PS : All images credit and content copyright : KBS
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Jung Kook
masuk ke dalam sebuah gedung dengan jas rapih berjalan ke ruangan "Pendaftaran
Kandidat" dan menyerahkan berkas "Yang
Jung Gook, Independen". Wajah Jung Kook terlihat sangat serius, akhirnya
Tim pemilu mengatakan Pendaftarannya sebagai
kandidat sudah diterima.
Joo Myung
sudah ada di ruang kemenangan, Jung Kook datang dengan satu koper. Joo Myung
berkomentar kalau Barang Jung Kook tidak banyak padahal ia sudah punya empat
tas.
“Apa Kau
sudah menyerahkan pendaftaranmu?” tanya Joo Myung. Jung Kook mengangguk sudah
melakukanya.
“Kalau
begitu, apa lagi yang kamu tunggu? Kau harus mulai berlomba.” Ucap Joo Myung.
Jung Kook mulai berpikir.
Jung Kook
naik ke atas podium didepan wartawan dengan spanduk. "Konferensi pers
pemilu sela 24 April" Ia dengan sangat yakin menyapa semua Masyarakat Seowon, mengaku sebagai Warga
Pemberani, bernama Yang Jung Gook.
“Politisi
kita telah mengecewakan masyarakat dengan perpecahan dan ketidakkompetenan. Aku
juga, sebagai warga Korea, kecewa oleh para politisi negara kita. Aku merasakan
kebutuhan atas politis yang bisa memahami masyarakat.” Ucap Jung Kook. Joo
Myung duduk menonton melihat respon wartawan.
“Aku akan
mengubah politik Korea yang dinodai dengan ketidakkompetenan. Aku akan makin
mendekati dan berempati kepada masyarakat. Aku akan berubah..” kata Jung Kook.
Nyonya
Kim yang menonton saat makan siang terlihat shock karena Jung Kook tiba-tiba
mencalonkan diri dari siaran TV. Sang
Jin yang melihat pidato Jung Kook hanya bisa tersenyum tak percaya melihatnya.
Dua anak
buah Sang Jin pun tak bisa percaya kalau adik ipar ikut menjadi calon parlemen.
Di dalam ruangan, Hoo Ja bisa tahu isi pidato yang akan dibacakan oleh Jung
Kook.
“Aku akan
berubah dari Warga Pemberani menjadi Politisi Pemberani. menjadi Politisi
Pemberani. Jadi, aku, Yang Jung Gook” ucap Hoo Ja bisa mengingat semua yang
akan dikatakan Jung Kook.
“Jadi,
aku, Yang Jung Gook ingin memberi tahu kalian bahwa aku akan mengikuti pemilihan
Anggota Majelis untuk mewakili Seowon dalam pemilu mendatang.” Ucap Jung Kook.
Didalam
ruangan, Siaran Press Jung Kook ditayangkan kalau Jung Kook akan menjawab
pertanyaan wartawan. Mi Young mencoba untuk tak peduli dengan suaminya.
Detektif Lee menonton TV terlihat santai. Detektif Na memanggil Mi Young kalau
harus melihatnya. Sementara di TV, Jung Kook sedang menjawab pertanyaan
wartawan.
“Aku Yoo
Jae Hee dari KBC. Sebagai kandidat dengan pengalaman unik yaitu Warga Pemberani,
kenapa Anda memutuskan untuk mengikuti pemilihan?” tanya wartawan
“Aku
tertarik dalam politik sebelumnya... Setiap kali aku melihat penderitaan yang
dialami orang-orang dari dekat...” ucap Jung Kook, sementara Mi Young melihat
layar komputer milik Detektif Na.
“Ini dari
kamera lobi Baekkyung Capital. Tanggal 3 April pukul 1.00..” ucap Detektif Na.
Mi Young terlihat kaget wajah suaminya terekam CCTV.
Jung Kook
terus menyakinkan kalau menjadi anggota majelis adalah kesempatan untuk
membantu. Mi Young menatap wajah suaminya dilayar seperti tak percaya, melihat
berita kalau Jung Kook akan mencalonkan diri menjadi anggota majelis.
“Aku So
Min Kyung dari DBC Kang Soo Il dengan Partai Minjin dan Han Sang Jin dengan
Partai Nasionalis juga mengumumkan diri mereka sebagai kandidat.” Ucap
Wartawan.
Mi Young
terdiam seperti tak percaya yang dikatakan Hoo Ja “Suamimu adalah penipu.” Jung
Kook terlihat sangat percaya diri didepan podium.
“Mungkin
mengejutkan karena aku kurang pengalaman dalam politik, tapi aku yakin itu mungkin
juga menjadi kelebihanku. Aku yakin kalian akan memperlihatkan kepadaku bahwa
aku bisa memercayai kalian terkait hal ini. Aku yakin jika aku memercayai
kalian, dan memperlihatkan janji serta ketulusanku berdasarkan hal itu, aku
punya peluang untuk menang.” Jelas Jung Kook meminta wartawan lain mengajukan
pertanyaan.
Mi Young
dan Detektif Na duduk di kantin, beberapa polisi datang menyindir Mi Young
kalau Suaminya mengikuti pemilihan di
Majelis dan akan menjadi istri Anggota Majelis. Mereka mengejek kalau Tidak sembarang orang bisa menjadi Anggota
Majelis.
“Dia mirip
suamiku.” Kata Mi Young mencoba mengabaikan rekan kerja polisi lain, Detektif
Na terlihat binggung hanya bisa terdiam.
“ Pria di
video keamanan itu. Bukankah dia mirip dengan suamiku?” ucap Mi Young. Detektif
Na mengaku tidak yakin.
“Bagaimana
mungkin? Dia sama persis dengannya. Bukankah karena itu kau menunjukkannya
kepadaku?” ucap Mi Young
“ Aku
yakin mereka hanya mirip saja. Bahkan keamanan di real estat palsu itu pasti
bingung.” Kata Detektif Na.
“Keamanan
apa? Siapa? Apa yang membuatnya bingung?” kata Mi Young yang kali ini binggung.
“Bukankah
Detektif Lee sudah memberitahumu?” kata Detektif Na.
menegaskan
Mi Young tidak perlu mencemaskannya menurutnya utu adalah omong kosong seorang
pria tua dan ia yang menilai itu. Mi Young ingin tahu apa yang dikatakan oleh
pria itu.
Flash Back
Detektif
Lee dan Mi Young tak sengaja bertemu dengan Hoo Ja saat akan menangkap penipu
rumah dengan ruangan yang sudah kosong dan keduanya saling menatap dingin.
“Beberapa
hari setelah mereka ditipu, aku pergi ke kantor keamanan gedung itu, berharap
si Pelaku tertangkap kamera atau semacamnya. Tapi dia mengatakan mereka tidak
punya rekaman. Seorang pria datang dan...” cerita Detektif Lee
Saati itu
petugas keamanan kaget melihat seseorang yang datang langsung merusak CPU
komputer. Si petugas keamanan terlihat kaget dan binggung.
“Dia
menghancurkan komputernya dan mengambil diska keras atau sesuatu. Jadi, aku
bertanya apakah dia melihat wajah pria itu. Aku bertanya kepadanya seperti apa
rupanya, dan dia bilang pria itu tampak sama persis seperti suamimu, Warga
Pemberani Yang Jung Gook.” Cerita Detektif Lee.
Jung Kook
mengambil semua rekaman CCTV, lalu berjalan pergi. Si petugas mengintip dari
balik pintu dan melihat sosok wajah Jung Kook dengan setalan jas panjang. Jung
Kook akhirnya mendekati si petugas yang terlihat ketakutan.
“Maaf.
Hanya ini uang tunai yang kumiliki.” Ucap Jung Kook memberikan uang pada
sipetugas lalu pergi sambil menelp.
“Aku sudah
mengurus rekaman kamera itu. Bersembunyilah sampai kau mendengar kabar dariku.”
Kata Jung Kook di telp lalu berjalan pergi.
Detektif
Lee memberitau kalau Itu sebabnya yang tidak
memberitahu Mi Young. Detektif Lee pikir
Itu hanya omong kosong menurutnya untuk apa suaminya melakukan hal itu
karena dalam yakin Jung Kook Itu Warga Pemberani. Mi Young hanya bisa terdiam,
Detektif Lee hanya bisa tertawa seperti tak percaya.
“Pemilu
sela tinggal dua pekan lagi. Pemilu ini berlangsung di 12 wilayah dan menerima banyak
perhatian di seluruh negeri. Apa Kau memprediksi apa yang akan terjadi?” ucap
MC
Sang Jin
pergi dari rumah dengan sepedanya, sementara Tuan Kim pergi dengan mobil dan
terlihat tinggal di komplek mewah. Acara bincang-bincang pun membahas tentang
Pemilu.
“Karena
pemilu ini akan memengaruhi mayoritas partai di Majelis Nasional, aku menduga akan
ada perang besar karena tidak ada yang bisa mundur. Terutama Seowon,
satu-satunya kota besar yang mengadakan pemilu sela akan menjadi medan
pertempuran.”
Sang Jin
terlihat sangat menikmati mengemudikan sepeda, mobil Tuan Kang mengerem
mendadak karena ada yang menyeberang jalan, Tuan Kang langsung mengumpat marah.
“Itu
wilayah penting. Seowon mungkin akan menjadi ekuator rakyat Korea.”
Sang Jin
akhirnya sampai di gedung dengan sepeda lalu menyambut semua timnya dengan
memperkenalkan diri. Ia menjabat semua tim kemenanganya dengan sangat ramah.
Tuan Kang masuk ke gedung dan banyak yang terlihat segan dan membungkuk memberikan
hormat.
“Karena
itu pilihan Partai Nasionalis tidak biasa. Alih-alih Bae Min Yong, Pembicara di
Majelis Kota Seowon, mereka menominasikan Han Sang Jin, pendatang baru dalam
politik berusia 40 tahun. Sebaliknya, Partai Minjin menominasikan Kang Soo Il,
yang menghabiskan bertahun-tahu sebagai pemimpin kota di dalam Seowon. Apa
pendapatmu tentang pemilu di Seowon?”
“Aku
memprediksi itu akan menjadi duel antara seorang politisi berpengalaman berusia
60-an dengan politisi baru berusia 40-an. Bagaimanapun, masih ada variabel. Pemilu
adalah pertempuran melawan variabel.” Kata pengamat politik.
Mi Young
yang ada diruangan seperti ingin memastikan lagi dengan CCTV yang diduga mirip
dengan suaminya.
“Saat kau
mengatakan "variabel", apa kau merujuk kepada Yang Jung Gook?” tanya
MC
“Ya,
benar... Dia tidak punya pengalaman dalam politik dan masuk tanpa partai
politik apa pun. Itu mungkin menjadi kekurangan baginya, tapi bukan hanya itu
yang dibutuhkan dalam pemilu. Kelebihan terbesar Yang Jung Gook adalah kepercayaan
orang-orang di dalam distrik.” Kata Pengamat politik.
Sementara
Jung Kook mengemudikan mobilnya dan anak buah Hoo Ja terus mengikutinya bahkan
sempat memberikan jempol untuk Jung Kook.
“Dia
memiliki kepercayaan dan keyakinan publik, yang tidak bisa didapatkan oleh
sebagian besar politisi. Tapi dia mendapatkannya melalui dua perbuatan baik
yang konklusif.”
Jung Kook
berjalan masuk ke lobby gedung, lalu masuk ke dalam lift terlihat poster wajah
dirinya di nomor lima sebagai calon majelis.
“Berhubungan
dengan itu, menurutku pemilu di Seowon akan menjadi pertarungan di antara
mereka bertiga termasuk Yang Jung Gook. Menurutku, kandidat yang dapat bereaksi
dengan cepat terhadap variabel akan menang.
Jung Kook
masuk ruangan melihat timnya, Chalres, Seung Yi, Hoo Ja, Sek Par dan Tuan
Choi. Setelah itu mengajak mereka mulai
rapat. Jung Kook duduk dibagian tengah, lalu terlihat standing bannernya
bertuliskan "Seowon yang Diimpikan Masyarakat"
Dalam Tim
Sang Jin, seorang wanita memberikan tabnya agar Sang Jin melihat lalu
menjelasakan Pria yang mengatakan dan melakukan apa yang menjadi tugasnya,
yaitu Talenta muda Han Sang Jin dan itu menurut pendapatnya.
“Bagaimana
dengan "pekerja muda", alih-alih "talenta muda"? "Talenta"
mungkin membuatku terkesan terlalu elite. Menurutku "pekerja" lebih
baik... Bagaimana menurutmu?”ucap Sang Jin
"Pekerja"
lebih baik. Pria yang mengatakan dan melakukan apa yang menjadi tugasnya.
Pekerja muda, Han Sang Jin. Itu sempurna. Bukan begitu?” kata si pria. Mereka
pun setuju dengan slogan tentang Sang Jin.
“Baik.
Mari kita ganti menjadi "pekerja". Haruskah kita mendikusikan
politik?” kata Sang Jin yang terlihat sangat bisa disegani anggotanya.
Sementara
di ruangan Tuan Kang, Seorang pria tua memberitahu Tuan Kang akan membangun gedung tengara yang mewakili
Inbuk-dong, yaitu Bangun sebuah pencakar langit dan sebuah taman di seberangny untuk
menciptakan sebuah tempat untuk keluarga...
“Hei...
Jangan bodoh. Ada taman di mana-mana. Kenapa kita membutuhkan area perbelanjaan
lagi?.. Lupakan. Lupakan semuanya! Cari sesuatu yang bisa kugunakan melawan Han
Sang Jin.” Ucap Tuan Kang marah
“Pemilu
di Korea sangat sederhana. Kau cengkeram leher lawanmu dan gigit serta
bertarung sampai mati!” tegas Tuan Kang
Si pria
berkomentar tentang Sang Jin kalau Itu
negatif dan meminta agar mendengarkan dan Pikirkanlah, memberitahu Kang Soo Il
adalah tambang emas, karena Tuan Kang itu menggunakan koneksi untuk menghindari
wajib militer, mendaftarkan alamat-alamat palsu, dan pernah mengemudi saat
mabuk.
“Dia
melakukan semua hal kecuali pembunuhan. Kang Soo Il adalah penjahat sungguhan.”
Kata si pria
“Tetap
saja, jangan membahas itu. Itu kampanye kotor. Kita harus menang dalam isu-isu
itu. Itu yang diinginkan masyarakat dari kita. Apa kau Paham? Mari kita kembali
ke Waduk Inbuk.” ucap Sang Jin.
“Kenapa
kita membahas waduk? Tidak ada yang pergi ke sana! Itu selalu banjir dan bau. Jangan
membuang-buang waktu untuk hal itu. Gali kekurangan Han Sang Jin saja! "Han
Sang Jin mengatakan ini." "Orang tua Han Sang Jin mengatakan
ini." "Saudara Han Sang Jin mengatakan ini." "Mereka
mengatakan ini, mereka mengatakan itu." Itu yang aku inginkan!” jerit Tuan
Kang marah.
“Hei...
Apa ini kampanye pertamamu? Bagaimana jika kamu...” keluh Tuan Kang pada tim
kemenanganya.
“Akan
kujelaskan dengan sederhana agar kau bisa mengerti. Pertama, kita gali lebih
rendah ke dalam waduk itu seperti garasi bawah tanah untuk meningkatkan volumenya.”
Kata Sang Jin dengan rencananya.
“Kita
harus memasang banyak pompa untuk mencegah meluapnya air limbah.” Kata si
wanita. Si pria pikir Lalu itu tidak
akan selalu banjir lagi Dan tidak akan bau.
“Benar. Jika
kita menyingkirkan limbahnya, air bisa mengalir dengan aman sehingga orang-orang
bisa berjalan di sana. Kemudian kita bisa membangun pusat kebugaran,
perpustakaan, dan gedung konser...” ucap Sang Jin lalu disela oleh temanya.
“Hei.. Kompleks budaya terpadu.” Kata si pria dengan
wajah senang menurutnya itu ide yang bagus dan memilih itu.
“Ide yang
bagus... Ini awal yang bagus... Mari kita teruskan seperti ini. Berikutnya,
mari kita diskusikan perumahan sangat sederhana. Apakah ada yang punya
komentar?” ucap Sang Jin.
Sementara
Jung Kook diruangan yang akan memulai rapat hanya terdiam dan tak ada yang
mulai berbicara. Tuan Kang yang ada diruangan mengeluh tentang Perumahan sangat
sederhana, menurutnya itu bukan sebuah janji, menurutnya Orang-orang di area
itu tidak akan menerimanya.
“Mereka
akan marah dan melawan jika kita mencoba membangun perumahan sangat sederhana.
Dasar bodoh. Orang-orang di sini memiliki hidup yang baik. Jangan mencemaskan
mereka.” Ucap Tuan Kang
“Kita
negatif. Negatif dalam semua aspek. Kita membutuhkan strategi dan taktik
negatif...” tegas Tuan Kang.
Si wanita
yakin Tuan Kang akan menyerang dan akan menarik serangan negatif. Ia yakin Tuan
Kang akan mengatakan "Han Sang Jin tidak memedulikan nilai properti. Dia
akan mengusir orang-orang yang punya rumah ke jalanan untuk menyelamatkan
orang-orang yang tidak punya rumah."
“Siapa
yang mengusir orang-orang ke jalanan? Dan memiliki perumahan sangat sederhana tidak
akan menurunkan nilai properti. Semuanya hanya statistik.” Ucap si pria.
Sementara
Jung Kook yang masih belum memulai rapat mengajak mereka untuk makan dulu. Hoo
Ja dkk pun setuju. Seung Yi langsung mengeluarkan ponsel untuk memesan makanan.
“Kita
tidak membicarakan statistik. Begitulah perasaan orang-orang. Apartemen bukan
sekadar rumah orang lagi. Merek apartemen adalah reputasi mereka dan luasnya
adalah gaji mereka.” Jelas si wanita. Sang Jin hanya bisa diam saja.
“Sang Jin,
mari kita pikirkan kembali tentang perumahan sangat sederhana. Jika kamu
membahasnya ke sebuah lingkungan orang kaya, maka kau akan digantung. Itu hal
tepat untuk dilakukan. Aku tahu itu, tapi itu tidak bagus. Mari kita pilih
hal-hal yang tampak bagus. oke?” kata si wanita menyakinkan.
“Menurutku
kita harus mendengar pendapat semua orang. Tolong beri tahu aku pendapatmu
tentang ini. Siapa yang belum bicara?” kata Sang Jin.
Sementara
Seung Yi sibuk memesan makan, Jung Kook mengatakan ingin makan jajangmyun. Sang
Jin sedang mendengarkan pendapat memuji timnya memberikan ide yang bagus dan
ingin tahu pendapat lainya.
Seung Yi
menyebut ingin makan Jjamppong. Sang Jin pikir ucapan anggota lainya seperti
benar dan ingin mendengar yang
lain. Tuan Choi mengatakan ingin tahu
mapo. Sang Jin baru saja mendengar ucapan berkomentar Itu pendekatan yang berbeda tapi bagus dan
meminta pendapat lain.
“Jjajang.
Bukan. Jjamppong... Tidak. Separuh untuk keduanya.” Ucap Charles.
“Semua
warga Korea merasakan hal yang sama.” Komentar Sang Jin meminta semua
pendapat yang lainya.
Seperti
keadaan berbanding terbalik dengan Jung Kook yang memesan makanan sementara
Sang Jin sedang rapat. Sementara Tuan Kang terlihat sangat marah menurutnya
semuanya negatif, Sang Jin berkomentar kalau itu tampak keluar dari topik dan
meminta pendapat lain.
Hoo Ja
ingin memesan makanan, tapi Sek Kang menyela kalau Semua orang harus menyantap
makanan yang sama karena itu akan datang lebih cepat. Sang Jin pikir pendapat
yang lainya itu yang paling masuk akal lalu mengucapkan Terima kasih.
“Apakah
semua orang sudah mendapat kesempatan? Mari kita akhiri diskusi di sini untuk
saat ini dan beri aku waktu untuk memikirkannya kembali. Akan kupikirkan dengan
sangat serius. Mari kita akhiri rapat di sini, Rapat diselesai.” Ucap Sang Jin
terlihat sangat bersahaja berbanding terbalik dengan Jung Kook.
Jung Kook
dkk akhirnya makan terpisah, Seung Yi dkk makan Menu cina sementara Hoo Ja dan
bersama dengan Tuan Choi makan mapo tahu. Charles heran karena Kim Joo Myung
tidak hadir dan berpikir kalau sedang melarikan diri
“Untuk
apa melakuan itu ? Dia akan datang. Pasti ada kemacetan.” Ucap Jung Kook yakin.
“Sun Hee
ada di kantor.” Kata Sek Park memberitahu kakaknya. Wajah Hoo Ja terlihat
tegang.
“Mari pergi
begitu Kim Joo Myung datang. Kau tinggal di sini.” Perintah Hoo Ja pada Tuan
Choi.
Joo Myung
akhirnya datang mengeluh masuk ruangan yang bau makan dan menyuruh agar segera
membuka jendela. Hoo Ja mengeluh Joo Myung yang datang terlambat. Joo Myung
mengaku kalau terjebak kemacetan. Hoo Ja pun menyuruh Joo Myung agar berangkatlah
lebih awal mulai besok. Joo Myung menganguk mengerti.
“Mulailah bekerja.” Kata Hoo Ja menatap Jung
Kook dkk lalu beranjak pergi.
“Dia
berbicara seperti memberikan perintah. Bedebah tidak sopan itu.” Keluh Joo
Myung. Tuan Choi langsung menghadang mendengarnya.
“Apa yang
kamu lihat? Apa kau marah karena aku menghina bosmu? Berhentilah membelalak
kepadaku, Berandal. Matamu akan sakit. Penjahat selalu membelalak seperti itu.
Mereka semua sama.” Ucap Joo Myung marah
“Ini Park
Wang Go... Dia keponakanku Dia akan membantumu selama kampanye. Cepat Sapa dia.”
Ucap Joo Myung pada Jung Kook. Wang Goo pun menyapa Jung Kook dengan saling
berjabat tangan.
“Hei, dia
mungkin terlihat seperti ini, tapi dia lulusan Harvard. Jurusan ekonomi. Dia
pandai.” Ucap Joo Myung memuji. Jung Kook pun memujinya kalau itu sangat Keren.
“Tidak...
Belajar adalah hal termudah.” Ucap Wang Go dan Joo Myung menyela agar mereka
bisa mengobrol nanti jadi mengajak mereka bekerja.
“Bisakah
kau melakukan apa yang kuperintahkan?” ucap Joo Myung. Jung Kook menganguk.
“Bisakah
aku memercayaimu?” kata Joo Myung. Jung Kook yakin bisa mempercayainya.
Akhirnya Joo Myung pun bisa mempercayai Jung Kook.
“Jadi,
kau percayalah kepadaku... Percayalah hanya kepadaku sampai pemilu berakhir.”
Tegas Joo Myung. Jung Kook menganguk mengerti.
“Kau
harus Ingat ini... Ini Kim Young Sam dan ini Kim Dae Jung Hanya cengkeram ini, dan
hanya lihat ini.” Ucap Joo Myung mengenggam satu tangan dan juga tangan satunya
menunjuk ke arah atas.
“Maka
kamu akan memenangkan pemilu dengan mudah.” Tegas Joo Myung. Jung Kook
menganguk mengerti.
Hoo Ja
datang melihat Soo Hee sudah ada dalam ruangan lalu bertanya alasanya datang ke
kantornya. Soo He mengaku hanya Ingin
saja karena sedang ada di dekat kantornya. Hoo Ja pikir mereka tidak cukup
akrab hingga Soo Hee mampir hanya karena
kebetulan ada di dekat sini.
“Kenapa
kau datang ke sini?” tanya Hoo Ja sudah tahu dengan sikap kakaknya yang
terlihat licik
“Jin Hee
bebas. Dia menerima pembebasan bersyarat. Dia bilang itu membutuhkan kurang
dari sebulan. Hoo Ja kecil kita yang malang. Apa yang akan kau lakukan
sekarang?” ejek Soo Hee.
“Langsung
ke intinya saja... Kenapa Nomor Dua mengkhawatirkan hal tidak penting?” kata
Hoo Ja dingin
“ Aku
takut. Tapi bagaimanapun, aku tidak akan pernah bisa menghadapimu. Jin Hee
satu-satunya yang bisa menjinakkanmu. Begitu dia bebas, aku akan meminta dia
mengajari tata krama kepada Nomor Empat yang tidak sopan.” Kata Soo Hee pada
Hoo Ja lalu melangkah pergi.
“Nomor
Lima... Kau juga harus berhati-hati.” Ucap Soo Hee pada Sek Park.
Sek Park
melihat Sun Hee panik bertanya apa yang akan mereka lakukan sekarang. Hoo Ja mengajak untuk pergi ke Cheongju
nanti. Sek Park ingin tahu alasanya. Hoo ja pikir Nomor Satu akan bebas jadi harus menyapa dia.
Mi Young
berada didalam mobil terlihat gugup berada didepan gedung dengan spanduk besar
bertuliskan "Lima, Yang Jung Gook" Didalam ruangan, Joo Myung memulai
akan menganalisis sikap Jung Kook terhadap politik.
“Kami
harus mengenalimu agar bisa menyusun strategi. Jawab dengan jujur, ya?” kata
Joo Myung. Jung Kook menganguk mengerti.
“Pertama,
apa pendapatmu tentang presiden?” ucap Wang Goo . Jun Kook memastikan kalau
yang dimaksud Presiden negara mereka. Wang Goo membenarkan.
“Untuk
apa dia menanyakan presiden negara lain?” keluh Joo Myung kesal.
“Aku tidak
punya pendapat tentang... Aku belum pernah bertemu dengannya. Jadi...” ucap
Jung Kook santai.
“Apa kau
harus menemui orang itu untuk memikirkannya? Meski tidak pernah bertemu
dengannya, maka kau bisa memikirkan seperti apa sosoknya. Lagi pula dia
presiden.” Tegas Joo Myung kesal
“Haruskah
aku mulai berpikir sekarang?” ucap Jung Kook. Joo Myung pikir lebih baik melupakan.
“Apa
gunanya? Dia terpilih bertahun-tahun yang lalu... Hei. Lupakan soal orang.
Mulailah membahas kebijakan... Dia tidak pernah bertemu dengan Kim Jong Un atau
Trump.” Ucap Joo Myung
“Apa
pendapatmu tentang deregulasi pasar tenaga kerja?” tanya Wang Goo. Jung Kook
terdiam.
“Apa itu
deregulasi?” tanya Seung Yi berbisik. Charles mengaku tidak tahu.
“Mungkin
itu cara membunuh pekerja. Aku belum pernah menggunakan metode itu.” Komentar
Charles. Joo Myung bisa mendengar keduanya.
“Hei,
kalian. Tutup mulut. Kita mendikusikan
deregulasi pasar, dan apa? Pembunuhan? Kau juga tidak tahu, kan?” ucap Joo
Myung kesal
“Aku tidak
seburuk mereka, tapi aku akan belajar. Berikan itu kepadaku.” Kata Jung kook
mencoba membela diri.
Di luar
gedung, Mi Young terlihat ragu untuk masuk dan sempat keluar masuk dari
mobilnya. Tapi akhirnya memberanikan diri masuk ke gedung tempat kemenangan
Jung Kook. Sementara di ruangan, Joo Myung terlihat kesal menurutnya Tidak ada
yang perlu ditanyakan karena Jung Kook tidak tahu apa-apa.
“Apa kau
tahu presiden kita saat ini yang ke berapa?” ucap Joo Myung. Jung Koo menyebut
Ke-21. Wang Goo memberikan tepuk tangan
membernakn.
“Mana
mungkin itu benar?” keluh Joo Myung, saat itu Mi Young sudah masuk lobby dan
naik lift dengan melihat poster foto suaminya.
“Beri
tahu aku. Berapa?” ucap Joo Myung, Jung Kook menyebut ke 20. Joo Myung
memastikan Joo Kook yakin. Charles meminta agar memberikan petunjuk.
“Hei.
Keluarlah, paham? Apa kau tidak punya rencana?” sindir Joo Myung. Charles
akhirnya menyebut presiden ke 72.
“Itu
berarti Raja Sejong adalah Presiden pertama kita.” Komentar Wang Goo. Joo Myung
yang kesal memilih untuk minum saja.
Mi Young
naik lift ke tempat Jung Kook dkk berkumpul Seung Yi dengan sangat yakin kalau
sekarang Presiden keempat. Wang Goo berkomentar kalau Itu berarti Korea menjadi
demokrasi 20 tahun yang lalu. Tuan Choi mengejek dengan tawanya kalau keduanya
memang Orang bodoh.
“Hei.
Kami bisa mendengarmu.” Kata Seung Yi marah, Tuan Choi mengaku kalau
memang Itu tujuannya.
“Jangan
meremehkan kami. Kau juga tidak tahu.” Ucap Seung Yi. Tuan Choi mengaku tahu
kalau sekarang yang ke-16.
“Ke-19!
Presiden ke-19!” ucap Charles melihat dari internet. Jung Kook yang mengeluh
karena sudah melewatkan satu. Mi Young pun akan menuju ke lantai 5
“Hei.
Kurasa pencarianmu salah... Dia benar. Memang yang ke-21. Itu yang kupelajari
di Harvard.” Kata Wang Goo. Joo Myung tak ingin membahasnya meminta mereka
berhenti.
“Jika dia
mempelajarinya di Harvard, dia pasti benar.” Kata Jung Kook. Joo Myung kembali
meminta agar berhenti membahasnya.
“Jadi,
apakah ke-19 atau ke-21?” ucap Seung Yi. Jung Kook pikir Harvard mengatakan yang ke-21, jadi, pasti
21.
“Sialan
Sudah cukup!.. Kalian Keluar. Semua orang selain Jung Gook, keluar. Menjauhlah
dariku!” ucap Joo Myung marah. Wang Goo akan ikut pergi.
“Kenapa
kau pergi? Kau ajudannya.” Keluh Joo Myung, Wang Goo berdalih kalau hanya
melakukan peregangan.
“Hamstring-ku
tiba-tiba terasa keras. Astaga.” Kata Wang Goo sambil mengangkat kakinya. Seung
Yi dan Charles sudah berjalan pergi.
“Kenapa
kau tidak pergi, Penjahat?” kata Joo Myung pada Tuan Choi yang hanya duduk diam
dikursi
“Aku di
sini untuk mengawasinya. Siapa yang akan mengawasinya jika aku pergi?” ucap
Tuan Choi
“Aku tidak
peduli. Dengarkan aku, paham? Biarkan aku bekerja!” teriak Joo Myung marah.
Sementara
Charles dan Seung Yi akan keluar tetap membahas Presiden sekarang yang ke 19,
lalu Charles kaget melihat Mi Young sedang melihat banner yang ada diujung
lorong. Jung Gook sedang berbicara dengan Joo Myung.
“Aku
tidak bisa menganalisis pendirian politikmu. Kau bukan Kiri maupun Kanan!” ucap
Joo Myung. Charles memanggil Jung Kook tapi Jung Kook tak mendengarnya.
“Mi Young
datang... Mi Young ada di luar!” kata Charles berbisik. Jung Kook akhirnya bisa
mendengar dan melotot kaget.
“Kau
benar-benar bodoh. Bagaimana aku bisa menganalisis pendirian politikmu? Kau
Harap diam dan Tutup mulutmu.” Ucap Joo Myung marah.
“Istriku
datang... Mi Young datang! Chul Soo, Seung Yi, sembunyi. Sembunyilah sekarang!”
kata Jung Kook panik
“Apa Kau
pikir dia akan mengenaliku? Kita bisa berpura-pura tidak tahu...” kata Seung Yi
akan duduk santai.
“Bagaimana
bisa kau melakukan itu? Dia melihatmu saat kita mencoba menjual gedung itu. Dia
tahu kau penipu. Jadi, sembunyilah!” kata Jung Kook.
Joo Myung
hanya bisa diam saja, sementara Wang Goo bingung melihat yang dilakukan tuan
Choi, Seung Yi dan Charles mencari tempat persembunyian. Jung Kook meminta dua temanya agar segara
bersembunyi sebelum Mi Young datang.
**
Bersambung ke episode 12
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar