PS : All images credit and content copyright : TVN
Ibu
pemilik kaget mengetahui kalau Ji Woo yang ingin membatalkan kontrak dan
bertanya apakah ada masalah dengan rumah itu. Ji Woo mengaku ada masalah
pribadi. Ibu pemilik mengatakan Ji Woo tidak akan dapat uang muka.
“Aku
tahu. Lalu Bisakah Anda mencari rumah lain untukku? Yang satu akan memberiku uang 10 juta Won.
Aku sangat membutuhkan uang tambahan itu.” Kata Ji Woo.
Seo Yeon
baru saja sampai halte mengeluh dengan Si
brengsek Sun yang menyebalkan itu,
karena Sekarang mengirimnyake pedesaan dan sangat jelas ingin mengacaukannya,
bahkan akan buang-buang waktu dalam perjalanan hari ini, lalu melihat bus
didepanya.
“Kenapa
tidak sekalian kirim aku ke Pyongyang untuk mendapatkan naengmyeon untuknya?”
keluh Seo Yeon menaiki bus.
Sesampai
di dalam restoran, semua orang terlihat bahagia makan mie. Seo Yeon hanya
melihatnya dengan bingung seperti tak yakin kalau rasanya seenak itu. Akhirnya
pesanan datang untuk dibawa pulang, lalu berusaha memasukan ke dalam tas
penyimpan es agar lebih awet.
Pesan
dari Sun masuk ke ponsel “Bawa secepatnya sampai jam 7 malam.” Dengan wajah
kesal, Seo Yeon mengatakan akan membawakan segera lalu keluar dari restoran,
matanya tertuju pada restoran Makguksu, Kimchi sujebi
“Kalau
dipikir, aku belum makan apa pun hari ini. Masih ada waktu sebelum busku
datang, jadi mungkin aku harus makan.” Ucap Seo Yeon ingin makan Kimchi sujebi.
Sun sudah
menunggu, Seo Yeon pulang meminta maaf datang terlambat karena macet sekali.
Sun melihat kalau Seo Yeon terlambat satu jam 12 menit jadi itu artinya
mengabaikan tugasnya dan akan mengurangi gainya. Seo Yeon mengeluh kalau itu
tak adil.
“Kau tak
bilang apa-apa ketika aku bilang ketinggalan bus, padahal Dikatakan demikian
dalam kontrakmu. "Bosmu bisa menghukummu karena pelanggaran kontrak.".
Keluh Seo Yeon
“Kenapa
kau ketinggalan bus? “ tanya Sun. Seo Yeon pikir Sun akan memotong gajinya lagi
kalau mengatakan alasannya.
“Biarkan
aku mendengarnya dulu.” Kata Sun ingin tahu alasan Seo Yeon.
“Aku pernah
memberitahumu tentang tempat kimchi sujebi yang sudah lama ingin kukunjungi.
Lalu Aku menemukannya hari ini. Aku masuk ke restoran itu untuk mencicipinya
tetapi akhirnya aku menghabiskan semangkuk. Tempatnya dekat restoran yang tadi
kubeli.” Cerita Seo Yeon penuh gairah memperlihatkan fotonya
“Bukankah
foto-foto itu menunjukkan betapa senangnya
aku? Apa ini cukup untuk memaafkanku?” kata Seo Yeon berharap.
“Jika kau
tidak memakannya sampai habis, kau akan menghemat satu menit. Kau mungkin tidak
ketinggalan bus.” Ucap Sun. Seo Yeon melonggo kaget.
“Pada
akhirnya, kau gagal melakukan pekerjaanmu karena alasan pribadi, jadi itu
adalah kelalaian. “ kata Sun lalu melangkat pergi. Seo Yeon hanya bisa cemberut
melihatnya.
Seo Yeon
keluar dari kamar merasakan ada kegaduhan, Sun keluar dari kamar mandi dengan
memegang perutnya. Seo Yeon bertanya apakah Sun sakit. Sun mengatakan kalau
menyalahkan Seo Yeon karena Jika membawakan
makanan pada jam 7 malam, maka tidak
akan seperti ini.
“Maaf.
Apa sakit perutmu parah? Apa Kau mau ke UGD?” tanya Seo Yeon panik. Sun mengaku
baik-baik saja tapi kembali masuk ke dalam toilet karena sakit perut.
Dae Young
akan masuk kantor, melihat si pria membawa papan “Agen Asuransi Goo Dae Young Membuat
Seseorang Berada di Rumah Sakit!” seperti sengaja mengajukan demo. Akhirnya Ia
masuk ke dalam kantor membaca pesan si pria.
“Menurutmu, siapa yang lebih rugi
ketika aku menuntut?< Permukiman naik harga. Sekarang 20 juta Won. Kau bisa Telepon
nomor ini kalau sudah punya uangnya.”
“Dae
Young, bagaimana kau bisa terjerat dengan pria itu?” keluh Managernya.
“Maaf.
Aku akan membiarkan itu tidak menyebabkan kerugian pada perusahaan.” Kata Dae
Young
“Tenangkan
dia sebelun klien kita mendengar tentang ini. Kau juga tahu bagaimana. Tanpa
kredibilitas, kau akan kehilangan semua klienmu.” Tegas Managernya. Dae Young
menganguk mengerti.
Seo Yeon
melihat Sun yang pucat dikamar ingin tahu keadaanya, Sun mengaku kalau hampir mati dan menurutnya
Ini disebut hari yang sakit karena suatu alasan. Seo Yeon meminta maaf dan
membiarkan Sun untuk istirahat.
“Apa kau Bisa
turunkan jendela ini? Itu terlalu terang. Aku terlalu lesu untuk mengangkat
satu jariku.” Ucap Sun. Seo Yeon pun menurutinya dengan menutup jendela.
Saat
keluar dari kamar, Sun kembali memanggil Seo Yeon dan Seo Yeon langsung
bergegas masuk bertanya ada apa. Sun mengatakan sekarang terlalu gelap di
kamarnya jadi meminta agar menyesuaikan sudut jendela supaya cahaya bisa masuk
sedikit, Sekitar 30 persen.
“Kau
bilang 30 persen? Apa Sebanyak ini?” ucap Seo Yeon menarik sedikit jendea. Sun
meminta agar Sedikit lagi. Setelah itu Seon menyuruh agar beristirahat.
Baru
beberapa langkah, Sun kembali memanggil Seo Yeon mengaku tidak bisa tidur, jadi
ingin membaca buku dan meminta agar diambikan buku dari perpustakaan pribadinya. Seo Yeon
ingin tahu buka apa, Sun mengatakan apa saja. Sun melihat judul buku "Pencahayaan
yang Tak Terlaksana"
“Aku
mengosongkan seluruh perutku dan tubuhku tidak bisa lebih ringan. Ini hanya akan
membuatku lebih menderita. Carikan aku yang lain.” Kata Sun. Seo Yeon mengeluh
agar Sun membaca saja.
“Katamu
kau tidak keberatan. Gara-gara kau aku jadi sakit hari ini. Meski kau bukan
asistenku, setiap manusia yang baik akan membantuku menjadi lebih baik. Begitulah
seharusnya! “ ucap Sun. Seo Yeon pun mengambilkan buku untuk Sun yang tebal
seperti kamus.
“Ini
terlalu berat. Aku tak bisa memegang buku ini dalam posisi seperti ini.Bawakan
buku yang lain.” Kata Sun.
Seo Yeon
mengambil buku lainya, Sun mengeluh kalau sudah membaca buku yang dibawa Seo
Yeon, lalu mengeluh kalau buku yang dibawa Seo Yeon Baunya seperti jamur.
Akhirnya Seo Yeon membawakan judul buku "Cara Berpikir Logis Menuju
Makanan"
“Makanan...
Buku ini mengingatkanku tentang pekerjaan. Memikirkan pekerjaan membuatku capek.”
Keluh Sun akhirnya memilih untuk berbaring.
“Aku
hanya mau tidur. Tolong simpan buku-buku ini.” Kata Sun. Seo Yeon menahan
amarah karena sudah bolak balik tapi Sun tak membacanya.
“Baiklah.
Aku hanya akan membiarkannya. Inilah kesedihan karena berhutang dan Ini jalan
untuk sekretaris pribadi.” Ucap Seo Yeon kesal.
Sun
kembali memanggil Seo Yeon lagi, mengakuk kalau merasakan virus enteritis dari
selimut ini jadi harus mencucinya. Seo Yeon mengeluh kalau sekarang harus melakukan
itu. Sun menganguk karena jika membawa
laundry maka virus mungkin menyebar ke cucian orang lain.
“Kau
Cucilah sendiri.” Ucap Sun. Seo Yeon hanya melonggo binggung melihat Sun yang
tertidur.
“Apa yang
kau tunggu? Ambilkan aku selimut baru.” Kata Sun. Seo Yeon pun mengambil
selimut untuk Sun.
Sun
kembali memangil Seo Yeon agar menginjaklah setiap sudut selimutnya saat mencucinya,
karena Cuacanya cerah, jadi akan kering dengan baik. Seo Yeon menginjak-injak
selimut mengumpat kesal, di dalam kamar mandi.
Setelah selesai ia mengeluh tubuhnya terasa sakit.
“Si gila
itu... Apa dia kehilangan akal sehatnya karena enteritis?” keluh Seo Yeon lalu
menerima telp dengan wajah panik.
Seorang
pria melihat mobil Dae Young dengan berkeliling. Dae Young mengatakan sudah
merawatnya dengan baik dan sudah mengendarainya kurang dari setahun, dan tidak
ada catatan kecelakaan.
“Berapa
banyak yang bisa kujual untuk itu? Aku ingin menjualnya sesegera mungkin.” Kata
Dae Young
“Benarkah?
Kalau mendesak, maka uang penjualan Anda akan tidak banyak.” Kata si pria. Dae
Young seperti tak bisa berbuat apapun lalu menerima telp
Dae Young
sudah duduk di depan rumah Ji Woo memberikan makan untuk anjingnya, lalu
melihat Ji Woo akhirnya pulang. Ji Woo binggung melihat Dae Young datang
kerumahnya. Dae Young mengucapkan Terima kasih, karenaTuduhannya sudah selesai
berkat Ji Woo. Ji Woo terlihat kaget.
“Aku
tidak melakukan apa-apa.” Ucap Ji Woo, Dae Young mengaku sudah tahu semuanya
dengan senyuman bahagia.
Flash
Back
Ji Woo
terihat kebingungan berbicara pada seniornya,
bertanya apakah punya uang, untuk
meminjam padaku sekitar 10 juta Won. Seniornya binggung. Ji Woo mengatakan akan
membayar setelah menerima depositnya. Seniornya ingi tahu alasan Ji Woo
tiba-tiba membutuhkan uang sebanyak itu.
“Apa
sesuatu terjadi pada ibumu?” tanya Senior, Ji Woo mengaku ini bukan tentang
ibunya.
Akhirnya
Ji Woo menceritakan yang terjadi. Seniornya kasihan karena Dae Young pasti
dalam masalah dan Ji Woo akan membayar uang penyelesaian atas namanya. Ji Woo
pikir itu wajah karena itu terjadi ketika Dae Young mencoba menyelamatkan.
“Aku tidak
tahu untuk siapa hukum itu.” Kata seniornya. Ji Woo juga mengaku punya bukti si
pria yang menyelinap menyamar sebagai wanita.
“Apa? Dia
bahkan berpakaian seperti wanita? Itu bukan perilaku normal. Apa Dia tidak
punya catatan kriminal?” tanya Senior
“Polisi
memeriksanya, tapi dia bersih. Mereka bilang jika ada catatan tentang melakukan
kejahatan serupa, pasti semuanya baik-baik saja bagi Dae Young. Kenapa kau tidak
mempostingnya di Internet? Seperti yang kau tahu, perilaku abnormal seperti itu
tidak muncul dalam semalam.”Itu cenderung menjadi kebiasaan.” Jelas senior.
Ji Woo
seperti binggung karena akan membahasnya di internet, karena Polisi tidak bisa
menemukannya, jadi tak mungkin bisa menemukannya di internet. Seniornya
menjelaskan tak perlu mencarinya sendiri tapi membuat Posting tulisan supaya
orang lain bisa membacanya.
“Pasien
tabrak lari di bangsal bedah memposting tulisan untuk mencari penabraknya secara
online. Para saksi menulis komentar yang membantu menangkap pelakunya segera.
Jadi Postinglah di komunitas online dengan banyak pengguna wanita.” Jelas
seniornya.
Ji Woo
menuliskan di posting komunitas dengan
gambar dari black box mobil Dae Young
“Dia berpakaian seperti wanita dan
berusaha menyelinap ke sebuah rumah di mana seorang wanita tinggal sendirian. Jika
ada yang melihat pria ini . atau telah menjadi korban kejahatan serupa, silakan
hubungi saya.”
Dengan
judul “Pria ini
menyamar sebagai wanita dan hanya menargetkan wanita.”
Dae Young
datang ke kantor polisi, lalu polisi memebritahu ternyata pria itu melakukan banyak
kejahatan serupa dan Belum lama sejak pria itu datang ke Seoul. Polisi menjelaskan merekan tidak
bisa memeriksa kejahatannya yang tinggal di luar Seoul.
“Anda akan
berada dalam masalah besar jika bukan karena
pelaporan secara online.” Ucap Polisi. Dae Young binggung mendengar Pelaporan
secara online.
“Para
korban wanita memposting banyak rekaman CCTV dan video online.” Ucap Polisi
memperlihatkan postingang “Pria ini menyamar sebagai wanita dan hanya
menargetkan wanita.”
“Berdasarkan
bukti ini, kami akan menyelidiki lebih lanjut tentang kasus ini.” Kata Polis
dan Dae Young melihat nama Ji Woo dibagian atas postingnya.
“Aku
melihat nama penggunanya, dan itu juga nama pengguna yang kau pakai buat
berkomentar di blogku.” Ucap Dae Young
“Aku
mempostingnya secara online karena ini tidak adil. Aku hanya beruntung saja.”
Kata Ji Woo
“Bukan
sekali, jadi Berapa banyak yang kau posting?” kata Dae Young, Ji Woo pun hanya
terdiam karena banyak sekali mempostingnya.
“Kalau
belum makan, jadi ayo kita makan. Aku akan mentraktirmu karena masalahku
terselesaikan berkatmu.” Kata Dae Young, Ji Woo terdiam.
“Apa kau
berpikir apakah aku harus repot-repot mau makan atau tidak?” ucap Dae Young. Ji
Woo mengaku tak masalah akan makan dengan Dae Young dan bertanya ingin
mentraktinya apal
“Aku akan
pergi Ke tempat kau membawaku ke restoran enak.” Ucap Dae Young.
“Tempatnya
ada banyak. Ada restoran hagfish, rebusan daging babi, mie pedas...” kata Ji
Woo dan memikirkan apa lagi yang enak.
Keduanya
akhirnya duduk disebuah restoran dengan potongan ikan diatas meja. Ji Woo
bertanya apakah Dae Young masih ingat. Dae Young mengaku pasti masih ingat dan
tak mungkin bisa melupakanya dan Ji Woo akan mulai makan lalu meminta bibi
membawakan dua mangkuk besar.
“Kami
mencampur semua bahan bersama-sama seperti ini, bukan?” ucap Dae Young mulai
memasukan potongan kubis dan ikan lalu memberikan saus, bubuk bawang putih. Ji
Woo menganguk dan mulai makan tanpa henti.
“Itu
mengingatkanku pada masa lalu. Benarkan?” kata Ji Woo. Dae Young berkomentar kalau rasanya masih
sama saja.
“Aku mencoba
ini pertama kali karenamu.” Kata Dae Young mengangkat seperti irisan rumput
laut.
“Kau
bilang Ganggang ini? Warga Busan memakan ini sebagai lauk, tapi tidak di
Seoul.” Ucap Ji Woo
“Awalnya
kupikir itu seperti rumput laut lainnya, tapi rasanya sangat berbeda.” Kata Dae
Young
Keduanya
mulai makan kembali dan tak lupa meminum soju,
Dae Young pikir saat minum alkohol, jadi ingin sup. Ji Woo pikir mereka
bisa memesan itu. Sup ikan ditaruh diatas kompor, Dae Young lebih dulu
mencicipi kuah pedas, mereka makan sangat lahap sup ikan pedas.
“Jika
kita tidak memutuskan hubungan setelah aku pulang wamil, maka kita akan terus
makan di beberapa restoran. benar, kan?” ucap Dae Young. Ji Woo hanya
tersenyum.
“Jika
sesuatu yang sulit terjadi, kita akan bahas beberapa alkohol.” Kata Dae Young
Ji Woo
bertanya-tanya apa itu Sesuatu yang sulit, lalu teringat yang dikatakan Seo
Yeon “Aku melihatnya di rumah pekuburan Ayah. Pacarnya Dae Young. Dia ada di
sana. Sama seperti Ayah.” Ji Woo ingin bicara tapi Dae Young mendahuluinya.
“Maaf
kalau aku harus melibatkanmu. antara aku dan Seo Yeon. Aku yakin kau ada alasan
yang tidak bisa kau bicarakan. Jika ada salah paham, kuharap kalian bisa
membicarakannya.” Kata Dae Young
“Aku
pernah memberitahumu terakhir kali setiap orang punya masalah yang tidak ingin
mereka bicarakan. Tapi daripada menyimpannya di dalam, kurasa akan lebih baik
untuk membiarkannya keluar. Meski melakukan itu tidak menghasilkan apa-apa, mungkin
itu bisa menyembuhkan luka. Jika kau menyembunyikan luka, itu hanya
mengada-ada.” Ucap Ji Woo
“Apa itu
pendapatmu sebagai perawat?” ejek Dae Young. Ji Woo membenarkan.
“Jadi
jika kau membutuhkan bantuanku, beri tahu aku” kata Ji Woo.
“Harusnya
kau bicara saja, jangan diam. Itu pendapatku sebagai pekerja asuransi. Ada
banyak klienku yang terhambat secara emosional.” Ucap Dae Young
“Baik.
Aku akan berusaha lebih keras.” Ucap Ji Woo berjanji.
Sun
memanggil Seo Yeon dari kamarnya, tapi Seo Yeon tak juga datang. Akhirnya ia mencoba menelp Seo Yeon dan
mendengar bunyi ponselnya dikamar, saat membuka pintu tak melihat Seo Yeon ada
dikamar. Ia bertanya-tannya kemana Seo Yeon pergi tanpa membawa ponselnya.
“Kenapa
kau tidak menelepon ketika ada di Seoul? Kapan kau kembali? Apa Kau tak
pergi-pergi lagi?” ucap ibu Seo Yeon bertemu dengan anaknya di cafe.
“Jangan
peduli.” Kata Seo Yeon. Ibu Seo Yeon mengeluh dengan anaknya yang bicara
seperti itu pada ibunya.
“Kau
kasar sekali... Apa Kau tidak facial? Kau bisa saja mirip seperti usia 40-an,
bukan 30-an. Aku akan buatkan kartu keanggotaan spa. Satu panggilan dariku dan wakil
direktur akan membawamu.” Ucap Ibu Seo Yeon melihat wajah anaknya.
“Lupakan.
Kenapa Ibu ingin menemuiku?” tanya Seo Yeon sinis
“Apa
seorang ibu butuh alasan untuk menemui putrinya?” kata Ibu Seo Yeon
“Ibuku
padahal melakukan semua itu. “ komentar Seo Yeon masih tetap sinis
“Kenapa
kau malah tidak sopan? Aku tidak percaya darah kita menarikku ke sini untuk
menemuimu.” Kata Ibu Seo Yeon
Seo Yeon
pikir maka dari itu lebih baik ibunya tak usah datang. Ibunya pikir Seo Yeon
harus menunggu sampai tua maka akan menyesal mengatakan itu, karena Keluarga adalah
satu-satunya yang tersisa dan menurutnya seorang pria itu tidak ada gunanya.
“Itu sebabnya...
Apa kau mau tinggal bersamaku?” ucap Ibu Seo Yeon. Seo Yeon kaget mendengarnya.
“Ibu
menelantarkanku untuk tinggal bersama pria lain... dan sekarang Apa Ibu mau aku
kembali pada Ibu? Kenapa? Setiap kali Ibu marah, stres, atau depresi, Apa Ibu
membutuhkan sarung tangan tinju?” ucap Seo Yeon marah
“Bisa-bisanya
kau mengatakan itu? Siapa yang menelantarkanmu? Seorang putri harus ada di sana
untuk ibunya saat dia kesal. Siapa lagi yang akan diajak bicara oleh seorang
ibu?” kata Ibu Seo Yeon membela diri.
“Kenapa
aku harus bersama Ibu? Memangnya aku sampah emosional Ibu sendiri? Yang Ibu
lakukan adalah melampiaskan kemarahanmu padaku dan meninggalkan seringan bulu,
tapi semua yang Ibu tinggalkanada di dalam diriku yang membusuk.” Ungkap Seo
Yeon marah
“Kau dan
marahmu masih sama saja. Itu sebabnya sifatmu selalu seperti itu. Kau tak akan
bisa hidup dengan baik kalau kau memperlakukan ibumu seperti itu.” Komentar Ibu
Seo Yeon.
Seo Yeon mengingat
yang dikatakan Ji Woo saat menemuinya “Aku tahu kau melakukan ini untuk
membuatku kesal. Sekarang kau tak perlu melakukan itu lagi. Karena aku tidak
akan melihatnya lagi. Aku akan segera pindah. Jadi kuharap aku tidak akan
menemuimu lagi.”
“Aku melihatnya
di rumah pekuburan Ayah. Pacarnya Dae Young. Dia ada di sana, Sama seperti
Ayah.” Ucap Seo Yeon seperti sengaja melampiskan amarahnya pada Ji Woo
“Aku baru
menyadari sesuatu... Aku tidak tahan melihat seseorang bahagia dan hanya harus
merusaknya. Aku putri Ibu yang sempurna. Aku sama seperti Ibu.” Ungkap Seo Yeon
lalu bergegas pergi. Ibu Seo Yeon terlihat binggung.
Sun
mondar mandir dikamarnya karena Seo Yeon belum pulang dan berpikir Seo Yeon meninggalkan
orang sakit sendirian hanya karena perjalanan bisnis itu, Ia mengeluh
Sekretaris macam apa yang melakukan itu,
lalu terdengar bunyi suara pintu terbuka. Sun buru-buru naik ke tempat tidur
dan memanggil Seo Yeon.
Tapi Seo
Yeon tak juga datang, lalu akan memarahin karena tak bisa tidak bisa menghubungi
asistennya dan kaget melihat Seo Yeon sedang muntah didepan toilet. Ia berpikir
Seo Yeon minum banyak sekali. Seo yeon menyuruh Sun untuk meninggalkanya saja
sendiri.
“Kenapa
kau jadikan misimu adalah membuat
hidupku sengsara?” keluh Seo Yeon sambil menangis. Sun pun hanya terdiam.
Ji Woo
membuka pintu saat bel rumahnya berbunyi. Bibi Pemilik kontrakan dan mengaku
ada masalah,karena Penyewa di sebelah mendengar tentang si mesum yang mencoba
masuk ke rumahnya, jadi merasa wilayah itu berbahaya dan ingin mengakhiri
kontrak.
“Kapan
kau bilang akan pindah lagi? Aku bisa membayar depositmu ketika aku sudah punya
penyewa baru. Masih ada waktu tersisa di kontrakmu.” Ucap Si bibi
“Itu, aku
punya masalah pribadi,. Dan mencari tempat baru untuk kutinggali.” Ucap Ji Woo
“Kalau
seperti itu, bisakah kau tetap tinggal sampai kontrakmu berakhir? Aku akan
memasang kamera keamanan di luar gedung.” Kata Si bibi. Ji Woo pun bisa
bernafas lega.
Seo Yeon
hanya berbaring dikamar. Sun berpikir keadaan Seo Yeon buruk mengaku sudah
memasak sup untuk makan dan menawarkan Seo Yeon bisa mencobanya juga Seo Yeon menolak merasa baik-baik saja. Sun
mengajak Seo Yeon keluar karena punya pekerjaan untuknya.
“Apa
lagi? Bisakan aku melakukannya nanti?” keluh Seo Yeon
“Tidak
bisa. Aku menyewa asisten karena suatu alasan. Jadi Cepatlah.” Kata Sun ketus
“Tidak
bisakah dia melihat aku sakit sekarang?” keluh Seo Yeon bangun dari tempat
tidurnya.
Semangkuk
sup kimchi dengan sujebi ada diatas meja, Seo Yeon terlihat binggung. Sun
mengaku ingin tahu apa sup pereda mabuk itu bagus untuk wanita muda, dan
menyuruh Seo Yeon makan saja. Seo Yeon
mencoba kuahnya dan merasa kalau sangat ingat dengan rasa itu.
“Apa Kau
membelinya di restoran yang pernah kuceritakan?” ucap Seo Yeon kaget.
“Itu, aku
tak sengaja pergi ke sana. Aku di sana untuk membeli hidangan lain.” Akui Sun
“Aku
sangat membutuhkan ini... Ini obat terbaikku.” Kata Seo Yeon dengan wajah
bahagia.
Sun
tiba-tiba langsung mencium Seo Yeon seperti tak bisa menahan perasaanya. Seo
Yeon terkejut mendorong Sun dan tak sengaja menyenggol mangkuknya, tangan Sun
pun terkena kuah panas. Seo Yeon panik bertanya apakah tanganya terasa terbakar
“Tapi
hatiku merasa terbakar.” Kata Sun memegang dadanya lalu mencium Seo Yeon
kembali. Seo Yeon pun hanya bisa terdiam karena Sun menciumnya.
Bersambung
ke episode 9
Semangat author,,ditunggu lanjutannya y,,🙆🙆
BalasHapus