PS : All images credit and content copyright : TVN
Jong Hoo
berdiri dengan Joo Hyuk bersama Hwan membagikan brosur, tapi semua orang lebih
banyak mengambil brosur dari tangan Jong Hoo.
Jong Hoo pikir kalau ini tak benar karena Ibunya pikir bekerja di bank adalah pekerjaan impian.
“Aku
tidak pernah melakukan ini saat kuliah... Kini aku melakukannya.” Keluh Jong
Hoo
“Aku
tidak bisa. Bagaimanapun, aku tetap harus menulis permohonan maaf. Akan
kukembalikan ini dan kutulis suratnya. Lebih baik aku dimarahi saja.” Kata Hwan
“Coba
Lihat dia. Kau berani sekali... Kenapa kau begitu bernyali?” ucap Joo Hyuk.
“Keluargaku
kaya.” Kata Hwan. Jong Hoo ingin tahu sekaya apa.
“Apa
ayahmu memiliki beberapa gedung?” tanya Joo Hyuk. Hwan mengaku Hanya ada dua di
Gangnam dan memilih untuk kembali ke kantor.
“Dibilang
"Hanya dua gedung"... Aku iri... Dia menyebalkan dari berbagai sisi.
Benarkan?” komentar Jong Hoo
“Kau juga
menyebalkan... Brosurku tidak diambil karena kau menghalangiku. Ayo kita
berpencar.” Kata Joo Hyuk kesal. Jong Hoo mengeluh Joo Hyuk itu aneh dan
kembali menyebar brosur.
Akhirnya
Joo Hyuk membagikan di dalam kotak pos apartement, petugas datang langsung
melarang melakukanya. Joo Hyuk memberitahu kalau dirinya bankir di Bank KCU dan
meminta tolong agar mengizinkan. Petugas tak peduli mendorong Joo Hyuk agar
pergi.
“Joo Hyuk
sunbae... Ternyata kau...” kata Lee Hye Won mendekati Joo Hyun, tapi Joo Hyun
terlihat kebingungan.
“Kenapa
kau menatapku seperti itu? Apa Kau lupa kepadaku? Ini aku, Hye Won.” Ucap Hye
Won
“Hei, Hye
Won... Lama tidak berjumpa.” Kata Joo Hyun terlihat masih bingung tapi bisa
tersenyum lebar.
Keduanya
akhirnya duduk di restoran. Joo Hyuk pikir mereka bisa makan yang lebih enak
karena lama tidak bertemu. Hye Won pikir Tapi galbitang lezat karena terlalu
lama tinggal di Amerika jadi merindukan makanan ini dan masih ingat Joo Hyuk juga
menyukai makanan Korea.
“Kau
selalu mengantre demi makanan Korea di kantin.” Kata Hye Won
“Apa Kau
ingat hal seperti itu?” ucap Joo Hyuk, Hye Won mengaku masih ingat dan
memberikan daginya untuk Joo Hyuk.
“Makanlah
daging lebih banyak.” Kata Hye Won, Joo Hyuk pikir tak perlu agar Hye Won yang
memakanya.
“Tidak,
untukmu saja. Kau cukup kurus sekarang. Aku sedang diet.” Kata Hye Won.
Tiba-tiba Joo Hyuk berkaca-kaca. Hye Won binggung tiba-tiba Joo Hyuk seperti
ingin menangis.
“Sudah
lama aku tidak diperhatikan.” Ucap Joo Hyuk, Hye Won terlihat binggung
“Tidak,
lupakan saja. Jangan dipikirkan. Apa Kau kembali ke Korea untuk seterusnya Atau
hanya berkunjung?” kata Joo Hyuk
“Untuk
seterusnya. Aku mengikuti orkestra simfoni, tapi membosankan. Mungkin aku
kangen rumah. Aku sangat rindu keluarga dan teman-temanku. Aku juga terkadang
merindukanmu. Terutama saat musim semi. Musim saat perjumpaan pertama kita. Dahulu
kita bercengkerama dengan banyak senior.” Ucap Hye Won
“Pasti
kau kesepian di Amerika Serikat.” Komentar Joo Hyuk
“Aku
mendengar kabarmu dari teman-temanku. Katanya, istrimu sangat cantik. Mereka
takjub denganmu.” Kata Hye Won.
“Hentikan...
Mereka hanya basa-basi.” Ucap Joo Hyuk
“Aku
menjadi agak cemburu... Dahulu, aku menyukaimu. Kau tahu, kan?” kata Hye Won.
Joo Hyuk melonggo mendengarnya.
Joo Hyuk
terus menekan tombol untuk nomor pelanggan di meja sambil melamun, Jong Hoo
mencoba memanggilnya tapi Joo Hyuk tetap tak sadar. Jong Hoo akhirnya memukul
Joo Hyuk agar sadar. Joo Hyuk melonggo kaget melihat semua customer berkumpul
didepanya.
“Maaf.
Astaga. Apa mesin ini rusak?.. Akan kulayani yang datang lebih dahulu.” Ucap
Joo Hyuk akhirnya beberapa orang kembali duduk.
“Aku
ingin tanya mengenai pinjaman.” Kata Customer. Joo Hyuk duduk tapi ucapan Hye
Won kembali terlihat mengucapkan “Dahulu, aku menyukaimu... Aku menyukaimu...”
“Aku
tidak tahu. Aku baru tahu... Aku tidak tahu Hye Won juga menyukaiku.” Kata Joo
Hyuk dengan tatapan kosong
“Permisi...
Aku juga ingin menanyakan tentang pinjaman kolateral.” Kata customer
menyadarkan Joo Hyuk.
Joo Hyuk
kembali tersadar tapi saat menatap layar komputer wajah Hye Won kembali
terlihat dengan mengatakan “Dahulu, aku menyukaimu.” Joo Hyuk mengerti kalau
dulu tapi baru mengetahuinya sekarang.
"Tahun 2006"
Joo Hyuk
mengayuh sepeda masuk ke kampus, lalu memasukan beberapa kaleng minuman pada mesin yang kosong. Sambil
mendorong trolly mengaku sangat Berat sekali jadi Lain kali, akan memilih kerja
di kantor lalu mendengar suara seseorang memainkan musik.
Hye Won
bermain cello di dalam ruangan, Joo Hyuk terus menatap dari depan pintu, saat
itu tak sengaja dua mahasiswa mendorong badan Joo Hyuk. Joo Hyuk pun langsung
jatuh masuk ke dalam ruangan. Hye Won kaget begitu juga Joo Hyuk.
“Ini
sanggar, ya? Lantainya halus sekali. Ruangannya luas sekali. Berapa luasnya?
Kau baru saja memainkan musik, kan? Aku tidak bermaksud mengganggu. Permisi... Maaf...”
ucap Joo Hyuk bergegas menutup pintu dan pergi.
Joo Hyuk
akhirnya berjalan dengan Sang Sik keluar kampus. Sang Sik menceritakan Para
senior di jurusan kesulitan mencari kerja, lalu meminta pendapat Joo Hyuk
apabila menyerah dan menabung untuk membuka toko. Joo Hyuk pikir itu bagus.
“Itu
Cukup bagus, kan?” kata Sang Sik lalu melihat tatapan Joo Hyuk mengarah pada
Hye Won yang duduk di kerubungi oleh para pria.
“Hye Won?
Mahasiswi tingkat dua dan gadis tercantik di Fakultas Musik. Dia sangat
terkenal. Semua mahasiswa di sini ingin mengencaninya. Dia Madonna dan
inspirasi kita. Merah muda cocok untuknya. Pria bermata dua mana pun akan
terpikat olehnya... Matamu juga dua... Dia menarik, kan?” kata Sang Sik
“Tidak..”
kata Jong Hyuk menyangkal. Sang Sik mengejek kalau dari Dari tatapan Jong Hyuk
sudah terlihat tergila-gila.
“Menyerahlah.
Banyak sekali pria hebat menunggu di sekitarnya. Karena dia, kini klub musik
ramai oleh pria.” Cerita Sang Sik.
Jong Hyuk
akhirnya duduk di dalam ruangan bersama Hye Won yang ada diclub musik,
diam-diam menatapnya. Dan semua mahasiswa lama tetap ingin ikut club
musik. Joo Hyuk berdiri didepan pintu
ruangan, terlihat gugup dengan setangkai bunga.
“Hye
Won... Kudengar hari ini ulang tahunmu... Ini sekadar hadiah kecil. Aku
menemukannya di jalan.” Ucap Joo Hyuk berlatih tapi menurutnya tidak masuk
akal.
Hye Won
keluar dari ruangan, lalu seorang pria datang dengan sebuket bunga mengucapkan
Selamat ulang tahun. Hye Won kaget karena pria itu mengetahui ulang tahunya, Si
pria mengajak Hye Won pergi akan mentraktir makan.
“Aku tidak
bisa pergi jauh, karena Ada ansambel. Pemain selo favoritku, La Kohlhoff, sedang
berada di Korea dan acara tanda tangannya hari ini. Tapi kurasa aku tidak bisa
datang.” Ucap Hye Won. Joo Hyuk menyembunyikan wajahnya mendengar ucapan Hye
Won.
Joo Hyuk
berlari masuk ke sebuah gedung dan langsung mengantri, seorang pria memberika
tanda tangan diatas CD, wajah Joo Hyuk
terlihat bahagia. Esok harinya, Joo Hyuk bertemu dengan Hye Won mengaku
hanya lewat dan melihat antrean panjang.
“Aku ikut
mengantre karena mengira itu acara tanda tangan selebritas. Ternyata dia pemain
Cello terkenal. Aku meminta tanda tangannya, tapi tidak tahu apa-apa soal Cello.
Jadi Terimalah.” Kata Joo Hyuk dengan gugup lalu bergegas pergi.
“Aku tahu
ini terlambat, tapi selamat ulang tahun.” Ucap Joo Hyuk kembali mendekati Hye
Won dan langsung pergi. Hye Won melihat CD dengan tandatangan pemain Cello
kesukaan tertulis namanya.
Joo Hyuk
terbangun karena teriakan dari luar rumah memanggil “Oppa” agar membuka
pintunya. Joo Hyuk masih setengah sadar, Si wanita berteriak agar membuka pintu
karena Lengannya sakit. Joo Hyuk berjalan ke arah pintu.
“Jika
tidak dibuka pada hitungan ketiga, akan kutendang pintu ini.” Teriak si
wanita. Akhirnya Joo Hyuk pun membuka
pintu rmahnya.
“Berantakan
sekali. Ini kandang hewan atau apa? Astaga, bau.” Keluh si wanita masuk kamar
Joo Hyuk.
“Kenapa
kau kemari? Bukankah seharusnya kau bersekolah?” keluh Joo Hyuk
“Ini hari
jadi sekolah dan Bawakan makanan ini dahulu. Aku ingin tidur sampai siang hari
ini, tapi Ibu menampar keras punggungku untuk mengantarkan lauk. Aku sudah
kelas tiga SMA. Bahkan tiket keretaku pun tiket berdiri. Jadi Ingatlah itu saat
Kakak memakan lauknya.” Kata Cha Joo Eun pada kakaknya.
“Kau
makin berisi... Tampaknya kau tidak stres belakangan ini.” Ejek Joo Hyuk
melihat adiknya
“Aku
justru makan lebih banyak saat stres. Kenapa rumah bisa berbau seperti ini? Sebaiknya
aku tinggal dengan Kakak setelah lulus.” Kata Joo Eun melihat kamar kakaknya hampir
seperti kapal pecah.
“Kami menonton
pertandingan Piala Dunia kemarin. Apa Kau tidak melihat tendangan hebat Lee
Chun Soo?” cerita Joo Hyuk bangga mengulang gaya Lee Chun Soo menendang.
“Ya, aku
juga menontonnya. Karena itukah Kakak berpesta semalaman dan makan banyak, Apa karena
gembira?” kata Joo Eun
“Tidak,
sebab itu kemenangan pertama Korea di Piala Dunia. Dasar Kau kurang cinta tanah
air.” Ejek Joo Hyuk.
Joo Eun
tak peduli menyuruh kakaknya agar membereskan kamarnya, lalu memanggil orang yang bertelanjang dada
berbaring di lantai karena tahu kalau sebenarnya sudah bangun. Sang Sik pun
bangun dari tidurnya menyapa Joo Eun.
“Aku sudah
sering mendengar tentangmu. Aku temannya yang menumpang. Maksudku, teman
sekamarnya, Oh Sang Sik.” Kata Sang Sik
“Begitu.
Bisakah kamu berpakaian sebelum aku buta?” keluh Joo Eun, Sang Sik pun
mengambil kaosnya.
“Astaga.
Tidak ada yang rapi, Pakaian ada di meja, buku ada di lemari.” Kata Joo Eun
lalu ingin membuka lemari.
Joo Hyuk
dan Sang Sik panik melihatnya meminta agar Joo Eun tak membukanya. Tapi Joo Eun
sudah membuka lemari lalu semua majalah dengan wanita yang mengunakan pakaian
minim pun jatuh berantakan. Joo Hyuk dan Sang Sik saling menunjuk kalau itu
bukan milik mereka. Joo Eun melihat salah satu majalah malah meminjam pada
kakaknya, Keduanya hanya bisa melonggo binggung.
Joo Hyuk
bergegas keluar dari rumah karena sudah terlambat dan semua karena adiknya,
tiba-tiba pemilik rumah akan membuang air dalam baskom. Joo Hyuk tak bisa
menghindar, celananya akhirnya terkena siraman air. Si bibi panik berpikir
kalau Joo Hyuk bilang jika akan lewat.
“Ya.
Seharusnya begitu... Aku akan lewat.” Kata Joo Hyuk akhirnya memilih untuk
pergi saja.
Joo Hyuk
berlari menuruni bus tapi tak sengaja kakinya menendang tempat koran terlihat berita
besar di koran, beberapa anak melihat
pasangan itu tampan dan cantik dan Hidup mereka terlalu sempurna,
menurutnya Dunia sangat tidak adil. Joo
Hyuk hanya melirik dan bergegas pergi masuk ke dalam kampus.
Hye Won
melihat Joo Hyuk memanggilnya, Joo Hyuk masih sempat menghampiri walaupun sudah
telat. Hye Won melihat Joo Hyuk terlambat di kelas pertam dan memberitahu kalau
akan berlatih di sanggar. Joo Hyuk pun mengucapkan Semoga latihannya lancar
lalu bergegas pergi.
“Joo
Hyuk...Apa Ada waktu malam ini? Aku punya dua tiket pertunjukan Cello... Maukah
kau menemaniku?” ucap Hye Won
“Tentu
saja, aku ada waktu.” Kata Joo Hyun dengan senyuman sumringah.
“Baguslah.
Akan kutunggu di pintu masuk gedung pukul 20.00. Jangan terlambat.” Kata Hye Won
lalu berjalan pergi.
Joo Hyuk
tersenyum bahagia sampai ditabrak motor pun tak masalah untuknya.
Joo Hyuk
pergi ke tempat kerja part time meminta agar mengantikan untuk malam ini saja
dan akan bekerja dua kali lebih lama. Temanya bertanya Apa Joo Hyuk ada rencana
yang menyenangkan. Joo Hyuk mengatakan kalau ada rencana besar lalu bergegas
pergi.
Di rumah,
Joo Hyuk mengosok gigi dengan bersih, lalu memilih pakaian dengan
berganti-ganti karena merasa tak cocok. Setelah memilih dengan jas hitamnya,
Joo Hyuk memberikan pengawai pakaian sebagai parfum lalu bergegas pergi ke halte
bus.
Joo Hyuk
menaiki bus melihat seorang pria yang menyentuh bagian bokong remaja wanita. Woo
Jin yang masih SMA langsung memarahi pria yang memegang bokongnya, Si pria
mengelak kalau tak pernah menyentuh karena tangannya itu tidak sengaja
mengenainya karena busnya goyang.
Woo Jin
tetap yakin kalau si pria menyentuhnya, dan bertanya bertanya apakah ada yang
melihatnya. Semua penumpang terdiam, si pria malah menunduk Woo Jin itu gadis
mata duitan yang memeras dengan mengajak bertengkar.
“Aku melihatnya,
kau meraba bagian bokongnya” ucap Joo Hyuk. Si pria panik ingin turun dari bus.
“Jangan
berhenti.. Tolong ke kantor polisi.” Teriak Woo Jin, Joo Hyuk juga berpikiran
yang sama.
Si pria
tetap mengaku busnya goyang dan tidak
sengajamenyentuhnya sedikit. Joo Hyuk dan Woo Jin sudah ada dikantor polisi
memberikan keterangan. Joo Hyuk yakin
pria itu sengaja menyentuhnya karena melihat dengan jelas.
“Dari
catatan kepolisian, ini bukan ulahnya yang pertama.” Kata polisi.
“Benar,
kan? Sudah kuduga....Tangannya terlihat ahli.” Kata Hye Won pun amarah
“Aku
terlambat.... Aku boleh pergi? Aku sangat telat.” Ucap Joo Hyuk panik melihat
jam tanganya.
Polisi
pun membiarkan Joo Hyuk pergi, tapi tak memperbolehkan Woo Jin pergi karena Prosesnya
belum selesai. Woo Jin mengaku tidak akan pergi tapi hanya ingin berterima
kasih dengannya. Joo Hyuk berlari masuk gedung tapi acara sudah selesai dan tak
bertemu dengan Hye Won.
Esok Hari
Joo Hyuk
menemui Hye Won meminta maaf karena tidak bermaksud melanggar janji tapi
tiba-tiba ada urusan di jalan jadi akan menjelaskan. Hye Won dengan wajah sinis
merasa tak masalah, karena menunggu
sebentar dan menonton pertunjukannya sendirian.
“Ahh..
Begitu... Bagaimanapun, maafkan aku... Akan kutraktir makan enak sebagai
ungkapan maaf jika kau luang nanti malam.” Ucap Joo Hyuk
“ Tidak.
Aku ada janji... Jadi Sudah dulu. Aku harus berlatih.” Kata Hye Won sinis
Joo Hyuk
terlihat kebingungan karena di tolak oleh Hye Won, saat itu Woo Jin datang
menemui Joo Hyuk dikampusnya. Joo Hyuk terlihat binggung, Woo Jin pikir Joo
Hyuk tak mengingatnya, memberitahu kalau mereka bertemu dibus
“Bagaimana
kau bisa kemari?” tanya Joo Hyuk binggung
“Aku
mendengarmu memberi tahu universitasmu kepada polisi. Tidak kusangka kita
langsung bertemu. Sepertinya kita memang ditakdirkan. Benarkan?” kata Woo Jin
mengoda. Joo Hyuk heran mendengarnya.
“Aku mau
mentraktirmu... Bagiku, membalas budi itu keharusan.” Kata Woo Jin
“Lupakan
saja. Anggaplah kau sudah mentraktirku... Aku harus berangkat bekerja. Dan Bukankah
rokmu terlalu pendek? Jadi Panjangkan sedikit.” Komentar Joo Hyuk melihat rok
Woo Jin
“Aku
sudah melepas jahitanya.” Kata Woo Jin lalu mengikuti Joo Hyuk.
“Hei,
ikutlah denganku... Aku cuma berterima kasih atas bantuanmu kemarin.” Kata Woo
Jin, tapi Joo Hyuk seperti tak mengubrisnya.
Joo Hyuk
berkerja di toko es krim melihat Woo Jin sudah berdiri sambil memakan es krim.
Woo Jin melihat lengan Joo Hyuk harus
kuat untuk bekerja di toko es krim karena menyendok es krim sulit. Joo Hyuk tak
mengubrisnya dengan terus berkerja.
“Otot
lenganmu mengencang saat menyendoknya. Apa Kau tidak bekerja saat akhir pekan?
Apa kegiatanmu di hari Sabtu?” tanya Woo Jin
“Pergi ke
gereja.” Ucap Joo Hyuk. Woo Jin ingin tahu kalau hari minggu.
“Pergi ke
kuil.” Kata Joo Hyuk singkat,
“Kalau
begitu, mari kita menonton film saat malam. "Superman Returns". “kata
Woo Jin
“Itu sudah
kutonton.” Jawab Joo Hyuk, Woo Jin mengatakan kalau Itu belum dirilis.
“Di mana
rumahmu? Aku tinggal di Boeun-dong.” Kata Woo Jin. Joo Hyuk meminta maaf kepada
Woo Jin agar pergi saja karena mengganggu.
“Aku bisa
dipecat karena mengobrol dengan pembeli jika bosku datang.” Kata Joo Hyuk
“Kalau
begitu, itu menguntungkanku. Apa Kau tidak mau menjadi tutor matematikaku?
Ibuku mencari tutor untukku. Akan kuminta ibuku untuk membayar mahal dirimu. Jadilah
tutorku.” Kata Woo Jin seperti mencoba merayu.
Joo Hyuk
tetap tak peduli, Woo Jin mengeluh kalau sangta merepotkan dan harus mengulang
belajar dengan Upahnya 300 dolar per bulan untuk empat jam pelajaran sepekan. Joo
Hyun sedikit mengangkat wajahnya tapi tetap berusaha tak peduli. Joo Hyuk akan
membayar 400 dolar.
Joo Hyuk
akhirnya mengajarkan Inti fungsi trigonometri
adalah kesimetrisan pada titik belok. Tapi Woo Jin seperti tak peduli mala
maakn buah strawberry yang menurutnya buah terenak sedunia. Joo Hyuk mengajak
Woo Jin belajar karena harus mengejar
materi yang terlewat saat Woo Jin terkena flu.
“Biasanya
kau sangat bersemangat, jadi, kenapa kau sering terserang flu?” keluh Joo Hyuk
“Karena
lubang hidung dan mulutku besar. Apa Mau lihat?” goda Woo Jin. Joo Hyuk
mengajak mereka beralih ke soal berikutnya.
“Apa
bermulut besar berarti hebat saat mencium? Lalu Kau pernah berciuman berapa
kali? Aku menyukai pria yang ciumannya hebat. Bukankah mulut dan lidah akan
sakit jika kita berciuman terlalu lama? Kudengar ada yang mampu berciuman
selama 1-2 jam.” Kata Woo Jin terus mengoceh yang membuat Joo Hyuk sedikit gugup
“Apa
cita-citamu saat dewasa nanti?” tanya Joo Hyuk. Woo Jin dengan mudah menjawab “Menjadi
istrimu.” Joo Hyuk menyuruh Woo Jin berhenti bercanda.
“Aku
sangat menyukaimu.... Aku sangat menyukaimu hingga bisa tersedak sampai
mati... Aku serius.” Ucap Woo Jin.
“Pernyataan
cinta yang cerdas.” Komentar Joo Hyuk
“Apa aku
terlihat manis? Tidak apa-apa.. Akan aku izinkan. Aku senang saat kau membelai kepalaku.” Kata Woo
Jin sengaja menaruh tangan Joo Hyuk diatas kepala sambil mengerak-gerakan.
“Kurasa bagian
atas kepalaku adalah titik sensitifku.” Ucap Woo Jin mengoda, Joo Hyuk langsung
menarik tangannya dan wajahnya langsung merona merah.
“Wajahmu
merah padam... Wahh.. Manisnya.” Goda Woo Jin. Joo Hyuk mengelak.
“Wajahmu
semerah stroberi.” Goda Woo Jin, Joo Hyuk ingin memarahinya saat itu terdengar
teriakan ibu Woo Jin setelah menerima telp lalu bergegas pergi dengan Woo Jin
dengan taksi. Joo Hyuk pun terlihat ikut panik didepan rumah.
Ayah Woo
Jin meninggal, Joo Hyuk seperti tak tega melihat Woo Jin yang masih kecil sudah
kehilangan ayahnya. Setelah memberikan hormat Joo Hyuk akan pamit pergi, Woo
Jin menahan tangan Joo Hyuk meminta agar
menemaninya. Joo Hyuk hanya terdiam melihat Woo Jin yang sangat sedih.
Joo Hyuk
hanya melamun mengingat semua kenangan disaat masa kuliah, Nyonya Jang
menyadarkan lamunan Joo Hyuk bertanya apakah Tidak minum. Joo Hyuk mengangkat
gelas agar bisa diisi. Nyonya Jang tahu Joo Hyuk tak kuat minum jadi hanya setengah
gelas bir saja dan sisanya sprite. Mereka pun mulai bersulang.
“Kau
kenapa? Tingkahmu seperti anak kecil yang telah berbuat nakal.” Komentar Jong
Hoo
“Diamlah
dan makan saja dagingnya.” Kata Joo Hyuk seperti sedang menyesali hidupnya.
“Hei,
Pengacau... Makanlah... Aku sudah seperti kakaknya... Dan Cha Bum Kun adalah
kakak kita... Kami dari keluarga yang sama!” ucap Tuan Cha pada Joo Hyuk dan
semua pegawai. Mereka pun memberikan tepuk tangan.
“Sembarangan
saja... Kalian tidak sekeluarga. Kapan kau akan mengakuinya?” kata Jong Hoo
“Entahlah.
Aku telanjur jatuh terlalu dalam, bagaimana ini?”ucap Joo Hyuk
“Hei, dia
memiliki sisi pengecut. Dia tidak bisa mengaku pada Pak Cha bahwa mereka tidak
sekeluarga... Dia berbohong soal keluarganya untuk menjilat bosnya.” Bisik Jong
Hoo pada Hwan.
“Ayolah,
bisa-bisanya kamu menudingku seperti itu? Margaku bukan Kim atau Yoo, tapi Cha.
Apa Menurutmu pemilik marga Cha banyak? Silsilah kami sama, jadi Kami semua
berhubungan. Tidak ada yang peduli jika aku memalsukan silsilahku sedikit.” Ucap
Joo Hyuk
“Aku juga
perlu melakukan hal yang kubisa. Aku kewalahan dengan bunga pinjaman, biaya
pengasuhan anak, dan pengeluaran sehari-hari. Jadi, aku harus mengusahakan
semampuku. Termasuk bohong tentang silsilahku. Kalian tidak paham.” Komentar Joo
Hyuk marah
“Tentu
saja paham. Aku bercanda. Apa Kau mabuk karena bir? Kenapa kau sensitif?” goda
Jong Hoo
Joo Hyuk
tak ingin disentuh oleh temanya, semua pegawai menatap binggung. Tuan Byun
bertanya apa yang terjadi. Jong Hoo mengatakan kalau pertengkaran antara
kekasih dengan memeluk Joo Hyuk kalau sangat menyayangi. Joo Hyuk mengaku
sangat membenci Jong Hoo begitu juga istrinya, serta perkerjaanya. Joo Hyuk
yang mabuk menyanyi diatas panggung.
“Kenapa
dia?” tanya Tuan Cha heran melihat tingkah Joo Hyuk. Tuan Byun pikir Joo Hyuk
hanya mabuk.
“Pasti
dia sedang ada masalah.” Komentar Tuan Cha melihat Joo Hyuk terus menyanyi.
Joo Hyuk
pulang ke rumah langsung terbaring dilantai, Woo Jin langsung mengumpat marah
karena akan mereka akan bangun. Joo Hyuk ingin muntah bergegas masuk ke dalam
kamar mandi, Woo Jin mengeluh karena Joo Hyuk yang tidak kuat minum alkohol tapi
malah minum
“Jangan
berisik... Tidurlah yang tenang!” ucap Woo Jin melihat Joo Hyuk yang muntah.
“Karena mabuk,
dengkuranmu pasti keras. Apa Kamu mau menidurkan anak-anak jika mereka bangun?”
kata Woo Jin melihat Joo Hyuk akan naik ke tempat tidur
“Keluar
dan tidurlah... Aku benci bau alkohol... “ kata Woo Jin ingin Joo Hyuk tidur
diluar.
Joo Hyuk
kesal dengan Woo Jin yang selalu mengumpat, lalu mengaku kalau dirinya gila
dengan pindah ke kamar lain. Ia pikir mana mungkin tidak gila jika tinggal
dengan wanita jahat, lalu mencoba memainkan games di balik baju-bajunya, tapi
PS-nya malah tak jalan.
“Kau kenapa?
Jangan setega ini kepadaku.... Hei, ayolah!!!.. Bisa-bisanya kau tidak peka
dengan perasaannya dan malah ikut campur?” keluh Joo Hyuk menangis berbaring
dan memangil Hye Won.
Dalam
kereta, Joo Hyuk terlihat tertidur sambil berdiri. Seorang pria berjalan sambil
berbicara seperti orang gila “Jika bintang menjadi lubang hitam, dampak gayanya akan
memperlambat rotasi Bumi. Itu memunculkan celah di ruang waktu dan membentuk
lubang cacing. Celahnya sudah kian dalam.”
“Saat gaya
gravitasi mencapai puncaknya, kita bisa berkelana ke masa lalu karena lubang
cacing. Waktu itu segalanya... "Bulan, seperti apakah wujud bulan? Bulat
seperti piring" Bulan adalah bulan. Bulan...” ucap Si pria tiba-tiba
terjatuh dan berbaring dilantai.
“Dia
terlihat waras... Tapi Kenapa banyak sekali orang gila belakangan ini?
Menakutkan.” Komentar penumpang melihat si pria
“Pak,
mari kubantu berdiri.” Kata Joo Hyuk membantu si pria berdiri dengan memastikan
baik-baik saja.
“Saat bintang
menjadi lubang hitam... Ini koin 50 sen.” Ucap Si pria lalu berjalan pergi
“Ini
diedarkan tahun 2006, Koin ini sangat langka.” Kata Joo Hyuk melihat koin
ditanganya.
"Hari Kamis, 30
Agustus"
Joo Hyuk
selesai melayani customer dan akhirnya berbaring diatas meja sambil
tertidur. Jong Hoo memberitahu Tuan Byun
kalau Ibunya Tuan Han meninggal dan Pemakamannya
besok. Tuan Byun kaget karena Ibu Tuan Han itu belum terlalu renta.
“Aku
tidak bisa hadir karena ada upacara peringatan. Bagi yang memiliki waktu luang,
mohon gantikan aku.” Kata Tuan Byun
“Maaf... Aku
harus segera pulang karena ayahku sakit. Kurasa pemakamannya digelar di
Jangwon, Gyeonggi.” Kata Jong Hoo
“Jauh
sekali. Bagaimana denganmu, Bu Jang?” tanya Tuan Byun
“Aku ada
janji dengan penata rambut yang sulit dipesan.” Kata Nyonya Jag
“Bagaimana
dengan kalian?” tanya Tuan Byun. Hwan mengatakan kalau ada janji dengan teman
“Temanku
membuka salon kuku, jadi, aku menghadiri pembukaannya. Aku tidak ikut. Bertemu
dengannya saja tidak pernah.” Kata Hwan.
Joo Hyuk
baru terbangun dari tidurnya, tanganya ditarik keatas. Tuan Byun dari belakang
berpikir kalau Joo Hyuk mengajukan diri, dan langsung mengucapkan terimakasih.
Joo Hyuk hanya bisa melonggo binggung.
Joo Hyuk
akhirnya ke rumah duka dengan wajah sedih karena sangat mendadak. Tuan Han
menceritakan ibunya ditabrak motor saat akan mengantar beberapa lauk untuk mereka.
Joo Hyuk terdiam seperti ikut sedih.
Akhirnya
Joo Hyuk menelp ibunya bertanya apakah gimbap Ibu laris manis hari ini. Ibu Joo
Hyuk malah bertanya apakah sudah makan malam. Joo Hyuk mengaku sudah makan dan
Woo Jin mengurusnya dengan baik.
“Ibu,
bagaimana kondisi pergelangan tangan Ibu? Tiba-tiba saja aku teringat... Minta
Ayah untuk mengurangi minum alkohol. Aku akan berkunjung jika ada waktu
luang... Ibu...Mimpi indah... Aku rindu Ibu.”kata Joo Hyuk seperti berkaca-kaca
menelp ibunya.
Joo Hyuk
mengemudikan mobil mengeluh dengan siaran radio yang tak baik lalu mematikanya.
Terlihat dilangit ada dua bulan berdampingan. Joo Hyun mengemudikan mobilnya
sambil menguap lalu melihat tulisan pada
spanduk "Hidupmu juga bisa berubah. Mulailah hidup baru" dan akhirnya
berbelok kearah kiri.
“Apa itu?
Memang di sini ada gerbang tol? Aku tidak ingat melihatnya tadi.” Ucap Joo Hyuk
binggung
Terdengar
siara radio "Jiwamu
ingat impian di tengah musim. Jadi, jangan lupakan walau fajar telah
menyingsing." Saat mendengarkan lirik ini, kurasa musim panas adalah musim
paling romantis.
Joo Hyuk
melihat kalau bayar tolnya 10 sen atau 50 sen" lalu mengeluh karena bukan jalan bebas
hambatan dengan 50 sen. Ia pun membayarnya dengan uang koinya, tapi uangnya
malah tertelan, tapi tak ada bisa membantunya. Joo Hyuk melihat koin yang
diterima dari pria aneh dan langsung melemparnya, saat itu palang pintu
terbuka.
“Jadi, Apa
mesinnya hanya menerima koin 50 sen? Astaga, mesinnya menelan satu dolar.” Keluh
Joo Hyuk akhirnya mengemudikan mobilnya.
“Apa aku
tadi melewati jalan ini?” tanya Joo Hyuk melihat jalan yang dilalui.
Ia melihat
di GPS kalau keluar dari rute, wajahnya binggung karena jalan berbeda.
Tiba-tiba mobil Joo Hyuk langsung berjalan sendiri dengan cepat, dan Joo Hyuk
pun berteriak panik dengan wajah ketakutan.
Joo Hyuk
membuka matanya setelah terdengar suara teriakan yang memangilnya, lalu
berpikir kalau dirinya ada Ini rumah sakit. Ia pikir Tapi langit-langitnya
terlalu, lalu tersadar kalau sedang berada di rumah lamatnya.
“Oppa....
Cepat buka pintunya.” Teriak Joo Eun. Joo Hyuk binggung karena ada di dalam
rumah lamanya dan mendengar suara adiknya
“Jika
tidak dibuka pada hitungan ketiga, kutendang pintu ini..Oppa” teriak Joo Eun.
Akhirnya Joo Hyuk membuka pintu.
“Berantakan
sekali. Ini kandang hewan atau apa? Astaga, bau.” Keluh Joo Eun. Joo Hyuk
terlihat masih binggung.
“Aku
tidak bolos sekolah. Ini hari jadi sekolahku dan Bawakan ini dahulu. Aku ingin
tidur sampai siang hari ini, tapi Ibu menampar keras punggungku untuk
mengantarkan lauk. Katanya aku harus mengantarkan lauk ini untuk Kakak. Aku
kelas tiga SMA Bahkan tiket keretaku pun tiket berdiri. Jadi Ingatlah itu saat
Kakak memakannya.” Kata Joo Eun
“Apa yang
terjadi? Aku mengenali situasi ini.” Gumam Joo Hyuk masih bingung
“Kenapa
rumah bisa berbau seperti ini? Berantakan sekali. Pasti kalian menonton
pertandingan Piala Dunia dan berpesta semalam.” Kata Joo Eun. Joo Hyuk bingung
Joo Eun membahas "Piala Dunia"?
“Karena
kemenangan pertama Korea.” Gumam Joo Hyuk, Joo Eun mengeluh kakaknya hanya diam
saja.
“Turunkan
itu dan bereskan ini... Hei... Permisi, orang yang berbaring di situ. Aku tahu
kau sudah bangun, Jadi Bangunlah.”kata
Joo Eun.
“Halo.
Aku sudah sering mendengar tentangmu. Aku temannya yang menumpang.” Kata Sang
sik. Joo Hyuk ingat kalau Ini kejadian hari itu. Joo Eun meminta Sang Sik
memakai bajunya.
“Kejadian
sepuluh tahun lalu.” Gumam Joo Hyuk. Joo Eun menemukan majalah dibalik lemari,
hanya Sang Sik yang berteriak.
“Itu
miliknya! Bukan milikku. Jelas itu bukan milikku.” Teriak Sang Sik. Joo Hyuk
hanya diam saja. Joo Eun melihat satu maja dan meminta agar bisa meminjamnya. Joo
Hyuk melihat kalender kalau sedang berada pada bulan Juni di tahun 2006.
Bersambung
ke episode 2
PS; yang udah baca
blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 &
Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar