Spanduk
bertuliskan “Kau di hatiku, Cinta bisa kembali tapi festival tidak bisa!” semua
mahasiswa seperti mulai bersiap-siap. Dae Young dkk duduk di pinggir lapangan
sambil meminum es krim, Jin Seok
mengeluh karena hanya berempat lagi yang ada di club bola.
“Lama-lama
kita bisa diusir dari klub ini.” Kata Jin Seok menatap lapangan yang kosong
“Kita
cari uang dengan membuka jualan bar di festival. Lalu Kita beli perlengkapan
sepak bola dengan uang yang kita peroleh dan mengadakan pesta penyambutan untuk
pendatang baru.” Ucap Dae Young
“Itu ide
yang bagus. Siapa yang masak?” kata Sung Joo
“Tentu Ji
Woo. Tidak ada yang tahu soal makanan selain dia. Dia akan pastikan bahwa camilan
kita punya rasa terbaik.” Ucap Dae Young
“Kalian
begitu manis bila mengatakan itu.” Ungkap Ji Woo malu-malu
“Seo Yeon
yang jaga jualan kita. Para lelaki akan pergi melihatnya saat ia muncul. Di
kampusnya belum mengadakan festival.” Kata Jin Seok penuh semangat.
“Dia
masih ada kelas hari itu.” Kata Ji Woo, Jin Seok sedih mendengarnya.
“Apa yang
harus kita jual?” tanya Dae Young, Byung Sam ingin berbisik tapi Dae Young
sudah tahu yang ingin dikatakan.
“Tumis
daging babi dan sup kue ikan kesukaanmu.” Kata Dae Young, Byung Sam langsung memberikan jempolnya.
“Bagaimana
dengan dadar kimchi dan kimchi tumis dengan tahu? Kimchi buatanku enak, jadi
akan sulit gagal.” Ucap Ji Woo bangga
“Kalau
itu yang kau tawarkan, apa yang akan kau makan nanti ?” ucap Dae Young
“Aku ada
banyak di rumah. Ibuku terus mengirim makanan itu di rumahku, jadi itu
membuatku pusing.” Ungkap Ji Woo. Semua pun menyetujuinya.
Ji Woo
dirumah menelp ibunya kalau kehabisan kimchi, jadi meminta agar dikirimkan
lagi. Ia mengaku selalu memakannya dan
memasaknya lebih cepat dari sebelumnya, lalu memastikan saat membuat pancake
kimchin mencampurkan tepung biasa dan tepung bumbu dengan rasio 2 banding 1.
Seo Yeon
keluar dari kamar mandi mendengar Ji Woo berbicara dengan Ibunya langsung
mengambil ponsel. Dengan gaya manjanya, Seo Yeon mengaku sangat merindukan
ibunya, dan bertanya apakah ibunya merindukan anak bungsunya juga. Ji Woo tak
suka melihat sikap Seo Yeon memilih untuk melihat sisa kimchi.
“Ibu
dengar suaramu serak. Apa Kau masuk angin?” tanya Ibu Ji Woo
“Aku
lelah karena sesuatu... Wah Ternyata Ibu tahu juga, Ibu yang terbaik. Aku akan
merasa lebih baik jika memakan kimchi sujebi buatan Ibu.” Ucap Seo Yeon lalu
mengungkapkan perasaan cinta lalu menutup telp.
“Kenapa
kau tak keberatan melakukan tugas mengganggu seperti itu?” tany Seo Yeon
“Tidak
ada orang lain yang bisa memasak di klub kami. Mereka terus memuji masakanku
dengan mengatakan bagaimana masakanku cukup bagus kalau dijual.” Kata Ji Woo
bangga
“Aigoo,
kau tidak mengerti. Itu bukan pujian. Mereka menganggapmu sebagai juru masak.”
Ejek Seo Yeon. Ji Woo menegaskan tidak seperti itu.
Esok
harinya
Semua
sudah membuka tenda tiap-tiap club, bahkan Break-dancing Night Club dan yang
lainya. Ji Woo dkk sedang menusuk odeng didepan tenda. Sung Joo bertanya apakah mereka sudah cari siapa
selebriti yang akan datang, karena yang ia tahukalau Se7en dan Rain akan
datang.
“Benarkah?
Aku penggemar berat Se7en.” Ucap Ji Woo sumringah.
“Kita
butuh tiket buat menontonnya, dan kita sekarang tak punya tiketnya, jadi
fokuslah jalankan bar ini Ngomong-ngomong, di mana Byeong Sam dan Jin Seok? ”
Ucap Dae Young
“Perwakilan
mahasiswa memanggil mereka.” Ucap Sung Joo.
Jin Seok
dan Byung Sam datang dengan pakaian wanita, Dae Young dkk hanya bisa melonggo
dan bertanya yang dilakukan. Jin Seok
mengatakan mereka nyaris lolos dari High Heel Race dan dipaksa berkompetisi untuk
meningkatkan peluang.
“Apa Kau
benar-benar membual tentang kemenangan saat ini? Hapus riasan itu sebelum aku
kehilangan selera makanku. Kau malah menakut-nakuti pelanggan.” Ucap Dae Young.
Sung Joo hanya bisa menahan tawanya. Jin Seok dan Byung Sam pun bergegas pergi.
Sung Joo
pikir kalau itu odeng yang terakhir mereka tusuk, Dae Young mengeluarkan baskom
besar dengan odeng yang belum ditusuk. Ji Woo melonggo melihatnya dan bertanya
kapan Dae Young beli sebanyak itu dan berapa porsi. Dae Young mengatakan ada 100.
“Jangan
khawatir. Kita bisa atur dengan menjual semua ini.” Ucap Dae Young yakin, tapi
melihat didepan meja mereka masih kosong tak ada orang.
“Apa kita
tetap harus menyiapkan 100 porsi?” kata Sung Joon tak yakin
“Ini
masih siang. Tidak ada yang minum di tengah hari, 'kan?” ucap Ji Woo, Sung Joon
menunjuk ke tenda sebelah kalau ada yang minum
“Ini
tidak bisa... Ayo kita lihat bar lainnya.” Kata Dae Young. Ji Woo setuju
lalu Dae Young menyuruh Sung Joo menusuk
odeng saja.
Ji Woo
heran club lain menyajikan makanan yang sama dengan harga sama tapi Lalu kenapa
mereka tak ada pelanggan. Ji Woo menyalahkan lokasinya. Menurutnya Bar mereka
akan laris apabil mencari tempat yang lebih bagus.
“Mereka
akan datang pada kita begitu ramai di sini, jadi jangan khawatir.” Ucap Ji Woo
menyakinan lalu melihat bar lainya.
Ji Woo
melihat ada yang menjual permen kapas, dan ingin membelinya. Dae Young pun
menyetujuinya dan langsung memakan bersama. Tiba-tiba wajah mereka saling
bertemu saat sama-sama memakan permen kapas, suara jantung seperti berdegup
dengan kencang.
Akhirnya
Dae Young menghentikan kecanggungan memberikan pereman kapas pada Ji Woo agar memakanya. Ji Woo bisa tersenyum bahagia
menerimanya.
Tiba-tiba
para mahasiswa berlari ke satu sisi, Ji Woo dan Dae Young hanya bisa melonggo
binggung. Semua mahasiswa berteriak memanggil anam Se7en. Ji Woo yang pendek berusaha melompat ingin
melihat artis pujaanya tapi tidak bisa melihatnya. Dae Young tiba-tiba
mengendongnya.
“Tidak
apa. Turunkan aku... Aku terlalu berat.” Ucap Ji Woo panik
“Seperti
yang kukatakan, kacang tidak berat. Apa Kau bisa melihat Se7en sekarang?” kata
Dae Young
“Ya, aku
melihatnya, jadi Kau bisa turunkan aku lagi.” Kata Ji Woo hanya melihat sekilas
dan akhirnya Dae Young menurunkannya.
“Apa Kau
sangat menyukainya?” tanya Dae Young, Ji Woo terlihat masih gugup mengangukan
kepala.
Dae Young
kembali ke club memberitahu kalau tadi melihat Se7en, Jin Seok langsung
bersemangat dan mulai menyanyikan lagu se7en dan ingin melihatnya, tapi Ji Woo
mengatakan kalau Se7en sudah lama pergi, karena untuk mempersiapkan acaranya.
“Jadi
bagaimana dengan bar lain?” tanya Sung Joo, Dae Young Mereka semua pada punya
pelanggan.
“Ini
buruk.. Apa Kau sudah beli bahan sesuai yang diminta?” kata Sung Joo
“Aku
harus meminta teman-teman SMA-ku untuk datang.” Kata Dae Young
“Kenapa
kita tidak mendapatkan pelanggan?” keluh Sung Joo, Jin Seok pikir itu sudah
jelas.
“Siapa
yang mau datang untuk minum kalau pelayannya cuma pria? Itu sebabnya kita
panggil saja Seo Yeon.” Kata Jin Seok
Akhirnya
Ji Woo menelp Seo Yeon bertanya apakah bisa datang saat ada waktu luang dengan
memberikan imbalan akan bersih-bersih rumah selama sebulan. Seo Yeon
menolak karena flunya semakin serius,
jadi meminta Ji Woo membuatkan obat saja untuknya.
“Hei...
Mana bisa aku buat obat ketika aku cuma
anak keperawatan?” keluh Ji Woo
“Buatkan
aku kimchi sujebi. Kau tahu itu selalu menyembuhkanku.” Kata Seo Yeon. Ji Woo
setuju meminta Seo Yeon segera datang ke kampusnya.
Seo Yeon
datang dan beberapa mahasiswa langsung terpana melihatnya, Dae Young heran
melihat Seo Yeon bisa datang ke kampus mereka, Seo Yeon mengaku kalau ada waktu
luang. Ji Woo melihat Seo Yeon datang disaat yang tepat dan langsung memberikan
semangkuk kimchi Sujebi.
“Dari
cara Ibu buat tidak sama persis, tapi menurutku lumayan sama saja.” Komentar
Seo Yeon setelah mencoba masakan buatan Ji Woo.
Tiga
orang pria terpana melihat Seo Yeon duduk di bar Sepak bola dan akhirnya
memilih untuk duduk didekatnya. Dae Young datang membawakan daftar menu, Jin
Seok dengan bangga kalau mereka sudah ada pelanggan dan Semua karena Seo Yeon.
“Kalian
Mau pesan apa?” tanya Dae Young, Mereka melihat menu makanan yang paling murah.
“Kami
pesan dadar kimchi.” Ucap salah satu pria. Dae Young menanyakan minuman yang
akan dipesan.
“Kami
sudah beli di sebelah. Jadi Bisa kami minum di sini?” kata Si pria, Dae Young
pun tak bisa berkata-kata melihat salah satu pelanggan mengeluarkan soju dari
tasnya.
Seo Yeon
melihat kegaduhan tiga pria langsung menghampirinya. Mereka malah senang
melihat Seo Yeon tiba-tiba datang. Seo Yeon melihat buku yang ada diatas meja
mengetahui mereka mahasiswa jurusan bisnis. Ketiganya membenarkan.
“Bagaimana
kau bisa sebut dirimu mahasiswa bisnis ketika memesan? Karena orang-orang
sepertimu mempelajari bisnis, maka kami bertemu dengan krisis IMF dan masalah
pengangguran. JadiSekarang pergilah!” ucap Seo Yeon geram
“Kenapa kau
malah marah?” keluh si pria, Seo Yeon tak peduli menyuruh mereka pergi saja.
Ji Woo
datang mengeluh dengan Seo Yeon malah mengusir pelanggan mereka. Seo Yeon
menegaskan Mereka bukan pelanggan tapi cuma mau buat ribut menurutnya Akan
rugiuntuk menjual makanan kepada mereka. Ia tahu Ji Woo memanggilnya untuk melayani
mereka dan menjadi manajer.
“Ji Woo
pasti memanggilmu untuk meminta bantuan. Maaf... Aku minta maaf sebagai kepala
klub.” Kata Dae Young membela.
“Pelajari
dasar-dasar bisnis kalau kau ada waktu untuk meminta maaf. Apa Kalian tak
dengar tentang restoran hamburger Nam Sang Mi?” ucap Seo Yeon
“Aku tahu
cerita itu. Banyak pelanggan pria disemprot hanya untuk melihat wajahnya.” Kata
Sung Joo
“Benar,
mereka mengambil semua kursi tanpa membantu penjualan, jadi pemiliknya
benar-benar frustrasi. Pria tidak pernah membuka dompet mereka. Bisnis bisa
berhasil hanya jika kau menargetkan
pelanggan wanita.” Jelas Seo Yeon
“Dasar
bodoh. Kau membutuhkan bantuan dari mahasiswi jurusan pemasaran utama ini. Apa Kalian
sudah dengar tentang pemberhasilan pemasaran menggunakan metode 4Ps?” kata Seo
Yeon
“Aku
pernah dengar sesuatu yang mirip dalam permainan kartu.” Ucap Jin Seok. Seok
Yeon mengeluh dengan semua omong kosong.
“Kalau
tak mau dipukul, ikuti kata-kataku. P pertama adalah singkatan dari Product.
Itu artinya produk yang baik secara alami akan terjual habis. Sudah ada produk
bagus yang disiapkan oleh sebagian besar bar di sini. Kita tidak bisa menjual
produk berkualitas tinggi seperti yang ada di hotel bintang tujuh.” Jelas Seo
Yeon
“P yang
kedua berarti Place... Lokasi sudah diperbarui. Yang harus kita fokuskan adalah
Price dan Promotion.” Ucap Seo Yeon
“Apa Maksudmu
harga dan strategi pemasaran?” tanya Dae
Young
“Benar,
perbarui harga setiap menu dan harus
diakhiri dengan sembilan sen. Apa Kalian tahu kenapa semua pasar penjualan menyediakan
produk harganya ada sembilan sen? Inilah strategi untuk membuat pelanggan
berpikir mereka telah membelinya dengan modal murah dan membeli lebih banyak
barang.” Kata Seo Yeon
“Jin
Seok, cepat ganti menunya.... Dan untuk promosi... Dae Young, kau harus
memamerkan bakat sepakbolamu di depan bar.” Kata Seo Yeon membagi tugas.
Akhirnya
Jin Seok mulai menganti papan nama dengan tulisan 4,99 won. Dae Young melakukan
keahlian menjuggling bola, beberapa wanita terpana dan langsung duduk dikursi,
lalu Byung Sam duduk disamping tenda memberikan pelayanan memperbaiki alat
elektronik.
“Ini
adalah strategi pemasaran yang
menyenangkan untuk menarik pelanggan dengan menyediakan acara yang menarik.
Selain itu, Byeong Sam harus menyediakan layanan perbaikan gratis untuk menarik
lebih banyak pelanggan lagi.” Jelas Seo Yeon
“Dia
tidak bisa bicara dengan pelanggan wanita. Setelah rumor menyebar, mereka yang
tinggal sendirian atau di asrama mungkin datang untuk memperbaiki barang-barang
mereka. Lalu Sung Joo yang jadi pelayannya karena dia lebih tampan daripada
yang lain.” Kata Seo Yeon .
Akhirnya
pelanggan datang dan mulai memesan, Sung Joon memberitahu Ji Woo agar mulai
memasak. Ji Woo dengan wajah bahagia pun memasak pesanan. Seo Yeon pamit pergi
karena ada kelas, Ji Woo pun melambaikan tangan.
“Aku
yakin dia pasti akan berhasil jika dia menjalankan bisnis nanti.” komentar Dae
Young melihat Seo Yeon beranjak pergi.
“Benar.
Dia tidak akan pernah bangkrut atau punya hutang, bukan?” ucap Jin Seok bangga.
“Kurasa
kita butuh lebih banyak tepung. Ada yang bisa beli?” kata Ji Woo, Sung Joo
mengajukan diri untuk membelinya dan menyuruh Dae Young agar melayani
pelanggan.
Sung Joo
baru saja kembali melihat seseorang turun dari mobil dengan dua bodyguard,
wajahnya hanya bisa melonggo. Lalu berlari memberitahu semua temanya kalau baru
saja melihat Rain. Jin Seok bertanya dimana dan kapan dengan penuh semangat.
“Ini
hujan.” Kata Ji Woo, Dae Young pikir
Rain datang bertanya dimana.
“Di mana
apanya? Dari langit turun hujan.” Kata Ji Woo, mereka pun bergegas langsung
mengambil barang-barang sebelum kehujanan.
Ji Woo
menumpuk kursi agar bisa mengangkatnya, Byung Sam menyelamatkan barang-barang
elektronik sebelum basah. Dae Young sibuk mengangkat barang sambil mengeluh
karena tiba-tiba turun hujan. Tiba-tiba tiga orang temannya hanya terdiam
sambil melonggo.
Baju Ji
Woo yang putih terlihat tembus panjang karena basah. Dae Young langsung
menendang bokong tiga temanya lalu menarik Ji Woo dibawah tenda memberikan
jaketnya bahkan membantu melipat bagian tangan yang kebesaran.
“Biar
kami yang beres-beres sisanya, jadi kau harus tetap di sini, Kacang.” Ucap Dae
Young, Ji Woo melonggo dan menganguk mengerti
“Baunya
seperti Dae Young.” ucap Ji Woo mencium jaket Dae Young dengan wajah bahagia.
Semua
berkumpul di dalam tenda, melihat hujan yang semakin deras. Dae Young bertanya apakah mereka akan duduk dan melihat
hujan, jadi lebih baik menyiapkan bahan-bahan untuk nanti. Sung Joo dan Jin
Seok mempersiapkan kimchi, sementara Byung Sam memotong bawang bombay.
“Ah,
mataku sakit.” Ucap Byung Sam dengan menutup matanya. Jin Seok menyuruh Byung
Sam membilas memakai air hujan.
“Aku menyentuh
bawang dengan tanganku, jadi bisakah kau menyeka mataku untukku?” kata Byung
Sam
Akhirnya
Byung Sam menerima sentuhkan tangan di matanya, dengan meminta agar sedikit
lebih rendah. Lalu Byung Sam merasa sudah lebih baik sekarang dan kaget melihat
Ji Woo yang ada didepanya ternyata yang mencuci matanya.
“Kau tak
apa? Apa matamu masih harus dibilas lagi?” ucap Ji Woo, Byung Sam mengaku sudah
lebih baik. Semua hanya melonggo melihatnya.
“Itu...
Tunggu... Apa Kau baru saja bicara denganku?” kata Ji Woo, semua pun tak
percaya kalau Byung Sam bisa bicara di depan wanita.
Coba
Lihat? Semuanya tergantung pada bagaimana caramu mengatasinya. Kau bisa bicara
karena kau tidak menganggapnya sebagai seorang wanita. Ini seperti kisah Wonhyo
dan tengkorak penuh air.” Kata Dae Young
Ji Woo
seperti tak percaya dianggap “Tengkorak penuh air”. Dae Young memuji Ji Woo
yang akan menjadi perawat terbaik, karena bahkan merawat penyakit Byung Sam.
Byung Sam pikir Ini hampir seperti Florence Nightingale.
Dae Young
menerima telp meminta agar terus saja masuk dan akan menjemputnya. Tiga orang
temanya datang menghampiri Dae Young yang sudah menjemputnya, lalu Dae Young
mengenalkan teman SMA-nya pada teman kampusnya dari klub sepak bola.
“Belilah
barang untuk penjualan kami... Kau akan beli apa?” ucap Dae Young
“Kami
beli sebotol bir dan daging babi goreng
dulu. Apa Kau membuat dadar kimchi dengan kimchi matang?” ucap Teman Dae Young
“Tidak,
itu tidak terlalu asam.” Kata Ji Woo dengan logat busanya, teman Dae Young
terlihat binggung.
“Itu,
rasanya tidak terlalu asam. Kita juga akan punya dadar kimchi.” Jelas Ji Woo
lalu kembali ke bawah tenda.
Teman Dae
Young melihat Ji Woo lalu bertanya pad Dae Young apakah sudah punya pacar. Dae
Young pikir tidak dan ingin tahu alasan menanyakan, Teman Dae Young mengaku Dialek yang dipakain
Ji Woo terdengar begitu lucu.
“Bisa
aturkan aku untuk kencan buta dengannya?” ucap Teman Dae Young
“Aku akan
tanya padanya apa dia bisa.” Kata Dae Young lalu pergi menemui Ji Woo, dari
kejauhan Ji Woo terlihat mengelengkan kepala.
“Bagaimana
yah aku mengatakanya? Sepertinya dia tidak tertarik dengan kencan buta.” Kata
Dae Young menghampiri temanya
“Baiklah,
kalau dia menolak mau bagaimana lagi.” Ucap temanya kecewa, Dae Young pun akan
membawakan bir untuk temanya
Byung Sam
menghampiri Dae Young kalau tahu tak bertanya tentang kencan buta itu. Dae
Young terdiam menatap temanya.
Flash Back
Dae Young
menghampiri Ji Woo bertanya apakah tak lelah karena akan mengantikan memasak.
Ji Woo mengelengkan kepalanya mengaku masih baik-baik saja.
“Kenapa
kau melakukannya?Apa Kau tak mau dia kencan buta?” tanya Byung Sam
“Ya, Aku
tidak mau.... Dia itu playboy... Dia berkencan dengan beberapa gadis saat SMA.
Sementara Ji Woo belum pernah berkencan dengan siapa pun, jadi kencan
pertamanya harusnya tidak boleh dengan pria seperti dia.” Jelas Dae Young
“Benar,
gadis naif itu seharusnya tidak mengalami hal seperti itu. Kau tadi bagus
sekali.” kata Byung Sam memuji.
Dae Young
berjalan pulang mengeluh mereka tidak bisa menikmati festival dan bekerja
seharian cuma demi mendapatkan 5,900 Won menurutnya Jangan lakukan ini lagi. Ji
Woo yang positif merasa mereka tidak rugi.
“Kita rugi
karena kita belum menghitung biaya tenaga kerja tadi. Berikan itu padaku. Biar
kubawa, Kau sudah bekerja keras hari ini.” Kata Dae Young ingin membawakan tas
Ji Woo
“Tidak
apa... Kau yang banyak kerja keras daripada aku.” Ucap Ji Woo dengan logat
bicara Busan.
Dae Young
teringat pujian temanya pada Ji Woo “Dialeknya terdengar begitu lucu.” Ji Woo
heran melihat tatapan Dae Young yang tak biasa.
Dae Young pikir Ji Woo sepertinya tidak perlu lagi untuk berbicara dalam
dialek.
“Itu
kekuatan utamaku sendiri untuk berbicara dalam bahasa standar.” Kata Dae Young.
Ji Woo masih tetap mengunakan bahasa dialek Busan dan Dae Young bicara dengan
Seoul.
Ji Woo
masuk kamar melihat Seo Yeon yang masih flu, lalu duduk diatas tempat tidur
menegaskan kalau mulai sekarang tak akan bicara dengan dialeg lagi dan akan
memperbaikinya. Seo Yeon heran melihat Ji Woo yang tiba-tiba mengatakan hal
itu.
“Aku
tidak akan menjadi Ahjumma restoran atau tengkorak penuh air lagi. Aku akan
menjadi seorang wanita.” Kata Ji Woo
“Kau
bilang wanita? Saat kau mengenakan hoodie pria? Apa Menurutmu mudah untuk
berhenti menggunakan dialek?” ejek Seo Yeon
“Tutup
layarmu itu.” Kata Ji Woo masih tetap dengan logat Busannya, Seo Yeon mengejek
kalau yang dimaksud mulutnya.
Ji Woo
yang kesal memilih untuk pergi, Seo Yeon hanya mengeluh dengan Temperamen
kakaknya.
Seo Yeon
menerima berbicara dengan ibu Ji Woo memberitahu kalau tadi sudah pergi ke
dokter, menurutnya akan segera lebih baik kalau makan kimchi sujebi buatan Ibu
Ji Woo, lalu terdiam melihat mobil didepan rumah dan menutup telpnya.
Seorang
wanita turun dari mobil, Seo Yeon hanya menatap seperti terlihat tegang.
Keduanya pun bertemu di sebuah restoran. Ibu Seo Yeon mengeluh anaknya yang tak
pernah angkat teleponnya padahal ia adalah ibunya. Seo Yeon hanya diam saja.
“Apa Kau
tidak facial? Kau sudah 20 tahun dan lihat wajahmu. Kau bisa Bawalah ini agar tidak
terlihat lusuh.” Ucap Ibu Seo Yeon menaruh tas diatas meja.
“Aku
tidak butuh.” Ucap Seo Yeon sinis. Ibu Seo Yeon mengeluh dengan sikap Seo Yeon
yang mengaku tak butuh.
“ Coba Lihat
yang kau kenakan. Ini semua karena ayahmu menikahi wanita yang tidak sopan itu.
Kau harus berdandan, tidak dipandang sebagai seseorang yang menjual makanan lauk
pauk. Ayahmu tidak baik untukmu atau aku.” Ucap ibu Seo Yeon
“Hentikan.
Sejak Ayah menikah lagi, bagiku aku punya orang tua yang bahagia. Jika dia
tidak menikah lagi, maka aku tidak akan pernah tahu itu.” Tegas Seo Yeon
“Apa Dia
bahagia dengan wanita itu? Aku yakin itu karena kau cuma melihatnya saja. Bagaimana
dia bisa terhubung dengan wanita seperti dia? Permainan itu tidak akan
berlangsung lama. Ketika seorang pria mengejar wanita,maka dia akan bertindak
seperti akan memberikan segalanya untuknya.
Begitu dia bosan, dia akan mencari orang lain. Pria memang seperti itu.”
Kata Ibu Seo Yeon sinis.
“Apa itu
pengalaman Ibu? Apa Ibu harus melakukan seperti itu?”sindir Seo Yeon
“Aku juga
mulai bosan dengannya. Ini Menyebalkan sekali... Dia jarang pulang dan Apa kau
tahu berapa banyak yang dia pinjam dariku untuk bekerja? Dia cuma tertarik pada
warisan yang akan aku dapatkan. Kemarin dia...” ucap Ibu Seo Yeon dan saat itu
Seo Yeon langsung berteriak histeris.
“Hentikan...
Kenapa Ibu memberitahuku itu?” ucap Seo Yeon
“Siapa
lagi yang bisa kuajak bicara? Sebagai putriku, kau harus mendengarkan.” Kata
Ibu Seo Yeon
“Apa Ibu
akan berhenti datang menemuiku untuk melampiaskan semuanya ketika Ibu sama
sekali tidak peduli denganku?” ucap Seo Yeon lalu bergegas pergi.
“Marahmu
masih sama saja... Kau akan membayarnya untuk itu. Kau tidak akan punya
kehidupan yang baik kalau ini caramu memperlakukan ibumu sendiri”ucap Ibu Seo
Yeon.
Seo Yeon
sedang kesal memilih untuk minum soju dari botol, saat itu Sun sedang
dikeberubingi oleh para seniornya yang meminta uang, Sun mengaku tak punya dan
langsung mengambil kotak yang dibawa Sun. Sun memohon agar dikembalikan. Mereka
melihat CD "Sisanya gratis untuk reguler. All-seen"
“Kau
tidak bisa mengambilnya. Aku setuju
untuk menjualnya pada seseorang.” Ucap Sun. Seniornya malah senang karena
Seseorang menginginkan jadi bisa menjualnya.
“Tidak
bisa... Jangan bawa itu.” Kata Sun memohon, saat itu Seo Yeon langsung menahan
tangan si pria sambil mengumpat pria pengecut.
“Apa yang
kau lakukan, 3 lawan 1? Pergi dari sini kecuali kau mau dipukul juga.” Ucap Seo
Yeon. Si pria menolak dan akhirnya Seo Yeon mengambil kayu dan siap memukulnya.
“Apa yang
kau lakukan, dasar gila?” kata si pria. Seo Yeon mengaku kalau dirinya memang
gila dan menyuruh pergi. Semua ketakutan langsung berlari pergi melihat Seo
Yeon dengan mengayunkan kayunya.
Sun
melihat kotaknya dan langsung mengucapkan terimakasih. Seo Yeon pun meminta
uang 80 sen. Sun melonggo binggung. Seo Yeon mengaku ingin minum soju lagi,
tapi tidak punya uang jadi butuh 80 sen. Akhirnya Sun pun memberikan uang pada
Seo Yeon yang sudah membantunya lalu bertanya-tanya siapa wanita yang
menolongnya.
Sun
sengaja mengoda Seo Yeon agar tidur karena besok harus bangun pagi-pagi dan
tahu kalau sekarang sedang menatap ponselnya. Seo Yeon berteriak kesal di
kamarnya, lalu tersadar kalau Dae Young
belum menelepon sejak pergi seperti itu.
“Mereka
semua begitu peduli pada Lee Ji Woo dan tidak mempedulikanku.” Teriak Seo Yeon
kesal.
Seo Yeon
datang menemui Ji Woo membawa amplop kalau itu
biaya pemindahan rumah pekuburan. Ji Woo mengambilnya lalu melangkah
pergi, Seo Yeon bertanya apakah sudah selesai dengan urusannya dan sudah
melihat pacarnya Dae Young. Ji Woo hanya terdiam.
“Aku
sudah melihatnya.” Akui Seo Yeon. Ji Woo menatap Seo Yeon dengan tatapan sinis.
“Aku tahu
kau melakukan ini untuk membuatku kesal. Kau tidak perlu berusaha melakukan ini
lagi karena aku tidak akan melihatnya lagi. Aku akan segera pindah. Jadi kuharap
kau tak perlu menemuiku lagi.” Kata Ji Woo
“Hei... Aku
melihatnya di rumah pekuburan Ayah... Pacar Dae Young ada di sana...sama
seperti Ayah.” Kata Seo Yeon. Ji Woo kaget mendengarnya. Seo Yeon melihat Sun
menelpnya lalu pamit pergi.
Dae Young
keluar dari rumah sambil menelp kalau mendapat pesan teks yang memintanya untuk
datang. Polisi memberitahu kalau Keluhan
sudah diajukan, Dae Youn mengatakan akan datang ke kantor polisi sekarang. Ji
Woo menatap Dae Young yang sebelumnya membantunya tapi malah sekarang
mendapatkan masalah.
“Aku
sudah memberitahumu berkali-kali, dan kau tidak mengerti. Aku bisa hidup dengan
baik dan ke depannya juga begitu, jadi tidak usah menghiraukanku.” Ucap Ji Woo
marah
Keduanya
saling menatap, Ji Woo merasa bersalah memanggil ingin biara dengan Dae Young.
Tapi Dae Young sudah lebih dulu masuk mobil untuk ke kantor polisi.
Sun
melakukan rapat, pegawai pria memberitahu Orang-orang mengeluh bahwa hidangan
lokal yang paling terkenal disederhanakan. Pegawai wanita mengatakan Sup daging
babi Busan sudah menjadi jelas dan ringan untuk melayani pengunjung dari area
lain.
“Jadi
kita akan berkemas dan mengantarkan makanan lokal, bukan dari restoran yang sudah
terkenal tapi dari tempat favorit penduduk setempat. Kami akan melacaknya
sendiri.” Kata Sun
Saat itu
Seo Yeon datang membawa kuesioner. Sun meminta Seo Yeon menyuruh agar menaruh
di meja dan ingin melanjutkan rapatnya. Pegawai pria mengatakan mereka mengembangkan ide yang diberikan Goo
Dae Young. Seo Yeon langsung tertarik mendengar nama Goo Dae Young, sementara
Sun seperti tak suka.
“Dia
merevisi daftar yang dia kirimkan kepada kami terakhir kali. Bagaimana dia bisa mengunjungi begitu banyak
restoran terkenal?” kata Pegawai.
“Dae Young
memang selalu suka makan. Dia tahu banyak orang karena pekerjaannya dan mencoba
banyak makanan lokal” ucap Seo Yeon memuji. Pegawai Sun bertanya apakah Seo
Yeon mengenal baik Dae Young.
“Oh, Apa
kau belum dengar? Aku orang yang membantu dia kerja di sini.” Kata Seo Yeon
bangga.
“Lee Seo
Yeon, kurasa pekerjaanmu yang tadi sudah cukup. Jangan melewati batas dengan
menginterupsi rapat.” Sindir Sun. Seo Yeon pun meminta maaf.
“Kau
cenderung menyukai garismu.” Keluh Seo Yeon lalu keluar dari ruangan. Sun
melirik dengan menghela nafas. Semua hanya bisa menahan tawa.
Seo Yeon
kaget mendengar apa yang disuruh Sun pergi kemana. Sun mengatakan Sun harus
pergi Mukho Port. Seo Yeon mengartikan kalau
itu di Provinsi Gangwo dan harus ke sana demi chogyetang, menurutnya Di
Seoul, banyak sekali tempat yang menjual itu dan enak.
“Restoran
ini dimiliki oleh seorang pria. dari Korea Utara yang mempertahankan resepnya. Dia
bahkan membuat jelly kacang hijau. Tidak ada tempat di Seoul yang melakukan
itu. Kau harus pergi besok.” Kata Sun.
Seo Yeon mengeluh mendengarnya.
Rumah
Sakit Sanbogeum
Dae Young
datang mengunjungi korban menanyakan keadaanya,
Si pria menyindir Dae Young yang tak bisa melihat dengan bagian patah
dibagian tanganya. Dae Young meminta maaf dengan tertunduk lesu. Saat itu Ji
Woo datang melihat Dae Young dan langsung bersembunyi.
“Apa Kau
sudah dengar kalau aku mengajukan keluhan Aku ingin melakukan seperti yang
dikatakan polisi dan menyelesaikannya...” ucap Si korban.
“Aku akan
berterima kasih jika Anda melakukannya. Ini kesalahpahaman jadi...” kata Dae
Young yang langsung disela.
“Aku mau
10 juta Won... Apa Kau akan memberiku lebih sedikit setelah melakukan ini pada
lenganku? Aku kehilangan pekerjaan karenamu.” Ucap Si pria. Dae Young memilih
untuk keluar dari ruangan dan Ji Woo bergegas sembunyi.
Setelah
Dae Young pergi, Ji Woo akhirnya masuk ke dalam ruangan. Si pria mengejek
keduanya datang dalam satu hari jadi pasti semakin putus asa. Ji Woo meminta
agar membiarkan kasus ini sekali saja. Si pria meminta Ji Woo membantunya
duduk. Ji Woo mendekat untuk membantu tapi si pria malah memeluk pinggangnya.
“Apa yang
Anda lakukan?” ucap Ji Woo panik. Si pria mengeluh karena Ji Woo kaget.
“Kau
Cepat pijat kakiku. Aku mati rasa karena harus berbaring sepanjang hari.” Kata
Si pria. Ji Woo akhirnya memijat bagian kaki si pria.
“Apa Kau
tak mau membiarkan ini?” ucap Ji Woo, Si pria mengaku menolaknya.
Si pria
meminta agar Ji Woo lebih keatas lagi sambil mengeran, Ji Woo ketakutan
menurutinya. Si pria terus meminta tangan Ji Woo memijat lebih atas dan Lebih
ke dalam. Ji Woo kebingungan dan saat itu Dae Young menarik tangan Ji Woo. Ji
Woo kaget melihat Dae Young datang.
“Apa Kau
mau memukulku lagi?.. Kau bisa Pukul aku... Kulihat kau tidak mau
membiarkannya.” Kata Si pria melihat kepalan tangan Dae Yong
“Betul.
Aku tidak membutuhkannya, brengsek.” Ucap Dae Young lalu menarik Ji Woo keluar
dari ruangan.
Dae Young
kesal karena Ji Woo yaang bilang tak suka kalau ikut campur urusannya jadi
kenapa ia malah ikut campur urusannya.
Ia memperingatakan Ji Woo agar Jangan ikut campur. Ji Woo seperti tak
bisa berkata-kata dan hanya bisa menangis.
Bersambung ke part 2
PS; yang udah baca
blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 &
Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar