PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Selasa, 28 Agustus 2018

Sinopsis Lets Eat 3 Episode 13 Part 1

PS : All images credit and content copyright : TVN

“Aku ingin menyakitimu sama seperti ibumu menyakitiku.” Kata Seo Yeon sinis
“Apa yang ibuku pernah lakukan padamu? Dia lebih menghargaimu daripada putrinya sendiri.” Kata Ji Woo heran
“Aku tahu. Dia mungkin hanya melakukannya karena rasa bersalah.” Kata Seo Yeon. Ji Woo tak mengerti apa maksudnya "Bersalah"
“Kenapa ibuku merasa bersalah kepadamu?” tanya Ji Woo
“Ibumulah penyebab orang tuaku bercerai. Ibumu berselingkuh dengan ayahku dulu. Jadi anggap semua ini tidak terjadi. Aku juga akan melupakannya.” Kata Seo Yeon lalu berjalan pergi.
Ji Woo terlihat masih shock karena mengetahui tentang ibunya yang berselingkuh. Seo Yeon menerima telp dan kaget karena baru saja di digugat. 

Ji Woo datang menemui ibunya di rumah sakit sambil mendengarkan agu dari radio, tanganya sibuk mengunting kuku ibunya lalu berbicara “Mi Sook, perselingkuhan. tidak datang lebih dulu, kan?” seperti ingin memastikan. Ibu Ji Woo mendengarnya binggung dengan yang dikatakan anaknya.
“Katakanlah aku salah. Aku tahu itu tidak benar.” Kata Ji Woo. Ibu Ji Woo menjawab tidak dan mulai menyanyi mengikuti lagu yang diputar di radio.
“Aku masih membencinya, tapi sekarang aku sedikit mengerti. Karena itulah dia tiba-tiba jadi lepas landas. Aku hanya bisa membayangkan sakit hatinya. Dia... sangat mengagumi Anda. Dia pasti menganggapnya sebagai pengkhianatan. Bahkan aku akan merasa sakit karenanya.” Kata Ji Woo dengan nada lemah dan tertunduk.
“Ji Woo, apa yang kau katakan? Aku tidak bisa mendengar saat kau bergumam.” Kata Ibu Ji Woo, Ji Woo memilih untuk tak mengatakan apapun pada ibunya. 


Flash Back
Pohon nata di ruang tengah, Ji Woo sedang tengkurap di lantai sambil menulis sementara Seo Yeon sedang mengunting kuku kakinya. Ji Woo menjerit kesal karena potongan kukunya terbang ke arahnya.
“Apa Kau menulis surat untuk Dae Young lagi? Kau memang rajin. Jika kau melakukan hal itu untuk belajar, maka kau akan dapat beasiswa seperti aku.” Ejek Seo Yeon
“Apa Kau tak tertarik untuk tinggal bersamaku lagi?” balas Ji Woo mengancam
“Eonni, jalanannya licin, jadi hati-hati saat jalan.” Ucap Seo Yeon bersikap baik pada Ji Woo yang berjalan keluar dari rumah. 


Terdengar teriakan ibu Ji Woo memanggi anaknya dari dalam kamar mandi. Seo Yeon menyahut memberitahu kalau Ji Woo sedang keluar jadi bisa menyuruhnya. Ibu Ji Woo pikir tak perlu dan meminta agar jangan khawatir tentang itu.
Ji Woo pergi ke kotak pos menatap surat untuk Dae Young dan menciumnya lebih dulu, wajahnya terlihat sangat bahagia. Ibu Ji Woo mendengar Ji Woo yang baru pulang dan kembali memanggilnya. Ji Woo bertanya ada apa pada ibunya.
“Apa kau bisa kemari sebentar? Gosok punggung Ibu.” Kata Ibu Ji Woo. Se Yeon mendengar percakapan ibunya di dalam kamar mandi.
“Bukankah sudah terlambat untuk itu? Gosok saja di sauna nanti.” keluh Ji Woo. Ibunya pikir itu Itu terlalu mahal!
“Ibu menggosok punggungmu berkali-kali, tapi kau tak pernah gosok punggung Ibu sama sekali.” kata Ibu Ji Woo. Akhirnya Ji Woo mengosong punggung ibunya sambil bercanda.
Seo Yeon mendengar keseruan ibu dan anaknya dengan wajah sedih akhirnya memilih untuk keluar dari rumah.

Seo Yeon duduk di ayunan mengingat kembali saat Ibu Ji Woo memanggil anaknya tapi Ji Woo tak ada dirumah dan meminta agar padanya saja, tapi Ibu Ji Woo tak meminta apapun padanya. Tapi saat Ji Woo datang Ibu Ji Woo tak segan meminta tolong pada Ji Woo agar mengosokan punggungnya.
Seo Yeon menatap ponselnya, memegang foto ibu Ji Woo dengan dirinya.
Flash Back
Seo Yeon mengantar Ibu Ji Woo ke stasiun meminta agar Jangan lepaskan fotonya dari ponsel ibunya. Ibu Ji Woo menganguk mengerti lalu mengeluh haus. Seo Yeon dengan sigap pergi ke minimarket membeli minuman, wajahnya sangat bahagia bisa memiliki seorang ibunya, saat itu mendengar percakapan ibu Ji Woo dan dan anaknya.
“Bagaimana denganku?” kata Ji Woo merasa iri dengan perlakuan ibunya pada Seo Yeon yang berlebihan.
“Ibu selalu di sisinya. Dan Ibu melakukan apapun yang dia minta. Apa Ibu menjadi lebih baik karena dia putrinya Ahjussi? Ibu tidak tahu betapa buruknya aku untuk melihat Ibu seperti ini.” Kata Ji Woo
“Bukan seperti itu. Seo Yeon dan kau tidak sama. Dia pasti menderita ketika dia sangat membutuhkan ibunya. Setiap kali Ibu memikirkannya, maka Ibu merasa tidak enak padanya.” Ucap Ibu Ji Woo
Seo Yeon berpura-pura tak mendengarnya dengan memberitahu ibu Ji Woo kalau keretanya hampir sampai. Seo Yeon mengingat semuanya terlihat sangat sedih karena ternyata semuanya perhatian Ibu Ji Woo hanya kasihan padanya. 


Di rumah
Ibu Ji Woo menaruh sup di dalam mangkuk, Ji Woo mengeluh ibunya yang harus mengalami kerumitan untuk membuat semua secara terpisah. Ibu Ji Woo tahu kalau Seo Yeon tidak terlalu suka makanan lain. Ji Woo mengejeknya kalau Ibunya  yang baik sekali dengan nada sinis.
“Ngomong-ngomong, dia tadi tak bilang kemana dia pergi? Kapan dia akan kembali?” kata Ibu Ji Woo khawatir pada Seo Yeon belum datang.
Seo Yeon datang dengan membawa sekotak kue, wajahnya kembali tersenyum. Ibu Ji Woo langsung menyambutnya mengak sangat binggung kemana Seo Yeon pergi ternyata membeli kue padahal di luar itu dingin. Ia pikir kalau Seo Yeon bisa meminta Ji Woo untuk membelinya.
“Makanannya sudah siap, jadi kenapa beli kue?” keluh Ji Woo
“Kita seharusnya tidak melewatkan kue pada Malam Natal. Aku belikan kue ubi jalar kesukaan Ibu.” Ucap Seo Yeon mencari perhatian ibu Ji Woo
“Aigoo, hanya kau yang peduli pada Ibu.” Kata Ibu Ji Woo memuji. Seo Yeon tersenyum sementara Ji Woo hanya cemberut.
Saat itu terdengar suara bunyi pintu, Ibu Ji Woo pikir yang datang ayah mereka dan langsung menyambutya. Seo Yeon menarik Ji Woo juga agar menyambut ayahnya juga. 

Ji Woo dan Seo Yeon akhirnya kembali ke Seoul, Seo Yeon  mengajak makan kimchi sujebi saat sampai di rumah. Ji Woo menolak karena lelah jadi menyuruh Seo Yeon makan sendiri saja.  Seo Yeon mengeluh karena kalau ia yang membuatnya tak ada rasanya.
“Hei.. Kau Pergilah tanpa aku. Ada tempat yang mau kukunjungi.” Ucap Ji Woo seperti menatap sesuatu dan memberikan semua bawaan pada Seo Yeon.
“Apa Kau mau aku membawa ini?” kata Seo Yeon mengumpat marah.
“Tunggulah aku, dan aku akan membuatkanmu kimchi sujebi begitu aku sampai di rumah... Cepatlah...” kata Ji Woo. Seo Yeon pun dengan senang hati menerimnya. 

Ji Woo ternyata melihat “Kacang” yang masih ada di etalase, lalu masuk ke dalam dan keluar membawa seekor anjing kecil ditanganya.  Awal tahun 2006, Ji Woo memberkan tanda pada tanggal “Cuti pertama Dae Young” dan menuliskan surat diatas meja.
“Akhirnya, ini cuti pertamamu meskipun kau akan kembali ke sana, saat kau menerima surat ini.”
Terdengar suara Seo Yeon berteriak marah pada “Kacang” karena mengigiit sepatu impornya langsung dari Australia, padahal belum membayar semua angsurannya. Ji Woo membela anjingnya kalau tak boleh dimarahi.

“Kau harus menaruhnya di lemari sepatu.” Ucap Ji Woo, Seo Yeon marah karena Ji Woo malah menyalahkanya. Ji Woo pun mengendong “Kacang” dalam pelukanya sambil kembali menulis surat.
“Aku yakin itu kejutan bagimu kalau aku mengadopsi Kacang. Aku belum pernah menulis ini sehingga anggaplah ini kejutan.”
“Lee Ji Woo, kau bayar kembali. Itu anjing peliharaanmu!” teriak Seo Yeon marah lalu mengangkat telp 


Seo Yeon mengangkat telp dan terlihat kaget mengatakanakan segera ke sana. Ji Woo melihat wajah Seo Yeon yang kaget bertanya telp apa itu. Seo Yeon memberitahu tentang ayahnya dengan terbata-bata.
“Ayah...ada di rumah sakit. Dia mengalami kecelakaan.” Kata Seo Yeon. Ji Woo kaget langsung mengambil jaket digantungan.
“Ayo cepat pergi. Aku harus meminta pemilik untuk menjaga Kacang.” Ucap Ji Woo melihat Seo Yeon masih tetap diam.
“Apa yang kau lakukan? Cepat Pakai ini.” Ucap Ji Woo berusaha menenangkan Seo Yeon kalau ayahnya akan baik-baik saja dan Keduanya bergegas keluar dari rumah.

Ayah Seo Yeon meninggal mereka bertiga pun berada di rumah duka menerima pelayat yang datang. Seo Yeon jatuh lemas ditinggal oleh ayahnya, Ibu Ji Woo mengatakan kalau akan tetap ada di rumah duka dan menyuruh dua anaknya untuk pulang dan tidur saja.
“Tidak, aku akan tetap di sini bersama Ibu.” Kata Seo Yeon memegang tangan ibu Ji Woo
“Kau terlihat lesu. Kau mungkin akan pingsan sebelum mengirim ayahmu pergi. Jadi Dengarkan ibumu... Ji Woo, bawa dia bersamamu.” Kata ibu Ji Woo mengengam tangan Seo Yeon. Ji Woo pun mengajak Seo Yeon agar pergi dengan memapahnya. 

Ji Woo dan Seo Yeon berjalan dilorong, tiba-tiba mata Seo Yeon melihat ibunya datang mencari ruangan ayahnya, lalu menyuruh agar Ji Woo pulang saja sendiri. Ji Woo binggung menanyakan alasanya. Seo Yeon merasa kalau tamunya sudah datang.
“Aku akan segera mengikutimu.” Kata Seo Yeon bergegas pergi menarik ibunya pergi. Ji Woo melihat Seo Yeon menarik ibu kandungnya agar menjauh dari rumah duka. 
Seo Yeon menarik ibunya keluar mengeluh karena datang ke rumah duk. Ibunya pikir kalau tak ada alasan untuk tidak bisa datang, karena dulu hidup dengan ayahmnya. Seo Yeon pikir Tidak ada orang di sini yang akan senang melihat Ibunya datang jadi meminta agar pergi saja

“Itulah yang diinginkan Ayah juga.” Ucap Seo Yeon sinis
“Kau bicara dingin padaku seperti ayahmu.  Itu sebabnya orang mengatakan sifatnya akan menurun pada anaknya. Jika dia akan meninggal seperti ini, kenapa dia harus begitu kejam padaku?” keluh Ibu Seo Yeon.
“Apa Ibu menyalahkannya bahkan pada saat ini? Ibu menyalahkan orang lain atas segalanya, kan?” kata Seo Yeon marah
“Aku tidak mengatakan sesuatu yang salah. Kudengar mantan suami dari istrinya yang sekarang juga meninggal. Apa dia ditakdirkan untuk membuat suaminya mati?” ucap Ibu Seo Yeon menyindir
“Sudah cukup... Aku tidak mau mendengarnya lagi, jadi pergilah sebelum ibuku melihatmu.” Kata Seo Yeon marah
“Apa,kau bilang ibumu? Kau belum pernah memanggilku seperti itu sekali pun.” Ucap Ibu Seo Yeon kesal
“Ibu bukan seorang ibu hanya karena melahirkanku. Apa menurut Ibu dengan melahirkan memberimu hak?” tegas Seo Yeon
“Lalu apa wanita yang membuat kami bercerai memiliki kualifikasi?” ucap Ibu Seo Yeon menyindir. Seo Yeon kaget tak mengerti maksud ucapan ibunya.
“Ayahmu berselingkuh dengannya. Itu sebabnya kami bercerai. Dia membawanya pergi dariku.” Kata Ibu Seo Yeon. Seo Yeon tak percaya mendengarnya. 


Ji Woo tertidur di lantai dan terbangun saat pagi hari tak melihat Seo Yeon ada disampingnya dan berpikir kalau sudah pergi lebih dulu padahal seharusnya pergi bersama, tapi melihat ada baju hitam ditaruh diatas kursi milik Seo Yeon.
Akhirnya Ji Woo kembali ke rumah duka melihat ibunya hanya sendiri melayani pelayat tanpa ada Seo Yeon. Ibu Ji Woo menghampiri anaknya menanyakan keberadaan Seo Yeon, Ji Woo kebingungan menjawabnya tapi akhirnya mengatakan kalau Seo Yeon akan segera ke datang.

Dae Young mencoba menelp Ji Woo tapi ponselnya tak aktif dan berpikir kalau Ji Woo sedang ada pelatihan perawat lalu menaiki bus. Ponsel Ji Woo tergeletak sedang di Charger, Ibu Ji Woo kebingunga karena Seo Yeon tidak menjawab teleponnya dan ingin tahu keberadan anak tirinya.
“Sebenarnya... Dia pergi ke suatu tempat menaruh pakaian berkabungnya.” Ucap Ji Woo
“Apa? Apa terjadi sesuatu?” tanya Ibu Ji Woo, Ji Woo mengaku kalau  Ibu Seo Yeon  kemarin datang.
“Astaga. Kenapa baru beri tahu sekarang?” ucap Ibu Ji Woo panik. Ji Woo pikir kalau Seo Yeon akan mencari udara.
“Kembalilah ke Seoul. Dia mungkin ada di sana.” Kata ibu Ji Woo, Ji Woo tak tega karena Ibu akan mengurus semuanya sendirian.
“Ibu akan baik-baik saja... Bawa Seo Yeon kembali bersamamu.” Pinta ibu Ji Woo. Ji Woo menganguk mengerti. 



Ji Woo mengambil ponselnya seperti tak memperdulikan ada Tiga panggilan tidak terjawab dari Dae Young, lalu saat masuk kembali ke Seoul melihat kamarnya sudah berantakan. Seo Yeon membawa semua pakaian dan membiarkan kambarnya berantakan. 

Dae Young sudah kembai ke basecamp tentara, Seorangnya bertanya apakah Dae Young belum bisa memperbaikinya padahal Pertunjukan musik akan segera berakhir. Dae Young menutup bagian bawah dan mengatakan kalau sudah selsai dan menyalahkan TV.
Semua bersorak menonton  PENAMPILAN TERPANAS: Debut Hyun Young, seniornya memuji Dae Young si Mahasiswa teknik memang hebat. Tentara lain memanggil Dae Young kalau Ada pengunjung. Teman dari universitas. Dae Young tersenyum karena berpikir yang datang adalah Ji Woo.
“Hormat... Prajurit Goo, pergi untuk menemui pengunjung saya.” Kata Dae Young melapor pada atasanya. Seniornya pun mempersilahkan Dae Young pergi. 

Dae Young mencari sosok Ji Woo, tapi ternyata yang datang adalah Sung Joo dan Byung Sam, keduanya melambaikan tangan bahagia pada teman satu kampusnya. Dae Young terlihat kecewa karena bukan Ji Woo yang datang.
“Wajah apa itu? Siapa yang kau harapkan? Aku mengunjungimu sebelum kembali ke markasku.” Ucap Sung Joo 
“Ya. Kau tidak tahu pertemanan sejati adalah tentang mengunjungi teman di markas saat istirahat?” kata Byung Sam lalu bercanda memiting kepala Dae Young.
“Aku cuma terkejut. Aku bersyukur.” Jerit Dae Young dan Byung Sam melepaskan pitinganya.
“Aku ini bersyukur. Kenapa kau malah berpakaian biasa ? Bukankah seharusnya kau kembali juga?” ucap Dae Young
“Aku berhenti.” Kata Byung Sam, Dae Young binggung. Sung Joo menyuruh Byung Sam mengatakan dengan jelas.
“Kau diberhentikan karena penyakit. Dia disunat saat wamil dan menderita efek samping.” Ucap Sung Joo. Byung Sam malu menyuruh Sung Jooo diam saja.
“Aku mundur selangkah untuk mengambil dua langkah ke depan.” Kata Byung Sam membela diri
“Aku tidak peduli apakah kau melangkah maju atau mundur.” Kata Dae Young
“Kupikir kau akan sangat peduli ketika kau melihat apa yang kami bawa. Inilah yang paling kudambakan saat berada dalam markas.” Ucap Byung Sam bangga membawakan ayam goreng dan juga pizza.  Dae Young sudah menelan air liurnya.
“Kau bahkan tidak menjalaninya selama itu... Tapi Inilah yang paling kau minati saat melayani negara” kata Sung Joo mengeluarkan 3 mangkuk jajangmyun.
“Kau tidak bisa mengirimkan ini di sini. Jadi Makanlah sebelum dingin.” Ucap Sung Joo. 


Mereka pun mulai makan Jajangmyung dengan mencampurnya dengan saus kacang hitam, mereka pun minum bersama cola. Setelah itu mulai makan ayam berbumbu yang dibawa Byung Sam, mereka menikmati makanan yang selama ini tak pernah dirasakan lagi.
Dae Young pun mulai mencoba pizza walaupun sambil makan Jajangmyung, Byung Sam dan Sung Joo pun mengikutinya, mulut mereka tak berhenti mengunyah. Sung Joo merasa kalau Jjajangmyeon rasanya lebih enak. Tapi Byung Sam yakin kalau ayam goreng yang dibawanya lebih enak.  Dae Young mengambil pizza saat setelah makan jajangmyun.
“Coba Lihat? Dia sangat ingin pizza lebih banyak. Dia tidak bisa menanganinya bahkan setelah dia makan jjajangmyeon. Makanlah sebanyak yang kau mau.” Ucap Byung Sam bangga
“Kau salah.... Dia makan jajangmyeon dulu... Dae Young, jjajangmyeonnya terasa lebih enak, bukan?” kata Sung Joo tak mau kalah.
“Itu akan lebih enak dengan telur yang dimasak di hari yang cerah.” Ucap  Dae Young lalu
“Apa? Telur goreng dengan jjajangmyeon?” tanya Sung Joo binggung, Dae Young pikir kedua temanya tidak akan tahu teringat dengan kenangan bersama Ji Woo.
“Jika kau memesan gan-jjajang di Busan, kau mendapatkan telur goreng. Orang Seoul biasanya pelit dan tidak akan memberimu. Rasanya enak dengan saus jjajang. Minyak dari telur bercampur dengan saus untuk meningkatkan rasa.” Kata Ji Woo
“Apa Kalian dengar tentang Ji Woo saat istirahat wamil?” tanya Dae Young penasaran
“Kami tidak bisa menghubungi Ji Woo atau Seo Yeon.” Ucap Sung Joo
“Apa Kau tidak melihat mereka di kampus?” tanya Dae Young. Byung Sam mengaku kalau baru saja mulai berjalan lurus sekarang.
“Sebelumnya Aku hampir tidak bisa berjalan dengan benar dan Aku tidak bisa bilang kalau aku baru saja disunat. Tapi Aku akan segera pergi.” Kata Byung Sam melihat tatapan Dae Young
“Baik. Jika kau bisa menemui Ji Woo, katakan padanya untuk menulis surat untukku.” Kata Dae Young. Byung Sam mengaku merindukannya juga.
“Aku akan membawanya pada saat berkunjung nanti.” janji Byung Sam. 


Byung Sam panik didepan gedung sambil membaca mantra menguatkan hati, tapi saat akan masuk melihat wanita keluar dari gedung langsung panik dan berjalan mundur, saat itu tak melihat ada seorang wanita dibelakang.
Wanita yang membawa gelas kopi tak sengaja menumpahkan di selangkangan Byung Sam. Byung Sam menahan malu dan sakit, Si wanita panik, tapi Byung Sam mengaku baik-baik saja dan bergegas pergi.
“Bodoh... Jadi kau tidak pernah berhasil di gedung?” ucap Jin Seok mendengar cerita Byung Sam
“Ya. Aku bahkan pergi ke rumah Ji Woo, tapi dia pindah beberapa waktu lalu.” Cerita Byung Sam.
“Baguslah sekarang aku sedang cuti. Kalau tidak, kami tidak akan pernah mendengar dari Ji Woo sampai aku bebas. Mari kita cari tahu di mana dia pindah terlebih dahulu.” Kata Jin Seok
Ia lalu bertanya berapa jumlah makanan yang mereka makan, bibi menjawab 5 ribu Won. Jiin Seok pun berjalan pergi, Byung Sam mengerti kalau ia harus mengeluarkan uang untuk membayar makanan. 


Byung Sam panik didepan gedung sambil membaca mantra menguatkan hati, tapi saat akan masuk melihat wanita keluar dari gedung langsung panik dan berjalan mundur, saat itu tak melihat ada seorang wanita dibelakang.
Wanita yang membawa gelas kopi tak sengaja menumpahkan di selangkangan Byung Sam. Byung Sam menahan malu dan sakit, Si wanita panik, tapi Byung Sam mengaku baik-baik saja dan bergegas pergi.
“Bodoh... Jadi kau tidak pernah berhasil di gedung?” ucap Jin Seok mendengar cerita Byung Sam
“Ya. Aku bahkan pergi ke rumah Ji Woo, tapi dia pindah beberapa waktu lalu.” Cerita Byung Sam.
“Baguslah sekarang aku sedang cuti. Kalau tidak, kami tidak akan pernah mendengar dari Ji Woo sampai aku bebas. Mari kita cari tahu di mana dia pindah terlebih dahulu.” Kata Jin Seok
Ia lalu bertanya berapa jumlah makanan yang mereka makan, bibi menjawab 5 ribu Won. Jiin Seok pun berjalan pergi, Byung Sam mengerti kalau ia harus mengeluarkan uang untuk membayar makanan. 


Jin Seok berjalan dengan pakaian biasa, memastikan kalau ia tak terlihat seperti prajurit. Byung Sam menyakinkan kalau Jin Seok terlihat seperti warga sipil biasa. Saat itu seorang wanita lewat dan Jin Seok menanyaka apakah kenal Lee Ji Woo dari Jurusan Keperawatan.
“Aku mahasiswa baru, jadi aku tidak mengenalnya.” Ucap si wanita yang pernah tak sengaj menumpahkan kopi pada Byung Sam, lalu tersenyum dan pergi.
“Apa Kau lihat dia tersenyum padaku? Dia pasti jatuh cinta padaku.” Kata Jin Seok percaya diri.
“Aku ragu dia gila... Dia jatuh cinta padaku.” Komentar Byung Sam yang sedari tadi menatap ke atas.
“Kau bahkan tidak mengucapkan sepatah kata pun, jadi itu tidak mungkin.” Keluh Jin Seok
Tiba-tiba si wanita kembai datang memanggil Jin Seok dengan sebutan “tentara.” Dan Jin Seok menyahut. Si wanita memberitahu kalau seniornya sering belajar di ruang kelas yang kosong jadi meeka harus coba ke sana.


Jin Seok dan Byung Sam masuk ruangan, banyak mahasiswa yang sedang berkumpul. Ia langsung bertanya apakah mereka mahasiswa Jurusan Keperawatan, karena datang untuk menanyakan sesuatu. Mereka menganguk dan mempersilahkan.
“Aku temannya Lee Ji Woo. Kami tak bisa menghubunginya, jadi aku penasaran apakah kalian tahu di mana dia berada.” Ucap Jin Seok
“Ji Woo? Kami juga belum melihatnya. Dia belum masuk kelas. Mungkin dia sibuk dengan pacarnya. Dia mungkin berlatih padanya.” Kata Salah satu wanita.
“Mi Na melewatkan sesi belajar karena alasan yang sama. Jika ada seseorang membantuku berlatih, maka aku akan segera berkencan dengannya..” Kata wanita lainya merasa sedih
“Apa yang sedang kalian latih? Kami ingin membantu. Katakan saja apa itu.”ucap Jin Seok penuh semangat.

Jin Seok menahan sakit, ternyata mereka berlatih untuk mengambil darah dari lengan. Setelah itu meminta agar menekan bagian yang disuntik bukan digosok-gosok. Sementara Byung Sam wajahnya diberikan perban walaupun ingin meminta agar memberitahu kalau merasa pengap, tapi Byung Sam seperti berusaha demi mendapatkan pacar. 


Semua tentara menonton Piala Dunia 2006, Korea versus Togo. Dae Young datang bertanya Berapa skornya. Seniornya memberitahu kedudukanya  1-1, Lee Chun Soo memulai permainannya dan mengajak Dae Young nonton pertandingannya bersama.
“Oh Yah... ada surat untukmu.” Kata seniornya, Dae Young pun bergegas membuka surat dari lemarinya.
“Seo Yeon belajar di luar negeri dan Ji Woo tak tahu ke mana. Dan juga, sepertinya Ji Woo punya pacar. Kukira cinta pertama tidak pernah berakhir bersama.” Tulis Byung Sam.
Dae Young terdiam seperti semua yang diingikan pupus, menonton piala dunia di Jerman dan juga nasib cintanya, semua orang bersorak mengelu-elukan korea tapi Dae Young hanya terdiam. 


Acara Teknik Mesin, Pesta Penyambutan Mahasiswa Baru 2008 dalam sebuah bar. Seorang pria berdiri memperkenalkan namanya Jung Jin Ho sebagai mahasiswa baru. Jin Seok sebagai senior tak peduli ingin tahu apakah ia punya saudara perempuan.
“Tidak ada... Tapi aku punya pacar... Aku satu sekolah dengannya.” Kata Jin Ho bangga
“Anak-anak belakangan ini cepat dewasa. Kita tidak akan memimpikannya saat itu.” Komentar Byung Sam
“Kau masih tidak bisa memimpikannya.” Ejek Sung Joo.  Mereka ingin tahu jurusan apa wanita tersebut.
 “Jurusan Keperawatan.” Kata Si pria. Dae Young langsung mengangkat kepalanya, karena teringat dengan Ji Woo yang belum bisa bertemu. 


Dae Young melamun seperti mengingat kenangana dengan Ji Woo, Seorang bibi datang menghampiri Dae Young meminta maaf karena datang terlambat. Dae Young mengaku tak masalah.
“Aku membaca proposal bisnis yang Anda kirimkan. Aku suka dengan ide makanan yang dikemas untuk rumah untuk yang tinggal sendiri. “ kata si bibi bersemangat.
“Benarkah? Dari saat aku bertemu Anda, aku tahu Anda memiliki mata untuk bisnis. Apa Anda akan bergabung denganku?” kta Dae Young sedanng
“Itu tergantung pada uang muka.” Ucap Si bibi. Dae Young terihat biggung
“Kami hanya mengambil langkah pertama kami, jadi kami pikir membagi-bagikan saham...” jelas Dae Young langsung di potong oleh bibi.

“Apa Anda ingin menandatangani  bisnisku tanpa uang muka? Banyak yang sudah menawarkan untuk membeli resepku.” Kata si bibi dengan nada marah
“Bisakah Anda percaya padaku sekali ini saja dan...” ucap Dae Young memohon tapi disela oleh bibi
“Apa sebenarnya yang Anda percayakan itu? Anda bahkan bukan dari perusahaan besar.” Kata si bibi sinis.
Dae Young mengingat yang dikatakan Sun sebelumnya “Itulah pentingnya sebuah gelar. Tapi Kenapa kau malah berhenti? Ini garis yang jelas untuk menghormati orang lain.” Si Bibi tak mau tahu meminta Dae Young agar membawa uang muka dan akan mempertimbangkannya. Dae Young meminta pengertian tapi Si bibi memilih untuk pergi begitu saja.
Bersambung ke part 2

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar