heran dengan sikap Mi Young.
“Aku membicarakan banyak hal dengan ibuku tadi, dan dia bertanya apakah kau dan aku sudah berbaikan. Dan itu membuatku bertanya-tanya... Apakah kita bertengkar? Kenapa kita harus berbaikan?” ucap Mi Young. Jung Kook hanya diam.
“Maksudku, kenapa kelihatannya kita harus berbaikan di mata orang lain?” ucap Mi Young. Jung Kook heran Mi Young yangmengatakan itu.
“Dahulu, kita pelega stres satu sama lain. Kita duduk bersama, berbincang, dan minum. Lalu semua kesulitan akan sirna... Karena itu kita menikah. Lalu kenapa keadaannya berubah? Sekarang, kita malah mempersulit satu sama lain.” Ucap Mi Young
“Kita duduk di sini, minum, dan berbincang berdua dengan cara yang sama, tapi kita malah membuat satu sama lain makin lelah.” Kata Mi Young. Jung Kook langsung meminta maaf.
“Tidak. Aku tidak berdebat denganmu... Aku hanya ingin bicara. Apa yang terjadi dengan kita?” kata Mi Young. 
“Aku tahu orang-orang mengusikmu setelah aku menjadi Warga Pemberani. Aku tahu itu mempersulit keadaanmu... Maaf. Semua itu salahku, jadi...’ ucap Jung Kook tertunduk
“Tidak... Aku tidak membicarakan dua pekan yang lalu. Aku membicarakan dua tahun terakhir ini. Kita Tinggal bersama, makan, dan tidur bersama bukanlah arti pernikahan... Pernikahan bukan seperti itu.” Ucap Mi Young. Jung Kook kembali meminta maaf.
“Jatuh cinta sehingga kau tidak ingin terpisah sehari pun. Bukankah itu pernikahan? Itu yang kau katakan dua tahun lalu saat kau melamarku di sini.” Ucap Mi Young. Jung Kook terdiam mendengarnya. 
Flash Back
Jung Kook melamar Mi Young mengatakan akan membahagiakan  selama sisa hidupnya. Mi Young pun mengaku juga akan melakukan hal yang sama,  akan membahagiakan Jung Kook selama sisa hidupnya. 

 

“Itu yang kita katakan... Jadi, kenapa kita... Apakah kita mengatakan lebih dari dua kata pada satu sama lain?” ucap Mi Young
“Aku sudah minta maaf.” Kata Jung Kook. Mi Youg pikir Apakah yang dikatakan orang lain benar
“Apa Bahwa itu natural saat kamu menikah?” ucap Mi Young menyindir. Jung Kook kembali meminta maaf.
“Tapi kita terlalu ekstrem.” Kata Mi Young. Jung Kook berteriak kemblai meminta maaf
“Aku sudah minta maaf! Berapa kali aku harus minta maaf?” teriak Jung Kook. Semua pengunjung sampai menatap keduanya.
“Dahulu, saat kau meminta maaf, kau sungguh terdengar menyesal, tapi kini "Aku mengerti, jadi, hentikan." Itu yang kudengar.” Komentar Mi Young
“Mengerti apa? Hentikan apa? Mi Young. Aku mengatakan ini karena aku benar-benar menyesal... Aku tidak hanya asal bicara. Aku bersungguh-sungguh.” Tegas Jung Kook. Mi Young menganguk mengerti.
“Pulanglah dahulu. Mari berbincang lain kali. “ ucap Mi Young. Jung Kook mengeluh karena Mi Young memintanya harus pergi dahulu.
“Pulanglah dahulu... Aku tidak ingin minum denganmu.” Ucap Mi Young
“Hei, Mi Young! Kau... Wah.. Kenapa aku bersusah payah?” keluh Jung Kook lalu berjalan keluar restoran. 

Jung Kook keluar restoran sempat melihat Mi Young dari jendela terlihat tak tega dan ingin masuk, tapi saat itu seseorang memanggilnya dan langsung membawa pergi. Jung Kook sudah diikat tangan dan banyak orang yang mengali tahan.
“Pak Choi? Hei, apa yang kau lakukan? Aku Warga Pemberani. Jika membunuh Warga Pemberani, kalian akan...” ucap Jung Kook panik dan mengancam.
“Diam... Aku sudah lelah karena menggali... Dasar Akar bodoh ini. Sialan... Hei. Kamu saja yang menggali. Berandal.” Kata Tuan Choi pada anak buahnya.
“Apa kamu berniat menguburku? Hei. Jangan lakukan itu. Jangan menggali, Berandal! Kau tidak perlu membunuhku.” Jerit Jung Kook panik.
Hoo Ja dengan Sek Park berjalan masuk hutan, Hoo Ja mengeluh karena Dingin sekali di luar dan berpikir untuk membunuh dia di dalam ruangan. Ia lalu mengeluh karena banyak daun yang menempel pada sepatunya.  Sek Park menyarankan untuk memakai sepatu kets. Hoo Ja mengeluh kalau sudah tak perlu karena seduah kedinginan.
Akhirnya sebuah lubang sudah dibuat dan Jung Kook berlutut dengan Hoo Ja. Tapi saat itu juga Hoo Ja berlari  karena Terlalu dingin jadi tidak bisa melakukan ini.  Jung Kook berteriak memanggil untuk meminta tolong

Jung Kook melihat sekeliling sudah ada di ruangan dan ada seseorang yang sedang mengasauh pisau. Hoo Ja sudah duduk di ruangan memanggil Jung Kook dengan berkomentar kalau Jung Kook itu pasti berpikir mereka yang tidak bisa menyentuhnya sejak menjadi Warga Pemberani.
“Apa kau takut akan mati? Jadi, kenapa kau menipu ayah kami? Dia masih koma karena mengalami stroke” ucap Hoo Ja. Jung Kook ingin bicara tapi Hoo Ja menyela.
“Pimpinan Park... Aku menjadi pimpinan yang baru.” Tegas Hoo Ja. Jung Kook pun mengikuti dengan memanggil Pimpinan Park.
“Aku turut bersimpati tentang ayahmu... Aku mengakuinya... Itu salahku... Tapi Tetap saja, ini tidak benar... Untuk apa kau membunuh seseorang karena enam juta dolar? Orang-orang akan menghakimimu karena ini.”ucap Hoo Ja
“Lanjutkan. Aku akan mendengarkanmu untuk saat ini.” Kata Hoo Ja.
“Begini... Jika... Jika kau sangat membenciku, laporkan saja aku. Aku akan mengakuinya. Aku tidak akan menyewa pengacara. Aku akan mengaku di pengadilan bahwa aku menipu ayahmu dan aku layak mati.” Ucap Jung Kook pasrah. 


“Apa Kau tahu kalau kau layak mati?” ucap Hoo Ja. Jung Kook terlihat binggung. Hoo Ja mengaku bukan itu.
“Itu hanya ekspresi...Aku tidak menyuruhmu membunuhku. Jadi, inti dari perkataanku adalah... Ampuni aku. Maaf.” Ucap Jung Kook
“Jika sudah selesai, izinkan aku bicara sekarang... Aku akan memberimu penawaran. Jika kau menolaknya, pria itu akan membunuhmu di sini. Dia sangat mahir melakukan pekerjaannya. Pak Ma hanya butuh 30 menit... Apakah 30 menit?” ucap Hoo Ja pada Tuan Ma yang sedang mengasih pisau.
“27 menit... Kurangi tiga menit untuk istirahat merokok.” Ucap Tuan Ma
“Benar. Dia memotong menjadi potongan-potongan kecil hanya dalam 27 menit. Jadi, dengarkan baik-baik dan putuskan apakah kau akan...” ucap Hoo Ja
“Akan kulakukan! Aku akan kulakukan!” teriak Jung Kook. Hoo Ja bertanya apa yang akan dilakukan.
“Aku akan melakukan apa saja! Kau bersedia mengampuniku, jadi, tentu saja...” ucap Jung Kook. Hoo Ja memastikan kalau Jung Kook memang serius. Jung Kook membenarkan.
“Ikuti pemilihan Majelis.” Ucap Hoo Ja. Jung Kook setuju lalu melonggo binggung memastikan akan menjadi anggota majelis. Hoo Ja membenarkan.
“Tapi aku penipu.” Ucap Jung Kook. Hoo Ja mengaku sudah tahu. Jung Kook pikir Hoo Ja bergurau dengannya.
“Sebelum kau membunuhku... Tidak... Lalu kenapa kau menyuruhku melakukan itu? Apa karena Warga Pemberani?” ucap Jung Kook. Hoo Ja membenarkan.
“Kau sangat populer.” Ucap Hoo Ja. Jung Kook pikir  popularitas berbeda dari itu.
“Sekalipun ikut pemilihan, orang-orang tidak akan...” kata Jung Kook. Hoo Ja ingin tahu apakah Jung Kok bersedia atau tidak
“Dengar. Meski mengikuti pemilhan, aku tidak akan menang.” Kata Jung Kook yakin
“Kau akan menang jika kubantu.” Ucap Hoo Ja yakin. Jung Kook bisa mengerti yang akan dilakukan Hoo Ja dan menurutnya zaman telah berubah.
“Alih-alih makan malam, aku akan membelikan mereka sarapan siang, dan alih-alih handuk, aku akan membagikan syal. Mereka akan memilihmu.” Kata Hoo Ja. Jung Kook ingin menyela.
“Jadi, kau tidak mau melakukannya?” teriak Hoo Ja. Jung Kook mengaku  bukannya tidak mau, tapi peluangnya...
“Kubilang, aku akan membuatmu menang.” Ucap Hoo Ja. Jung Kook pikir Hoo Ja tidak bisa menggerakkan orang dengan uang...
“Jadi, kau menolak melakukannya, bukan?”ucap Hoo Ja
“Biar kuselesaikan!Tidak semudah itu menjadi Anggota Majelis.” Ucap Jung Kook.  Ho Ja mengerti lalu meminta Sek Park memberikan ponselnya.
“Dalam situasi ini, biasanya kami membuat kesepakatan tergantung pada apakah kami akan membunuhmu atau tidak Tapi itu tidak cukup untuk perbuatanmu. Kau utang pokok, dan ini bunganya... Matilah bersama.” Ucap  Hoo Ja. 



Jung Kook binggung, ingin Siapa yang ditelepon dan Bunga apa itu maksudnya dan ingin tahu Siapa yang akan dibunuh bersamanya. Hoo Ja menelp Tuan Choi bertanya Apakah Kim Mi Young masih ada di bar itu. Tuan Choi membenarkan kalau Mi Young masih ada di sana lima menit yang lalu.
“Bagus. Kalau begitu, kau harus...” ucap Ho Ja dan Tuan Choi mulai bergerak dengan anak buahnya.
“Hei. Apa yang kau lakukan? Jangan sentuh Mi Young. Jika kau menyentuhnya...” teriak Jung Kook marah
“Bunuh dia lebih dahulu... Kim Mi Young.” kata Hoo Ja. Jung Kook berteriak marah.
Tuan Choi menyuruh anak buahnya agar masuk restoran dan Mi Young masih duduk sendirian minum. Mi Young tak sadar kalau banyak preman yang masuk ruangan.
“Berhentilah memperparah masalah. Ini menjengkelkan! Lupakan Majelis. Matilah bersama. Itu lebih mudah untuk kita berdua.” Kata Hoo Ja.
“Mari kita selesaikan di antara kita... Aku yang membuat kekacauan, jadi, jangan sakiti Mi Young! Bunuh aku saja! Jika dia terluka, atau jika sesuatu menimpanya, aku akan membuatmu menyesalinya... Paham?” kata Jung Kook mengancam.
“Kau lumayan keren. Jika kau sangat mencintai istrimu, kenapa tidak memberi tahu dia bahwa kau penipu? Jadi, aku yang hendak memberitahunya bahwa kau penipu sebelum membunuh dia. Dia akan sangat sedih. Dia sekarat, tapi dia sedih.” Ucap Hoo Ja. Jung Kook berteriak marah.
“Aku akan ikut pemilihan Majelis. Akan kulakukan! Aku akan melakukan semua perkataanmu, jadi... Jadi, kumohon.. jangan sakiti Mi Young... Aku mohon kepadamu... Dia tidak bersalah.. Aku tidak bisa melakukan itu.” Ucap Jung Kook

Para preman mendekati Mi Young yang sedikit mabuk dan Mi Young bertanya siapa pria itu
“Warga Pemberani yang kehilangan istrinya. Aku bisa mendengarnya sekarang... Suara berdatangan.. Mari kita bunuh dia. Itu langkah terbaik.” Ucap Hoo Ja.
Jung Kook mengumpat marah.  Ho Ja menyuruh Sek Park menjelaskan pada Jung Kook. Jung Kook berteriak histeris kalau  akan membunuh mereka semua dan tak percaya Hoo Ja bisa melakukan ini padanya.
“Mulai saat ini, kau Kepala Filantropi Baekkyung Capital. Semua pengeluaran yang terjadi selama kampanye...” ucap Sek Park dengan teriak Jung Kook kalau akan membunuh mereka semu.
“Hei, diam dan dengarkan... Jangan mengajukan pertanyaan nanti.” komentar Hoo Ja
“Aku akan membalasmu karena ini. Jika kamu... Jika kamu membunuh Mi Young, aku akan melakukan segala cara... Lihat saja nanti... Jangan bunuh Mi Young! Jangan bunuh dia! Aku akan membunuh kalian semua. Jika kalian tidak membunuhku, maka aku akan membalas kalian. Aku akan membunuh kalian...” teriak Jung Kook. Saat itu seorang Tuan Ma menutup mulutnya dengan lakban.
“Semua pengeluaran yang terjadi selama kampanye akan dibayar oleh Baekkyung Capital...” ucap Sek Park
“Kau tidak perlu mengeluarkan sepeser pun... Kami hanya membutuhkan tubuhmu. Apa Kedengarannya bagus?” ucap Hoo Ja.
Tuan Choi turun dari mobil ingin melihat anak buahnya. Sek Park menegaskan pada Jung Kook harus melakukan semua yang mereka inginkan selama kampanyenya jadi meminta agar Jangan mencoba menipu. Tuan Choi kaget mendengar teriak dari anak buahnya.
 “Setelah pemilihanmu terkonfirmasi, kau akan melakukan peran yang konsisten dengan Kepala Filantropi Baekkyung Capital di dalam Majelis Nasional.” Ucap Sek Park
“Dengan kata lain, turuti perintahku. Kami butuh cap ibu jarimu di perjanjian, Cepat Ambil tintanya.” Kata Hoo Ja. 
Jung Kook mencoba mengelak dan berusaha menutup jarinya. Sementara Tuan Choi kaget melihat anak buahnya melompat keluar. Hoo Ja menyuruh anak buahnya agar bisa mendapatkan cap jari tangan Jung Kook, tapi malah Jung Kook jatuh dari kursinya.
Mi Young keluar dari restoran bertanya siapa mereka. Tuan Choi mencoba berkelahi tapi Mi Young bisa melawanya dengan melempar botol. Mi Young memegang perutnya yang terkena pisau ingin tahu siapa Tuan Choi itu karena tak mengenalnya.
Tuan Choi memilih untuk kabur dan masuk mobil mencoba menelp Hoo Ja. Hoo Ja melihat Tuan Choi menelpnya meminta semua anak buahnya berhenti memaksa Jung Kook lalu memberitahu kalau Pak Choi baru saja menelepon jadi pasti sudah selesai.
Sementara Tuan Choi terlihat ketakutan dan panik karena mobil tidak mau menyala. Mi Young mengambil stick base ball di mobilnya. Hoo Ja berbicara dengan Jung Kook kalau sudah memperingatkannya kalau tidak memberikan cap ibu jarinya maka akan membawa jenazah Mi Young ke rumahnya dan menuduh Jung Kook atas pembunuhan.
“Kami akan membunuh ayah, adik, keponakanmu, dan semuanya... Itu janjiku... Apa kamu mengerti?” ucap Hoo Ja. Tuan Choi terus mencoba menelp Hoo Ja panik.
“Aku bisa memperparah keadaan daripada ini. Itu yang kupelajari, dan hanya itu yang bisa kulakukan. Apa Kau tetap tidak mau melakukannya? Bukankah lebih baik menjadi Anggota Majelis daripada pembunuh?” ucap Hoo Ja
Jung Kook berteriak marah, Hoo Ja melihat Jung Kook sangat menakutkan lalu akhirnya mengangkat telp Tuan Choi membahas jenazah Kim Mi Young... Tuan Choi mengeluh Hoo Ja yang tidak menjawab dan memberitahu kalau semua pengikut mereka ditaklukkan!
“Mobilnya tidak mau menyala... Aku hampir mati di sini! Kekacauan apa ini?” ucap Tuan Choi. Hoo Ja mencoba tetap santai
“Apa Kau belum membunuhnya? Kenapa?” ucap Hoo Ja. Tuan Choi mengeluh Hoo Ja itu sedang berbicara omong kosong.
“Bukannya kami belum membunuh dia, kami tidak bisa! Malah aku yang hampir mati!” teriak Tuan Choi dan langsung mematikan ponselnya karena Mi Young menyerang memecahkan kaca mobil. Tuan Choi mencoba menghindar.
Hoo Ja mencoba berakting masih berbicara dengan Tuan Choi dan tadi Koneksinya buruk. Ia pun mengeluh kalau Tuan Choi yang tidak membunuh dia dan Tuan Choi mencoba untuk kabur dari Mi Young keluar dari mobil. Mi Young pun mengejar dengan luka dibagian perutnya.
“Baik. Kamu merasa kasihan dengannya? Jadi, kamu belum membunuhnya? Apa Kau tidak bisa melakukannya? Dia memohon agar tidak dibunuh dan kau merasa kasihan dengannya?” ucap Hoo Ja berpura-pura menep.
“Apa Dia mengingatkanmu kepada adikmu? Kau menjadi sangat baik. Dahulu kau membunuh orang sambil makan.” Ucap Hoo Ja. Jung Kook mencoba memberontak.
Mi Young dan Tuan Choi saling kejar-kejaran. Tuan Choi memohon aar Mi Young Jangan mendekat dan Pergi saja. Mi Young terus mengejanya. Tuan Choi melompat dari ketingian dan merasakan kakinya sakit.  Mobil anak buahnya datang dan Tuan Choi langsung masuk. Mi Young mengumpat kesal melihatnya. Tuan Choi melihat Mi Young memang tak biasanya. 
Hoo Ja terus berbicara ditelp mengaku memahami perasaan Tuan Choi dan tetap meminta agar membunuhnya menurutnya itu langkah terbaik dengan melupakan tentang Majelis dan bunuh mereka semu lalu menjadi... Jung Kook panik dan mengaku kalau akan melakukanya.
“Jika kau tidak menyentuh Mi Young, maka Aku sudah memberimu jawabanku.” Ucap Jung Kook.
“Beri aku lebih banyak.” Kata Hoo Ja. Jung Kook menegaskan kalau akan melakukan apa saja bahkan Apa pun.
“Semua perkataanmu.” Ucap Jung Kook. Hoo Ja berpura-pura meminta Tuan Choi agar menghentikanya dan akan menelepon kembali.
“Pertama, bubuhkan cap ibu jarimu di perjanjian... Lepaskan ikatannya... Cepat Lakukanlah.” Kata Hoo Ja. Jung Kook pun memberikan cap jempolnya.
“Apa Kau yakin bisa menang?” ucap Hoo Ja memastikan. Jung Kook menegaskan akan melakukan sebaik mungkin.
“Jika kau kalah, maka kau dan Mi Young akan mati. Nyawamu bergantung pada ini, paham?” kata Hoo Ja memperingati. Jung Kook menganguk mengerti. 
“Silakan pergi... Temui istrimu... Aku akan menghubungimu nanti. Pergilah.” Ucap Hoo Ja. Jung Kook langsung bergegas pergi.
“Apa dia sudah pergi?” tanya Hoo Ja. Sek Park membenarkan. Hoo Ja bisa bernafas lega  menurutnya Akting mereka sudah bagus.
“Apakah Kim Mi Young setangguh itu?” ucap Hoo Ja tak percaya.
Bersambung ke episode 6

Cek My Wattpad... Stalking 



Cek My You Tube Channel "ReviewDrama Korea"

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar