PS : All images credit and content copyright : TVN
Di atap
rumah
Jin Woo
berlatih nari dengan Seo Yeon, tapi Seo Yeon seperti terpaksa dengan wajah
malas. Ji Woo mengeluh kalau Seo Yeon harus gerakkan kakinya. Seo Yeon
mengulang kata Ji Woo harus diam saja. Ji Woo menyuruh Seo Yeon diam dan menari
saja.
“Aku
membayar lebih karenamu, sehingga kau boleh melakukan banyak hal.” Ucap Ji Woo
mengajak mereka berlatih kembali.
“Apa Kau
bisa konsentrasi?” keluh Ji Woo, Seo Yeon merasa Ji Woo malah membuatnya susah.
Dae Young
melihat Ji Woo berlatih Waltz 101, karena pernah ikut pada semester 1. Seo Yeon terlihat senang karena
Dae Young boleh membantu Ji Woo dan
langsung bergegas pergi. Ji Woo panik berpikir kalau Dae Young tidak perlu
membantunya
“Jangan khawatir,
aku dapat A untuk ini. Sebagai pemimpin klub, aku harus membantu dokter tim
kami mendapatkan nilai bagus.” Kata Dae Young lalu memegang tangan Ji Woo.
“Kalau
begitu aku akan mulai, Kacang.” Ucap Dae Young, akhirnya mereka mulai berlatih
menari. Ji Woo tersenyum bisa menari dengan Dae Young walaupun berada diatap
rumah.
Keduanya
menari yang sama di pernikahan Sung Joo, Dae Young mengaku tidak pernah berpikir Waltz 101 akan berguna.
Ji Woo juga berpikiran sama karena Ini pertama kalinya aku menari di pesta
pernikahan.
“Ini
pernikahan pengantin wanita yang terlambat, jadi mereka membuatnya menjadi
impiannya.” Ucap Dae Young melihat Sung Joo menari dengan istri dan juga
anaknya.
Dae Young
dan Ji Woo menari dengan pakaian baju pengantin, wajah Ji Woo terlihat bahagia
bisa menari bersama Dae Young. Saat itu Ji Woo tertidur di mobil lalu
terbangun. Dae Young melihat Ji Woo
sudah terbangun, Ji Wo merasa kalau tadi terlalu cepat berlalu dan turun dari
mobil.
Saat itu
Ji Woo turun, Seo Yeon datang langsung menampar Ji Woo. Dae Young melihat
terlihat binggung dan bertanya apa yang terjadi. Ji Woo tak bisa menahan amarah
membalas tamparan Seo Yeon. Keduanya saling menatap sinis, Dae Young menahan
tangan Seo Yeon sebelum menampar Ji Woo kembali.
“Beraninya
kau memindahkan abu ayahku?”ucap Seo Yeon marah.
“Kalau
aku bisa menemukanmu,maka aku tak akan melakukannya.” Ucap Ji Woo. Dae Young
meminta agar Seo Yeon tenang. Ji Woo pun memilih pergi.
“Lee Ji
Woo.... Mau sampai kapan kau akan menghindarinya? Bicaralah... Kalian berdua
harus tahu apa yang sudah terjadi di antara kalian.” Kata Dae Young. Ji Woo
melirik sinis.
Keduanya
berbicara di cafe, Ji Woo menceritakan
kalau krematorium menelepon memebritahu kontrak sudah berakhir. Seo Yeo marah
karena Ji Woo memindahkan abu Tanpa
sepengetahuan putrinya. Ji Woo menyindir kalau Seo Yeon ingin dianggap "Putrinya"
“Lalu apa
kau tidak tahukontraknya sudah kadaluwarsa? Kalau mau dinganggap dirimu
putrinya, maka kau harus tetap saling menghubungi.” Sindir Ji Woo, Seo Yeon pun
terdiam
“Jadi Di
mana gucinya sekarang?”tanya Seo Yeon. Ji Woo menjawab adan di Icheon, Provinsi Gyeonggi-do.
“Kau sudah
lama kembali dari Amerika, Apa kau baru
berkunjung sekarang? Wah... Aku kagum.... Lagipula, kau terlalu sibuk
minum dengan seorang pria untuk menemui
ayahmu.” Sindir Ji Woo. Seo Yeon terlihat binggung.
“Aku
tidak peduli siapa yang kau pacari dan apa yang kau lakukan dengan mereka, tapi
jangan menyebabkan masalah ke Dae Young. Dia sudah punya pacar. Kau tidak
semurahan itu, kan?” tegas Ji Woo.
“Apa Kau
mengakuinya Atau apa ini merefleksi diri?” tanya Seo Yeon. Ji Woo terlihat
binggung.
“Saat kau
keluar dari mobilnya, kau terlihat sangat bahagia. Kau dulu menyukai dia. Apa sampai
sekarang kau masih menyukainya?” kata Seo Yeon.
Ji Woo
mengaku tidak, Seo Yeon mengaku itu bagus, menceritakan kalau pernah minum
bersama Dae Young tanpa tahu kalau punya pacar, dengan melihat sikap Ji Woo
yang menganggapnya murahan
“Kecuali
kau mau jadi murahan, maka kau harus berhati-hati. Aku akan membayarmu nanti karena
sudah memindahkan abu ayahku.” Tegas Seo Yeon lalu pergi meninggalkan Ji Woo.
Sun
mengemudikan mobilnya melihat Seo Yeon berjalan dengan membawa koper lalu
menghentikan mobilnya. Ia mengeluh Seo
Yeon yang mengatakan tidak akan lari. Seo Yeon pikir kalau bagus Sun datang
lalu memasukan bareng ke dalam mobil. Sun hanya terdiam.
“Kenapa
tidak masuk? Aku takkan ke bandara, jadi Beri aku tumpangan.” Kata Seo Yeon.
Seo Yeon
mengeluarkan semua barang-barang dari koper kalau ingin menjual semuanya, lalu
melepaskan kacamatanya yang dipakainya. Pegawai melihat di antara lima tas yang
ingindijual, mereka mengklasifikasikan ketiganya sebagai premium termasuk
kantong debu.
“Dan Ini jumlah totalnya.... Tapi maaf. Aku
harus mengatakan ini, sepatu Anda harus dikecualikan.” Kata pegawai
“Kenapa?
Itu edisi terbatas, dan aku juga sudah memakainya beberapa kali.” Kata Seo Yeon
“Desain
perwakilan merek lebih disukai daripada desain mewah. Kalau Anda jual di toko
lain, hasilnya tetap sama juga.” Jelas pegawai
“Aku akan
jual dengan harga murah... Lagipula, aku tidak akan memakainya.” Ucap Seo Yeon.
Sun melihat Seo Yeon seperti kasihan.
Seo Yeon
menerima uang memberikan beberapa lembar pada Sun sebagai biaya bersih-bersih
kamar mandi dan biaya perawatan tangan Sun. Ia pikir harus menyelesaikan apa
yang harus diselesaikan sebelum pergi. Sun menolak meminta agar tak perlu
mengingatnya.
“Ambillah
selagi kau mau... Meski aku menyimpannya, itu akan sia-sia begitu aku masuk
penjara.” Kata Seo Yeon, Sun pun tak bisa berkata apapun.
Sun
terlihat gugup didepan kamar Seo Yeon, lalu akhirnya membuka kamar Seo Yeon
yang sedang bertelungkup, lalu bertanya apa yang sedang dilakukan. Seo Yeon
mengatakan sedang menulis surat permohonan maaf kepada pelanggan setianya. Sun
terlihat binggung.
“Ya,
bisnisku adalah jasa beli-beli di luar negeri secara online. Aku akan membuka
kembali situs webku saat mendapatkan
kembali uangku, tapi sekarang, aku harus tutup web itu lagi.” Cerita Seo Yeon
“Jadi Aku
ingin menyampaikan hatiku yang menyesal dan berterima kasih kepada mereka. Itu
membutuhkan banyak upaya untuk menulis masing-masing Ini pekerjaan terakhirku
sebagai pemilik bisnis, jadi aku harus berusaha keras.” Ungkap Seo Yeon pasrah
“Kurasa
itu semua sia-sia kalau aku masih setengah jalan. Rasanya seperti sebuah perpisahan.
Dan aku merasa seperti benar-benar berakhir.” Ungkap Seo Yeon.
Sun
seperti terdiam mendengarnya, Seo Yeon heran karena Sun hanya diam saja. Sun
ingin tahu Kapan berangkat ke Amerika, apakah sudah memesan tiket pesawat,
karena Sepupunya yang ingin tahu. Seo Yeon pikir Sun tak perlu khawatir.
“Apa Kau
tidak tahu kalau kau tidak perlu menyudutkan seseorang dalam krisis?” sindir
Seo Yeon. Sun pun tak bisa berkata apa-apa.
[Rumah Sakit Universitas Sehan]
Ji Woo
melamun mengingat yang dikatakan pada Seo Yeon “ Jangan menyebabkan masalah
pada Dae Young. Dia punya pacar. >Kau tidak semurahan itu, kan?”terlihat ada
wajah penyesalan.
Saat itu
ponsel Ji Woo berbunyi, pesan masuk “Turunlah sebentar ke lantai satu. Ayo kita
minum secangkir teh.”
Ji Woo
datang bertanya kenapa temanya mengajak minum teh. Temanya terlihat tersenyum,
Dae Young datang membawakan minuman. Ji Woo kaget melihat Dae Young yang
datang. Teman Ji Woo mengatakan kalau mendapat asuransi yang baik untuk anakku
berkat Dae Young.
“Aku
sedang berpikir ingin mengurus asuransi untukku dan suamiku juga. Aku
memanggilmu kemari jadi kalian bisa menyapa ketika dia ada di sini.” Ucap Teman
Ji Woo. Dae Young terlihat binggung.
“Goo Dae
Young, Apa kau suka musikal?” tanya Teman Ji Woo. Dae Young mengaku suka
“Ada
aktor musikal yang bernama Yang Yo Seob dan Son Dong Woon, dan mereka juga
klienku. Aku selalu menonton pertunjukan mereka.” Kata Dae Young
“Itu
bagus... Aku mendapat tiket ini secara cuma-cuma, tapi tak bisa menontonnya
karena waktu mepet. Dan Kau juga suka musikal, Ji Woo? Kalian bisa pergi
bersama.” Kata teman Ji Woo
“Itu, aku
tidak suka musikal... Jadi Pergilah dengan pacarmu.” Kata Ji Woo memberikan
tiket pada Dae Young lalu pamit pergi membiarkan mereka bicara saja.
Teman Ji
Woo menunggu lift bersama Ji Woo, ingin tahu kenapa tak menerima tiket darinya
dan juga terus mendesah. Ji Woo mengaku kalau Dae Young harus pergi dengan
pacarnya. Temanya ingat kalau Dae Young memang punya pacar.
“Bisakah
kau menyerah padanya jika kau terus memikirkannya?” ucap Temanya.
“Bukan
masalah apa aku bisa atau tidak bisa. Aku tidak punya pilihan tetapi menyerah.”
Ucap Ji Woo lalu menerima telp dari i agen perumahan.
“Apa
rumah Anda masih tersedia?” tanya paman. Ji Woo terlihat binggung.
“Saya
belum menemukan penyewa baru. Jadi bisa Telepon saya lagi.”ucap Ji Woo lalu
menutup telpnya.
“Bukankah
kau sudah menelepon mereka untuk membatalkannya? Ibumu sudah ke panti jompo.”
Kata teman Ji Woo heran
“Aku
memasang iklan di beberapa tempat... Itu bagus. Mungkin aku hanya akan pindah
sementara aku melakukannya.” Ucap Ji Woo
“Kau
bertemu dengannya lagi setelah 10 tahun, tapi apa kau harus menyerah seperti
ini?” komentar temanya
“Itu
memalukan. Jika kami memang ditakdirkan, semua pasti akan berhasil. Kami juga
tidak ditakdirkan bagaimanapun itu.” Ungkap Ji Woo Sedih.
Dae Young
kembali membahas dengan tim Sun di kantor. Mereka mengaku sudah memutuskan untuk
meningkatkan jumlah kategori dengan menyederhanakan menu dan menambahkan lebih
banyak hidangan asing. Dae Young pikir itu jauh lebih baik, Sun datang
membagikan botol minuman. “Anda berbeda, melihat bagaimana kau memberikan
minuman pada rekan kerja.” Ucap Dae Young. Semua pegawai pun terlihat senang.
Seorang pegawai wanita ingin minum pemberian dari Sun.
“Bukan
minuman itu, tapi cobalah minum satu rasa plum. Buah plum bagus untuk mereka
yang perutnya lemah.” Ucap Dae Young, Si wanita kaget karena Dae Young
mengetahuinya.
“Aku
melihat kau sering memegang perutmu... Kau juga mengalami insomnia. Dan Tunggu,
jangan langsung meminumnya, Kau Hangatkan sedikit karena Tidak baik meminumnya
secara dingin.” Ucap Dae Young membuat minuman jadi hangat.
“Terima
kasih... Kurasa kau sangat lembut.” Komentar pegawai wanita terkesima dengan
Dae Young
“Di antara klienku, ada satu yang membuka
usaha agen perjalanan di mana itu khusus untuk hiking di Gunung Everest. Apa
Kau mau bertemu dengannya?” kata Dae Young. Sun mengeluh Dae Young tiba-tiba
membahasnya.
“Wah...,
bagaimana kau tahu mimpiku adalah mendaki Gunung Everest?” ucap Wanita lainya.
“Foto
profilmu adalah kau berfoto bersama gunung. Lalu 4 digit terakhir nomormu adalah 8848 yang menunjukkan tinggi gunung itu. Beberapa
klienku juga suka mendaki. Banyak dari mereka punya 4 digit terakhir dari nomor
mereka sebagai 8848.”jelas Dae Young.
Dua
wanita memuji Dae Young, karena Tidak banyak pria yang tetap perhatian seperti
Dae Young. Sun tak suka mendengarnya mengajak untuk mulai rapat agar mengakhir
obrolan, dan mereka itu datang untuk berkerja.
“Ah.. Benar,
dan aku sudah mengatur restoran lezat yang aku kunjungi selama ini.” Ucap Dae Young
membagikan berkasnya.
“Kami
sudah membuat daftar tempat-tempat yang kau posting di blogmu. Jangan membuang
waktu...” komentar Sun sinis.
“Wahh.. Beberapa
dari mereka tidak ada di blognya.” Komentar pegawai pria
“Bahkan
ada tempat yang tidak bisa ditemukan melalui pencarian di Internet. Kau
menakjubkan. Ayo Beri dia tepuk tangan yang meriah.” Balas pegawai yang lain. Semua
pegawai memuji Dae Young dan Sun terlihat makin cemberut.
Dae Young
berbicara pada receptionist memberitahu kada restoran dengan maakanan murah dan
lezat jadi harus mencoba tempat itu. Ia juga
akan mengajari cara makan gurita
yang enak, Sun melihat keramahan Dae Young makin sinis.
“Hei..
Ketua Tim Sun Woo” panggil Dae Young lalu bergegas mengejarnya.
“Anda
pulang kerja lebih awal. Apa Anda mau bertemu seseorang? Atau Anda mau
berkencan?” ucap Dae Young
“Tidak, aku
mau pergi ke dinas lapangan. Aku Tidak sepertimu, aku bukan tipe yang bisa
akrab dengan wanita.” Sindri Sun. Dae Young terlihat binggung.
“Kau
pernah bersama Lee Seo Yeon yang sedang mabuk. Kelihatannya kau memasang wajah
senyum pada rekan kerja wanita hari ini juga. Kuharap kau tidak menimbulkan masalah
yang tidak perlu di kantor.” Tegas Sun sinis
“Kurasa
Anda salah paham... Aku menyayangi pria dan wanita karena menyukainya. Itu sebabnya aku mulai bekerja sebagai
perencana asuransi. Aku akan perlihatkan bukti bahwa aku juga menyayangi pria.”ucap
Dae Young mengoda. Sun tak ingin membahasnya memilih untuk keluar dari ruangan.
Dae Young
bertanya apakah punya perutnya bermasalah. Sun kesal dengan Dae Young yang
bicara tidak formal dan meminta agar bersikap santun. Dae Young pikir mereka
sedang di luar kantor dan perkataan tadi karena mereka ada di dalam gedung.
“Apa itu
"perut bermasalah"? Kau punya cambang di perutmu. Aku bisa
merekomendasikan tempat untuk itu.” Ucap Dae Young
“Apa?
Kapan kau melihat perutku?” tanya Sun panik
“Aku
melihatnya saat membuka bajumu hari itu di rumahku. Kau membuatku terjaga malam
itu.” Ucap Dae Young
Tolong
jangan bercanda denganku. Kami tidak cukup dekat untuk melakukannya. Jangan
melewati batas.” Tegas Sun lalu berjalan pergi.
“Yah.. Benar.
Sama seperti namamu, batas sangat berarti bagimu. Wahh.. Dia terus tumbuh besar. Jawabannya membuat lelucon lebih lucu.” Kata Dae
Young tersenyum.
Sun
mengantri didepan restoran lalu masuk saat Nomor 120 dipanggil. Pelayan menanyakan pesanan Sun setelah duduk.
Sun mengatakan ingin memesan satu yangjangpi. Dae Young masuk mengaku datang
dengan Sun lalu duduk didepanya. Sun terlihat kesal melihat Dae Young.
“Ini terlalu
banyak untuk satu orang, jadi kita boleh berbagi... Harusnya kau bilang mau
datang ke sini... Berkatmu, aku bisa memotong antrian.” Kata Dae Young
“Aku tak
butuh itu dan Kau harus menunggu di luar. Tunggulah sesuai antrian.” Kata Sun
sinis
“Haruskah
kau bersikap seperti itu? Apa karena aku menyebutkan perutmu itu?” ucap Dae Young,
Sun memperingatkan agar Dae Young tak mengatakan hal itu.
Saat itu
pesanan Sun datang, Dae Young melihat mie diatas piring tebal,Sun melihat Dae Young
pasti suka dengan mie itu,karena begitu senang. Dae Young terlihat kesal, tapi
akhirnya tersenyum mengucapkan Terima kasih atas pujiannya.
“Mie
adalah apa yang bisa membawa berbagai macam bahan bersama. Sikap sosialku
meningkatkan suasana hati dan menyatukan orang-orang. Mienya tidak digoreng
bersama. Itu diletakkan di atas.” Ucap Dae Young
“Inilah bagaimana
mereka membuatnya di restoran Cina bergaya Amerika. Yangjangpi berasal dari
Korea, tetapi orang-orang China dari Korea pergi ke Amerika dan...” kata Sun
dan bisa langsung dilanjutkan oleh Dae Young
“Pada
tahun 2011, popularitasnya meningkat setelah seorang koki Cina berhasil masuk
acara memasak di TV Amerika.” Kata Dae Young. Sun menganguk setuju.
“Yangjangpi
mirip dengan japchae si Korea. Namanya bahkan dulu yangjangpi-japchae.” Kata Sun
“Benar.
Japchae punya mi bening, sementara mie ini terbuat dari pati yang telah
ditumpuk. Kedua hidangan disajikan dengan berbagai bahan. Ada sebuah restoran
di Seogyo-dong yang menjual yangjangpi-japchae.” Kata Dae Young
“Apa
maksudmu Wooncha? Itu juga mereka menjual jjajangmyeon. Komentar Sun. Dae Young pikir kalau Sun belum pernah makan
di sana.”
“Aku
berteman dengan koki di sana, jadi dia membuatkan satu untukku. “ kata Dae
Young
“Aku
tidak pernah melewati batas, jadi aku tidak bertanya.”balas Sun. Saat itu
pelayan datang memberitahu kalau mereka
harus mulai memakanya selagi masih hangat.
Dae Young
akan mulai makan, tapi Sun menghentikanya karena ingin mengambil foto makanan
lebih dulu. Dae Young pikir utu sebabnya
hanya memotret foto piring kosong. Sun measa kalau juga perlu foto hidangan
yang lengkap.
“Itu
sudah ada di internet...Coba Lihat.” Kata Dae Young. Tiga orang dibelakang
mereka sibuk mengambil gambar makanan dan akan mempostingnya. Akhirnya Sun pun
menurunkan kameranya.
Keduanya
makan dengan lahap, semua dihabiskan dengan cara masing-masing. Setelah selesai
keduanya meminta dibawakan jjamppong pedas. Dae Young tahu kalau Yangjangpi
membuat ingin makan sesuatu yang pedas. Akhirnya semangkuk jamppong datang.
Dae Young
mencoba kuahnya lebih dulu, Sun mulai
makan dengan mencelupkan pada bawang putih. Dae Young melihat lalu bertanya
darimana Sun mempelajari makan itu secara bersamaan. Sun menceritakan Setiap kali
makanan yang diantar, Ji Woo biasanya menggabungkan hidangan yang berbeda
bersama.
“Aku
kadang-kadang selalu melakukan itu.” Kata Sun
bangga.
“Dia juga
mengajariku begitu. Aku masih ingat kombinasi saat memakan camilan dia
mengajariku begitu. Dia akan membuat
masakan baru dengan sisa makanan yang ada.” Ucap Dae Young bangga.
“Dia begitu
murah hati dan pengertian. Dia akan memahamiku lebih baik daripada orang
tuaku,. memberiku petunjuk, dan mendorongku. Dia tipe orang yang cenderung kau
andalkan.” Cerita Sun tak mau kalah
“Sejak
aku pindah di sebelah, hidupku yang tidak berarti menjadi lebih baik.” Ungkap Dae
Young
“Kita
harus memesan hidangan untuknya karena sudah di sini.” Ucap Sun lalu memesan
mandu untuk dibawa pulang.
“Jangan
pangsit.” Kata Dae Young, Sun binggung kenapa tak boleh.
“Mungkin
kau tidak tahu, tapi dia suka dengan pangsit.” Ucap Dae Young, saat itu pelayan
datang membawakan makanan yang sudah dibungkus.
“Aku
sudah memesannya.” Ucap Dae Young, Sun akhirnya memesanterong goreng saja
dengan wajah kesal.
Ji Woo
keluar rumah bersama dua orang bibi, Bibi agen perumahan memberitahu lingkungan
bersih dan tenang, jadi tidak perlu mengalami masalah, bahkan akan menelepon tuan
tanah dan membuat kontrak. A memberitahu Ji Woo akan pindah bulan depan. Mereka
pun pamit pergi.
“Apa yang
terjadi? Kupikir kau akan tetap tinggal dirumah itu.” Ucap Dae Young mendengar
kalau Ji Woo akan pindah.
“Aku
memilih untuk pindah.” Ucap Ji Woo. Dae Young pikir Pasti sulit mencari rumah dengan
halaman untuk Kacang.
“Aku
yakin bisa mencarinya.” Kata Ji Woo, Dae Young pikir Ji Woo bisa tetap tinggal
saja.
“Aku
sudah bersenang-senang berkenalan
denganmu.” Ucap Dae Young
“Dae
Young, aku tidak senang... Bukankah sudah jelas? Seo Yeon kembali padaku setelah
kau pindah kemari.” Kata Ji Woo, Dae Young terlihat kaget.
“Aku cuma
bercanda... Seperti yang kau tahu, banyak yang terjadi padaku belakangan ini. Dengan
Pindah membawa pantulan dalam hidupku, jadi aku berharap bisa mencari lebih
baik untukku.” Ucap Ji Woo
“Apa Kau
mau mengambil bangku di sana setelah aku pindah? Kau boleh menikmati minum di
sana. Minumlah bersama pacarmu saat dia berkunjung.” Kata Ji Woo berusaha untuk
tersenyum
“Baiklah.
Beri tahu aku jika aku bisa membantumu dengan langkah itu.cDan juga, tadi aku
pergi sama Sun. Jadi memesan ini untukmu. Dan tas yang satu Ini juga pemberian
dari dia.” Kata Dae Young menahan rasa sedihnya.
Ji Woo
pun mengucapkan terimakasih, lalu mengajak anjingnya pergi Dae Young menahan
rasa sedihnya
Sun
kembali ke rumah, wajahnya terlihat penasaran lalu membuka pintu kamar ternyata
Seo Yeon tak ada dikamar. Wajahnya terlihat sedih lalu melihat kartu yang
dituliskan Seo Yeon “Terima kasih untuk semuanya. Maaf kalau aku harus mengucapkan
selamat tinggal.”
Wajah Sun
terlihat panik, mencoba menelp “Lee Seo Yeon” tapi tak diangkat. Akhirnya Sun
mencari tahu dari SNS, terlihat foto sungai dengan perahu bebek, bertuliskan
caption “Semuanya begitu sia-sia. Aku
harus menyerah saja” Sun pun mencari tahu keberadan Seo Yeon.
Sun
mengemudikan mobilnya, teringat saat terakhir kali Seo Yeon menyuruh agar mengambil
uangnya karena Meski menyimpannya, itu akan sia-sia saat masuk penjara. Lalu
saat di rumah menuliskan kartu permintaan maaf
“Kurasa
itu semua sia-sia kalau aku masih setengah jalan. Rasanya seperti sebuah
perpisahan. Dan aku merasa ini benar-benar berakhir.” Kata Seo Yeon.
Sun
berlari mencari Seo Yeon di tengah pedesaan, lalu sempat bertanya pada penduduk
asli apakah melihat Seo Yeon. Tapi mereka tak melihatnya, Sun terus bersama
mencari. Saat itu Seo Yeon sedang duduk di cafe bertanya apa yang Sun lakukan
disana.
Akhirnya
Sun dan Seo Yeon duduk di restoran bersama. Seo Yeon kaget karena Sun berpikir
kalau ia akan bunuh diri. Sun mengeluh kalau Seo Yeon itu harus memikirkan apa
yang diposting di media sosial karena Seo Yeon berbicara tentang kesia-siaan
dan menyerah.
“Aku
mungkin menjadi pencari perhatian, tapi akankah aku melakukan itu sebelum bunuh
diri?” kata Seo Yeon
“Apa yang
sia-sia dan apa yang kau berikan?” tanya Sun penasaran.
“Aku
datang ke sini karena makanan disini katanya enak tapi tidak juga, jadi usahaku
sia-sia. Sekarang aku akan pergi ke Amerika, maka aku harus menyerah mencari
restoran yang bagus.” Kata Seo Yeon melihat sup kimchi dengan sujebi.
“Harusnya
kau ketik tempatnya juga.” Keluh Sun. Seo Yeon mengoda kalau Sun itu
mengkhawatirkannya.
“Siapa
yang khawatir? Aku akan mati kalau kau menghilang seperti ini.” Ucap Sun
berdalih
“Kenapa
kau begitu tak berdaya di depan sepupumu?” tanya Seo Yeon heran.
Sun
menceritakan kalau sepupunya itu yang menjaganya di Amerika saat dirinya
sendirian jadi tinggal bersamanya.Ia masih ingat kalau sepepunya itu selalu memarahi
anak-anak yang merundungnya di sekolah. Seo Yeon yakin kalau sepupu Sun itu
memang punya aura yang luar biasa.
“Lalu
Kenapa kau sendirian?” tanya Seo Yeon. Sun memberitahu kalau Orang tuanya sedang bekerja.
“Mereka
bersama denganku beberapa tahun kemudian.” Cerita Sun
“Kau
pasti kesepian di tempat asing sendirian. Aku sangat kesepian ketika orang
tuaku bercerai, dan aku tinggal bersama ayahku. Aku masih ingat nomor restoran
Cina yang selalu kupesan..” Ucap Seo Yeon.
“Aku
juga... Kode masuk apartemenku adalah nomor restorannya... Yang selalu aku
pesan.” Kata Sun. Seo Yeon tak percaya mendengarnya.
“Wahh..
ternyata Ada seseorang seperti ... Aku harus mengunjungi restoran itu sebelum
aku pergi karena aku tidak tahu kapan aku akan kembali.” ucap Seo Yeon.
Keduanya pulang
bersama, Sun melihat Seo Yeon tertidur di sampingnya teringat kembali dengan
pertemuan pertama didepan restoran. Lalu Seo Yeon kabur dengan sepatu yang
harus nyangkut. Sun dengan sinis menyindri Seo Yeon yang tak bisa membayar
hutang.
“Supaya bisa
membuktikan aku ini sangat serius, maka aku akan membiarkanmu mengawasiku saat mencari
teman bisnisku.” Ucap Seo Yeon jadi akan tinggal dirumah Sun.
Seo Yeon
pun berlari terburu-buru sebelum Sun pergi, setelah dari toilet. Lalu Sun
melihat Seo Yeon yang tak sadarkan diri harus masuk IGD. Seo Yeon yang membuat
keributan di kamar mandi dan membuatnya terjatuh. Seo Yeon berusaha mengodanya,
agar mau meminta maaf.
“Ini
pekerjaan terakhirku sebagai pemilik bisnis, jadi aku harus berusaha keras. “
kata Seo Yeon seperti pasrah.
Sun
mengingat semua kenangan dengan Seo Yeon merasa kalau hanya tidak mengerti
keadaanya.
Keduanya
kembali ke rumah, Sun menahan Seo Yeon
sebelum masuk kamar karena mau mengatakan sesuatu. Ia tahu kalau Sepupunya
hanya menginginkan uang.
“Jika kau
masuk penjara, dia tidak akan pernah mendapatkan uangnya kembali. Jadi Kau
boleh bekerja dan membayarnya kembali.” kata Sun. Seo Yeon kaget mendengarnya.
“Aku tak
bisa dapat pekerjaan untuk membalasnya.” Ucap Seo Yeon
“Itu
sebabnya aku terpaksa mencari pekerjaan untukmu.” Kata Sun bangga
“Apa itu
sesuatu yang membutuhkan tenaga?” tanya Seo Yeon, Sun membenarkan.
“Apa
benar-benar membutuhkan tenaga? Kau ini kenapa?” kata Seo Yeon panik menutupi
badanya dengan wajah ketakutan.
“Apa yang
kau pikirkan? Ini sebagai asisten pribadi... Asistenku.” Kata Sun. Seo Yeo
binggung mendengarnya.
Sun masuk
ruang kerja mengangkat video call dari sepupunya. Nyonya Sun Woo mengaku mendapat
uang dengan wajah bahagia sambil mengendong bayinya. Ia pikir kalau Lee Seo
Yeon itu seorang penipu, lalu bertanya apakah sudah menangkap teman bisnisnya.
Sun mengaku sudah.
“Aku pikir
akan bercerai setelah kehilangan 200 juta Won. Sekarang akhirnya aku bisa tidur
dengan nyenyak... Hei Nak, pamanmu menyelamatkan kita... Ayo Bilang terima
kasih.” Kata Nyonya Sun Woo
“Jangan
khawatir dan fokuslah pada pemulihanmu.” Ucap Sun, Nyonya Sun Woo ingin tahu
apa yang dikatakan dan dilakukan Seo Yeon.
Sun
mengaku tak tahu, Nyonya Sun Woo pikir Sun juga tak perlu peduli karena sudah
banyak berusaha dan tidak akan pernah berurusan dengannya lagi. Sun membenarkan
padahal berbohong kalau ia yang membantu Seo Yeon.
Dae Yonng
pergi lagi menemui “Baek Soo Ji” wajahnya masih sedih melihat foto dirinya.
Lalu menaruh tiket musikal “Gwanghwamun Love Song”. Seo Yeon tiba-tiba datang
bertanya siapa wanita itu. Dae Young kaget melihat Seo Yeon datang.
“Apa dia
pacarmu?” tanya Seo Yeon, Dae Young hanya terdiam dan keduanya saling menatap.
Bersambung
ke episode 7
PS; yang udah baca
blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 &
Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar