PS : All images credit and content copyright : TVN
Dae Young
berkomentar kalau Seo Yeon tidak punya
niat untuk membuka hatinya dan mengasihani Sun agar menyerah. Sun bertanya Apakah
Seo Yeon membutuhkan sesuatu, dan ingin
memberikan hadiah.
“Kenapa
kita tidak tidur bersama saja?” ucap Seo Yeon berdiri dari tempat
duduknya. Dae Young dan Sun kaget.
“Kau
terus berkunjung dan memberikan hadiah untuk memenangkan hatiku, hanya untuk
tidur denganku. Jadi Kenapa membuang waktu? Lewatilah batas sekarang dan
buatlah dirimu bosan.” Ucap Seo Yeon menantang. Sun akhirnya menarik Seo Yeon
keluar, Dae Young kebingungan melihat keduanya.
Ji Woo
baru saja berjalan-jalan dengan anjing melihat Dae Young baru pulang. Dae Young pun menyapa Ji Woo yang baru
jalan-jalan bersama Kacang. Ji Woo bertanya kemana Seo Yeon karena tadi ikut
pergi bersama Dae Young.
“Itu...
Dia ada janji... “ kata Dae Young terlihat gugup dan memberikan alasan lain.
“Aku
hanya berharap dia tidak membangunkanku di malam hari setelah mabuk.” Komentar
Ji Woo.
“Aku ragu
dia akan kembali malam ini.” Ucap Dae Young, Ji Woo heran kenapa Dae Young bisa
tahu.
“Itu
hanya perasaanku saja.” Kata Dae Young dan mengalihkan ucapan Ji Woo untuk
mengajak makan saja.
“Boleh....
Aku akan membawa Kacang ke dalam dan segera keluar.” Ucap Ji Woo penuh
semangat.
Keduanya
sudah duduk di restoran daging babi rebus, menatap meja disamping dengan sup
mulai panas. Ji Woo heran Kenapa galbi yang direbus dan punya banyak sekali
kaldu. Dae Young berkomentar kalau Akhirnya, rasa meja makan sudah berubah. Ji
Woo terlihat binggung.
“Mentor
makananku, foodie karismatik, akhirnya akan belajar sesuatu dariku.” Kata Dae
Young bangga.
“Itu
galbi rebus, hidangan tradisional Jeonju. Itu rebusan yang dimasak dengan iga
babi, mie bening, dan tauge.” Jelas Dae Young. Ji Woo menganguk mengerti.
“Aku
telepon Sun dan minta dia untuk bergabung dengan kami. Dia sepertinya agak
depresi belakangan ini.” Kata Ji Woo akan mengeluarkan ponselnya.
“Dia
pasti sibuk, jadi jangan kau menelpnya” ucap Dae Young. Ji Woo pikir tetap
harus menelepon. Dae Young ingin melarang tapi Ji Woo sudah menelp Sun.
Ji Woo
berbicara dengan Sun di telp. Sun menjawab dengan nafas terengah-engah. Ji Woo
heran Sun yang berbicara dengan nafas
terengah-engah. Dae Young mengerutkan dahi karena berpikir Sun dan Seo Yeon
sedang bersama.
“Jadi Kau
sedang jogging? Tapi Aku mau bertanya, apa kau mau makan.” Ucap Ji Woo lalu
mengirimkan pesan untuk alamat restorannya. Dae Young seperti masih panik.
“Apa Sun
Woo Sun sedang jogging? Kau yakin?” tanya Dae Young seperti tak percaya.
“Ya, dia
ada di Sungai Han, jadi dia akan mampir.” Kata Ji Woo. Dae Young binggung
memikirkan Apa yang sedang terjadi.
Sun baru
saja selesai berlari mengelilingi sungai Han, lalu masuk ke dalam mobil melihat
ada anting Seo Yeon yang terjatuh di kursi sampingnya.
Flash Back
Sun
menarik Seo Yeon sampai ke hotel lalu menariknya ke atas tepat tidur. Seo Yeon
sedikit gugup saat Sun mulai mendekat, tapi mulai memberanikan diri untuk
membuka kancing bajunya. Sun menatapnya, lalu langsung menarik selimut untuk
Seo Yeon.
“Kudengar
kau tidur di lantai di rumah Guru Ji Woo . Aku yakin kau sedang pusing, jadi Istirahatlah.”
Kata Sun. Seo Yeon terlihat binggung.
“Kau
capek, dan itu sebabnya kau berbicara omong kosong. Jadi Sekarang istirahatlah.”
Kata Seo Yeon lalu keluar dari kamar.
Sun
mengingat yang dikatakan Ji Woo tentang Seo Yeon “Dia bertindak seolah dia
kuat, tapi dia takut ditinggalkan sehingga memutuskan, meninggalkan cinta
pertamanya Itulah dia jadi takut dan trauma.”
“Seberapa
traumatisnya dia?” tanya Sun masih penasaran dengan sikap Seo Yeon.
Menu
makanan daging iga rebus touge dan bihun sudah ada diatas meja. Sun akhirnya
datang merasa tepat waktu, lalu berkomentar kalau rasa daging iga lebih enak
saat dipanggang dan bukan penggemar daging rebus. Dae Young mulai mengerutkan
dahi karena Sun yang menganggap Daging rebus dan mengejek Sun itu bodoh.
“Kau
berpikir bahwa daging seharusnya hanya dipanggang. Hidangan ini akan mengubah persepsimu
yang salah. Ini bukan seperti sup daging sapi.” Jelas Dae Young
“Dagingnya
tidak dimasak hanya untuk kaldunya yang layak. Hidangan itu dibuat sehingga
seluruh keluarga bisa menikmati daging selama masa-masa sulit. Kesegaran dari
tauge itu seperti darah, keringat, dan air mata orang tua yang mau anak-anak mereka
makan dengan berlimpah-limpah.” Ucap Dae Young yang membuat Ji Woo tersenyum
semantara Sun cemberut.
“Bukan
seperti daging yang dipanggang, daging dalam hidangan ini dibiarkan menciut
untuk menghasilkan rasa yang bersih. Itu sebabnya rasanya lebih kaya dan dalam.
“ kata Dae Young
“Itu
tergantung pada preferensi.” Balas Sun dan melihat Taogenya sudah layu jadi perlu diaduk. Dae
Young langsung mengambil capitan dan juga gunting.
“Sekarang
waktunya memotong daging agar bisa meresap sausnya.” Ucap Dae Young
“Coba
Dilihat dari warnanya, kita harus makan mie terlebih dahulu.” Kata Ji Woo.
“Tentu
saja kau tahu waktu yang tepat untuk makan.” Ucap Dae Young. Ji Woo pun
memberikan mie ke mangkuk Sun lebih dulu
“Guru Ji
Woo , makanlah daging yang tidak menempel di tulang.” Kata Sun ingin mengambil
daging untuk Ji Woo
Tapi Ji
Woo sudah makan daging langsung dari tulang, Dae Young kembali memuji Ji Woo
yang tahu cara memakannya, Ia tahu kalau Ketika makan daging, seharusnya tidak pernah meninggalkan daging di
tulang. Ji Woo makin cemberut mendengarnya.
“Aku akan
memberitahumu tentang itu. Kolagen di tendon yang menempelkan daging ke tulang
berubah menjadi gelatin saat direbus. Itu menyedot 10 kali lebih banyak air, dan
itu membuatnya lembut dan lembab. Itu tidak bisa dianggap makan galbi kecuali
kau memakannya.” Ucap Dae Young
“Aku tahu
semua itu. Tapi Aku hanya tidak mau dia terganggu.” Kata Sun membela diri
“Terserah...
Kau lebih baik Lakukan saja sesuatu tentang mie beningnya yang telah berubah
menjadi lembek.” Ejek Dae Young.
Akhirnya
Sun mulai makan mie yang diberikan Ji Woo,
mereka mulai makan dengan lahap sup iga pedas, Sun menyarankan agar
makan daging dibungkus lobak. Ji Woo mengikutinya, Dae Young pun bisa mencoba
kaldu dari daging. Sun pun sangat menikmati makanan iga pedas didepanya.
“Bukankah
tadi kau bilang tidak suka daging rebus?” ejek Dae Young, Sun mengaku kalau ini
enak.
“Kita
harus selesaikan makanan kita dengan nasi goreng seperti biasa. Apa tiga porsi
cukup?” ucap Ji Woo
“Kita
masih punya sisa daging, jadi kita pesan dua saja dan pesan makguksu.” Jelas
Dae Young.
Akhirnya
Ji Woo membuat nasi goreng pada kaldu daging, sementara Dae Young mengaduk mie
makguksu. Ji Woo membuat nasi goreng dengan telur goreng diatasnya, Sun heran
dengan cara Ji Woo masak. Dae Young memuji Ji Woo yang memang teliti.
“Aku
perhatikan bagaimana nasinya agak lembek ketika disajikan sebelumnya. Dengan
membuat lubang di tengah untuk membantu ini menguap, maka nasi goreng bisa
dimasak lebih teliti.” Jelas Ji Woo yang membuat nasi seperti bentuk donat.
“Kalian
berdua ternyata saling akrab. Orang lain mungkin mengira kalian sudah menikah
selama 10 tahun.” Komentar Sun.
“Itu
karena kami sudah berteman sejak lama.” Ucap Ji Woo lalu pamit ke toilet dulu.
Dae Young
menatap Sun dengan penuh rasa penasaran. Sun pikir kalau Dae Young bisa
menanyakan apa yang terjadi antara dirinya dan Seo Yeon, karena tahu kaalu
ingin menanyakan itu padanya. Dae Young mengatakan kalau Yang ingin ditanyakan,
"Apakah kau benar-benar tidak mau bekerja denganku?"
“Kalian
sudah dewasa, jadi aku tahu kau bisa mengurusnya sendiri. Aku bukan tipe orang
yang melanggar batas urusan pribadi. Apa
kau yang ingin menanyakan sesuatu padaku? Kau bisa memberitahuku jika kau
membutuhkan saranku. Jangan hanya berbaris di hotel.” Komentar Dae Young
“Siapa
yang pergi ke hotel?” tanya Ji Woo datang mendengar kata hotel
“Itu,
hotel dan restoran juga. Dia harus memasukkan mereka ke dalam bisnisnya.” Ucap
Sun panik memberikan kode pada Dae Young agar bisa merahasiakanya.
“Kenapa
kau berkedip? Apa ada sesuatu di matamu? Apa Mau aku tiup untukmu?” ucap Dae
Young mengoda. Sun mencoba untuk mengelak tapi terus berkedip. Dae Young makin
mengoda dengan meniup mata Sun yang terus berkedip.
Seo Yeon
tertidur pulas dikamar hotel bahkan sambil mendengkur, lalu terbangun panik
melihat sudah lewat tengah malam. Sun menunggu di restoran hotel melihat Seo
Yeon berjalan di lorong lalu memanggilnya, Seo Yeon kaget melihat Sun
menunggunya.
“Apa
tidurmu nyenyak?” tanya Sun melihat Seo Yeon akhirnya keluar dari kamarnya.
“Kenapa
kau di sini? Kupikir kau pergi dari tadi,
Apa Kau menungguku selama ini?” tanya Seo Yeon merasa tak enak hati.
“Tidak,
aku kembali memberimu tumpangan untuk pulang. Kalau kau bangun larut malam atau
pagi buta, dan itu akan berbahaya bagimu untuk pulang sendiri.” Ucap Sun
khawatir.
“Lupakan.
Aku bisa pulang sendiri.” Kata Seo Yeon menolak diantar oleh Sun.
“Kau akan
pulang jam segini karenaku. Jadi Aku mau bertanggung jawab. Ini tidak melewat
batas apa pun, kan?” ucap Sun akan menyiapkan mobil lebih dulu.
Seo Yeon
pulang ke rumah duduk sendirian dikamar Ji Woo mengingat kembali saat
mengetahui Sun menyukainya.
Flash
Back
Seo Yeon
kaget karena Sun berpikir akan bunuh diri jadi mencarinya. Sun menceritakan
kalau Seo Yeon memposting tulisan di media sosial, mengatakan semuanya sia-sia
dan akan menyerah. Sun juga pernah membawakan semangkuk kimchi sujebi.
“Ini yang
kubutuhkan sekarang... Obat kesembuhanku.” Ucap Seo Yeon terharu memakannya
lalu Sun menciumnya. Lalu pertemuan mereka di cafe.
“Aku
menyukaimu, dan aku akan menunggumu... Tidak, aku akan mencoba agar kau akan
menyukaiku.” Ucap Sun mengakui perasaan pada Seo Yeon yang sudah meninggalkan
rumahnya.
Ketika
mereka makan bersama dirumah Ji Woo, Seo Yeon mengatakan kalau mereka tidak
akan bertemu lagi. Tapi Sun mengatakan kalauharus terus melihat Seo Yeon dan
akan terus menyukainya.
Seo Yeon
tertidur di lantai mengingat yang dikatakan Sun saat di kamar hotel “Kudengar
kau tidur di lantai di rumah Guru Ji Woo,
Aku yakin kau sedang pusing.. Istirahatlah.” Wajah Seo Yeon tersenyum
bahagia mengingat kenangan dengan Sun.
Ji Wo
datang menemui ibunya meminta maaf karena terlmbat dan akan mencuci rambutnya.
Mi Sook menganguk mengerti, Tapi Ji Woo
mencium rambut ibunya berpikir kalau sudah mencuci rambutnya karena sudah
harum. Mi Sook berpikir kalau ia yang mencucinya.
“Kapan?
Siapa yang mencuci rambut Anda?” tanya Ji Woo. Mi Soo yang lupa mengaku tidak
tahu. Ji Woo memeriksa tempat sampah yang sudah bersih.
“Di mana
Anda mendapat sandal ini?” tanya Ji Woo melihat sandal ibunya dibawah tempat
tidur.
“Aku
bangun dan melihatnya di sana.” Kata Mi Sook. Ji Woo bertanya darimana ibunya
mendapatkan majalah yang ada ditanganya.
“Aku juga
melihat ini ketika bangun tidur.” Kata Mi Sook seperti punya kebahagiaan
membaca majalah.
Seo Yeon
masuk kamar dengan wajah bahagia dan dikagetkan dengan Ji Woo ternyata datang
menemui ibunya. Ji Woo langsung menatap sinis lalu menarik keluar dari ruangan,
dan menegaskan kalau sudah memberitahu untuk tidak datang.
“Itu, aku
hanya ingin melihat wajahnya ketika dia tertidur.” Ucap Seo Yeon
“Jangan
membuatnya bingung.” Tegas Ji Woo marah. Seo Yeon mengaku kalau Mi Sook itu
memang ibunya.
“Dan
siapa yang membuatnya seperti itu sejak awal? Lalu aku harus apa? Aku
merindukannya... Aku terus memikirkannya dan merindukannya.” Ucap Seo Yeon
sambil menangis. Ji Woo masih terlihat marah dan tak percaya
“ Aku
bisa lihat kau tidak mempercayaiku tanpa sorotan itu. Jadi Aku akan pergi.”
Kata Seo Yeon lalu bergegas pergi meninggalkan Ji Woo.
Seo Yeon
masuk ruangan mengambil tas, Mi Sook melihat Seo Yeon bertanya pada Ji Woo
siapa wanita yang ada didepanya mengenalnya. Ji Woo yang baru masuk menatap Seo
Yeon, lalu Seo Yeon mengaku kalau hanya lewat tapi Ji Woo menyela.
“Dia
adikku.” Kata Ji Woo, Seo Yeon kaget melihatnya. Ibu Ji Woo tak percaya
mendengarnya.
“Jika dia
adikmu, maka dia juga adikku... Kau Tunggu, aku harus memberikan sesuatu pada
pengunjungku. Apa yang kau suka? Aku akan memasaknya untukmu.” Kata Ibu Ji Woo
penuh semangat.
“Kimchi
sujebi.” Ucap Seo Yeon sambil menangis. Ibu Ji Woo heran melihat Seo Yeon yang
menangis.
“Apa Kau
sangat lapar? Aku akan segera memasak.” Ucap Ibu Ji Woo turun dari tempat
tempat tidur.
“Kami
baru saja makan. Jadi Ayo kita jalan-jalan.” Kata Ji Woo menuntun ibunya. Seo
Yeon hanya diam saja. Ji Woo memanggil Seo Yeon agar bergegas mengikutinya.
Ji Woo
mendengar bunyi bel rumahnya, melihat Sun yang datang dan bertanya kenapa
datang ke rumahnya. Sun merasa tak enak
karena pertama datang dengan tangan kosong, lalu memberikan sebuket bunga. Ji
Wo pikir kalau Sun tidak perlu melakukannya dan menyuruhnya duduk untuk minum
kopi.
“Seberapa
besar tempat ini?” tanya Sun melihat sekeliling rumah. Ji Woo menjawab 56 m².
“Bukankah
di sini lembab saat musim panas tanpa dehumidifier? Akan lebih buruk lebih
dekat di lantai.” Kata Sun melihat
membuka ruangan di rumah Ji Woo
“Apa ventilasi
kamar mandinya bagus? Jamur biasanya tidak baik untuk sistem pernapasan.” Ucap
Sun membuka pintu kamar mandi. Ji Woo menatap sinis.
“Oh,
pemilik kafe di lantai pertama itu seorang pria. Apa dia biasanya naik ke
atas?” ucap Sun panik.
“Katakan
yang sebenarnya. Kau di sini untuk memeriksa, apakah tempat ini aman untuk Seo
Yeon ‘kan?” keluh Ji Woo
“Sejak
kau tahu, aku akan melewati batas.” Kata Sun lalu mencoba mengukur dibagian
kamar. Ji Woo binggung apa yang akan dilakukan Sun.
“Tidak
ada ruang yang cukup untuk tempat tidur lain. Haruskah aku memberimu tempat
tidur berukuran besar? Kalian bisa tidur bersama.” Kata Sun
“Kenapa
kau tidak memberi kami tempat tidur susun?” saran Ji Woo menyindir. Tapi Sun
pikir Ji Woo memperbolehkanya.
“Tapi Itu
bisa berbahaya jadi biarkan Seo Yeon tidur di ranjang bawah.” Kata Sun
khawatir.
“Kenapa
kau tidak pindah ke sini? Lalu Seo Yeon dan aku akan tinggal di rumahmu.” Saran
Ji Woo
Sun
terlihat binggung, tapi menurutnya itu bisa menjadi pilihan. Ji Woo tak percaya
dengan sikap Sun dan memastikan kalau memang sangat menyukai Seo Yeon. Sun
mengakuinya. Ji Woo pikir kalau keadaan ini terlalu sulit.
“Kurasa
dia tidak ingin terbuka padamu.” Pikir Ji Woo
“Apa kau
tahu, kapan itu yang terburuk? Itu Ketika aku menolak perasaanku dan mencoba
mendorongnya. Itu mengerikan, Namun saat ini menyenangkan.” Ungkap Sun
“Apa Melakukan
ini menyenangkan?” tanya Ji Woo tak percaya. Sun membenarkan.
“Bel
tidak akan berbunyi sampai seseorang membunyikannya, dan lagu bukanlah lagu
sampai lagu itu dinyanyikan. Kurasa cinta itu sama. Itu bukan cinta namanya sampai
kau memberikannya kepada orang lain.
Menyembunyikannya jauh di dalam itu bukan namanya cinta.” Kata Sun. Ji
Woo hanya bisa terdiam.
Ji Woo
terdiam di depan rumah sambil minum bir, seperti ucapan Sun masih terpikir
dalam otaknya. Saat itu Seo Yeon dan Dae Young datang mengejek Ji Woo yang
sudah tahu kalau mereka akan membeli
ayam goreng. Ji Woo mencoba tersenyum melihat keduanya. Akhirnya mereka makan
ayam goreng sambil minum bir.
“Kau
tidak tidur sama sekali semalam. Apa Kau tidak capek?” tanya Ji Woo
“Aku
memang capek tapi ini capek terbaik buatku. Aku melakukan apa yang kuinginkan
sehingga tidak terlalu sulit.” Ucap Dae Young penuh semangat.
“Tidurlah
lebih awal malam ini. Besok kau akan pergi ke Mukhohang.”saran Seo Yeon
“Jika
pemilik restoran kimchi sujebi terus meminta uang muka, haruskah aku menyerah?”
tanya Dae Young.
“Kau bisa
Pikirkan cara lain... Tapi makanannya rasanya persis seperti milik Ibu.” Ucap
Seo Yeon.
Ji Woo
mendengarnya seperti tak percaya kalau rasanya sama, dan berpikir kalau
harusnya mencobanya saat mereka bisa membawakan untuknya. Dae Young pikir Ji
Woo bisa ikut karena besok hari liburmnya. Ji Woo seperti tak enak hati.
“Apa aku
tidak akan menghalangi jalanmu besok?” kata Ji Woo. Dae Young pikir tidak.
“Kau
mungkin akan mendapatkan ide lain setelah mencobanya.” Kata Dae Young. Ji Woo
pun berpikir kalau haruskah bergabung dengan mereka.
Esok
pagi, Seo Yeon dan Ji Woo keluar dari rumah. Dae Young pun turun dari rumahnya.
Seo Yeon meminta agar memberikan kuncinya, karena akan menyetir dan Dae Young
bisa tidur. Dae Young pikir tak masalah kalau akan menyetir mobil.
“Aku
melakukan ini untuk perusahaan kita dan Banyak yang harus kita lakukan. Presdir
kami perlu menjaga tingkat energinya. Jadi Berikan aku alamatnya.” Ucap Seo
Yeon. Dae Young mencari disaku
celananya.
“Ponselku
pasti ketinggalan di rumahku... Kau Tunggu di sini.” Ucap Dae Young lalu
kembali ke dalam rumah.
Ji Woo
dan Seo Yeon akhirnya masuk mobil lebih dulu.
Seo Yeon mulai mengatur kursi dengan memundurkanya. Ji Woo pikir kalau
Seo Yeon mendorong jok terlalu jauh dan meminta agar menarik lebih depan. Seo
Yeon pikir tak masalah untuknya.
“Itu
tidak akan baik untuk Dae Young... Dia capek dan butuh ruang untuk beristirahat.”
Kata Ji Woo.
Akhirnya
Seo Yeon menarik kembali kursinya bertanya apakah itu sudah baik. Ji Woo pikir
Seo Yeon bisa sedikit lebih maju lagi, dan terus melihat kebelakang agar Seo
Yeon terus memajukan kursinya.
“Hei,
bagaimana aku mau mengemudi seperti ini?” teriak Seo Yeon kesal karena tak ada
jarak antara stir dengan tubuhnya. Ji Woo hanya bisa tersenyum melihatnya.
Ji Woo
melihat wajah Dae Young dari kaca spion, lalu meminta agar menyebarkan AC-nya sedikit
ke belakang. Seo Yeon mengikutinya dengan membuka bagian AC, Ji Woo mendengar
suara Dae Young terbatuk. Ji Woo panik meminta Seo Yeon agar mengurangi sedikit
Ac-nya.
“Kau
bilang padaku untuk menyebarkan udara dingin ke belakang untuk Dae Young.” ucap
Seo Yeon
“Kapan
aku mengatakan itu untuk Dae Young? Di depan terlalu dingin jadi biarkan
disebar ke belakang. Kita menyesuaikan suhunya.” Kata Ji Woo membela diri.
“Kenapa
kau tidak duduk di belakang dan membiarkan dia berbaring di pangkuanmu?” ejek
Seo Yeon kesal. Ji Woo menyangkal bukan seperti itu maksudnya.
“Hei... Mengemudilah
di tempat teduh.” Ucap Ji Woo melihat Dae Young terkena sinar matahari. Seo
Yeon kesal karena mereka sedang di jalan
raya.
Mereka
akhirnnya makan direstoran Kimchi Sujebi. Seo Yeon mencoba lebih dulu lalu
meminta pendapat Ji Woo yang ikut mencobanya. Dae Young pun menunggu pendapat
Ji Woo dengan sup Kimchi. Ji Woo mengaku kalau Rasanya benar-benar seperti
milik ibuknya.
“Bagaimana
rasanya semirip ini?” tanya Ji Woo heran. Seo Yeon pikir itu memang benar.
“Dari
awal aku terkejut.” Ucap Seo Yeon. Ji Woo ingin tahu dimana pemiliknya.
“Apa
menurutmu dia kenal ibuku?” ucap Ji Woo. Dae Young pikir si bibi sedang ada
didapur.
Mereka
pergi ke dapur dan kaget melihat Sun sedang membantu membuat kimchi. Dae Young kaget melhat Sun ada didapur, Sun
mengaku kalau Seo Yeon bilang Dae Young kesulitan menandatangani kontrak, jadi ingin
membantu.
“Jadi kau
melakukan apa yang kulakukan di restoran
chogyetang untuk membantu?” sindir Dae Young. Sun mengakuinya dengan wajah
tertunduk malu.
“Ini
namanya cinta sejati... Sun si Pecinta Batas terus melewati batas untuk Seo
Yeon.” Ejek Dae Young. Sun berusaha mengelak, Seo Yeon terdiam melihat sikap
Sun.
“Aku
sering tidur denganmu dan merasa tidak enak karena mempekerjakanmu lalu
berhenti dari proyek dan aku merasa tidak enak, Seperti itulah... Aku tidak
akan melewati batas dan membuat wanita merasa tidak enak.” Jelas Sun membela
diri.
“Dia
selalu seperti itu ketika berbohong. Dia membuat alasan tanpa akhir ketika dia
tidak mengerjakan pekerjaan rumahnya..” Ejek Ji Woo mengetahui sikap Sun yang
belum berubah.
“Lalu Di
mana pemiliknya?” tanya Dae Young. Sun menjawab kalau bibi sedang pergi.
Dae Young
mencoba menelp tapi Si bibi tidak mengangkatnya dan berpikir mungkin akan
menghindarinya. Sun ingin tahu alasan si bibi melakukan itu? Dae Young
menjelaskan si bibi menginginkan uang dari awal jadi Sun tidak bisa memenangkan
orang seperti itu dengan cara seperti sebelumnya.
“Uang
adalah satu-satunya solusi.” Tegas Dae Young
“Harusnya
kau memberitahuku lebih dulu.” Keluh Sun merasa sia-sia sambil melemaskan
otot-ototnya.
Mereka
keluar dari restoran, Ji Woo pikir akan menyetir untuk kembali ke Seoul. Dae
Young menolak karena tadi tidur nyenyak di jalan jadi sudah merasa baik. Sun
pun pamit pergi lebih dulu dan berpesan agar mereka bisa Hati-hati.
“Aku akan
pergi dengan Sun.” Kata Seo Yeon lalu mengikuti Sun. Dae Young dan Ji Woo
saling menatap seperti tak percaya.
Seo Yeon
langsung masuk ke mobil dibelakang kemudi, Sun terlihat binggung. Seo Yeon rasa
Sun pasti capek membuat kimchi hari ini, karean tadi memijat leher dan
tangannya. Sun tak percaya kalau Seo Yeon mengkhawatirkannya.
“Aku tidak
mau kau sakit saat membantu bisnis kita.” Ucap Seo Yeon membela diri. Ji Woo
terdiam seperti ingin tersenyum.
“Apa?
Jika aku melewati batas, maka aku akan naik di mobil Dae Young.” kata Seo Yeon
akan keluar mobil. Ji Woo menahanya mengaku Seo Yeon tidak melewati batas
sambil mengeluh kalau badanya terasa lelah.
Dae Young
dan Ji Woo naik mobil bersama, membahas tentang Seo Yeon tidak sepenuhnya
menentang Sun. Ji Woo pikir juga seperti itu,
menurutnya Tindakan Sun agak tidak masuk akal, tapi jadi cemburu dan kagum
pada tindakan mantan anak muridnya itu.
“Tidak
mudah untuk menempatkan diri di luar
kebiasanya” pikir Ji Woo.
“Kenapa
kau tidak pacaran juga? Apa tidak ada orang yang kau sukai?” tanya Dae Young.
Ji Woo terdiam terlihat binggung dengan pertanyaan Dae Young.
Ji Woo
teringat dengan ucapan Sun “Bel tidak akan berbunyi sampai seseorang membunyikannya, dan
lagu bukanlah lagu sampai lagu itu dinyanyikan. Kurasa cinta itu sama. Itu
bukan cinta sampai kau memberikannya kepada orang lain. Menyembunyikannya jauh
di dalam. itu bukan cinta.”
“Dae
Young.... Ada yang mau kukatakan padamu.” Kata Ji Woo dengan wajah serius.
Tapi
tiba-tiba Dae Young menghentikan mobilnya secara mendadak, Ji Woo binggung
menanyakan keadaan Dae Young dan ingin tahu apakah mencari sesuatu. Dae Young
mencari di kolong mobil bertanya apakah melihat cincinnya. Ji Woo terlihat
kaget mendengarnya.
“Di mana
aku menaruhnya? Wahh... Bisa gila aku... Apakah aku meninggalkannya di toilet
restoran?”ucap Dae Young bingung.
Ji Woo
sudah turun dari mobil. Dae Young meminta karena tidak bisa mengantarnya. Ji
Woo pikir tak masalah menyuruh Dae Young pergi saja karena tadi sudah menelepon
Sun dan akan segera datang. Dae Young kembali meminta maaf lalu memutar balik
mobilnya. Ji Woo hanya bisa menangis melihat kepergian Dae Young.
Bersambung
ke part 2
PS; yang udah baca
blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 &
Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar