PS : All images credit and content copyright : TVN
Ji Woo
buru-buru menghapus air matanya saat melihat mobil Sun datang, lalu masuk ke
dalam mobil. Seo Yeon ingin tahu apa yang ditinggalkan Dae Young sampai hanya
mengantar Ji Woo di pinggir jalan. Ji Woo mengaku kalau Dae Young ada sesuatu
yang penting.
“Jika itu
masalahnya, dia harusnya lebih berhati-hati.” Keluh Seo Yeon. Sun melihat Ji
Woo.
“Guru Ji
Woo , apa kau sakit?” tanya Sun khawatir.
Ji Woo mengaku hanya capek saja.
“Aku akan
tidur di belakang selama perjalanan pulang.” Kata Ji Woo menahan air matanya.
Dae Young
kembali ke restoran Kimchi sujebi, memeriksa di toilet lalu sempat bertanya pada pelangan apakah melihat
cincin di atas meja. Tapi keduanya mengelengkan kepala.
“Permisi...
Apa Anda melihat cincin saat membersihkan meja ini?” tanya Dae Young pada
pelayan
“Tidak
tahu. Aku sangat sibuk dan hanya menyapu semuanya ke tempat sampah.” Kata Si
pelayan.
Dae Young
akhirnya pergi ke tempat sampah mencari cincinya. Bibi pemilik datang melihat
Dae Young sampahnya berantakan, dan berpkir kalau dilakukan karena tidak menerima
tawarannya. Dae Young meminta maaf kalau hanya mencari... Si bibi tak peduli
menyuruh Dae Young segera bersihkannya. Dae Young kebingungan karena bisa menghilangkan cincinya.
Pagi
hari, Seo Yeon merawat Ji Woo sambil menelp mengaku adiknya Perawat Lee Ji Woo,
kalau kakaknya mengalami demam, jadi meminta untuk bisa ganti jam kerja setelah itu menutup
telpnya.
“Makanlah bubur yang kubuat dan pastikan minum
obatmu. Aku ada urusan setelah bekerja, jadi istirahatlah hari ini...
Mengerti?” kata Seo Yeon khawatir melihat Ji Woo yang sakit. Ji Woo miringkan
tubuhnya.
“Harusnya
kau tak perlu ikut... Jadi Kau istirahat saja.” Ucap Seo Yeon menyesal. Ji Woo
hanya diam seperti rasa kecewanya membuatnya sakit.
Seo Yeon
masuk ruangan melihat Dae Young tak percaya kalau temanya itu menghabiskan malam di sini dan langsung
datang ke kantor. Dae Young seperti baru tersadar dari lamunan melihat Seo Yeon
datang. Seo Yeon ingin tahu apakah Dae Young sudah menemukan yang dicari.
“Kenapa
kau di sini pagi-pagi?” tanya Dae Young seperti mengalihkan pembicaraan.
“Aku
bangun pagi karena Ji Woo mengalami demam.” Ucap Seo Yeon. Dae Young ingin tahu
apakah Ji Woo sakit.
“Ya, dia
sakit. Demamnya juga tinggi. Perjalanan kemarin pasti sudah membebani dia.”
Kata Seo Yeon. Dae Young terdiam merasa bersalah karena meninggalkan Ji Woo di
pinggir jalan.
“Aku
hampir lupa. Aku sudah mengambil kartu namamu.” Ucap Seo Yeon memberikan kartu
nama untuk Dae Young.
Dae Young
membaca namanya “Presdir Goo Dae Young” dan nama perusahanya “Let's Eat” tanpa
banyak ekpresi bersemangat memuji kalui itu Bagus. Seo Yeon heran melihat Dae
Young tidak terdengar bersemangat.
“Tulisannya,
"Presdir Goo Dae Young"... Bukankah seharusnya kau lebih bersemangat?
Saat aku menerima kartu nama bisnis pertamaku sebagai presdir, aku melompat dan
berteriak seperti orang gila di jalanan New York.” Ungkap Seo Yeon sebelumnya
pernah menjadi Presdir.
“Apa
karena restoran kimchi sujebi? Sudahlah.. Lupakan saja dan cari tempat baru... Dunia
ini besar dan ada banyak restoran yang enak... Kita pasti bisa, Presdir Goo.”
kata Seo Yeon memberikan semangat.
“Terima
kasih... Kau dan Ji Woo memberiku kekuatan...” ucap Dae Young
“Kalau
begitu ayo kita bahas tentang restoran Apa Kau melihat draf dari perusahaan
aplikasi? Kurasa itu keputusan yang bagus untuk bekerja langsung dengan mereka.
Aku suka. Bagaimana denganmu?” tanya Seo Yeon penuh semangat.
“Aku
belum lihat dan akan melihatnya sekarang.” Kata Dae Young mencoba konsetrasi
melihat komputer.
Seo Yeon
pulang melihat Ji Woo sedang melipat pakaian lalu berteriak kesal karena
seharusnya istirahat di tempat tidur. Ji Woo mengaku sudah baikan karena
Sekarang sudah musim gugur, jadi membersihkan lemarinya dan Berbaring tidak
melakukan apa-apa untuk sakit kepalanya.
Terdengar
suara bel rumah, ternyata Sun datang dengan sebuket bunga. Seo Yeon senang
melihatnya berpikir kalau Sun sekarang bisa datang kapan pun yang dinginkanya.
“Bagaimana
kau tahu aku suka bunga-bunga ini?” ucap Seo Yeon. Sun mengaku kalau datang untuk menjenguk Ji
Woo lalu memberikan buket bunganya.
“Kau tak
mengangkat teleponmu, jadi aku menelepon rumah sakit. Katanya kau sedang sakit.
Apa Kau sekarang sudah baikan?” kata Sun. Seo Yeon kesal ternyata buket bunga untuk
Ji Woo
“Ya, aku
tidak apa-apa... Terima kasih untuk ini.” Kata Ji Woo
“Perawat
harus lebih memperhatikan dirinya sendiri. Kenapa kau tidak mengambil cuti dan
melakukan pemeriksaan? Kau kelihatan kurus.” Kata Sun khawatir. Seo Yeon makin
kesal mendengarnya.
Dae Young
pulang masih dengan wajah lesu mencuci wajahnya lalu mengambil handuk, tak
sengaja menjatuhkan cincin yang ada dibawah handuk.
Flash Back
Dae Young
seperti baru bangun tidur melepaskan cincinya lalu seperti terlupakan karena
menerima telp dari Perusahaan Pengepakan
Barang, sambil mengatakan kalau akan berterima kasih jika akan melakukannya.
Sun
menuruni tangga dan akan pulang, Seo Yeon mengantar dengan wajah kesal berpikir
Sun sedang jual mahal. Sun terlihat binggung, Seo Yeon pikir Sun mencoba
bersikap tidak acuh karena dirinya yang tidak membuka diri.
“Apa Kau
sudah membuka diri padaku? Benarkah?” kata Sun tak percaya. Seo Yeon terlihat
binggung menjawabnya.
“Biarkan
aku melewati batas lagi.” Kata Sun lalu memberikan kecupan di pipi Seo Yeon,
dengan senyuman bahagia menyuruh Seo
Yeon masuk sambil melambaikan tangan pergi.
“Apa Dia
melewati batas hanya untuk mencium pipi? Padahal Bibirku tidak begitu jauh.”
Keluh Seo Yeon memegang pipinya tapi tersenyum bahagia.
Sun berjalan
pulang melihat Dae Young sedang duduk sendirian di restoran, lalu masuk
bertanya kenapa Dae Young yang minum sebanyak itu sendirian tanpa ada makanan
sama sekali. Dae Young melihat Sun merasa senang karena Sun datang.
“Biarkan
aku menggunakanmu sebagai alasan dan minum soju lagi.” Kata Dae Yong meminta
gelas dan juga sebotol soju lagi.
“Apa
bisnismu tidak berjalan dengan baik? Keadaan akan jauh lebih sulit nantinya dan
Kau juga bukannya akan melihat ini.” Saran Sun berpikir Dae Young stress karena
bisnisnya.
“Aku
tidak berharap akan lupa.” Ucap Dae Young yang mabuk. Sun terlihat binggung.
“Ada
seseorang yang sangat berharga bagiku. Tapi aku kehilangan dia dalam kecelakaan
dua tahun lalu. Aku tidak pernah lupa mengenakan cincin dan itu seperti ingatan
kami bersama. Tapi aku melepasnya dari jariku setelah beberapa waktu.” Cerita
Dae Young
“Aku
benar-benar lupa saat aku melepasnya dan di mana menaruhnya, hanya setelah dua
tahun sejak kecelakaan itu. Aku sangat ingin meminta minta maaf.” Kata Dae
Young
“Itu bukan
sesuatu yang harus disesali. Orang biasanya tidak bisa melupakan kenangan masa
lalu mereka karena batas otak mereka. Itu sebabnya cara lain untuk menyimpan
ingatan telah dikembangkan. Bahkan data yang tersimpan dalam perangkat menjadi
teruap setelah dua tahun karena elektrifikasi. Dengan kata lain, data yang
disimpan akan dihapus.” Jelas Sun
“Yang
ingin kukatakan... Mungkin terlihat canggung karena aku tidak pernah menghibur
siapa pun sebelumnya. Ini Bukannya kau melupakannya dengan sengaja. Tapi Kau
baru saja melupakannya seiring berjalannya waktu, jadi itu wajar saja. Kau jangan
merasa menyesal atau menyalahkan dirimu
sendiri... Itu bukan salahmu dan Pada akhirnya, kau tidak bisa kembali ke masa
lalu. Kau hanya perlu bergerak ke depan bersama dengan aliran waktu yang sedang
berjalan.” Jelas Sun.
Dae Young
terbangun setelah mabuk lalu melihat cincin di atas buffet dan hanya
menatapnya, seperti masih merasa menyesal. Ji Woo keluar dari rumah melihat
kemeja Dae Young yang kering tanpa diangkat. Seo Yeon pulang kerumah heran
melihat Ji Woo sedang menyetrika kemeja.
“Di mana
kau mendapatkan kemeja ini?” tanya Seo Yeon heran
“Mungkin
karena Dae Young sibuk, tapi baju-baju ini tergantung di tali jemuran selama
beberapa hari.” Kata Ji Woo
“Aku tahu
kau norak, dan sekarang, kau bertindak seperti wanita di Dinasti Joseon. Apa
Kau menyetrika pakaian untuk suamimu yang dipromosikan? Dasar Wanita yang
berbakti.” Ejek Seo Yeon
“Ini
hanya baju untuk di setrika, jadi jangan berlebihan.” Balas Ji Woo
“Lihatlah
siapa yang berlebihan, Kau yang melakukan hal seperti itu. Kenapa kau tidak mengungkapkan
perasaanmu padanya?” kata Seo Yeon. Ji Woo mengeluh Seo Yeon membahas tentang
itu lagi.
“Aku mengatakan
ini karena suatu alasan. Apa Kau tidak lihat bagaimana dia tak mengenakan
cincinnya? Pada awalnya, kupikir dia lupa memakainya karena tidak sengaja, tapi
dia tidak memakainya selama berhari-hari sekarang. Dasar Kau bodoh, kau
merindukan itu, kan? Coba Pikirkan tentang itu. Dae Young pasti sudah
melupakannya...” kata Seo Yeon yakin
“Dia
tidak melepasnya, tapi menghilangkannya. Dia meninggalkanku di jalan untuk
mencari cincinnya hari itu.” Akui Ji Woo. Seo Yeon kaget mendengarnya.
“Jadi
maksudmu itu, apa yang terjadi di Mukhohang?” kata Seo Yeon langsung mengambil
kemeja milik Dae Young dan membuangnya. Ji Woo heran dengan sikap Seo Yeon.
“Hei...
Kau kenapa? Dia meninggalkanmu di sana di malam hari karena tidak bisa
melupakan mantannya. Jadi kenapa kau melakukan ini untuknya? Hentikan. Itu
sudah cukup untukmu... Biarkan dia hidup dengan masa lalunya selama sisa
hidupnya... Aku akan mencarikanmu pria yang jauh lebih baik.” Kata Seo Yeon
“Aku
tidak apa-apa... Sekarang ini lebih baik dari hidupku sebelum aku bertemu
dengannya lagi.” Kaa Ji Woo pasrah.
“Ini tidak
bagus sama sekali... Kau sayang padanya, tapi bagaimana dengan dirimu sendiri? Kau
sudah cukup menderita karena aku dan Ibu. Jadi Kau harus bahagia sekarang.”
Tegas Seo Yeon kesal.
Ji Wo
melihat Dae Young baru pulang sudah pulang kerja melihat kalau kelihatan capek.
Dae Young mengaku kalau sedikit lelah. Ji Woo memberitahu kalau menyetrika
bajunya karena melihat tergantung di tali jemuran selama berhari-hari.
“Kau
tidak perlu melakukannya... Kau selalu membantuku...Maksudku, aku tidak
pindah ke sebelah rumah untuk itu... Bagaimana
aku harus membalas kebaikanmu? Apa ada yang ingin kau makan? Aku akan
mentraktirmu.” Kata Dae Young
“Tidak heran
kau memang Shiksyanim, melihat bagaimana kau selalu mau membelikanku makanan.”
Ucap Ji Woo memuji
“Lalu apa
ada yang kau butuhkan atau diinginkan?” kata Dae Young. Ji Woo pikir cukup mampu membeli apa yang dibutuhkan.
“Kalau
begitu beri tahu aku kapan pun kau mau sesuatu atau butuh bantuanku... Aku akan
urus semuanya untukmu.” Ucap Dae Young yakin
“Kau
tidak seharusnya membuat janji seperti itu dengan gegabah. Karena Kau akan
menyesalinya.” Kata Ji Woo
“Kenapa
aku tak bisa melakukannya untukmu? Kenapa? Apa Kau sedang mengalami sesuatu?”
tanya Dae Young penasaran.
“Aku...
menyukaimu... Itu menggangguku.” Kata Ji Woo. Dae Young kaget mendengarnya dan
hanya bisa melonggo.
“Kau
cinta pertamaku... sejak aku berumur 20 tahun.” Akui Ji Woo. Dae Young ingin
bicara tapi disela oleh Ji Woo.
“Aku tahu
kau punya pacar... Bukannya aku ingin atau mengharapkan sesuatu darimu. Tapi
Itu hanya perasaanku saja... Kau bilang aku harus mengatakan apa pun yang
menggangguku.” Ucap Ji Woo. Dae Young hanya terdiam tanpa bisa berkata-kata
“Coba Lihat
Sekarang, Kau tidak harus membuat janji seperti itu dengan gegabah.” Kata Ji
Woo mengejek.
“Apa itu
cukup mengganggumu?” tanya Dae Young. Ji Woo mengaku hanya menyimpan banyak hal
di hatinya jadi setidaknya ingin mendapatkan satu hal dari hatinya sekarang.
Dae Young hanya menatap terdiam.
“Hei,
jangan membuat wajah serius seperti itu... Aku tidak akan begadang semalaman memikirkanmu,
menangis, dan tidak makan berhari-hari. Aku punya pekerjaan dan merawat Ibuku, Ada
banyak sekali hal dalam pikiranku.” Jelas Ji Woo
“Di usia
20-an, cinta adalah segalanya dan membuatnya seperti masalah besar. Aku tidak
seperti dulu lagi... Maafkan jika kau membuatmu merasa tidak enak, tapi kau juga
sedikit bertanggung jawab... Kau bisa Hidup sebanyak itu, mengerti?” kata Ji
Woo. Dae Young tetap diam.
Dae Young
menatap kemeja yang sudah disetrika Ji Woo, teringat kembali kenanganya.
Flash Back
Dae Young
menelp Ji Woo ingin tahu keberadaanya, karena baru pulang dan lapar jadi
mengajaknya makan. Ji Woo baru pulang kerja mengaku masih di rumah sakit jadi tak bisa makan bersama,
saat itu Dae Young melihat Ji Woo yang berbohong lalu berjalan pergi
meninggalkan rumah.
“Aku
tidak mau kita putus.” Kata Ji Woo saat berjalan dengan Dae Young, Dae Young
binggung apa maksudnya.
“Kita ini
teman... Teman bisa menjadi teman selamanya... Jadi jangan pernah berpisah...
Berjanjilah.” Kata Ji Woo
“Apa Kau
ini mabuk? Tapi Baik. Kita tidak boleh berpisah.” Ucap Dae Young
Ji Woo berbaring
di tempat tidur. Seo Yeon pikir Ji Woo sakit lagi dan mendengar Ji Woo sedang
menangis. Ji Woo akhirnya bangun dari
tempat duduknya mengaku akau umurnya sudah 34 tahun dan tak ingin ada rasa sakit
seperti saat umur 20 tahun.
“Tapi meskipun
aku 34 tahun, ditolak seperti ini ternyata menyakitkan.” Uacp Ji Woo.
“Apa
maksudmu? Bagaimana kau ditolak?” tanya Seo Yeon kaget dan binggung.
“Aku...bilang
pada Dae Young kalau aku menyukainya.” Akui Ji Woo. Seo Yeon kaget tapi memuji
kalau itu kerja bagus.
“Begitulah
caramu mengatasinya, Kau melakukan semua yang kau bisa... Kenapa aku mengambil semua
yang Dae Young berikan dan membuat mereka tumbuh? Pertama, Kacang lalu perasaanku
padanya.” Ucap Ji Woo sedih.
Seo Yeon
duduk diam di depan rumahnya, lalu mengeluh pada anjing Ji Wo yang mulai
mengigit sepatunya kembali dengan sabar meminta agar jangan lakukan itu padanya dan mengaku kalau
itu salahnya. Dae Young baru pulang heran melihat Seo Yeon duduk di depan
rumahnya.
“Aku
menunggumu.” Kata Seo Yeon, Dae Young binggung kenapa menunggunya.
“Aku harus
minta maaf karena sesuatu dan ada yang mau kuberitahukan. Offside yang ingin
kau pertahankan dengan sangat buruk... Aku sudah lama menyeberanginya.” Ucap Seo
Yeon memberikan kode. Dae Young hanya
diam saja.
Ji Woo
mencuci wajahnya yang bengkak karena menangis, pesan dari Dae Young masuk “Ayo
kita bertemu di taman.” Ia lalu menatap berpikir kalau matanya terlihat bengkak karena menangis. Dae
Young sudah menunggu ditaman sambil minum bir dan memberikan Ji Woo yang
akhirnya datang.
“Kenapa
kau tidak memberitahuku? Seo Yeon sudah memberitahumu tentang pacarku yang
sebenarnya.” Kata Dae Young
“Kurasa
itu salah untuk menunjukkan bahwa aku tahu sesuatu yang bahkan tidak kau
katakan. Aku tidak memberitahumu bahwa aku menyukaimu karena sudah tahu.
Seperti yang kukatakan, aku tidak mau kita...” kata Ji Woo disela oleh Dae
Young.
“Aku
tahu... Terima kasih banyak karena
pura-pura tidak mengetahui sampai sekarang Dan maafkan aku, Karena menyembunyikannya...
Kurasa aku menjadi dingin sepanjang waktu setelah kecelakaan itu. Tapi setelah
kita bertemu, sedikit demi sedikit,. Maka aku mendapat keberanian untuk maju. Itu
sebabnya aku memulai bisnis ini. Saat ini, sukses dalam bisnis ini adalah yang
paling penting.” Cerita Dae Young
“Aku
sudah mengerti maksudmu... Kau tidak harus menolakku panjang lebar.” Kata Ji
Woo
“Aku
tidak menolakmu. Tapi Bisakah kau...memberi aku waktu? Mungkin butuh waktu lebih
lama dari yang kau pikirkan.” Ucap Ji Woo
“Tidak
apa-apa... Tapi jika aku mendapat orang
lain sementara itu, maka bukan salahku... Aku sudah bilang, kalau aku sudah
mengakuinya jadi sudah tidak perlu menahan diri lagi.” Kata Ji Woo. Keduanya
bisa tersenyum lalu saling bersulang dan minum bir.
Menu
makanan ikan sudah ada diatas meja, Dae Young, Ji Woo, Seo Yeon dan Sun makan
bersama. Dae Young pikir Sun yang
sudah membantunya lebih dari siapa pun, jadi ingin mentraktir
sesuatu yang bergizi. Sun pikir ini Ini sesuai dengan seseorang yang memulai bisnis baru.
“Ikan
Rempela adalah "jeoneo" dalam bahasa
Korea, yang berarti "ikan uang" karena rasanya sangat enak dan karena
itu laris manis.” Ucap Sun
“Tapi
hari ini, kau memesan ikan rempela muda. Siapa pun yang ingin meninggalkan
rumah akan menyerah setelah mencicipi ini. Orang-orang mengira ikan rempela ada
di musim gugur, tapi jika kau memakan mentah atau tanpa tulang, sebaiknya
dimakan di musim panas.” Jelas Dae Young. Ji Woo menganguk setuju.
“Ikan
rempela menumbuhkan rasa saat tumbuh besar,. tapi bisa lebih sulit untuk makan
tanpa tulang.” Kata Dae Young
“Maka
akan lebih enak kalau dimakan dengan doenjang. Itu akan sesuai dengan tekstur
dan aroma tulang.” Ucap Ji Woo
“Aku suka
kalau dipanggang. Rasa ini adalah yang terkuat ketika kau memakannya. Jadi Tidak
ada yang perlu dibuang.” Kata Sun.
“Jadi Berapa
banyak Shiksyanim di sini? Jangan berkomentar lagi dan ayo makan.” Keluh Seo
Yeon sedari tadi hanya melihat ketiganya bicara.
Mereka
akhirnya mulai makan, dari ikan mentah lebih dulu. Ji Woo membungkusnya dengan
rumput laut. Seo Yeon mengucapkan Terima
kasih sudah mentraktir. Setelah itu memulai makan ikan bakar, Sun terlihat
bersemangat memakannya.
Dae Young
mencoba makan salad dengan ikan, Sun ikut memakannya tapi malah menjauhkan dan
mencari tissue. Seo Yeon langsung memberikanya. Sun mengucapkan dengan terimakasih
dengan senyuman bahagia, lalu membalas dengan memotong kecil-kecil potongan
ikan untuk Seo Yeon.
“Dae
Young bahkan membawa kembali selera makan Seo Yeon. Dia memang Shiksyanim... Ini
adalah pilihan yang luar biasa.” Kata Ji Woo memuji.
“Kenapa
berkat dia, Seo Yeon bisa makan dengan baik? Padahal Aku yang memisahkan tulang
ikan untuknya.” Kata Sun tak terima
Kau
benar. Ini semua karena pengabdianmu... Mungkin kita harus memanggilmu Seo Yeon Woo Sun.” Goda Dae
Young. Sun pikir seperti itu. Seo Yeon
gugup memilih untuk makan ikan saja
“Kita
selesaikan ini... Bagaimana dengan sup pedas?” kata Dae Young. Ji Woo ingin
makan bibimbap lalu memesan sup dan dua mangkuk nasi.
Dae Young
membuat sup ikan agar menyerap sementara Ji Woo membuat bibimbap dengan sayuran
dan ikan menurutnya Bibimbap rempela mentah adalah makanan penutup yang
sempurna. Mereka mulai makan dan merasakan semua enak dan asam, walaupun supnya
terasa pedas.
-THE
END-
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Ini beneran cm sampe episod 14 ya??? Bukan 16 episod? Kok endingnya ngegantung bgt yaaa... hiksss...
BalasHapusKarena Pemeran utama harus wajib militer om.
BalasHapusKecewa banget sama endingnya. Nyesel bgt udh nonton...
BalasHapusMungkin lanjut season 4 setelah dae young pulang wamil
BalasHapus