PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Kamis, 09 Agustus 2018

Sinopsis Lets Eat 3 Episode 8 Part 1

PS : All images credit and content copyright : TVN
Spanduk bertuliskan “Kau di hatiku, Cinta bisa kembali tapi festival tidak bisa!” semua mahasiswa seperti mulai bersiap-siap. Dae Young dkk duduk di pinggir lapangan sambil meminum es krim,  Jin Seok mengeluh karena hanya berempat lagi yang ada di club bola.
“Lama-lama kita bisa diusir dari klub ini.” Kata Jin Seok menatap lapangan yang kosong
“Kita cari uang dengan membuka jualan bar di festival. Lalu Kita beli perlengkapan sepak bola dengan uang yang kita peroleh dan mengadakan pesta penyambutan untuk pendatang baru.” Ucap Dae Young
“Itu ide yang bagus. Siapa yang masak?” kata Sung Joo
“Tentu Ji Woo. Tidak ada yang tahu soal makanan selain dia. Dia akan pastikan bahwa camilan kita punya rasa terbaik.” Ucap Dae Young
“Kalian begitu manis bila mengatakan itu.” Ungkap Ji Woo malu-malu
“Seo Yeon yang jaga jualan kita. Para lelaki akan pergi melihatnya saat ia muncul. Di kampusnya belum mengadakan festival.” Kata Jin Seok penuh semangat.
“Dia masih ada kelas hari itu.” Kata Ji Woo, Jin Seok sedih mendengarnya.
“Apa yang harus kita jual?” tanya Dae Young, Byung Sam ingin berbisik tapi Dae Young sudah tahu yang ingin dikatakan.
“Tumis daging babi dan sup kue ikan kesukaanmu.” Kata Dae Young, Byung  Sam langsung memberikan jempolnya.
“Bagaimana dengan dadar kimchi dan kimchi tumis dengan tahu? Kimchi buatanku enak, jadi akan sulit gagal.” Ucap Ji Woo bangga
“Kalau itu yang kau tawarkan, apa yang akan kau makan nanti ?” ucap Dae Young
“Aku ada banyak di rumah. Ibuku terus mengirim makanan itu di rumahku, jadi itu membuatku pusing.” Ungkap Ji Woo. Semua pun menyetujuinya. 


Ji Woo dirumah menelp ibunya kalau kehabisan kimchi, jadi meminta agar dikirimkan lagi.  Ia mengaku selalu memakannya dan memasaknya lebih cepat dari sebelumnya, lalu memastikan saat membuat pancake kimchin mencampurkan tepung biasa dan tepung bumbu dengan rasio 2 banding 1.
Seo Yeon keluar dari kamar mandi mendengar Ji Woo berbicara dengan Ibunya langsung mengambil ponsel. Dengan gaya manjanya, Seo Yeon mengaku sangat merindukan ibunya, dan bertanya apakah ibunya merindukan anak bungsunya juga. Ji Woo tak suka melihat sikap Seo Yeon memilih untuk melihat sisa kimchi.
“Ibu dengar suaramu serak. Apa Kau masuk angin?” tanya Ibu Ji Woo
“Aku lelah karena sesuatu... Wah Ternyata Ibu tahu juga, Ibu yang terbaik. Aku akan merasa lebih baik jika memakan kimchi sujebi buatan Ibu.” Ucap Seo Yeon lalu mengungkapkan perasaan cinta lalu menutup telp. 

“Kenapa kau tak keberatan melakukan tugas mengganggu seperti itu?” tany Seo Yeon
“Tidak ada orang lain yang bisa memasak di klub kami. Mereka terus memuji masakanku dengan mengatakan bagaimana masakanku cukup bagus kalau dijual.” Kata Ji Woo bangga
“Aigoo, kau tidak mengerti. Itu bukan pujian. Mereka menganggapmu sebagai juru masak.” Ejek Seo Yeon. Ji Woo menegaskan tidak seperti itu. 

Esok harinya
Semua sudah membuka tenda tiap-tiap club, bahkan Break-dancing Night Club dan yang lainya. Ji Woo dkk sedang menusuk odeng didepan tenda.  Sung Joo bertanya apakah mereka sudah cari siapa selebriti yang akan datang, karena yang ia tahukalau Se7en dan Rain akan datang.
“Benarkah? Aku penggemar berat Se7en.” Ucap Ji Woo sumringah.
“Kita butuh tiket buat menontonnya, dan kita sekarang tak punya tiketnya, jadi fokuslah jalankan bar ini Ngomong-ngomong, di mana Byeong Sam dan Jin Seok? ” Ucap Dae Young
“Perwakilan mahasiswa memanggil mereka.” Ucap Sung Joo. 

Jin Seok dan Byung Sam datang dengan pakaian wanita, Dae Young dkk hanya bisa melonggo dan bertanya yang dilakukan.  Jin Seok mengatakan mereka nyaris lolos dari High Heel Race dan dipaksa berkompetisi untuk meningkatkan peluang.
“Apa Kau benar-benar membual tentang kemenangan saat ini? Hapus riasan itu sebelum aku kehilangan selera makanku. Kau malah menakut-nakuti pelanggan.” Ucap Dae Young. Sung Joo hanya bisa menahan tawanya. Jin Seok dan Byung Sam pun bergegas pergi. 

Sung Joo pikir kalau itu odeng yang terakhir mereka tusuk, Dae Young mengeluarkan baskom besar dengan odeng yang belum ditusuk. Ji Woo melonggo melihatnya dan bertanya kapan Dae Young beli sebanyak itu dan berapa porsi. Dae Young mengatakan ada 100.
“Jangan khawatir. Kita bisa atur dengan menjual semua ini.” Ucap Dae Young yakin, tapi melihat didepan meja mereka masih kosong tak ada orang.
“Apa kita tetap harus menyiapkan 100 porsi?” kata Sung Joon tak yakin
“Ini masih siang. Tidak ada yang minum di tengah hari, 'kan?” ucap Ji Woo, Sung Joon menunjuk ke tenda sebelah kalau ada yang minum
“Ini tidak bisa... Ayo kita lihat bar lainnya.” Kata Dae Young. Ji Woo setuju lalu  Dae Young menyuruh Sung Joo menusuk odeng saja. 

Ji Woo heran club lain menyajikan makanan yang sama dengan harga sama tapi Lalu kenapa mereka tak ada pelanggan. Ji Woo menyalahkan lokasinya. Menurutnya Bar mereka akan laris apabil mencari tempat yang lebih bagus.
“Mereka akan datang pada kita begitu ramai di sini, jadi jangan khawatir.” Ucap Ji Woo menyakinan lalu melihat bar lainya. 

Ji Woo melihat ada yang menjual permen kapas, dan ingin membelinya. Dae Young pun menyetujuinya dan langsung memakan bersama. Tiba-tiba wajah mereka saling bertemu saat sama-sama memakan permen kapas, suara jantung seperti berdegup dengan kencang.
Akhirnya Dae Young menghentikan kecanggungan memberikan pereman kapas pada Ji Woo  agar memakanya. Ji Woo bisa tersenyum bahagia menerimanya.
Tiba-tiba para mahasiswa berlari ke satu sisi, Ji Woo dan Dae Young hanya bisa melonggo binggung. Semua mahasiswa berteriak memanggil anam Se7en.  Ji Woo yang pendek berusaha melompat ingin melihat artis pujaanya tapi tidak bisa melihatnya. Dae Young tiba-tiba mengendongnya.
“Tidak apa. Turunkan aku... Aku terlalu berat.” Ucap Ji Woo panik
“Seperti yang kukatakan, kacang tidak berat. Apa Kau bisa melihat Se7en sekarang?” kata Dae Young
“Ya, aku melihatnya, jadi Kau bisa turunkan aku lagi.” Kata Ji Woo hanya melihat sekilas dan akhirnya Dae Young menurunkannya.
“Apa Kau sangat menyukainya?” tanya Dae Young, Ji Woo terlihat masih gugup mengangukan kepala. 

Dae Young kembali ke club memberitahu kalau tadi melihat Se7en, Jin Seok langsung bersemangat dan mulai menyanyikan lagu se7en dan ingin melihatnya, tapi Ji Woo mengatakan kalau Se7en sudah lama pergi, karena untuk mempersiapkan acaranya.
“Jadi bagaimana dengan bar lain?” tanya Sung Joo, Dae Young Mereka semua pada punya pelanggan.
“Ini buruk.. Apa Kau sudah beli bahan sesuai yang diminta?” kata Sung Joo
“Aku harus meminta teman-teman SMA-ku untuk datang.” Kata Dae Young
“Kenapa kita tidak mendapatkan pelanggan?” keluh Sung Joo, Jin Seok pikir itu sudah jelas.
“Siapa yang mau datang untuk minum kalau pelayannya cuma pria? Itu sebabnya kita panggil saja Seo Yeon.” Kata Jin Seok


Akhirnya Ji Woo menelp Seo Yeon bertanya apakah bisa datang saat ada waktu luang dengan memberikan imbalan akan bersih-bersih rumah selama sebulan. Seo Yeon menolak  karena flunya semakin serius, jadi meminta Ji Woo membuatkan obat saja untuknya.
“Hei... Mana bisa aku buat obat  ketika aku cuma anak keperawatan?” keluh Ji Woo
“Buatkan aku kimchi sujebi. Kau tahu itu selalu menyembuhkanku.” Kata Seo Yeon. Ji Woo setuju meminta Seo Yeon segera datang ke kampusnya. 

Seo Yeon datang dan beberapa mahasiswa langsung terpana melihatnya, Dae Young heran melihat Seo Yeon bisa datang ke kampus mereka, Seo Yeon mengaku kalau ada waktu luang. Ji Woo melihat Seo Yeon datang disaat yang tepat dan langsung memberikan semangkuk kimchi Sujebi.
“Dari cara Ibu buat tidak sama persis, tapi menurutku lumayan sama saja.” Komentar Seo Yeon setelah mencoba masakan buatan Ji Woo. 

Tiga orang pria terpana melihat Seo Yeon duduk di bar Sepak bola dan akhirnya memilih untuk duduk didekatnya. Dae Young datang membawakan daftar menu, Jin Seok dengan bangga kalau mereka sudah ada pelanggan dan Semua karena Seo Yeon.
“Kalian Mau pesan apa?” tanya Dae Young, Mereka melihat menu makanan yang paling murah.
“Kami pesan dadar kimchi.” Ucap salah satu pria. Dae Young menanyakan minuman yang akan dipesan.
“Kami sudah beli di sebelah. Jadi Bisa kami minum di sini?” kata Si pria, Dae Young pun tak bisa berkata-kata melihat salah satu pelanggan mengeluarkan soju dari tasnya. 

Seo Yeon melihat kegaduhan tiga pria langsung menghampirinya. Mereka malah senang melihat Seo Yeon tiba-tiba datang. Seo Yeon melihat buku yang ada diatas meja mengetahui mereka mahasiswa jurusan bisnis. Ketiganya membenarkan.
“Bagaimana kau bisa sebut dirimu mahasiswa bisnis ketika memesan? Karena orang-orang sepertimu mempelajari bisnis, maka kami bertemu dengan krisis IMF dan masalah pengangguran. JadiSekarang pergilah!” ucap Seo Yeon geram
“Kenapa kau malah marah?” keluh si pria, Seo Yeon tak peduli menyuruh mereka pergi saja.
Ji Woo datang mengeluh dengan Seo Yeon malah mengusir pelanggan mereka. Seo Yeon menegaskan Mereka bukan pelanggan tapi cuma mau buat ribut menurutnya Akan rugiuntuk menjual makanan kepada mereka. Ia tahu Ji Woo memanggilnya untuk melayani mereka dan menjadi manajer.
“Ji Woo pasti memanggilmu untuk meminta bantuan. Maaf... Aku minta maaf sebagai kepala klub.” Kata Dae Young membela.

“Pelajari dasar-dasar bisnis kalau kau ada waktu untuk meminta maaf. Apa Kalian tak dengar tentang restoran hamburger Nam Sang Mi?” ucap Seo Yeon
“Aku tahu cerita itu. Banyak pelanggan pria disemprot hanya untuk melihat wajahnya.” Kata Sung Joo
“Benar, mereka mengambil semua kursi tanpa membantu penjualan, jadi pemiliknya benar-benar frustrasi. Pria tidak pernah membuka dompet mereka. Bisnis bisa berhasil hanya jika  kau menargetkan pelanggan wanita.” Jelas Seo Yeon
“Dasar bodoh. Kau membutuhkan bantuan dari mahasiswi jurusan pemasaran utama ini. Apa Kalian sudah dengar tentang pemberhasilan pemasaran menggunakan metode 4Ps?” kata Seo Yeon
“Aku pernah dengar sesuatu yang mirip dalam permainan kartu.” Ucap Jin Seok. Seok Yeon mengeluh dengan semua omong kosong.
“Kalau tak mau dipukul, ikuti kata-kataku. P pertama adalah singkatan dari Product. Itu artinya produk yang baik secara alami akan terjual habis. Sudah ada produk bagus yang disiapkan oleh sebagian besar bar di sini. Kita tidak bisa menjual produk berkualitas tinggi seperti yang ada di hotel bintang tujuh.” Jelas Seo Yeon
“P yang kedua berarti Place... Lokasi sudah diperbarui. Yang harus kita fokuskan adalah Price dan Promotion.” Ucap Seo Yeon
“Apa Maksudmu harga dan strategi pemasaran?” tanya  Dae Young
“Benar, perbarui harga setiap menu  dan harus diakhiri dengan sembilan sen. Apa Kalian tahu kenapa semua pasar penjualan menyediakan produk harganya ada sembilan sen? Inilah strategi untuk membuat pelanggan berpikir mereka telah membelinya dengan modal murah dan membeli lebih banyak barang.” Kata Seo Yeon
“Jin Seok, cepat ganti menunya.... Dan untuk promosi... Dae Young, kau harus memamerkan bakat sepakbolamu di depan bar.” Kata Seo Yeon membagi tugas. 



Akhirnya Jin Seok mulai menganti papan nama dengan tulisan 4,99 won. Dae Young melakukan keahlian menjuggling bola, beberapa wanita terpana dan langsung duduk dikursi, lalu Byung Sam duduk disamping tenda memberikan pelayanan memperbaiki alat elektronik.
“Ini adalah strategi pemasaran  yang menyenangkan untuk menarik pelanggan dengan menyediakan acara yang menarik. Selain itu, Byeong Sam harus menyediakan layanan perbaikan gratis untuk menarik lebih banyak pelanggan lagi.” Jelas Seo Yeon
“Dia tidak bisa bicara dengan pelanggan wanita. Setelah rumor menyebar, mereka yang tinggal sendirian atau di asrama mungkin datang untuk memperbaiki barang-barang mereka. Lalu Sung Joo yang jadi pelayannya karena dia lebih tampan daripada yang lain.” Kata Seo Yeon .
Akhirnya pelanggan datang dan mulai memesan, Sung Joon memberitahu Ji Woo agar mulai memasak. Ji Woo dengan wajah bahagia pun memasak pesanan. Seo Yeon pamit pergi karena ada kelas, Ji Woo pun melambaikan tangan.
“Aku yakin dia pasti akan berhasil jika dia menjalankan bisnis nanti.” komentar Dae Young melihat Seo Yeon beranjak pergi.
“Benar. Dia tidak akan pernah bangkrut atau punya hutang, bukan?” ucap Jin Seok bangga.
“Kurasa kita butuh lebih banyak tepung. Ada yang bisa beli?” kata Ji Woo, Sung Joo mengajukan diri untuk membelinya dan menyuruh Dae Young agar melayani pelanggan. 


Sung Joo baru saja kembali melihat seseorang turun dari mobil dengan dua bodyguard, wajahnya hanya bisa melonggo. Lalu berlari memberitahu semua temanya kalau baru saja melihat Rain. Jin Seok bertanya dimana dan kapan dengan penuh semangat.
“Ini hujan.” Kata Ji Woo,  Dae Young pikir Rain datang bertanya dimana.
“Di mana apanya? Dari langit turun hujan.” Kata Ji Woo, mereka pun bergegas langsung mengambil barang-barang sebelum kehujanan.
Ji Woo menumpuk kursi agar bisa mengangkatnya, Byung Sam menyelamatkan barang-barang elektronik sebelum basah. Dae Young sibuk mengangkat barang sambil mengeluh karena tiba-tiba turun hujan. Tiba-tiba tiga orang temannya hanya terdiam sambil melonggo.
Baju Ji Woo yang putih terlihat tembus panjang karena basah. Dae Young langsung menendang bokong tiga temanya lalu menarik Ji Woo dibawah tenda memberikan jaketnya bahkan membantu melipat bagian tangan yang kebesaran.
“Biar kami yang beres-beres sisanya, jadi kau harus tetap di sini, Kacang.” Ucap Dae Young, Ji Woo melonggo dan menganguk mengerti
“Baunya seperti Dae Young.” ucap Ji Woo mencium jaket Dae Young dengan wajah bahagia. 


Semua berkumpul di dalam tenda, melihat hujan yang semakin deras. Dae Young  bertanya apakah mereka akan duduk dan melihat hujan, jadi lebih baik menyiapkan bahan-bahan untuk nanti. Sung Joo dan Jin Seok mempersiapkan kimchi, sementara Byung Sam memotong bawang bombay.
“Ah, mataku sakit.” Ucap Byung Sam dengan menutup matanya. Jin Seok menyuruh Byung Sam membilas memakai air hujan.
“Aku menyentuh bawang dengan tanganku, jadi bisakah kau menyeka mataku untukku?” kata Byung Sam
Akhirnya Byung Sam menerima sentuhkan tangan di matanya, dengan meminta agar sedikit lebih rendah. Lalu Byung Sam merasa sudah lebih baik sekarang dan kaget melihat Ji Woo yang ada didepanya ternyata yang mencuci matanya.
“Kau tak apa? Apa matamu masih harus dibilas lagi?” ucap Ji Woo, Byung Sam mengaku sudah lebih baik. Semua hanya melonggo melihatnya.
“Itu... Tunggu... Apa Kau baru saja bicara denganku?” kata Ji Woo, semua pun tak percaya kalau Byung Sam bisa bicara di depan wanita.
Coba Lihat? Semuanya tergantung pada bagaimana caramu mengatasinya. Kau bisa bicara karena kau tidak menganggapnya sebagai seorang wanita. Ini seperti kisah Wonhyo dan tengkorak penuh air.” Kata Dae Young
Ji Woo seperti tak percaya dianggap “Tengkorak penuh air”. Dae Young memuji Ji Woo yang akan menjadi perawat terbaik, karena bahkan merawat penyakit Byung Sam. Byung Sam pikir Ini hampir seperti Florence Nightingale.


Dae Young menerima telp meminta agar terus saja masuk dan akan menjemputnya. Tiga orang temanya datang menghampiri Dae Young yang sudah menjemputnya, lalu Dae Young mengenalkan teman SMA-nya pada teman kampusnya dari klub sepak bola.
“Belilah barang untuk penjualan kami... Kau akan beli apa?” ucap Dae Young
“Kami beli sebotol bir dan  daging babi goreng dulu. Apa Kau membuat dadar kimchi dengan kimchi matang?” ucap Teman Dae Young
“Tidak, itu tidak terlalu asam.” Kata Ji Woo dengan logat busanya, teman Dae Young terlihat binggung.
“Itu, rasanya tidak terlalu asam. Kita juga akan punya dadar kimchi.” Jelas Ji Woo lalu kembali ke bawah tenda. 

Teman Dae Young melihat Ji Woo lalu bertanya pad Dae Young apakah sudah punya pacar. Dae Young pikir tidak dan ingin tahu alasan menanyakan,  Teman Dae Young mengaku Dialek yang dipakain Ji Woo terdengar begitu lucu.
“Bisa aturkan aku untuk kencan buta dengannya?” ucap Teman Dae Young
“Aku akan tanya padanya apa dia bisa.” Kata Dae Young lalu pergi menemui Ji Woo, dari kejauhan Ji Woo terlihat mengelengkan kepala.
“Bagaimana yah aku mengatakanya? Sepertinya dia tidak tertarik dengan kencan buta.” Kata Dae Young menghampiri temanya
“Baiklah, kalau dia menolak mau bagaimana lagi.” Ucap temanya kecewa, Dae Young pun akan membawakan bir untuk temanya 

Byung Sam menghampiri Dae Young kalau tahu tak bertanya tentang kencan buta itu. Dae Young terdiam menatap temanya.
Flash Back
Dae Young menghampiri Ji Woo bertanya apakah tak lelah karena akan mengantikan memasak. Ji Woo mengelengkan kepalanya mengaku masih baik-baik saja.
“Kenapa kau melakukannya?Apa Kau tak mau dia kencan buta?” tanya Byung Sam
“Ya, Aku tidak mau.... Dia itu playboy... Dia berkencan dengan beberapa gadis saat SMA. Sementara Ji Woo belum pernah berkencan dengan siapa pun, jadi kencan pertamanya harusnya tidak boleh dengan pria seperti dia.” Jelas Dae Young
“Benar, gadis naif itu seharusnya tidak mengalami hal seperti itu. Kau tadi bagus sekali.” kata Byung Sam memuji. 


Dae Young berjalan pulang mengeluh mereka tidak bisa menikmati festival dan bekerja seharian cuma demi mendapatkan 5,900 Won menurutnya Jangan lakukan ini lagi. Ji Woo yang positif merasa mereka tidak rugi.
“Kita rugi karena kita belum menghitung biaya tenaga kerja tadi. Berikan itu padaku. Biar kubawa, Kau sudah bekerja keras hari ini.” Kata Dae Young ingin membawakan tas Ji Woo
“Tidak apa... Kau yang banyak kerja keras daripada aku.” Ucap Ji Woo dengan logat bicara Busan.
Dae Young teringat pujian temanya pada Ji Woo “Dialeknya terdengar begitu lucu.” Ji Woo heran melihat tatapan Dae Young yang tak biasa.  Dae Young pikir Ji Woo sepertinya tidak perlu lagi untuk berbicara dalam dialek.
“Itu kekuatan utamaku sendiri untuk berbicara dalam bahasa standar.” Kata Dae Young. Ji Woo masih tetap mengunakan bahasa dialek Busan dan Dae Young bicara dengan Seoul. 


Ji Woo masuk kamar melihat Seo Yeon yang masih flu, lalu duduk diatas tempat tidur menegaskan kalau mulai sekarang tak akan bicara dengan dialeg lagi dan akan memperbaikinya. Seo Yeon heran melihat Ji Woo yang tiba-tiba mengatakan hal itu.
“Aku tidak akan menjadi Ahjumma restoran atau tengkorak penuh air lagi. Aku akan menjadi seorang wanita.” Kata Ji Woo
“Kau bilang wanita? Saat kau mengenakan hoodie pria? Apa Menurutmu mudah untuk berhenti menggunakan dialek?” ejek Seo Yeon
“Tutup layarmu itu.” Kata Ji Woo masih tetap dengan logat Busannya, Seo Yeon mengejek kalau yang dimaksud mulutnya.
Ji Woo yang kesal memilih untuk pergi, Seo Yeon hanya mengeluh dengan Temperamen kakaknya. 

Seo Yeon menerima berbicara dengan ibu Ji Woo memberitahu kalau tadi sudah pergi ke dokter, menurutnya akan segera lebih baik kalau makan kimchi sujebi buatan Ibu Ji Woo, lalu terdiam melihat mobil didepan rumah dan menutup telpnya.
Seorang wanita turun dari mobil, Seo Yeon hanya menatap seperti terlihat tegang. Keduanya pun bertemu di sebuah restoran. Ibu Seo Yeon mengeluh anaknya yang tak pernah angkat teleponnya padahal ia adalah ibunya. Seo Yeon hanya diam saja. 

“Apa Kau tidak facial? Kau sudah 20 tahun dan lihat wajahmu. Kau bisa Bawalah ini agar tidak terlihat lusuh.” Ucap Ibu Seo Yeon menaruh tas diatas meja.
“Aku tidak butuh.” Ucap Seo Yeon sinis. Ibu Seo Yeon mengeluh dengan sikap Seo Yeon yang mengaku tak butuh.
“ Coba Lihat yang kau kenakan. Ini semua karena ayahmu menikahi wanita yang tidak sopan itu. Kau harus berdandan, tidak dipandang sebagai seseorang yang menjual makanan lauk pauk. Ayahmu tidak baik untukmu atau aku.” Ucap ibu Seo Yeon
“Hentikan. Sejak Ayah menikah lagi, bagiku aku punya orang tua yang bahagia. Jika dia tidak menikah lagi, maka aku tidak akan pernah tahu itu.” Tegas Seo Yeon
“Apa Dia bahagia dengan wanita itu? Aku yakin itu karena kau cuma melihatnya saja. Bagaimana dia bisa terhubung dengan wanita seperti dia? Permainan itu tidak akan berlangsung lama. Ketika seorang pria mengejar wanita,maka dia akan bertindak seperti akan memberikan segalanya untuknya.  Begitu dia bosan, dia akan mencari orang lain. Pria memang seperti itu.” Kata Ibu Seo Yeon sinis.
“Apa itu pengalaman Ibu? Apa Ibu harus melakukan seperti itu?”sindir Seo Yeon
“Aku juga mulai bosan dengannya. Ini Menyebalkan sekali... Dia jarang pulang dan Apa kau tahu berapa banyak yang dia pinjam dariku untuk bekerja? Dia cuma tertarik pada warisan yang akan aku dapatkan. Kemarin dia...” ucap Ibu Seo Yeon dan saat itu Seo Yeon langsung berteriak histeris.
“Hentikan... Kenapa Ibu memberitahuku itu?” ucap Seo Yeon
“Siapa lagi yang bisa kuajak bicara? Sebagai putriku, kau harus mendengarkan.” Kata Ibu Seo Yeon
“Apa Ibu akan berhenti datang menemuiku untuk melampiaskan semuanya ketika Ibu sama sekali tidak peduli denganku?” ucap Seo Yeon lalu bergegas pergi.
“Marahmu masih sama saja... Kau akan membayarnya untuk itu. Kau tidak akan punya kehidupan yang baik kalau ini caramu memperlakukan ibumu sendiri”ucap Ibu Seo Yeon. 



Seo Yeon sedang kesal memilih untuk minum soju dari botol, saat itu Sun sedang dikeberubingi oleh para seniornya yang meminta uang, Sun mengaku tak punya dan langsung mengambil kotak yang dibawa Sun. Sun memohon agar dikembalikan. Mereka melihat CD "Sisanya gratis untuk reguler. All-seen"
“Kau tidak bisa mengambilnya.  Aku setuju untuk menjualnya pada seseorang.” Ucap Sun. Seniornya malah senang karena Seseorang menginginkan jadi bisa menjualnya.
“Tidak bisa... Jangan bawa itu.” Kata Sun memohon, saat itu Seo Yeon langsung menahan tangan si pria sambil mengumpat pria pengecut.
“Apa yang kau lakukan, 3 lawan 1? Pergi dari sini kecuali kau mau dipukul juga.” Ucap Seo Yeon. Si pria menolak dan akhirnya Seo Yeon mengambil kayu dan siap memukulnya.
“Apa yang kau lakukan, dasar gila?” kata si pria. Seo Yeon mengaku kalau dirinya memang gila dan menyuruh pergi. Semua ketakutan langsung berlari pergi melihat Seo Yeon dengan mengayunkan kayunya. 


Sun melihat kotaknya dan langsung mengucapkan terimakasih. Seo Yeon pun meminta uang 80 sen. Sun melonggo binggung. Seo Yeon mengaku ingin minum soju lagi, tapi tidak punya uang jadi butuh 80 sen. Akhirnya Sun pun memberikan uang pada Seo Yeon yang sudah membantunya lalu bertanya-tanya siapa wanita yang menolongnya. 

Sun sengaja mengoda Seo Yeon agar tidur karena besok harus bangun pagi-pagi dan tahu kalau sekarang sedang menatap ponselnya. Seo Yeon berteriak kesal di kamarnya, lalu tersadar kalau  Dae Young belum menelepon sejak pergi seperti itu.
“Mereka semua begitu peduli pada Lee Ji Woo dan tidak mempedulikanku.” Teriak Seo Yeon kesal. 

Seo Yeon datang menemui Ji Woo membawa amplop kalau itu  biaya pemindahan rumah pekuburan. Ji Woo mengambilnya lalu melangkah pergi, Seo Yeon bertanya apakah sudah selesai dengan urusannya dan sudah melihat pacarnya Dae Young. Ji Woo hanya terdiam.
“Aku sudah melihatnya.” Akui Seo Yeon. Ji Woo menatap Seo Yeon dengan tatapan sinis.
“Aku tahu kau melakukan ini untuk membuatku kesal. Kau tidak perlu berusaha melakukan ini lagi karena aku tidak akan melihatnya lagi. Aku akan segera pindah. Jadi kuharap kau tak perlu menemuiku lagi.” Kata Ji Woo
“Hei... Aku melihatnya di rumah pekuburan Ayah... Pacar Dae Young ada di sana...sama seperti Ayah.” Kata Seo Yeon. Ji Woo kaget mendengarnya. Seo Yeon melihat Sun menelpnya lalu pamit pergi. 


Dae Young keluar dari rumah sambil menelp kalau mendapat pesan teks yang memintanya untuk datang. Polisi memberitahu kalau  Keluhan sudah diajukan, Dae Youn mengatakan akan datang ke kantor polisi sekarang. Ji Woo menatap Dae Young yang sebelumnya membantunya tapi malah sekarang mendapatkan masalah.
“Aku sudah memberitahumu berkali-kali, dan kau tidak mengerti. Aku bisa hidup dengan baik dan ke depannya juga begitu, jadi tidak usah menghiraukanku.” Ucap Ji Woo marah
Keduanya saling menatap, Ji Woo merasa bersalah memanggil ingin biara dengan Dae Young. Tapi Dae Young sudah lebih dulu masuk mobil untuk ke kantor polisi. 

Sun melakukan rapat, pegawai pria memberitahu Orang-orang mengeluh bahwa hidangan lokal yang paling terkenal disederhanakan. Pegawai wanita mengatakan Sup daging babi Busan sudah menjadi jelas dan ringan untuk melayani pengunjung dari area lain.
“Jadi kita akan berkemas dan mengantarkan makanan lokal, bukan dari restoran yang sudah terkenal tapi dari tempat favorit penduduk setempat. Kami akan melacaknya sendiri.” Kata Sun

Saat itu Seo Yeon datang membawa kuesioner. Sun meminta Seo Yeon menyuruh agar menaruh di meja dan ingin melanjutkan rapatnya. Pegawai pria mengatakan  mereka mengembangkan ide yang diberikan Goo Dae Young. Seo Yeon langsung tertarik mendengar nama Goo Dae Young, sementara Sun seperti tak suka.
“Dia merevisi daftar yang dia kirimkan kepada kami terakhir kali.  Bagaimana dia bisa mengunjungi begitu banyak restoran terkenal?” kata Pegawai.

“Dae Young memang selalu suka makan. Dia tahu banyak orang karena pekerjaannya dan mencoba banyak makanan lokal” ucap Seo Yeon memuji. Pegawai Sun bertanya apakah Seo Yeon mengenal baik Dae Young.
“Oh, Apa kau belum dengar? Aku orang yang membantu dia kerja di sini.” Kata Seo Yeon bangga.
“Lee Seo Yeon, kurasa pekerjaanmu yang tadi sudah cukup. Jangan melewati batas dengan menginterupsi rapat.” Sindir Sun. Seo Yeon pun meminta maaf.
“Kau cenderung menyukai garismu.” Keluh Seo Yeon lalu keluar dari ruangan. Sun melirik dengan menghela nafas. Semua hanya bisa menahan tawa.  


Seo Yeon kaget mendengar apa yang disuruh Sun pergi kemana. Sun mengatakan Sun harus pergi Mukho Port. Seo Yeon mengartikan kalau  itu di Provinsi Gangwo dan harus ke sana demi chogyetang, menurutnya Di Seoul, banyak sekali tempat yang menjual itu dan enak.
“Restoran ini dimiliki oleh seorang pria. dari Korea Utara yang mempertahankan resepnya. Dia bahkan membuat jelly kacang hijau. Tidak ada tempat di Seoul yang melakukan itu. Kau harus pergi besok.” Kata Sun.  Seo Yeon mengeluh mendengarnya. 

Rumah Sakit Sanbogeum
Dae Young datang mengunjungi korban menanyakan keadaanya,  Si pria menyindir Dae Young yang tak bisa melihat dengan bagian patah dibagian tanganya. Dae Young meminta maaf dengan tertunduk lesu. Saat itu Ji Woo datang melihat Dae Young dan langsung bersembunyi.
“Apa Kau sudah dengar kalau aku mengajukan keluhan Aku ingin melakukan seperti yang dikatakan polisi dan menyelesaikannya...” ucap Si korban.

“Aku akan berterima kasih jika Anda melakukannya. Ini kesalahpahaman jadi...” kata Dae Young yang langsung disela.
“Aku mau 10 juta Won... Apa Kau akan memberiku lebih sedikit setelah melakukan ini pada lenganku? Aku kehilangan pekerjaan karenamu.” Ucap Si pria. Dae Young memilih untuk keluar dari ruangan dan Ji Woo bergegas sembunyi. 



Setelah Dae Young pergi, Ji Woo akhirnya masuk ke dalam ruangan. Si pria mengejek keduanya datang dalam satu hari jadi pasti semakin putus asa. Ji Woo meminta agar membiarkan kasus ini sekali saja. Si pria meminta Ji Woo membantunya duduk. Ji Woo mendekat untuk membantu tapi si pria malah memeluk pinggangnya.
“Apa yang Anda lakukan?” ucap Ji Woo panik. Si pria mengeluh karena Ji Woo kaget.
“Kau Cepat pijat kakiku. Aku mati rasa karena harus berbaring sepanjang hari.” Kata Si pria. Ji Woo akhirnya memijat bagian kaki si pria.
“Apa Kau tak mau membiarkan ini?” ucap Ji Woo, Si pria mengaku menolaknya.

Si pria meminta agar Ji Woo lebih keatas lagi sambil mengeran, Ji Woo ketakutan menurutinya. Si pria terus meminta tangan Ji Woo memijat lebih atas dan Lebih ke dalam. Ji Woo kebingungan dan saat itu Dae Young menarik tangan Ji Woo. Ji Woo kaget melihat Dae Young datang.
“Apa Kau mau memukulku lagi?.. Kau bisa Pukul aku... Kulihat kau tidak mau membiarkannya.” Kata Si pria melihat kepalan tangan Dae Yong
“Betul. Aku tidak membutuhkannya, brengsek.” Ucap Dae Young lalu menarik Ji Woo keluar dari ruangan. 


Dae Young kesal karena Ji Woo yaang bilang tak suka kalau ikut campur urusannya jadi kenapa ia malah ikut campur urusannya.  Ia memperingatakan Ji Woo agar Jangan ikut campur. Ji Woo seperti tak bisa berkata-kata dan hanya bisa menangis.
Bersambung ke part 2

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar