PS : All images credit and content copyright : TVN
“Aku
ingin menyakitimu sama seperti ibumu menyakitiku.” Kata Seo Yeon sinis
“Apa yang
ibuku pernah lakukan padamu? Dia lebih menghargaimu daripada putrinya sendiri.”
Kata Ji Woo heran
“Aku
tahu. Dia mungkin hanya melakukannya karena rasa bersalah.” Kata Seo Yeon. Ji
Woo tak mengerti apa maksudnya "Bersalah"
“Kenapa
ibuku merasa bersalah kepadamu?” tanya Ji Woo
“Ibumulah
penyebab orang tuaku bercerai. Ibumu berselingkuh dengan ayahku dulu. Jadi
anggap semua ini tidak terjadi. Aku juga akan melupakannya.” Kata Seo Yeon lalu
berjalan pergi.
Ji Woo
terlihat masih shock karena mengetahui tentang ibunya yang berselingkuh. Seo
Yeon menerima telp dan kaget karena baru saja di digugat.
Ji Woo
datang menemui ibunya di rumah sakit sambil mendengarkan agu dari radio,
tanganya sibuk mengunting kuku ibunya lalu berbicara “Mi Sook, perselingkuhan. tidak
datang lebih dulu, kan?” seperti ingin memastikan. Ibu Ji Woo mendengarnya
binggung dengan yang dikatakan anaknya.
“Katakanlah
aku salah. Aku tahu itu tidak benar.” Kata Ji Woo. Ibu Ji Woo menjawab tidak
dan mulai menyanyi mengikuti lagu yang diputar di radio.
“Aku
masih membencinya, tapi sekarang aku sedikit mengerti. Karena itulah dia
tiba-tiba jadi lepas landas. Aku hanya bisa membayangkan sakit hatinya. Dia...
sangat mengagumi Anda. Dia pasti menganggapnya sebagai pengkhianatan. Bahkan
aku akan merasa sakit karenanya.” Kata Ji Woo dengan nada lemah dan tertunduk.
“Ji Woo,
apa yang kau katakan? Aku tidak bisa mendengar saat kau bergumam.” Kata Ibu Ji
Woo, Ji Woo memilih untuk tak mengatakan apapun pada ibunya.
Flash Back
Pohon
nata di ruang tengah, Ji Woo sedang tengkurap di lantai sambil menulis
sementara Seo Yeon sedang mengunting kuku kakinya. Ji Woo menjerit kesal karena
potongan kukunya terbang ke arahnya.
“Apa Kau
menulis surat untuk Dae Young lagi? Kau memang rajin. Jika kau melakukan hal
itu untuk belajar, maka kau akan dapat beasiswa seperti aku.” Ejek Seo Yeon
“Apa Kau
tak tertarik untuk tinggal bersamaku lagi?” balas Ji Woo mengancam
“Eonni,
jalanannya licin, jadi hati-hati saat jalan.” Ucap Seo Yeon bersikap baik pada
Ji Woo yang berjalan keluar dari rumah.
Terdengar
teriakan ibu Ji Woo memanggi anaknya dari dalam kamar mandi. Seo Yeon menyahut
memberitahu kalau Ji Woo sedang keluar jadi bisa menyuruhnya. Ibu Ji Woo pikir
tak perlu dan meminta agar jangan khawatir tentang itu.
Ji Woo
pergi ke kotak pos menatap surat untuk Dae Young dan menciumnya lebih dulu,
wajahnya terlihat sangat bahagia. Ibu Ji Woo mendengar Ji Woo yang baru pulang
dan kembali memanggilnya. Ji Woo bertanya ada apa pada ibunya.
“Apa kau
bisa kemari sebentar? Gosok punggung Ibu.” Kata Ibu Ji Woo. Se Yeon mendengar
percakapan ibunya di dalam kamar mandi.
“Bukankah
sudah terlambat untuk itu? Gosok saja di sauna nanti.” keluh Ji Woo. Ibunya
pikir itu Itu terlalu mahal!
“Ibu
menggosok punggungmu berkali-kali, tapi kau tak pernah gosok punggung Ibu sama
sekali.” kata Ibu Ji Woo. Akhirnya Ji Woo mengosong punggung ibunya sambil
bercanda.
Seo Yeon
mendengar keseruan ibu dan anaknya dengan wajah sedih akhirnya memilih untuk
keluar dari rumah.
Seo Yeon
duduk di ayunan mengingat kembali saat Ibu Ji Woo memanggil anaknya tapi Ji Woo
tak ada dirumah dan meminta agar padanya saja, tapi Ibu Ji Woo tak meminta
apapun padanya. Tapi saat Ji Woo datang Ibu Ji Woo tak segan meminta tolong
pada Ji Woo agar mengosokan punggungnya.
Seo Yeon
menatap ponselnya, memegang foto ibu Ji Woo dengan dirinya.
Flash Back
Seo Yeon
mengantar Ibu Ji Woo ke stasiun meminta agar Jangan lepaskan fotonya dari
ponsel ibunya. Ibu Ji Woo menganguk mengerti lalu mengeluh haus. Seo Yeon
dengan sigap pergi ke minimarket membeli minuman, wajahnya sangat bahagia bisa
memiliki seorang ibunya, saat itu mendengar percakapan ibu Ji Woo dan dan
anaknya.
“Bagaimana
denganku?” kata Ji Woo merasa iri dengan perlakuan ibunya pada Seo Yeon yang
berlebihan.
“Ibu
selalu di sisinya. Dan Ibu melakukan apapun yang dia minta. Apa Ibu menjadi
lebih baik karena dia putrinya Ahjussi? Ibu tidak tahu betapa buruknya aku
untuk melihat Ibu seperti ini.” Kata Ji Woo
“Bukan
seperti itu. Seo Yeon dan kau tidak sama. Dia pasti menderita ketika dia sangat
membutuhkan ibunya. Setiap kali Ibu memikirkannya, maka Ibu merasa tidak enak
padanya.” Ucap Ibu Ji Woo
Seo Yeon
berpura-pura tak mendengarnya dengan memberitahu ibu Ji Woo kalau keretanya
hampir sampai. Seo Yeon mengingat semuanya terlihat sangat sedih karena
ternyata semuanya perhatian Ibu Ji Woo hanya kasihan padanya.
Di rumah
Ibu Ji
Woo menaruh sup di dalam mangkuk, Ji Woo mengeluh ibunya yang harus mengalami
kerumitan untuk membuat semua secara terpisah. Ibu Ji Woo tahu kalau Seo Yeon tidak
terlalu suka makanan lain. Ji Woo mengejeknya kalau Ibunya yang baik sekali dengan nada sinis.
“Ngomong-ngomong,
dia tadi tak bilang kemana dia pergi? Kapan dia akan kembali?” kata Ibu Ji Woo
khawatir pada Seo Yeon belum datang.
Seo Yeon
datang dengan membawa sekotak kue, wajahnya kembali tersenyum. Ibu Ji Woo
langsung menyambutnya mengak sangat binggung kemana Seo Yeon pergi ternyata
membeli kue padahal di luar itu dingin. Ia pikir kalau Seo Yeon bisa meminta Ji
Woo untuk membelinya.
“Makanannya
sudah siap, jadi kenapa beli kue?” keluh Ji Woo
“Kita
seharusnya tidak melewatkan kue pada Malam Natal. Aku belikan kue ubi jalar
kesukaan Ibu.” Ucap Seo Yeon mencari perhatian ibu Ji Woo
“Aigoo,
hanya kau yang peduli pada Ibu.” Kata Ibu Ji Woo memuji. Seo Yeon tersenyum
sementara Ji Woo hanya cemberut.
Saat itu
terdengar suara bunyi pintu, Ibu Ji Woo pikir yang datang ayah mereka dan
langsung menyambutya. Seo Yeon menarik Ji Woo juga agar menyambut ayahnya juga.
Ji Woo
dan Seo Yeon akhirnya kembali ke Seoul, Seo Yeon mengajak makan kimchi sujebi saat sampai di
rumah. Ji Woo menolak karena lelah jadi menyuruh Seo Yeon makan sendiri
saja. Seo Yeon mengeluh karena kalau ia
yang membuatnya tak ada rasanya.
“Hei..
Kau Pergilah tanpa aku. Ada tempat yang mau kukunjungi.” Ucap Ji Woo seperti
menatap sesuatu dan memberikan semua bawaan pada Seo Yeon.
“Apa Kau
mau aku membawa ini?” kata Seo Yeon mengumpat marah.
“Tunggulah
aku, dan aku akan membuatkanmu kimchi sujebi begitu aku sampai di rumah... Cepatlah...”
kata Ji Woo. Seo Yeon pun dengan senang hati menerimnya.
Ji Woo
ternyata melihat “Kacang” yang masih ada di etalase, lalu masuk ke dalam dan keluar
membawa seekor anjing kecil ditanganya.
Awal tahun 2006, Ji Woo memberkan tanda pada tanggal “Cuti pertama Dae
Young” dan menuliskan surat diatas meja.
“Akhirnya,
ini cuti pertamamu meskipun kau akan kembali ke sana, saat kau menerima surat
ini.”
Terdengar
suara Seo Yeon berteriak marah pada “Kacang” karena mengigiit sepatu impornya
langsung dari Australia, padahal belum membayar semua angsurannya. Ji Woo
membela anjingnya kalau tak boleh dimarahi.
“Kau
harus menaruhnya di lemari sepatu.” Ucap Ji Woo, Seo Yeon marah karena Ji Woo
malah menyalahkanya. Ji Woo pun mengendong “Kacang” dalam pelukanya sambil
kembali menulis surat.
“Aku yakin itu kejutan bagimu kalau
aku mengadopsi Kacang. Aku belum pernah menulis ini sehingga anggaplah ini
kejutan.”
“Lee Ji
Woo, kau bayar kembali. Itu anjing peliharaanmu!” teriak Seo Yeon marah lalu
mengangkat telp
Seo Yeon
mengangkat telp dan terlihat kaget mengatakanakan segera ke sana. Ji Woo
melihat wajah Seo Yeon yang kaget bertanya telp apa itu. Seo Yeon memberitahu
tentang ayahnya dengan terbata-bata.
“Ayah...ada
di rumah sakit. Dia mengalami kecelakaan.” Kata Seo Yeon. Ji Woo kaget langsung
mengambil jaket digantungan.
“Ayo
cepat pergi. Aku harus meminta pemilik untuk menjaga Kacang.” Ucap Ji Woo
melihat Seo Yeon masih tetap diam.
“Apa yang
kau lakukan? Cepat Pakai ini.” Ucap Ji Woo berusaha menenangkan Seo Yeon kalau
ayahnya akan baik-baik saja dan Keduanya bergegas keluar dari rumah.
Ayah Seo
Yeon meninggal mereka bertiga pun berada di rumah duka menerima pelayat yang
datang. Seo Yeon jatuh lemas ditinggal oleh ayahnya, Ibu Ji Woo mengatakan
kalau akan tetap ada di rumah duka dan menyuruh dua anaknya untuk pulang dan
tidur saja.
“Tidak,
aku akan tetap di sini bersama Ibu.” Kata Seo Yeon memegang tangan ibu Ji Woo
“Kau
terlihat lesu. Kau mungkin akan pingsan sebelum mengirim ayahmu pergi. Jadi
Dengarkan ibumu... Ji Woo, bawa dia bersamamu.” Kata ibu Ji Woo mengengam
tangan Seo Yeon. Ji Woo pun mengajak Seo Yeon agar pergi dengan memapahnya.
Ji Woo
dan Seo Yeon berjalan dilorong, tiba-tiba mata Seo Yeon melihat ibunya datang
mencari ruangan ayahnya, lalu menyuruh agar Ji Woo pulang saja sendiri. Ji Woo
binggung menanyakan alasanya. Seo Yeon merasa kalau tamunya sudah datang.
“Aku akan
segera mengikutimu.” Kata Seo Yeon bergegas pergi menarik ibunya pergi. Ji Woo
melihat Seo Yeon menarik ibu kandungnya agar menjauh dari rumah duka.
Seo Yeon
menarik ibunya keluar mengeluh karena datang ke rumah duk. Ibunya pikir kalau
tak ada alasan untuk tidak bisa datang, karena dulu hidup dengan ayahmnya. Seo
Yeon pikir Tidak ada orang di sini yang akan senang melihat Ibunya datang jadi
meminta agar pergi saja
“Itulah
yang diinginkan Ayah juga.” Ucap Seo Yeon sinis
“Kau
bicara dingin padaku seperti ayahmu. Itu
sebabnya orang mengatakan sifatnya akan menurun pada anaknya. Jika dia akan
meninggal seperti ini, kenapa dia harus begitu kejam padaku?” keluh Ibu Seo
Yeon.
“Apa Ibu
menyalahkannya bahkan pada saat ini? Ibu menyalahkan orang lain atas segalanya,
kan?” kata Seo Yeon marah
“Aku
tidak mengatakan sesuatu yang salah. Kudengar mantan suami dari istrinya yang
sekarang juga meninggal. Apa dia ditakdirkan untuk membuat suaminya mati?” ucap
Ibu Seo Yeon menyindir
“Sudah
cukup... Aku tidak mau mendengarnya lagi, jadi pergilah sebelum ibuku
melihatmu.” Kata Seo Yeon marah
“Apa,kau
bilang ibumu? Kau belum pernah memanggilku seperti itu sekali pun.” Ucap Ibu
Seo Yeon kesal
“Ibu
bukan seorang ibu hanya karena melahirkanku. Apa menurut Ibu dengan melahirkan
memberimu hak?” tegas Seo Yeon
“Lalu apa
wanita yang membuat kami bercerai memiliki kualifikasi?” ucap Ibu Seo Yeon
menyindir. Seo Yeon kaget tak mengerti maksud ucapan ibunya.
“Ayahmu
berselingkuh dengannya. Itu sebabnya kami bercerai. Dia membawanya pergi dariku.”
Kata Ibu Seo Yeon. Seo Yeon tak percaya mendengarnya.
Ji Woo
tertidur di lantai dan terbangun saat pagi hari tak melihat Seo Yeon ada
disampingnya dan berpikir kalau sudah pergi lebih dulu padahal seharusnya pergi
bersama, tapi melihat ada baju hitam ditaruh diatas kursi milik Seo Yeon.
Akhirnya
Ji Woo kembali ke rumah duka melihat ibunya hanya sendiri melayani pelayat
tanpa ada Seo Yeon. Ibu Ji Woo menghampiri anaknya menanyakan keberadaan Seo
Yeon, Ji Woo kebingungan menjawabnya tapi akhirnya mengatakan kalau Seo Yeon
akan segera ke datang.
Dae Young
mencoba menelp Ji Woo tapi ponselnya tak aktif dan berpikir kalau Ji Woo sedang
ada pelatihan perawat lalu menaiki bus. Ponsel Ji Woo tergeletak sedang di
Charger, Ibu Ji Woo kebingunga karena Seo Yeon tidak menjawab teleponnya dan
ingin tahu keberadan anak tirinya.
“Sebenarnya...
Dia pergi ke suatu tempat menaruh pakaian berkabungnya.” Ucap Ji Woo
“Apa? Apa
terjadi sesuatu?” tanya Ibu Ji Woo, Ji Woo mengaku kalau Ibu Seo Yeon kemarin datang.
“Astaga. Kenapa
baru beri tahu sekarang?” ucap Ibu Ji Woo panik. Ji Woo pikir kalau Seo Yeon akan
mencari udara.
“Kembalilah
ke Seoul. Dia mungkin ada di sana.” Kata ibu Ji Woo, Ji Woo tak tega karena Ibu
akan mengurus semuanya sendirian.
“Ibu akan
baik-baik saja... Bawa Seo Yeon kembali bersamamu.” Pinta ibu Ji Woo. Ji Woo
menganguk mengerti.
Ji Woo
mengambil ponselnya seperti tak memperdulikan ada Tiga panggilan tidak terjawab
dari Dae Young, lalu saat masuk kembali ke Seoul melihat kamarnya sudah berantakan.
Seo Yeon membawa semua pakaian dan membiarkan kambarnya berantakan.
Dae Young
sudah kembai ke basecamp tentara, Seorangnya bertanya apakah Dae Young belum
bisa memperbaikinya padahal Pertunjukan musik akan segera berakhir. Dae Young
menutup bagian bawah dan mengatakan kalau sudah selsai dan menyalahkan TV.
Semua
bersorak menonton PENAMPILAN TERPANAS:
Debut Hyun Young, seniornya memuji Dae Young si Mahasiswa teknik memang hebat.
Tentara lain memanggil Dae Young kalau Ada pengunjung. Teman dari universitas.
Dae Young tersenyum karena berpikir yang datang adalah Ji Woo.
“Hormat...
Prajurit Goo, pergi untuk menemui pengunjung saya.” Kata Dae Young melapor pada
atasanya. Seniornya pun mempersilahkan Dae Young pergi.
Dae Young
mencari sosok Ji Woo, tapi ternyata yang datang adalah Sung Joo dan Byung Sam,
keduanya melambaikan tangan bahagia pada teman satu kampusnya. Dae Young
terlihat kecewa karena bukan Ji Woo yang datang.
“Wajah
apa itu? Siapa yang kau harapkan? Aku mengunjungimu sebelum kembali ke
markasku.” Ucap Sung Joo
“Ya. Kau
tidak tahu pertemanan sejati adalah tentang mengunjungi teman di markas saat
istirahat?” kata Byung Sam lalu bercanda memiting kepala Dae Young.
“Aku cuma
terkejut. Aku bersyukur.” Jerit Dae Young dan Byung Sam melepaskan pitinganya.
“Aku ini
bersyukur. Kenapa kau malah berpakaian biasa ? Bukankah seharusnya kau kembali
juga?” ucap Dae Young
“Aku
berhenti.” Kata Byung Sam, Dae Young binggung. Sung Joo menyuruh Byung Sam
mengatakan dengan jelas.
“Kau
diberhentikan karena penyakit. Dia disunat saat wamil dan menderita efek
samping.” Ucap Sung Joo. Byung Sam malu menyuruh Sung Jooo diam saja.
“Aku
mundur selangkah untuk mengambil dua langkah ke depan.” Kata Byung Sam membela
diri
“Aku
tidak peduli apakah kau melangkah maju atau mundur.” Kata Dae Young
“Kupikir
kau akan sangat peduli ketika kau melihat apa yang kami bawa. Inilah yang
paling kudambakan saat berada dalam markas.” Ucap Byung Sam bangga membawakan
ayam goreng dan juga pizza. Dae Young
sudah menelan air liurnya.
“Kau
bahkan tidak menjalaninya selama itu... Tapi Inilah yang paling kau minati saat
melayani negara” kata Sung Joo mengeluarkan 3 mangkuk jajangmyun.
“Kau tidak
bisa mengirimkan ini di sini. Jadi Makanlah sebelum dingin.” Ucap Sung Joo.
Mereka
pun mulai makan Jajangmyung dengan mencampurnya dengan saus kacang hitam,
mereka pun minum bersama cola. Setelah itu mulai makan ayam berbumbu yang
dibawa Byung Sam, mereka menikmati makanan yang selama ini tak pernah dirasakan
lagi.
Dae Young
pun mulai mencoba pizza walaupun sambil makan Jajangmyung, Byung Sam dan Sung
Joo pun mengikutinya, mulut mereka tak berhenti mengunyah. Sung Joo merasa
kalau Jjajangmyeon rasanya lebih enak. Tapi Byung Sam yakin kalau ayam goreng
yang dibawanya lebih enak. Dae Young
mengambil pizza saat setelah makan jajangmyun.
“Coba Lihat?
Dia sangat ingin pizza lebih banyak. Dia tidak bisa menanganinya bahkan setelah
dia makan jjajangmyeon. Makanlah sebanyak yang kau mau.” Ucap Byung Sam bangga
“Kau
salah.... Dia makan jajangmyeon dulu... Dae Young, jjajangmyeonnya terasa lebih
enak, bukan?” kata Sung Joo tak mau kalah.
“Itu akan
lebih enak dengan telur yang dimasak di hari yang cerah.” Ucap Dae Young lalu
“Apa?
Telur goreng dengan jjajangmyeon?” tanya Sung Joo binggung, Dae Young pikir
kedua temanya tidak akan tahu teringat dengan kenangan bersama Ji Woo.
“Jika kau
memesan gan-jjajang di Busan, kau mendapatkan telur goreng. Orang Seoul
biasanya pelit dan tidak akan memberimu. Rasanya enak dengan saus jjajang. Minyak
dari telur bercampur dengan saus untuk meningkatkan rasa.” Kata Ji Woo
“Apa Kalian
dengar tentang Ji Woo saat istirahat wamil?” tanya Dae Young penasaran
“Kami
tidak bisa menghubungi Ji Woo atau Seo Yeon.” Ucap Sung Joo
“Apa Kau
tidak melihat mereka di kampus?” tanya Dae Young. Byung Sam mengaku kalau baru
saja mulai berjalan lurus sekarang.
“Sebelumnya
Aku hampir tidak bisa berjalan dengan benar dan Aku tidak bisa bilang kalau aku
baru saja disunat. Tapi Aku akan segera pergi.” Kata Byung Sam melihat tatapan
Dae Young
“Baik. Jika
kau bisa menemui Ji Woo, katakan padanya untuk menulis surat untukku.” Kata Dae
Young. Byung Sam mengaku merindukannya juga.
“Aku akan
membawanya pada saat berkunjung nanti.” janji Byung Sam.
Byung Sam
panik didepan gedung sambil membaca mantra menguatkan hati, tapi saat akan
masuk melihat wanita keluar dari gedung langsung panik dan berjalan mundur,
saat itu tak melihat ada seorang wanita dibelakang.
Wanita
yang membawa gelas kopi tak sengaja menumpahkan di selangkangan Byung Sam.
Byung Sam menahan malu dan sakit, Si wanita panik, tapi Byung Sam mengaku
baik-baik saja dan bergegas pergi.
“Bodoh...
Jadi kau tidak pernah berhasil di gedung?” ucap Jin Seok mendengar cerita Byung
Sam
“Ya. Aku
bahkan pergi ke rumah Ji Woo, tapi dia pindah beberapa waktu lalu.” Cerita
Byung Sam.
“Baguslah
sekarang aku sedang cuti. Kalau tidak, kami tidak akan pernah mendengar dari Ji
Woo sampai aku bebas. Mari kita cari tahu di mana dia pindah terlebih dahulu.”
Kata Jin Seok
Ia lalu
bertanya berapa jumlah makanan yang mereka makan, bibi menjawab 5 ribu Won.
Jiin Seok pun berjalan pergi, Byung Sam mengerti kalau ia harus mengeluarkan
uang untuk membayar makanan.
Byung Sam
panik didepan gedung sambil membaca mantra menguatkan hati, tapi saat akan
masuk melihat wanita keluar dari gedung langsung panik dan berjalan mundur,
saat itu tak melihat ada seorang wanita dibelakang.
Wanita
yang membawa gelas kopi tak sengaja menumpahkan di selangkangan Byung Sam.
Byung Sam menahan malu dan sakit, Si wanita panik, tapi Byung Sam mengaku
baik-baik saja dan bergegas pergi.
“Bodoh...
Jadi kau tidak pernah berhasil di gedung?” ucap Jin Seok mendengar cerita Byung
Sam
“Ya. Aku
bahkan pergi ke rumah Ji Woo, tapi dia pindah beberapa waktu lalu.” Cerita
Byung Sam.
“Baguslah
sekarang aku sedang cuti. Kalau tidak, kami tidak akan pernah mendengar dari Ji
Woo sampai aku bebas. Mari kita cari tahu di mana dia pindah terlebih dahulu.”
Kata Jin Seok
Ia lalu
bertanya berapa jumlah makanan yang mereka makan, bibi menjawab 5 ribu Won.
Jiin Seok pun berjalan pergi, Byung Sam mengerti kalau ia harus mengeluarkan
uang untuk membayar makanan.
Jin Seok
berjalan dengan pakaian biasa, memastikan kalau ia tak terlihat seperti
prajurit. Byung Sam menyakinkan kalau Jin Seok terlihat seperti warga sipil
biasa. Saat itu seorang wanita lewat dan Jin Seok menanyaka apakah kenal Lee Ji
Woo dari Jurusan Keperawatan.
“Aku
mahasiswa baru, jadi aku tidak mengenalnya.” Ucap si wanita yang pernah tak
sengaj menumpahkan kopi pada Byung Sam, lalu tersenyum dan pergi.
“Apa Kau
lihat dia tersenyum padaku? Dia pasti jatuh cinta padaku.” Kata Jin Seok
percaya diri.
“Aku ragu
dia gila... Dia jatuh cinta padaku.” Komentar Byung Sam yang sedari tadi
menatap ke atas.
“Kau
bahkan tidak mengucapkan sepatah kata pun, jadi itu tidak mungkin.” Keluh Jin
Seok
Tiba-tiba
si wanita kembai datang memanggil Jin Seok dengan sebutan “tentara.” Dan Jin
Seok menyahut. Si wanita memberitahu kalau seniornya sering belajar di ruang
kelas yang kosong jadi meeka harus coba ke sana.
Jin Seok
dan Byung Sam masuk ruangan, banyak mahasiswa yang sedang berkumpul. Ia
langsung bertanya apakah mereka mahasiswa Jurusan Keperawatan, karena datang untuk
menanyakan sesuatu. Mereka menganguk dan mempersilahkan.
“Aku
temannya Lee Ji Woo. Kami tak bisa menghubunginya, jadi aku penasaran apakah
kalian tahu di mana dia berada.” Ucap Jin Seok
“Ji Woo?
Kami juga belum melihatnya. Dia belum masuk kelas. Mungkin dia sibuk dengan
pacarnya. Dia mungkin berlatih padanya.” Kata Salah satu wanita.
“Mi Na
melewatkan sesi belajar karena alasan yang sama. Jika ada seseorang membantuku
berlatih, maka aku akan segera berkencan dengannya..” Kata wanita lainya merasa
sedih
“Apa yang
sedang kalian latih? Kami ingin membantu. Katakan saja apa itu.”ucap Jin Seok
penuh semangat.
Jin Seok
menahan sakit, ternyata mereka berlatih untuk mengambil darah dari lengan.
Setelah itu meminta agar menekan bagian yang disuntik bukan digosok-gosok.
Sementara Byung Sam wajahnya diberikan perban walaupun ingin meminta agar
memberitahu kalau merasa pengap, tapi Byung Sam seperti berusaha demi
mendapatkan pacar.
Semua
tentara menonton Piala Dunia 2006, Korea versus Togo. Dae Young datang bertanya
Berapa skornya. Seniornya memberitahu kedudukanya 1-1, Lee Chun Soo memulai permainannya dan
mengajak Dae Young nonton pertandingannya bersama.
“Oh
Yah... ada surat untukmu.” Kata seniornya, Dae Young pun bergegas membuka surat
dari lemarinya.
“Seo Yeon
belajar di luar negeri dan Ji Woo tak tahu ke mana. Dan juga, sepertinya Ji Woo
punya pacar. Kukira cinta pertama tidak pernah berakhir bersama.” Tulis Byung
Sam.
Dae Young
terdiam seperti semua yang diingikan pupus, menonton piala dunia di Jerman dan
juga nasib cintanya, semua orang bersorak mengelu-elukan korea tapi Dae Young
hanya terdiam.
Acara Teknik
Mesin, Pesta Penyambutan Mahasiswa Baru 2008 dalam sebuah bar. Seorang pria
berdiri memperkenalkan namanya Jung Jin Ho sebagai mahasiswa baru. Jin Seok
sebagai senior tak peduli ingin tahu apakah ia punya saudara perempuan.
“Tidak
ada... Tapi aku punya pacar... Aku satu sekolah dengannya.” Kata Jin Ho bangga
“Anak-anak
belakangan ini cepat dewasa. Kita tidak akan memimpikannya saat itu.” Komentar
Byung Sam
“Kau masih
tidak bisa memimpikannya.” Ejek Sung Joo.
Mereka ingin tahu jurusan apa wanita tersebut.
“Jurusan Keperawatan.” Kata Si pria. Dae Young
langsung mengangkat kepalanya, karena teringat dengan Ji Woo yang belum bisa
bertemu.
Dae Young
melamun seperti mengingat kenangana dengan Ji Woo, Seorang bibi datang
menghampiri Dae Young meminta maaf karena datang terlambat. Dae Young mengaku
tak masalah.
“Aku
membaca proposal bisnis yang Anda kirimkan. Aku suka dengan ide makanan yang
dikemas untuk rumah untuk yang tinggal sendiri. “ kata si bibi bersemangat.
“Benarkah?
Dari saat aku bertemu Anda, aku tahu Anda memiliki mata untuk bisnis. Apa Anda
akan bergabung denganku?” kta Dae Young sedanng
“Itu
tergantung pada uang muka.” Ucap Si bibi. Dae Young terihat biggung
“Kami
hanya mengambil langkah pertama kami, jadi kami pikir membagi-bagikan saham...”
jelas Dae Young langsung di potong oleh bibi.
“Apa Anda
ingin menandatangani bisnisku tanpa uang
muka? Banyak yang sudah menawarkan untuk membeli resepku.” Kata si bibi dengan
nada marah
“Bisakah
Anda percaya padaku sekali ini saja dan...” ucap Dae Young memohon tapi disela
oleh bibi
“Apa
sebenarnya yang Anda percayakan itu? Anda bahkan bukan dari perusahaan besar.”
Kata si bibi sinis.
Dae Young
mengingat yang dikatakan Sun sebelumnya “Itulah pentingnya sebuah gelar. Tapi Kenapa
kau malah berhenti? Ini garis yang jelas untuk menghormati orang lain.” Si Bibi
tak mau tahu meminta Dae Young agar membawa uang muka dan akan
mempertimbangkannya. Dae Young meminta pengertian tapi Si bibi memilih untuk
pergi begitu saja.
Bersambung
ke part 2
PS; yang udah baca
blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 &
Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar