Seo Yeon
duduk di halte melihat nama di ponselnya “ Kekasih Garisku” untuk nama Sun,
tapi ia memilih untuk mematikan ponselnya dan pergi dari halte. Ia duduk di
warung tenda sambil meminum soju, lalu mengumpat kesal dengan pria-pria yang
menatap nakal padanya.
“Menyebalkan
sekali seorang wanita harus minum sendirian.” Keluh Seo Yeon lalu melihat ada
22 panggilan tidak terjawab dari Sun.
Dae Young
membereskan selimut dengan banyak komik dibalik selimutnya, lalu melihat
ponselnya Sun menelp. Ia mengangkat bertanya ada apa menelpnya. Sun bertanya
apakah mendengar kabar dari Seo Yeon. Dae Young menjawab tak ada dan ingin tahu
alasan Sun bertanya.
“Aku tak
bisa menghubunginya...Baiklah.” ucap Sun bergegas menutup ponselnya.
“Apa ini?
Apa terjadi sesuatu?” kata Dae Young binggung lalu berusaha menelp Seo Yeon.
Seo Yeon
mengangkat ponselnya dengan setengah mabuk, merasa tak percaya kalau Dae Young menelepon
karena tahu dirinya itu butuh teman
untuk minum. Dae Young hanya bisa menghela nafas menanyakan keberadaan Seo Yeon
sekarang.
“Apa Kau
minum sebanyak ini tanpa makanan?” keluh Dae Young akhirnya datang menemui Seo
Yeon.
“Kau
memang Shiksyanim karena selalu menyebutkan makanan di atas segalanya.”
Komentar Seo Yeon
“Kenapa
dengan kopernya? Aku pikir kau tinggal bersama seorang teman. Apa Kau mau
pergi?” ucap Dae Young menatap koper besar disamping Seo Yeon.
“Ini ... Terjadi
begitu saja.” Komentar Seo Yeon tak mau mengakui kalau tinggal dengan Sun.
“Sun Woo
Sun meneleponku dan bertanya tentang kabarmu. Dia kelihatannya khawatir, jadi aku
harus meneleponnya kembali.” ucap Dae Young mengeluarkan ponselnya.
“Biar aku
saja, jangan khawatir.” Kata Seo Yeon mengambil ponsel dari tangan Dae Young .
“ Yah...
Lagipula kau juga tidak akan bermalam di sini, jadi kau mau menginap di mana?”
ucap Dae Young
Seo Yeon
pikir masih ada sauna atau motel. Dae Young pikir Itu terlalu bahaya bagi wanita
sendirian bila pergi ke tempat-tempat itu. Ia menyarankan agar Seo Yeon
menginap dirumah saja dan sementara ia akan menginap di tempat lain. Seo Yeon
menolak karena merasa tidak enak pergi ke rumah Dae Young.
“Kenapa
kau merasa tidak enak?” kata Dae Young. Seo Yeon mengaku hanya tak enak saja.
“Aku tak
bisa melakukannya untukmu.” Ucap Seo Yeon. Dae Young pikir kalau tidak menyukai
Seo Yeon dengan mengejek Seo Yeon bersikap seperti orang dewasa.
“Biar aku
yang akan tidur di sauna, jadi menginaplah di rumahku. Aku tidak keberatan terkena
uap panas.” Kata Dae Young
“Kau
sudah seperti ini sejak masih kuliah. Aku ingat bagaimana kau dulu suka dengan
sauna sama seperti orang tua. Jika kau mengingat kembali masa itu, jangan
menjadi temanku. Itu akan menjadi kesalahan.” Ungkap Seo Yeon. Dae Young
mengerutkan dahi tak mengerti apa maksud ucapan Seo Yeon.
“Tidak
peduli siapa yang berkeputusan, aku selalu dianggap salah.” Ucap Seo Yeon sedih
Flash Back
Ji Woo
berkaca-kaca menonton drama “Kim Sam Soon” dan menghapus air matanya yang
mengalir di tempat sauna. Sementara Dae
Young dkk sibuk menonton pertandingan sepak bola dari ponsel. Byung Sam menatap
Ji Woo dari kejauhan yang sedang menangis.
“Ji Woo
memang yang tercantik saat dia menangis.” Komentar Byung Sam meminta dukungan
dari temanya.
“Dia
tidak cantik sama sekali. Aku tidak bisa mengerti. Bagaimana kau bisa
melihatnya sebagai wanita? Kau ini sudah buta atau apa?” ejek Jin Seok.
“Memangnya
kenapa dengannya? Dia itu baik dan imut. Dia cerdas dan menyenangkan untuk
diajak bicara juga. Dan juga... Dia lebih cantik semakin aku melihatnya.”
Komentar Dae Young ikut melihat Ji Woo dari kejauhan.
“Apa ini?
Apa Kau juga menyukai dia?” ucap Sung Joo mendengar ucapan Dae Young. Dae Young
terlihat binggung
“Dia
tidak menyukainya. Tapi Kau menyanjung Byung Sam, kan?” kata Jin Seok.
“Byung
Sam, kurasa dia juga cantik. Dia cukup cantik untuk menjadi cinta sebelah
tangan.” Komentar Sung Joo. Sementar Dae Young bergumam dalam hati
bertanya-tanya apakah ia memang menyukai Ji Woo.
Akhirnya
Dae Young memilih untuk berdiri lalu berjalan dan menatap Ji Woo sedang
menonton TV, seperti di matanya ada cahaya yang keluar dari Ji Woo membuatnya
terpana. Ji Woo sedang menonton tersadar dengan Dae Young lalu bertanya ada
apa.
“Tidak
ada. Kurasa aku salah lihat.” Ucap Dae Young lalu bergegas pergi.
“Teman-teman,
Apa kalian lapar? Ayo kita makan.” Kata Dae Young mengalihkan pandanganya.
[Agustus 2005]
Ji Woo
sudah duduk di kantin sauna, lalu bertanya kemana Jin Seok dan Byung Sam. Sung
Joo mengatakan kalau keduanya tak lapar dan ingin tahu apa yang akan mereka
pesan sekarang. Dae Young duduk didepan Ji Woo hanya tertunduk seperti tak
berani menatap Ji Woo.
“Kalian
harus makan Sup rumput laut dan ayam pedas di sauna. Dan juga pesan telur
panggang. Itu sudah cukup... Benarkan, Dae Young?” kata Ji Woo. Dae Young hanya
terdiam. Ji Woo pun memanggilnya lagi, Dae Young akhirnya mengangkat kepalanya.
“Apa Segitu
saja menunya?” ucap Ji Woo. Dae Young pun menganguk. Ji Woo hern melihat Dae
Young karena sebelumnya juga seperti itu.
“Yah,
itu...aku terkejut kau tak pakai dialeg itu lagi.” Ucap Dae Young mencari
alasan.
“Wanita
bisa memperbaiki dialek mereka dengan cepat. Kalau aku ke Busan, maka aku bisa
pakai dialeg khasku lagi.” Ucap Ji Woo bangga lalu memesan makanan.
Satu
porsi ayam pedas, telur panggang dan sup rumput laut. Dae Young dan Sung Joo
melonggo binggung bertanya-tanya Kombinasi apa ini. Ji Woo mengatakan kalau ini
namanya pesona sauna. Sung Joo mengeluh dengan menu makanan didepanya karena
hanya aromanya begitu pedas.
“Kenapa
makanan pedas sangat trend belakangan
ini? Pacarku juga makan makanan pedas saat kami berkencan.” Ungkap Sung Joo
“Makan
makanan pedas bisa melepaskan stresmu. Semakin keras kita berusaha, maka semakin
banyak makanan yang di dapat.” Kata Ji Woo lalu menyuruh agar di aduk dulu
sebelum gosong.
Dae Young
dan Sung Joo mulai makan, tapi tak tahan dengan rasa pedas ayam dan ingin minum
Sikhye. Ji Woo langsung menahanya.
“Sup rumput
laut tidak akan terasa enak jika kau minum sikhye manis sekarang. Jika merasa
pedas, makanlah telur panggang ini. Kau bisa Makan dengan cara ini, dan ketika
kau haus, cicipi sup rumput laut ini, maka nanti pedasnya akan hilang.” Jelas
Ji Woo mencoba memecahkan telur dan juga makan sup rumput laut.
“Sama
sepertimu. Kebanyakan orang juga biasanya meredakan pedasnya dengan minuman,
tapi kau menenangkannya dengan telur
panggang. Kau memang ahli dalam makanan.”
Komentar Dae Young
Keduanya
pun mengikuti cara Ji Woo meredahkan pedas dengan memakan telur lalu makan sup
rumput laut. Dae Young terlihat kesusahan mengupas telur saat mulutnya terasa
pedas. Ji Woo mencoba makan dengan sayuran dan mengaduknya dengan telur dan
saus pedas. Sung Joo merasakan mulutnya makin pedas. Dae Young pikir walaupun
pedas rasanya enak.
Ji Woo
dengan cepat mengupas telur lalu memberikan pada Dae Young, Dae Young terdiam
mengambil telur dan merasakan tanganya bersentuhan. Seperti jantung Dae Young
berdegup kencang, lalu buru-buru memakan telur dengan cepat dan juga makan
ayam. Sung Joo heran melihat Dae Young seperti orang kelaparan. Ji Woo pun
binggung melihat Dae Young terus makan tanpa henti.
Di sisi
sauna lainya, Dua wanita sedang mengobrol lalu seorang pelayan datang
membawakan minuman. Dua wanita mengaku tak memesannya, si pelayan memberitahu
kalau ada pria yang memberikanya. Jin Seok sedang duduk memberikan senyuman
bahagia duduk disamping Byung Sam.
“Apa?
Tidak, terima kasih. Kami tidak akan minum..” ucap si wanita dan langsung
bergegas pergi.
“Aku
melakukan apa yang kau minta, jadi berikan aku uang untuk sikhye dan tugasnya.”
Kata pelayan.
Jin Seok
menganguk mengerti walaupun mereka kembali di tolak. Byung Sam hanya diam saja.
Jin Seok mengeluh pada temanya kalau si Bank Berjalan harus mengeluarkan uang.
Byung Sam pun akhirnya mengeluarkan uang dari kantongnya dengan malas.
“Kita
coba lagi ke gadis-gadis di sisi sana kali ini.” Kata Jin Seok penuh semangat.
“Kubilang
aku tidak mau... Maksudku, ini sudah cukup... Kau sudah berkali-kali ditolak.”
Kata Byung Sam
“Hei,
sampai kapan kau akan mengungkapkan perasaanmu kepada Ji Woo? Kau harus
berkencan dengan seorang gadis sebelum masuk wamil. Apa Kau tidak mau pacaran?”
kata Jin Seok. Byung Sam terdiam.
“Coba Lihat?
Kau juga mau punya pacar.” Ejek Jin Seok. Tiba-tiba terdengar suara seorang
wanita.
“Apa
kalian ingin mendapatkan pacar?” kata seorang wanita cantik menghampiri keduanya. Jin Seok langsung melonggo melihat
wanita cantik didepanya.
Ji Woo
dkk selesai makan bertanya kemana dua teman lainya, lalu melihat Jin Seok dan
Byung Sam datang. Ketiganya melonggo kaget menatap dua pria didepanya dengan
alis tebal seperti ulat bulu. Dae Young bertanya kenapa dengan mereka.
“Dia
bilang tato alis. akan membuat kami terlihat seperti Song Seung Hun. Dia bilang
akan memberi kami alis selebriti yang disukai wanita.” Ungkap Jin Seok
cemberut.
“Kalian
memang terlihat seperti selebriti. Kalian seperti Shin-chan, bukan Song Seung
Hun.” Ejek Sung Joo sambil mengejek menari seperti shinchn.
“Aku
sudah bilang tidak mau, bukan? Kita tidak bisa membiarkan alis kita disentuh
apa pun.” Ucap Byung Sam akhirnya memiting Jin Seok. Ji Woo dan Dae Young tak
bisa menahan tawa mereka.
Seo Yeon
asik menari di club, lalu saat merasa lelah berjalan ke bar ingin memesan bir.
Seorang pria menghampiri mengaku akan mentraktirnya, akhirnya Seo Yeon
mengambil bir dari tangan pria yang baru dikenalnya. Si pria langsung bertanya
Berapa usianya.
“Apakah
usia itu penting dengan penampilan seperti ini?” komentar Seo Yeon sinis. Pria
itu menjawab Tidak.
“Hei...
Ternyata Kau masih sama... Memancing perhatian.” Ucap pria lain tiba-tiba
datang menghampiri Seo Yeon. Pria yang sebelumnya pun memilih pergi.
“Kau
menemui orang lain saat masih berpacaran
denganku.” Komentar Si pria dengan sinsi.
“Kapan
kita pacaran? Kita baru saja bertemu beberapa kali karena kau terus memohon. Kau
masih sama juga. Seorang pecundang.” Ejek Seo Yeon
“Kau
pasti pacaran dengan segala macam pria. Kau tidak bisa hidup tanpa satu pun.
Kau bergaul dengan kelompok mereka sejak SMP. Teman sekelasmu bilang begini.
Dia bilang ibumu berselingkuh dengan pria muda dan bercerai.. Kau pun juga
sama.” Ucap Si pria.
Seo Yeon
tak bisa tinggal diam langsung memberikan pukulan, tapi si pria juga tak mau
kalah membalas Seo Yeon seperti tak peduli kalau ia wanita. Seo Yeon akhirnya
menarik rambut sipria sambil menjerit histeris.
Seo Yeon
duduk di halte dengan wajah sedikit lebam dibagian bibir, lalu menatap poster
iklan cream wajah dengan slogan “Kulit
seorang wanita terlahir kembali.”
Flash
Back
Ibu Seo
Yeon mabuk sambil berkata “Kau memang salah.” Seo Yeon keluar dari kamar memanggil
ibunya dengan wajah ketakutan. Tapi Ibunya malah tak ingin dipanggil Ibu oleh
anaknya, dengan menyalahkan Seo Yaon yang membuatnya jadi seperti ini.
“Aku dulu
lebih terkenal lebih darinya. Tapi sekarang dia seorang bintang. Jika bukan
karenamu, maka aku bisa seperti dia. Ini
semua salahmu. Jika aku tidak memilikimu, maka aku tidak akan menikah.
Seharusnya aku menyingkirkanmu. Kau adalah kesalahan yang menghancurkan
hidupku. Kau memang salah.” Ucap Ibu Seo Yeon melampiskan amarahnya pada sang
anak. Seo Yeon hanya bisa menangis melihat sikap ibu kandungnya.
Seo Yeon
mengeluarkan ponsel sambil menangis menelp ibunya kalau sangat merindukan
ibunya dan ingin menemui Ibunya sekarang.
Dae Young
mencoba untuk tidur tapi otaknya kembali memikirkan Ji Woo seperti masih
terbayang kecantikan temanya. Akhirnya Ia memilih untuk melakukan push up untuk
menghilangkan pikiranya mengingat Ji Woo.
Ji Woo
dan Seo Yeon terbangun mendengar bunyi bel rumah, keduanya bertanya-tanya siapa
yang datang di jam setengah enam pagi.
Saat membuka pintu, Ji Woo kaget melihat ternyata ibunya yang datang dan
langsung memberikan bawaan yang berat.
“Bagaimana
dengan tokonya?” tanya Ji Woo kaget. Saat itu Seo Yeon langsung menghampiri ibu
tirinya dengan manja.
“Kau
bilang ingin bertemu denganku jadi Ibu datang. Ibu ketinggalan kereta terakhir jadi
Ibu naik bus larut malam.” Ucap Ibu Ji Woo. Mendengar ucapan ibunya, Ji Woo
hanya bisa cemberut.
“Kenapa
dengan wajahmu? Apa itu goresan? Apa yang terjadi?” tanya iBu Ji Woo panik
melihat wajah Seo Yeon yang terluka
“Ibu
tidak pernah datang ke kampusku untuk konseling karir dan bilang kalau harus menjaga
toko.” Keluh Ji Woo, tapi Ibu Ji Woo seperti ta mengubrisnya.
“Bagaimana
jika ada bekas luka di wajah cantikmu? Apa Kau sudah memakai salep?” tanya Ibu
Ji Wo khawatir.
“Ya. Itu
hanya goresan. Ini akan sembuh setelah memakan kimchi sujebi buatan Ibu. Jadi,
masaklah sekarang.” Rengek Seo Yeon
Ji Wo kaget
mendengarnya, kalau mereka akan makan Kimchi sujebi pagi-pagi begini . Seo Yeon
pikir Ji Woo mengatakan kalau lapar adalah musik di telinganya. Ibu Ji Woo
mengaku sudah mengetahuinya dan sengaja membawa
semua bahannya. Seo Yeon pun terlihat bahagia.
Ji Woo
sambil meremas-remas adonan mengeluh kalau Ini masih terlalu pagi dengan wajah
cemberut. Ibunya memberitahu kalau
Supnya mendidih jadi meminta agar membawakan adonan tepungnya, Seo Yeon
langsung mengambilnya.
“Ibu, apa
aku pandai dalam hal ini?” kata Seo Yeon seperti ingin dipuji. Ibu Ji Woo pun
memuji Seo Yeon yang panjang membuat adonan menjadi kecil.
“Kau
lebih baik dalam hal ini daripada Ibu.” Kata Ibu Ji Woo memuji
“Selalu
saja aku yang bersih-bersih.” Keluh Ji Woo cemberut membersihkan meja.
Ibu Ji
Woo memanggil anaknya, Ji Woo menyahut dengan nada tinggi. Ibu Ji Woo mengeluh dengan nada suara
anaknya, lalu meminta agar mengundang pria yang tinggal di sebelah rumah. Ji
Woo pun dengan wajah bahagia langsung bergegas keluar dari rumah.
Dae Young
keluar rumah kaget melihat Ji Woo memanggilnya. Ji Woo pikir Dae Young punya
indra penciuman yang luar biasa, karena sudah mencium masakan dari rumahnya. Ia
memberitahu kalau ibunya datang lebih awal dan membuat kimchi sujebi.
“Bergabunglah
dengan kami.”ajak Ji Woo penuh semangat. Dae Young kaget mereka makan Kimchi
sujebi untuk sarapan
“Aku ada
kuliah... Sampai jumpa di kampus.” Ucap Dae Young lalu bergegas pergi dengan
wajah tertunduk. Ji Woo terlihat kebingungan melihat Dae Young.
Ibu Ji
Woo bertanya kemana Dae Young karena anaknya datang sendiri. Ji Woo dengan
wajah cemberut memberitahu Dae Young ada kuliah. Seo Yeon berkomentar kalau
kalimat "Aku sangat sedih," tertulis di seluruh wajah Ji Woo
sekarang. Ji Woo mengelak dengan tegas.
“Kapan
Ibu akan pergi?” tanya Ji Woo. Ibuny menjawab kalau akan berangkat malam dengan
kereta.
“Tidak
bisakah Ibu pergi besok?” rengek Seo Yeon tak ingin berpisah dengan ibu
tirinya.
“Ibu
ingin menghabiskan banyak waktu bersamamu, tapi Ibu ada janji yang tidak bisa
dibatalkan... Maaf...” balas Ibu Ji Woo
“Kalau
begitu habiskan waktu bersamaku sampai saat itu.” Kata Seo Yeon penuh semangat.
Ibu Ji Woo tak percaya kalau Seo Yeon ingin menghabiskan waktu bersama.
“Ayo kita
keluar setelah ini.” Ucap Seo Yeon dan mulai makan sup kimchi lalu menjerit
kalau masih panas.
Ibu Ji
Woo dengan cepat langsung meniupkan sup kimchi agar tak panas dan menyuruhnya
agar Pelan-pelan saja makanya. Seo Yeon langsung memuji ibu Ji Woo yang paling
baik. Ji Woo kesal melihat keduanya memilih makan tanpa peduli kuahnya itu
panas.
Dae Young
sedang duduk di ruang komputer sendirian, Ji Woo melihat Dae Young bergegas
menghampiri memberitahu kalau sedari tadi menelepon dan bertanya apakah tak
melihat ponselnya. Dae Young dengan gugup mengaku tak melihatnya.
“Apa Kau
mendaftar jurusan kuliah? Aku menelepon untuk menanyakan apa kau akan libur
semester atau tidak.” Ucap Ji Woo menatap layar komputer melihat bagian yang
diberi tanda checklist.
“Apa Kau
akan ambil jurusan Fotografi? Aku akan ambil itu juga.” Kata Ji Woo penuh
semangat.
“Aku tak
akan mendaftar untuk itu.” Ucap Dae Young lalu bergegas pamit pergi seperti
memang sengaja menghindari Ji Woo.
Seo Yeon
dan Ibu Ji Woo berjalan di mall, tanpa malu berjalan sambil merangkul tanganya.
Ibu Ji Woo pikir Seo Yeon agar merasa kepanasan, Seo Yeon pikir kalau hanya
ingin tetap dekat dengan Ibunya, lalu melihat ada tempat foto box dan bergegas
masuk kedalamnya.
“Ibu
belum pernah melakukan ini sebelumnya.” Ucap Ibu Ji Woo terlihat gugup.
“Benarkah?
Apa Berarti Ibu yang pertama? Bagus.” Kata Seo Yeon penuh semangat. Ibu Ji Woo
melihat wajahnya kalau seharusnya bisa merias wajahnya lebih dulu.
Seo Yeon
mengeluarkan lipstik lalu memasangkan pada bibir Ibu Ji Woo lalu memujinya
kalau terlihat seksi hari ini. Ibu Ji Woo tertawa mendengarnya, akhirnya mereka masuk box dengan atribut yang
sudah dipilih, Seo Yeon pun mengajak ibu Ji Woo foto seperti pasangan dan
menuliskan tulisan “Seo Yeon dan Ibu”
dan memasang dibelakang ponsel masing-masing.
“Ibu
tidak akan melakukan ini kalau bukan karenamu. Pasti layak membesarkan anak perempuan sepertimu.” Ucap Ibu Ji Woo
melihat ponsel dengan foto bersama Seo Yeon.
“Ibu, kenapa
tangan Ibu begitu kasar?” kata Seo Yeon setelah memang tangan ibu Ji Woo.
“Membuat makanan
sepanjang waktu biasanya akan seperti itu.” Kata Ibu Ji Woo bergegas menarik
tanganya. Seo Yeon lalu mengajak Ibu Ji Woo pergi.
Mereka
pergi ke salon khusus kuku, Pegawai
melihat Ibu JiWOo yang pertama kali memotong kuku. Ibu Ji Woo pikir kalau tak
membutuhkanya, karena memasak sepanjang hari. Seo Yeon pikir ibu Ji Woo itu
bukan orang yang memasak lauk sepanjang hari tapi seperti wanita karir. Ibu Ji
Woo terlihat senang mendengarnya.
“Putri
Anda bukan hanya punya wajah yang cantik tetapi juga hati yang baik. Kalau
dipikir-pikir, dia mirip dengan Anda.” Puji si pegawai.
“Benarkah?
Dari mana kami terlihat sama?” tanya Seo Yeon penuh semangat.
“Ya? Mata
Anda sama ketika tersenyum.” Kata si pegawai.
“Itu
berlebihan kalau mengatakan, aku punya kerutan di sekitar mataku.” Kata Ibu Ji
Woo malu-malu.
“Tidak,
aku senang mendengarnya.” Ucap Seo Yeon lalu meminta agar mereka membuat warna
yang serasi yaitu Tips Prancis dengan perpaduan tiga coral pink mendapatkan beberapa
gemerlap halus di atasnya.
“Ibu
mendapat kemewahan berkatmu. Kau sudah membuat dirimu berharga.” Ucap Ibu Ji
Woo bangga.
Jin Seok
keluar dari service center mengeluh kalau Secara formal mengajukan permohonan
cuti membuat semua pendaftaran jadi nyata. Dae Young meminta Jin Seok berhenti
mengeluh karena Orang mungkin mengira Jin Seok sedang dijatuhi hukuman.
“Dasar Brengsek.
Saat kau tertidur di kelas, kita mungkin pingsan di tempat latihan militer. Saat
kau membawa ayam goreng ke rumahmu Dae Young , kita harus makan camilan sambil
bersembunyi di toilet” ucap Jin Seok kesal menatap Byung Sam dan Dae Young
“Kau
tidak akan tahu itu sampai tiba di sana.” Kata Dae Young menenangkan temanya.
“Tiga
kakakku sudah terdaftar. Kau tidak mengerti apa yang kami rasakan karena kau
belum pergi... Bukan begitu?” kata Jin Seok
“Benar.
Kau mengatakan itu karena masih punya waktu. Kau akan tahu begitu akan segera
mendaftar.” Ucap Byung Sam marah langsung memelintir tangan Dae Young
“Bergabunglah
sebagai prajurit ketika aku menjadi sersan. Aku akan membuat hidupmu sengsara.”
Kata Sung Joo ikut-ikutan memberikan pelajaran pada Dae Young.
“Baiklah.
Aku mengerti!.. Aku akan traktir bir. Bagaimana?” ucap Dae Young akhirnya bisa
terlepas dari cengkraman temanya.
Ji Woo
datang bertanya kenapa mereka ada didepan service center, mata Dae Young
langsung tertunduk. Jin Seok mengatakan kalau untuk meminta cuti kuliah dan
bertanya apa yang dilakukan oleh Ji Woo. Ji Woo mengaku datang untuk bekerja
paruh waktu di sekolah.
“Dae
Young akan traktir bir. Apa Kau mau bergabung dengan kami?” tanya Jin Seok. Ji
Woo pun dengan senang hati akan ikut.
“Aku lupa
kalau aku sedang ada kerja. Maaf...”ucap Dae Young langsung bergegas pergi.
“Dia
berbohong pada kita untuk menghemat uangnya.” Komentar Tiga temanya melihat Dae
Young pergi terburu-buru. Ji Woo bisa merasakan kalau Dae Young seperti
menghindarinya.
Seo Yeon
merengek meminta ibu Ji Woo agar tetap tinggal denganya, dan Menginap setidaknya satu hari lagi. Ibu
Ji Woo berjanji akan datang lagi. Ji Woo melihat tangan Ibunya dan Seo Yeon
mengunakan cat kuku yang sama.
“Jangan
biarkan ini jatuh.” Kata Seo Yeon memperlihatkan foto mereka berdua di ponsel.
Ibu Ji Woo mengatakan tak perlu khawatir.
“Apa ada
tempat untuk beli air? Ibu haus.” Kata Ibu Ji Woo. Seo Yeon bergegas akan memberlikanya.
“Dia
tidak pernah bergerak ketika aku memintanya melakukan sesuatu. Kau bersikap
Baik-baiklah padanya, dan berhenti bersikap benci padanya.” Nasehat ibu Ji Woo
pada anaknya.
“Kapan
aku begitu? Ibu selalu di sisinya dan Ibu melakukan apapun yang dia minta. Apa
Ibu menjadi lebih baik karena dia putrinya Ahjussi? Ibu tidak tahu betapa
buruknya diriku untuk melihat Ibu seperti ini.” Ungkap Ji Woo sedih
“Bukan
seperti itu...Tapi Seo Yeon tidak menyukaimu... Dia pasti menderita ketika dia
sangat membutuhkan ibunya. Ibu merasa tidak enak padanya setiap kali
memikirkannya. Jadi kau bisa Mengerti’kan?” kata Ibu Ji Woo sambil mengelus
rambut Ji Woo.
Seo Yeon
datang memberitahu kalau keretanya akan datang. Ibu Ji Woo pun pamit pergi
berpsan agar Jangan melewatkan makan dan jangan saling bertengkar. Setelah Ibu
Ji Woo pergi, Seo Yeon kembali memperlihatkan sikap sinisnya.
“Aku akan
bertemu temanku dulu, jadi sampai jumpa di rumah.” Kata Seo Yeon lalu melangkah
pergi. Ji Woo hanya bisa melonggo kosong melihatnya.
Ji Woo
pulang kerumah melihat lampu kamar Dae Young menyala, teringat kembali saat di
kampus Dae Young mencoba menghindar, bahkan bergegas kabur saat akan mentrakhir
bir. Akhirnya Ji Woo dengan penuh semangat menekan bel rumah Dae Young.
“Hai, Ji
Woo...” ucap Byung Sam membuka pintu. Ji Woo kaget bukan Dae Young yang
membukanya, sementara dua orang yang lainya sibuk bermain games.
“Apa Dae
Young ada di rumah?” tanya Ji Woo. Byung Sam pikir kalau Kerja sambilannya
pasti melelahkan jadi pergi ke sauna.
“Kami
akan bertemu dengannya di sana nanti.” kata Byung Sam. Ji Woo pun hanya bisa
terdiam.
Dae Young
duduk sendirian di Sauna, lalu mencoba membuka kulit terluar dengan
memutar-mutarnya di lantai, tapi telurnya tak bisa terbuka. Ia heran karena Ji
Woo melakukannya dengan mudah. Saat itu Ji Woo datang dengan Jin Seok dkk. Dae
Young kaget melihat Ji Woo yang ikut datang.
“Ya,
kalau aku di rumah aku pasti akan bertengkar dengan Seo Yeon, dan itu hanya
membuatnya lebih panas. Ini menyegarkan
untuk keluar keringat di sauna. Ini yang terbaik di musim panas.” Ucap Ji Woo
penuh semangat.
“Kalau
begitu, bersenang-senanglah.” Kata Dae Young lalu bergegas pergi. Ji Woo
terlihat kebingungan, sementara tiga teman lainya tak peduli langsung menyerbu
telur yang sudah dibeli Dae Young.
Ji Woo
mencari Dae Young di seluruh ruangan tapi tak menemukanya, akhirnya Ia memilih
untuk berbaring di sisi sauna yang
kosong. Dae Young melonggo melihat Byung Sam yang tertidur disamping Ji Woo,
lalu menariknya dan berbaring disebelah Byung Sam.
Beberapa
saat kemudian, Dae Young terbangun dan kaget melihat Ji Woo sudah ada didepan
matanya. Tapi matanya terus menatap Ji Woo yang semakin cantik saat tertidur.
Ji Woo akhirnya terbangun, Dae Young kaget begitu juga Ji Woo. Dae Young
langsung duduk terbangun.
“Astaga.
Bagaimana aku bisa sampai di sini? Maaf. Aku sering berpindah-pindah saat aku
tidur.” Ucap Ji Woo duduk sambil merapihkan rambutnya. Dae Young tak banyak
bicara memilih untuk bergegas pergi. Ji Woo melonggo binggung akhirnya bergegas
pergi.
Bersambung
ke part 2
PS; yang udah baca
blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 &
Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Bagus sekali
BalasHapus