PS : All images credit and content copyright : TVN
Keduanya
duduk di halte dalam diam, Sebuah bus datang tapi Dae Young tetap diam. Ji Woo
binggung kenapa Dae Young tak naik. Dae
Young pikir kalau bukan bus terakhir dan menyuruh Ji Woo agar duluan saja. Ji
Woo pun menganguk setuju.
Tiba-tiba
keduanya saling memanggil nama, Ji Woo menyuruh Dae Young lebih dulu bicara.
Dae Young ingin bicara tapi seperti ragu, akhirnya memilih agar nanti memberitahu
saat keluar dari wamil dan ingin tahu apa yang akan dikatakan Ji Woo.
“Hah?
Itu... Aku... Aku juga akan memberitahumu saat kau keluar dari wamil.” Kata Ji
Woo seperti mengurungkan niatnya. Sebuah
bus datang.
“Ini bus
terakhir untukku... Aku berharap yang terbaik dengan pendaftaranmu. Sampai
jumpa.” Kata Ji Woo sebelum masuk bus.
“Aku akan
menemuimu saat istirahat pertamaku, Kacang.” Ucap Dae Young akhirnya keduanya
melambaikan datang sebelum naik bus. Bus pun akhirnya pergi meninggalkan halte.
“Aku
tidak bisa bilang padanya untuk menungguku.” Gumam Dae Young menatap Bus Ji Woo
yang pergi.
“Aku
tidak bisa bilang bahwa aku akan menunggunya.” Gumam Ji Woo duduk didalam bus.
[November 2005]
Foto
bersama Dae Young dkk ada diatas meja, Ji Woo sibuk menuliskan surat untuk Dae
Young
“Jin Seok
sudah masuk wamil hari ini. Dia bilang untuk menjaga rahasia air matanya,. jadi
ini rahasia di antara kita.”
[Desember
2005]
Ji Woo
juga menuliskan surat untuk Dae Young “Aku melihat Byeong Sam juga masuk wamil.
Para eksekutif dari perusahaan ayahnya datang menemuinya. Statusnya yang kaya
akhirnya terasa nyata untuk pertama
kalinya.”
Di
akhirnya Desember, Ji Woo kembai menulis surat untuk Dae Young “ Sung Joo juga
masuk wamil pekan lalu. Dia melarangku berkunjung karena pacarnya melihatnya
pergi. Itu sebabnya aku tidak bisa ada untuknya.”
Dae Young
membaca surat Ji Woo dari barak tentara “ Dan juga, aku bekerja di rumah sakit
untuk KKN. Ini masih agak menakutkan.” Lalu melipat surat dan menaruh dalam
lemarinya, terlihat hanya ada foto dirinya dan Ji Woo yang bersebelahan.
Terdengar suara sirene Dae Young dkk bergegas keluar dari barak.
“Besok akhirnya liburan pertamamu. Kau
mungkin akan kembali ke pangkalan pada saat kau menerima surat ini.”
Ji Woo
baru saja menuliskan surat dan terdengar teriakan Seo Yeon mengumpat kesal.
Seorang anjing ada ditangan Seo Yeon, Seo Yeon mengomel karena sepatu boots-nya
digigit padahal iutu sepatu asli yang dijual di Australia, bahkan belum
membayar semua angsurannya.
“Buat apa
kau memarahinya? Kau harus menaruhnya di lemari sepatu.” Ucap Ji Woo membela
anjingnya dan langsung memeluknya. Seo Yeon hanya bisa melonggo.
“Jadi
maksudmu ini salahku? Kenapa kau melakukan itu?” ucap Seo Yeon marah
Ji Woo
tak peduli sambil mengendong anjingnya menuliskan surat untuk Dae Young “Aku
yakin itu kejutan bagimu kalau aku mengadopsi Kacang. Aku belum pernah menulis
ini sehingga anggaplah ini kejutan.”
“Hei...
Lee Ji Woo, kau bayar kembali... Ini anjing peliharaanmu!” teriak Seo Yeon lalu
mengangkat telp.
Dae Young
seperti baru keluar untuk hari liburnya, tapi menelp Ji Woo tapi tak diangkat
dan berpikir kalau ada di rumah sakit selama liburan musim panas. Akhirnya Ia
menaiki bus dan melihat datang ke rumah Ji Woo tapi tak ada yang menyahut.
Akhirnya
Dae Young menikmati hari liburnya dengan pergi ke kampus menikmati minum
seperti saat bersama dengan Ji Woo. Ia juga pergi ke tempat etalase anjing, tak
melihat kembali anjing yang sendirian.
Dae Young
tak percaya kalau itu anjing yang ada dietalase, dengan menceritakan Ketika
tahu bahwa telah diadopsi, jadi berharap pemiliknya itu orang yang baik, tapi
tidak tahu ternyata kalau Ji Woo yang
mengadopsinya.
“Kau pasti
tahu cara membuatnya tumbuh.” Komentar Dae Young memuji
“Aku juga
tak tahu dia ternyata tumbuh sebesar ini. Dia sebesar anak anjing saat aku
memeliharanya.” Kata Ji Woo
“Kenapa
kau tidak memberitahuku kalau dia itu Kacang?” ucap Dae Young
“Aku akan
beri tahu, tapi tidak ada waktu yang tepat.” Kata Ji Woo
“Maaf,
Kacang... Apa Kau marah karena aku tidak mengenalimu?” ucap Dae Young menatap
anjingnya.
“Bukan
cuma kau saja... Bahkan Seo Yeon tidak mengenalinya... Sebenarnya, Seo Yeon
tinggal di rumahku.” Cerita Ji Woo
“Katanya
dia sudah dapat tempat tinggal. Ternyata dia bersamamu.” Ungkap Dae Young
“Dia
memang tak berarti bagiku, tapi aku tidak mengungkit apa yang telah terjadi.”
Ungkap Ji Woo
“Menyenangkan
punya saudara perempuan. Kau sangat membantu pada saat-saat seperti ini.”
Komentar Dae Young iri Ji Woo pikir mereka
bukan saudara, jadi tidak seperti itu.
“Ini
bagus sekali. Aku ingin menanyakan beberapa hal padanya sebelum aku memulai
bisnisku. Ternyata dia pengusaha yang sukses.” Kata Dae Young
“Itu
tidak mungkin karena bisnisnya gagal.” Komentar Ji Woo. Dae Young tahu kalau
itu bukan salah Seo Yeon.
“Itu
karena teman bisnisnya mengkhianatinya. Dan itu sudah membuatnya susah.” Kata
Dae Young membela. Ji Woo melihat jam tangany akalu harus bersiap-siap untuk
shift malam.
Seo Yeon
pulang dengan menaiki bus wajahnya masih terlihat sedih teringat kembali saat
di rumah sakit.
Flash Back
Ibu Ji
Woo duduk ditaman sendirian dengan wajah sendu, Seo Yeon melihat punggung ibu
tirinya teringat yang dikatakan Ji Woo “Semua orang terlihat sedikit menyedihkan
ketika melihat dari belakang.”
“Apa Anda
sedang mencari seseorang?” tanya perawat menghampiri Seo Yeon
“Apa
mungkin, wanita di sana itu menderita demensia?” tanya Seo Yeon. Perawat
membenarkan.
“Apa Anda
keluarganya?” tanya Perawat. Seo Yeon mengaku bukan lalu bergegas pergi.
Seo Yeon
menangis dibus, tapi tiba-tiba dadanya terasa sesak.
Sebuah
ambulance datang, Ji Woo baru saja datang kaget melihat Seo Yeon yang keluar
dari ambulance tak sadarkan diri lalu bertanya Apa yang terjadi dan ia bekerja sebagai
perawat di rumah sakit ini.
“Kami
mendapat laporan bahwa seorang penumpang pingsan di dalam bus. Di dalam tasnya,
kami menemukan obat yang diresepkan dari rumah sakit ini, jadi kami datang ke
sini.” Ucap petugas mereka pun bergegas mendorong Seo Yeon masuk ke rumah
sakit.
Seo Yeon
sudah ada di ruangan IGD, perawat memmberitahu kalau melihat rekam medisnya, dan Seo Yeon dirawat
di rumah sakit ini karena menderita anafilaksis belum lama ini. Ji Woo menatap
sedih dengan Seo Yeon ternyata datang kerumah sakit sebelumnya.
“Dia
mengunjungi rumah sakit beberapa kali setelah itu. Bagaimana kau bisa
mengenalnya?” tanya perawat
“Kami
dulu teman sekamar.” Ucap Ji Woo.
Dae Young
mengetuk pintu rumah Ji Woo memanggil Seo Yeon, tapi tak ada menyahut. Anjing
Ji Woo mengonggong, Dae Young akhirnya bertanya pada kacang “Apa kemarin Seo
Yeon kembali ke sini Atau dia pergi lebih awal pagi ini?”
Sementara
Ji Woo ingin melihat Seo Yeon tapi tak melihat ada diatas ranjangnya dan
bertanya pada petugas. Ia memastikan Apa pasien Lee Seo Yeon keluar dari rumah
sakit, karena terlalu cepat.
“Kondisinya
sudah stabil, jadi kami memindahkannya ke bangsal umum... Oh ya... Katamu kau
kenal dia... Bisa kau berikan ini padanya? Aku lupa memberikannya waktu itu.”
Ucap petugas memberikan barang-barang milik Seo Yeon.
Ji Woo
melihat ponsel Seo Yeon berdering, ada telp dari Dae Young lalu mengangkatnya.
Dae Young binggung karena yang mengangkat Ji Woo, karena berpikir sedang
bekerja dan bertanya apakah sedang bersama Seo Yeon.
“Bukan
itu, Seo Yeon dirawat di rumah sakit ini sekarang.” Ucap Ji Woo. Dae Young
kaget dan ingin tahu alasanya.
“Tampaknya
karena mengalami penyakit anafilaksis.” Kata Ji Woo. Dae Young mengartikan itu
maksudnya shock alergi.
“Ya...
Dia dibawa ke UGD tadi malam... tapi Untungnya, kondisinya sudah stabil. Dia
dipindahkan ke bangsal umum.”jeas Ji Woo
“Aku
sedang dalam perjalanan menemui klien, tapi aku akan mampir sebentar.” Kata Dae
Young
“Tidak,
uruslah dulu bisnismu dan berkunjunglah nanti. Lebih baik baginya untuk
istirahat yang cukup daripada bertemu dengan seseorang.” Saran Ji Woo
“Baiklah.
Aku senang kau berada di sisinya. Aku akan meneleponmu nanti.” kata Dae Young
Dae Young
bertemu beberapa para pegawai, mereka sedih karena kemungkin tidak akan melihat
Dae Young lagi. Dae Young juga merasa
tidak enak. Mereka pun mengucapkan Terima kasih atas kerja kerasnya, Dae Young
pamit pergi dan melihat Sun baru datang dan memanggilnya dengan santai.
“Kurasa
ini tidak sopan bicara santai di kantor.” Komentar Sun tak ingin Dae Young
mengunakan banmal.
“Saat
itulah kita ada kaitan dengan pekerjaan.
Hubungan kita sudah bersifat pribadi sekarang.” Kata Dae Young
“Kau
tidak ada bisnis lagi di sini, jadi apa yang membawamu ke sini? Kontrakmu sudah
berakhir.” Ucap Sun
“Itu
belum berakhir.” Kata Dae Young. Sun binggung berpikir kalau ada masalah.
“Kontrak
antara CQ Food dan seorang blogger memang sudah berakhir. Tapi kontrak antara perencana
asuransi dan kliennya belum berakhir.” Jela Dae Young
“Kau
bilang Klien? Kapan kau membuat mereka menandatangani kontrak? Wahh... Kau
benar-benar punya keterampilan pemasaran yang luar biasa.” Ungkap Sun tak
percaya.
Dae Young
bisa tersenyum bangga mendengarnya dan memberitahu kalau keputusanya adalah mengundurkan
diri. Sun kaget mendengarnya Dae Young menceritkaan kalau berkeliling
untuk menemui semua kliennya dan
menghubungkan mereka dengan perencana baru jadi melakukan Banyak pekerjaan.
“Kau akan
segera berangkat kerja, kan? Ayo makan bersama. Aku juga mau mengatakan sesuatu...
Aku akan menunggumu di dekat sini.” Ucap Dae Young penuh semangat.
Sun kaget
kalau Dae Young akan membuka bisnis sendiri. Dae Young menjelaskan karena sudah
mengatur data, jadi tidak merasa nyamanmemulai bisnis ini sendirian ketika Sun
orang yang pertama kali menawarkan pekerjaan ini padanya.
“Tentu
saja. Ideku itu termasuk, jadi lebih baik imbangi saja.” Kata Sun. Dae Young
ingin tahu apa yang dinginkan Sun sekarang.
“Traktir
aku untuk makan dan minum hari ini.” Kata Sun. Dae Young binggung berpikir
kalau tak cukup tapi akhirnya membiarkan Sun untuk memesan yang diinginkan.
Semua
menu gurita ada diatas meja, Sun berkomentar Gurita kecil rasanya paling enak
di musim gugur dan masih cepat untuk memakannya di musim panas. Dae Young tak
terima dianggap kalau makanan ini gurita kecil.
“Ini
seperti kau tidak bisa membedakan jeruk keprok dam jeruk biasa. Mereka gurita
berkaki panjang.” Kata Dae Young. Sun mengaku kalau sudah mengetahuinya.
“Lalu
kenapa kau tidak tahu gurita berkaki panjang
di musim panas tidak seperti gurita kecil?” Kata Dae Young
“Yang
berkaki panjang baik di musim panas tidak seperti gurita kecil. Itu yang tadi
mau kukatakan. Beberapa orang berpikir gurita berkaki panjang memiliki tiga
kaki” kata Sun dan disela oleh Dae Young.
“... tapi
nama mereka di Korea berarti kaki panjang, bukan tiga kaki. Apa Itu yang mau
kau katakan? Banyak orang berpikir gurita berkaki panjang adalah jenis yang
berbeda...” kata Dae Young dan disela oleh Sun.
“... tapi
mereka sejenis gurita, dan penampilan mereka yang berbeda adalah hasil makanan dan
lingkungan ekologi mereka. Aku sudah tahu itu.” Tegas Sun.
“Gurita-gurita
itu mungkin semua lari saat kau bertengkar seperti ini. Lebih baik langsung
saja mereka makan sebelum itu lari.” Komentar pemilik melihat keduanya adu
mulut.
Dae Young
mulai mengunting gurita yang masih hidup diatas mie, lalu merasa tak percaya
karena tidak perlu mencampur mie dengan saus karena gurita ini melakukan
pekerjaan itu. Mereka pun mulai makan dengan dinikmat, Sun pikir Rasanya asam
dan Agak manis.
“Akan
kutuangkan minuman untukmu.” Kata Sun dan mereka minum soju bersama. Mereka terus makan menu gurita, bahkan ada
daging mentah dengan kuning telur yang dicampur dengan gurita.
Ji Woo
datang menemui Seo Yeon menyuruh agar segera tidur karena perlu istirahat. Ia
membahas Seo Yeon yang sering masuk kerumah sakit sebagai pasien rawat jalan dan
ingin tahu Kapan mulainya itu.
“Jika itu
bukan reaksi alergi dan jika stres adalah penyebab utama...” ucap Ji Woo yang
langsung disela oleh Seo Yeon.
“Apa
pedulimu?” kata Seo Yeon sinis. Ji Woo mengaku kalau bukan peduli pada Seo
Yeon.
“Aku
bicara sebagai perawat.” Ucap Ji Woo. Seo Yeon makin mengejek Ji Woo yang
mengatakan Sebagai perawat.
“Jika kau
perawat yang hebat, kenapa kau membiarkan ibumu mengalami hal buruk?” sindir
Seo Yeon. Ji Woo kaget, bertanya bagiaman Seo Yeon mengetahuinya.
“Memangnya
itu penting? Jadi Sudah berapa lama dia begitu?” tanya Seo Yeon
“Kenapa
kau peduli? Kau bukan putrinya sekarang.” Ucap Ji Woo sinis. Seo Yeon makin
marah mendengarnya.
“Karena
kau putrinya, Apa kau memutuskan untuk menaruhnya di panti jompo?” sindir Seo
Yeon. Ji Woo akhirnya memilih untuk pergi.
Seo Yeon
berbaring di tempat tidur dan hanya menangis, Ji Woo pun ikut menangis di
tangga darurat. Setelah itu kembali bertugas sebagai perawat menangani pasien
yang muntah-muntah, lalu teringat kembali yang dikatakan Seo Yeon. “Karena kau putrinya, Apa kau memutuskan untuk
menaruhnya di panti jompo?”
Sun dan
Dae Young selesai makan, Sun mengaku terkejut karean Dae Young menuntut mereka
untuk mengizinkan mempertahankan pekerjaannya sebagai konsultan asuransi, tapi
tidak berpikir Dae Young akan berhenti dari pekerjaan nya. dengan mudah.
“Kurasa
kau sedikit impulsif.” Komentar Sun dengan keputusan Dae Young
“Mungkin
tampak seperti itu bagimu, tapi aku memikirkannya untuk waktu yang lama. Aku
skeptis dengan pekerjaanku.” Kata Dae Young
“Bisnis
juga tidak mudah... Apa Kau tidak terlalu gegabah?” komentar Sun.
“Aku
tidak pernah menganggap itu akan mudah. ..Melihat Seo Yeon... Oh iya... Seo
Yeon...” ucap Dae Young ingin membahasnya.
“Aku
tidak mau mendengar tentang dia. Dia berhenti dan tidak relevan denganku
sekarang.” Ucap Sun. Dae Young pun menyetujuinya.
“Kalau
begitu ayo bicara tentangmu karena itu relevan. Apa Kau mau bekerja denganku? Kau
tertarik dengan ini dan frustasi karena hal yang mengganggu.” Kata Dae Young. Sun.membenarkan.
“Tapi aku
tidak bisa membuat keputusan yang salah berdasarkan minat saja.” Kata Sun lalu
teringat dengan bayangan Seo Yeon yang sedang tersenyum.
“Seseorang
harus bergerak cepat untuk fokus pada apa yang berikutnya.” Ucap Sun menuangkan
soju seperti ingin menghilangkan bayangan Seo Yeon.
“Wah, kau
lebih dari seorang pengusaha daripada yang kuduga. Kau banyak menggambar garis dan
bertindak seperti seorang individualis bahwa kurasa kau lebih menghargai
hidupmu daripada bekerja. Itu begitu tajam.” Kata Dae Young
“Kebanyakan
orang tidak bisa berhenti bekerja semudah yang kau lakukan. Pekerjaanmu adalah
gelar yang diakui orang lain untukmu.” Jelas Sun
“Apakah
gelar itu penting?” tanya Dae Young merasa seperti tak peduli dengan gelar.
“Aku
beremigrasi ke Amerika saat masih kecil dan diganggu banyak orang karena menjadi orang
Asia. Tapi begitu aku bergabung dengan perusahaan terkenal, maka diskriminasiku
berakhir. Nama perusahaan di kartu namaku adalah stempel persetujuan resmi. Itulah
betapa pentingnya sebuah gelar. Lalu Kenapa kau berhenti? Ini garis yang jelas
untuk menghormati orang lain.” Ucap Sun
“Kau
hidup sesuai namamu. Apa Kau bahkan peduli bagaimana orang lain melihatmu?”
kata Dae Young
“Kau
tidak tahu karena tidak pernah terluka oleh bagaimana orang lain memandangmu. Aku
tidak akan melakukan apa pun yang tidak diterima oleh mayoritas sebagai sesuatu
yang biasa. Entah itu tentang pekerjaan atau seseorang.” Tegas Sun lalu minum
soju.
Sun
terbangun dengan telanjang dada dan langsung menutupi badanya dengan selimut,
berusaha mengingat kembali yang terjadi.
Flash Back
Sun mulai
mabuk dengan baju yang kotor terkena noda saus lalu mencoba makan gurita tapi malah
menjatuhkanya. Ia lalu berbisik pada Dae Young kalau Guritanya lenyap. Dae Young hanya bisa
menghela nafas.
Akhirnya
Dae Young membawa Sun keluar dari restoran, meminta agar Jalan lurus ke depan.
Sun mengaku sedang menelepon dan menghafal nomor telp yang diingat dan memesan
Jajangmyeon dan jjamppong, masing-masing
3,000 Won.
Sun
akhirnya menelp Dae Young dari ponselnya bertanya ada dimana, Dae Young
menjawab sedang ada Di tempat cuci pakaian. Sun bergegas mengambil baju dan
jaketnya lalu keluar rumah. Dae Young sudah memasukan koin ke dalam mesin cuci.
Saat itu Sun datang dengan wajah sinis.
“Kenapa
kau datang? Aku tidak akan lama.” Ucap Dae Young menghampiri Sun.
“Kau
tidak bisa mencuci pakaian orang lain.”tegas Sun. Dae Young mengaku kalau hanya
mencuci pakaian miliknya.
“bukannya
Kau menelanjangiku?” tanya Sun kesal. Dae Young mengaku kalau baju Sun sangat
kotor jadi tidak ingin merusak seprainya.
“Terakhir
kali aku mencucinya, kau memakai bajumu yang basah dan pergi. Jadi Kupikir
mencuci pakaianmu akan melewati batas. Apa Kau tidak lihat bajumu dilipat di
lantai?” kata Dae Yoaung
“Kau juga
bisa mencuci milikku.” Ucap Sun seperti tak ingin kalah dari Dae Young.
Dae Young
terlihat binggung akhirnya mengoda Sun kalau melihat ada bulu dibaia perutnya,
dengan berkomentar kalau itu menjadi lebih baik sekarang. Sun menjerit kesal
agar Jangan katakan itu. Saat itu seorang wanita melihat keduanya seperti
pasangan karena mengunakan pakaian yang sama.
“Mereka
butuh diperhatikan... Ayo pergi bersama.” Kata Dae Young mengoda
“Kau
memperhatikan saja milikmu, bukan milikku.” Balas Sun kesal
Seorang
wanita langsung melonggo dan menuliskan sesuatu di ponselnya “ Daebak. Ada
pasangan gay yang berpakaian seragam di
tempat cuci kami.” Dae Young menghampiri dan sempat melihat tulisan
yang ada diponsel dan berkomentar kalau mereka tidak dalam hubungan semacam
itu.
“Aku kebetulan
melihat layar ponsel Anda sambil datang untuk menanyakan sesuatu. Bisakah Anda
menjawab kuesioner ini sambil menunggu cucian ?” tanya Dae Young memberikan
selembar kertas. Si wanita bertanya apa itu
“Aku
sedang mengerjakan sesuatu untuk orang yang tinggal sendiri.” Kata Dae Young
Ia pun
pergi mendekati Sun karena tinggal sendiri,
jadi meminta agar mengisi kuesioner ini. Sun membaca pertanyaan dalam lembaran
kertas "Berapa kali seminggu Anda makan atau minum sendirian? Jika Anda tidak berkunjung ke restoran terkenal
sendirian, apa alasannya?"
“Kapan
dia mencetak ini? Kukira dia tidak impulsif tentang hal itu.” Komentar Sun
melihat Dae Young juga sibuk memberikan pada yang lainya.
Sun
menuruni tangga berjanji akan mengembalikan baju olahraga Dae Young. Dae Young
meminta agar Lebih cepat karena itu salah satu baju favoritnya. Sun pikir bisa
membawanya malam ini. Dae Young pikir tak mungkin malam ini.
“Aku mau
menjenguk Seo Yeon yang sedang dirawat di rumah sakit.” Kata Dae Young. Sun
kaget mendengarnya.
“Apa Lee
Seo Yeon dirawat di rumah sakit? Kenapa kau tidak memberitahuku?” kata Sun
marah
“Kau
bilang padaku untuk tidak membicarakannya dan dia tidak relevan.” Kata Dae
Young
“Benar.
Dia tidak relevan bagiku. Aku akan lupa yang kau katakan tadi.” Ucap Sun lalu
bergegas pergi. Dae Young binggung melihat sikap Sun pergi terburu-buru dengan
mobilnya.
Sun
mengintip dari depan pintu mencari sosok Seo Yeon, Ji Woo melihat dari belakang
berpikir kalau itu Goo Dae Young, tapi Saat menengok ternyata Sun yang mengunakan
pakaian Dae Young.
“Bukankah
ini bajunya Dae Young?” ucap Ji Woo binggung. Sun ingin menjelaskan tapi Ji Woo
sudah bisa mengerti
“Kau
mabuk dan pingsan di rumahnya lagi. Apa yang kau lakukan di sini?” tanya Ji Woo
“Aku di
sini untuk menemuimu.” Ucap Sun berbohong. Ji Woo heran untuk apa dan ingin
tahu apakah sesuatu terjadi.
“Tidak...
Bagaimana makanan di rumah sakit ini? Apa mereka juga menyediakan kimchi
sujebi?” ucap Sun
“Kenapa
kimchi sujebi? Kau masih merasa pusing,kan? Di sini bukan tempat untuk
kebiasaan minummu. Jadi Mintalah pada sopir untuk mengantarmu pulang.” Kata Ji
Woo menjewer kuping Ji Woo untuk pergi. Ji Woo berusaha menahan, mengaku kalau
tidak mabuk sama sekali.
Seo Yeon
keluar dari kamar sebelahnya, tak melihat sosok Sun dan Ji Woo, lalu menatap
ponselnya kalau “Nonhyeon-dong” sang Ibu menelp. Tapi Ia memilih untuk tak
mengangkatnya lalu berjalan ke lobby, tanpa sengaja bertemu dengan Dae Young.
“Goo Dae
Young, apa yang kau lakukan di sini?” tanya Seo Yeon
“Aku
datang untuk menjengukmu, Ji Woo memberitahuku.” Ucap Dae Young
“Aku
lebih suka dia mengurus urusannya sendiri.” Keluh Seo Yeon kesal
“Kukira
kau tidak sakit melihat kau masih penuh semangat.” Ejek Dae Young.
“Jadi? Apa
Itu memalukan? Ayo kita keluar. Di sini pengap.” Ucap Seo Yeon
Dae Young
membawakan segelas minuman untuk Seo Yeon di kursi taman, Seo Yeon meminum teh
hangat mengeluh karena memberikan minum panas dicuaca panas begini. Dae Young
mengatakan kalau Pasien tidak boleh minum minuman dingin.
“Apa Kau
tetap bisa berjalan-jalan?” tanya Dae Young. Seo Yeoon pikir Tidak apa-apa
karena ini bukan yang pertama buatnya.
“Aku ada
permintaan... Apa Kau mau mengabulkannya? Di Dekat restoran chogyetang saat kau
berkunjung terakhir kali, ada restoran kimchi sujebi. Bisakah kau membawaku ke
sana setelah aku keluar dari rumah sakit?” ucap Seo Yeon
“Ke sana?
Aku juga pernah ke sana... Rasa hidangan itu pasti yang kau cari... Rasa
hidangan ibumu.” Kata Dae Young. Seo Yeon menyangkal.
“Akui
saja... Kau sekarang tinggal dengan Ji Woo. Mintalah dia untuk membuatkannya ketika
kau keluar dari rumah sakit. Kau dulu menikmati hidangannya saat kuliah.” Kata Dae
Young. Seo Yeon mengaku tak seperti itu.
“Lupakan.
Aku tidak membutuhkannya.” Kata Seo Yeon kesal. Dae Young mengartikan kalau
mereka berdua bertengkar lagi
“Tentu
tidak... Aku tidak akan cocok dengan dia yang berhati dingin itu. Dia
meninggalkan ibunya sendiri di panti jompo.” Ucap Seo Yeon sinis.
Dae Young
heran apa maksudnya, Seo Yeon pikir
kalau Dae Young mungkin tidak tahu ini kalau Ibu Ji Woo ada di... Dae Young
menyela bukan seperti itu tapi maksud ucapan Seo Yeon “menelantarkannya” dan
mengatakan hal itu pada Ji Woo.
“Beraninya
kau mengatakan itu? Apa Menurutmu kau sama terkejutnya seperti Ji Woo saat dia
tahu tentang ibunya? Kau tidak saling menghubungi selama 10 tahun, jadi apa
hakmu untuk menilai?” ucap Dae Young marah
“Dia mengunci
ibunya sendiri di rumah karena takut ibunya akan pergidan melukai dirinya
sendiri. Apa Kau bisa bayangkan bagaimana perasaannya? Aku saja tidak bisa.
Tapi,... Ji Woo bahkan tidak meneteskan air matanya. Jadi Itu sebabnya aku
mencari panti jompo untuknya.”jelas Dae Younbg
“Tetap
saja, kau tidak perlu juga menyeret ibu Ji Woo ke sana. Ji Woo yang
berkeputusan itu.” Keluh Seo Yeon marah
“Baik,
tapi kenapa kau malah mengkritik dia? Lalu Hak apa yang kau miliki?” kata Dae
Young marah lalu pamit pergi.
Ji Woo
berjalan dilorong berjalan begitu saja, melihat Seo Yeon berdiri di depan
ruangan. Seo Yeon mengajak mereka untuk bicara.
Ji Woo mengaku lebih suka tidak mendengar perkataan Seo Yeon.
“Ini akan
menjadi yang terakhir kalinya. Lalu aku tidak akan mengganggumu lagi.” Ucap Seo
Yeon. Ji Woo sempat terdiam.
Keduanya duduk
ditaman, Ji Woo ingin tahu apa yang dikatakan Seo Yeon padanya. Seo Yeon
langsung meminta maaf karean Dae Young memberitahu tentang situasi Ji Woo
dan Kata-katanya memang kasar.
“Sudah
kubilang padamu untuk berhenti membawa Dae Young. Apa Kau masih belum selesai
menyakitiku? Lakukanlah lebih buruk lagi.” Kata Ji Woo marah
“Aku
ingin menyakitimu sama seperti ibumu menyakitiku.” Ucap Seo Yeon
“Apa yang
ibuku pernah lakukan padamu? Dia lebih menghargaimudaripada putrinya sendiri.” Komentar
Ji Woo
“Aku
tahu... Dia mungkin hanya melakukannya karena rasa bersalah.” Ucap Seo Yeon. Ji
Woo binggung maksudnya Bersalah.
“Kenapa
ibuku merasa bersalah kepadamu?” tanya Ji Woo heran.
“Ibumulah
penyebab orang tuaku bercerai... Ibumu... berselingkuh dengan ayahku dulu.” Kata
Seo Yeon. Ji Woo melotot kaget mendengarnya.
Bersambung
ke episode 13
Tidak ada komentar:
Posting Komentar