PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Rabu, 22 Agustus 2018

Sinopsis Lets Eat 3 Episode 12 Part 2

PS : All images credit and content copyright : TVN

Keduanya duduk di halte dalam diam, Sebuah bus datang tapi Dae Young tetap diam. Ji Woo binggung kenapa Dae Young tak naik.  Dae Young pikir kalau bukan bus terakhir dan menyuruh Ji Woo agar duluan saja. Ji Woo pun menganguk setuju.
Tiba-tiba keduanya saling memanggil nama, Ji Woo menyuruh Dae Young lebih dulu bicara. Dae Young ingin bicara tapi seperti ragu, akhirnya memilih agar nanti memberitahu saat keluar dari wamil dan ingin tahu apa yang akan dikatakan Ji Woo.
“Hah? Itu... Aku... Aku juga akan memberitahumu saat kau keluar dari wamil.” Kata Ji Woo seperti mengurungkan niatnya.  Sebuah bus datang.
“Ini bus terakhir untukku... Aku berharap yang terbaik dengan pendaftaranmu. Sampai jumpa.” Kata Ji Woo sebelum masuk bus.
“Aku akan menemuimu saat istirahat pertamaku, Kacang.” Ucap Dae Young akhirnya keduanya melambaikan datang sebelum naik bus. Bus pun akhirnya pergi meninggalkan halte.
“Aku tidak bisa bilang padanya untuk menungguku.” Gumam Dae Young menatap Bus Ji Woo yang pergi.
“Aku tidak bisa bilang bahwa aku akan menunggunya.” Gumam Ji Woo duduk didalam bus. 

[November 2005]
Foto bersama Dae Young dkk ada diatas meja, Ji Woo sibuk menuliskan surat untuk Dae Young
“Jin Seok sudah masuk wamil hari ini. Dia bilang untuk menjaga rahasia air matanya,. jadi ini rahasia di antara kita.”
[Desember 2005]
Ji Woo juga menuliskan surat untuk Dae Young “Aku melihat Byeong Sam juga masuk wamil. Para eksekutif dari perusahaan ayahnya datang menemuinya. Statusnya yang kaya akhirnya  terasa nyata untuk pertama kalinya.”

Di akhirnya Desember, Ji Woo kembai menulis surat untuk Dae Young “ Sung Joo juga masuk wamil pekan lalu. Dia melarangku berkunjung karena pacarnya melihatnya pergi. Itu sebabnya aku tidak bisa ada untuknya.”
Dae Young membaca surat Ji Woo dari barak tentara “ Dan juga, aku bekerja di rumah sakit untuk KKN. Ini masih agak menakutkan.” Lalu melipat surat dan menaruh dalam lemarinya, terlihat hanya ada foto dirinya dan Ji Woo yang bersebelahan. Terdengar suara sirene Dae Young dkk bergegas keluar dari barak. 


“Besok akhirnya liburan pertamamu. Kau mungkin akan kembali ke pangkalan pada saat kau menerima surat ini.”
Ji Woo baru saja menuliskan surat dan terdengar teriakan Seo Yeon mengumpat kesal. Seorang anjing ada ditangan Seo Yeon, Seo Yeon mengomel karena sepatu boots-nya digigit padahal iutu sepatu asli yang dijual di Australia, bahkan belum membayar semua angsurannya.
“Buat apa kau memarahinya? Kau harus menaruhnya di lemari sepatu.” Ucap Ji Woo membela anjingnya dan langsung memeluknya. Seo Yeon hanya bisa melonggo.
“Jadi maksudmu ini salahku? Kenapa kau melakukan itu?” ucap Seo Yeon marah
Ji Woo tak peduli sambil mengendong anjingnya menuliskan surat untuk Dae Young “Aku yakin itu kejutan bagimu kalau aku mengadopsi Kacang. Aku belum pernah menulis ini sehingga anggaplah ini kejutan.”
“Hei... Lee Ji Woo, kau bayar kembali... Ini anjing peliharaanmu!” teriak Seo Yeon lalu mengangkat telp. 

Dae Young seperti baru keluar untuk hari liburnya, tapi menelp Ji Woo tapi tak diangkat dan berpikir kalau ada di rumah sakit selama liburan musim panas. Akhirnya Ia menaiki bus dan melihat datang ke rumah Ji Woo tapi tak ada yang menyahut.
Akhirnya Dae Young menikmati hari liburnya dengan pergi ke kampus menikmati minum seperti saat bersama dengan Ji Woo. Ia juga pergi ke tempat etalase anjing, tak melihat kembali anjing yang sendirian. 

Dae Young tak percaya kalau itu anjing yang ada dietalase, dengan menceritakan Ketika tahu bahwa telah diadopsi, jadi berharap pemiliknya itu orang yang baik, tapi tidak tahu ternyata kalau Ji Woo  yang mengadopsinya.
“Kau pasti tahu cara membuatnya tumbuh.” Komentar Dae Young memuji
“Aku juga tak tahu dia ternyata tumbuh sebesar ini. Dia sebesar anak anjing saat aku memeliharanya.” Kata Ji Woo
“Kenapa kau tidak memberitahuku kalau dia itu Kacang?” ucap Dae Young
“Aku akan beri tahu, tapi tidak ada waktu yang tepat.” Kata Ji Woo
“Maaf, Kacang... Apa Kau marah karena aku tidak mengenalimu?” ucap Dae Young menatap anjingnya.
“Bukan cuma kau saja... Bahkan Seo Yeon tidak mengenalinya... Sebenarnya, Seo Yeon tinggal di rumahku.” Cerita Ji Woo
“Katanya dia sudah dapat tempat tinggal. Ternyata dia bersamamu.” Ungkap Dae Young
“Dia memang tak berarti bagiku, tapi aku tidak mengungkit apa yang telah terjadi.” Ungkap Ji Woo
“Menyenangkan punya saudara perempuan. Kau sangat membantu pada saat-saat seperti ini.” Komentar Dae Young iri  Ji Woo pikir mereka bukan saudara, jadi tidak seperti itu.
“Ini bagus sekali. Aku ingin menanyakan beberapa hal padanya sebelum aku memulai bisnisku. Ternyata dia pengusaha yang sukses.” Kata Dae Young
“Itu tidak mungkin karena bisnisnya gagal.” Komentar Ji Woo. Dae Young tahu kalau itu bukan salah Seo Yeon.
“Itu karena teman bisnisnya mengkhianatinya. Dan itu sudah membuatnya susah.” Kata Dae Young membela. Ji Woo melihat jam tangany akalu harus bersiap-siap untuk shift malam. 

Seo Yeon pulang dengan menaiki bus wajahnya masih terlihat sedih teringat kembali saat di rumah sakit.
Flash Back
Ibu Ji Woo duduk ditaman sendirian dengan wajah sendu, Seo Yeon melihat punggung ibu tirinya teringat yang dikatakan Ji Woo “Semua orang terlihat sedikit menyedihkan ketika melihat dari belakang.”
“Apa Anda sedang mencari seseorang?” tanya perawat menghampiri Seo Yeon
“Apa mungkin, wanita di sana itu menderita demensia?” tanya Seo Yeon. Perawat membenarkan.
“Apa Anda keluarganya?” tanya Perawat. Seo Yeon mengaku bukan lalu bergegas pergi.
Seo Yeon menangis dibus, tapi tiba-tiba dadanya terasa sesak. 


Sebuah ambulance datang, Ji Woo baru saja datang kaget melihat Seo Yeon yang keluar dari ambulance tak sadarkan diri lalu bertanya Apa yang terjadi dan ia bekerja sebagai perawat di rumah sakit ini.
“Kami mendapat laporan bahwa seorang penumpang pingsan di dalam bus. Di dalam tasnya, kami menemukan obat yang diresepkan dari rumah sakit ini, jadi kami datang ke sini.” Ucap petugas mereka pun bergegas mendorong Seo Yeon masuk ke rumah sakit. 

Seo Yeon sudah ada di ruangan IGD, perawat memmberitahu kalau  melihat rekam medisnya, dan Seo Yeon dirawat di rumah sakit ini karena menderita anafilaksis belum lama ini. Ji Woo menatap sedih dengan Seo Yeon ternyata datang kerumah sakit sebelumnya.
“Dia mengunjungi rumah sakit beberapa kali setelah itu. Bagaimana kau bisa mengenalnya?” tanya perawat
“Kami dulu teman sekamar.” Ucap Ji Woo. 

Dae Young mengetuk pintu rumah Ji Woo memanggil Seo Yeon, tapi tak ada menyahut. Anjing Ji Woo mengonggong, Dae Young akhirnya bertanya pada kacang “Apa kemarin Seo Yeon kembali ke sini Atau dia pergi lebih awal pagi ini?”
Sementara Ji Woo ingin melihat Seo Yeon tapi tak melihat ada diatas ranjangnya dan bertanya pada petugas. Ia memastikan Apa pasien Lee Seo Yeon keluar dari rumah sakit, karena terlalu cepat.
“Kondisinya sudah stabil, jadi kami memindahkannya ke bangsal umum... Oh ya... Katamu kau kenal dia... Bisa kau berikan ini padanya? Aku lupa memberikannya waktu itu.” Ucap petugas memberikan barang-barang milik Seo Yeon. 

Ji Woo melihat ponsel Seo Yeon berdering, ada telp dari Dae Young lalu mengangkatnya. Dae Young binggung karena yang mengangkat Ji Woo, karena berpikir sedang bekerja dan bertanya apakah sedang bersama Seo Yeon.
“Bukan itu, Seo Yeon dirawat di rumah sakit ini sekarang.” Ucap Ji Woo. Dae Young kaget dan ingin tahu alasanya.
“Tampaknya karena mengalami penyakit anafilaksis.” Kata Ji Woo. Dae Young mengartikan itu maksudnya shock alergi.
“Ya... Dia dibawa ke UGD tadi malam... tapi Untungnya, kondisinya sudah stabil. Dia dipindahkan ke bangsal umum.”jeas Ji Woo
“Aku sedang dalam perjalanan menemui klien, tapi aku akan mampir sebentar.” Kata Dae Young
“Tidak, uruslah dulu bisnismu dan berkunjunglah nanti. Lebih baik baginya untuk istirahat yang cukup daripada bertemu dengan seseorang.” Saran Ji Woo
“Baiklah. Aku senang kau berada di sisinya. Aku akan meneleponmu nanti.” kata Dae Young 

Dae Young bertemu beberapa para pegawai, mereka sedih karena kemungkin tidak akan melihat Dae Young lagi.  Dae Young juga merasa tidak enak. Mereka pun mengucapkan Terima kasih atas kerja kerasnya, Dae Young pamit pergi dan melihat Sun baru datang dan memanggilnya dengan santai.
“Kurasa ini tidak sopan bicara santai di kantor.” Komentar Sun tak ingin Dae Young mengunakan banmal.
“Saat itulah kita ada kaitan  dengan pekerjaan. Hubungan kita sudah bersifat pribadi sekarang.” Kata Dae Young
“Kau tidak ada bisnis lagi di sini, jadi apa yang membawamu ke sini? Kontrakmu sudah berakhir.” Ucap Sun
“Itu belum berakhir.” Kata Dae Young. Sun binggung berpikir kalau ada masalah.
“Kontrak antara CQ Food dan seorang blogger memang sudah berakhir. Tapi kontrak antara perencana asuransi dan kliennya belum berakhir.” Jela Dae Young
“Kau bilang Klien? Kapan kau membuat mereka menandatangani kontrak? Wahh... Kau benar-benar punya keterampilan pemasaran yang luar biasa.” Ungkap Sun tak percaya.
Dae Young bisa tersenyum bangga mendengarnya dan memberitahu kalau keputusanya adalah mengundurkan diri. Sun kaget mendengarnya Dae Young menceritkaan kalau berkeliling untuk  menemui semua kliennya dan menghubungkan mereka dengan perencana baru jadi melakukan Banyak pekerjaan.
“Kau akan segera berangkat kerja, kan? Ayo makan bersama. Aku juga mau mengatakan sesuatu... Aku akan menunggumu di dekat sini.” Ucap Dae Young penuh semangat. 


Sun kaget kalau Dae Young akan membuka bisnis sendiri. Dae Young menjelaskan karena sudah mengatur data, jadi tidak merasa nyamanmemulai bisnis ini sendirian ketika Sun orang yang pertama kali menawarkan pekerjaan ini padanya.
“Tentu saja. Ideku itu termasuk, jadi lebih baik imbangi saja.” Kata Sun. Dae Young ingin tahu apa yang dinginkan Sun sekarang.
“Traktir aku untuk makan dan minum hari ini.” Kata Sun. Dae Young binggung berpikir kalau tak cukup tapi akhirnya membiarkan Sun untuk memesan yang diinginkan. 

Semua menu gurita ada diatas meja, Sun berkomentar Gurita kecil rasanya paling enak di musim gugur dan masih cepat untuk memakannya di musim panas. Dae Young tak terima dianggap kalau makanan ini gurita kecil.
“Ini seperti kau tidak bisa membedakan jeruk keprok dam jeruk biasa. Mereka gurita berkaki panjang.” Kata Dae Young. Sun mengaku kalau sudah mengetahuinya.
“Lalu kenapa kau tidak tahu gurita berkaki panjang  di musim panas tidak seperti gurita kecil?” Kata Dae Young
“Yang berkaki panjang baik di musim panas tidak seperti gurita kecil. Itu yang tadi mau kukatakan. Beberapa orang berpikir gurita berkaki panjang memiliki tiga kaki” kata Sun dan disela oleh Dae Young.
“... tapi nama mereka di Korea berarti kaki panjang, bukan tiga kaki. Apa Itu yang mau kau katakan? Banyak orang berpikir gurita berkaki panjang adalah jenis yang berbeda...” kata Dae Young dan disela oleh Sun.
“... tapi mereka sejenis gurita, dan penampilan mereka  yang berbeda adalah hasil makanan dan lingkungan ekologi mereka. Aku sudah tahu itu.” Tegas Sun.
“Gurita-gurita itu mungkin semua lari saat kau bertengkar seperti ini. Lebih baik langsung saja mereka makan sebelum itu lari.” Komentar pemilik melihat keduanya adu mulut. 

Dae Young mulai mengunting gurita yang masih hidup diatas mie, lalu merasa tak percaya karena tidak perlu mencampur mie dengan saus karena gurita ini melakukan pekerjaan itu. Mereka pun mulai makan dengan dinikmat, Sun pikir Rasanya asam dan Agak manis.

“Akan kutuangkan minuman untukmu.” Kata Sun dan mereka minum soju bersama.  Mereka terus makan menu gurita, bahkan ada daging mentah dengan kuning telur yang dicampur dengan gurita.


Ji Woo datang menemui Seo Yeon menyuruh agar segera tidur karena perlu istirahat. Ia membahas Seo Yeon yang sering masuk kerumah sakit sebagai pasien rawat jalan dan ingin tahu Kapan mulainya itu.
“Jika itu bukan reaksi alergi dan jika stres adalah penyebab utama...” ucap Ji Woo yang langsung disela oleh Seo Yeon.
“Apa pedulimu?” kata Seo Yeon sinis. Ji Woo mengaku kalau bukan peduli pada Seo Yeon.
“Aku bicara sebagai perawat.” Ucap Ji Woo. Seo Yeon makin mengejek Ji Woo yang mengatakan Sebagai perawat.
“Jika kau perawat yang hebat, kenapa kau membiarkan ibumu mengalami hal buruk?” sindir Seo Yeon. Ji Woo kaget, bertanya bagiaman Seo Yeon mengetahuinya.
“Memangnya itu penting? Jadi Sudah berapa lama dia begitu?” tanya Seo Yeon
“Kenapa kau peduli? Kau bukan putrinya sekarang.” Ucap Ji Woo sinis. Seo Yeon makin marah mendengarnya.
“Karena kau putrinya, Apa kau memutuskan untuk menaruhnya di panti jompo?” sindir Seo Yeon. Ji Woo akhirnya memilih untuk pergi.
Seo Yeon berbaring di tempat tidur dan hanya menangis, Ji Woo pun ikut menangis di tangga darurat. Setelah itu kembali bertugas sebagai perawat menangani pasien yang muntah-muntah, lalu teringat kembali yang dikatakan Seo Yeon.  “Karena kau putrinya, Apa kau memutuskan untuk menaruhnya di panti jompo?”

Sun dan Dae Young selesai makan, Sun mengaku terkejut karean Dae Young menuntut mereka untuk mengizinkan mempertahankan pekerjaannya sebagai konsultan asuransi, tapi tidak berpikir Dae Young akan berhenti dari pekerjaan nya. dengan mudah.
“Kurasa kau sedikit impulsif.” Komentar Sun dengan keputusan Dae Young
“Mungkin tampak seperti itu bagimu, tapi aku memikirkannya untuk waktu yang lama. Aku skeptis dengan pekerjaanku.” Kata Dae Young
“Bisnis juga tidak mudah... Apa Kau tidak terlalu gegabah?” komentar Sun.
“Aku tidak pernah menganggap itu akan mudah. ..Melihat Seo Yeon... Oh iya... Seo Yeon...” ucap Dae Young ingin membahasnya.
“Aku tidak mau mendengar tentang dia. Dia berhenti dan tidak relevan denganku sekarang.” Ucap Sun. Dae Young pun menyetujuinya.
“Kalau begitu ayo bicara tentangmu karena itu relevan. Apa Kau mau bekerja denganku? Kau tertarik dengan ini dan frustasi karena hal yang mengganggu.” Kata Dae Young. Sun.membenarkan.
“Tapi aku tidak bisa membuat keputusan yang salah berdasarkan minat saja.” Kata Sun lalu teringat dengan bayangan Seo Yeon yang sedang tersenyum.
“Seseorang harus bergerak cepat untuk fokus pada apa yang berikutnya.” Ucap Sun menuangkan soju seperti ingin menghilangkan bayangan Seo Yeon.
“Wah, kau lebih dari seorang pengusaha daripada yang kuduga. Kau banyak menggambar garis dan bertindak seperti seorang individualis bahwa kurasa kau lebih menghargai hidupmu daripada bekerja. Itu begitu tajam.” Kata Dae Young
“Kebanyakan orang tidak bisa berhenti bekerja semudah yang kau lakukan. Pekerjaanmu adalah gelar yang diakui orang lain untukmu.” Jelas Sun
“Apakah gelar itu penting?” tanya Dae Young merasa seperti tak peduli dengan gelar. 



“Aku beremigrasi ke Amerika saat masih kecil  dan diganggu banyak orang karena menjadi orang Asia. Tapi begitu aku bergabung dengan perusahaan terkenal, maka diskriminasiku berakhir. Nama perusahaan di kartu namaku adalah stempel persetujuan resmi. Itulah betapa pentingnya sebuah gelar. Lalu Kenapa kau berhenti? Ini garis yang jelas untuk menghormati orang lain.” Ucap Sun
“Kau hidup sesuai namamu. Apa Kau bahkan peduli bagaimana orang lain melihatmu?” kata Dae Young
“Kau tidak tahu karena tidak pernah terluka oleh bagaimana orang lain memandangmu. Aku tidak akan melakukan apa pun yang tidak diterima oleh mayoritas sebagai sesuatu yang biasa. Entah itu tentang pekerjaan atau seseorang.” Tegas Sun lalu minum soju. 


Sun terbangun dengan telanjang dada dan langsung menutupi badanya dengan selimut, berusaha mengingat kembali yang terjadi.
Flash Back
Sun mulai mabuk dengan baju yang kotor terkena noda saus lalu mencoba makan gurita tapi malah menjatuhkanya. Ia lalu berbisik pada Dae Young kalau  Guritanya lenyap. Dae Young hanya bisa menghela nafas.
Akhirnya Dae Young membawa Sun keluar dari restoran, meminta agar Jalan lurus ke depan. Sun mengaku sedang menelepon dan menghafal nomor telp yang diingat dan memesan Jajangmyeon dan jjamppong,  masing-masing 3,000 Won.

Sun akhirnya menelp Dae Young dari ponselnya bertanya ada dimana, Dae Young menjawab sedang ada Di tempat cuci pakaian. Sun bergegas mengambil baju dan jaketnya lalu keluar rumah. Dae Young sudah memasukan koin ke dalam mesin cuci. Saat itu Sun datang dengan wajah sinis.
“Kenapa kau datang? Aku tidak akan lama.” Ucap Dae Young menghampiri Sun.
“Kau tidak bisa mencuci pakaian orang lain.”tegas Sun. Dae Young mengaku kalau hanya mencuci pakaian miliknya.
“bukannya Kau menelanjangiku?” tanya Sun kesal. Dae Young mengaku kalau baju Sun sangat kotor jadi tidak ingin merusak seprainya.
“Terakhir kali aku mencucinya, kau memakai bajumu yang basah dan pergi. Jadi Kupikir mencuci pakaianmu akan melewati batas. Apa Kau tidak lihat bajumu dilipat di lantai?” kata Dae Yoaung
“Kau juga bisa mencuci milikku.” Ucap Sun seperti tak ingin kalah dari Dae Young.
Dae Young terlihat binggung akhirnya mengoda Sun kalau melihat ada bulu dibaia perutnya, dengan berkomentar kalau itu menjadi lebih baik sekarang. Sun menjerit kesal agar Jangan katakan itu. Saat itu seorang wanita melihat keduanya seperti pasangan karena mengunakan pakaian yang sama.
“Mereka butuh diperhatikan... Ayo pergi bersama.” Kata Dae Young mengoda
“Kau memperhatikan saja milikmu, bukan milikku.” Balas Sun kesal 
Seorang wanita langsung melonggo dan menuliskan sesuatu di ponselnya “ Daebak. Ada pasangan gay yang  berpakaian seragam di tempat cuci kami.” Dae Young menghampiri dan sempat melihat tulisan yang ada diponsel dan berkomentar kalau mereka tidak dalam hubungan semacam itu.

“Aku kebetulan melihat layar ponsel Anda sambil datang untuk menanyakan sesuatu. Bisakah Anda menjawab kuesioner ini sambil menunggu cucian ?” tanya Dae Young memberikan selembar kertas. Si wanita bertanya apa itu
“Aku sedang mengerjakan sesuatu untuk orang yang tinggal sendiri.” Kata Dae Young
Ia pun pergi mendekati Sun karena  tinggal sendiri, jadi meminta agar mengisi kuesioner ini. Sun membaca pertanyaan dalam lembaran kertas "Berapa kali seminggu Anda makan atau minum sendirian?  Jika Anda tidak berkunjung ke restoran terkenal sendirian, apa alasannya?"
“Kapan dia mencetak ini? Kukira dia tidak impulsif tentang hal itu.” Komentar Sun melihat Dae Young juga sibuk memberikan pada yang lainya. 



Sun menuruni tangga berjanji akan mengembalikan baju olahraga Dae Young. Dae Young meminta agar Lebih cepat karena itu salah satu baju favoritnya. Sun pikir bisa membawanya malam ini. Dae Young pikir tak mungkin malam ini.
“Aku mau menjenguk Seo Yeon yang sedang dirawat di rumah sakit.” Kata Dae Young. Sun kaget mendengarnya.
“Apa Lee Seo Yeon dirawat di rumah sakit? Kenapa kau tidak memberitahuku?” kata Sun marah
“Kau bilang padaku untuk tidak membicarakannya dan dia tidak relevan.” Kata Dae Young
“Benar. Dia tidak relevan bagiku. Aku akan lupa yang kau katakan tadi.” Ucap Sun lalu bergegas pergi. Dae Young binggung melihat sikap Sun pergi terburu-buru dengan mobilnya. 

Sun mengintip dari depan pintu mencari sosok Seo Yeon, Ji Woo melihat dari belakang berpikir kalau itu Goo Dae Young, tapi Saat menengok ternyata Sun yang mengunakan pakaian Dae Young.
“Bukankah ini bajunya Dae Young?” ucap Ji Woo binggung. Sun ingin menjelaskan tapi Ji Woo sudah bisa mengerti
“Kau mabuk dan pingsan di rumahnya lagi. Apa yang kau lakukan di sini?” tanya Ji Woo
“Aku di sini untuk menemuimu.” Ucap Sun berbohong. Ji Woo heran untuk apa dan ingin tahu apakah sesuatu terjadi.
“Tidak... Bagaimana makanan di rumah sakit ini? Apa mereka juga menyediakan kimchi sujebi?” ucap Sun
“Kenapa kimchi sujebi? Kau masih merasa pusing,kan? Di sini bukan tempat untuk kebiasaan minummu. Jadi Mintalah pada sopir untuk mengantarmu pulang.” Kata Ji Woo menjewer kuping Ji Woo untuk pergi. Ji Woo berusaha menahan, mengaku kalau tidak mabuk sama sekali. 


Seo Yeon keluar dari kamar sebelahnya, tak melihat sosok Sun dan Ji Woo, lalu menatap ponselnya kalau “Nonhyeon-dong” sang Ibu menelp. Tapi Ia memilih untuk tak mengangkatnya lalu berjalan ke lobby, tanpa sengaja bertemu dengan Dae Young.
“Goo Dae Young, apa yang kau lakukan di sini?” tanya Seo Yeon
“Aku datang untuk menjengukmu, Ji Woo memberitahuku.” Ucap Dae Young
“Aku lebih suka dia mengurus urusannya sendiri.” Keluh Seo Yeon kesal 
“Kukira kau tidak sakit melihat kau masih penuh semangat.” Ejek Dae Young.
“Jadi? Apa Itu memalukan? Ayo kita keluar. Di sini pengap.” Ucap Seo Yeon 

Dae Young membawakan segelas minuman untuk Seo Yeon di kursi taman, Seo Yeon meminum teh hangat mengeluh karena memberikan minum panas dicuaca panas begini. Dae Young mengatakan kalau Pasien tidak boleh minum minuman dingin.
“Apa Kau tetap bisa berjalan-jalan?” tanya Dae Young. Seo Yeoon pikir Tidak apa-apa karena ini bukan yang pertama buatnya.
“Aku ada permintaan... Apa Kau mau mengabulkannya? Di Dekat restoran chogyetang saat kau berkunjung terakhir kali, ada restoran kimchi sujebi. Bisakah kau membawaku ke sana setelah aku keluar dari rumah sakit?” ucap Seo Yeon
“Ke sana? Aku juga pernah ke sana... Rasa hidangan itu pasti yang kau cari... Rasa hidangan ibumu.” Kata Dae Young. Seo Yeon menyangkal.
“Akui saja... Kau sekarang tinggal dengan Ji Woo. Mintalah dia untuk membuatkannya ketika kau keluar dari rumah sakit. Kau dulu menikmati hidangannya saat kuliah.” Kata Dae Young. Seo Yeon mengaku tak seperti itu.
“Lupakan. Aku tidak membutuhkannya.” Kata Seo Yeon kesal. Dae Young mengartikan kalau mereka berdua bertengkar lagi
“Tentu tidak... Aku tidak akan cocok dengan dia yang berhati dingin itu. Dia meninggalkan ibunya sendiri di panti jompo.” Ucap Seo Yeon sinis.
Dae Young heran apa maksudnya,  Seo Yeon pikir kalau Dae Young mungkin tidak tahu ini kalau Ibu Ji Woo ada di... Dae Young menyela bukan seperti itu tapi maksud ucapan Seo Yeon “menelantarkannya” dan mengatakan hal itu pada Ji Woo.
“Beraninya kau mengatakan itu? Apa Menurutmu kau sama terkejutnya seperti Ji Woo saat dia tahu tentang ibunya? Kau tidak saling menghubungi selama 10 tahun, jadi apa hakmu untuk menilai?” ucap Dae Young marah
“Dia mengunci ibunya sendiri di rumah karena takut ibunya akan pergidan melukai dirinya sendiri. Apa Kau bisa bayangkan bagaimana perasaannya? Aku saja tidak bisa. Tapi,... Ji Woo bahkan tidak meneteskan air matanya. Jadi Itu sebabnya aku mencari panti jompo untuknya.”jelas Dae Younbg
“Tetap saja, kau tidak perlu juga menyeret ibu Ji Woo ke sana. Ji Woo yang berkeputusan itu.” Keluh Seo Yeon marah
“Baik, tapi kenapa kau malah mengkritik dia? Lalu Hak apa yang kau miliki?” kata Dae Young marah lalu pamit pergi. 



Ji Woo berjalan dilorong berjalan begitu saja, melihat Seo Yeon berdiri di depan ruangan. Seo Yeon mengajak mereka untuk bicara.  Ji Woo mengaku lebih suka tidak mendengar perkataan Seo Yeon.
“Ini akan menjadi yang terakhir kalinya. Lalu aku tidak akan mengganggumu lagi.” Ucap Seo Yeon. Ji Woo sempat terdiam.

Keduanya duduk ditaman, Ji Woo ingin tahu apa yang dikatakan Seo Yeon padanya. Seo Yeon langsung meminta maaf karean Dae Young memberitahu tentang situasi Ji Woo dan  Kata-katanya memang kasar.
“Sudah kubilang padamu untuk berhenti membawa Dae Young. Apa Kau masih belum selesai menyakitiku? Lakukanlah lebih buruk lagi.” Kata Ji Woo marah
“Aku ingin menyakitimu sama seperti ibumu menyakitiku.” Ucap  Seo Yeon
“Apa yang ibuku pernah lakukan padamu? Dia lebih menghargaimudaripada putrinya sendiri.” Komentar Ji Woo
“Aku tahu... Dia mungkin hanya melakukannya karena rasa bersalah.” Ucap Seo Yeon. Ji Woo binggung maksudnya Bersalah.
“Kenapa ibuku merasa bersalah kepadamu?” tanya Ji Woo heran.
“Ibumulah penyebab orang tuaku bercerai... Ibumu... berselingkuh dengan ayahku dulu.” Kata Seo Yeon. Ji Woo melotot kaget mendengarnya.
Bersambung ke episode 13

 PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar