PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Selasa, 14 Agustus 2018

Sinopsis Lets Eat 3 Episode 9 Part 2

PS : All images credit and content copyright : TVN

Sun mencoba tidur teringat kembali saat Seo Yeon mengaku sangat membutuhakn makanan kimchi Sujebi karena itu obat kesembuhannya dengan air mata haru. Sun tak bisa menahan perasaanya mencium Seo Yeon yang duduk didepanya. Seo Yeon kaget mendorong Sun membuat kuah sup panas tumpah ditangan Sun.
“Apa Kau tidak apa-apa? Apa Kau merasa terbakar?” ucap Seo Yeon panik
“Tapi hatiku merasa terbakar.” Kata Sun kembali mencium Seo Yeon. Setelah itu Seo Yeon langsung menepuk pundak Sun lalu masuk ke dalam kamar. Sun pun hanya bisa terdiam setelah mencium Seo Yeon. 

Sun membuka mata mengingat kejadian semalam, pagi hari terlihat gugup didepan kamar Seo Yeon dan bergegas duduk ketika melihat pintu kamar terbuka.  Seo Yeon menyapa Sun yang sudah bangun.
“Apa Kenapa dengan matamu? Apa Kau tak bisa tidur tadi malam?” ucap Seo Yeon santai.
“Sepertinya kau tidurnya nyenyak. Kenapa kita tidak membicarakan tentang apa yang terjadi kemarin selama satu detik?” kata Sun gugup.
“Ini bukan masalah besar untuk dibicarakan secara serius. Kau dan aku hidup bersama sebagai orang dewasa, jadi kita bisa saling menggoda untuk menyebabkan 'kecelakaan'.” Kata Seo Yeon santai
“Apa kau bilang Kecelakaan?” ucap Sun kaget, Seo Yeon pikir itu hanya kecelakaan.
“Untuk lebih spesifik, spatbor kecil di mana tidak perlu menghubungi perusahaan asuransi atau polisi. Sesuatu yang kau selesaikan bisa diselesaikan bersama. Itu tidak ada artinya, bukankah begitu?” ucap Seo Yeon
“Benar... Faktanya, aku akan mengatakan hal yang sama dan minta maaf secara resmi. Aku tidak waras seperti dibius kemarin. Aku minta maaf.” Kata Sun.
“Ya. Tentu kau harus meminta maaf. Aku tidak sepenuhnya sadar sampai aku juga tidak waras. Bagaimanapun, ini tidak akan mempengaruhi pekerjaanku, kan? Kau seorang pria yang memisahkan urusan pribadi dari pekerjaan.” Kata Seo Yeon 


Sun membenarkan, Seo Yeon pikir Duntuk mencegah insiden serupa, maka mereka perlu meluruskan salah paham di antara mereka. Menurutnya Insiden seperti itu terjadi sejak garis antara kerja dan kehidupan pribadi. semakin ambigu karena mereka hidup bersama.
“Ayo kita menggambar garis yang jelas.” Kata Seo Yeon. Sun setuju lalu binggung melihat Seo Yeon menganti sandal dengan sepatu heels, bertanya apa yang dilakukanya.
“Apa Kau tak lihat aku pakai sepatu? Ketua Tim Sun Woo, aku datang untuk bekerja. Kalau tak ada lagi pekerjaan yang kukakukan, bolehkah aku rehat di kantorku?” kata Seo Yeon sopan.
Sun memperbolehkan, Seo Yeon sengaja menempelkan papan tulisan didepan pintu kamar “Kantor Sekretaris” dan akhirnya masuk kamar. Saat dikamar Seo Yeon mengeluh capek sekali karena berpakaian lengkap sepanjang malam.
“Sadarkan dirimu, Lee Seo Yeon... Aku tidak boleh terlibat dengannya dalam hubungan yang aneh. Sampai aku membayar kembali semua hutangku, maka aku tidak boleh dipecat.” Kata Seo Yeon berbicara sendiri pada dirinya. 

Sun memarkir mobilnya, mengingat ucapan Seo Yeon “Ya, kecelakaan. Untuk lebih spesifik, spatbor kecil.” Lalu tanpa sadar menyenggol mobil lain. Pemilik mobil keluar sambil mengeluh, ternyata Dae Young baru saja parkir dan Sun menyenggol mobilnya.
“Wahhh.. Kau karena terlalu sukanya menjaga batas, tapi kenapa kau malah melewati batas parkir?” keluh Dae Young
“Maaf. Aku akan ganti rugi.” Ucap Sun, Dae Young pikir tak perlu karena mobilnya terlihat baik-baik saja.
“Itu bukan masalah besar.” Kata Dae Young santai. Sun binggung karena menabrak mobil Dae Young jadi akan bertanggung jawab.
“Tanggung jawab apanya? Kejadian seperti ini biasanya terjadi. Anggap ini tidak terjadi. Kata Dae Young santai
Sun teringat yang dikatakan oleh Seo Yeon “Sesuatu yang kau selesaikan dengan penyelesaian bersama. Itu tidak ada artinya.”
“Kukira kau akan seperti itu dengan banyak pengalaman ketika kau di usia 30-an, jadi bisa dimengerti.”  Sindir Sun lalu pergi. Dae Young heran dengan sikap Sun 



Rapat dimulai
Sun pikir mereka bisa menghentikan investigasi sebelumnya sekarang da Untuk investigasi pemanfaatan konsumen, ingin Dae Young memilih beberapa restoran terlebih dahulu dan menandatangani perjanjian dengan mereka sebagai percobaan.
“Bagaimana kalau kita lanjutkan dengan chogyetang di Mukho Port sebelum musim panas ini selesai? Tempat itu juga punya respon paling positif di antara anggota tim.” Kata Dae Young
“Itu ide yang bagus. Kita berangkat ke Mukho Port saat berada di sana. Hyun Seok dan aku akan pergi.” Kata pegawai pria
“Tidak, aku akan pergi.” Kata Sun. Pegawainya kaget karena Sun akan pergi tapi tetap meminta agar mereka saja yang pergi.
“Tidak, biar aku yang pergi... Aku tidak mau pulang lebih awal.” Kata Sun, Dae Young menatap Sun seperti merasakan sesuatu. 


Ji Woo baru selesai berkerja mengingat yang dikatakan Dae Young “Rasanya enak ketika seseorang mencoba makanan yang kusarankan dan benar-benar menikmatinya. Lalu menelp Dae Young untuk mengajak makan malam bersama
“Aku mau pergi perjalanan bisnis dengan Ketua Tim Sun Woo” ucap Dae Young
“Kalau begitu bisakah kau merekomendasikan restoran yang bagus untuk makan sendirian?” kata Ji Woo
“Restoran yang bagus untuk makan sendirian? Apa Kau akan langsung pulang dari rumah sakit?” ucap Dae Young. Ji Woo membenarkan.
“Aku ingin merekomendasikan satu tempat yang berada di jalan saat kau pulang kerja. Keluarlah dari rumah sakit dan berjalan menuju halte bus. Lalu Berjalanlah lagi dan kau akan menemukan restoran yang kita datangi terakhir kali. Lalu Pergilah ke gang di sekitar tempat itu.” Kata Dae Young memberikan petunjuk.
“Bukankah itu tempat makanan Korea itu?” ucap Ji Woo.
“Tidak, jika kau masuk dalam gang, ada restoran Cina. Jadi Pergilah ke seberang gang dari tempat itu.” Ucap Dae Young. Ji Woo pikir itu tempat restoran China.
“Tidak, jika kau masuk dalm gang itu, kau akan menemukan restoran bossam. Mereka melayani bossam untuk satu orang” kata Dae Young lalu mengucapkan selamat makan.


Sun mendengar pembicaran Dae Young mengeluh karena menjelaskan restoran dengan restoran lain. Dae Young pikir  Lebih mudah untuk menghafal seperti itu lalu merasa lapar Ketika bicara tentang makanan, Sun heran karena Dae Young harus menemaninya.
“ Aku suka pekerjaan ini. Aku ingin berpartisipasi dalam setiap langkah proses.” Akui Dae Young bangga. Sun terlihat kesal. 

Sekotak makanan lengkap dengan sup diberikan diatas meja. Ji Woo sangat menikmati makanan dengan porsi satu orang dari Dae Young,  lalu mengirimkan foto piring kosongnya dan meminta agar bisa membawa pulang satu porsi. Dae Young tersenyum bahagia melihat foto yang dikirim Ji Woo dengan komentar “Berkatmu, aku makan makanan yang enak.
“Apa yang membuatmu begitu bahagia?” tanya Sun. Dae Young mengaku tak ada dan langsung memasukan ponselnya.
“Bukannya kau pernah makan ini? Apa kau tetap akan memakannya lagi?” kata Dae Young
“Jangan khawatir. Ini makanan sehat yang harus kau makan di musim panas. Namanya mengandung arti bahwa itu berasal dari wilayah utara. "Gye" dari chogyetang artinya...” ucap Sun yang langsung disela oleh Dae Young 

“Artinya bukan ayam. Tapi artinya adalah mustar dalam bahasa Pyongan, kan? Semua orang tahu tentang itu karena sering muncul di TV. Lebih dari itu, banyak yang diproduksi di Pyongan...” kata Dae Young dan sumpit Sun mengesernya.
“Kau makan mie dengan jelly kacang hijau. Itu gaya khas Pyongan. Kau mau mengatakan itu, kan?” ejek Sun
“Tidak, aku mau mengatakan bahwa kacang hijau bagus di musim panas karena mereka mendinginkan makanan.” Kata Dae Young

“Hei... Apa gunanya memakan makanan yang dingin? Mie dingin itu mungkin akan hangat setelah pembicaraan panjang kalian.” Keluh pemilik melihat keduanya adu mulut.
Akhirnya mereka mulai makan Chogyetang dengan ada potongan ayam diatas mangkuk dan terlihat sangat menyegarkan di musim panas.  Dae Young merasakan asam manis lalu mencoba dadar soba ju, Sun merasakanTeksturnya bagus dan membagi paha ayam masing-masing.
“Bagaimana kalau kita sekarang makan mie?” saran Dae Young dan akhirnya mereka memesan semangkuk soba untuk masing-masing.
“Rasio mie soba ini pasti cukup tinggi.” Kata Dae Young mulai makan.
“Cobalah makan dengan ayam.” Saran Sun, Dae Young pun mulai makan mie dengan ayam. Mereka pun akhirnya menyelesaikan menu makanan berbau kaldu ayam.
“Kalau makanan ini ada di Seoul, aku mau memesannya. Kalau mereka bisa memesan sebagian dalam satu kali, maka orang yang makan sendirian akan menyukainya.” Ucap Dae Young 


“Kami tidak bisa memberikan satu bagian saja dari ini.” Kata Sun, Dae Young terlihat binggung.
“Bukankah moto dari bisnis ini untuk memberikan makanan enak untuk orang yang makan sendirian? Aku berasumsi semuanya akan menjadi per porsi.” Jelas Dae Young
“Itu tergantung pada hidangannya. Ada alasan kenapa restoran tidak melayani chogyetang kepada mereka yang datang sendirian. Kau tidak bisa membuat makanan lengkap hanya untuk satu orang. Biayanya terlalu tinggi.” Ucap Sun
“Bisakah kita menyelesaikannya dengan menerima pesanan besar dan membaginya?” kata Dae Young
“Pengemasan dan biaya pengiriman akan melebihi biaya makanannya. Itu nilai bisnis yang sia-sia.”balas Sun
“Kita bisa cari cara untuk memecahkan masalah itu. Kecuali kita bisa memberikan per porsi, layanan ini akan seperti yang lain.” Ucap Dae Young
“Mari kita bahas itu lagi setelah kita sepakat dengan pemiliknya.” Komentar Sun
Sun akhirnya pergi kemeja kasir memastikan kalau paman itu pemilik restoran ini. Si Paman membenarkan, lalu Sun memberikan kartu nama sebagai manajer Pengembangan Produk CQ Food dan mengajak bicara. 



Ji Woo pergi menemui ibunya sambil mengeluk kalau meminta menonton satu channel saja karena membuatnya binggung. Ibu Ji Woo merasa Tidak ada yang perlu ditonton dan berpikir kalau akan ada tayanagn ulang "Love in Your Heart" yaitu Dramanya Cha In Pyo dan Shin Ae Ra.
“Mi Sook... Ini rahasia. Mereka berdua menikah setelah itu.” Ucap Ji Woo sambil menyuapi ibunya makanan.
“Ji Woo... Bukankah kau terlalu tua untuk membingungkan sebuah drama dengan kenyataan? Itu tidak mungkin... Dramanya tidak tayang... Itu favoritku saat ini. Bagaimana denganmu? Apa drama favoritmu?” tanya Mi Sook
“Favoritku hari ini adalah... Mungkin "Winter Sonata". “ kata Ji Woo. I Sook ingin tahu Siapa yang main.
“Bae Yong Joon dan Choi Ji Woo... Cinta pertama wanita itu meninggal dan dia tidak bisa melupakannya.  Jadi pemeran utama pria menanyakan ini padanya. "Jika dia masih hidup, apakah kau masih mencintainya?".” Kata Ji Woo
“Itu yang ingin dikatakan “ kata Mi Sook. Ji Woo pikir kalau itu ada benarnya.
“Jika dia tidak mati dan mereka tinggal bersama, mereka tidak akan putus. Dia meninggal ketika mereka masih saling cinta. Itu sebabnya dia tidak bisa melupakannya.  Tidak ada cara kau bisa mengalahkan cinta seperti itu. Tidak ada cara kau bisa mengalahkan cinta seperti itu.” Ucap Ji Woo seperti terbawa perasaanya.
“Kau membahas tentang drama tapi kedengarannya kau seperti menceritakan ceritamu sendiri.” Ucap Mi Sook. Ji Woo mengelak kembali menyuapi ibunya makan.
“Tapi, meski aku harus bertemu orang lain, kurasa aku tidak bisa melupakan suamiku. Itu Masih sakit bahkan sekarang. Ketika aku memikirkan Ji Woo, aku merasa tidak enak membesarkannya sendiri.” Cerita Mi Sook
“Berhenti membicarakan itu. Jika Anda mencoba menoleh ke belakang, semuanya akan kacau.” Tegas Ji Woo kembali menyuapi ibunya.  Ibu Ji Woo menyuruh Ji Woo agar ikut makan juga.


Si paman duduk dengan Sun dan Dae Young sudah tahu tentang maksudnya tentang pengiriman makanan karena tidak tertarik. Sun memuji paman yang memang pengusaha sejati, menurutnya ini terkait pembagian keuntungan jadi akan memberikan lima persen.
“Kalau tujuanku mau jadi kaya, sudah lama aku muncul di TV dan menjadi terkenal. Daripada harus menghasilkan uang, aku mau memberikan makanan berkualitas baik untuk menyenangkan pelanggan tetapku. Jadi Carilah restoran lain.” Ucap Si paman. Sun mengambil jaketnya
“Apa Kau mau pergi?” kata Dae Young heran yang sedari tadi hanya menatap Sun bicara dengan mengerutkan dahi. Sun pikir tak ada yang bisa dilakukan karena paman itu tak tertarik.
“Apa Kau selalu mendapatkan apa yang kau mau dengan mudah dalam hidup? Dan kau banyak berbangga untuk meminta bantuan atau pembelaan.” Kata Dae Young. Sun melonggo bingung. 



Chef memberitahu kalau Chogyetang untuk meja tiga. Dae Young bergegas mengambil celemek, Sun binggung apa yang dilakukan rekan kerjanya itu. Si paman mengeluh mendekati Dae Young menegaskan tak akan mengubah keputusannya.
“Aku tidak mau mengubah keputusan Anda. Tubuhku hanya bereaksi. Aku tersentuh oleh filosofi Anda yaitu Anda ingin menyediakan makanan yang enak untuk pelanggan tetap Anda. Jadi Aku tidak bisa berhenti bergerak.” Ucap Dae Young melayani pelanggan lain dengan membawakan makanan. 

Dae Young akhirnya membawakan sampah keluar restoran, Sun melihatnya merasa kalau Dae Young sudah cukup melakukannya karena melihat betapa kerasnya mencoba, jadi sudah cukup. Dae Young menegaskan tidak melakukan ini untuknya.
“Pemiliknya juga tidak melihat.. Dia tidak peduli sama sekali.” kata Dae Young lalu melihats seorang nenek tua berjalan dengan membungkuk
“Kenapa Ibu datang kemari? Ibu harus tinggal di rumah.” Ucap paman menghampiri neneknya
“Ibu merasa tidak enak saat sendirian di rumah.” Kata Si nenek. Si paman langsung mengajak masuk saja.
“Sun Woo Sun , aku pinjam mobilmu dulu.” Kata Dae Young. Sun binggung kemana Dae Young akan pergi. 

Seo Yeon dirumah heran dengan Sun yang sebelumnya mengirimikan semua tugas tapi sekarang tidak mengirim pesan lagi dan berpikir kalau itu karena kejadian kemarin. Ia pun panik kalau nanti Sun yang memecatnya, lalu berpikir Itu karena mereka tinggal bersama jadi harus pindah.
Di restoran
Si paman menawarkan ibunya yanggeng Atau permen peppermint. Dae Young pikir bukan itu yang diinginkan si nenek dengan membawakan bungkusan ditanganya, lalu mengeluarkan beberapa cake. Si paman menegaskan kalau Ibunya tidak suka hal-hal ini.
“Siapa yang bilang aku tidak suka? Aku sebenarnya muak dan lelah dengan Yanggeng.” Kata Nenek lalu menunjuk satu kue yang terlihat paling enak.
“Benar. Yang ini paling disukai oleh para wanita.” Ucap Dae Young. Nenek seperti tak percaya masih dianggap wanita walaupun sudah tua.Dae Young pun memberikan garpu pada nenek.
“Makanan penutup ini menyenangkan! Ini luar biasa.” Ungkap nenek terlihat bahagia.
“Ini namanya kue sifon. Apa Anda tahu kain sutra? Sifon adalah nama kain halus. Dari situlah nama itu berasal. Sementara kue ini crepe cake. Pancake tipis ini dimasak dan ditumpuk untuk membuat kue.” Jelas Dae Young
“Aku belum pernah makan seperti ini sebelumnya.” Kata Nenek berseri-seri. Dae Young pun bisa tersenyum. 


Dae Young melambaikan tangan pada nenek berjanji akan kembali lag dan akan membawa lebih banyak lagi. Sun heran Dae Young yang  akan kembali lagi ke sini dan menyuruh agar jangan membuang-buang waktunya, karea  Bahkan setelah semua ini,  paman itu masih tidak mau mengalah.
“Ini tidak seperti pekerjaan asuransimu.  Dalam sepakbola, istilah "shot on target" digunakan. Ini mengacu pada semua percobaan yang dilakukan, itu bisa menjadi tujuan meski mereka memblock. Itu adalah fondasi tujuan dalam permainan.” Ucap Dae Young
“Entahlah. Kita harus melihat apakah kau menang 9-0.” Kata Sun mengejek
“Terserah. Mari kita makan, Semua pekerjaan ini membuatku lapar.” Ucap Dae Young. Sun mengeluh Dae Young bicara tidak sopan lagi.
“Jam kerja sudah habis... Kita sekarang keluar setelah bekerja. Bagaimana dengan tempat itu?” ucap Dae Young menunjuk ke arah restoran didepanya. Sun terlihat melihat restoran Kimchi sujebi. 


Dae Young mencoba kuahnya lalu merasakan Kaldunya enak dan penasaran bagaimana cara buatnya. Sun hanya terdiam menatap semangkuk kimchi Sujebi didepanya. Sementara Dae Young berkomentar kalau kaldunya itu tidak kelihatan seperti kaldu ikan teri yang sederhana.
Sun mengingat saat Seo Yeon mengatakan “Aku membutuhkan ini. Ini obat kesembuhanku.” Ketika menatap kimchi sujebi lalu menciumanya, wajahnya Sun tiba-tiba merasa gelisah. Dae Young  binggung melihat Sun gemeteran berpikir kalau rasanya tak enak, Padahal menurutnya ini enak.
“Tolong sebotol soju.”kata Sun. Dae Young binggung karena nanti siapa yang mengemudi. Sun tak peduli terus meminum soju.
“Biar aku yang mengemudi.” Kata Dae Young pasrah membiarkan Sun minum. 

Dae Young mengemudikan mobilnya khawatir melihat Sun yang duduk disampingnya. Ia lalu berpikir kalau jika perut Sun melewati batas. Sun mengeluh kalau sedang tidak mau diajak bercanda dan meminta agar turun ke toilet terdekat.
“Hei.. Lihatlah di luar. Tidak ada toilet... Tapi Aku akan menepikan mobil ini jadi langsung saja.” Ucap Dae Young
“Apa Kau gila? Aku tak bisa melakukannya di tepi jalan.” Kata Sun lalu menunjuk ke arah gedung didepaya.
“Coba Di sana. Bawa aku ke gedung itu cepat!” teriak Sun akhirnya Dae Young menepikan mobilnya. 

Sun segera masuk ke dalam lobby, penjaga bertanya Mau menyewa atau menginap. Sun mengatakan hanya perlu menggunakan kamar mandi. Si pegawai meminta agar 300,000 Won untuk sewa, 500,000 Won untuk menginap.
“Aku hanya butuh kamar mandi.” Kata Sun. Si pria tak peduli tetap meminta Sun memilih 300,000 Won untuk sewa, 500,000 Won untuk menginap.
“Aku akan menyewa.” Kata Sun memberikan kartunya dan bergegas masuk.
Dae Young masuk si pria kembali bertanya 300,000 Won untuk sewa, 500,000 Won untuk menginap. Dae Young mengatakan bersama pria yang baru saja masuk. Si pria memberitahu kalau Sun ada di Kamar 503.

Sun segera masuk ke dalam toilet, Dae Young mengejek Sun itu Menyewa kamar untuk buang air besar adalah melewati batas. Sun berpikir si paman yang datang dan sadar kalau Dae Young yang datang karena cermin yang samar.
“Alihkan pandanganmu, Jangan terlihat seperti ini.” Kata Sun kesal
“Kita berdua pria, jadi tidak perlu malu.” Komentar Dae Young lalu mengeluh Sun yang kembali mengeluarkan bau tak sedap.
“Tidak bisakah kau menutup mata? Melihat orang yang lagi begini, bukanlah sesuatu yang harus dilakukan seseorang.” Keluh Sun malu. 
Akhirnya Dae Young tertidur di kasur, dan terbangun dengan deringan telp. Terdengar Suara si pegawai “300,000 Won untuk sewa, 500,000 Won untuk menginap.” Dae Young terlihat binggung karena baru bangun tidur.  Si pria menyuruh agar membayar sisanya saat mereka pergi.
Dae Young akhirnya bangun melihat jam diponselnya sudah pagi, lalu binggung kemana Sun dan berpikir kalau pergi tanpa dirinya. Ia membuka pintu kamar mandi dan kaget melihat Sun tergeletak dilantai dan bergegas menariknya keluar dari ruangan.
“Hei. Apa Kau baik-baik saja? Apa Kau seperti ini sepanjang malam?” ucap Dae Young khawatir.
“Ya... Kurasa itu bukan hanya enteritis.” Kata Sun
“Apa kau juga seperti ini sebelumnya?” tanya Dae Young, Sun mengingat beberapa hari lalu.
“Aku tidak punya gejala apa pun,jadi itu tidak mungkin dari chogyetang yang kita makan. Kau harus diperiksa saat kita kembali ke Seoul. Dengan Melakukan hal kecil tidak menyembuhkan segalanya.” Kata Dae Young. Sun seperti terharu dengan Dae Young.
“Apa Kau punya asuransi kesehatan? Pasti belum punya... Maaf. Aku seharusnya membujukmu untuk menandatangani itu saat kami bertemu. Itu akan menghemat uang untuk pemeriksaan. Akulah yang harus disalahkan. Aku seharusnya merekomendasikan satu saja.” Ucap Dae Young terus mengoceh.
“Bagaimana kau bisa sebut agen asuransi di depan orang yang sakit?” keluh Sun kesal dan merasakan sakit. 


Ji Woo baru saja akan pergi menerima telp Dae Young yang ingin memesan kolonoskopi untuk hari ini. Ia menjelaskan Dae Young harus minum obat dan menjaga perutnya kosong, jadi tak mungkin dilakukan dan bertanya apakah ini untuknya Dae Young mengatakan itu untuk Sun.
“Kami akan kembali dari perjalanan bisnis di Provinsi Gangwon. Dia menghabiskan waktu semalaman di toilet, jadi ususnya sedang kosong.” Jelas Dae Young
“Datanglah ke rumah sakit. Aku akan urus itu untuknya.” Ucap Ji Woo ikut khawatir. 


Ji Woo membantu Sun keluar dari mobil melihat wajahnya pucat sekali, dan seharus membawanya ke UGD. Dae Young pikir tak mungkin bisa membawanya  saat Sun masih harus ke toilet. Ia mengeluh Sun yang menyalahkan dirinya padahal dirinya juga tidak mudah.
“Apa sebenarnya yang sulit bagimu?” ejek Sun
“Kau masih menentang, jadi kukira keadaanmu parah. Aku akan biarkan dia di tanganmu, karena harus mulai bekerja.” Ucap Dae Young. Sun mengaku Jangan khawatir memapah Sun.
“Kapan ini dimulai? Apa pernah terjadi sebelumnya?” tanya Ji Woo
“Sudah seperti ini selama berhari-hari, tapi aku menepisnya sebagai enteritis sederhana.” Ucap Sun
“Kita periksa dulu. Aku sudah meminta pemeriksaan, jadi kau tidak perlu menunggu.” Kata Ji Woo  
“Apa kau mau bersamaku saat aku menjalani pemeriksaan?” tanya Sun.
“Tentu saja tidak bisa, tapi  Aku akan menemuimu ketika kau bangun.” Kata Ji Woo. 

Akhirnya Sun sudah berbaring, Perawat memberitahu kalau Obat bius akan masuk dan akhirnya Sun pun tertidur. Setelah selesai, Ji Woo memberitahu Tidak ada masalah besar jadi senang mendengarnya menurutnya ini pasti enteritis yang disebabkan oleh stres.
“Aku akan lebih baik dengan makan obat. Kau harus makan sesuatu sebelum makan obat.” Kata Ji Woo
“Kurasa aku belum bisa makan apa pun.” Ucap Sun yang terus mondar mandir ke toilet.
“Tunggulah di sini.. Aku akan segera kembali.” kata Ji Woo lalu membawakan semangkuk bubur untuk Sun.
“Ini Bubur kubis baik untuk sakit perut... Aku meminta bantuan ahli gizi agar memakan ini.” Kata Ji Woo. Sun pikir kalau Ji Woo tidak perlu melakukannya dan mengucapkan Terima kasih.
“Enteritis neurogenik disebabkan oleh stres. Apa karena ciuman itu?” kata Ji Woo. Sun terkejut sambil terbatuk-batuk karena tersedak.
“Kau bilang  masih belum peka dengan wanita yang kau cium.” Ucap Ji Woo. Sun kaget karena Ji Woo mengetahuinya.
“Sebelumnya kau pernah mengatakan itu.” Kata Ji Woo dengan senyuman bahagia. 

Flash Back
Sun yang masih dengan obat biusnya berkata seperti mengigau “ Itu menyakiti harga diriku.” Ji Woo memastikan kalau Sun memang sudah bangun. Sun kembali mengatakan kalau Itu bukan salahnya dan Itu bukan apa-apa baginya.
“Itu ciuman pertamaku, dan Apa  kita harus melupakannya? Itu membuatku sakit. Kita tidak akur... Kita tidak cocok tapi bahkan nanti, aku menyukaimu... Aku menyukaimu... Hatiku sakit.” Ungkap Sun seperti mengigau. Ji Woo hanya bisa tersenyum. 

Ji Woo pikir kalau Sun agak tua kalau sekarang menjadi ciuman pertamanya. Ia pikir kalau Sun adalah pria yang baik, dan berpikir apakah tidak ada gadis yang mendekatinya. Sun mengaku sudah ada.
“Tapi aku tidak mau membuang waktu dan usahaku, jadi aku mencoba untuk menilai apa mereka cocok. Kami tidak pernah terlalu jauh.”ungkap Sun
“Maka tidak ada cara kau mendekati seorang wanita terlebih dulu. Aku mengerti sekarang. Jadi wanita yang kamu cium itu. Kau bilang tidak apa-apa jika tidak cocok.” Kata Ji Woo. Sun tak percaya kalau mengatakan itu.
“Ya. Kau bilang bahkan nanti, kau menyukainya. Seperti itulah yang kau rasakan. Katakan padanya kau menyukainya. Jika kau hanya berpikir dan menimbang hal-hal,. kau mungkin kehilangan kesempatan untuk mengaku. Itu Sepertiku.” Ungkap Ji Woo. Sun binggung karena Ji Woo menganggap dirinya.
“Itulah yang aku rasakan setiap kali aku memikirkan cinta pertamaku. Jika aku memberitahunya bagaimana perasaanku, apakah itu berhasil?” kata Ji Woo. Sun hanya bisa terdiam.
Bersambung ke episode 10

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar