PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Jumat, 03 Agustus 2018

Sinopsis Familiar Wife Episode 1 Part 2

PS : All images credit and content copyright : TVN

Jong Hoo berdiri dengan Joo Hyuk bersama Hwan membagikan brosur, tapi semua orang lebih banyak mengambil brosur dari tangan Jong Hoo.  Jong Hoo pikir kalau ini tak benar karena Ibunya  pikir bekerja di bank adalah pekerjaan impian.
“Aku tidak pernah melakukan ini saat kuliah... Kini aku melakukannya.” Keluh Jong Hoo
“Aku tidak bisa. Bagaimanapun, aku tetap harus menulis permohonan maaf. Akan kukembalikan ini dan kutulis suratnya. Lebih baik aku dimarahi saja.” Kata Hwan
“Coba Lihat dia. Kau berani sekali... Kenapa kau begitu bernyali?” ucap Joo Hyuk.
“Keluargaku kaya.” Kata Hwan. Jong Hoo ingin tahu sekaya apa.
“Apa ayahmu memiliki beberapa gedung?” tanya Joo Hyuk. Hwan mengaku Hanya ada dua di Gangnam dan memilih untuk kembali ke kantor.
“Dibilang "Hanya dua gedung"... Aku iri... Dia menyebalkan dari berbagai sisi. Benarkan?” komentar Jong Hoo
“Kau juga menyebalkan... Brosurku tidak diambil karena kau menghalangiku. Ayo kita berpencar.” Kata Joo Hyuk kesal. Jong Hoo mengeluh Joo Hyuk itu aneh dan kembali menyebar brosur. 


Akhirnya Joo Hyuk membagikan di dalam kotak pos apartement, petugas datang langsung melarang melakukanya. Joo Hyuk memberitahu kalau dirinya bankir di Bank KCU dan meminta tolong agar mengizinkan. Petugas tak peduli mendorong Joo Hyuk agar pergi.
“Joo Hyuk sunbae... Ternyata kau...” kata Lee Hye Won mendekati Joo Hyun, tapi Joo Hyun terlihat kebingungan.
“Kenapa kau menatapku seperti itu? Apa Kau lupa kepadaku? Ini aku, Hye Won.” Ucap Hye Won
“Hei, Hye Won... Lama tidak berjumpa.” Kata Joo Hyun terlihat masih bingung tapi bisa tersenyum lebar. 

Keduanya akhirnya duduk di restoran. Joo Hyuk pikir mereka bisa makan yang lebih enak karena lama tidak bertemu. Hye Won pikir Tapi galbitang lezat karena terlalu lama tinggal di Amerika jadi merindukan makanan ini dan masih ingat Joo Hyuk juga menyukai makanan Korea.
“Kau selalu mengantre demi makanan Korea di kantin.” Kata Hye Won
“Apa Kau ingat hal seperti itu?” ucap Joo Hyuk, Hye Won mengaku masih ingat dan memberikan daginya untuk Joo Hyuk.
“Makanlah daging lebih banyak.” Kata Hye Won, Joo Hyuk pikir tak perlu agar Hye Won yang memakanya.
“Tidak, untukmu saja. Kau cukup kurus sekarang. Aku sedang diet.” Kata Hye Won. Tiba-tiba Joo Hyuk berkaca-kaca. Hye Won binggung tiba-tiba Joo Hyuk seperti ingin menangis.
“Sudah lama aku tidak diperhatikan.” Ucap Joo Hyuk, Hye Won terlihat binggung

“Tidak, lupakan saja. Jangan dipikirkan. Apa Kau kembali ke Korea untuk seterusnya Atau hanya berkunjung?” kata Joo Hyuk
“Untuk seterusnya. Aku mengikuti orkestra simfoni, tapi membosankan. Mungkin aku kangen rumah. Aku sangat rindu keluarga dan teman-temanku. Aku juga terkadang merindukanmu. Terutama saat musim semi. Musim saat perjumpaan pertama kita. Dahulu kita bercengkerama dengan banyak senior.” Ucap  Hye Won

“Pasti kau kesepian di Amerika Serikat.” Komentar Joo Hyuk
“Aku mendengar kabarmu dari teman-temanku. Katanya, istrimu sangat cantik. Mereka takjub denganmu.” Kata Hye Won.
“Hentikan... Mereka hanya basa-basi.” Ucap Joo Hyuk
“Aku menjadi agak cemburu... Dahulu, aku menyukaimu. Kau tahu, kan?” kata Hye Won. Joo Hyuk melonggo mendengarnya. 

Joo Hyuk terus menekan tombol untuk nomor pelanggan di meja sambil melamun, Jong Hoo mencoba memanggilnya tapi Joo Hyuk tetap tak sadar. Jong Hoo akhirnya memukul Joo Hyuk agar sadar. Joo Hyuk melonggo kaget melihat semua customer berkumpul didepanya.
“Maaf. Astaga. Apa mesin ini rusak?.. Akan kulayani yang datang lebih dahulu.” Ucap Joo Hyuk akhirnya beberapa orang kembali duduk.
“Aku ingin tanya mengenai pinjaman.” Kata Customer. Joo Hyuk duduk tapi ucapan Hye Won kembali terlihat mengucapkan “Dahulu, aku menyukaimu... Aku menyukaimu...”
“Aku tidak tahu. Aku baru tahu... Aku tidak tahu Hye Won juga menyukaiku.” Kata Joo Hyuk dengan tatapan kosong
“Permisi... Aku juga ingin menanyakan tentang pinjaman kolateral.” Kata customer menyadarkan Joo Hyuk.
Joo Hyuk kembali tersadar tapi saat menatap layar komputer wajah Hye Won kembali terlihat dengan mengatakan “Dahulu, aku menyukaimu.” Joo Hyuk mengerti kalau dulu tapi baru mengetahuinya sekarang. 


"Tahun 2006"
Joo Hyuk mengayuh sepeda masuk ke kampus, lalu memasukan beberapa  kaleng minuman pada mesin yang kosong. Sambil mendorong trolly mengaku sangat Berat sekali jadi Lain kali, akan memilih kerja di kantor lalu mendengar suara seseorang memainkan musik.
Hye Won bermain cello di dalam ruangan, Joo Hyuk terus menatap dari depan pintu, saat itu tak sengaja dua mahasiswa mendorong badan Joo Hyuk. Joo Hyuk pun langsung jatuh masuk ke dalam ruangan. Hye Won kaget begitu juga Joo Hyuk.
“Ini sanggar, ya? Lantainya halus sekali. Ruangannya luas sekali. Berapa luasnya? Kau baru saja memainkan musik, kan? Aku tidak bermaksud mengganggu. Permisi... Maaf...” ucap Joo Hyuk bergegas menutup pintu dan pergi. 


Joo Hyuk akhirnya berjalan dengan Sang Sik keluar kampus. Sang Sik menceritakan Para senior di jurusan kesulitan mencari kerja, lalu meminta pendapat Joo Hyuk apabila menyerah dan menabung untuk membuka toko. Joo Hyuk pikir itu bagus.
“Itu Cukup bagus, kan?” kata Sang Sik lalu melihat tatapan Joo Hyuk mengarah pada Hye Won yang duduk di kerubungi oleh para pria.
“Hye Won? Mahasiswi tingkat dua dan gadis tercantik di Fakultas Musik. Dia sangat terkenal. Semua mahasiswa di sini ingin mengencaninya. Dia Madonna dan inspirasi kita. Merah muda cocok untuknya. Pria bermata dua mana pun akan terpikat olehnya... Matamu juga dua... Dia menarik, kan?” kata Sang Sik
“Tidak..” kata Jong Hyuk menyangkal. Sang Sik mengejek kalau dari Dari tatapan Jong Hyuk sudah terlihat tergila-gila.
“Menyerahlah. Banyak sekali pria hebat menunggu di sekitarnya. Karena dia, kini klub musik ramai oleh pria.” Cerita Sang Sik. 

Jong Hyuk akhirnya duduk di dalam ruangan bersama Hye Won yang ada diclub musik, diam-diam menatapnya. Dan semua mahasiswa lama tetap ingin ikut club musik.  Joo Hyuk berdiri didepan pintu ruangan, terlihat gugup dengan setangkai bunga.
“Hye Won... Kudengar hari ini ulang tahunmu... Ini sekadar hadiah kecil. Aku menemukannya di jalan.” Ucap Joo Hyuk berlatih tapi menurutnya tidak masuk akal.
Hye Won keluar dari ruangan, lalu seorang pria datang dengan sebuket bunga mengucapkan Selamat ulang tahun. Hye Won kaget karena pria itu mengetahui ulang tahunya, Si pria mengajak Hye Won pergi akan mentraktir makan.
“Aku tidak bisa pergi jauh, karena Ada ansambel. Pemain selo favoritku, La Kohlhoff, sedang berada di Korea dan acara tanda tangannya hari ini. Tapi kurasa aku tidak bisa datang.” Ucap Hye Won. Joo Hyuk menyembunyikan wajahnya mendengar ucapan Hye Won. 

Joo Hyuk berlari masuk ke sebuah gedung dan langsung mengantri, seorang pria memberika tanda tangan diatas CD, wajah Joo Hyuk  terlihat bahagia. Esok harinya, Joo Hyuk bertemu dengan Hye Won mengaku hanya lewat dan melihat antrean panjang.
“Aku ikut mengantre karena mengira itu acara tanda tangan selebritas. Ternyata dia pemain Cello terkenal. Aku meminta tanda tangannya, tapi tidak tahu apa-apa soal Cello. Jadi Terimalah.” Kata Joo Hyuk dengan gugup lalu bergegas pergi.
“Aku tahu ini terlambat, tapi selamat ulang tahun.” Ucap Joo Hyuk kembali mendekati Hye Won dan langsung pergi. Hye Won melihat CD dengan tandatangan pemain Cello kesukaan tertulis namanya. 


Joo Hyuk terbangun karena teriakan dari luar rumah memanggil “Oppa” agar membuka pintunya. Joo Hyuk masih setengah sadar, Si wanita berteriak agar membuka pintu karena Lengannya sakit. Joo Hyuk berjalan ke arah pintu.
“Jika tidak dibuka pada hitungan ketiga, akan kutendang pintu ini.” Teriak si wanita.  Akhirnya Joo Hyuk pun membuka pintu rmahnya.
“Berantakan sekali. Ini kandang hewan atau apa? Astaga, bau.” Keluh si wanita masuk kamar Joo Hyuk.
“Kenapa kau kemari? Bukankah seharusnya kau bersekolah?” keluh Joo Hyuk
“Ini hari jadi sekolah dan Bawakan makanan ini dahulu. Aku ingin tidur sampai siang hari ini, tapi Ibu menampar keras punggungku untuk mengantarkan lauk. Aku sudah kelas tiga SMA. Bahkan tiket keretaku pun tiket berdiri. Jadi Ingatlah itu saat Kakak memakan lauknya.” Kata Cha Joo Eun pada kakaknya.
“Kau makin berisi... Tampaknya kau tidak stres belakangan ini.” Ejek Joo Hyuk melihat adiknya
“Aku justru makan lebih banyak saat stres. Kenapa rumah bisa berbau seperti ini? Sebaiknya aku tinggal dengan Kakak setelah lulus.” Kata Joo Eun melihat kamar kakaknya hampir seperti kapal pecah.
“Kami menonton pertandingan Piala Dunia kemarin. Apa Kau tidak melihat tendangan hebat Lee Chun Soo?” cerita Joo Hyuk bangga mengulang gaya Lee Chun Soo menendang.
“Ya, aku juga menontonnya. Karena itukah Kakak berpesta semalaman dan makan banyak, Apa karena gembira?” kata Joo Eun
“Tidak, sebab itu kemenangan pertama Korea di Piala Dunia. Dasar Kau kurang cinta tanah air.” Ejek Joo Hyuk. 
Joo Eun tak peduli menyuruh kakaknya agar membereskan kamarnya,  lalu memanggil orang yang bertelanjang dada berbaring di lantai karena tahu kalau sebenarnya sudah bangun. Sang Sik pun bangun dari tidurnya menyapa Joo Eun.
“Aku sudah sering mendengar tentangmu. Aku temannya yang menumpang. Maksudku, teman sekamarnya, Oh Sang Sik.” Kata  Sang Sik

“Begitu. Bisakah kamu berpakaian sebelum aku buta?” keluh Joo Eun, Sang Sik pun mengambil kaosnya.
“Astaga. Tidak ada yang rapi, Pakaian ada di meja, buku ada di lemari.” Kata Joo Eun lalu ingin membuka lemari.
Joo Hyuk dan Sang Sik panik melihatnya meminta agar Joo Eun tak membukanya. Tapi Joo Eun sudah membuka lemari lalu semua majalah dengan wanita yang mengunakan pakaian minim pun jatuh berantakan. Joo Hyuk dan Sang Sik saling menunjuk kalau itu bukan milik mereka. Joo Eun melihat salah satu majalah malah meminjam pada kakaknya, Keduanya hanya bisa melonggo binggung. 

Joo Hyuk bergegas keluar dari rumah karena sudah terlambat dan semua karena adiknya, tiba-tiba pemilik rumah akan membuang air dalam baskom. Joo Hyuk tak bisa menghindar, celananya akhirnya terkena siraman air. Si bibi panik berpikir kalau Joo Hyuk bilang jika akan lewat.
“Ya. Seharusnya begitu... Aku akan lewat.” Kata Joo Hyuk akhirnya memilih untuk pergi saja.
Joo Hyuk berlari menuruni bus tapi tak sengaja kakinya menendang tempat koran terlihat berita besar di koran,  beberapa anak melihat pasangan itu tampan dan cantik dan Hidup mereka terlalu sempurna, menurutnya  Dunia sangat tidak adil. Joo Hyuk hanya melirik dan bergegas pergi masuk ke dalam kampus. 

Hye Won melihat Joo Hyuk memanggilnya, Joo Hyuk masih sempat menghampiri walaupun sudah telat. Hye Won melihat Joo Hyuk terlambat di kelas pertam dan memberitahu kalau akan berlatih di sanggar. Joo Hyuk pun mengucapkan Semoga latihannya lancar lalu bergegas pergi.

“Joo Hyuk...Apa Ada waktu malam ini? Aku punya dua tiket pertunjukan Cello... Maukah kau menemaniku?” ucap Hye Won
“Tentu saja, aku ada waktu.” Kata Joo Hyun dengan senyuman sumringah.
“Baguslah. Akan kutunggu di pintu masuk gedung pukul 20.00. Jangan terlambat.” Kata Hye Won lalu berjalan pergi.
Joo Hyuk tersenyum bahagia sampai ditabrak motor pun tak masalah untuknya. 


Joo Hyuk pergi ke tempat kerja part time meminta agar mengantikan untuk malam ini saja dan akan bekerja dua kali lebih lama. Temanya bertanya Apa Joo Hyuk ada rencana yang menyenangkan. Joo Hyuk mengatakan kalau ada rencana besar lalu bergegas pergi.
Di rumah, Joo Hyuk mengosok gigi dengan bersih, lalu memilih pakaian dengan berganti-ganti karena merasa tak cocok. Setelah memilih dengan jas hitamnya, Joo Hyuk memberikan pengawai pakaian sebagai parfum lalu bergegas pergi ke halte bus. 

Joo Hyuk menaiki bus melihat seorang pria yang menyentuh bagian bokong remaja wanita. Woo Jin yang masih SMA langsung memarahi pria yang memegang bokongnya, Si pria mengelak kalau tak pernah menyentuh karena tangannya itu tidak sengaja mengenainya karena busnya goyang.
Woo Jin tetap yakin kalau si pria menyentuhnya, dan bertanya bertanya apakah ada yang melihatnya. Semua penumpang terdiam, si pria malah menunduk Woo Jin itu gadis mata duitan yang memeras dengan mengajak bertengkar.
“Aku melihatnya, kau meraba bagian bokongnya” ucap Joo Hyuk. Si pria panik ingin turun dari bus.
“Jangan berhenti.. Tolong ke kantor polisi.” Teriak Woo Jin, Joo Hyuk juga berpikiran yang sama. 

Si pria tetap mengaku busnya goyang dan  tidak sengajamenyentuhnya sedikit. Joo Hyuk dan Woo Jin sudah ada dikantor polisi memberikan keterangan.  Joo Hyuk yakin pria itu sengaja menyentuhnya karena melihat dengan jelas.
“Dari catatan kepolisian, ini bukan ulahnya yang pertama.” Kata polisi.
“Benar, kan? Sudah kuduga....Tangannya terlihat ahli.” Kata Hye Won pun amarah
“Aku terlambat.... Aku boleh pergi? Aku sangat telat.” Ucap Joo Hyuk panik melihat jam tanganya.
Polisi pun membiarkan Joo Hyuk pergi, tapi tak memperbolehkan Woo Jin pergi karena Prosesnya belum selesai. Woo Jin mengaku tidak akan pergi tapi hanya ingin berterima kasih dengannya. Joo Hyuk berlari masuk gedung tapi acara sudah selesai dan tak bertemu dengan Hye Won. 

Esok Hari
Joo Hyuk menemui Hye Won meminta maaf karena tidak bermaksud melanggar janji tapi tiba-tiba ada urusan di jalan jadi akan menjelaskan. Hye Won dengan wajah sinis merasa tak masalah,  karena menunggu sebentar dan menonton pertunjukannya sendirian.
“Ahh.. Begitu... Bagaimanapun, maafkan aku... Akan kutraktir makan enak sebagai ungkapan maaf jika kau luang nanti malam.” Ucap Joo Hyuk
“ Tidak. Aku ada janji... Jadi Sudah dulu. Aku harus berlatih.” Kata Hye Won sinis 

Joo Hyuk terlihat kebingungan karena di tolak oleh Hye Won, saat itu Woo Jin datang menemui Joo Hyuk dikampusnya. Joo Hyuk terlihat binggung, Woo Jin pikir Joo Hyuk tak mengingatnya, memberitahu kalau mereka bertemu dibus
“Bagaimana kau bisa kemari?” tanya Joo Hyuk binggung
“Aku mendengarmu memberi tahu universitasmu kepada polisi. Tidak kusangka kita langsung bertemu. Sepertinya kita memang ditakdirkan. Benarkan?” kata Woo Jin mengoda. Joo Hyuk heran mendengarnya.
“Aku mau mentraktirmu... Bagiku, membalas budi itu keharusan.” Kata Woo Jin
“Lupakan saja. Anggaplah kau sudah mentraktirku... Aku harus berangkat bekerja. Dan Bukankah rokmu terlalu pendek? Jadi Panjangkan sedikit.” Komentar Joo Hyuk melihat rok Woo Jin
“Aku sudah melepas jahitanya.” Kata Woo Jin lalu mengikuti Joo Hyuk.
“Hei, ikutlah denganku... Aku cuma berterima kasih atas bantuanmu kemarin.” Kata Woo Jin, tapi Joo Hyuk seperti tak mengubrisnya. 


Joo Hyuk berkerja di toko es krim melihat Woo Jin sudah berdiri sambil memakan es krim. Woo Jin melihat lengan Joo Hyuk  harus kuat untuk bekerja di toko es krim karena menyendok es krim sulit. Joo Hyuk tak mengubrisnya dengan terus berkerja.
“Otot lenganmu mengencang saat menyendoknya. Apa Kau tidak bekerja saat akhir pekan? Apa kegiatanmu di hari Sabtu?” tanya Woo Jin
“Pergi ke gereja.” Ucap Joo Hyuk. Woo Jin ingin tahu kalau hari minggu.
“Pergi ke kuil.” Kata Joo Hyuk singkat,
“Kalau begitu, mari kita menonton film saat malam. "Superman Returns". “kata Woo Jin
“Itu sudah kutonton.” Jawab Joo Hyuk, Woo Jin mengatakan kalau  Itu belum dirilis.
“Di mana rumahmu? Aku tinggal di Boeun-dong.” Kata Woo Jin. Joo Hyuk meminta maaf kepada Woo Jin agar pergi saja karena mengganggu.
“Aku bisa dipecat karena mengobrol dengan pembeli jika bosku datang.” Kata Joo Hyuk
“Kalau begitu, itu menguntungkanku. Apa Kau tidak mau menjadi tutor matematikaku? Ibuku mencari tutor untukku. Akan kuminta ibuku untuk membayar mahal dirimu. Jadilah tutorku.” Kata Woo Jin seperti mencoba merayu.
Joo Hyuk tetap tak peduli, Woo Jin mengeluh kalau sangta merepotkan dan harus mengulang belajar dengan Upahnya 300 dolar per bulan untuk empat jam pelajaran sepekan. Joo Hyun sedikit mengangkat wajahnya tapi tetap berusaha tak peduli. Joo Hyuk akan membayar 400 dolar.



Joo Hyuk akhirnya mengajarkan  Inti fungsi trigonometri adalah kesimetrisan pada titik belok. Tapi Woo Jin seperti tak peduli mala maakn buah strawberry yang menurutnya buah terenak sedunia. Joo Hyuk mengajak Woo Jin belajar karena  harus mengejar materi yang terlewat saat Woo Jin terkena flu.
“Biasanya kau sangat bersemangat, jadi, kenapa kau sering terserang flu?” keluh Joo Hyuk
“Karena lubang hidung dan mulutku besar. Apa Mau lihat?” goda Woo Jin. Joo Hyuk mengajak mereka beralih ke soal berikutnya.
“Apa bermulut besar berarti hebat saat mencium? Lalu Kau pernah berciuman berapa kali? Aku menyukai pria yang ciumannya hebat. Bukankah mulut dan lidah akan sakit jika kita berciuman terlalu lama? Kudengar ada yang mampu berciuman selama 1-2 jam.” Kata Woo Jin terus mengoceh yang membuat Joo Hyuk sedikit gugup
“Apa cita-citamu saat dewasa nanti?” tanya Joo Hyuk. Woo Jin dengan mudah menjawab “Menjadi istrimu.” Joo Hyuk menyuruh Woo Jin berhenti bercanda.
“Aku sangat menyukaimu.... Aku sangat menyukaimu hingga bisa tersedak sampai mati...  Aku serius.” Ucap Woo Jin.  
“Pernyataan cinta yang cerdas.” Komentar Joo Hyuk
“Apa aku terlihat manis? Tidak apa-apa.. Akan aku izinkan.  Aku senang saat kau membelai kepalaku.” Kata Woo Jin sengaja menaruh tangan Joo Hyuk diatas kepala sambil mengerak-gerakan.
“Kurasa bagian atas kepalaku adalah titik sensitifku.” Ucap Woo Jin mengoda, Joo Hyuk langsung menarik tangannya dan wajahnya langsung merona merah.
“Wajahmu merah padam... Wahh.. Manisnya.” Goda Woo Jin. Joo Hyuk mengelak.
“Wajahmu semerah stroberi.” Goda Woo Jin, Joo Hyuk ingin memarahinya saat itu terdengar teriakan ibu Woo Jin setelah menerima telp lalu bergegas pergi dengan Woo Jin dengan taksi. Joo Hyuk pun terlihat ikut panik didepan rumah. 


Ayah Woo Jin meninggal, Joo Hyuk seperti tak tega melihat Woo Jin yang masih kecil sudah kehilangan ayahnya. Setelah memberikan hormat Joo Hyuk akan pamit pergi, Woo Jin menahan tangan Joo Hyuk  meminta agar menemaninya. Joo Hyuk hanya terdiam melihat Woo Jin yang sangat sedih. 

Joo Hyuk hanya melamun mengingat semua kenangan disaat masa kuliah, Nyonya Jang menyadarkan lamunan Joo Hyuk bertanya apakah Tidak minum. Joo Hyuk mengangkat gelas agar bisa diisi. Nyonya Jang tahu Joo Hyuk tak kuat minum jadi hanya setengah gelas bir saja dan sisanya sprite. Mereka pun mulai bersulang.
“Kau kenapa? Tingkahmu seperti anak kecil yang telah berbuat nakal.” Komentar Jong Hoo
“Diamlah dan makan saja dagingnya.” Kata Joo Hyuk seperti sedang menyesali hidupnya.
“Hei, Pengacau... Makanlah... Aku sudah seperti kakaknya... Dan Cha Bum Kun adalah kakak kita... Kami dari keluarga yang sama!” ucap Tuan Cha pada Joo Hyuk dan semua pegawai. Mereka pun memberikan tepuk tangan.
“Sembarangan saja... Kalian tidak sekeluarga. Kapan kau akan mengakuinya?” kata Jong Hoo
“Entahlah. Aku telanjur jatuh terlalu dalam, bagaimana ini?”ucap Joo Hyuk
“Hei, dia memiliki sisi pengecut. Dia tidak bisa mengaku pada Pak Cha bahwa mereka tidak sekeluarga... Dia berbohong soal keluarganya untuk menjilat bosnya.” Bisik Jong Hoo pada Hwan.
“Ayolah, bisa-bisanya kamu menudingku seperti itu? Margaku bukan Kim atau Yoo, tapi Cha. Apa Menurutmu pemilik marga Cha banyak? Silsilah kami sama, jadi Kami semua berhubungan. Tidak ada yang peduli jika aku memalsukan silsilahku sedikit.” Ucap Joo Hyuk
“Aku juga perlu melakukan hal yang kubisa. Aku kewalahan dengan bunga pinjaman, biaya pengasuhan anak, dan pengeluaran sehari-hari. Jadi, aku harus mengusahakan semampuku. Termasuk bohong tentang silsilahku. Kalian tidak paham.” Komentar Joo Hyuk marah
“Tentu saja paham. Aku bercanda. Apa Kau mabuk karena bir? Kenapa kau sensitif?” goda Jong Hoo
Joo Hyuk tak ingin disentuh oleh temanya, semua pegawai menatap binggung. Tuan Byun bertanya apa yang terjadi. Jong Hoo mengatakan kalau pertengkaran antara kekasih dengan memeluk Joo Hyuk kalau sangat menyayangi. Joo Hyuk mengaku sangat membenci Jong Hoo begitu juga istrinya, serta perkerjaanya. Joo Hyuk yang mabuk menyanyi diatas panggung.
“Kenapa dia?” tanya Tuan Cha heran melihat tingkah Joo Hyuk. Tuan Byun pikir Joo Hyuk hanya mabuk.
“Pasti dia sedang ada masalah.” Komentar Tuan Cha melihat Joo Hyuk terus menyanyi. 

Joo Hyuk pulang ke rumah langsung terbaring dilantai, Woo Jin langsung mengumpat marah karena akan mereka akan bangun. Joo Hyuk ingin muntah bergegas masuk ke dalam kamar mandi, Woo Jin mengeluh karena Joo Hyuk yang tidak kuat minum alkohol tapi malah minum
“Jangan berisik... Tidurlah yang tenang!” ucap Woo Jin melihat Joo Hyuk yang muntah.
“Karena mabuk, dengkuranmu pasti keras. Apa Kamu mau menidurkan anak-anak jika mereka bangun?” kata Woo Jin melihat Joo Hyuk akan naik ke tempat tidur
“Keluar dan tidurlah... Aku benci bau alkohol... “ kata Woo Jin ingin Joo Hyuk tidur diluar. 


Joo Hyuk kesal dengan Woo Jin yang selalu mengumpat, lalu mengaku kalau dirinya gila dengan pindah ke kamar lain. Ia pikir mana mungkin tidak gila jika tinggal dengan wanita jahat, lalu mencoba memainkan games di balik baju-bajunya, tapi PS-nya malah tak jalan.
“Kau kenapa? Jangan setega ini kepadaku.... Hei, ayolah!!!.. Bisa-bisanya kau tidak peka dengan perasaannya dan malah ikut campur?” keluh Joo Hyuk menangis berbaring dan memangil Hye Won. 

Dalam kereta, Joo Hyuk terlihat tertidur sambil berdiri. Seorang pria berjalan sambil berbicara seperti orang gila “Jika bintang menjadi lubang hitam, dampak gayanya akan memperlambat rotasi Bumi. Itu memunculkan celah di ruang waktu dan membentuk lubang cacing. Celahnya sudah kian dalam.”
“Saat gaya gravitasi mencapai puncaknya, kita bisa berkelana ke masa lalu karena lubang cacing. Waktu itu segalanya... "Bulan, seperti apakah wujud bulan? Bulat seperti piring" Bulan adalah bulan. Bulan...” ucap Si pria tiba-tiba terjatuh dan berbaring dilantai.
“Dia terlihat waras... Tapi Kenapa banyak sekali orang gila belakangan ini? Menakutkan.” Komentar penumpang melihat si pria
“Pak, mari kubantu berdiri.” Kata Joo Hyuk membantu si pria berdiri dengan memastikan baik-baik saja.
“Saat bintang menjadi lubang hitam... Ini koin 50 sen.” Ucap Si pria lalu berjalan pergi
“Ini diedarkan tahun 2006, Koin ini sangat langka.” Kata Joo Hyuk melihat koin ditanganya. 


"Hari Kamis, 30 Agustus"
Joo Hyuk selesai melayani customer dan akhirnya berbaring diatas meja sambil tertidur.  Jong Hoo memberitahu Tuan Byun kalau Ibunya  Tuan Han meninggal dan Pemakamannya besok. Tuan Byun kaget karena Ibu Tuan Han itu belum terlalu renta.
“Aku tidak bisa hadir karena ada upacara peringatan. Bagi yang memiliki waktu luang, mohon gantikan aku.” Kata Tuan Byun
“Maaf... Aku harus segera pulang karena ayahku sakit. Kurasa pemakamannya digelar di Jangwon, Gyeonggi.” Kata Jong Hoo
“Jauh sekali. Bagaimana denganmu, Bu Jang?” tanya Tuan Byun
“Aku ada janji dengan penata rambut yang sulit dipesan.” Kata Nyonya Jag
“Bagaimana dengan kalian?” tanya Tuan Byun. Hwan mengatakan kalau  ada janji dengan teman
“Temanku membuka salon kuku, jadi, aku menghadiri pembukaannya. Aku tidak ikut. Bertemu dengannya saja tidak pernah.” Kata Hwan.
Joo Hyuk baru terbangun dari tidurnya, tanganya ditarik keatas. Tuan Byun dari belakang berpikir kalau Joo Hyuk mengajukan diri, dan langsung mengucapkan terimakasih. Joo Hyuk hanya bisa melonggo binggung. 


Joo Hyuk akhirnya ke rumah duka dengan wajah sedih karena sangat mendadak. Tuan Han menceritakan ibunya ditabrak motor saat akan mengantar beberapa lauk untuk mereka. Joo Hyuk terdiam seperti ikut sedih.
Akhirnya Joo Hyuk menelp ibunya bertanya apakah gimbap Ibu laris manis hari ini. Ibu Joo Hyuk malah bertanya apakah sudah makan malam. Joo Hyuk mengaku sudah makan dan Woo Jin mengurusnya dengan baik.
“Ibu, bagaimana kondisi pergelangan tangan Ibu? Tiba-tiba saja aku teringat... Minta Ayah untuk mengurangi minum alkohol. Aku akan berkunjung jika ada waktu luang... Ibu...Mimpi indah... Aku rindu Ibu.”kata Joo Hyuk seperti berkaca-kaca menelp ibunya. 


Joo Hyuk mengemudikan mobil mengeluh dengan siaran radio yang tak baik lalu mematikanya. Terlihat dilangit ada dua bulan berdampingan. Joo Hyun mengemudikan mobilnya sambil menguap lalu melihat tulisan  pada spanduk "Hidupmu juga bisa berubah. Mulailah hidup baru" dan akhirnya berbelok kearah kiri.
“Apa itu? Memang di sini ada gerbang tol? Aku tidak ingat melihatnya tadi.” Ucap Joo Hyuk binggung
Terdengar siara radio "Jiwamu ingat impian di tengah musim. Jadi, jangan lupakan walau fajar telah menyingsing." Saat mendengarkan lirik ini, kurasa musim panas adalah musim paling romantis.

Joo Hyuk melihat kalau bayar tolnya 10 sen atau 50 sen"  lalu mengeluh karena bukan jalan bebas hambatan dengan 50 sen. Ia pun membayarnya dengan uang koinya, tapi uangnya malah tertelan, tapi tak ada bisa membantunya. Joo Hyuk melihat koin yang diterima dari pria aneh dan langsung melemparnya, saat itu palang pintu terbuka.
“Jadi, Apa mesinnya hanya menerima koin 50 sen? Astaga, mesinnya menelan satu dolar.” Keluh Joo Hyuk akhirnya mengemudikan mobilnya.
“Apa aku tadi melewati jalan ini?” tanya Joo Hyuk melihat jalan yang dilalui.

Ia melihat di GPS kalau keluar dari rute, wajahnya binggung karena jalan berbeda. Tiba-tiba mobil Joo Hyuk langsung berjalan sendiri dengan cepat, dan Joo Hyuk pun berteriak panik dengan wajah ketakutan. 

Joo Hyuk membuka matanya setelah terdengar suara teriakan yang memangilnya, lalu berpikir kalau dirinya ada Ini rumah sakit. Ia pikir Tapi langit-langitnya terlalu, lalu tersadar kalau sedang berada di rumah lamatnya.
“Oppa.... Cepat buka pintunya.” Teriak Joo Eun. Joo Hyuk binggung karena ada di dalam rumah lamanya dan mendengar suara adiknya
“Jika tidak dibuka pada hitungan ketiga, kutendang pintu ini..Oppa” teriak Joo Eun. Akhirnya Joo Hyuk membuka pintu. 

“Berantakan sekali. Ini kandang hewan atau apa? Astaga, bau.” Keluh Joo Eun. Joo Hyuk terlihat masih binggung.
“Aku tidak bolos sekolah. Ini hari jadi sekolahku dan Bawakan ini dahulu. Aku ingin tidur sampai siang hari ini, tapi Ibu menampar keras punggungku untuk mengantarkan lauk. Katanya aku harus mengantarkan lauk ini untuk Kakak. Aku kelas tiga SMA Bahkan tiket keretaku pun tiket berdiri. Jadi Ingatlah itu saat Kakak memakannya.” Kata Joo Eun
“Apa yang terjadi? Aku mengenali situasi ini.” Gumam Joo Hyuk masih bingung
“Kenapa rumah bisa berbau seperti ini? Berantakan sekali. Pasti kalian menonton pertandingan Piala Dunia dan berpesta semalam.” Kata Joo Eun. Joo Hyuk bingung Joo Eun membahas "Piala Dunia"?
“Karena kemenangan pertama Korea.” Gumam Joo Hyuk, Joo Eun mengeluh kakaknya hanya diam saja.
“Turunkan itu dan bereskan ini... Hei... Permisi, orang yang berbaring di situ. Aku tahu kau sudah bangun, Jadi  Bangunlah.”kata Joo Eun.
“Halo. Aku sudah sering mendengar tentangmu. Aku temannya yang menumpang.” Kata Sang sik. Joo Hyuk ingat kalau Ini kejadian hari itu. Joo Eun meminta Sang Sik memakai bajunya.
“Kejadian sepuluh tahun lalu.” Gumam Joo Hyuk. Joo Eun menemukan majalah dibalik lemari, hanya Sang Sik yang berteriak.
“Itu miliknya! Bukan milikku. Jelas itu bukan milikku.” Teriak Sang Sik. Joo Hyuk hanya diam saja. Joo Eun melihat satu maja dan meminta agar bisa meminjamnya. Joo Hyuk melihat kalender kalau sedang berada pada bulan Juni di tahun 2006.
Bersambung ke episode 2

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar