PS : All images credit and content copyright : TVN
Ji Woo
dan Seo Yeon berjalan pulang dari belanja, tapi jarak mereka terlihat seperti
tak saling mengenal. Seo Yeon mengingat kalau lupa membeli masker tidur. Ji Woo
seperti tak peduli hanya diam saja. Seo
Yeon mengeluh karena Ji Woo membuka tirai tepat setelah bangun tidur.
“Sinar
matahari membangunkanku hari ini. Tubuhku terasa kaku karena harus tidur di
lantai. Apa Kau tak mau ikut perawatan pijat atau semacamnya?” tanya Seo Yeon
seperti ingin mencairkan suasana.
“Jalanlah
ke depan.” Kata Ji Woo, Seo Yeon terlihat binggung.
“Saat
bersama seseorang yang kau benci, aku dikasih tahu agar melihat mereka dari
belakang. Itu menurunkan kebencianmu sedikit.” Ucap Ji Woo
“Siapa
yang bilang?” tanya Seo Yeon. Ji Woo menjawab kalau itu ibunya. Seo Yeon pun
terdiam.
“Dia
bilang kalau semua orang terlihat sedikit sedih ketika melihat dari belakang.”
Kata Seo Yeon.
Seo Yeon
membersihkan rumah sambil berbicara kalau tidak pernah mengangkat jarinya
kembali pada hari itu tapi menurutnya sedang dihukum untuk melakukan ini semua.
Ia mengeluh karena ada noda yang di lantai yang tak hilang.
“Itu uang
yang hilang... Kurasa tak masalah kalau aku mengambilnya.” Ucap Seo Yeon
mencoba mengambil dengan gantungan baju.
Ia lalu
menemukan foto Ji Woo dengan ibunya di “Rumah Sakit Panti Asuhan Dallae” Seo
Yeon akhirnya menemui ibunya di rumah sakit, menatap Ibu Ji Woo yang mengunakan
seragam rumah sakit, tapi Ibu Ji Woo seperti tak mengenalnya berjalan berlalu
begitu saja.
“Ibu...”
ucap Seo Yeon menahan tangan Ibu Ji Woo, tapi Ibu Ji Woo tak mengenalnya malah
meminta maaf dan langsung masuk ke dalam ruangan.
Ji Woo
keluar dengan anjingnya, Dae Young keluar dari mobil bertanya apakah Ji Woo
akan keluar untuk jalan-jalan. Ji Woo menganguk
dan melihat senyuman di wajah Dae Young, mengartikan kalau temanya itu
sudah menjadi manajer cabang sekarang.
“Selamat.
Apa promosimu terasa nyata sekarang?” kata Ji Woo
“Tidak,
aku berhenti.” Ungkap Dae Young, Ji Woo kaget mendengarnya.
“Aku
pergi untuk melakukan apa yang membuatku bahagia.” Akui Dae Young
“Kenapa?
Apa lagi sekarang? Bagaimana dengan promosi dan apa yang membuatmu bahagia?”
tanya Ji Woo binggung.
“Aku yakin
banyak yang mau kau tanyakan... Aku haus, jadi ayo kita mengobrol sambil minum.”
Ajak Dae Young.
Keduanya
duduk di cafe, Ji Woo ingin tahu alasan Dae Young malah berhenti ketika
ditawari promosi dan mendengar tim Sun dibubarkan. Ia bertanya apakah Dae Young
tak menyesalinya. Dae Young mengaku belum puas menjadi konsultan asuransi untuk
sementara waktu.
“Saat
hari itu, itu bermanfaat untuk membantu klienku mengklaim asuransi mereka. Aku
senang membantu mereka selama masa-masa sulit. Lalu aku mulai menyadari
kebenaran. Kekosongan yang ditinggalkan oleh orang yang dicintai tidak dapat
diisi dengan semua uang di dunia ini.Dan juga, itu mengingatkanku pada masa
kuliahku.” Kata Dae Young
“Aku
pernah merindukan Piala Dunia 2006, kan? Itu sebabnya aku memutuskan untuk
tidak menunda hal-hal yang ingin aku lakukan. Kau tidak pernah tahu apa yang
akan terjadi. Apa yang ingin kulakukan sekarang adalah mengirim makanan kepada
kepala rumah tangga.” Jelas Dae Young
“Kenapa? Apa
Kau tahu kalau aku berhenti dari pekerjaanku yang menyedihkan?” tanya Dae Young
melihat Ji Woo hanya terdiam.
“Tidak...
Aku mengagumimu karena membuat keputusan itu pada usia kami. Kerja bagus.” Ucap
Ji Woo memuji.
Seorang
wanita menyapa “Kacang” yang sudah lama tak bertemu. Dae Young binggung sambil
berbisik apakah ada Seseorang selain dirinya yang memanggil Ji Woo seperti itu.
Si wanita langsung pamit pergi pada anjing Ji Woo yang dipakai kacang.
“Apa namanya
juga Kacang?” tanya Dae Young kaget. Ji Woo membenarkan.
“Mungkinkah...”
kata Dae Young mengingat sesuatu.
Flash Back
Dae Young
menatap anjing yang ada di etalase, Ji Woo diseberang jalan melihat Dae Young
langsung berteriak melambaikan tangan, terlihat wajahnya sangat bersemangat.
Dae Young menatap Ji Woo yang menyebrang jalan.
“Hai, Dae
Young. Kapan kau sampai di sini? Kenapa kau tak menelepon? Apa Kau sedang dalam
perjalanan pulang atau ke kampus?” tanya Ji Woo terus berbicara.
“Bernapaslah
dulu... Aku kemari untuk mengambil barang-barangku. Kau juga dengar kalau pekan
depan aku sudah masuk wamil.” Ucap Dae Young. Ji Woo menganguk.
“Kacang,
ini hari terakhir kita hari ini.” Ungkap Dae Young sedih
“Kenapa
kau bilang begitu seperti kita tidak akan pernah bertemu lagi?” ucap Ji Woo
sedih
“Apa?
Maksudku dia.... Dia kecil, menggemaskan, dan makan banyak sepertimu. Itu sebabnya
aku memanggilnya Kacang.” Kata Dae Young menunjuk ke arah etalase. Ji Woo
seperti salah mengira.
“Bolehkah
aku minta bantuanmu?” kata Dae Young. Ji Woo ingin tahu apa itu.
“Anak
anjing lainnya semuanya sudah diadopsi, tapi dia masih di sini seperti
ditelantarkan.” Cerita Dae Young sedih. Ji Woo baru melihat dan merasa kasihan.
“Bisakah
kau perhatikan anak anjing itu dan menulis surat untukku ketika sudah diadopsi?”ucap
Dae Young memohon
“Pasti
aku akan melakukannya. Kapan kau akan ke rumah orang tuamu?” ucap Ji Woo
“Besok.
Aku menuju ke pangkalan dari sana.” Kata Dae Young. Ji Woo terlihat sedih
karena mendengar Besok Dae Young akan pergi.
Dae Young pun berpesan agar kacang berhati-hati, Ji Woo menatap sedih ke
arah anjing.
Dae Young
dan Ji Woo pulang bersama, terdengar keributan didalam rumah. Jin Seok dan
Byung Sam saling berteriak, Jin Seok tak ingin disentuh tapi Byung Sam pikir
kalau ini bukannya terlarang. Jin Seok berteriak mengumpat.
“Kau brengsek.
Jangan sentuh milikku!.. Kau harus pelan-pelan.” Teriak Jin Seok
“Menurutmu
apa yang dia sentuh?” balas Byung Sam.
Dae Young menatap binggung di depan pintu ingin tahu apa yang mereka
lakukan.
Ji Woo
dan Dae Young akhirnya masuk ke dalam, Byung Sam dan Jin Seok saling
bertumpukan dilantai. Jin Seok berteriak agar tak menyentuhnya, Ji Woo malu
menatap keduanya masuk sambil menutup matanya. Dae Young akhirnya bertanya apa
yang mereka lakukan, akhirnya Jin Seok bisa keluar dari cengkraman Byung Sam.
“Dia
menginginkan konsol game. Dae Young, tidak bisakah aku mengambilnya?” ucap Jin
Seok mendekap game dalam pelukna.
“Kami
semua ingin membelinya.” Kata Byung Sam. mengeluh Jin Seok itu sedang bercanda.
“Kenapa
kau malah mengambilnya ketika kami semua mau beli juga? Aku juga bayar banyak
untuk ini.” Tegas Byung Sam.
“Kau itu
punya banyak uang, jadi belilah yang baru. Aku ini miskin, jadi biarkan aku
memilikinya.” Kata Jin Seok
“Aku tak
pernah mengharapkanmu menjadi miskin, jadi kenapa malah aku? Serahkan.” Kata
Byung Sam.
“Inilah
bagaimana rasanya mengawasi anak-anak memperebutkan aset.” Komentar Dae Young
melihat dua temanya.
“Dasar
bodoh! Apa Kalian sebut diri kalian teman? Kalian juga tahu situasi Dae Young. Dia
bekerja untuk pergi ke Jerman, tapi dia harus membayar hutang ayahnya dengan
itu. Dia mendaftar hanya karena tidak punya uang untuk biaya kuliah. Dan Yang
kalian lakukan cuma bertengkar demi konsol game saat kalian harus mencoba
menjualnya untuknya.” Kata Sung Joo marah
“Maafkan
aku, Dae Young... Kami memang salah.” Ucap Jin Seok dan Byung Sam. Dae Young
senang karena keduanya langsung menyadarinya.
“Dae Young,
sepupuku membeli furniture untuk rumah barunya. Haruskah aku minta dia membeli
lemari itu?” kata Sung Joo menunjuk ke arah lemari kayu.
Dae Young
mengucapkan terima kasih dan Sung Joo mengajak agar bersama-sama mengangkatnya.
Jin Seok masih memegang game ditanganya, Byung sam mengeluh kalau mereka harus
saling membantu sebagai teman. Jin Seok pun menaruh games di lantai.
“Wah...
Apa itu? Ternyata ada yang sudah muntah.” Jerit Ji Woo sambil menutup hidungnya
saat mereka mengeser lemari dari dindig.
“Siapa
itu? Siapa yang melakukan ini? Kalau dilihat, itu sudah ada beberapa waktu yang
lalu.” Kata Dae Young melihat muntahan pada dinding.
“Tidak
heran aku tidak bisa mengeluarkan bau aneh itu. Aku berpikir itu bau Byeong
Sam. Coba Lihat. Itu aromamu! Ketiga kalinya Ji Woo menolakmu, kau muntah
setelah ditolak.” Kata Jin Seok menunduh.
“Saat kau
ditolak dan dipukuli oleh Seo Yeon, kau juga muntah setelah merasa sia-sia.
Coba Lihat mie itu?” balas Byung Sam dan Jin Seok juga ikut makan ramyeon.
“Bagaimana
kita bisa tahu siapa yang melakukannya ketika banyak sekali orang muntah?
Kurasa aku tak bisa menjual ini pada sepupuku. Aku juga yakin kau tidak akan bersikeras
menjualnya.” kata Sung Joo menutup hidungnya.
“Ayo kita
bersihkan.” Kata Dae Young kesal menendang bokong temanya dengan kesal.
Ji Woo
menopang dagu di kamarnya dengan wajah sedih, Seo Yeon berdiri di balkon
melihat Dae Young yang Ternyata merokok. Ji Woo tak percaya lalu melihat dari
balkon. Seo Yeon yakin kalau itu Dae Young sedang duduk sendirian sambil
menghisap rokok.
“Sungguh
menyedihkan. Maksudku, dia bukan satu-satunya yang bergabung dalam wamil.” Ejek
Seo Yeon
“Jangan
berani mengatakan hal seperti itu di depannya.” Tegas Ji Woo memperingati Seo
Yeon
“Kudengar
dia memberikan semua uangnya pada orang tuanya. Dia masuk wamil karena tidak
punya uang untuk membayar biaya kuliahnya.” Ucap Ji Woo membela
“Lalu?
Entah itu awal atau akhir, dia harus tetap menjalankan tugas militernya.
Kuharap dia bisa menikmati sisa waktunya sebelum berangkat wamil.” Komentar Seo
Yeon. Ji Woo menatap sedih melihat Dae Young yang sedih.
Di
lapangan sudah banyak orang, Dae Young heran karena tak tahu Ji Woo bisa mengumpulkan orang-orang dilapangan. Seo
Yeon memberitahu kalau Ji Woo sudah menelepon di sana-sini sejak pagi.
“Dia
membuat keributan, mengatakan aku harus
berpartisipasi sebagai maskot. Dia bilang kita harus melakukan ini sebelum kau
pergi.” Kata Seo Yeon.
“Kita
ambil foto saja... Kau bawa kameranya, 'kan?” ucap Ji Woo tak ingin Seo Yeon
terus mengoceh.
Seo Yeon
mempersiapkan kamera dan juga tripod, lalu mereka berenam foto bersama sebagai
kenang-kenangan sebelum Dae Young berangkat wamil.
Pertandingan
dimulai, Ji Woo bahagia melihat Dae Young bermain bola. Sung Joo tiba-tiba berteriak
mengeluh kesakitan. Dae Young melihat kalau Sung Joo itu tersandung sendirian
saat menendang bola, lalu memanggil Ji
Woo. Ji Woo pun bergegas membawa kotak P3K.
“Kurasa
dia tidak bisa lari. Kami tidak bisa lanjut karena angkanya tidak cocok.” Ucap
Byung Sam dan Jin Seok
“Aku pikir
akan bermain sepak bola sebentar.” Kata Dae Young sedih
“Aku akan
main.” Ucap Ji Woo, semua kaget mendengarnya. Ji Woo pikir itu karena ia juga
anggota klub.
“Tidak
ada aturan yang melarang wanita bermain.” Kata Ji Woo mengambil seragam yang
dipakai Sung Joo
“Bagaimana
dengan perawatannya?” tanya Sung Joo, Ji Woo memberikan semportan karena Sung
Joo hanya terkilir sedikit
Akhirnya
permainan di mulai, Ji Woo terlihat pandai mengocek bola bermain bersama Dae
Young dkk. Seo Yeon melihat dari bangku taman mengelu pada Ji Woo yang mungkin
membuat gol dan menyoraki dirinya sendiri.
“Lee Ji
Woo, kau keren!” teriak Sung Joo bahagia melihat pemain pengantinya.
“Dae
Young... Jadilah seorang pria dan buatlah gol yang luar biasa!” teriak Sung Joo
melihat Dae Young sedang mengiring bola.
“Benar, jangan
lewatkan kesempatan ini.” Kata Byung Sam ikut mendukung.
“Bisnis
ayahmu bangkrut, tetapi kau harus mencetak gol.” Ucap Ji Woo.
Akhirnya
bola ditendang oleh Dae Young ke arah gawang, tapi melesat jauh ke atas gawang.
Peluit tanda pertandingan berakhir, Dae Young terlihat sedih sementara Tim
lawan yang menang akan minum untuk merayakannya.
“Ah,
kenapa mereka malah mengatakan hal yang tidak berguna?” ucap Ji Woo marah
“Menyedihkan...
Padahal sudah sangat dekat. Lagipula, ini tidak bisa lebih buruk daripada
kehilangan kesempatan untuk menonton Piala Dunia.” Kata Jin Seok
“Benar,
masalah sebesar ini tidak bisa dibandingkan dengan situasimu saat ini, jadi
semangatlah.” Ucap Sung Joo
“Kau akan
bisa bermain sepak bola sepuasnya setelah kau masuk wamil. Kau pandai bermain
sepak bola, jadi kau akan dipuja. Jika sulit menunggu sampai saat itu,haruskah
kita memainkan satu permainan lagi?”ucap Byung Sam
“Lupakan
tentang sepak bola. Ayo kita makan...”ajak Ji Woo penuh semangat.
Mereka
pergi ke tempat seperti berada di atas gunung dengan mata air yang jernih. Jin
Seok heran mereka datang jauh-jauh ke sini, Ji Woo memberitahu kalau mereka bisa
sepenuhnya menikmati baeksuk ketika memakannya di tempat seperti ini.
“Kau mungkin
akan pergi ke Pyongyang untuk makan Pyongyang naengmyeon.” Ejek Sung Jo
“Apa yang
salah dengan itu?” komentar Byung Sam membela Ji Woo.
“Permisi,
bisa pesan bebek baeksuk, ayam rebus pedas, dan salad acorn jelly.” Kata Ji Woo
lalu bergegas untuk pergi ke toilet lebih dulu.
Ji Woo
baru keluar dari toilet, Seo Yeon sudah menunggu mengejek Ji Woo mau sampai
kapan akan menjadi anak-anak. Ji Woo terlihat binggung. Seo Yeon tahu kalau Dae
Young pergi ke rumah orang tuanya hari ini dan itu artinya akan bisa melihatnya
lagi ketika sudah selesai dengan tugasnya.
“Bukankah
seharusnya kau menghabiskan waktu sendirian bersamanya?” kata Seo Yeon kesal
“Kenapa
aku harus menghabiskan waktu sendirian bersamanya? Aku bahkan bukan pacarnya.”
Ucap Ji Woo merasa tak ada yang salah.
“Lalu
kenapa kau menyebabkan kerepotan seperti itu ketika kau bahkan bukan pacarnya? Kau
mengatur pertandingan sepak bola dan bermain sepak bola sendiri. Aku tahu kau
membawa kami ke sini untuk memberinya udara segar.” Kata Seo Yeon melihat sikap
Ji Woo
“Bukan
itu... Aku ingin bermain sepak bola dan juga makan bebek baeksuk.” Tegas Ji Woo
mengelak rasa sukanya.
“Dasar
Kau bodoh... Apa Kau pikir ini yang dia inginkan?” ucap Seo Yeon.
“Lalu
apa? Dia yang paling bahagia saat bersama teman-temannya.” Kata Ji Woo yakin.
Seo Yeon mengeluh pada kakak tirinya itu yang benar-benar bodoh.
Tiga menu
makanan ditaruh diatas meja, semua terlihat sangat nikmat. Dae Young sudah siap
makan menu ayam pedas lebih dulu. Ji Woo menahanya menyuruh Dae Young agar Makan
bebek baeksuk dulu.
“Ayam
rebus punya rasa yang kuat, sehingga jika kalian makan bebek baeksuk, kalian
tidak bisa menikmati rasanya.” Jelas Ji Woo
“Seperti
inilah kau... Aku akan merindukan komentarmu setelah masuk wamil.” Kata Dae
Young. Akhirnya mereka mulai makan bebek lebih dulu.
“Dada bebek
punya rasa paling ringan, jadi lebih baik menikmatinya dulu. Aku akan memotong
bagian ini dan celupkan ke dalam sup agar lembab.” Ucap Ji Woo memberikan
potongan daging untuk Dae Young.
Dae Young
mulai mencobanya, lalu berkomentar Rasanya ringan dan enak. Ji Woo lalu
memberikan paha ayam dengan berpesan agar Jangan ambil semua pahanya tapi Ambil
dagingnya dan taruh ke piring, Dengan begitu, sup akan menjadi lebih dalam saat
tulangnya mulai mendidih.
Byung Sam
sudah siap meminta Ji Woo untuk memberikan daging padanya, tapi Ji Woo malah
lebih melayani Dae Young dengan memberikan daging bebek.
“Saat
kalian sudah bosan dengan daging bebek, ambil irisan lobak acar.” Ucap Ji Woo
mulai membuat bungkusan dari lobak
“Kalian
bisa Taruh daging bebek dan sayuran di atasnya. Lalu Bungkus dan celupkan ke
saus mustard.” Jelas Ji Woo lalu memberikan pada Dae Young.
“Tidak
perlu kita pesan makanan crepe bebek.” Kata Ji Woo dan Dae Young memuji buatan
Ji Woo memang enak.
“Sekarang,
kita beralih ke ayam rebus. Kaki kiri ayam ini lebih enak. Sebagian besar ayam
punya kebiasaan berdiri dengan kaki kiri. Jadi kaki kiri mereka lebih besar dan
lebih kencang.” Ucap Ji Woo kembali memberikan daging untuk Dae Young.
Dae Young
melihat daging yang besar lalu mengucapkan terimakasih, setelah itu berkomentar
kalau terasa sangat alami tapi sedikit pedas. Ji Woo menahan Dae Young yang
ingin minum air, karena menurutnya Kalau merasa pedas,maka lebih baik makan sup
dari menu bebek.
“Rasa
Pedasnya nanti akan perlahan mereda.” Ucap Ji Woo memberikan mangkuk berisi
kuah. Dae Young pikir kalau dalam kuahnya ada terlalu banyak lemak.
“Ada
pepatah dari nenek moyang kita. "Jangan makan daging sapi meski itu gratis, makanlah daging babi hanya
jika itu gratis, dan makanlah bebek meski kau harus membayarnya." Itu
semua karena lemak itu... Lemak bebek baik untukmu.” Kata Ji Woo menjelaskan..
Dae Young berkomentar kalau rasanya memang enak juga.
“Ayo
makan nasi... Aku akan letakkan daging yang tersisa ke satu sisi.” Kata Ji Woo
lalu memsan dua deluxe nasi dan dua nasi putih.
“Kenapa
pesan dua jenis nasi?” tanya Dae Young heran.
“Nasi
deluxe terbaik dimasak dengan kaldu menjadi bubur. Sementara Saus ayam pedas lebih
baik bersama nasi biasa.” Kata Ji Woo dengan sigap mengaduk nasi dengan dua
tanganya.
“Sudah
Selesai... Makan nasi goreng ini dulu... Maka kau bisa selesaikan dengan bubur
sebagai makanan penutup.” Ucap Ji Woo
“Kau
memang terbaik... Kebanyakan orang makan buah untuk pencuci mulut, tetapi kau
lebih suka bubur.” Kata Dae Young memuji.
“Nasi
goreng...” ucap Ji Woo dan langsung dihentikan oleh Seo Yeon meminta agar
berhenti.
“Berapa
banyak lagi tips makan yang mau kau bagikan? Aku sudah menulis semuanya.” Kata
Seo Yeon menuliskan lembaran kertasnya.
“Telur
rebus sebelum bebek pedas. Lalu daging Bebek dimakan dulu, Celupkan dada bebek
ke dalam kaldu. Makan dagingnya dan tinggalkan tulangnya dalam kaldu. Bungkus
dagingnya bersama lobak acar. Kaki kiri ayam rasanya lebih enak. Minumlah kaldu
jika terlalu pedas. Buat bubur dengan nasi deluxe. Buat nasi goreng pedas dengan
nasi biasa. Makan nasi goreng dulu. Buburnya adalah makanan penutup.” Kata Jin
Seok terus mengoceh. Jin Woo hanya bisa terdiam.
“Dae Young,
kau boleh makan sisa dagingnya, Kau akan membutuhkan energi untuk berlatih. Kau
tidak hanya masuk wamil, tapi Kau hanya dipaksa saja. Ketika hatimu sakit, yang
terbaik adalah makan dengan baik.” Ucap Byung Sam
“Benar.
Para orang tua tentara lainnya akan berkunjung dengan membawa banyak makanan.
Tapi Orang tuamu tidak akan bisa berkunjung. Aku akan keluarkan tulangnya.”
Ucap Jin Seok
“Hei, dia
kehilangan uang yang dia tabung. Apakah kau harus menyebutkan tulang? Dae
Young, aku akan minta maaf sebagai gantinya.” Kata Sung Joo.
Ji Woo
melihat suasana jadi sedih akhirnya mengajak pergi untuk mencerna makanan yaitu
karaoke.
Mereka
akhirnya masuk ke dalam karaoke, Sung Joo dan Jin Seok saling adu jawab. Jin
Seok bertanya Nomor untuk lagu "Coward"? Sung Joo menjawab dengan
cepat “45151.” Lalu Ji Seok bertanya "Sad Love"? Sung Joo dengan
cepat “5830.” Jin Seok mengejak Sung Joo itu tak memakai otak itu untuk belajar
“Hei,
matahari sudah terbenam. Apa Kau tak keberatan masih jalan-jalan seperti ini?
Apa Kau tak akan menyesalinya? Dae Young akan segera berangkat.” Keluh Seo Yeok
kesal dengan sikap Ji Woo.
“Diamlah.
Kau ikut bernyanyi dan menari juga.... Secara energik.” Tegas Ji Woo. Seo Yeon
bingung untuk apa melakukan itu.
“Aku
capek mengikutimu terus.” Kata Seo Yeon. Ji Woo memberikan tawaran kalau Seo
Yeon bebas dari tugas membersihkan kamar mandi.
Seo Yeon
akhirnya mulai menyanyi lagi Girl Band dan semua pria terlihat bersemangat, Ji
Woo bisa mengubah suasana menjadi senang, tapi setelah itu Sung Joo malah
menyanyikan lagi sendu tentang perpisahan.
“Dae Young,
ini dua tahun untuk kita... Hati-hatilah. Kami akan segera bergabung denganmu.”
Ucap Sung Joo, Yang lainya pun memberikan semangat.
Sung Joo
kembali menyanyi lagu sedih, Wajah Dae Young pun ikut sedih. Ji Woo tiba-tiba
menekan remote lalu meminta maaf kalau tak sengaja menekan cancel, lalu menarik
Seo Yeon agar bernyanyi. Seo Yeon mulai
menyanyi lagu Idol, mereka kembali bersemangat.
Dae Young
juga akhirnya bisa tersenyum, Byung Sam ikut menyanyi tapi malah menyanyikan
lagu perpisahan yang membuat Dae Young kembali sedih. Ia meminta agar Dae Young
bisa menuliskan pesan untuknya saat pergi.
“Dae
Young, aku akan menulis untukmu juga..” ucap Byung Sam,
“Kau bisa
menonton Piala Dunia di TV.” Kata Sung Joo.
Byung Sam tetap menyanyi dengan nada sedih, akhirnya Ji Woo kembali
menekan remote.
“Maaf.
Aku tak bisa lihat apa yang kutekan... Tidak bisakah kita bernyanyi sesuatu
yang bersemangat? Tolonglah jangan turunkan mood.” Ucap Ji Woo dengan tatapan
sinis.
“Dae
Young, aku menyiapkan sesuatu.... Masuklah... Sapalah. Ini Dario.” Kata Jin
Seok mengajak temanya masuk.
“Dia
orang Jerman dan bernyanyi di ruang sebelah. Kau mungkin tidak bisa pergi ke
Jerman untuk Piala Dunia, tapi kau setidaknya bisa bicara dengan orang Jerman.”
Kata Jin Seok. Byung Sam pun mengajak Dario untuk duduk bersama.
“Dia
sudah terdaftar wamil dan tidak nonton Piala Dunia.” Kata Byung Sam. Ji Woo makin
kesal dengan Byung Sam
“Kenapa
kau masuk wamil, bukan pergi ke Jerman?” tanya Dario.
“Dia
menghabiskan uang yang ditabung.” Jawab Sung Joo.
“Benarkah?
Kenapa kau tidak minta ke ayahmu?” tanya Dario.
“Dia
tidak bisa, karena Bisnis ayahnya bangkrut.” Ucap Jin Seok. Dario ingin tahu
kenapa itu bisa terjadi.
“Coba Lihat,
ayahnya awalnya bukan seorang pengusaha. Seorang teman membawanya ke dalam
masalah. Itu kisah sedihnya.” Cerita Byung Sam.
Dae Young
tak bisa menahan rasa sedihnya memilih untuk minum. Ji Woo yang melihatnya jadi
makin sedih dan memilih untuk keluar dari ruangan.
“Mereka
terus saja bikin suasana hati menurun. Seharusnya aku membuat mereka tak
bersemangat dulu. Bagaimana sekarang? Apa yang harus kulakukan untuk membuat
Dae Young bahagia? Dia suka bermain game, Berarti kita harus pergi ke warnet.”
Ucap Ji Woo memikirkan tentang Dae Young lalu keluar dari ruangan.
Tapi Dae
Young sudah menunggu didepan toilet, mengajak untuk mereka pergi mencari udara
diluar. Ji Woo terlihat gugup menganguk setuju. Dae Young pun menarik tangan Ji
Woo keluar dari ruang karaoke. Saat itu
Seo Yeon melihat Dae Young yang mengajak Ji Woo pergi.
“Dae
Young pergi ke mana? Dario baru saja bicara banyak.” Tanya Jin Seok ikut keluar
ruangan.
“Mungkin
ke toiket... Ayo masuk ke dalam.” Kata Seo Yeon mengajak masuk.
“Kami
kehabisan waktu. Dario mengundang kami untuk bergabung dengan teman-temannya.”
Ucap Byung Sam.
Seo Yeon
tak ingin meganggu berteriak meminta tambahan satu jam lagi untuk
bersenang-senang dan mendorong semua untuk kembali ke dalam.
Keduanya
sudah ada didepan tempa karaoke, Ji Woo pikir kalau Di dalam agak pengap, Dae
Young menghentikan Taksi dan meminta agar diantar ke Cheonggyecheon. Ji Woo
kaget kalau mereka akan pergi ke Cheonggyecheon.
“Apa Kita
akan sejauh itu untuk cari udara?” tanya Ji Woo
“Ayo
lakukan apa yang ingin aku lakukan sebelum masuk wamil.”kata Dae Young. Ji Woo
bertanya apa yang ingin dilihat Dae Young
“Mereka
membuka kembali aliran beberapa waktu yang lalu. Aku harus melihat barak tentara
yang sama setiap hari. Aku ingin melihat sesuatu yang cantik sebelum aku pergi.”
Jelas Dae Young. Ji Woo pun menganguk setuju.
“Aku juga
ingin melihat Cheonggyecheon baru.” Kata Ji Woo penuh semangat.
Keduanya
berjalan di taman Cheonggyecheon yang terlihat indah di malam hari, sangat
Bagus dan keren. Lalu saat berjalan tak sengaja punggung tangan mereka saling
bersentuhan. Suasana terasa cangung, akhirnya Ji Woo hanya bisa tersenyum dan
akhirnya memilih kembali berjalan.
Mereka
menyeberangi sungai dengan menaiki batu-batu yang berjajar. Ji Woo berjalan dibelakang
Dae Young, tiba-tiba Dae Young mengulurkan tangan agar mereka bisa berpegangan
untuk menyeberang sungai. Ji Woo pun menyambutnya untuk berjalan memegang
tangan Dae Young.
Mereka
pergi ke sebuah pameran, lalu melihat sebuah tulisan “Nama yang Ingin Kau
Panggil Secara Rahasia -Oleh Na Tae Joo”
[Memiliki
nama yang ingin kau panggil secara rahasia itu sangat menyenangkan.]
Keduanya
terdiam melihat puisi didepanya, seperti perasaan mereka sekarang. Akhirnya Dae
Young mengajak Ji Woo untuk pergi.
Mereka
kembali berjalan menyusuri sungai, Dae Young menatap Ji Woo yang ada disampingnya terkenang kembali
kebersamaan dengan teman kuliahnya.
Saat
pergi ke Busan, Ji Woo sampai malam hari mencari gantungan kunci yang terjatuh
di laut. Ji Woo bahkan meminta maaf karena menghilangkan hadiah pemberiannya.
Ketika
bermain bola, Dae Young terjatuh. Ji Woo panik melihatnya dan langsung memarahi
pemain lawan, padahal Dae Young mengaku tak terluka. Ji Woo terluka. Mereka
juga menghabiskan tahun baru bersama walaupun hanya ada diatap rumah.
"Memiliki nama yang ingin kau
panggil secara rahasia itu sangat menyenangkan. Memiliki seseorang yang ingin
kau pikirkan adalah hal yang bahagia tapi menyedihkan." Gumam Dae
Young
Ji Woo
mengingat kenangan Dae Young yang berjalan disampingnya. Saat Dae Young yang
memegang tanganya karena mengalami gangguan pencernaa dengan memijatnya. Ji Woo
panik langsung menarik tanganya. Dae Young bersikukuh kalau itu yang dulu biasa
dilakukan ibunya.
Ketika di
Busan, Dae Young memberikan gantungan kunci saat menang bermain. Ji Woo tak percaya kalau Dae Young mau
memberikan untuknya. Mereka pun menghabiskan permen kapas yang membuat
canggung.
"Memiliki seseorang yang ingin
kau pikirkan sebelum tidur dan memiliki seseorang yang kau inginkan terbangun
setelah berpikir tentanghal yang bahagia tapi sepi." Gumam Ji Woo
Bersambung ke part 2
Wah ceritanya sangat menarik nih. Terimakasih yaa. Jangan lupa kunjungi kami http://bit.ly/2wfsXyj :)
BalasHapus