PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Kamis, 02 Agustus 2018

Sinopsis Lets Eat 3 Episode 6 Part 2

PS : All images credit and content copyright : TVN

Di atap rumah
Jin Woo berlatih nari dengan Seo Yeon, tapi Seo Yeon seperti terpaksa dengan wajah malas. Ji Woo mengeluh kalau Seo Yeon harus gerakkan kakinya. Seo Yeon mengulang kata Ji Woo harus diam saja. Ji Woo menyuruh Seo Yeon diam dan menari saja.
“Aku membayar lebih karenamu, sehingga kau boleh melakukan banyak hal.” Ucap Ji Woo mengajak mereka berlatih kembali.
“Apa Kau bisa konsentrasi?” keluh Ji Woo, Seo Yeon merasa Ji Woo malah membuatnya susah.

Dae Young melihat Ji Woo berlatih Waltz 101, karena pernah ikut pada  semester 1. Seo Yeon terlihat senang karena Dae Young  boleh membantu Ji Woo dan langsung bergegas pergi. Ji Woo panik berpikir kalau Dae Young tidak perlu membantunya
“Jangan khawatir, aku dapat A untuk ini. Sebagai pemimpin klub, aku harus membantu dokter tim kami mendapatkan nilai bagus.” Kata Dae Young lalu memegang tangan Ji Woo.
“Kalau begitu aku akan mulai, Kacang.” Ucap Dae Young, akhirnya mereka mulai berlatih menari. Ji Woo tersenyum bisa menari dengan Dae Young walaupun berada diatap rumah. 

Keduanya menari yang sama di pernikahan Sung Joo, Dae Young mengaku  tidak pernah berpikir Waltz 101 akan berguna. Ji Woo juga berpikiran sama karena Ini pertama kalinya aku menari di pesta pernikahan.
“Ini pernikahan pengantin wanita yang terlambat, jadi mereka membuatnya menjadi impiannya.” Ucap Dae Young melihat Sung Joo menari dengan istri dan juga anaknya. 

Dae Young dan Ji Woo menari dengan pakaian baju pengantin, wajah Ji Woo terlihat bahagia bisa menari bersama Dae Young. Saat itu Ji Woo tertidur di mobil lalu terbangun.  Dae Young melihat Ji Woo sudah terbangun, Ji Wo merasa kalau tadi terlalu cepat berlalu dan turun dari mobil.
Saat itu Ji Woo turun, Seo Yeon datang langsung menampar Ji Woo. Dae Young melihat terlihat binggung dan bertanya apa yang terjadi. Ji Woo tak bisa menahan amarah membalas tamparan Seo Yeon. Keduanya saling menatap sinis, Dae Young menahan tangan Seo Yeon sebelum menampar Ji Woo kembali.

“Beraninya kau memindahkan abu ayahku?”ucap Seo Yeon marah.
“Kalau aku bisa menemukanmu,maka aku tak akan melakukannya.” Ucap Ji Woo. Dae Young meminta agar Seo Yeon tenang. Ji Woo pun memilih pergi.
“Lee Ji Woo.... Mau sampai kapan kau akan menghindarinya? Bicaralah... Kalian berdua harus tahu apa yang sudah terjadi di antara kalian.” Kata Dae Young. Ji Woo melirik sinis. 


Keduanya berbicara di cafe,  Ji Woo menceritakan kalau krematorium menelepon memebritahu kontrak sudah berakhir. Seo Yeo marah karena Ji Woo memindahkan abu  Tanpa sepengetahuan putrinya. Ji Woo menyindir kalau Seo Yeon ingin dianggap  "Putrinya"
“Lalu apa kau tidak tahukontraknya sudah kadaluwarsa? Kalau mau dinganggap dirimu putrinya, maka kau harus tetap saling menghubungi.” Sindir Ji Woo, Seo Yeon pun terdiam
“Jadi Di mana gucinya sekarang?”tanya Seo Yeon. Ji Woo menjawab  adan di Icheon, Provinsi Gyeonggi-do.
“Kau sudah lama kembali dari Amerika, Apa  kau baru berkunjung sekarang? Wah... Aku kagum.... Lagipula, kau terlalu sibuk minum  dengan seorang pria untuk menemui ayahmu.” Sindir Ji Woo. Seo Yeon terlihat binggung.
“Aku tidak peduli siapa yang kau pacari dan apa yang kau lakukan dengan mereka, tapi jangan menyebabkan masalah ke Dae Young. Dia sudah punya pacar. Kau tidak semurahan itu, kan?” tegas Ji Woo.
“Apa Kau mengakuinya Atau apa ini merefleksi diri?” tanya Seo Yeon. Ji Woo terlihat binggung.
“Saat kau keluar dari mobilnya, kau terlihat sangat bahagia. Kau dulu menyukai dia. Apa sampai sekarang kau masih menyukainya?” kata Seo Yeon.
Ji Woo mengaku tidak, Seo Yeon mengaku itu bagus, menceritakan kalau pernah minum bersama Dae Young tanpa tahu kalau punya pacar, dengan melihat sikap Ji Woo yang menganggapnya murahan
“Kecuali kau mau jadi murahan, maka kau harus berhati-hati. Aku akan membayarmu nanti karena sudah memindahkan abu ayahku.” Tegas Seo Yeon lalu pergi meninggalkan Ji Woo. 


Sun mengemudikan mobilnya melihat Seo Yeon berjalan dengan membawa koper lalu menghentikan mobilnya.  Ia mengeluh Seo Yeon yang mengatakan tidak akan lari. Seo Yeon pikir kalau bagus Sun datang lalu memasukan bareng ke dalam mobil. Sun hanya terdiam.
“Kenapa tidak masuk? Aku takkan ke bandara, jadi Beri aku tumpangan.” Kata Seo Yeon. 

Seo Yeon mengeluarkan semua barang-barang dari koper kalau ingin menjual semuanya, lalu melepaskan kacamatanya yang dipakainya.  Pegawai melihat di antara lima tas yang ingindijual, mereka mengklasifikasikan ketiganya sebagai premium termasuk kantong debu.
 “Dan Ini jumlah totalnya.... Tapi maaf. Aku harus mengatakan ini, sepatu Anda harus dikecualikan.” Kata pegawai
“Kenapa? Itu edisi terbatas, dan aku juga sudah memakainya beberapa kali.” Kata Seo Yeon
“Desain perwakilan merek lebih disukai daripada desain mewah. Kalau Anda jual di toko lain, hasilnya tetap sama juga.” Jelas pegawai
“Aku akan jual dengan harga murah... Lagipula, aku tidak akan memakainya.” Ucap Seo Yeon. Sun melihat Seo Yeon seperti kasihan. 

Seo Yeon menerima uang memberikan beberapa lembar pada Sun sebagai biaya bersih-bersih kamar mandi dan biaya perawatan tangan Sun. Ia pikir harus menyelesaikan apa yang harus diselesaikan sebelum pergi. Sun menolak meminta agar tak perlu mengingatnya.
“Ambillah selagi kau mau... Meski aku menyimpannya, itu akan sia-sia begitu aku masuk penjara.” Kata Seo Yeon, Sun pun tak bisa berkata apapun. 


Sun terlihat gugup didepan kamar Seo Yeon, lalu akhirnya membuka kamar Seo Yeon yang sedang bertelungkup, lalu bertanya apa yang sedang dilakukan. Seo Yeon mengatakan sedang menulis surat permohonan maaf kepada pelanggan setianya. Sun terlihat binggung.
“Ya, bisnisku adalah jasa beli-beli di luar negeri secara online. Aku akan membuka kembali situs webku  saat mendapatkan kembali uangku, tapi sekarang, aku harus tutup web itu lagi.” Cerita Seo Yeon
“Jadi Aku ingin menyampaikan hatiku yang menyesal dan berterima kasih kepada mereka. Itu membutuhkan banyak upaya untuk menulis masing-masing Ini pekerjaan terakhirku sebagai pemilik bisnis, jadi aku harus berusaha keras.” Ungkap Seo Yeon pasrah
“Kurasa itu semua sia-sia kalau aku masih setengah jalan. Rasanya seperti sebuah perpisahan. Dan aku merasa seperti benar-benar berakhir.” Ungkap Seo Yeon.
Sun seperti terdiam mendengarnya, Seo Yeon heran karena Sun hanya diam saja. Sun ingin tahu Kapan berangkat ke Amerika, apakah sudah memesan tiket pesawat, karena Sepupunya yang ingin tahu. Seo Yeon pikir Sun tak perlu khawatir.
“Apa Kau tidak tahu kalau kau tidak perlu menyudutkan seseorang dalam krisis?” sindir Seo Yeon. Sun pun tak bisa berkata apa-apa. 


 [Rumah Sakit Universitas Sehan]
Ji Woo melamun mengingat yang dikatakan pada Seo Yeon “ Jangan menyebabkan masalah pada Dae Young. Dia punya pacar. >Kau tidak semurahan itu, kan?”terlihat ada wajah penyesalan.
Saat itu ponsel Ji Woo berbunyi, pesan masuk “Turunlah sebentar ke lantai satu. Ayo kita minum secangkir teh.” 

Ji Woo datang bertanya kenapa temanya mengajak minum teh. Temanya terlihat tersenyum, Dae Young datang membawakan minuman. Ji Woo kaget melihat Dae Young yang datang. Teman Ji Woo mengatakan kalau mendapat asuransi yang baik untuk anakku berkat Dae Young.
“Aku sedang berpikir ingin mengurus asuransi untukku dan suamiku juga. Aku memanggilmu kemari jadi kalian bisa menyapa ketika dia ada di sini.” Ucap Teman Ji Woo. Dae Young terlihat binggung.
“Goo Dae Young, Apa kau suka musikal?” tanya Teman Ji Woo. Dae Young mengaku suka
“Ada aktor musikal yang bernama Yang Yo Seob dan Son Dong Woon, dan mereka juga klienku. Aku selalu menonton pertunjukan mereka.” Kata Dae Young
“Itu bagus... Aku mendapat tiket ini secara cuma-cuma, tapi tak bisa menontonnya karena waktu mepet. Dan Kau juga suka musikal, Ji Woo? Kalian bisa pergi bersama.” Kata teman Ji Woo
“Itu, aku tidak suka musikal... Jadi Pergilah dengan pacarmu.” Kata Ji Woo memberikan tiket pada Dae Young lalu pamit pergi membiarkan mereka bicara saja. 


Teman Ji Woo menunggu lift bersama Ji Woo, ingin tahu kenapa tak menerima tiket darinya dan juga terus mendesah. Ji Woo mengaku kalau Dae Young harus pergi dengan pacarnya. Temanya ingat kalau Dae Young memang punya pacar.
“Bisakah kau menyerah padanya jika kau terus memikirkannya?” ucap Temanya.
“Bukan masalah apa aku bisa atau tidak bisa. Aku tidak punya pilihan tetapi menyerah.” Ucap Ji Woo lalu menerima telp dari i agen perumahan.
“Apa rumah Anda masih tersedia?” tanya paman. Ji Woo terlihat binggung.
“Saya belum menemukan penyewa baru. Jadi bisa Telepon saya lagi.”ucap Ji Woo lalu menutup telpnya.
“Bukankah kau sudah menelepon mereka untuk membatalkannya? Ibumu sudah ke panti jompo.” Kata teman Ji Woo heran
“Aku memasang iklan di beberapa tempat... Itu bagus. Mungkin aku hanya akan pindah sementara aku melakukannya.” Ucap Ji Woo
“Kau bertemu dengannya lagi setelah 10 tahun, tapi apa kau harus menyerah seperti ini?” komentar temanya
“Itu memalukan. Jika kami memang ditakdirkan, semua pasti akan berhasil. Kami juga tidak ditakdirkan bagaimanapun itu.” Ungkap Ji Woo Sedih. 

Dae Young kembali membahas dengan tim Sun di kantor. Mereka mengaku sudah memutuskan untuk meningkatkan jumlah kategori dengan menyederhanakan menu dan menambahkan lebih banyak hidangan asing. Dae Young pikir itu jauh lebih baik, Sun datang membagikan botol minuman. “Anda berbeda, melihat bagaimana kau memberikan minuman pada rekan kerja.” Ucap Dae Young. Semua pegawai pun terlihat senang. Seorang pegawai wanita ingin minum pemberian dari Sun.
“Bukan minuman itu, tapi cobalah minum satu rasa plum. Buah plum bagus untuk mereka yang perutnya lemah.” Ucap Dae Young, Si wanita kaget karena Dae Young mengetahuinya.
“Aku melihat kau sering memegang perutmu... Kau juga mengalami insomnia. Dan Tunggu, jangan langsung meminumnya, Kau Hangatkan sedikit karena Tidak baik meminumnya secara dingin.” Ucap Dae Young membuat minuman jadi hangat.
“Terima kasih... Kurasa kau sangat lembut.” Komentar pegawai wanita terkesima dengan Dae Young
 “Di antara klienku, ada satu yang membuka usaha agen perjalanan di mana itu khusus untuk hiking di Gunung Everest. Apa Kau mau bertemu dengannya?” kata Dae Young. Sun mengeluh Dae Young tiba-tiba membahasnya.
“Wah..., bagaimana kau tahu mimpiku adalah mendaki Gunung Everest?” ucap Wanita lainya.
“Foto profilmu adalah kau berfoto bersama gunung. Lalu  4 digit terakhir nomormu adalah 8848  yang menunjukkan tinggi gunung itu. Beberapa klienku juga suka mendaki. Banyak dari mereka punya 4 digit terakhir dari nomor mereka sebagai 8848.”jelas Dae Young.
Dua wanita memuji Dae Young, karena Tidak banyak pria yang tetap perhatian seperti Dae Young. Sun tak suka mendengarnya mengajak untuk mulai rapat agar mengakhir obrolan, dan mereka itu datang untuk berkerja.
“Ah.. Benar, dan aku sudah mengatur restoran lezat yang aku kunjungi selama ini.” Ucap Dae Young membagikan berkasnya.
“Kami sudah membuat daftar tempat-tempat yang kau posting di blogmu. Jangan membuang waktu...” komentar Sun sinis.
“Wahh.. Beberapa dari mereka tidak ada di blognya.” Komentar pegawai pria
“Bahkan ada tempat yang tidak bisa ditemukan melalui pencarian di Internet. Kau menakjubkan. Ayo Beri dia tepuk tangan yang meriah.” Balas pegawai yang lain. Semua pegawai memuji Dae Young dan Sun terlihat makin cemberut. 


Dae Young berbicara pada receptionist memberitahu kada restoran dengan maakanan murah dan lezat jadi harus mencoba tempat itu. Ia juga  akan mengajari  cara makan gurita yang enak, Sun melihat keramahan Dae Young makin sinis.
“Hei.. Ketua Tim Sun Woo” panggil Dae Young lalu bergegas mengejarnya.
“Anda pulang kerja lebih awal. Apa Anda mau bertemu seseorang? Atau Anda mau berkencan?” ucap Dae Young
“Tidak, aku mau pergi ke dinas lapangan. Aku Tidak sepertimu, aku bukan tipe yang bisa akrab dengan wanita.” Sindri Sun. Dae Young terlihat binggung.
“Kau pernah bersama Lee Seo Yeon yang sedang mabuk. Kelihatannya kau memasang wajah senyum pada rekan kerja wanita hari ini juga. Kuharap kau tidak menimbulkan masalah yang tidak perlu di kantor.” Tegas Sun sinis
“Kurasa Anda salah paham... Aku menyayangi pria dan wanita karena menyukainya.  Itu sebabnya aku mulai bekerja sebagai perencana asuransi. Aku akan perlihatkan bukti bahwa aku juga menyayangi pria.”ucap Dae Young mengoda. Sun tak ingin membahasnya memilih untuk keluar dari ruangan. 


Dae Young bertanya apakah punya perutnya bermasalah. Sun kesal dengan Dae Young yang bicara tidak formal dan meminta agar bersikap santun. Dae Young pikir mereka sedang di luar kantor dan perkataan tadi karena mereka ada di dalam gedung.
“Apa itu "perut bermasalah"? Kau punya cambang di perutmu. Aku bisa merekomendasikan tempat untuk itu.” Ucap Dae Young
“Apa? Kapan kau melihat perutku?” tanya Sun panik
“Aku melihatnya saat membuka bajumu hari itu di rumahku. Kau membuatku terjaga malam itu.” Ucap Dae Young
Tolong jangan bercanda denganku. Kami tidak cukup dekat untuk melakukannya. Jangan melewati batas.” Tegas Sun lalu berjalan pergi.
“Yah.. Benar. Sama seperti namamu, batas sangat berarti bagimu. Wahh.. Dia terus tumbuh besar.  Jawabannya membuat lelucon lebih lucu.” Kata Dae Young tersenyum. 


Sun mengantri didepan restoran lalu masuk saat Nomor 120 dipanggil.  Pelayan menanyakan pesanan Sun setelah duduk. Sun mengatakan ingin memesan satu yangjangpi. Dae Young masuk mengaku datang dengan Sun lalu duduk didepanya. Sun terlihat kesal melihat Dae Young.
“Ini terlalu banyak untuk satu orang, jadi kita boleh berbagi... Harusnya kau bilang mau datang ke sini... Berkatmu, aku bisa memotong antrian.” Kata Dae Young
“Aku tak butuh itu dan Kau harus menunggu di luar. Tunggulah sesuai antrian.” Kata Sun sinis
“Haruskah kau bersikap seperti itu? Apa karena aku menyebutkan perutmu itu?” ucap Dae Young, Sun memperingatkan agar Dae Young tak mengatakan hal itu.
Saat itu pesanan Sun datang, Dae Young melihat mie diatas piring tebal,Sun melihat Dae Young pasti suka dengan mie itu,karena begitu senang. Dae Young terlihat kesal, tapi akhirnya tersenyum mengucapkan Terima kasih atas pujiannya.
“Mie adalah apa yang bisa membawa berbagai macam bahan bersama. Sikap sosialku meningkatkan suasana hati dan menyatukan orang-orang. Mienya tidak digoreng bersama. Itu diletakkan di atas.” Ucap Dae Young
“Inilah bagaimana mereka membuatnya di restoran Cina bergaya Amerika. Yangjangpi berasal dari Korea, tetapi orang-orang China dari Korea pergi ke Amerika dan...” kata Sun dan bisa langsung dilanjutkan oleh Dae Young
“Pada tahun 2011, popularitasnya meningkat setelah seorang koki Cina berhasil masuk acara memasak di TV Amerika.” Kata Dae Young. Sun menganguk setuju.
“Yangjangpi mirip dengan japchae si Korea. Namanya bahkan dulu yangjangpi-japchae.” Kata Sun
“Benar. Japchae punya mi bening, sementara mie ini terbuat dari pati yang telah ditumpuk. Kedua hidangan disajikan dengan berbagai bahan. Ada sebuah restoran di Seogyo-dong yang menjual yangjangpi-japchae.” Kata Dae Young
“Apa maksudmu Wooncha? Itu juga mereka menjual jjajangmyeon. Komentar Sun.  Dae Young pikir kalau Sun belum pernah makan di sana.”
“Aku berteman dengan koki di sana, jadi dia membuatkan satu untukku. “ kata Dae Young
“Aku tidak pernah melewati batas, jadi aku tidak bertanya.”balas Sun. Saat itu pelayan datang memberitahu kalau  mereka harus mulai memakanya selagi masih hangat.

Dae Young akan mulai makan, tapi Sun menghentikanya karena ingin mengambil foto makanan lebih dulu. Dae Young pikir utu sebabnya  hanya memotret foto piring kosong. Sun measa kalau juga perlu foto hidangan yang lengkap.
“Itu sudah ada di internet...Coba Lihat.” Kata Dae Young. Tiga orang dibelakang mereka sibuk mengambil gambar makanan dan akan mempostingnya. Akhirnya Sun pun menurunkan kameranya.
Keduanya makan dengan lahap, semua dihabiskan dengan cara masing-masing. Setelah selesai keduanya meminta dibawakan jjamppong pedas. Dae Young tahu kalau Yangjangpi membuat ingin makan sesuatu yang pedas. Akhirnya semangkuk jamppong datang.
Dae Young mencoba kuahnya lebih dulu,  Sun mulai makan dengan mencelupkan pada bawang putih. Dae Young melihat lalu bertanya darimana Sun mempelajari makan itu secara bersamaan. Sun menceritakan Setiap kali makanan yang diantar, Ji Woo biasanya menggabungkan hidangan yang berbeda bersama.
“Aku kadang-kadang selalu melakukan itu.” Kata Sun  bangga.
“Dia juga mengajariku begitu. Aku masih ingat kombinasi saat memakan camilan dia mengajariku begitu.  Dia akan membuat masakan baru dengan sisa makanan yang ada.” Ucap Dae Young bangga.
“Dia begitu murah hati dan pengertian. Dia akan memahamiku lebih baik daripada orang tuaku,. memberiku petunjuk, dan mendorongku. Dia tipe orang yang cenderung kau andalkan.” Cerita Sun tak mau kalah
“Sejak aku pindah di sebelah, hidupku yang tidak berarti menjadi lebih baik.” Ungkap Dae Young
“Kita harus memesan hidangan untuknya karena sudah di sini.” Ucap Sun lalu memesan mandu untuk dibawa pulang.
“Jangan pangsit.” Kata Dae Young, Sun binggung kenapa tak boleh.
“Mungkin kau tidak tahu, tapi dia suka dengan pangsit.” Ucap Dae Young, saat itu pelayan datang membawakan makanan yang sudah dibungkus.
“Aku sudah memesannya.” Ucap Dae Young, Sun akhirnya memesanterong goreng saja dengan wajah kesal. 

Ji Woo keluar rumah bersama dua orang bibi, Bibi agen perumahan memberitahu lingkungan bersih dan tenang, jadi tidak perlu mengalami masalah, bahkan akan menelepon tuan tanah dan membuat kontrak. A memberitahu Ji Woo akan pindah bulan depan. Mereka pun pamit pergi.
“Apa yang terjadi? Kupikir kau akan tetap tinggal dirumah itu.” Ucap Dae Young mendengar kalau Ji Woo akan pindah.
“Aku memilih untuk pindah.” Ucap Ji Woo. Dae Young pikir Pasti sulit mencari rumah dengan halaman untuk Kacang.
“Aku yakin bisa mencarinya.” Kata Ji Woo, Dae Young pikir Ji Woo bisa tetap tinggal saja.
“Aku sudah bersenang-senang  berkenalan denganmu.” Ucap Dae Young
“Dae Young, aku tidak senang... Bukankah sudah jelas? Seo Yeon kembali padaku setelah kau pindah kemari.” Kata Ji Woo, Dae Young terlihat kaget.
“Aku cuma bercanda... Seperti yang kau tahu, banyak yang terjadi padaku belakangan ini. Dengan Pindah membawa pantulan dalam hidupku, jadi aku berharap bisa mencari lebih baik untukku.” Ucap Ji Woo

“Apa Kau mau mengambil bangku di sana setelah aku pindah? Kau boleh menikmati minum di sana. Minumlah bersama pacarmu saat dia berkunjung.” Kata Ji Woo berusaha untuk tersenyum
“Baiklah. Beri tahu aku jika aku bisa membantumu dengan langkah itu.cDan juga, tadi aku pergi sama Sun. Jadi memesan ini untukmu. Dan tas yang satu Ini juga pemberian dari dia.” Kata Dae Young menahan rasa sedihnya.
Ji Woo pun mengucapkan terimakasih, lalu mengajak anjingnya pergi Dae Young menahan rasa sedihnya

Sun kembali ke rumah, wajahnya terlihat penasaran lalu membuka pintu kamar ternyata Seo Yeon tak ada dikamar. Wajahnya terlihat sedih lalu melihat kartu yang dituliskan Seo Yeon “Terima kasih untuk semuanya. Maaf kalau aku harus mengucapkan selamat tinggal.”
Wajah Sun terlihat panik, mencoba menelp “Lee Seo Yeon” tapi tak diangkat. Akhirnya Sun mencari tahu dari SNS, terlihat foto sungai dengan perahu bebek, bertuliskan caption “Semuanya begitu sia-sia.  Aku harus menyerah saja” Sun pun mencari tahu keberadan Seo Yeon.

Sun mengemudikan mobilnya, teringat saat terakhir kali Seo Yeon menyuruh agar mengambil uangnya karena Meski menyimpannya, itu akan sia-sia saat masuk penjara. Lalu saat di rumah menuliskan kartu permintaan maaf
“Kurasa itu semua sia-sia kalau aku masih setengah jalan. Rasanya seperti sebuah perpisahan. Dan aku merasa ini benar-benar berakhir.” Kata Seo Yeon.
Sun berlari mencari Seo Yeon di tengah pedesaan, lalu sempat bertanya pada penduduk asli apakah melihat Seo Yeon. Tapi mereka tak melihatnya, Sun terus bersama mencari. Saat itu Seo Yeon sedang duduk di cafe bertanya apa yang Sun lakukan disana. 

Akhirnya Sun dan Seo Yeon duduk di restoran bersama. Seo Yeon kaget karena Sun berpikir kalau ia akan bunuh diri. Sun mengeluh kalau Seo Yeon itu harus memikirkan apa yang diposting di media sosial karena Seo Yeon berbicara tentang kesia-siaan dan menyerah.
“Aku mungkin menjadi pencari perhatian, tapi akankah aku melakukan itu sebelum bunuh diri?” kata Seo Yeon
“Apa yang sia-sia dan apa yang kau berikan?” tanya Sun penasaran.
“Aku datang ke sini karena makanan disini katanya enak tapi tidak juga, jadi usahaku sia-sia. Sekarang aku akan pergi ke Amerika, maka aku harus menyerah mencari restoran yang bagus.” Kata Seo Yeon melihat sup kimchi dengan sujebi.
“Harusnya kau ketik tempatnya juga.” Keluh Sun. Seo Yeon mengoda kalau Sun itu mengkhawatirkannya.
“Siapa yang khawatir? Aku akan mati kalau kau menghilang seperti ini.” Ucap Sun berdalih
“Kenapa kau begitu tak berdaya di depan sepupumu?” tanya Seo Yeon heran.
Sun menceritakan kalau sepupunya itu yang menjaganya di Amerika saat dirinya sendirian jadi tinggal bersamanya.Ia masih ingat kalau sepepunya itu selalu memarahi anak-anak yang merundungnya di sekolah. Seo Yeon yakin kalau sepupu Sun itu memang punya aura yang luar biasa.
“Lalu Kenapa kau sendirian?” tanya Seo Yeon. Sun memberitahu kalau  Orang tuanya sedang bekerja.
“Mereka bersama denganku beberapa tahun kemudian.” Cerita Sun
“Kau pasti kesepian di tempat asing sendirian. Aku sangat kesepian ketika orang tuaku bercerai, dan aku tinggal bersama ayahku. Aku masih ingat nomor restoran Cina yang selalu kupesan..” Ucap Seo Yeon.
“Aku juga... Kode masuk apartemenku adalah nomor restorannya... Yang selalu aku pesan.” Kata Sun. Seo Yeon tak percaya mendengarnya.
“Wahh.. ternyata Ada seseorang seperti ... Aku harus mengunjungi restoran itu sebelum aku pergi karena aku tidak tahu kapan aku akan kembali.” ucap Seo Yeon. 



Keduanya pulang bersama, Sun melihat Seo Yeon tertidur di sampingnya teringat kembali dengan pertemuan pertama didepan restoran. Lalu Seo Yeon kabur dengan sepatu yang harus nyangkut. Sun dengan sinis menyindri Seo Yeon yang tak bisa membayar hutang.
“Supaya bisa membuktikan aku ini sangat serius, maka aku akan membiarkanmu mengawasiku saat mencari teman bisnisku.” Ucap Seo Yeon jadi akan tinggal dirumah Sun.
Seo Yeon pun berlari terburu-buru sebelum Sun pergi, setelah dari toilet. Lalu Sun melihat Seo Yeon yang tak sadarkan diri harus masuk IGD. Seo Yeon yang membuat keributan di kamar mandi dan membuatnya terjatuh. Seo Yeon berusaha mengodanya, agar mau meminta maaf.
“Ini pekerjaan terakhirku sebagai pemilik bisnis, jadi aku harus berusaha keras. “ kata Seo Yeon seperti pasrah.
Sun mengingat semua kenangan dengan Seo Yeon merasa kalau hanya tidak mengerti keadaanya. 


Keduanya kembali ke rumah,  Sun menahan Seo Yeon sebelum masuk kamar karena mau mengatakan sesuatu. Ia tahu kalau Sepupunya hanya menginginkan uang.
“Jika kau masuk penjara, dia tidak akan pernah mendapatkan uangnya kembali. Jadi Kau boleh bekerja dan membayarnya kembali.” kata Sun. Seo Yeon kaget mendengarnya.
“Aku tak bisa dapat pekerjaan untuk membalasnya.” Ucap Seo Yeon
“Itu sebabnya aku terpaksa mencari pekerjaan untukmu.” Kata Sun bangga
“Apa itu sesuatu yang membutuhkan tenaga?” tanya Seo Yeon, Sun membenarkan.
“Apa benar-benar membutuhkan tenaga? Kau ini kenapa?” kata Seo Yeon panik menutupi badanya dengan wajah ketakutan.
“Apa yang kau pikirkan? Ini sebagai asisten pribadi... Asistenku.” Kata Sun. Seo Yeo binggung mendengarnya.

Sun masuk ruang kerja mengangkat video call dari sepupunya. Nyonya Sun Woo mengaku mendapat uang dengan wajah bahagia sambil mengendong bayinya. Ia pikir kalau Lee Seo Yeon itu seorang penipu, lalu bertanya apakah sudah menangkap teman bisnisnya. Sun mengaku sudah.
“Aku pikir akan bercerai setelah kehilangan 200 juta Won. Sekarang akhirnya aku bisa tidur dengan nyenyak... Hei Nak, pamanmu menyelamatkan kita... Ayo Bilang terima kasih.” Kata Nyonya Sun Woo
“Jangan khawatir dan fokuslah pada pemulihanmu.” Ucap Sun, Nyonya Sun Woo ingin tahu apa yang dikatakan dan dilakukan Seo Yeon.
Sun mengaku tak tahu, Nyonya Sun Woo pikir Sun juga tak perlu peduli karena sudah banyak berusaha dan tidak akan pernah berurusan dengannya lagi. Sun membenarkan padahal berbohong kalau ia yang membantu Seo Yeon. 


Dae Yonng pergi lagi menemui “Baek Soo Ji” wajahnya masih sedih melihat foto dirinya. Lalu menaruh tiket musikal “Gwanghwamun Love Song”. Seo Yeon tiba-tiba datang bertanya siapa wanita itu. Dae Young kaget melihat Seo Yeon datang.
“Apa dia pacarmu?” tanya Seo Yeon, Dae Young hanya terdiam dan keduanya saling menatap.
Bersambung ke episode 7

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar