PS : All images credit and content copyright : TVN
Seo Yeon
duduk bersama Sun ingin tahu kalau menjadi asistennya, apakah harus melapor ke
kantor. Sun menjawab tidak karena mempekerjakan Seo Yeon sebagai asisten
pribadi jadi akan menjalankan tugasnya saat diminta. Seo Yeon ingin tahu apa
tepatnya tugasnya itu.
“Kau akan
membawakanku hidangan yang sudah dimasak.” Kata Sun
“Itu
tidak terlalu sulit. Apa aku akan digaji per jamnya atau per bulan?” ucap Seo
Yeon
“Aku akan
menggajimu sesuai dengan utangmu. Aku akan mengambil 70 persen dari itu dan
membayar sisanya pada tanggal yang diinginkan. Kau akan membutuhkan uang untuk
bisa berada di Korea.”ucap Sun
“Bekerja
di perusahaan yang layak mengajarimu menjadi majikan yang baik.” Komentar Seo
Yeon tersenyum.
“Menjadi
seorang pebisnis telah mengajarkanmu untuk teliti. “ tegas Sun
“Itu
tidak baik bagiku melihat bagaimana hidupku berubah. Pokoknya, aku bersyukur.
Aku bisa tinggal di sini dan melunasi hutangku.” Kata Seo Yon
“Aku
memberimu pekerjaan bukan karena kau, tapi karena sepupuku.” Ucap Sun lalu
bergegas masuk kamar.
“Dia
yakin akan berbicara pahit untuk seseorang yang begitu kekanak-kanakan.” Ejek
Seo Yeon melihat Sun.
Seo Yeon
datang ke tempat abu ayahnya, dengan membawa sebuket bunga berbicara pada
ayahnya yang sudah lama tidak bertemu.
Ia menatap nama ayahnya “Lee Seong Min”
“Ceritanya
panjang, tapi semuanya terjadi karena sibuk. Sejujurnya, aku masih marah pada
ayah.” Ungkap Seo Yeon tak ingin mengunjungi ayahnya.
Saat
keluar Seo Yeon melihat Dae Young datang, lalu bertanya-tanya apa yang
dilakukan di rumah abu. Dae Young
menaruh tiket musikal “Gwanghwamun Love
Song” di tempat abu Baek Soo Ji wajahnya masih saja terlihat sedih.
“Siapa
dia? Apa dia pacarmu?” ucap Seo Yeon. Dae Young terdiam dengan menatap adik Ji
Woo. Seo Yeon yakin kalau dugaanya itu benar.
Keduanya
duduk di kursi taman, Seo Yeon mengetahui kalau Soo Jin yang sudah pergi selama
dua tahun. Dae Young membenarkan, Seo Yeon seperti tak percaya walapun Dae
Young sudah mengatakan itu. Dae Young dengan wajah sedih membenarkan kalau
memang pacarnya yang sudah meninggal.
“Kenapa
kau tak beri tahu Ji Woo? Dia hanya tahu kau menemui seseorang.” Ucap Seo Yeon
“Offside.”
Kata Dae Young. Seo Yeon binggung Dae Young yang membahas sepakbola.
“Setiap
kali orang mendengar tentang dia, mereka berlari bermil-mil di depanku dengan
wajah yang begitu kasihan seperti pelanggaran offside. Aku belum bisa
memberitahunya, jadi tolong jangan beri tahu Ji Woo. Dan Jangan bertingkah
seolah kau juga tahu.” Tegas Dae Young
“Baiklah...
Hubungan itu tidak pernah terjadi seperti yang kita inginkan.” Komentar Seo
Yeon
“Apa Seperti
kau dan Ji Woo?” kata Dae Young, Seo Yeon hanya terdiam.
“Mintalah
nomor rekeningnya tiap kau bertemu dengannya. Aku harus membayarnya untuk itu.”
Kata Seo Yeon
“Mintalah
sendiri padanya, Aku bukan pesuruhmu. Dan Jangan salahkan aku untuk Jin Seok.”
Komentar Dae Young
“Hei.
Kenapa bawa-bawa masa lalu?” keluh Seo Yeon, keduanya pun hanya duduk diam di
kursi taman.
Dae Young
mengantar Seo Yeon melihat kalau komple apartement yang Kelihatannya mewah. Seo Yeon mengaku
tempatnya di dekat gedung dan juga bukan rumahnya jadi belum hapal nomornya
berapa, lalu bisa berjalan dari sini.
“Akan
kuantar, Kau pasti tahu jalannya.” Ucap Dae Young, Seo Yeon langsung menolak.
“Kau akan
sulit memundurkan mobilmu lagi.” Kata Seo Yeon, Dae Young berkomentar Seo Yeon dewasa
juga. Akhirnya Seo Yeon pun turun dari mobil melihat mobil Dae Young pun pergi.
Ia
mengingat yang dikatakan Ji Woo “Jangan menyebabkan masalah ke Dae Young. Dia
punya pacar.” Seo Yeon berkomentar kalau kakaknya masih seperti biasanya kalau
benar-benar tidak mengerti, lalu
menerima telp dari bosnya.
“Akan kukirim
alamat tujuannya, jadi ambil pesananku sekarang “ ucap Sun. Seo Yeon menganguk
mengerti lalu melihat alamat dari Sun da di di “Myungpoomga”
“Apa nama
restoran dengan kata-kata yang berarti "kualitas tinggi"?” kata Seo
Yeon setelah membaca pesan Sun.
Seo Yeon
pergi ke tempat yangMenjual Ikan Pollack, Bibi penjual memberikan bungkusan
ikan pollack rebus yang sudah jadi. Seo Yeon ternyata pergi ke pasar dengan
banyak genangan air, sepatu Heelsnya terlihat tak nyaman sampai akhirnya harus
terjatuh karena menghindari paman yang membawa trolly.
“Apa Anda
tidak apa-apa?” ucap Bibi yang melihat Seo Yeon terjatuh. Seo Yeon mengaku tak
apa-apa lalu berdiri dengan celana yang basah.
“Kenapa
dia tidak memberitahuku tentang tempat itu sebelumnya? Aku bahkan punya cowok
yang suka kusuruh-suruh. Apa mereka juga merasa seperti ini?” kata Seo Yeon
mengingat kenangan masa lalu.
Flash Back
Seo Yeon
menerima bungkusan, mengucapkan Terima
kasih, karena bisa dapat masalah kalau
bukan karena Jin Seok. Jin Seok berdiri didepan pintu mengaku tak masalah,
meminta Seo Yeon mengatkaan saja kalau memangbutuh bantuan lagi.
“Tidak
perlu, UTS-mu masih berlangsung. Aku tak mau minta tolong kalau masih ujian.
Bukannya kau masih belajar? Jadi Kembalilah.”kata Seo Yeon dengan senyumannya.
“Kau
bahkan peduli dengan nilaiku. Seo Yeon, hatimu begitu baik. Ayo kita minum
setelah ujian selesai. Hei... Ji Woo, kau juga.” Kata Jin Seok penuh semangat,
lalu melambaikan tangan keluar dari rumah.
Ji Woo
sedari tadi melihat Seo yeon berkomentar kalau adiknya Ternyata punya hati nurani, melihat rasa
peduli dengan ujiannya. Seo Yon pikir itu wajar bagi mahasiswa yang hidup di
generasi banyak pengangguran semakin parah. Ji Woo melihat isi plastik yait
pembalut.
“Dasar
Kau ini.... Apa Kau menyuruh cowok membelikanmu pembalut?” kata Ji Woo kaget
“Memangnya
salah? Aku juga bukannya menyuruh dia yang lain” pikir Seo Yeon merasa tak
peduli.
“Dasar
gila... Bagaimana kalau kau juga begitu di masa depan nanti?. Seperti
bumerang.” Komentar Ji Woo
“Itu
hanya berlaku bagi Kwon Sang Woo di "Stairway to Heaven". Aku bukan
tipe orang yang menyuruh-nyuruh orang lain.” Tegas Seo Yeon yakin.
Di
perpustakaan
Dae Young
sedang belajar, tiba-tiba terdengar suara dengkuran. Semua penghuni perpustakaan
mengeluh. Akhirnya Dae Young mengajak Sung Joo agar mengajak Jin Seok dan Byung
Sam yang tertidur keluar. Dua pemalas yang tertidur dengan wajah mengantuk
keluar dari perpustakaannya.
“Bukankah
ini terlalu berlebihan dikasih tugas selama ada ujian?” keluh Dae Young
“Aku
tahu. Tidak bisakah kita berbagi solusi? Seberapa jauh kau bisa?” kata Jin Seok
“Ada
tayangan ulang "Nonstop"... Kita nonton ini dulu sebelum kembali? “
kata Sung Joo
“Kau mau
menontonnya karena hidupmu seperti sitkom itu. Kau punya pacar dan berkencan
dengannya. Itu cuma memberiku bayangan tentang kehidupan kampus kita sekarang..”
Ejek Byung Sam penuh amarah.
“Benar,
kupikir kampus itu adalah tempat pria jelek seperti Yang Dong Geun bisa pacaran
sama Jang Na Ra. Kupikir kita bisa bersenang-senang setiap hari.” Keluh Jin
Seok
“Kenapa
tidak ada adegan di mana mereka menderita karena UTS dan UAS? Apa mereka cuma
main-main? Aku ingin menuntut semua penulis naskah yang menulis sitkom itu.”
Ungkap Dae Young juga kesal
“Kau mau
melampiaskan stressmu karena ujian ke tempat yang salah.” Ucap Sung Joon. Byung
Sam mengaku tanganya sangat gatal dan ingin bermain games.
“Bagaimana
kalau kita ke warnet setelah ujian ini selesai?” saran Dae Young
“Begini
saja, kita beli alat game dan bermain game dengannya setelah ujian tengah ini
selesai?” kata Sung Joo. Byung Sam setuju.
“Alat
bermain game itu tidak semurah kimbap segitiga. Harganya mahal.” Komentar Jin
Seok
“Kita
bisa patungan untuk itu... Kita patungan sesuai dengan hasil ujian kita. Peringkat
pertama membayar 10 persen, kedua 20 persen, ketiga 30 persen, dan seterusnya.”
Kata Sung Joo
“Boleh.
Aku hanya harus membayar 10 persen dari harganya.” Kata dae Young yakin
“Hei, kau
tak akan tahu hasil ujiannya sampai akhir. Cuma karena nilaimu selalu tinggi
selama semester satu, bukan berarti kau harus bayar sesuai kemauanmu.” Ucap Jin
Seok
“Berarti
kalian semua setuju dengan ini, kan?” kata Sung Joo, Dae Young melihat Sung Joo
begitu percaya diri.
“Tentu
saja. Pacarku sudah memesan tempat di ruang belajar untuk ujianku. “ kata Sung
Joo bangga
“Kau
beruntung. Teman-teman, bagaimana kalau kita gantian memesan ruang belajar? Aku
duluan saja.” Kata Jin Seok.
Byung Sam
mengajuka sebagai yang selanjutnya dan yang terakhir itu Dae Young. Dae Young
setuju dengan menghargai hobi bermain sepak bola dan bersikap adil.
Esok
harinya, Dae Young melihat buku diatas meja memuji Jin Seok yang tepa memilh
kursi di dekat jendela. Tapi seseorang datang mengaku sebagai tempat duduknya.
Dae Young pun akhirnya berdiri lalu bertanya pada Jin Seok Di mana tempat
duduknya.
“Awalnya
ada dua kursi kosong, dan dia mengambilnya karena dia datang lebih dulu.
Harusnya kau datang lebih awal.” Kata Jin Seok
“Lalu Aku
harus belajar di mana?” tanya Dae Young
“Aku tak
bisa berbuat apa-apa karena kursi lainnya semua diambil. Coba cari di
perpustakaan pusat dulu. Aku akan meneleponmu kalau sudah kutemukan.” Kata Jin
Seok. Akhirnya Dae Young pun melangkah pergi.
Jin Seok
mengaku merasa sedikit kasihan pada Dae Young. Byung Sam mengingatkan kalau
dunia begitu mudah, dengan mengingat pertarungan mereka Siapa pun yang mendapat
peringkat pertama, maka akan bagi harga jadi setengah.
“Sung Joo
pasti sibuk berkencan. Kalau kita mengabaikan Dae Young, kita bisa dapat
peringkat 1 atau 2.” Ucap Byung Sam. Jin Seok pun terlihat senang mendengarnya.
Dae Young
mencoba mencari kursi, beberapa kali melihat bangku kosong ternyata kursinya
sudah di tempati orang. Ia sampai kaget note saat akan duduk “Aku akan segera
kembali dari toilet. Kau akan dapat F kalau duduk di tempatku.” Akhirnya Dae
Young pergi ke kedai dekat kampus.
“Apa kau
sendirian saja di sini?” ucap Dae Young mendekati Ji Woo yang duduk sambl
membaca buku.
“Aku
makan siang sebelum kerja sambilan. Lalu Kenapa kau sendiri? Mana yang lain?”
tanya Ji Woo heran
“Jangan
mulai. Mereka pesan kursi untuk diri mereka sendiri. Aku pergi ke perpustakaan pusat dan menyerah
karena tidak ada kursi.” Cerita Dae Young kesal. Ji Woo menganguk mengerti.
“Ngomong-ngomong,
itu jepitan di rambutmu?” kata Dae Young. Ji Woo langsung bergegas melepaskan
tutup pulpen menjadi jepitan rambut.
“Apa yang
kau pesan?” tanya Dae Young. Ji Woo mengatakan Satu porsi ttoekbokki jjajang dan
gorengan. Akhirnya Dae Young memesan Toppoki biasa.
Pesan
datang, Toppoki pesan, Jajang dengan warna hitam, serta macam-macam
gorengan. Dae Young heran kalau sudah
ada telur rebus didalam toppki jadi kenapa pesan telur goreng juga. Ji Woo
pikir Dae Young pasti belum tahu.
“Mereka menaruh
telur goreng di atasnya ketika kau memesan jjajangmyeon di Busan. Orang-orang
di Seoul berhati keras bahwa mereka tidak memberimu apapun.” Ucap Ji Woo
mengambil telur dan mencampurkan diatas Toppoki Jajang.
“Pokoknya,
ada bagusnya bila dimakan dengan saus jjajang. Minyak telur goreng ini bila
dicampur dengan saus jjajang. Rasanya akan jadi gurih, ini Berbeda dengan telur
rebus.” Jelas Ji Woo lalu menyuruh Dae Young mencobanya.
Dae Young
mencoba kalau Rasa dan teksturnya benar-benar berbeda. Ji Woo makan gorengan
yang dicelup dengan mayonise. Dae Young pikir kalau rasanya berminyak, jadi lebih baik diampurkan saja ke
saus pedas. Ji Woo mengelengkan kepala karena Mayonnaise membuat gorengan
terasa lebih gurih. Dae Young pun mencoba cara makan Ji Woo.
“Rasanya
juga tidak lembek, tak sama seperti saat kau celupkan dalam saus pedas.”
Komentar Ji Woo.
“Kau
benar... Bagus, Lee Ji Woo...Soal makan-makan, aku harus menemanimu. Ayo makan
bersama selama sisa hidup kita.” Ucap Dae Young penuh semangat.
“Kau
bilang, Selama sisa hidup kita?”kata Ji Woo langsung terpana. Dae Young heran
melihat Ji Woo hanya diam saja dan akan makan semuanya.
Ji Woo
tersadar langsung mencoba makan lagi, mereka makan semua makanan dan ditambah
dengan Acar lobak. Sisa dari Saus jajang akhirnya dibuat nasi goreng, Dae Young
mencampur dengan rumput laut. Ji Woo menghentikan sejenak kalu meminta gunting
pada bibi.
“Akan
jauh lebih enak bila menambahkan ini... Teksturnya juga bagus, Acar lobak asinan
begini bisa menambah kesegaran dari nasi goreng.” Kata Ji Woo mengunting acar
lobak dan langsung mencampurnya.
“Tentu
saja. Aku mempercayaimu... Kau seperti pemimpin.”ucap Dae Young memujinya.
Dae Young
akhirnya mulai mencoba makanan nasi goreng dan langsung memujinya karena
rasanya Renyah dan enak, bahkan rasa asam dan lezat karena acar lobak. Ji Woo
juga merasakan enak dengan campuran nasi gorengnya. Dae Young pun akhirnya
merasakan kenyang.
“Ini
belum berakhir sampai kita benar-benar selesai.” Ucap Ji Woo lalu memesan es
serut.
Dae Young
menerima Es Serut kacang merah sementara Ji Woo makan es serut dengan buah. Ji
Woo mulai makan merasakan Rasanya
dingin, karena Setelah makan yang pedas-pedas, jadi harus makan yang dingin dan
manis ini.
Dae Young
juga merasa segar karena Es serut adalah yang terbaik di musim panas. Bibi
datang membawakan pesanan Ji Woo yang sudah dibungkus.
“Apa Itu
untuk Seo Yeon?” kata Dae Young. Ji Woo memberitahu kalau Seo Yeon biasanya tak
makan menu ini.
“Tapi Ini
untuk para muridku... Mereka selalu makan sendirian.” Kata Ji Woo
“Siapapun
itu, mereka benar-benar diberkati punya guru yang baik dan cantik.” Ungkap Dae
Young. Ji Woo kembali tersipu.
Seo Yeon
mengetik di depan komputer “Manusia dan Psikologi” lalu terdiam. Ji Woo
mengeluh meminta agar Seo Yeon mengunakan lampu meja dan mematikan lampu karena
harus cepat tidur. Seo Yeon heran karena Ji Woo yang tak belajar dulu
“Aku mau
bangun awal dan pergi ke perpustakaan. Jadi Aku harus tidur sekarang untuk
mengamankan tempat. ..Oh ya, Apa kau masih bersiap menyajikan materi
"Manusia dan Psikologi"?” kata Ji Woo melihat layar komputer
“Ya, aku
harus membuat presentasi dengan menerapkan teori psikologi karena harus
mempelajari tentang orang sungguhan. Aku lebih suka ujian, dan merasa lebih
percaya diri tentang itu.” Ungkap Seo Yeon
“Kau cuma
pintar dalam buku... Itu tak berbeda dari masa sekolah kita. Seorang mahasiswa
harus melakukan penelitian dan menyajikan hasilnya saat kita belajar.” Kata Ji
Woo
“Yah
Memang, kau cuma pandai bicara... Kau bisa terdengar begitu pintar... Kau harus
ujian lagi saat tidak lulus ujian praktik.”
Ejek Seo Yeon. Ji Woo terlihat kesal.
Saat itu
ponsel Seo Yeon bergetar lalu melihat nama “Nonhyeon-dong” dan memilih untuk
menutup telpnya. Ji Woo pikir Sejak kemarin selalu dapat telepon itu jadi
angkat saja dan tahu kalau itu tahu dari ibuya. Seo Yeon menegaskan kalau cuma
punya satu ibu di Busan.
“Ibu yang
sama sepertimu.” Tegas Seo Yeon. Ji Woo pikir ibu Seo Yeon itu merindukan
anaknya.
“Tidak
juga. Dia menelepon untuk memarahiku dan Tidak semua ibu punya naluri keibuan
Kau mungkin tidak tahu karena ibumu sangat mencintaimu.” Tegas Seo Yeon kesal.
Jam empat
pagi, Ji Woo terbangun dari tidur perlahan berjalan berjinjit meninggalkan
rumah dan sempat memberian selimut untuk Seo Yeon yang tertidur di atas meja
belajar. Ia lalu berdiri dengan para
pria yang sudah berdiri depan pintu perpustakaan.
Saat
pintu terbuka, semua langsung bergegas. Ji Woo berlari melempar tasnya dan
berhasil duduk di bangku yang kosong. Wajahnya sangat bahagia lalu mengirimkan
pesan pada Dae Young.
“Kalau
butuh tempat di perpustakaan, kau boleh datang ke sini. Aku menyimpan satu
tempat, tapi temanku bilang dia tak datang, jadi aku menyimpannya satu.” Tulis
Ji Woo
Dae Young
membalas mengucapkan terimakasih, Ji Woo makin senang bisa duduk bersama dengan
Dae Young.
Beberapa
saat kemudian, Ji Woo terlihat gelisah menunggu Dae Young belum juga datang.
Dae Young masuk perpustakaan, Ji Woo dengan senyuman bahagia melambaikan
tangan. Dae Young pun duduk disamping Ji Woo sambil mengucapkan terima kasih
banyak.
“Byeong
Sam tidak menyimpan tempat untukku hari ini. Kurasa mereka merencanakan ini
terhadapku.” Keluh Dae Young
“Ahhh... Tidak
mungkin.” Kata Ji Woo mencoba berpikir baik lalu membaca pesan dari Seo Yeon “Aku ada di
kampusmu, Kau di mana?”
Ji Woo
menemui Seo Yeon di kantin bertanya alasannya datang ke kampus. Seo Yeon
mengaku ingin menyiapkan presentasiku di kampus kakaknya dan tak bisa
selesaikan di kampusnya karena semua orang menginginkan bantuan darinya.
“Aku yang
terbaik di kelasku. Apa ini tanggung jawab bagi mahasiswi terbaik?” komentar
Seo Yeon bangga.
“Kau
berlebihan... Kau bahkan tak tahu apa yang kau laporkan?” ejek Ji Woo
“Tidak.
Aku hanya perlu mencari konsep, tapi itu
sangat sulit.” Komentar Seo Yeon
Dae Young
keluar perpustkaan melihat Seo Yeon dan bertanya kenapa ada di kampusnya, Seo Yeon mengaku tak bisa belajar di
kampusnya. Dae Young duduk disamping Ji Woo mengejek Seo Yeon tidak bisa
selesaikan apa pun jika tak bisa mengerjakan di kampusnya.
“Kalau
kau kemari untuk mencari tempat untuk belajar, lupakan saja. Kalau bukan karena
Ji Woo, maka aku juga tidak akan menemukannya.” Ucap Dae Young bahagia.
“Temanku
bilang dia akan datang, tapi dia tiba-tiba menebusku, jadi aku memberikan
tempat padanya.” Jelas Ji Woo terlihat gugup.
“Aku
tidak bilang apa pun. Seakarang Aku pulang saja kalau begitu karena Aku baru
saja mendapat ide ini... Semoga beruntung.” Ucap Seo Yeon. Ji Woo menyuruh Seo
Yeon membawa minumanya yang ditinggalkan begitu saja.
“Dia
punya ide untuk apa?” tanya Dae Young binggung melihat Ji Woo
“Dia
harus membuat presentasi untuk kelas psikologi.” Kata Ji Woo
“Dia
bukannya mau membuat presentasi di sana. Mungkin psikolog akan mempelajarinya.”
Ucap Dae Young dengan wajah tersenyum bahagia.
Ji Woo
sibuk menulis dibukunya, saat itu merasakan tangan Dae Young menyentuhnya.
Ternyata Dae Young tertidur dengan bertopang dagu, Ji Woo terlihat senang
menatap Dae Young yang tertidur, senyumanya tak bisa ditutupi.
Ternyata
Ji Woo sedang bermimpi dengan wajah tersenyum, kepalanya bergoyang kesana
kemari lalu akhirnya hampir terjatuh di atas meja. Tangan Dae Young dengan
sigap menangkapnya. Ji Woo terbangun kaget melihat tangan Dae Young diatas
dahinya.
“Angkat
kepalamu kalau kau bangun.” Ucap Dae Young. Ji Woo akhirnya terbangun dengan
wajah gugup.
“Ayo kita
minum secangkir kopi.” Kata Dae Young. Ji Woo tersenyum bahagia mendengarnya.
Keduanya
minum kopi dari mesin, Dae Young memuji Ji Woo memang yang terbaik dari semua
mesin kopi otomatis, lalu mengajak agar duduk untuk istirahat selama lima
menit. Keduanya duduk didepan perpustakaan.
“Aku tidak
belajar sekeras ini.” Ucap Dae Young mengarahkan duduknya pada Ji Woo
“Itu yang
kau dapatkan karena menjejalkan semua pelajara diotakmu” kata Ji Woo
“Sekarang
kau terdengar seperti asisten pengajar. “ komentar Dae Young
Akhirnya
Dae Young memejamkan mata agar membangunkan dalam waktu lima menit. Ji Woo
akhirnya menyalakan MP3 dengan earphonenya, tiba-tiba Dae Young menariknya
karena ingin mendengarnya dan bisa masuk ke dalam setelah satu lagu. Ji Woo
bisa tersenyum memutar lagi "You Are Different" oleh Han Ye Seul
Dae Young
pulang melihat dua temanya sedang makam ramyun sambil belajar, lalu mengomel
karena keduanya yang tak menyimpan kursi untuknya tapi malah mondar-mandir di
rumahnya. Jin Seok pikir kaalu Ujian
pasti membuat Dae Young gelisah, karena mereka selalu seperti ini.
“Tidak
ada yang perlu dibanggakan.. Pokoknya, bersihkan ini... Aku ingin datang lebih
awal untuk merasa segar.” Kata Dae Young
“Jangan
khawatir... Kami akan bermain adil dan jujur... “ ucap Byung Sam, Dae Young
yang kesal menaruh tas lalu masuk ke dalam kamar.
“Ramyeon
membuatku ingin minum soju. Ujian ini membuatku stres!” ucap Byung Sam
“Bagaimana
kalau kita masing-masing minum segelas? Itu bisa membantu mengerjakan
penelitian ini.” Kata Jin Seok penuh semangat.
“Berhenti
mengada-ada... Mana bisa alkohol membantumu belajar?” keluh Byung Sam
“Tentu
saja bisa... Etil alkohol dalam soju memperbesar pembuluh darah kita dan memunculkan
detak jantung kita. Sirkulasi darah yang lebih baik berarti sirkulasi oksigen
yang lebih baik yang akan memiliki efek positif pada sel-sel otak kita.” Jelas
Jin Seok penuh semangat.
“Apa
Sudah selesai dengan penjelasan kimiamu?” ejek Byung Sam dan akhirnya
memutuksan untuk minum sekali saja.
Pagi hari
Dae Young
mengeluh melihat dua temanya tertidur setelah minum beberapa botol Soju dan
berpikir kalau Amereka tak tahu ada ujian hari ini. Ia lalu membangunkan Byung
Sam karena terlambat kala tak berangkat ke kampus sekarang
“Pergilah
duluan. Aku akan bangunkan Jin Seok dan pergi denganya.” Ucap Byung Sam. Dae
Young pun akhirnya pergi lebih dulu.
Byung Sam
bangun dengan mengambil buku lalu membereskan semua barang-barangnya, sambil
menatap Jin Seok kalau mereka tak mungkin bersama dan Jin Seok harus tahu kalau
ini dunia yang penuh cipratan lalu pergi sendiri. Jin Seok akhirnya bangun
mengaku sangat nyenyak jadi merasa segar
kembali, lalu melihat Byung Sam sudah tak ada dengan mengumpat kesal akhirnya
keluar dari rumah.
Sung Joo
masuk ruangan lalu bertanya keberadaan Jin Seok. Dae Young pikir Jin Seok
datang bertanya Byung Sam lalu bertanya pada temanya karena tadi bilang akan
membangunkannya. Byung Sam pikir tak ada alasan melakukan karena ia bukan
ibunya. Keduanya hanya bisa menatap dan
akhirnya pengawas masuk ruangan.
“Keluarkan
pena dan kalkulator kalian... Sisanya masukkan dalan tas kalian... Matikan
ponsel kalian juga.” Ucap Pengawas. Dae Young sudah siap dengan kalkulatornya,
sementara Byung Sam hanya bisa melongo.
“Hei...
Tunggu... Apa Kau membawa remote sebagai gantinya?” ucap Dae Young,Sung Joo
mencoba menahan tawanya.
Byung Sam
terdiam mengingat kejadian dikamar Dae
Young, Saat berbicara dengan Jin Seok tanganya meraih remote yang ada disamping
kalkulator.
“Yang
berbuat curang akan dikeluarkan dari ruang ujian.” Kata Pegawas akan menutup
pintu. Saat itu Jin Seok akan masuk ruangan, pengawas menahan Jin Seok kalau
tak boleh masuk.
“Tolong
biarkan aku masuk... Biarkan aku mengikuti ujian ini!” kata Jin Seok lalu
berteriak mengumpat pada Byung Sam.
[Beberapa hari kemudian]
Dae Young
dkk duduk didepan komputer, Sung Joo datang bertanya apakah masih menunggu
hasil ujiannya. Dae Young membenarkan dan merasa kalau ada di peringkat
terakhir. Ia menyalahkan Byung Sam dan Jin Seok tidak menyimpan kursi untuknya
harus pindah dari kursi ke kursi lain di perpustakaan.
“Merengeklah
kepada seseorang yang benar-benar membawa kalkulator ilmiah. Itu karma... Aku
bahkan tidak bisa ikut ujian karena kau tidak membangunkanku.” Tegas Jin Seok
dengan wajah murka
“Itu
sebabnya kau harus belajar secara teratur. Apa itu artinya aku berada di
peringkat pertama?” kata Sung Joo dengan banga. Mereka pun melihat nilai sudah
keluar. Sung Joo melihat nilai Semester 2, Tahun Masuk 2004
“Apa Kau
membuka toko rekaman? Yang kau punya cuma C dan D.” Ejek Dae Young
“Menyedihkan.
Kau pasti merasa begitu percaya diri.” Kata Byung Sam
“Sung
Joo, kurasa kau akan batuk 100,000 Won. Kami akan memanfaatkannya dengan baik.”
Ejek Jin Seok.
Seorang
mahasiswa menyelesaikan Presentasi didepan kelas, Dosen memanggil Lee Seo Yeondari marketing.
Seo Yeon menampilakan judul “Manusia dan
Psikologi” lalu memperlihatkan judul “What Happened in Bali” semua mahasiswa
tertawa melihatnya.
“Saya
meneliti tentang hubungan psikologi dengan mengamati Nona A dan Tuan B yang di
mana mereka adalah tetangga saya. Bagaimana kita bisa tahu apakah Tuan B ada
perasaan untuk Nona A?” ucap Seo Yeon
“Di
sebuah meja, Nona A duduk di sebelah dan seberang kursi kosong. Di manakah pria
itu duduk jika dia tertarik padanya? Apa dia akan duduk di depanyanya di mana
dia bisa memandangnya lebih baik?” ucap Seo Yeon menjelaskan Makna di Balik Di
Manakah Seseorang Dudu.
Flash Back
Dae Yeon
melihat Seo Yeon yang datang dan langsung duduk disamping Ji Woo. Seo Yeon
melihat Dae Young duduk disamping Ji Woo yaikn kalau duduk di sebelahnya.
“Antropolog
Edward Hall mengatakan ini. Kau hanya membiarkan mereka yang dekat denganmu
dalam Zona Jarak Intim 45,7 cm. Dia menginginkan gadis yang dia suka di ruang
pribadinya yang intim. Apa Anda tahu bahwa tanpa sadar itu mencerminkan
tindakan dari mereka yang Anda sukai?” ucap Seo Yeon
“Ini
disebut percerminan. Neuron cermin diaktifkan sehingga Anda menyalin tindakan
orang-orang yang Anda sukai. “ jelas Seo Yeon mengikuti Dae Young dan Ji Woo
yang minum didepan mesin kopi. Saat Ji Woo memegang lehernya, Dae Young
mengikutinya.
“Untuk
mengetahui dengan pasti, kita harus melihat arah pusar dari Tuan B. Dr. Albert
Mehrabian menyebutnya sebagai Peraturan
Pengarahan Pusar. Ketika Anda berbicara dengan
seseorang yang Anda sukai, pusar Anda menunjuk ke arah orang itu.” Jelas
Seo Yeon melihat juga cara duduk Dae Young mengarah pada Ji Woo saat bicara.
“Jika
Anda juga punya seseorang yang disukai, catatlah tindakannya. Anda mungkin bisa
menemukan bahwa perasaan itu bersifat timbal balik.” Jelas Seo Yeon lalu
seorang mahasiswa mengangkat tanganya.
“Kapan
Nona A mencari tahu perasaan Tuan B?” tanya mahasiswa lain
“Entahlah.
Mungkin butuh lebih dari 10 tahun. Dia berpikir dirinya pintar, tapi dia tidak
mengerti sebagian besar hal itu.” Ucap Seo Yeon sambil menerawang.
Ji Woo
membawakan kantung sampah, Dae Young ada didepan rumah langsung membantunya dan
bertanya Ada apa dengan semua sampah ini. Ji Woo menceritakan Pemilik kontrakan
akan datang akhir pekan ini untk melihat apa perlu membayar untuk perbaikan apa
pun, jadi membersihkan rumah.
“Apa
masih ada lagi? Aku bisa membantumu.” Ucap
Dae Young. Ji Woo pikir tak perlu karena bisa melakukannya sendiri.
“Kau Tidak
perlu repot-repot.” Kata Ji Woo, Dae Young mengeluh Ji Woo yang mengatakan itu
“Apa
bagusnya berteman kalau seperti ini?” tanya Dae Young merasa tak suka dengan
sikap Ji Woo,
“Aku
biasa melakukannya sendiri sebelum kita berkenalan kembali. Kurasa itu hanya
akan memanjakanku. Bagaimana jika aku terus menginginkan bantuanmu saat aku
sendirian? Kau tidak akan ada saat aku pindah.” Ucap Ji Woo sinis
“Apa kau
akan memutuskan hubungan begitu pindah nanti? Kenapa bicara seolah-olah kau mau
melakukan hal itu?” ucap Dae Young sinis.
“Bukannya
hari ini kau kerja? Kau harus cepat pergi.” Kata Ji Woo tak ingin membahasnya.
Dae Young pun akhirnya memilih untuk pamit pergi. Ji Woo pun hanya bisa menatap sedih.
Bersambung
ke part 2
PS; yang udah baca
blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 &
Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar