PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Selasa, 30 April 2019

Sinopsis My Fellow Citizens Episode 17

PS : All images credit and content copyright : KBS

Buat kalian yang suka membaca tulisan aku meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe. 
Tinggal Klik disini, buat yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe bulan ini 
Jung Kook menatap Sang Jin tanpa rasa curiga dan terlihat percaya diri. Sang Jin terlihat melonggo menatap adik iparnya.
Flash Back
Tim sukses Sang Jin mengeluh karena masih  harus memikirkannya dan mengingatkan kalau ini Tujuh persen. Sang Jin hanya bisa diam saja seperti masih berpikir
“Jika kau tidak bisa  membalikkannya selama debat, maka tamatlah riwayat kita” jelas Si pria. Sang Jin mengaku kalau tahu akan hal itu.
“Apakah sulit sekali mengatakan kau akan memberi mereka jalur kereta bawah tanah itu? Akankah seseorang terluka atau mati jika kau menjanjikan jalur kereta bawah tanah itu.” Ucap Si pria
“Politik harus dilakukan setelah perang berakhir. Mari kita menangkan perang ini lebih dahulu. Kita tidak punya waktu mengatakan perang itu buruk ketika peluru sudah berdesing... Tidak... Tidak ada...” tegas Si wanita. 


Sang Jin terdiam lebih dulu lalu dengan yakin mengatakan  akan memastikan Jalur Sinbundang datang ke distrik mereka, itu janji yang dibuatnya. Jung Kook melonggo begitu juga Joo Myung. Sementara yang tim sukses Sang Jin berteriak gembira menonton debat.
“Jika tidak bisa, aku akan merebutnya dari mereka. Aku tergabung dalam Partai Nasionalis bersama Walikota Seowon, Chun Gap Soo. Hanya aku yang bisa mewujudkannya. Aku berjanji akan memberi kalian Jalur Sinbundang.” Ucap Sang Jin dengan sangat yakin. 

Min Young berjalan keluar dari gedung dan sangat yakin, saat itu juga Hoo Ja mengikutinya dari belakang dengan tangan diborgol, sebelum naik ke mobil bertanya pada Mi Young, apakah yakin tidak akan menyesali ini. Mi Young menganguk kalau sangat yakin.
“Baik. Mari kita usahakan sampai akhir.” Ucap Hoo Ja naik ke mobil. Mi Young pun mengajak mereka untuk pergi. 

Di ruang debat
Jung Kook tak percaya dengan keputusan Sang Jin sampai berbicara banmal, lalu mengubah bicara dengan bahasa sopan,  membahas San Jin yang selalu menyatakan bahwa perluasan Jalur Sinbundang...
Flash Back
“Infrastruktur seperti jalur kereta bawah tanah, Harus fokus pada kepentingan publik, alih-alih nilai komersial. Inseo-dong lebih membutuhkan kereta bawah tanah daripada distrik kita.” Ucap Sang Jin pada dua tim suksesnya.
“Mereka kekurangan transportasi umum untuk populasi mereka. Aku yakin itu posisimu. Kenapa tiba-tiba kau mengubah posisimu?” tanya Jung Kook heran.
“Aku salah.” Akui Sang Jin. Jung Kook kaget mendengarnya. Tuan Kang terus mendengar debat keduanya.
“Sima Qian pernah mengatakan politik terbaik adalah mengikuti keinginan masyarakat, kedua adalah memimpin masyarakat, ketiga adalah menceramahi mereka tentang moralitas, dan politik terburuk adalah mengintimidasi mereka dengan hukuman.” Ucap Sang Jin.
“Politik terjahat adalah melawan masyarakat. Aku baru menyadari sekarang bahwa aku mempraktikkan politik jahat. Karena itu aku mengubah posisiku.” Jelas Sang Jin.
“Apa maksudmu tentang politik baik dan jahat? Kenapa kau tiba-tiba membicarakan Sima Qian? Pak Han, bisakah kau jujur? Kau mengubah posisimu untuk memenangkan suara dan kau akan mengubahnya lagi setelah terpilih... Akui saja...” ucap Tuan Kang menyindir.
“Pak Han... Kamu baru memberitahuku kemarin bahwa orang-orang tidak bisa menepati janji yang tidak serius. Jadi, bagaimana kau bisa membuat janji yang tidak serius padahal sudah jelas kau tidak akan menepatinya? Bahwa saat kau menjabat...” ucap Jung Kook
“Kau tidak melakukannya demi suara. Kau melakukannya untuk masyarakat.” Ucap Sang Jin
Jung Kook mengulang yang dikatakan Sang Jin sebelumnya, dan  karena itulah Sang Jin tidak akan mengubah janjinya terkait Jalur Sinbundang dan yakin pasti mengingatnya. Sang Jin menjawab kalau tak ingat, Jung Kook hanya bisa melonggo mendengarnya.
“Apa Kau tidak ingat? Kau mengatakannya kemarin... Kau bergurau, kan? Itu yang kau katakan... Itu yang kamu katakan kepadaku!!!” ucap Jung Kook dengan nada tinggi.
“Aku tidak ingat.” Kata Sang Jin. Jung Kook tak percaya karena mereka sebelumnya membicarakan Mi Young...
“Aku tidak mengatakan hal itu.” Tegas Sang Jin. Jung Kook yakin kalau Sang Jin yang mengatakan hal itu.
“Bahwa kau ingin menjadi benar walaupun kau kalah dan tidak akan melanggar ucapanmu!” tegas Jung Kook dengan nada tinggi.
“Sekian. Pertanyaan berikutnya.” Ucap Sang Jin mencoba mengalihkan. Jung Kook berteriak memanggilnya. Sang Jin pun juga ikut berteriak memanggil Jung Kook.
“Aku ulangi... Aku tidak ingat melakukan percakapan seperti itu denganmu. Apa itu menjawab pertanyaanmu?” ucap Sang Jin. Suasana dalam ruang debat terasa tegang. 

Mi Young terlihat sangat yakin membawa Hoo Ja ke kantor polisi. Sementara Di kantor polisi, Jaksa Choi datang bertanya pada Detektif Koo  Di mana berandal yang ditangkap. Detektif Koo menjawab kalau ada di kantor.
“Kau yakin tentang ini, kan? Atau kita semua akan mati.” Ucap Jaksa Choi menyakinkan.
“Kita punya pengakuan tertulis... Jangan khawatir.” Ucap Detektif Koo. Akhirnya Jaksa Choi mengajak masuk lebih dulu. 

Jaksa Choi melihat Tuan Ma yang masih ada didalam ruangan, dan bertanya Apa yang terjadi pada wajahnya lalu memastikan kalau mereka memukulinya. Detektif Koo mengelak tapi hanya ada kesalahpahaman saat penahanan.
“Itu tidak bagus... Tangkap dia dengan perkataan di masa mendatang, paham? Tapi Dengan perkataan, Maka akan kami coba... Aku Choi Wook Hyuk, seorang jaksa.Firasatku mengatakan kita akan sering bertemu. Jadi, aku memperkenalkan diri kepadamu.” Ucap Jaksa Choi lalu meminta bekas.
"Lalu aku..." Apa yang kau tulis di sini... Apa semua ini benar? Bisakah kamu mengatakan hal yang sama di hadapan hakim?” ucap Jaksa Choi.
Tuan Oh dengan mulut yang masih menyembunyikan bukti mengatakan bisa tapi tak jelas. Jaksa Choi menghela nafas melihat tingkah Tuan Ma akhirnya mengajak mulai dengan yang lainya.
Saat itu seorang pria dengan sepatu hitam yang licin masuk ke kantor polisi, 


Mi Young dengan wajah bahagai berbicara di telp  kalau hampir sampai. Lalu memberitahu Hoo Ja kalau Oh Sung Taek mengaku kepada Jaksa Choi. Hoo Ja hanya tersenyum mengejek. Mi Young mengeluh Hoo Ja itu yang  terus tersenyum sambil mengejek kalau sekarang sudah gila.
“Tidak... Tampaknya kau tidak mengerti apa yang terjadi. Biar kuberi tahu sekarang agar kau tidak terkejut nantinya. Begitu kita tiba di kantormu, maka situasinya akan berubah drastis.” Ucap Hoo Ja sambil memakai body lotionya. Mi Young tak menanggapinya.


“Saat itu dingin sekali. Itu sangat menyakitkan. Angin bertiup dengan keras, dan kami mendaki gunung. Tanahnya beku... Sangat beku...” cerita Tuan Oh.
Saat itu Detektif Lee dan Detektif Koo ikut duduk bersama dengan Detektif Choi. Tuan Ma terus bercerita kalau  menggali tanah... Saat itu Detektif Koo melonggo kaget melihat yang masuk ke ruangan

“Kau akan menghadapi situasi yang sangat sulit. Begini, aku tidak melakukan apa pun yang tidak menghasilkan uang. Lagi pula aku rentenir.”ucap Hoo Ja memperingatkan.
“Kenapa... Kenapa kau ada di sini?” ucap Detektif Koo kaget melihat sosok pria yang dianggap mati tapi ada didepan matanya.
“Kenapa kau sangat terkejut? Apa kau melihat hantu? Apa Kalian semua sudah makan? Jika belum, bagaimana jika kita makan dan minum soju?” ucap Tuan Ma mengejek.
Jaksa Choi binggung bertanya Siapa dia,  Detektif Koo mengaku Tuan Ma adalah seseorang yang dikenal yaitu mereka sebagai alumni. Tuan Ma mengeluh Detektif Ko yang menganggapnya mereka alumni karena ia  tujuh tahun lebih tua.
“Aku Ma Sang Bum... Aku mata-mata Detektif Koo, informan, dan sumber informasi. Jika kalian, para detektif, membutuhkan informasi, maka aku akan melayani kalian dengan baik dengan harga rendah.” Ucap Tuan Ma yakin lalu membagikan kartu namanya.
“Hei... Sung Taek... Apa kau membunuh Ma Sang Bum?” tanya Jaksa Choi kebingungan. Tuan Oh menganguk membenarkan.
“Apa itu Dia?” tanya Jaksa Choi memastikan. Tuan Oh membenarkan. Jaksa Choi heran kalau Tuan Oh yang mengaku membunuhnya, bagaimana mungkin Tuan Ma itu hidup
“Itu masalahnya... Bagaimana bisa dia hidup? Aku yakin telah membunuhnya.” Kata Tuan Oh terihat heran.
“Coba kau Kemari... Itu tampak bagus untukmu...Ini Sama sekali tidak aneh.” Ejek Tuan Oh memakaikan bunga matahari di teliga Tuan Oh.
Tuan Oh pun hanya bisa tertawa. Detektif Koo hanya bisa tertunduk binggung. Jaksa Lee akhirnya bertanya apa sebenarnya yang terjadi.  Detektif Ko mengaku ia juga tidak paham apa yang terjadi karena menerima sebuah tip bahwa Ma Sang Bum sudah mati,
“Apa Aku mati? Kapan aku mati?” ucap Tuan Ma kaget. Tuan Oh hanya bisa tertawa seperti mengejek.
“Oh Sung Taek memutilasimu dan... Hei... Itu yang baru saja kau beritahukan kepada kami.. Kau memberi kami detail seperti itu.” Ucap Detektif Koo frustasi.
“Sung Taek membunuh Ma Sang Bum dengan detail. Sepotong demi sepotong.” Kata Jaksa Choi sambil tertawa.
Detektif Koo ingin menjelaskan, Jaksa Choi terlihat marah akhirnya menyuruh mereka semua keluar dari ruangan. Keduanya bergegas pergi. 



Sang Jin membawa lembaran yang memperlihatkan efek dari Jalur Sinbundang, sambil menjelaskan jika empat stasiun dibangun di antara Inbuk-dong dan Gangnam, akan butuh 14 menit untuk mencapai Stasiun Gangnam.
“Semua hal di Gangnam akan mudah diakses. Kalian juga bisa mengharapkan kenaikan nilai properti. Sama seperti nilai apartemen di Hwanggae yang naik tiga kali lipat dalam tujuh tahun setelah Jalur Sinbundang dibuka pada tahun 2011. Nilai apartemen di Inbuk-dong bisa diharapkan meningkat. .” Kata Sang Jin
“Baik. Terima kasih, Pak Han... Berikutnya, Pak Yang Jung Gook. Silakan nyatakan posisimu mengenai perluasan jalur kereta bawah tanah. Pentingkah memperluas jalur kereta bawah tanah?” tanya Moderator 

“Tidak... Lingkungan kita tidak membutuhkan kereta bawah tanah. Itu pendapatku.. Aku bisa berjanji untuk menambah jalur kereta bawah tanah untuk mendapatkan beberapa suara dan meminta kalian memilihku... Tentu, aku juga bisa melakukan itu... Tapi itu tidak benar.” Jelas Jung Kook.
“Terus terang, jika kita mendapat jalur kereta bawah tanah, berapa dari kalian yang akan naik untuk pergi ke tempat kerja? Ada Berapa banyak? Tidak ada... Semua orang punya beberapa mobil. Siapa yang akan naik kereta bawah tanah?” kata Jung Kook melihat para penonton.
"Kita bisa naik kereta bawah tanah jika ada kemacetan. Kereta bawah tanah lebih cepat." Semua itu hanya alasan. Mari kita lebih jujur di sini.” Kata Jung Kook.
“Hanya ada satu alasan kenapa kita menginginkan jalur kereta bawah tanah. Nilai properti... Nilai properti! Karena jalur kereta bawah tanah akan menaikkan nilai properti. Karena aku akan menghasilkan uang.” Tegas Jung Kook. 


Mi Young akhirnya sampai didepan gedung, lalu memuji anak buahnya yang sudah berkerja keras.  Detektif Ko menelp Mi Young memberitahu kala Ma Sang Bum belum mati, Mi Young kaget mendengarnya.  Detektif Ko memberitahu kalau Jaks Choi sudah pergi.
“Dia tidak mau terseret dalam hal ini. Jika kita kehilangan pengakuan Oh Sung Taek, makakita akan kehilangan semua yang dia katakan kepada kit termasuk semua tentang Baekkyung Capital. Tidak ada yang kredibel.” Jelas Detektif Koo
“Apa maksudmu? Kenapa Ma Sang Bum hidup? Kau bilang kau menerima tip. Detektif Jang sendiri yang menerima telepon itu...” kata Mi Young melihat anak buahnya yang duduk disamping Hoo Ja.
“Menurutku Park Hoo Ja memasang bom. Dia meledakkan Oh Sung Taek agar kita tidak bisa menyentuhnya.”ucap Detektif Koo dengan detektif Lee yang melihatnya dari belakang. 


Mi Young menahan amarah bertanya apa yang dilakuakn Hoo Ja itu. Hoo Ja menyindir Mi Young itu  hanya terpaku kepadanya jadi  Itulah sebabnya tidak bisa melihat situasi. Ia menyindir Mi Young yang membuat kekacauan ini. Mi Young berteriak marah pada Hoo Ja. 

Jung Kook pikir akan membahas topik ini, karena meraka semua dari setiap distrik Seowon. Ia mendengar saat mereka mengatakan kereta bawah tanah mungkin akan dibangun di Inseo-dong, lalu mengadakan demonstrasi, protes dan pergi ke Balai Kota.
“Kalian harus malu.. Kalian menghasilkan cukup uang Karena itu kalian punya apartemen dan mengemudi beberapa mobil, apa aku salah?” ucap Jung Kook yang sempat di sela oleh Tuan Kang dengan nada penuh amarah.
“Siapa kamu?” ucap Tuan Kang marah, Joo Myun hanya bisa menghela nafas. 


Hoo Ja menutup telinganya karena mendengar teriakan Mi Young, lalu mengejek kalau istri Jung Kook itu hanya bekerja keras sampai sekarang menjadikan rivalnya.
“Keserakahanmu tidak kenal batas.” Teriak Jung Kook marah. Tuaan Kang makin marah dengan Jung Kook yang berani menceramahinya.
“Mari berbagi.... Mari berbagi kekayaan!” teriak Jung Kook. Tuan Kang makin marah.
“Karena aku sudah di sini, maka aku harus menyerahkan pengaduan perdata.” Kata Hoo Ja yang sudah sampai didepan kantor polisi.
Jangan hanya makan daging sapi sendirian. Mari berbagi daging bersama... Daging juga enak.” Ucap Jung Kook.
“Siapa kau? Dari mana asalmu?” teriak Tuan Kang berdiri sambil marah.
“Aku penipu!.. Penipu.... “ ucap Jung Kook. Joo Myung melonggo. Seung Yi dkk menonton dirumah pun shock, keluarga Jung Kook pun hanya bisa terdiam mendengarnya.  Sementara Jung Kook merasa sangat melegakan mengatakannya.
Hoo Ja akhirnya turun dari mobil dengan tangan diborgol, sambil bertanya Di mana Kantor Kepalanya. Anak buahnya pun dibawa masuk ke dalam kantor, Detektif Koo melihat Hoo Ja yang naik lift dengan tangan diborgol.
“Sudah berapa lama kau menjadi mata-mata Park Hoo Ja?” ucap Mi Young pada Detektif Jang. Detektif Jang binggung memilih untuk turun dari mobil.
Nyonya Kim menerima kabar tentang kekacauan yang terjadi. Mi Young tak bisa menahan emosi masuk kantor polisi dan langsung memberikan pukula pada Detektif Jang. Detektif Koo dan yang lainnya mencoba untuk merelai.




Hoo Ja masuk ruangan dengan tangan yang masih diborgol, lalu duduk didepan Nyonya Kim menyindir pasti tahu alasanya datang ke ruanganya.  Ia pikir Walaupun mereka butuh penahanan ini, tapi polisi tidak seharusnya memalsukan kasus.
“Jadi Haruskah aku melayangkan petisi nasional? Kudengar itu trend baru.” Sindir Hoo Ja. Nyonya Kim ingin bicara tapi Hoo Ja kembali bicara.
“Ini bukan tahun 80-an. Menuduh seorang pengusaha atas pembunuhan hanya karena kau tidak menyukaiku... Akankah kau melakukan kesalahan ini lagi, ya atau tidak?” kata Hoo Ja mengejek.
“Aku tidak akan melakukan kesalahan seperti ini lagi. Tidak ada kesalahan. Maaf.” Ucap Nyonya Kim yakin.
“Kau tahu apa yang terjadi jika ini terjadi lagi... Kau juga akan terluka.” Jelas Hoo Ja
“ Itu terserah kepadamu. Jika ini terjadi lagi, kami tidak akan melakukan kesalahan.” Balas Tuan Kim
“Kau masih tidak memahami posisimu... Pikirkanlah. Jika aku seseorang yang bisa kau atau Kim Mi Young tangkap, aku tidak akan mencapai sejauh ini, mengalahkan kakak-kakakku dan memanfaatkan banyak orang... Aku tidak semudah itu. Aku sangat sulit.” Tegas Hoo Ja.
“Omong-omong, tolong tegur mereka yang terlibat. Aku akan memeriksanya... Terutama Kim Mi Young. Hukum dia... Jangan mencoba membebaskannya dengan cuti paksa. Kau harus bekerja keras. Jangan lupa mengambil lembur.” Ucap Hoo Ja keluar dari ruangan sambil mengejek. Nyonya Kim mengumpat kesal. 



Di lobby kantor polisi, Semua anak buah Hoo Ja meminta agar dilepaskan borgolnya. Hoo Ja datang menemui Mi Young mengulurkan tanganya agar membuka borgolnya. Mi Young membuka dengan tatapan sinis.
“Aku sudah memberitahumu jangan berpikir memakaikan ini kepadaku... Sampai jumpa nanti... Ada lebih banyak urusan yang mengikat kita.” Ucap Hoo Ja memperlihatkan borgol lalu berjalan pergi. Tuan Choi pun mengajak pergi anak buahnya pergi. 


 Detektif Ko kebingungan bertanya, apa yang akan terjadi kepada merkea sekarang dan mungkin sesuatu terjadi kepada Mi Young. Mi Young pikir  yang melakukan kontak, dan itu operasinya jadi  ia yang akan menanggung kegagalan ini.
“Kalian berdua sudah bekerja keras.” Ucap Mi Young mencoba untuk menenangkan anak buahnya. 
Hoo Ja akhirnya keluar ruangan memuji Tuan Ma  yang Kerja bagus dan merasa senang karena sudah membiarkannya hidup. Tuan Ma pikir tak masalah menurutnya Jika Hoo Ja membutuhkan hal lain... Hoo Ja pikir  Itu tidak akan pernah terjadi.
“Jadi, enyahlah... Wajahmu membuatku mual.” Ucap Hoo Ja sinis.  Tuan Ma menganguk mengerti.
“Tapi Hoo Ja, aku membersihkan kotoran dan kencing Dirut, tapi itu kelewatan. Apa Kau tahu popok orang dewasa? Bolehkah aku...”ucapTuan Ma
“Aku tidak akan menggunakannya Lebih baik dilakukan oleh seseorang.” Kata Ho Ja
“Aku akan pergi sekarang. Tidak, aku akan enyah.” Ucap Tuan Ma lalu beranjak pergi.
"Ma adalah kotoran dan kencing Kotoran dan kencing adalah Ma, Ma adalah kotoran dan kencing Kotoran dan kencing adalah Ma" Aku tidak bisa menyukai pria itu.. Semuanya, pulanglah. Kerja bagus.” Kata Hoo Ja pada anak buahnya.
Sek Park duduk di belakang kemudi, bertanya pada Hoo Ja kemana merea akan pergi. Hoo Ja mengatakan untuk kembali ke kantor dan ingin tahu Tapi apa yang terjadi dengan Jung Gook. 

Bersambung ke episode 18

Cek My Wattpad... Stalking 



Cek My You Tube Channel "ReviewDrama Korea"

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 

2 komentar: