PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Jumat, 03 Agustus 2018

Sinopsis Familiar Wife Episode 1 Part 1

PS : All images credit and content copyright : TVN

Layar besar di Kota Seoul “Berikutnya adalah berita sains. Tipe bintang X, bintang tetap Off,yang berjarak 68 tahun cahaya dari Bumi, dengan cepat menjadi lubang hitam  karena kini bintang itu terdisipasi. Komunitas astronomi terkejut dengan kecepatan  proses disipasi bintang itu.
“Mereka memantau dampaknya pada gaya tarik gravitasi antara bulan dan Bumi. Mereka yang mengawasi perubahan gaya tarik gravitasi mengkhawatirkan kemungkinan terjadinya gempa bumi atau tsunami.”
Sebuah mobil berjalan menuju "Jangwon" lalu masuk ke sebuah pintu tol dengan membayar 500 won. Mobil itu berjalan dengan cepat di jalan yang lurus. 

Pagi hari sebuah mobil berjalan menyalip ke kanan dan kiri, Cha Joon Hyuk mengemudikan mobilnya dengan cepat.
“Dunia ini penuh hal-hal aneh. Stroberi musim dingin yang tumbuh di rumah kaca lebih enak daripada stroberi musim panas. Bunga forsythia bermekaran di tengah musim dingin. Pembuatan koin satu sen biayanya tiga sen. Jumlah aset nonaktif yang tidak diklaim mencapai lebih dari 1,4 miliar dolar.”

Joo Hyuk melirik ponselnya yang terus berdering, teringat kembali yang dikatakan temanya  Mobil nomor 4885 telah memasuki Bandara Incheon dan Ponselnya tidak aktif. Joo Hyuk berusaha mengambil ponselnya, tapi malah membuatnya kecelakaan. Dan ponselnya tetap berdering dengan mata setengah sadar melihat papan nama "Bandara Incheon"
“ Di antara semua hal-hal aneh di dunia, hal teraneh adalah cinta. Kita menikah karena mencintai pasangan. Tapi pasangan bisa menjadi musuh yang menyebalkan. Dan Lebih lagi, kita bertemu banyak musuh dalam hidup kita. Tapi hal terkuat dan paling mengerikan adalah... “ gumam Joo Hyuk menatap ponselnya nama "Istri" terlihat dilayar.
Menurutnya yang paling mengerikan adalah istrinya, lalu Joo Hyuk pun tak sadarkan diri. 


[Episode 1 - "Ada monster di ranjangku yang memukuliku"]
[16 jam sebelum kecelakaan]
Joo Hyuk tidur dengan dua anak dan istrinya. Satu anak bayinya menangis, Sang istri Seo Woo Jin dengan setengah sadar menganti popok anaknya. Jam setengah empat pagi, Woo Jin tersadar kalau anak pertamanya tak ada disampingnya.
“Hei, jaga anak-anak.... Jangan tidur...” ucap Woo Jin mengendong anaknya yang terjatuh lalu menaruh di samping pelukan Joo Hyuk.
Joo Hyuk kembali tidur, Woo Jin mendorong wajah Joo Hyuk agar Jangan mendengkur. Jam empat kurang, posisi Joo Hyuk sudah berbalik arah. Anak keduanya kembali menangis, Woo Jin membangukan Joo Hyuk agar memberikan susu. Joo Hyuk pun dengan mata tertutup memberikan susu untuk anaknya. 

Keduanya akhirnya bisa tidur pulas, jam 8 pagi mereka membuka mata dan terlihat panik. Keduanya panik karena terlambat, Woo Jin bergegas menganti pakain anaknya, Joo Hyuk masuk ke dalam kamar mandi mencari kemeja. Woo Jin sambil mempersiapkan semua perlengkapan anaknya menyuruh Joo Hyuk mencari di lemari.
“Tidak ada kemeja.” Kata Joo Hyuk, Woo Jin menyuruh agar mencari di teras. Joo Hyuk berlari mencari pakaianya dan ternyata tak menemukan.
“Apa Tidak bisa pakai yang kotor?” kata Woo  Jin. Joo Hyuk mengeluh istrinya yang belum mencuci
“Aku tidak sempat!” ucap Woo Jin mempersiapkan anaknya. Joo Hyuk kesal istrinya yang selalu saja begini lalu mencoba mengambil parfum.
Woo Jin melihat jam, meminta Joo Hyuk agar mengantar anak mereka karena sudah ketinggalan bus. Joo Hyuk menolak karena sudah terlambat. Dan bisa dipecat. Woo Jin kesal kalau dia juga terlambat. Joo Hyuk meminta maaf dengan bergegas pergi lebih dulu.
“Ada rombongan yang akan pijat nanti. Apa Kau bisa menjemput anak-anak?” ucap Woo Jin
“Entahlah. Coba Lihat nanti” kata Joo Hyuk lalu bergegas mencari ponselnya.
“Kau harus Kabari aku. Aku harus beri tahu guru jika kau tidak bisa menjemput... Paham?” kata Woo Jin. Joo Hyuk berlari mengaku tidak dengar.
“Kabari aku nanti... Jangan lupa kabari aku!” teriak Woo Jin dengan nada tinggi. 


Joo Hyun panik berlari masuk ke dalam kantor, lalu menaruh tas dan jas nya di luar dan berpura-pura sedang minum kopi dengan mengambil bekas gelas kopi dari tempat sampah. Yoon Jong Hoo melihat Joo Hyuk datang sengaja mengeluarkan kotak uang, tapi Saat akan duduk, Tuan Byun Sung Woo menghentikan Joo Hyuk.
“Tetap di situ, jangan bergerak.” Ucap Tuan Byun lalu menyuruh Joo Hyuk agar berbalik.
“Jadi, kau bertingkah seolah sudah mengisi daftar hadir dan menyempatkan diri membeli kopi, ya?” sindir Tuan Byun. Joo Hyuk membenarkan.
“Baiklah. Minggir.... Tapi aku tidak melihat tasmu Atau jasmu. Lalu kenapa kau berkeringat? Tapi kotak koinmu sudah di luar.” Kata Tuan Byun curiga.

“Yoon Jong Hoo.... Pasti kamu yang mengeluarkannya, kan?” ucap Tuan Byun. Jong Hoo terlihat kebingungan.
“Baiklah... Kau sudah melanggar tiga kali, Pak Cha... Aku sudah bilang akan mengurangi nilai evaluasi pegawaimu jika kau terlambat tiga kali. Bahkan Kau juga berusaha mengakalinya. Jadi, kukurangi satu poin lagi.” Kata Tuan Byun. Joo Hyuk hanya bisa tertuduk
“Dan aku akan mengurangi lagi satu poin karena ingin... Pasti itu akan sangat menurunkan nilaimu. Apa Kau keberatan?” ucap Tuan Byun, Joo Hyuk mengaku tak keberatan.
“Tentu saja... Tidak boleh keberatan.” Kata Tuan Byun, Saat itu datang Tuan Cha Bong Hee menyapa semua pegawainya.
“Kenapa suasana di sini? Pak Cha si pengacau kita! Kesalahan apa lagi yang kau buat?” ucap Tuan Cha
“Dia terlambat datang terus-menerus.” Kata Tuan Byun. Joo Hyuk hanya bisa tertunduk dengan sedikit senyuman.
“Ayolah, kenapa kau seketat itu pagi-pagi.. Ini masalahmu, Manajer Byun, adalah terlalu perfeksionis. Kau harus memiliki cela agar tampak manusiawi, sepertiku. Benar, kan?”kata Tuan Cha.
Tuan Byun tak bisa berkata-kata akhirnya memilih untuk bicara dengan  Manajer Jang ingin tahu apakah sudah memeriksa presentasi itu hari ini. Joo Hyuk bisa tersenyum bahagia karena bisa diselamatkan oleh Tuan Cha.
“Sudah kubilang... Jika ingin bertahan di tempat kompetitif ini, jangan menarik perhatian para pemangsa. Apa kau Mau bermain boling sepulang kerja nanti?” ucap Tuan Cha. Joo Hyuk menyanggupinya dan memuji Tuan Cha.
“Tapi Kenapa bajumu basah sekali?” kata Tuan Cha memegang baju Joo Hyuk. Akhirnya Joo Hyuk bisa bernafas lega duduk di meja kerjanya, Jong Hoo langsung mengipas temanya yang kelelahan. 

Keduanya pun pergi ke atap, Joo Hyuk berpikir mereka  punya musuh di kehidupan sebelumnya, karena Tuan Hyun sangat keras kepada mereka. Jong Hoo meminta Joo Hyuk agar memakluminya, karena Tuan Byun hampir mencapai puncak, tapi gagal mendapatkan promosi.
“Seharusnya dia menjadi asisten manajer cabang.” Ucap Jong Hoo.
“Itu bukan salah kita, tapi salahnya.” Keluh Joo Hyuk, Jong Hoo pikir kalau temanya itu memiliki orang yang membantu
“Walau dia kurang bisa diandalkan.” Komentar Jong Hoo. Joo Hyuk mengeluh kalau masih pagi dan tapi sudah lelah.
“Apa Kau kurang tidur karena anakmu lagi? Kelak kau akan merindukan masa-masa mereka membuatmu terjaga dengan menangis. Setelah mereka bisa berbicara, itu penyiksaan yang lebih berat. Mereka akan berkata "Apa ini? Apa ini?" Anakku kembar.” Cerita Jong Hoo.
“Hidup itu perjuangan tanpa akhir.” Kata Joo Hyuk. Jong Hoo akhirnya berdiri.
"Hari yang tepat untuk mati." "Jika kamu meletakkan pistolmu, kubiarkan kamu hidup." Kata Jong Hoo mengeluarkan pistol dengan nada seperti aktor.
“Jangan meracau.” Keluh Joo Hyuk. Jong Hoo meminta agar temanya bermain.
"Manusia yang hanya hidup demi masa depan akan mati oleh manusia yang hanya hidup demi masa kini. Aku hidup demi masa kini. Berapa yang kamu mau?" kata Jong Hoo terus mengikuti suara aktor.
Ia lalu memberikan tembakan. Keduanya pun bermain tembakan seperti film Matrix yang menghindar. Jong Hoo memuji temanya yang memang hebat.
“Hei, cita-citaku saat SD adalah menjadi penari balet. Apa kau mau melihat kebolehanku?” ucap Joo Hyuk. Jong Hoo mempersilahkan.
Joo Hyuk memulai melebarkan kakinya melakukan split, Jong Hoo terpana karena tak bisa melakukanya. Joo Hyuk terus melebarkan kakinya, lalu tiba-tiba terdengar suara, wajahnya langsung panik. Jong Hoo ingin tahu apa yang terjadi. Joo Hyuk meminta agar tak mendekat karena Celananya sobek. Jong Hoo makin mengodanya ingin melihat celana Joo Hyuk. 



Joo Hyuk berkerja memanggil Nasabah nomor 324 ke konter 6, tapi tak ada yang datang, beberapa kali memanggil Nasabah 324, akhirnya memanggil  Nasabah 325. Seorang wanita mengatakan  ingin mengajukan pinjaman untuk apartemennya.
“Permisi. Nomorku 324... Aku dipanggil saat berada di toilet tadi.” Ucap Paman datang ke kounter Joo Hyuk
“Mohon tunggu sebentar... Aku akan melayani dia dahulu sebelum Anda.” Kata Joo Hyuk sopan
“Hei, sudah kubilang nomorku 324... Kenapa aku harus menunggu?” ucap paman dengan nada penuh amarah
“Masalahnya, tadi Anda pergi sejenak, jadi...” balas Joo Hyuk tapi malah dibalas dengan teriakan.
“Tapi aku butuh ke kamar kecil! Aku ingin buang air kecil karena tidak kunjung dipanggil! Antreannya panjang, tapi konter itu kosong sejak tadi! Aku tidak pergi untuk bermain. Apa kamu meremehkan kami?” teriak Si paman
“Dia sedang makan siang. Kami makan sesuai...” ucap Joo Hyuk
“Kenapa butuh sejam penuh untuk makan siang? Aku pun sangat kelaparan! Astaga, menyebalkan. Protes membuatku makin kesal. Hei, di mana manajernya? Suruh dia keluar.” Teriak si paman
Tuan Byun malah sengaja menutup wajahnya, si paman akhirnya dibawa petugas untuk menjauh dari counter. Semua pegawai dan pengunjung hanya bisa menatap bingung, si pria tetap berteriak “Hei, Apa kau tahu siapa aku? Kalian akan merasakan akibatnya!” 


Jong Hoo mengeluh kalau kalimat "Kamu tahu siapa aku" slogan populer baru. Joo Hyuk melayani custumer yang ingin membahas peminjaman untuk apartemen. Akhirnya Joo Hyuk menyelesaikan semua tugasnya, seorang pegawai memebritahu Terlalu banyak nasabah di bagian transaksi tunai jadi meminta agar membantunya. Joo Hyuk mengeluh karena harus dirinya lagi yang berkerja.
“Hwan, tangani beberapa nasabah di bagian transaksi tunai.” Kata Joo Hyuk pada juniornya. Hwan mengeluh kalau dirinya.
“Siapa lagi? Kau juga harus mempelajarinya.” Ucap Joo Hyuk, Hwan mengaku kalau harus pergi.
“Jangan beralasan... Apa Kau tidak melihat mereka kewalahan?” ucap Joo Hyuk
“Lalu kenapa tidak kau bantu? Kalau begitu, aku akan pulang cepat. Ada kursus bahasa Mandarin nanti.” kata Hwan dengan wajah kesal lalu memanggil Nasabah 786.

Di tempat kerja Woo Jin, sebuah grup dari jepang datang. Manager eminta agar pegawainya menangani satu klien dari Tim Relaksasi. Woo Jin pun sedikit menyingkir mengirimkan pesan pada suaminya. “Apa Kau bisa menjemput anak-anak atau tidak?” 

Joo Hyuk yang sedang berkerja tak membaca pesan istrinya, Tuan Byung mengajak mereka segera pulang  ingin tahu apakah belum menemukannya dari Tim Investasi. Jang Mang Ok mengatakan telah memeriksanya tiga kali dan Semuanya benar.
“Mana mungkin tidak ada yang berbuat salah jika ada masalah?” teriak Tuan Byun
“Kenapa kau hanya meneriaki kami? Mungkin timmu yang salah. “ kata Nyonya Jang
“Ini karena bukan kerugian kita. Angkanya tidak sesuai!” ucap Tuan Byun.
“Ayo...Dengar, Rekan kerja... Sebaiknya gunakan bahasa formal selama jam kerja.” Kelu Nyonya Jang, Tuan Byun pikir kalau ini kerugian
Tunggu, aku meminta Tim Pinjaman mengurus beberapa pekerjaan karena kita kewalahan. Itu nasabah yang ingin menukar uangnya.” Ucap tim pinjaman.
“Itu Kuberikan itu ke Kim Hwan.” Kata Joo Hyuk, Hye Jung mencari dan akhirnya bisa menemukannya.
“Penanggung jawabnya Hwan....Astaga, bagaimana ini? Kurasa dia keliru menganggap 10 dolar sebagai 100 dolar.” Kata Hye Jung
“Ternyata begitulah kejadiannya, Manajer Byun dari Divisi Pinjaman.” Sindir Nyonya Jang
“Sudah kuduga Kim Hwan akan mengacau lagi! Omong-omong, ke mana dia?” kata Tuan Byun
“Dia pulang cepat karena ada kursus Mandarin.” Kata Joo Hyuk
“Apa? Siapa yang mengizinkan? Kata siapa dia boleh pulang?” ucap Tuan Byun, Joo Hyuk mengaku dirinya yang memperbolehkan pulang.
“Kau sungguh luar biasa. Kau datang terlambat dan pegawai baru mengacau. Kau menyebabkan masalah dan memberi contoh buruk! Kerja sama tim yang hebat! Jadi Pak Cha. Tolong perbaiki kesalahan Kim Hwan... Sekarang. Cepat!” ucap Tuan Byun. 


Joo Hyuk bergegas mencari nama  "Park Young Rye" tapi ponselnya tak aktif. Ia lalu melapor kalau Ponselnya tidak diangkat. Wajah Tuan Byun sinis, Joo Hyuk mengatakan Akan menghubungi kantornya. Jong Hoo pun ikut panik melihat rekan kerjanya.
“Halo, ini Agen Wisata Banana? Apa Ada pegawai bernama Park Young Bye di sana?” ucap Joo Hyuk
“Dia baru saja pergi ke bandara. Jadi Aku harus bagaimana?” tanya Joo Hyuk. Tuan Byun berteriak menyuruh agar mengejarnya.
Joo Hyuk pun bergegas pergi dan mengambil mobil Tuan Byun untuk mengejar nasabahnya.  Akhirnya Joo Hyuk mengemudikan mobilnya dengan cepat, menyalip ke kanan dan diri. Sementara Woo Jin kelaur dari ruangan menerima telp sambil meminta maaf karena Pekerjaannya belum selesai.

“Seharusnya aku meneleponmu lebih awal. Suamiku bilang mungkin tidak bisa datang.” Kata Woo Jin, lalu kaget kalau di sekolah ada Acara keluarga lalu memberitahu akan menghubungi sekolah anaknya lagi.
Ia menelp suaminya, tapi tak diangkat. Joo Hyuk sedang berusaha untuk mengejar nasabahnya dengan mobil Tuan Byun.  Akhirnya Woo Jin menemui managernya meminta izin, Si pegawai memarahi Woo Jin yang ingin keluar di tengah jam kerja.
“Maaf. Tidak ada lagi yang bisa menjemput anak-anak.” Ucap Woo Jin
“Aku sudah bilang kita akan kedatangan rombongan. Seharusnya kau mengatur waktumu. Klien sudah berbaring di sana. Tapi kau malah pergi. Ini tidak bisa diterima.” Kata Manager kesal
Woo Jin kebingungan,  mencoba kembali menelp Suaminya dan saat Joo Hyuk mengalami kecelakaan dan tak sadarkan diri. 


Joo Hyuk tertidur pulas di ruang IGD,  Hwan membangunkan Joo Hyuk sambil menendang ranjang. Joo Hyuk terbangun dengan wajah panik, Hwan mengeluh dengan Joo Hyuk yang masih bisa tidurpada saat seperti ini. Joo Hyuk mengaku kalau kurang tidur belakangan ini.
“Bagaimana kau bisa kemari?” tanya Joo Hyuk. Hwan memberitahu kalau  Tuan Yoon memanggilnya.
“Aku mengirim mobilnya ke bengkel dan membayar biaya pelayanan dengan kartu kreditmu.” Kata Hwan. Joo Hyuk mengeluh mendengarnya.
“Kartu kreditku sudah mencapai limit.” Jelas Hwan. Joo Hyuk ingin tahu dengan klien yang dikejarnya.
“Dia berhasil lari... Dia pasti terbang di atas Tionghoa atau di sekitar sana... Beruntung sekali dia.” Komentar Hwan. Joo Hyuk terlihat makin kesal.
“Kenapa kau mengizinkan aku menukar mata uang? Aku belum terbiasa dengan pekerjaan itu.” Keluh Hwan
“Apa Kau menyalahkanku?”balas Joo Hyuk kesal, Hwan pun menceritakan apa yang akan dilakukan. 
“Aku akan bermain boling dengan teman kuliah nanti. Wanita yang kusukai juga berada di sana.” Cerita Hwan. Joo Hyuk menyuruh Hwan agar  Jangan berisik.
“Manajer cabang bilang dia akan tutupi selisihnya dengan dana sekuritas.” Kata Hwan. Joo Hyuk menyuruh diam.
“Manajer timnya marah.” Kata Hwan. Joo Hyuk pikir itu tidak heran.
“Kau menyebabkan kerugian dan menabrakkan mobil yang masih cukup baru.” Kata Hwan.  Joo Hyuk ingin tahu apa yang dikatakan Tuan Byun.
"Bodoh. Aku tidak akan puas walau menghajarnya hingga babak belur. Akan kubunuh dan kugantung kepala mereka di depan bank." Kata Hwan.
Joo Hyuk menyuruh berhenti dan Tutup mulut. Hwan memmberitahu kalau Tuan Byun menyuruh agar melapor setelah tiba jadi meminta Joo Hyuk menghubunginya. Joo Hyuk teringat dengan ponselnya lalu mencari dalam tasnya lalu membaca semua pesan istrinya
“Kau tidak lupa menjemput anak-anak, kan? Kau harus tiba pukul 19.00. Apa kau sudah berangkat? Kau di mana? Sudah di jalan? Kenapa kau tidak mengangkat telepon? Hei, angkat telepon!”
Joo Hyuk panik langsung bergegas menuruni ranjangnya,  Hwan binggung melihat Joo Hyuk pergi karena harus dirawat sampai besok. Joo Hyuk tak peduli memilih untuk segera berlari. Hwan meminta agar Joo Hyuk menelepon sebelum pergi. 

Joo Hyuk sampai didepan rumah sambil bergumam dalam hati “ Socrates pernah berkata, "Jika mendapatkan istri yang baik, engkau menjadi bahagia. Jika mendapatkan yang tidak baik, engkau akan menjadi filsuf." Ia pun mengaku dirinya sebagai filsuf lalau masuk ke dalam rumah
“Beraninya kau masuk! Kenapa kau masuk? Keluar...” teriak Woo Jin marah. Joo Hyuk ingin menjelaskan tapi Woo Jin yang murka tetap mengusir suaminya.
“Aku muak melihat wajahmu... Keluar.” Teriak Woo Jin, Joo Hyuk berusaha membujuk.,
“Apa Tidak mau? Kalau begitu Apa Aku saja yang pergi?” kata Woo Jin, Joo Hyuk tetap ingin menjelaskan yang terjadi.
“Kau Diam... Jika bicara lagi, akan kujepit mulutmu dengan staples.” Ucap Woo Jin. Joo Hyuk tak percaya istrinya tega mengatakan hal itu.
“Diam kataku... Aku tidak mau dengar... Jangan bicara dan diamlah!” teriak Woo Jin
“Sadarkah kau bagaimana aku berlarian tadi? Jalanan macet, jadi Aku turun dari taksi di tengah jalan ke sana. Aku melepas sepatu dan berlari pontang-panting. Sementara itu Guru prasekolah meneleponku tiada henti. Bahkan Kau juga tidak mengangkat telepon, sementara pelangganku siap untuk dipijat. Aku harus bagaimana? Jawab.” Teriak Woo Jin meluapkan semua amarahnya.
“Sulitkah mengirim pesan satu pun? Sulitkah menelepon sekali saja? Apa hanya aku orang tua dari anak-anak? Kenapa aku memikul semua tanggung jawab?” teriak  Woo Jin.
“Sayang, maaf.. Tenanglah... Aku terkejut saat melihat panggilan tidak terjawab beberapa saat lalu.” Ucap Joo Hyuk
“Kau bilang Beberapa saat lalu? Apa Kau baru memeriksanya? Aku meneleponmu dengan gelisah dan berusaha menghubungimu sepanjang hari. Tapi Apa kau baru menyadarinya?” teriak Woo Jin. Joo Hyuk meminta maaf,
“Beraninya kamu mengatakan itu! Dasar sampah!” teriak Woo Jin menyuruh Joo Hyuk keluar.
Woo Jin mengambil kaki kepiting dan langsung melemparnya, Joo Hyuk panik dan akhirnya kaki kepiting tertancap di bundaran panah, tapi pipinya terkena goresan. 

[Bar Akal Sehat]
Joo Hyuk makan semangkuk mie dengan lahap, Jong Hoo datang bertanya kenapa meneleponnya semalam ini dan memberitahu kalau Waktunya hanya 30 menit karena mengaku akan membeli permen karet kepada istrinya lalu menyuruh Joo Hyuk agar makan perlahan saja.
“Dia kenapa?” tanya Oh Sang Sik binggung melihat tingkah Joo Hyuk. Jong Hoo menyuruh membiarkan saja.
“Ada pegawai baru yang mengacau hari ini. Lalu Dia tidak sengaja menabrakkan mobil seniornya saat mengejar klien Semuanya kacau tadi.” Cerita Jong Hoo
“ Dalam hal itu, mengelola usaha swasta jauh lebih ringan.” Komentar Sang Sik
“Itu impian para pegawai kantoran.  Apa usahamu sukses?” tanya Jong Hoo
“Jika ya, aku tidak duduk di sini.” Ucap Sang Sik melihat restoranya yang sepi tanpa pengunjung.
“Aku menyerah.... Yang pasti usaha macam ini untuk orang biasa sepertiku. Aku juga tidak berdaya terhadap resesi.” Kata Sang Sik
“Aku hanya berharap bisa segera dipromosikan. Kapan aku menjadi pegawai utama di kantor ini?” ucap Jong Hoo 
Sementara Joo Hyuk panik melihat ada kaki kepiting dalam mangkuknya mengingat yang dilakukan istinya. Sang Sik pikir Ibarat bisbol, tidak bisa menang dengan pelempar bola andal saja jadi  butuh penangkap bola yang bisa mengawasi permainan dan pelari depan yang berlari sekuat tenaga. Tiba-tiba Joo Hyuk menaruh kaki kepiting diatas meja.
“Kenapa? Apa rasanya tidak enak?” tanya Sang Sik binggung
“Apa Karena kejadian hari inikah Lupakanlah. Itu sudah telanjur.” Jelas Jong Hoo
“Aku ingin bercerai...” ucap Joo Hyuk marah, keduanya kaget dan ingin tahu alasanya.
“Apa Dia berselingkuh?” tanya Sang Sik, Joo Hyuk mengaku tidak tapi  hanya terlalu takut.
“Aku terlalu takut dengan perubahannya. Dia bukan wanita yang periang dan manis lagi. Seolah-olah aku seranjang dengan semacam monster.” Cerita Joo Hyuk ketakutan.
“Setiap wanita mengalaminya setelah menikah. Istriku yang dahulu lemah kini menggendong anak kemba dan menggelindingkan karung beras dengan kakinya. Itu brilian, kan?” kata Jong Hoo
“Bukan perubahan seperti itu. Tapi Dia berubah menjadi orang lain. Sebelum menikah, dia mengunci kamar mandi untuk mandi. Kini dia melepaskan celana di depanku tanpa ragu.” Cerita Joo Hyuk sambil mengingat saat dirumah 


Flash Back
Joo Hyuk sedang mandi, Woo Jin masuk begitu saja dan langsung duduk di atas toilet tanpa malu. Joo Hyuk panik langsung menutupi dadanya. Woo Jin menatap sinis menyuruh Joo Hyuk menatap dirinya saja.
“Itu tidak masalah jika dia terburu-buru.” Komentar Jong Hoo santai
“Ya, itu masih wajar. Aku paham jika hanya sampai di situ. Tapi dia benar-benar jorok.” Kata Joo Hyuk mengingat saat Woo Jin meludah didepanya.
“Anggaplah itu manusiawi dan kita mengabaikannya.”komentar Jong Hoo
“Tapi belakangan ini, dia tidak pernah memasak untukku. Aku pulang setelah bekerja lembur, kelaparan, tapi dia tidak menyisakan nasi untukku.” Cerita Joo Hyuk 


Flash Back
Joo Hyuk pulang kerja melihat rice cooker yang kosong, lalu memanggil istrinya yang ada dikamar. Woo Jin terlihat kesal menyuruh Joo Hyuk jangan berisik, lalu bertanya ada apa. Joo Hyuk mengatakan belum makan malam.
“Lantas? Apa Kau menyuruhku memasak?” ucap Woo Jin sinis. Joo Hyuk dengan tertunduk mengaku hanya bertanya.
“Baiklah, akan kuurus sendiri... Kau Tidurkan mereka.” Kata Joo Hyuk.
“Coba periksa di dalam kulkas.” Ucap Woo Jin, Akhirnya Joo Hyuk pergi ke dapur sendiri.
Joo Hyuk melihat ada bungkus nasi dalam kulkas, lalu memanaskan dalam microwave, sambil berdiri makan malam dengan sebungkus nasi sendirian.
“Kucing liar pun diberi makan orang lain... Tapi aku manusia... Aku bukannya ingin makanan dengan lauk melimpah. Aku hanya ingin masakan rumahan. Haruskah aku merasa bersalah karena ingin masakan rumahan?” keluh Joo Hyuk. 
“Hei... Begitulah kehidupan semua pria di Korea... Pria umur 30-an yang telah menikah katanya paling miskin. Lalu Apa alasannya? Para istri mereka terlalu sibuk. Mereka harus mengantar anak-anak ke pusat budaya untuk kursus.” Kata Jung Hoo
“Mereka harus bangun pagi dan mengantre untuk memasukkan nama anak mereka ke daftar antrean TK. Mereka harus bertemu para ibu lain untuk memperoleh informasi. Mereka juga harus mencari nafkah.” Jelas Jong Hoo, Sang Sik pikir kalau Negara ini sudah gila.
“Istrimu pasti juga stres... Dia pasti berdiri seharian di klinik perawatan kulit dan mengurus anak-anak sendirian. Jadi Mana sempat dia merawat diri dan memasak?” jelas Jong Hoo
“Aku tahu. Aku merasa iba, jadi, berniat memahami segalanya. Lagi pula, dia menderita karena aku kurang kompeten. Tapi aku tidak tahan lagi.” Ucap Joo Hyuk
“Kau Tidak tahan kenapa?” tanya Jong Hoo, Joo Hyuk mengatakan kalau “Gangguan eksplosif intermiten.” Temanya terlihat binggung.
“Saat dia tiba-tiba marah, kemarahannya meledak-ledak di mana pun dan kapan pun.” Jelas Joo Hyuk. 

Flash Back
Di supermarket, Joo Hyuk mengantri di kasir bersama istrinya. Woo Jin mengeluh karena harus menunggu lama sekali. Joo Hyuk mengingat kalau  lupa membeli gel cukur dan akan segera kembali. Woo Jin pikir Lain kali saja.
“Ini giliran kita. Kita harus bergegas menjemput anak.” Kata Woo Jin. Joo Hyuk Nanti habis dan ingin segera pergi.
“Beli besok saja saat pulang.” Ucap Woo Jin. Joo Hyuk menunjuk kalau kumisnya sudah mulai tubuh.
“Kau tidak pernah menurut.” Keluh Woo Jin. Joo Hyuk bergegas akan segera kembali.
Antrian mulai berjalan, Woo Jin panik melihat suaminya yang belum juga datang. Saat sampai didepan kasir,  Joo Hyuk belum juga datang akhirnya Woo Jin berjalan mundur untuk mengantri dari belakang dan wajahnya langsung berubah merah karena marah.
“Sayang.... Ini beli satu, gratis satu. Bagus, kan?” ucap Joo Hyuk berlari dengan wajah bahagia ke depan kasir.
“Sudah kubilang itu giliran kita. Dasar...” teriak Woo Jin dengan semua umpatan. Joo Hyuk hanya bisa melonggo dengan semua orang menatap ke arahnya. 


Kedua temanya tak percaya kalau Woo Jin  mengumpat di depan banyak orang. Joo Hyuk menegaskan kalau Woo Jin yang pandai mengumpat dan sudah lama melakukannya. Jong Hoo pikir itu kejamnya, tapi menurutnya  setidaknya Woo Jin tidak memukulinya.
“Temanku selalu dipukuli hingga dirawat di rumah sakit selama empat pekan.” Cerita Jong Hoo
“Kata siapa dia tidak kasar?” kata Joo Hyuk menunjuk wajahnya yang diplester. Sang Sik kaget kalau Woo Jin sudah melukai wajah temanya.
“Nyawaku sering terancam. Sejujur, menyinggung perceraian pun aku takut.  Apa aku harus hidup dengannya seumur hidupku?” keluh Joo Hyuk. Jong Hoo mengeluh pundak temanya agar bisa sabar. 

Pagi Hari
Joo Hyuk masuk ruangan dengan wajah tertunduk, Tuan Byun melirik sinis dan ingin mengomel tapi Tuan Cha lebih dulu datang.  Tuan Cha memberikan semangat agar mereka sukseskan hari in dan lupakan kejadian kemarin.
“Ini hari yang baru... Kalian tahu moto kita, kan? Jika ada pencuri masuk, jangan pertaruhkan nyawa kalian. Serahkan saja semua uangnya. Kenapa? Di brankas itu, ada uang lebih banyak. Cabang kita tidak akan bangkrut walau kehilangan uang itu.” Jelas Tuan Cha
“Nanti kita akan makan malam bersama. Biayanya ditanggung oleh pimpinan. Tim Pinjaman, pastikan kalian menyusun dokumen pinjaman agar tidak selesai malam.” Ucap Tuan Cha. Tuan Byun ingin bicara tapi Tuan Chan lebih dulu berteriak agar mereka mengatakan slogan mereka.
“Dengan keyakinan dan hati, mari mengawali era perbankan baru.” Teriak pegawai. Tuan Cha mengucapkan terimakasih lalu berjalan pergi. 

Tuan Byun memanggil Tim Pinjaman, berkumpul. Joo Hyuk dan Jong Hoo berjalan menemui Tuan Byun, Hwan sibuk dengan cermin di mejanya.  Joo Hyuk memanggil Hwan harus ikut dengan mereka. Hwan dengan kesal akhirnya ikut berdiri dengan temanya.
 “Kau sudah mengacau, tapi tidak gentar sama sekali. Apa Kau tidak takut?” sindir Tuan Byun
“Aku menyadari kesalahanku.” Kata Hwan. Tuan Byun mulai mengumpat kesal
“Maafkan aku... Akan kupastikan untuk meningkatkan performa hari ini.” Kata Joo Hyuk.
“Benar. Maka itu, aku ingin berbicara dengan kalian... Apa Kalian bisa melihatnya? Berapa peringkat cabang kita dalam hal performa pinjaman?” kata Tuan Byun. Jong Hoo melihat "Ketujuh di Seoul"
“Angka tujuh keberuntungan.” Kata Jong Hoo. Tuan Byun membenarkan peringkat ketujuh.
“Peringkat kita anjlok.” Ucap Tuan Byun lalu membawakan brosur agar bisa membagikan dan selempang yang harus dipakai
“Bank juga usaha... Jika kita tidak menghampiri, nasabah tidak akan datang. Jadi Masing-masing bertugas membagikan 500 brosur. Selesaikan saat jam makan siang.” Kata Tuan Byun. Semua pun membagi lembaran brosur, dengan wajah ditekuk.
Bersambung ke part 2

 PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar