PS : All images credit and content copyright : TVN
Sun mencoba
tidur teringat kembali saat Seo Yeon mengaku sangat membutuhakn makanan kimchi
Sujebi karena itu obat kesembuhannya dengan air mata haru. Sun tak bisa menahan
perasaanya mencium Seo Yeon yang duduk didepanya. Seo Yeon kaget mendorong Sun
membuat kuah sup panas tumpah ditangan Sun.
“Apa Kau
tidak apa-apa? Apa Kau merasa terbakar?” ucap Seo Yeon panik
“Tapi
hatiku merasa terbakar.” Kata Sun kembali mencium Seo Yeon. Setelah itu Seo
Yeon langsung menepuk pundak Sun lalu masuk ke dalam kamar. Sun pun hanya bisa
terdiam setelah mencium Seo Yeon.
Sun
membuka mata mengingat kejadian semalam, pagi hari terlihat gugup didepan kamar
Seo Yeon dan bergegas duduk ketika melihat pintu kamar terbuka. Seo Yeon menyapa Sun yang sudah bangun.
“Apa Kenapa
dengan matamu? Apa Kau tak bisa tidur tadi malam?” ucap Seo Yeon santai.
“Sepertinya
kau tidurnya nyenyak. Kenapa kita tidak membicarakan tentang apa yang terjadi
kemarin selama satu detik?” kata Sun gugup.
“Ini
bukan masalah besar untuk dibicarakan secara serius. Kau dan aku hidup bersama
sebagai orang dewasa, jadi kita bisa saling menggoda untuk menyebabkan
'kecelakaan'.” Kata Seo Yeon santai
“Apa kau
bilang Kecelakaan?” ucap Sun kaget, Seo Yeon pikir itu hanya kecelakaan.
“Untuk lebih
spesifik, spatbor kecil di mana tidak perlu menghubungi perusahaan asuransi
atau polisi. Sesuatu yang kau selesaikan bisa diselesaikan bersama. Itu tidak
ada artinya, bukankah begitu?” ucap Seo Yeon
“Benar...
Faktanya, aku akan mengatakan hal yang sama dan minta maaf secara resmi. Aku
tidak waras seperti dibius kemarin. Aku minta maaf.” Kata Sun.
“Ya. Tentu
kau harus meminta maaf. Aku tidak sepenuhnya sadar sampai aku juga tidak waras.
Bagaimanapun, ini tidak akan mempengaruhi pekerjaanku, kan? Kau seorang pria
yang memisahkan urusan pribadi dari pekerjaan.” Kata Seo Yeon
Sun
membenarkan, Seo Yeon pikir Duntuk mencegah insiden serupa, maka mereka perlu
meluruskan salah paham di antara mereka. Menurutnya Insiden seperti itu terjadi
sejak garis antara kerja dan kehidupan pribadi. semakin ambigu karena mereka
hidup bersama.
“Ayo kita
menggambar garis yang jelas.” Kata Seo Yeon. Sun setuju lalu binggung melihat
Seo Yeon menganti sandal dengan sepatu heels, bertanya apa yang dilakukanya.
“Apa Kau
tak lihat aku pakai sepatu? Ketua Tim Sun Woo, aku datang untuk bekerja. Kalau
tak ada lagi pekerjaan yang kukakukan, bolehkah aku rehat di kantorku?” kata
Seo Yeon sopan.
Sun
memperbolehkan, Seo Yeon sengaja menempelkan papan tulisan didepan pintu kamar
“Kantor Sekretaris” dan akhirnya masuk kamar. Saat dikamar Seo Yeon mengeluh
capek sekali karena berpakaian lengkap sepanjang malam.
“Sadarkan
dirimu, Lee Seo Yeon... Aku tidak boleh terlibat dengannya dalam hubungan yang
aneh. Sampai aku membayar kembali semua hutangku, maka aku tidak boleh dipecat.”
Kata Seo Yeon berbicara sendiri pada dirinya.
Sun
memarkir mobilnya, mengingat ucapan Seo Yeon “Ya, kecelakaan. Untuk lebih
spesifik, spatbor kecil.” Lalu tanpa sadar menyenggol mobil lain. Pemilik mobil
keluar sambil mengeluh, ternyata Dae Young baru saja parkir dan Sun menyenggol
mobilnya.
“Wahhh..
Kau karena terlalu sukanya menjaga batas, tapi kenapa kau malah melewati batas
parkir?” keluh Dae Young
“Maaf.
Aku akan ganti rugi.” Ucap Sun, Dae Young pikir tak perlu karena mobilnya terlihat
baik-baik saja.
“Itu
bukan masalah besar.” Kata Dae Young santai. Sun binggung karena menabrak mobil
Dae Young jadi akan bertanggung jawab.
“Tanggung
jawab apanya? Kejadian seperti ini biasanya terjadi. Anggap ini tidak terjadi.
Kata Dae Young santai
Sun
teringat yang dikatakan oleh Seo Yeon “Sesuatu yang kau selesaikan dengan
penyelesaian bersama. Itu tidak ada artinya.”
“Kukira
kau akan seperti itu dengan banyak pengalaman ketika kau di usia 30-an, jadi
bisa dimengerti.” Sindir Sun lalu pergi.
Dae Young heran dengan sikap Sun
Rapat
dimulai
Sun pikir
mereka bisa menghentikan investigasi sebelumnya sekarang da Untuk investigasi
pemanfaatan konsumen, ingin Dae Young memilih beberapa restoran terlebih dahulu
dan menandatangani perjanjian dengan mereka sebagai percobaan.
“Bagaimana
kalau kita lanjutkan dengan chogyetang di Mukho Port sebelum musim panas ini
selesai? Tempat itu juga punya respon paling positif di antara anggota tim.”
Kata Dae Young
“Itu ide
yang bagus. Kita berangkat ke Mukho Port saat berada di sana. Hyun Seok dan aku
akan pergi.” Kata pegawai pria
“Tidak,
aku akan pergi.” Kata Sun. Pegawainya kaget karena Sun akan pergi tapi tetap
meminta agar mereka saja yang pergi.
“Tidak,
biar aku yang pergi... Aku tidak mau pulang lebih awal.” Kata Sun, Dae Young
menatap Sun seperti merasakan sesuatu.
Ji Woo
baru selesai berkerja mengingat yang dikatakan Dae Young “Rasanya enak ketika
seseorang mencoba makanan yang kusarankan dan benar-benar menikmatinya. Lalu
menelp Dae Young untuk mengajak makan malam bersama
“Aku mau
pergi perjalanan bisnis dengan Ketua Tim Sun Woo” ucap Dae Young
“Kalau
begitu bisakah kau merekomendasikan restoran yang bagus untuk makan sendirian?”
kata Ji Woo
“Restoran
yang bagus untuk makan sendirian? Apa Kau akan langsung pulang dari rumah
sakit?” ucap Dae Young. Ji Woo membenarkan.
“Aku
ingin merekomendasikan satu tempat yang berada di jalan saat kau pulang kerja.
Keluarlah dari rumah sakit dan berjalan menuju halte bus. Lalu Berjalanlah lagi
dan kau akan menemukan restoran yang kita datangi terakhir kali. Lalu Pergilah
ke gang di sekitar tempat itu.” Kata Dae Young memberikan petunjuk.
“Bukankah
itu tempat makanan Korea itu?” ucap Ji Woo.
“Tidak,
jika kau masuk dalam gang, ada restoran Cina. Jadi Pergilah ke seberang gang
dari tempat itu.” Ucap Dae Young. Ji Woo pikir itu tempat restoran China.
“Tidak,
jika kau masuk dalm gang itu, kau akan menemukan restoran bossam. Mereka melayani
bossam untuk satu orang” kata Dae Young lalu mengucapkan selamat makan.
Sun
mendengar pembicaran Dae Young mengeluh karena menjelaskan restoran dengan
restoran lain. Dae Young pikir Lebih
mudah untuk menghafal seperti itu lalu merasa lapar Ketika bicara tentang
makanan, Sun heran karena Dae Young harus menemaninya.
“ Aku
suka pekerjaan ini. Aku ingin berpartisipasi dalam setiap langkah proses.” Akui
Dae Young bangga. Sun terlihat kesal.
Sekotak
makanan lengkap dengan sup diberikan diatas meja. Ji Woo sangat menikmati
makanan dengan porsi satu orang dari Dae Young,
lalu mengirimkan foto piring kosongnya dan meminta agar bisa membawa
pulang satu porsi. Dae Young tersenyum bahagia melihat foto yang dikirim Ji Woo
dengan komentar “Berkatmu, aku makan makanan yang enak.
“Apa yang
membuatmu begitu bahagia?” tanya Sun. Dae Young mengaku tak ada dan langsung
memasukan ponselnya.
“Bukannya
kau pernah makan ini? Apa kau tetap akan memakannya lagi?” kata Dae Young
“Jangan
khawatir. Ini makanan sehat yang harus kau makan di musim panas. Namanya
mengandung arti bahwa itu berasal dari wilayah utara. "Gye" dari
chogyetang artinya...” ucap Sun yang langsung disela oleh Dae Young
“Artinya
bukan ayam. Tapi artinya adalah mustar dalam bahasa Pyongan, kan? Semua orang
tahu tentang itu karena sering muncul di TV. Lebih dari itu, banyak yang diproduksi
di Pyongan...” kata Dae Young dan sumpit Sun mengesernya.
“Kau
makan mie dengan jelly kacang hijau. Itu gaya khas Pyongan. Kau mau mengatakan
itu, kan?” ejek Sun
“Tidak,
aku mau mengatakan bahwa kacang hijau bagus di musim panas karena mereka mendinginkan
makanan.” Kata Dae Young
“Hei...
Apa gunanya memakan makanan yang dingin? Mie dingin itu mungkin akan hangat setelah
pembicaraan panjang kalian.” Keluh pemilik melihat keduanya adu mulut.
Akhirnya
mereka mulai makan Chogyetang dengan ada potongan ayam diatas mangkuk dan
terlihat sangat menyegarkan di musim panas.
Dae Young merasakan asam manis lalu mencoba dadar soba ju, Sun
merasakanTeksturnya bagus dan membagi paha ayam masing-masing.
“Bagaimana
kalau kita sekarang makan mie?” saran Dae Young dan akhirnya mereka memesan
semangkuk soba untuk masing-masing.
“Rasio mie
soba ini pasti cukup tinggi.” Kata Dae Young mulai makan.
“Cobalah
makan dengan ayam.” Saran Sun, Dae Young pun mulai makan mie dengan ayam.
Mereka pun akhirnya menyelesaikan menu makanan berbau kaldu ayam.
“Kalau
makanan ini ada di Seoul, aku mau memesannya. Kalau mereka bisa memesan
sebagian dalam satu kali, maka orang yang makan sendirian akan menyukainya.”
Ucap Dae Young
“Kami
tidak bisa memberikan satu bagian saja dari ini.” Kata Sun, Dae Young terlihat
binggung.
“Bukankah
moto dari bisnis ini untuk memberikan makanan enak untuk orang yang makan
sendirian? Aku berasumsi semuanya akan menjadi per porsi.” Jelas Dae Young
“Itu
tergantung pada hidangannya. Ada alasan kenapa restoran tidak melayani
chogyetang kepada mereka yang datang sendirian. Kau tidak bisa membuat makanan lengkap
hanya untuk satu orang. Biayanya terlalu tinggi.” Ucap Sun
“Bisakah
kita menyelesaikannya dengan menerima pesanan besar dan membaginya?” kata Dae
Young
“Pengemasan
dan biaya pengiriman akan melebihi biaya makanannya. Itu nilai bisnis yang
sia-sia.”balas Sun
“Kita
bisa cari cara untuk memecahkan masalah itu. Kecuali kita bisa memberikan per
porsi, layanan ini akan seperti yang lain.” Ucap Dae Young
“Mari
kita bahas itu lagi setelah kita sepakat dengan pemiliknya.” Komentar Sun
Sun
akhirnya pergi kemeja kasir memastikan kalau paman itu pemilik restoran ini. Si
Paman membenarkan, lalu Sun memberikan kartu nama sebagai manajer Pengembangan
Produk CQ Food dan mengajak bicara.
Ji Woo
pergi menemui ibunya sambil mengeluk kalau meminta menonton satu channel saja
karena membuatnya binggung. Ibu Ji Woo merasa Tidak ada yang perlu ditonton dan
berpikir kalau akan ada tayanagn ulang "Love in Your Heart" yaitu Dramanya
Cha In Pyo dan Shin Ae Ra.
“Mi
Sook... Ini rahasia. Mereka berdua menikah setelah itu.” Ucap Ji Woo sambil
menyuapi ibunya makanan.
“Ji
Woo... Bukankah kau terlalu tua untuk membingungkan sebuah drama dengan
kenyataan? Itu tidak mungkin... Dramanya tidak tayang... Itu favoritku saat
ini. Bagaimana denganmu? Apa drama favoritmu?” tanya Mi Sook
“Favoritku
hari ini adalah... Mungkin "Winter Sonata". “ kata Ji Woo. I Sook
ingin tahu Siapa yang main.
“Bae Yong
Joon dan Choi Ji Woo... Cinta pertama wanita itu meninggal dan dia tidak bisa
melupakannya. Jadi pemeran utama pria
menanyakan ini padanya. "Jika dia masih hidup, apakah kau masih
mencintainya?".” Kata Ji Woo
“Itu yang
ingin dikatakan “ kata Mi Sook. Ji Woo pikir kalau itu ada benarnya.
“Jika dia
tidak mati dan mereka tinggal bersama, mereka tidak akan putus. Dia meninggal
ketika mereka masih saling cinta. Itu sebabnya dia tidak bisa melupakannya. Tidak ada cara kau bisa mengalahkan cinta
seperti itu. Tidak ada cara kau bisa mengalahkan cinta seperti itu.” Ucap Ji
Woo seperti terbawa perasaanya.
“Kau membahas
tentang drama tapi kedengarannya kau seperti menceritakan ceritamu sendiri.” Ucap
Mi Sook. Ji Woo mengelak kembali menyuapi ibunya makan.
“Tapi, meski
aku harus bertemu orang lain, kurasa aku tidak bisa melupakan suamiku. Itu Masih
sakit bahkan sekarang. Ketika aku memikirkan Ji Woo, aku merasa tidak enak membesarkannya
sendiri.” Cerita Mi Sook
“Berhenti
membicarakan itu. Jika Anda mencoba menoleh ke belakang, semuanya akan kacau.” Tegas
Ji Woo kembali menyuapi ibunya. Ibu Ji
Woo menyuruh Ji Woo agar ikut makan juga.
Si paman
duduk dengan Sun dan Dae Young sudah tahu tentang maksudnya tentang pengiriman
makanan karena tidak tertarik. Sun memuji paman yang memang pengusaha sejati,
menurutnya ini terkait pembagian keuntungan jadi akan memberikan lima persen.
“Kalau
tujuanku mau jadi kaya, sudah lama aku muncul di TV dan menjadi terkenal. Daripada
harus menghasilkan uang, aku mau memberikan makanan berkualitas baik untuk menyenangkan
pelanggan tetapku. Jadi Carilah restoran lain.” Ucap Si paman. Sun mengambil
jaketnya
“Apa Kau
mau pergi?” kata Dae Young heran yang sedari tadi hanya menatap Sun bicara
dengan mengerutkan dahi. Sun pikir tak ada yang bisa dilakukan karena paman itu
tak tertarik.
“Apa Kau
selalu mendapatkan apa yang kau mau dengan mudah dalam hidup? Dan kau banyak
berbangga untuk meminta bantuan atau pembelaan.” Kata Dae Young. Sun melonggo
bingung.
Chef
memberitahu kalau Chogyetang untuk meja tiga. Dae Young bergegas mengambil
celemek, Sun binggung apa yang dilakukan rekan kerjanya itu. Si paman mengeluh
mendekati Dae Young menegaskan tak akan mengubah keputusannya.
“Aku
tidak mau mengubah keputusan Anda. Tubuhku hanya bereaksi. Aku tersentuh oleh
filosofi Anda yaitu Anda ingin menyediakan makanan yang enak untuk pelanggan
tetap Anda. Jadi Aku tidak bisa berhenti bergerak.” Ucap Dae Young melayani pelanggan
lain dengan membawakan makanan.
Dae Young
akhirnya membawakan sampah keluar restoran, Sun melihatnya merasa kalau Dae
Young sudah cukup melakukannya karena melihat betapa kerasnya mencoba, jadi
sudah cukup. Dae Young menegaskan tidak melakukan ini untuknya.
“Pemiliknya
juga tidak melihat.. Dia tidak peduli sama sekali.” kata Dae Young lalu
melihats seorang nenek tua berjalan dengan membungkuk
“Kenapa
Ibu datang kemari? Ibu harus tinggal di rumah.” Ucap paman menghampiri neneknya
“Ibu
merasa tidak enak saat sendirian di rumah.” Kata Si nenek. Si paman langsung
mengajak masuk saja.
“Sun Woo
Sun , aku pinjam mobilmu dulu.” Kata Dae Young. Sun binggung kemana Dae Young
akan pergi.
Seo Yeon
dirumah heran dengan Sun yang sebelumnya mengirimikan semua tugas tapi sekarang
tidak mengirim pesan lagi dan berpikir kalau itu karena kejadian kemarin. Ia
pun panik kalau nanti Sun yang memecatnya, lalu berpikir Itu karena mereka
tinggal bersama jadi harus pindah.
Di
restoran
Si paman
menawarkan ibunya yanggeng Atau permen peppermint. Dae Young pikir bukan itu
yang diinginkan si nenek dengan membawakan bungkusan ditanganya, lalu
mengeluarkan beberapa cake. Si paman menegaskan kalau Ibunya tidak suka hal-hal
ini.
“Siapa
yang bilang aku tidak suka? Aku sebenarnya muak dan lelah dengan Yanggeng.” Kata
Nenek lalu menunjuk satu kue yang terlihat paling enak.
“Benar.
Yang ini paling disukai oleh para wanita.” Ucap Dae Young. Nenek seperti tak
percaya masih dianggap wanita walaupun sudah tua.Dae Young pun memberikan garpu
pada nenek.
“Makanan
penutup ini menyenangkan! Ini luar biasa.” Ungkap nenek terlihat bahagia.
“Ini
namanya kue sifon. Apa Anda tahu kain sutra? Sifon adalah nama kain halus. Dari
situlah nama itu berasal. Sementara kue ini crepe cake. Pancake tipis ini dimasak
dan ditumpuk untuk membuat kue.” Jelas Dae Young
“Aku
belum pernah makan seperti ini sebelumnya.” Kata Nenek berseri-seri. Dae Young
pun bisa tersenyum.
Dae Young
melambaikan tangan pada nenek berjanji akan kembali lag dan akan membawa lebih
banyak lagi. Sun heran Dae Young yang
akan kembali lagi ke sini dan menyuruh agar jangan membuang-buang
waktunya, karea Bahkan setelah semua
ini, paman itu masih tidak mau mengalah.
“Ini tidak
seperti pekerjaan asuransimu. Dalam
sepakbola, istilah "shot on target" digunakan. Ini mengacu pada semua
percobaan yang dilakukan, itu bisa menjadi tujuan meski mereka memblock. Itu
adalah fondasi tujuan dalam permainan.” Ucap Dae Young
“Entahlah.
Kita harus melihat apakah kau menang 9-0.” Kata Sun mengejek
“Terserah.
Mari kita makan, Semua pekerjaan ini membuatku lapar.” Ucap Dae Young. Sun
mengeluh Dae Young bicara tidak sopan lagi.
“Jam
kerja sudah habis... Kita sekarang keluar setelah bekerja. Bagaimana dengan
tempat itu?” ucap Dae Young menunjuk ke arah restoran didepanya. Sun terlihat
melihat restoran Kimchi sujebi.
Dae Young
mencoba kuahnya lalu merasakan Kaldunya enak dan penasaran bagaimana cara
buatnya. Sun hanya terdiam menatap semangkuk kimchi Sujebi didepanya. Sementara
Dae Young berkomentar kalau kaldunya itu tidak kelihatan seperti kaldu ikan
teri yang sederhana.
Sun mengingat
saat Seo Yeon mengatakan “Aku membutuhkan ini. Ini obat kesembuhanku.” Ketika menatap
kimchi sujebi lalu menciumanya, wajahnya Sun tiba-tiba merasa gelisah. Dae
Young binggung melihat Sun gemeteran berpikir
kalau rasanya tak enak, Padahal menurutnya ini enak.
“Tolong
sebotol soju.”kata Sun. Dae Young binggung karena nanti siapa yang mengemudi.
Sun tak peduli terus meminum soju.
“Biar aku
yang mengemudi.” Kata Dae Young pasrah membiarkan Sun minum.
Dae Young
mengemudikan mobilnya khawatir melihat Sun yang duduk disampingnya. Ia lalu
berpikir kalau jika perut Sun melewati batas. Sun mengeluh kalau sedang tidak
mau diajak bercanda dan meminta agar turun ke toilet terdekat.
“Hei.. Lihatlah
di luar. Tidak ada toilet... Tapi Aku akan menepikan mobil ini jadi langsung
saja.” Ucap Dae Young
“Apa Kau
gila? Aku tak bisa melakukannya di tepi jalan.” Kata Sun lalu menunjuk ke arah
gedung didepaya.
“Coba Di
sana. Bawa aku ke gedung itu cepat!” teriak Sun akhirnya Dae Young menepikan
mobilnya.
Sun
segera masuk ke dalam lobby, penjaga bertanya Mau menyewa atau menginap. Sun
mengatakan hanya perlu menggunakan kamar mandi. Si pegawai meminta agar 300,000
Won untuk sewa, 500,000 Won untuk menginap.
“Aku
hanya butuh kamar mandi.” Kata Sun. Si pria tak peduli tetap meminta Sun
memilih 300,000 Won untuk sewa, 500,000 Won untuk menginap.
“Aku akan
menyewa.” Kata Sun memberikan kartunya dan bergegas masuk.
Dae Young
masuk si pria kembali bertanya 300,000 Won untuk sewa, 500,000 Won untuk
menginap. Dae Young mengatakan bersama pria yang baru saja masuk. Si pria
memberitahu kalau Sun ada di Kamar 503.
Sun
segera masuk ke dalam toilet, Dae Young mengejek Sun itu Menyewa kamar untuk
buang air besar adalah melewati batas. Sun berpikir si paman yang datang dan
sadar kalau Dae Young yang datang karena cermin yang samar.
“Alihkan
pandanganmu, Jangan terlihat seperti ini.” Kata Sun kesal
“Kita berdua
pria, jadi tidak perlu malu.” Komentar Dae Young lalu mengeluh Sun yang kembali
mengeluarkan bau tak sedap.
“Tidak
bisakah kau menutup mata? Melihat orang yang lagi begini, bukanlah sesuatu yang
harus dilakukan seseorang.” Keluh Sun malu.
Akhirnya
Dae Young tertidur di kasur, dan terbangun dengan deringan telp. Terdengar
Suara si pegawai “300,000 Won untuk sewa, 500,000 Won untuk menginap.” Dae
Young terlihat binggung karena baru bangun tidur. Si pria menyuruh agar membayar sisanya saat
mereka pergi.
Dae Young
akhirnya bangun melihat jam diponselnya sudah pagi, lalu binggung kemana Sun dan
berpikir kalau pergi tanpa dirinya. Ia membuka pintu kamar mandi dan kaget
melihat Sun tergeletak dilantai dan bergegas menariknya keluar dari ruangan.
“Hei. Apa
Kau baik-baik saja? Apa Kau seperti ini sepanjang malam?” ucap Dae Young
khawatir.
“Ya... Kurasa
itu bukan hanya enteritis.” Kata Sun
“Apa kau
juga seperti ini sebelumnya?” tanya Dae Young, Sun mengingat beberapa hari
lalu.
“Aku
tidak punya gejala apa pun,jadi itu tidak mungkin dari chogyetang yang kita
makan. Kau harus diperiksa saat kita kembali ke Seoul. Dengan Melakukan hal
kecil tidak menyembuhkan segalanya.” Kata Dae Young. Sun seperti terharu dengan
Dae Young.
“Apa Kau
punya asuransi kesehatan? Pasti belum punya... Maaf. Aku seharusnya membujukmu
untuk menandatangani itu saat kami bertemu. Itu akan menghemat uang untuk
pemeriksaan. Akulah yang harus disalahkan. Aku seharusnya merekomendasikan satu
saja.” Ucap Dae Young terus mengoceh.
“Bagaimana
kau bisa sebut agen asuransi di depan orang yang sakit?” keluh Sun kesal dan
merasakan sakit.
Ji Woo
baru saja akan pergi menerima telp Dae Young yang ingin memesan kolonoskopi
untuk hari ini. Ia menjelaskan Dae Young harus minum obat dan menjaga perutnya
kosong, jadi tak mungkin dilakukan dan bertanya apakah ini untuknya Dae Young
mengatakan itu untuk Sun.
“Kami
akan kembali dari perjalanan bisnis di Provinsi Gangwon. Dia menghabiskan waktu
semalaman di toilet, jadi ususnya sedang kosong.” Jelas Dae Young
“Datanglah
ke rumah sakit. Aku akan urus itu untuknya.” Ucap Ji Woo ikut khawatir.
Ji Woo membantu
Sun keluar dari mobil melihat wajahnya pucat sekali, dan seharus membawanya ke
UGD. Dae Young pikir tak mungkin bisa membawanya saat Sun masih harus ke toilet. Ia mengeluh
Sun yang menyalahkan dirinya padahal dirinya juga tidak mudah.
“Apa
sebenarnya yang sulit bagimu?” ejek Sun
“Kau
masih menentang, jadi kukira keadaanmu parah. Aku akan biarkan dia di tanganmu,
karena harus mulai bekerja.” Ucap Dae Young. Sun mengaku Jangan khawatir
memapah Sun.
“Kapan
ini dimulai? Apa pernah terjadi sebelumnya?” tanya Ji Woo
“Sudah
seperti ini selama berhari-hari, tapi aku menepisnya sebagai enteritis
sederhana.” Ucap Sun
“Kita
periksa dulu. Aku sudah meminta pemeriksaan, jadi kau tidak perlu menunggu.” Kata
Ji Woo
“Apa kau
mau bersamaku saat aku menjalani pemeriksaan?” tanya Sun.
“Tentu
saja tidak bisa, tapi Aku akan menemuimu
ketika kau bangun.” Kata Ji Woo.
Akhirnya
Sun sudah berbaring, Perawat memberitahu kalau Obat bius akan masuk dan
akhirnya Sun pun tertidur. Setelah selesai, Ji Woo memberitahu Tidak ada
masalah besar jadi senang mendengarnya menurutnya ini pasti enteritis yang disebabkan
oleh stres.
“Aku akan
lebih baik dengan makan obat. Kau harus makan sesuatu sebelum makan obat.” Kata
Ji Woo
“Kurasa
aku belum bisa makan apa pun.” Ucap Sun yang terus mondar mandir ke toilet.
“Tunggulah
di sini.. Aku akan segera kembali.” kata Ji Woo lalu membawakan semangkuk bubur
untuk Sun.
“Ini Bubur
kubis baik untuk sakit perut... Aku meminta bantuan ahli gizi agar memakan ini.”
Kata Ji Woo. Sun pikir kalau Ji Woo tidak perlu melakukannya dan mengucapkan Terima
kasih.
“Enteritis
neurogenik disebabkan oleh stres. Apa karena ciuman itu?” kata Ji Woo. Sun
terkejut sambil terbatuk-batuk karena tersedak.
“Kau
bilang masih belum peka dengan wanita
yang kau cium.” Ucap Ji Woo. Sun kaget karena Ji Woo mengetahuinya.
“Sebelumnya
kau pernah mengatakan itu.” Kata Ji Woo dengan senyuman bahagia.
Flash Back
Sun yang
masih dengan obat biusnya berkata seperti mengigau “ Itu menyakiti harga
diriku.” Ji Woo memastikan kalau Sun memang sudah bangun. Sun kembali mengatakan
kalau Itu bukan salahnya dan Itu bukan apa-apa baginya.
“Itu
ciuman pertamaku, dan Apa kita harus
melupakannya? Itu membuatku sakit. Kita tidak akur... Kita tidak cocok tapi
bahkan nanti, aku menyukaimu... Aku menyukaimu... Hatiku sakit.” Ungkap Sun
seperti mengigau. Ji Woo hanya bisa tersenyum.
Ji Woo
pikir kalau Sun agak tua kalau sekarang menjadi ciuman pertamanya. Ia pikir
kalau Sun adalah pria yang baik, dan berpikir apakah tidak ada gadis yang
mendekatinya. Sun mengaku sudah ada.
“Tapi aku
tidak mau membuang waktu dan usahaku, jadi aku mencoba untuk menilai apa mereka
cocok. Kami tidak pernah terlalu jauh.”ungkap Sun
“Maka
tidak ada cara kau mendekati seorang wanita terlebih dulu. Aku mengerti
sekarang. Jadi wanita yang kamu cium itu. Kau bilang tidak apa-apa jika tidak
cocok.” Kata Ji Woo. Sun tak percaya kalau mengatakan itu.
“Ya. Kau
bilang bahkan nanti, kau menyukainya. Seperti itulah yang kau rasakan. Katakan
padanya kau menyukainya. Jika kau hanya berpikir dan menimbang hal-hal,. kau
mungkin kehilangan kesempatan untuk mengaku. Itu Sepertiku.” Ungkap Ji Woo. Sun
binggung karena Ji Woo menganggap dirinya.
“Itulah
yang aku rasakan setiap kali aku memikirkan cinta pertamaku. Jika aku memberitahunya
bagaimana perasaanku, apakah itu berhasil?” kata Ji Woo. Sun hanya bisa
terdiam.
Bersambung
ke episode 10
PS; yang udah baca
blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 &
Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar