PS : All images credit and content copyright : TVN
Dae Young
berjalan pulang mengingat kembali yang dikatakan Seo Yeon sebelumnya “Kau
selalu bertanya di mana Ji Woo saat melihatku.”
Dan Saat Byung sam bertanya “Kenapa kau melakukan itu? Apa Kau tak mau
dia pacaran?” lalu Ia menjawab kalau tak ingin Ji Woo berpacaran dengan
temanya.
Ia juga
menyelamatkan Ji Woo saat bajunya yang tembus pandang karena hujan dan
memberikan jaketnya. Tiba-tiba Ji Woo berlari menghampiri Dae Young,
“Dae
Young... Apa Kau marah denganku? Saat di sauna, apa aku memukulmu saat aku
sedang tidur? Atau saat kita makan ayam pedas, Apa aku memakan bagian
terakhirnya?”ucap Ji Woo binggung dengan sikap Dae Young
“Bukan
itu.” Kata Dae Young. Ji Woo pun binggung apa yang terjadi.
“Kenapa
kau selalu menghindariku?” ucap Ji Woo akhirnya tak bisa menahan tangisnya.
“Jangan
menangis.” Kata Dae Young langsung memberikan topi agar tak terlihat wajah Ji
Woo yang menangis.
“Aku
bukannya marah. Aku hanya... Hanya merasa sedih saja... Kurasa aku...” kata Dae
Young tapi terhenti karena mendengar ponselnya berdering. Ibunya menelp, lalu terlihat kaget menerima kabar dari
ibunya.
Jin Seok
dkk membereskan barang-barang Dae Young dikamar. Jin Seok seperti tak pecaya kalau
bisnis ayah Dae Young sepenuhnya bangkrut. Byung Sam pikir kalau properti
keluarganya juga disita dan itulah yang terjadi.
“Dia juga
akan pindah kampus, melihat bagaimana dia pindah dari rumah ini. Aku kasihan
pada Dae Young.” ungkap Sung Joo
“Benar...
Ayo bersikap baik padanya sampai dia masuk wamil.” Kata Jin Seok. Ji Woo
mendengar dari balik pintu terlihat sedih karena harus berpisah dengan Dae
Young dan topi itu sebagai kenang-kenangan untuknya.
Ji Woo
mengingat kejadian masa lalunya melihat Seo Yeon yang membuka pintu rumah Dae
Young. Seo Yeon berpikir kalau Ji Woo sudah pindah rumah, Tapi ternyata belum.
Ji Woo ingin tahu keberadaan Dae Young sekarang. Seo Yeon menjawab kalau Dae
Young sedang kerja.
“Apa Kau
membawanya untuk Dae Young? Karena kau membawanya, bisakah aku memakannya?
Kemarin aku minum dan aku merasa sakit.” Ucap Seo Yeon mengambil panci dari
tangan Ji Woo lalu masuk ke rumah.
Ji Woo
tak bisa menahan amarah langsung masuk mendorong Seo Yeon sampai terjatuh di
sofa. Seo Yeon pun marah, langsung membalas Ji Woo sampai kakak tirinya itu
terbentuk counter dapur.
“Kau ini
kenapa? Apa Kau istrinya? Memangnya dia berselingkuh darimu atau apa? Hak apa
yang kau miliki?” ucap Seo Yeon dengan nada tinggi
“Lalu
kau? Apa hakmu untuk memanfaatkan dia?” kata Ji Woo tak kalah marah. Seo Yeon
terlihat binggung.
“Aku
paham kau melakukan ini karena kau menyukainya. Tapi ternyata tidak.” Ucap Ji
Woo
“Kau
salah.... Aku menyukainya sebagai pria.” Ucap Seo Yeon berpura-pura
“Tidak,
jika kau menyukainya sebagai seorang pria, kau tidak akan bisa bicara tentang masa
lalunya yang menyakitkan padaku dengan mudah. Kau hanya memanfaatkan dia untuk
menyakitiku. Jadi jangan anggap dia sebagai seorang teman.” Tegas Ji Woo marah.
Seo Yeon pun hanya diam saja.
Direktur
berkomenter melihat Sun akhir-akhir ini kelihatan sangat kurus dan menurutnya
Pekerjaan pasti membuatnya sulit. Sun mengaku tak seperti itu dan ingin tahu
alasanya meminta agar bertemu. Direktur membahas tentang cabang bisnis luar
negeri yang didirikan.
“Orang-orang
yang ada di perusahaan kita ingin mendukung cabang itu di sana. Uang yang
diinvestasikan ke dalam produk makanan itu akan diajukan ke sana sebagai
gantinya. Jadi, dengan itu proyek dan tim yang kalian kerjakan sekarang kemungkinan
akan berakhir.” Ucap Direktur. Sun kaget mendengarnya.
Sementara
Dae Young kaget mendengar ucapan Managernya, Managernya mengulang kalau Dae
Young tidak harus bekerja lagi di sini. Dae Young seperti mulai panik, Manager
berkomentar kalau Dae Young terlalu senang sampai tidak percaya.
“Lagipula,
ini juga promosi yang mendadak... Sekali lagi, selamat karena dipromosikan
menjadi manajer cabang. Kantor barumu sekarang adalah cabang di Sangam.” Ucap
Manager.
“Kapan
aku harus mulai pergi ke sana?” tanya Dae Young ternyata harus pindah kantor.
“Kantor
pusat akan menghubungimu untuk bernegosiasi tentang gaji. Jadi Kau akan
mengetahuinya. Mereka belum tahu tentang
pekerjaanmu yang lain, jadi pastikan kau selesaikan. “ pesan Manager.
Dae Young pun menganguk mengerti.
Dae Young
pulang ke rumah memanggil Seo Yeon, tapi tak ada yang menyahut dan membaca
pesan yang ditinggalkan diatas meja. “Aku berhutang budi padamu. Untungnya, aku sudah menemukan
tempat tinggal. Terima kasih untuk kemarin. Dan juga maaf, Aku tidak akan memanfaatkanmu
lagi mulai sekarang. Ji Woo membawakan bubur abalon untukmu, tapi aku
memakannya.”
Ji Woo
memberikan anjingnya makan, Dae Young datang membawa panci kosong. Ji Woo
melihat Dae Young yang pulang kerja lebih awal. Dae Young memberitahu
kalau Seo Yeon bilang menikmati buburnya
dan ingin menjelaskan alasan Seo Yeon tinggal dirumahnya.
“Tidak
apa. Aku tahu.” Kata Ji Woo. Dae Young pikir kalau Seo Yeon sudah memberitahu
kalau bisnisnya bangkrut. Ji Woo kaget mendengarnya.
“Apa Dia
tidak memberitahumu? Jadi Apa yang kau tahu saat itu?” kata Dae Young. Ji Woo
terlihat merasa bersalah.
“Dia
keluar dari rumah temannya, dan dia tidak punya tempat lain untuk dituju. Aku
tidak ingin dia tinggal di motel atau sauna sendirian, jadi aku menyuruhnya
tinggal di rumahku. Tapi Untungnya, dia tampaknya sudah menemukan tempat
tinggal. Saat aku pulang kerja, dia sudah pergi.” Jelas Dae Young
Ji Woo
seperti makin tak enak hati, saat itu Dae Young menerima telp dan berkata kalau akan mengunjungi kantor
pusat. Ji Woo kaget Dae Young menerima telp dari Kantor pusat dan berpikir
kalau dipanggil karena punya dua pekerjaan.
“Tidak,
aku akan ditunjuk menjadi manajer cabang. Mereka ingin menegosiasikan gajiku
besok.” Kata Dae Young
“Kau
bilang Manajer cabang? Apa itu artinya kau dipromosikan? Selamat.” Ucap Ji Woo
bangga, Dae Young pun mengucapkan Terima kasih.
“Ayo..
Temanku dipromosikan, jadi aku tidak boleh diam saja. Aku akan mentraktirmu.”
Ucap Ji Woo penuh semangat.
“Aku 'kan
yang dipromosikan, jadi kenapa mau mentraktirku? Aku yang traktir. Ayo pergi,
Kacang. Aku akan banyak mentraktirmu hari ini.” Kata Dae Young. Ji Woo pun
bersemangat pergi bersama Dae Young.
Iga bakar
di panggang diatas meja, Ji Woo pikir itu makanan terbaik untuk meremajakan
diri sendiri dan membahas kalau daging domba baik untuk menyegarkan kesehatan.
Dae Young merasa kalau Ji Woo itu berkata seperti bertanya pada Messi apa dia
tahu sepak bola. atau bertanya pada Kim Yeon Koung apa dia tahu bola voli. Ji
Woo terlihat binggung.
“Hei, Aku
ahlinya makanan... Jangan meremehkan kekuatan Shiksyanim ini.” Kata Dae Young,
Ji Woo hanya bisa tersenyum.
“Daging
domba punya sejarah panjang sebagai bahan makanan. Ini populer dan tidak
dilarang oleh agama apa pun. Ini adalah raja daging yang sesungguhnya.” Jelas
Dae Young dengan gayanya sebagai ahli makanan.
“Lebih
baik sedikit kurang matang seperti ini... karena akan lebih lembut dan lebih
baik. Jadi Cobalah.” Kata Dae Young memotong daging domba yang di potong
setengah matang.
Keduanya
makan daging domba dengan penuh rasa nikmat, tak lupa sambil meminum bir.
Pelayan datang akan mengubah panggangan dan
menu sate pun sudah ada diatas meja dengan terus berputar untuk di panggang.
“Jika kau
memanggang tusuk sate satu per satu,. kesegarannya akan keluar dari dagingnya
bersama dengan lemaknya. Jika kau memanggangnya bersamaan seperti ini, potongan
dagingnya berdampingan. yang akan meminimalkan kesegegarannya keluar.” Jelas Ji
Woo akhirnya membiarkan daging yang sudah siap dibagian atas.
Dae Young
mulai mencoba dengan melepaskan daging dari tusukan besi, sementara Ji Woo
mendorongnya sampai dibagian ujung dan langsung memakanya dari tusuk sate,
mereka senag karena Sate Dimasak dengan sempurna.
“Apa Bisa
pesan mie?” ucap Dae Young pada pelayan. Semangkuk mie pun ditaruh diatas meja.
Keduanya menikmati makan mie dengan uap yang masih mengepul, dan akhirnya
merasakan kenyang.
Dae Young
berjalan pulang saat itu ponselnya berdering, seorang kurir memanggil nama Dae
Young dan mendekatinya, kalau ada Paket. Dae Young binggung karena tidak
memesan apa pun lalu melihat itu dari “Muraeok chogyetang”
Akhirnya
Ia membuka paket di cafe lantai bawah, isinya adalah menu makanan yang sudah
ada di dalam kotak, lalu pesan bertuliskan “Kurasa kami bisa berkemas dan mengirim
satu porsi seperti ini. Biarkan aku tahu.” Ji Woo bertanya apa itu dari
Restoran Mukhohang chogyetang.
“Ya...
Tapi Apa ini artinya dia akan menerima
tawaranku?” tanya Dae Young ragu. Ji Woo membenarkan.
“Orang
akan mengira kau memenangkan lotere.” Komentar Ji Woo
“Aku
berusaha keras untuk meyakinkan dia, jadi ini memang seperti memenangkan
lotere. Meskipun aku tidak lagi di proyek itu sekarang.” Kata Dae Young. Ji Woo
tak mengerti apa maksudnya.
“Setelah
aku dipromosikan, perusahaanku ingin aku berhenti dari pekerjaan lain.” Jelas
Dae Young
“Tentu
saja kau harus berhenti. Apa Kau sudah beri tahu Sun?” tanya Ji Woo.
“Belum.
Besok aku akan memberitahunya.” Kata Dae Young.
Ibu Seo
Yeon memberikan cek dua lembar 10,000,000 Won yang totanya 20 juta Won seperti yang diminta dan
memastikan kalau Seo Yeon sekarang akan tinggal dengannya. Seo Yeon
mengambilnya dan terpaksa menerima pemintaan ibunya.
“Haruskah
aku membayar putriku sendiri untuk tinggal bersamaku?” keluh Ibu Seo Yeon
sinis.
“Apa Ibu
tidak akan memberiku warisan? Anggap itu penarikan awal. Jangan mengeluh.”
Komentar Seo Yeon sinis.
“Kau
jahat sekali.” ungkap Ibu Seo Yeon lalu meminum obat. Seo Yeon bertanya apa
yang ibunya minum apakah itu pil diet atau vitamin untuk kulitnya.
“Itu
untuk depresi. Aku tidak bisa bertahan tanpa mereka sekarang... Menurutmu
kenapa aku meminta seseorang yang egois sepertimu untuk tinggal bersamaku
meskipun kau anakku sendiri?” ucap Ibu Seo Yeon
“Kapan
Ibu mulai mengalaminya? Apa sangat parah?” tanya Seo Yeon. Ibunya hanya diam.
Sun Woo
masuk rumah, Seo Yeon keluar dengan pakaian rapih keluar dari kamar mengatakan
sedang melapor untuk bekerja dan Jika tidak ada pekerjaan maka meminta rehat di kantornya. Sun
memperbolehkanya dan ingin menyentuh, tapi ternyata hanya bayangan Seo Yeon
yang datang.
Akhirnya
Seo Yeon berbaring dikamarnya, Seo Yeon kembali datang masuk ke kamarnya
memberitahu kalau ada telp, kenapa tak mengangkatnya dan itu telp darinya. Sun
terbangun bayangan Seo Yeon pun menghilang lalu melihat di ponselnya kalau nama
“Lee Seo Yeon” yang menelp/
“Kau di mana
dan kenapa kau mengabaikan teleponku? Apa Kau tahu berapa kali aku menelepon?”
ucap Sun panik
“Ayo kita
bertemu... Kita bicara tatap muka.” Ucap Seo Yeon
“Baiklah.
Kapan sebaiknya kita bertemu?” tanya Sun dengan wajah serius.
Seo Yeon
berusaha tidur tapi merasakan ada suara, lalu menuruni tangga melihat ibunya
sedang minum sendirian. Ia bertanya apakah tidak tidur dan merasa tidak enak
badan. Ibu Seo Yeon mengaku tidak bisa tidur. Seo Yeon mengambil gelas ibunya
agar Berhenti minum.
“Ibu
tidak boleh minum saat sedang minum obat.” Kata Seo Yeon.
“Bagaimana
aku bertahan hidup di malam yang panjang tanpa alkohol? Kau tidak tahu
bagaimana insomnia membuatmu gila? Bagaimana aku bisa berakhir seperti ini?”
ucap Ibu Seo Yeon yang mabuk.
“Ada apa
dengan Ibu? Ibu melakukan semua yang kau inginkan.” Kata Seo Yeon
“Apa yang
membuatmu berpikir aku melakukan semua yang kuinginkan? Saat aku masih kuliah,
aku menjadi model di majalah. Ketika dia tahu aku hamil, ayahmu memohon padaku
untuk menikah dengannya. Jika aku tidak berakhir denganmu, aku akan menjadi
model yang sukses.” Ungkap Ibu Seo Yeon penuh penyesalan.
“Kau
Bahas itu lagi... Apa Bisa Ibu hentikan?” keluh Seo Yeon.
“Aku
tidak bisa... Aku menyerah karena memilikimu dan membesarkanmu. Tidak bisakah
kau mendengarkan aku mengomel?” kata Ibu Seo Yeon
“Itu
sebabnya Ibu ingin tinggal bersamaku? Kenapa? Ibu tidak membunuhku sebelum aku
lahir, jadi Apa sekarang Ibu ingin membuatku mati?” kata Seo Yeon tak bisa
menahan rasa amarahnya lagi.
“Apa? Aku
melahirkanmu dan itu saja yang bisa kau katakan? Aku seharusnya mendengarkan semua
orang lain dan menggagalkanmu. Maka mungkin hidupku tidak akan berubah seperti
ini. Kau memang salah.” Ungkap Ibu Seo Yeon kembali menyalahkan anaknya. Seo
Yeon hanya bisa menangis mendengarnya.
Dae Young
kaget mengetahui tentang Pembubaran tim. Sun menjelaskan Perusahaan memutuskan untuk membubarkan
Pengembangan Produk. Ia memberitahu kalau mereka bertanggung jawab atas
pelanggaran kontrak, jadi Dae Young tidak perlu membayar denda.
“Dan kau
tidak perlu mengembalikan biayamu.” Kata Sun seperti santai.
“Lupakan
soal itu. Itu namanya sia-sia. Muraeok baru saja menyetujuinya.” Kata Dae Young
seperti kecewa.
“Uang
muka cukup untuk menutupi kerja keras yang kau lakukan.” Ucap Sun.
“Ini
bukan tentang uang. Apa Anda tidak keberatan dengan ini? Apa Anda tidak merasa
sia-sia? Itu ide yang sangat bagus.” Kata Dae Young
“Itu biasa
terjadi di dalam perusahaan. Sayang sekali, tapi itu tidak bisa dihindari.”
Ucap Sun.
Dae Young
menghela nafas panjang, Sun menatap jamnya karena ada janji jadi akan segera
pergi. Dae Young heran dengan Sun seperti merasa tak terganggu kalau timnya
dibubarkan begitu saja.
Sun
bertemu dengan Seo Yeon di cafe langsung bertanya darimana saja dan meminta
agar segera pulang ke rumah karena sepupunya sudah pergi. Seo Yeon memberikan
sebuah amplop kalau itu hutang 20 juta Won akan dibayar.
“Di mana
kau mendapatkan ini? Jangan bilang kau pergi ke rentenir atau lebih buruk
lagi.” Tanya Sun.
“Tidak, namun
meski aku melakukannya, kau tak mempedulikan itu.” Kata Seo Yeon. Sun terlihat
binggung.
“Kenapa
kau malah membayar kembali utangku? Apa kau suka padaku?” kata Seo Yeon.
“Bukan
seperti itu. Sepupuku menelepon setiap hari dan berbicara tentangmu.
Maksudku... Dia terus menggangguku karena hutangmu.” Kata Sun mencari alasan..
Tapi akhirnya Sun memilih untuk mengakuinya.
“Kau
benar.... Aku memang menyukaimu.” Akui Sun berani mengaku perasaanya.
“Kita tidak
cocok... Bahkan penutup bolpoin tidak akan muat ditutup dengan pulpen apa pun.
Aku tahu kau tidak berpikir banyak tentangku.” Kata Seo Yeon
“Aku akan
menunggu... Tidak, aku akan berusaha lebih keras agar kau akan menyukaiku.”
Tegas Sun seperti tak peduli
“Kau
memang kekanak-kanakan... Tapi Kau tidak bisa menerima petunjuk itu.” Ucap Seo
Yeon memalingkan wajahnya. Sun hanya terdiam.
Seo Yeon
kembali ke rumah, kaget melihat seorang pria bertelanjang dada hanya mengunakan
handuk berjalan membawa botol bir, lalu masuk ke dalam kamar ibunya. Seo Yeon
terdiam di ruang tengah lalu teringat kembali yang dikatakan oleh temanya.
“Kau
pasti pacaran dengan segala macam pria. Kau tidak bisa hidup tanpa satu pun.
Dia bilang ibumu berselingkuh dengan pria muda dan bercerai. Kau pun juga
sama.” Akhirnya Seo Yeon tak tahan memilih untuk pergi dari rumah ibunya.
Ji Woo
sudah siap tidur terdengar suara bel rumahnya, saat membuka pintu Seo Yeo
ternyata yang datang. Seo Yeon mengatakan
kalau ingin tinggal dirumah Ji Woo, Ji Woo hanya terdiam. Seo Yeon pikir Ji Woo
tak mau dan berpikir kalau untuk tinggal di rumahnya Dae Young.
Ji Woo
teringat dengan yang dikatakan “Apa Dia tidak memberitahumu? Bahwa bisnisnya
bangkrut?” akhirnya mempersilahkan Seo Yeon untuk tinggal dirumahnya saja. Seo Yeon akhirnya menaruh koper dan langsung
naik ke atas tempat tidur.
“Bukan di
situ... Tapi Di sini...” kata Ji Woo menaruh alas tidur di lantai.
“Punggungku
sangat sakit untuk tidur di lantai.” Rengek Seo Yeon, tapi Ji Woo menatap
sinis. Akhirnya Seo Yeon pun menurut turun untuk tidur dilantai.
Dae Young
membuka pintu kulkasnya, wajahnya sedih melihat kotak makan yang belum juga
dimasak. Akhirnya ia datang ke kantor Sun bertemu dengan anggota timnya dan
berbasi-basi bertanya apakah mereka sibuk. Si pria pikir kalau Dae Young tak
dengar
“Tim kita
dibubarkan.” Ucap Pegawai sedih. Dae Young mengaku sudah mendengarnya.
“Tetap saja,
aku tidak bisa membiarkan proyek ini berakhir seperti ini. Aku di sini untuk bicara
dengan Tuan Sunwoo.” Kata Dae Young
“Dia
ambil cuti mulai hari ini. Aku menduga kalau dia perlu waktu untuk mengatasi
pembubaran tim. Bahkan Dia tidak bisa dihubungi.” Jelas pegawainya.
“Ternyata
Yang lain pasti sudah pindah... Wah.. Cepat sekali.” kata Dae Young melihat
ruangan sudah kosong.
“Ini
biasa terjadi... Aku menawarkan diri untuk membersihkannya dan membuang semua
dokumen yang tidak perlu.” Ucap pegawai menaruh semua berkas dalam kardus.
“Apa Kau
membuang semua ini?” tanya Dae Young, Si pegawai pikir mereka tidak
membutuhkannya lagi.
“Lalu
bolehkah aku mengambil apa yang aku kerjakan?” tanya Dae Young. Si pegawai pun
mempersilahkan.
Dae Young
mencoba menelp Sun tapi tak diangkat karena ponselnya tertinggal di mobil, lalu
mengirimkan pesan “Aku mengambil dokumen yang kukerjakan.”Sun berdiri di tepi
sungai menatap sedih dan mengingat yang dikatakan Seo Yeon.
Flash Back
“Kita
tidak cocok. Bahkan penutup bolpoin tidak akan muat ditutup dengan pulpen apa
pun.” Ucap Seo Yeon
“Aku akan
menunggu. Tidak, aku akan berusaha lebih keras agar kau akan menyukaiku.” Kata
Sun
“Kau
memang kekanak-kanakan... Kau tidak bisa menerima petunjuk itu.” Ucap Seo Yeon.
Sun pikir
kalau Jika usia adalah masalahnya, Seo Yeon mengaku kalau dirinya sudah
bercerai. Ia menegaskan kalau bukan wanita yang harus dikencani seseorang dan
berpesan agar Sun jangan membuat pilihan yang salah, karena hanya akan
menyesalinya. Sun terdiam membiarkan Seo Yeon keluar dari cafe.
Ji Woo
berangkat kerja, menatap ragu kearah rumahnya. Seo Yeon sedang merapihkan rumah
mengelap meja merasa tidak pernah mengangkat jarinya kembali pada hari itu,
tapi menurutnya ia sedang dihukum sekarang. Lau melihat ada kerang dibagian
kursi.
“Kelihatannya
itu uang yang hilang... Kurasa tidak masalah jika aku mengambilnya.” Kata Seo
Yeon melihat ada uang dibawa meja, dan akhirnya mengambil dengan mengunakan gantungan
baju dan menemukan selembar kertas di bawah kursi.
Dae Young
pergi menemui pemilik restoran meminta maaf walaupun mengetahui kalau ini bukan
keputusan yang mudah. Si pemilik seperti tak bisa berkata apa-apa dan Dae Young
pergi ke kantor pusat untuk memberikan tanda tangan surat pengangkatan Personil
“Ini
kontrak untuk gaji Anda... Anda bisa tanda tangani di bagian bawah.” Kata
Direktur. Dae Young akan memberikan tanda tangan Perjanjian Paket Gaji.
Ji Woo
pulang ke rumah melihat berantakan, dan bertanya kemana Seo Yeon padahal baru
saja membersihkannya. Ia mengeluh membereskan semuanya, sambil mengeluh kalau
seharusnya Seo Yeon yang tidak membuat kekacauan.
Seo Yeon
berjalan di lorong rumah sakit melihat sosok yang selama ini membuatnya rindu.
Ia mengingat kalau lembaran yang ditemukan foto ibunya di “Rumah Sakit Panti Asuhan Dallae”. Ia meihat
Ibu Ji Woo berjalan kearahnya tapi tak menyapanya.
“Ibu..”
panggil Seo Yeon menahan tangan ibunya. Tapi Ibu Ji Woo tak mengingatnya
melepaskan tangan Seo Yeon lalu melangkah pergi.
Ji Woo
mengajak anjingnya keluar rumah. Dae Young keluar dari mobil bertanya apakah Ji
Woo akan keluar untuk berjalan-jalan. Ji Woo membenarkan, dan Melihat senyuman
di wajah Dae Young merasa senang sudah menjadi manajer cabang sekarang.
“Selamat.
Apa promosimu terasa nyata sekarang?”goda Ji Woo. Dae Young mengaku kalau berhenti.
Ji Woo kaget mendengarnya.
Flash Back
“Maafkan
saya. Saya tahu itu bukan keputusan yang
mudah.” Ucap Dae Young. Si pemilik mengangku mengerti.
“Saya
mohon pada Anda... Anda tidak bisa bekerja dengan CQ Food sekarang, tapi saya
tidak mau menyerah.. Saya benar-benar ingin melakukan ini... Tolong beri saya
waktu.” Ucap Dae Young.
Dae Young
akan tanda tangan kontrak untuk gaji seperti ragu untuk memberikan tanda tangan
pada Perjanjian Paket Gaji. Ia mengatakan pada direktur kalau berpikir harus
mengundurkan diri.
“Aku akan
melakukan apa yang membuatku bahagia.” Ucap Dae Young pada Ji Woo tentang keputusanya. Ji Woo seperti
masih tak percaya mendengarnya.
Bersambung
ke episode 12
halo , saya ingin memasang iklan di http://korean-drama-addicted.blogspot.com
BalasHapusapa anda menyediakan space untuk iklan? jika anda menyediakannya , silahkan hubungi kami di ulatbulu1355@gmail.com .
terima kasih