PS : All images credit and content copyright : TVN
Dae Young
berlatih bola dilapangan, sementara Seo Yeon dan Ji Woo duduk di tepi lapangan,
wajah Ji Woo masih terlihat sedih. Dae
Young pun membuat gol dan dengan bangga memberitahu Seo Yeon kalau dirinya itu
striker yang handal. Seo Yeon kesal karena yang dimaksud bukan itu.
“Kita berhenti
latihan dan ayo keluar. Byeong Sam yang traktir hari ini.” Ucap Sung Joo
“Kapan
aku bilang begitu?” keluh Byung Sam lalu melihat Ji Woo yang sedih dan akhirnya
menyetujuinya.
“Kalau
Byeong Sam yang traktir, kita akan pergi ke tempat jual bir impor.” Kata Dae
Young
“Aku lagi
ada kencan buta.” Kata Jin Seok seperti menghindari Seo Yeon.
“Dia
bertekad untuk berkencan sebelum masuk wamil. “ komentar Byung Sam
“Tapi,
kau tidak bisa memaksakan hubungan cinta.” Kata Sung Joo. Dae Young pun
mengajak mereka minum setelah memberikan semangat saat bermain bola. Ji Woo
dengan wajah sedih mengikutinya.
Mereka
minum di cafe, Seo Yeon membahas Dae Young yang
akan cuti semester depan, lalu berpikir kalau Dae Young tak perlu
mengambil cuti hanya untuk bekerja. Dae Young pikir Bekerja satu atau dua
pekerjaan lagi tidak cukup untuk membayar tiket ke Inggris.
“Ji Woo,
kenapa kau tak makan? Apa Kau tidak suka? Pesanlah apa pun yang mau kau makan...
Pesanlah sampai kau puas.” Ucap Byung Sam pada Ji Woo setengah mabuk
“Tidak
usah... Aku tidak bisa mencerna.” Ucap Ji Wo yang juga mabuk.
“Ji Woo,
kalau begitu... bolehkah aku jadi pacarmu? Aku menyukaimu... “kata Byung Sam
kembai menyatakan perasaaan
“Byung
Sam... Aku juga menyukaimu, Sebagai teman.” Ungkap Ji Woo
“Ini
kedelapan kalinya dia mengakui perasaannya.” Kata Dae Young. Sung Joo
berkomentar kalau ini kedelapan kalinya Byung Sam ditolak dan akan membeli
minum.
Di TV
sedang menampilkan “Debut album RAX, "Until The End." Saat itu Ji Woo
mengakukaalu ada pria lain yang disukainya. Seo Yeon panik karena takut Ji Woo
mengaku perasaan pada Dae Young saat mabuk.
“Dan pria
itu...” ucap Ji Woo menatap Dae Young sementara Dae Young seperti tak sadar
masih terus minum.
Pagi hari
Ji Woo
bangun memegang kepalanya. Seo Yeon melihat Ji Woo mengeuh karena bahkan tidak
bisa minum tapi malah banyak minum. Ji Woo bertanya apakah kemarin terjadi
sesuatu. Seo Yeon mengaku kalau Ada
masalah besar.
“Semuanya
benar-benar terungkap.” Kata Seo Yeon. Ji Woo kaget karena akhirnya
mengungkapkan perasaan Dae Young.
“Apa aku
akhirnya melakukan itu? Apa Aku?” ucap Ji Woo, Seo Yeon heran ingin tahu apa
yang dilakukan Ji Woo.
“Kau
bilang aku mengungkap semuanya.” Kata Ji Woo. Seo Yeon heran dengan Ji Woo yang
tak mengingat kejadian kemarin.
Flash Back
Sung Joo
membeli minuman, Ji Woo mengaku kalau
ada pria lain yang disuka Dan pria itu... Tiba-tiba Seo Yeon menjerit
kaget lalu bersama Dae Young bergegas ke depan TV sambil melonggo. Dae Young tak percaya kalau anggota Boyband
yang melepas celananya saat siaran
langsung di TV. Seo Yeon pikir kalau itu
kecelakaan siaran?
“Itu Dae
Young... Goo Dae Young.... “akui Ji Woo dan saat itu Dae Young tak mendengarnya
karena sedang sibuk menatap TV.
Dae Young
melihat paman yang mabuk lalu buang air kecil sembarang lalu menyuruh agar tak
melakukannya. Ji Woo ingin menengok.,
Dae Young menutupi mata Ji Woo agar jangan lihat. Ji Woo merasa kalau sudah dewasa jadi tak perlu menutup matanya.
“Apa Kau
pikir aku belum pernah melihatnya?” ucap Ji Woo lalu tersadar kalau ucapanya
itu ambigu.
“Maksudku,
sebagai seorang perawat itu hanya bagian tubuh.” Kata Ji Woo gugup.
“Baiklah,
aku tahu yang kau maksud. Tapi Aku merasa pusing hanya dari ini, Mungkin aku
hanya lelah. Ini Sangat melelahkan melakukan pekerjaan dan asuransi CQ Food
sekaligus.” Cerita Dae Young
“Tentu saja,
kita bukan usia 20-an lagi. Kau bukan Goo Dae Young yang punya banyak kerja
paruh waktu.” Ungkap Ji Woo. Dae Young tersenyum mengingat itu.
“Apa Besok
kau mau datang untuk sarapan? Aku akan buatkan makanan sehat.” Kata Ji Woo
“Aku akan
berterima kasih. Memasak di rumah adalah yang terbaik untuk kesehatan.” Ungkap
Dae Young. Ji Woo pikir kalauTidak perlu berterima kasih.
Seo Yeon melihat
rumah dengan alamat yang ada ditanganya,
dan melihat kalau itu Rumah dengan halaman. Ia yakin kalau bisa membayar
sewa dan hidup seperti ini karena rumah bersama. Saat masuk, Seo Yeon langsung
di dudukan di depan empat orang penghuni.
“Aku
merasa seperti sedang menjalani wawancara kerja.” Ungkap Seo Yeon merasa tak
nyaman
“Mohon
mengertilah... Kami memilih seseorang untuk tinggal bersama, jadi kami
memutuskan untuk berhati-hati tentang itu.” Kata Penghuni pertama
“Ya,
tentu saja harus...Oh Apa kau belajar di Universitas Leesung? Aku lulus dari
sana. Aku masuk tahun 2004.” Ucap Seo Yeon melihat buku yang dibawa oleh
penghuni lainya.
“Ah,
2004... Profesorku ada di kelas itu. Ternyata Kau sedikit lebih tua. Kami semua
seumuran.” Komentar penghuni ketiga.
“Aku pergi
ke Amerika sebelum lulus dan aku mendapat gelar di sana. Aku juga bukan senior
kalian atau apa pun. Kalian bisa bicara santai padaku. Kurasa aku cocok dengan
gaya Amerika.” Ucap Seo Yeon mencoba mengambil hati.
“Di Korea,
apa yang sedang kau kerjakan?” tanya penghuni lain.
“Aku
seorang sekretaris pribadi untuk manajer tim di CQ Food.” Kata Seo Yeon bangga
“Apa Kau
punya beberapa dokumen pekerjaan atau kartu nama resmi untuk bisa kami
konfirmasi identitasmu?” ucap penghuni
Seo Yeon
binggung memikirkan Dokumen untuk mengonfirmasi itu, lalu mengaku tidak ada.
Mereka ingin Berapa jam kerja regulernya karena penting untuk menentukan biaya
sewa. Seo Yeon mengaku Tidak ada jam kerja khusus, karena bisa pergi larut malam
atau bisa juga di pagi hari.
“Kau
bilang Di malam hari?” ucap Penghuni kaget dan akhirnya mereka meminta waktu
agar bisa membicarakan ini.
“Dia
terlalu tua... Itu tidak nyaman... Pekerjaannya juga tidak pasti. Kurasa dia
kerjanya di bar.” Komentar semua penghuni dan Seo Yeon bisa mendengar karena
berbicara dibelakanganya.
Seo Yeon keluar dari rumah dengan wajah kesal
mengingat yang dikatakan penghuni “Mohon maaf, tapi kami tidak sesuai
denganmu.” Ia mengeluh kalau Mereka tidak bisa mempercayai orang dan menurutnya
lebih buruk dari Sun Woo Sun.
Sun akan
masuk rumah mengingat yang dikatakan Ji Woo “Katakanlah perasaanmu jika kau
menyukainya. Jika kau selalu mempertimbangkannya kau tidak akan bisa memberitahunya. Kau bisa
saja kehilangan dia.” Lalu masuk memanggil Seo Yeon tapi tak melihatnya dikamar
dan hanya ponsel yang berdering, Sun melihat nama “Kandidat Pemilik Rumah No.
1” lalu mengangkatnya.
“Halo,
saya menelepon dari rumah bersama yang tadi Anda kunjungi. Jangan begitu dan
pindahlah. Kami seperti keluarga...” ucap
si ibu. Sun binggng karena membahas tentang Rumah bersama?
“Apa Lee
Seo Yeon pergi ke rumah Anda?” tanya Sun, tapi saat itu Seo Yeon masuk terlihat
baru saja dari kamar mandi. Sun panik langsung membuang ponsel Seo Yeon, lalu
Seo Yeon bertanya apa yang dilakukan Sun.
“Ada tugas
yang harus kau lakukan.. Ah, jadi... Pergi ke pasar seafood besok dan membeli
beberapa mulhoe.” Ucap Sun lalu bergegas pergi.
“Kenapa
dengan dia? Dia bahkan tidak menelepon sepanjang hari. Tapi Bagaimanapun, dia
memberiku pekerjaan lagi. Aku tidak perlu khawatir dipecat.” Ucap Seo Yeon
heran. Semenatara Sun gelisah dalam dress room.
“Apa dia
tidak menyukaiku sehingga dia ingin pindah? Aku bahkan ingin mengakui
perasaanku padanya. Apa aku juga terlambat, seperti Ji Woo?” ucap Sun gelisah.
Dae Young
datang ke rumah Ji Woo dengan mengelus anjingnya lebih dulu lalu masuk ke dalam
rumah menyapa temanya. Ji Woo melihat Dae Young datang meminta agar menunggu
lalu keluar dari rumah. Dae Young melihat Ji Woo membuat sesuatu dalam panci.
“Oh, Ini bubur
pollack kering... Pollack kering sangat bagus
untuk menghilangkan kepenatan. Tryptophan di dalamnya bagus untuk
menenangkan pikiran. Dia memang Karismatik dengan memilih menu yang tepat.” Komentar
Dae Young bangga lalu mulai makan bubur dalam mangkuk.
“Hei, apa
yang kau makan?” kata Ji Woo melonggo membawa anjingnya masuk. Dae Young dengan
santai kalau makan bubur pollack kering
“Kenapa
ini rasanya hambar?” tanya Dae Young. Ji Woo mengaku itu Karena memang tidak
membumbuinya.
“Hei...
ini bukan milikmu.” Kata Ji Woo lalu memberikan pada anjingnya, Si anjing
seperti meraba-raba mangkuk lalu mulai memakan bubur. Dae Young terlihat malu.
Ji Woo menaruh
ayam ukuran besar diatas meja memberitahu kalau sudah membuatkan samgyetang dan
ebrtanya apakah Dae Young akan makan makanan anjing. Dae Young berkomentar
kalau Samgyetang ini makanan sehat di musim panas dan penuh dengan asam amino...
“Sudahlah...
Lupakan... Makanlah sebelum dingin... Aku tahu kau malu karena kau ketahuan
makan makanan anjing.” Ucap Ji Woo. Dae Young pun akhirnya mulai makan ayam
bagian paha.
“Hei...
Kami berdua hidup dalam kemewahan berkat Ji Woo, 'kan?” ucap Dae Young pada
anjing Ji Woo yang makan bubur.
“Ini
Bukan kemewahan. Aku membuatnya karena merasa tidak enak Pada dia.” Akui Ji
Woo. Dae Young binggung apa maksudnya.
“Apa Kau
lihat saat dia tidak mencapai mangkuk makanannya? Penglihatannya memburuk Dan
anjing itu sudah berumur 14 tahun. Kalau manusia, artinya dia sudah tua. Jadi
Aku mencoba memberi makan makanan bergizi.” Cerita Ji Woo
“Aku juga
harus memeriksa kesehatannya,tapi aku tidak kenal dokter hewan yang baik. Dokter
hewan yang biasa kukunjungi sudah pindah ke luar kota.” Ungkap Ji Woo.
“Benarkah?
Haruskah aku carikan untukmu? Aku ada klien yang punya klinik hewan. Dia muncul
di TV dan sangat terkenal.” Kata Dae Young. Ji Woo pikir itu bagus sekali.
Keduanya
pergi ke klinik hewan, Dae Young menyapa klien dokternya memuji saat melihat di
TV tampak hebat di layar menurutnya seperti terlihat seorang penyiar, bukan
dokter hewan. Si dokter memuji Dae Young masih bicara nyaman seperti biasanya.
Dae Young mengaku kalau ucapanya itu benar.
“Aku tahu
Anda sibuk. Terima kasih sudah menemui kami.”kata Ji Woo
“Tidak,
aku berterima kasih Anda mempercayai saya.” Ucap dokter.
Perawat
memanggil dokter, kalau Ada pasien yang harus ditemui. Si dokter pun pamit
pergi lebih dulu. Dae Young menerima
telp lalu memberitahu Ji Woo kalau Seorang klien asuransi ingin bertemu
dengannya.
“Aku ada
waktu sebelum pertemuan CQ Food, jadi kurasa aku tak bisa bersamamu. Maaf, aku
harus pergi.” Ucap Dae Young
“Tidak
apa, pergilah... Terima kasih sudah memperkenalkan tempat ini padaku.” Kata Ji
Woo
“Dua
pekerjaan bukanlah lelucon. Aku tidak bisa melakukannya sekaligus. “ ungkap Dae
Young
“Jadi
pergilah dan jangan membuat klienmu menunggu.” Kata Ji Woo dengan senyuman. Dae
Young berjanju akan menelepo nanti lalu mengucapkan Semoga cepat sembuh pada
anjing Ji Woo. Si anjing langsung
mengongong.
“Kau juga
berterima kasih, kan? Dae Young mungkin tidak mengingatmu tapi dia sangat
peduli padamu.” Ucap Ji Woo berbicara pada anjingnya.
Dae Young
bertanya Apa Kepala Seksi Kim tidak datang ke pertemuan hari ini. Sun
memberitahu kalau Tuan Kim ada pertemuan lain untuk menggantikan restoran
chogyetang. Dae Young kager karena sudah meminta Sun untuk mengurus restoran
chogyetang itu padanya
“Kita tak
bisa menunggu mereka lagi dan harus merebut pangsa pasar dengan segera.” Ucap Sun
“Jadi,
aku akan pergi ke sana lagi dengan membawa lebih banyak kue. Dia bahkan
menghubungiku meminta untuk menemuiku.” Ungkap Dae Young Dua pegawai wanita binggung dengan maksud
Kue.
“Goo Dae
Young berencana mengubah keputusan pemilik dengan membeli kue untuk ibu pemilik
itu.” Cerita Sun mengejek.
“Wow, kau
tahu hati wanita dengan baik. Nenekku juga suka dengan itu.”ungkap pegawai
wanita rambut panjang. Sun heran karena pada wanita malah memuji
“Kau
benar... Pada awalnya, dia akan berkata, "Kenapa memakan makanan mahal
ini?" Tapi kemudian dia suka makan kue-kue yang cantik. Tidak peduli
berapa lama, wanita selalu seperti gadis muda.” Ungkap pegawai wanita lainya.
“Aku
belajar semua hal ini saat bertemu banyak orang dalam pekerjaanku.” Kata Dae
Young lalu pamit pergi karena Butuh waktu untuk mondar mandir ke Mukhohang. Dua
wanita pun memberikan semangat pada Dae Young.
Ji Woo
akhirnya masuk ke ruang dokter, di perlihatkan hasil CT Scan. Dokter
memberitahu kalau yang bisa mereka lihat kalau kataraknya sudah memburuk, tapi
menurutnya anjing Ji Woo itu sehat untuk hewan seusianya.
“Penglihatan
yang buruk karena usia bukanlah sesuatu yang bisa dihindari oleh anjing atau manusia.
Apa Anda tahu anjing hidup melewati masa
hidup rata-rata, kan?” ucap Dokter. Ji Woo menganguk mengerti.
“Buatlah
dia bahagia selama sisa hidupnya.” Pesan Dokter. Ji Woo mengatakan kalau akan
mencoba melakukan itu.
Ji Woo
duduk di dalam ruangan mengingat yang dikatakan Ji Woo kembali “Katakanlah
perasaanmu jika kau menyukainya. Jika kau selalu mempertimbangkannya kau tidak
akan bisa memberitahunya. Kau bisa saja kehilangan dia.”
Akhirnya
Sun menelp Seo Yeon kalau Ada yang harus dikatakan setelah bekerja jadi meminta
agar Jangan ke mana-mana dan tunggulah.
Sun pergi
ke toko bunga mengatakan ingin membeli bunga. Pemilik bertanya bunga jenis apa.
Sun mengatakan Tak tahu. Si pemilik ingin tahu Bunga jenis apa yang disukai
penerima. Sun menjawab kalau benar-benar
tidak tahu.
“Lalu
seperti apa orang yang akan ingin Anda berikan bunga? Aku bisa merekomendasikan
beberapa bunga berdasarkan itu. Seperti apa dia?” tanya pemilik. Sun sedikit
berpikir.
“Dia suka
melewati batas.” Kata Sun. Si pemilik terlihat binggung.
“Ah,
kalau begitu bisa beri tahu untuk apa Anda membeli bunganya?” Si pemilik.
“Aku
ingin mengakui perasaanku.” Ucap Sun yakin.
Seo Yeon
gelisah di ruang TV dengan pakain lengkap bahkan mengunakan heels lalu menunggu
Sun yang tidak datang juga padahal meminta agar menungu. Akhirnya Ia merasakan
kesakitan kakinya, melepaskan sepatu lalu duduk disofa dengan nyaman.
“Kenapa
aku menunggu seperti ini? Lebih baik beri aku beberapa pekerjaan lagi.” Ucap
Seo Yeon lalu mendengar ada bunyi pintu terbuka.
Seo Yeon
bergegas memakai sepatunya karena Sun pulang untuk menyapanya, tapi yang datang adalan Nyonya Choi dari Amerika.
Nyonya Choi kaget melihat Seo Yeon ada dirumah Sun dan bertanya kenapa ada
dirumah sepupunya.
“Oh, Sun
Woo Sun rupanya belum memberitahumu. Jangan salah paham. Aku hanya di sini
karena pekerjaan.” Ucap Seo Yeon. Nyonya Choi bingung dengan maksudnya Kerja.
“Aku
harus bekerja untuk membayarmu kembali.” kata Seo Yeon.
“Apa
maksudmu? Kau sudah membayar semuanya. Sun sudah mengirim semua uangnya.” Ucap Nyonya
Choi. Seo Yeon melonggo bingung.
Ji Woo
duduk di teras menunjuk foto pada ponselnya pada anjingnya kalau bisa bawa hewan peliharaan ke
penginapan itu dan akan mengajak pergi berlibur. Si anjing mengonggong. Ji Woo
pikir anjingnya tak suka,
“Lalu
bagaimana dengan di sini? Mereka bahkan ada kolam renang. Haruskah kita pergi
ke sini?” ucap Ji Woo menunjukan foto yang lainya, saat itu ponselnya
berdering.
Anjingnya
langsung mengonggong dan Ji Woo melihat kalau Dae Young yang menelp. Dae Young menanyakan keberadaan Ji Woo sekarang.
Ji Woo mengatakan ada Di rumah.
“Kalau
begitu keluarlah. Kau sudah membuatkanku makanan pagi tadi, jadi malam ini aku
akan mentraktirmu makan.” Ucap Dae Young. Ji Woo pun menyetujuinya.
Keduanya masuk
ke restoran dengan menu ikan, Dae Young bertanya apakah Ji Woo sudah siap untuk
mati. Ji Woo terlihat binggung. Dae Young menjelaskan Su Dongpo dari Dinasti
Song mengatakan makan pollack seperti menghadapi kematian.
“Di Jepang,
mereka menyiapkan peti mati sebelum memakannya. Jadi itu disebut memasak
coffin. Oleh karena itu, pollack ini
bisa menjadi makanan terakhir kami.” Jelas Dae Young
“Apa kau
mencoba menjual asuransi jiwaku?” ejek Ji Woo. Dae Young mengoda kalau itu
terlihat jelas.
“Ayo
makan sebelum makanan tempura ini
menjadi dingin.” Ajak Dae Young.
Mereka
pun akhirnya makan, Dae Young memberitahu kalau kulit pollack lebih enak jika mencelupkannya
ke dalam saus citron. Keduanya makan dengan nyaman, Ji Woo mengaku suka tekstur
tempuranya, karena Enak dan kenyal dan Sangat ringan.
Sepiring
sashimi akhirnya ditaruh diatas meja, Ji Woo merasa kalau Terlalu cantik untuk
dimakan kareanSashimi ini sangat tipis sehingga terlihat seperti dilukis. Dae
Young memberitahu aklau Daging pollack sashimi ini sangat keras.
“Jika
tidak diiris cukup tipis nanti kau bisa susah mengunyahnya. Ini yang terbaik
untuk dimakan tanpa saus. Sekarang, cobalah beberapa sashimi pollack ini dan
beri tahu aku bagaimana rasanya.” Kata Dae Young.
“Lelucon
yang buruk.” Keluh Ji Woo yang mendengarnya lalu mulai makan.Mereka kembali
makan dengan lahap.
“Ini
sangat tipis... Tekturnya ringan dan bersih bahkan dengan sendirinya.” Komentar
Ji Woo.
Semangkuk
Sup dengan sayuran bayam dan touge ditaruh diatas meja. Dae Young menawarkan
cuka, Ji Woo menolak karena lebih suka rasa alami ini. Sementara Dae Young
lebih suka rasa yang lebih ringan dan bersih dan menuangkan cuka.
“Oh, kau
sudah dewasa, Goo Dae Young. Dulu, kau meniru semua yang kukakukan.” Komentar Ji
Woo
“Hei, aku
ini penulis blog makanan terkenal.” Kata Dae Young bangga, mereka pun kembali
makan dengan nikmat.
“Aku merasa seperti punya infus nutrisi dan
garam. Kurasa bukan dua pekerjaan saja yang kulakukan, tapi tiga pekerjaan.” Ungkap
Dae Young. Ji Woo mengeluh kalau Dae Young berlebihan. Keduanya akhirnya pulang
sambil jalan kaki.
“Oh,
bagaimana di klinik hewan? Apa yang dikatakan dokter hewan itu?” tanya Dae
Young
“Semua
yang kutahu. Dia bilang kalau aku harus mengucapkan selamat tinggal.”kata Ji
Woo sedih. Dae Young ingin tahu apakah Ji Woo baik-baik saja.
“Saat
umurnya 12 tahun... Setiap tahun, aku bertanya-tanya apa dia akan mati. Aku
selalu memikirkan "Harapan untuk hidup sampai satu tahun saja." Karena
pekerjaanku, aku sering membuat semuanya susah.” Cerita Ji Woo
“ Ada
ayah kandungku, dan ayah Seo Yeon juga. Ini bukan pertama kalinya aku mengucapkan
selamat tinggal. Lalu Kenapa aku tidak terbiasa?” cerita Ji Woo
“Bagaimana
kau bisa terbiasa ketika itu perpisahan yang berbeda setiap waktu?” kata Dae
Young
“Mengetahui
bahwa momen selamat tinggal akan segera datang adalah sesuatu yang sangat
sulit. “ ungkap Ji Woo
“Bukankah
lebih baik daripada tidak tahu? Jika kau harus mengucapkan selamat tinggal
tiba-tiba, ada begitu banyak penyesalan dan perasaan yang tak terselesaikan.” Kata
Dae Young
“Aku tidak
ingin berpisah darimu.” Kata Ji Woo. Dae Young heran Ji Woo yang mengatakan hal
seperti itu.
“Kau itu
temanku... Teman bisa menjadi teman selamanya.. Jadi, kita tidak usah
berpisah... ayo kita berjanji.” Kata Ji Woo mengulurkan jari kelingkingnya. Dae
Young pikir Ji Woo sedang mabuk.
“Tapi
Baik, jangan pernah berpisah.” Kata Dae Young ikut melingkarkan jarinya.
Lalu Dae Young mengangkat telp dari kantor,dengan
wajah serius mengatakan akan berhati-hati. Ji Woo langsung bertanya apakah
terjadi masalah. Dae Young menceritakan saat berada di klinik hewan...
Dae Young
pamit pergi karena ada urusan. Ji Woo mengucapkan Terima kasih sudah memperkenalkan
dokter hewan padanya. Dae young pikir Dua pekerjaan bukanlah lelucon karena tidak
bisa melakukannya sekaligus. Ji Woo pun menyuruhnya agar pergi saja. Saat itu
si dokter mendengar pembicaraan keduanya.
“Dokter
hewan mendengar kalau aku punya dua pekerjaan. Dia bertanya apakah bisa mencari
konsultan yang tidak memiliki dua pekerjaan.” Cerita Dae Young. Ji Woo tak
percaya mendengarnya.
“Itu
karena aku.” Kata Ji Woo merasa bersalah. Dae Young pikir bukan karena memang merasa
lebih baik tentang itu.
“Aku
penasaran apa aku harus memberitahu perusahaan tentang hal itu... Hei... Jangan
khawatir... Klien kadang bisa mengubah konsultannya. Mungkin aku selalu salah
berkerja, tapi aku akan bekerja jauh lebih keras. Apa lagi yang bisa kulakukan
kalau aku mau melakukan pekerjaan yang aku inginkan?” kata Dae Young
menyakinkan. Tapi Ji Woo seperti masih khawatir.
Sun masuk
ke dalam rumah dengan sebuket bunga, lalu kaget melihat sepupunya di dalam
rumah. Ia mengaku kalau Nyonya Choi yang tidak menelepon jadi terkejut. Nyonya Choi menyindir kalau Sun itu lebih terkejut daripada dirinya.
“Apa Kau
lebih terkejut daripada Ku ketika aku melihat Lee Seo Yeon tinggal di rumahmu?
Apa Kau lebih terkejut ketika aku tahu bahwa kau membayar semua utangnya?” ucap
Nyonya Choi sambil melotot.
“Di mana
Lee Seo Yeon?” tanya Sun panik. Nyonya Choi tak percaya Bahkan dalam situasi
ini, Sun masih mencari Seo Yeon lebih dulu.
“Jangan
bilang bunga itu... Itu tidak benar, 'kan?” kata Nyonya Choi melihat bunga di
tangan Sun. Sun langsung menaruh dibelakang badanya.
“Dasar
gila kau... Setidaknya dia lebih waras daripada kau. Kukira dia punya hati
nuran, jadi Dia berkemas dan pergi.” Kata Nyonya Choi. Sun panik langsung
bergegas keluar dari rumah.
Seo Yeon
duduk di halte bus dengan koper, wajahnya terlihat kebingungan lalu melihat
ponselnya nama Sun berganti “Kekasih Garisku” tapi memilih untuk tak
mengangkatnya lalu pergi membawa kopernya.
Pagi
hari, Sun masih memikirkan kemana Seo Yeon pergi karena tak pulang juga. Lalu
Direktur menelp agar datang keruanganya, Sun pun menemui Direktur diruanganya. Direktur
berkomentar kalau Sun akhir-akhir ini kelihatan sangat kurus.
“Pekerjaan
pasti membuatmu sulit.” Kata Direktur. Sun mengaku Tidak juga dan ingin tahu alasan ingin
menemuinya.
“Kau tahu
ada cabang bisnis asing yang didirikan,kan? Orang-orang yang ada di perusahaan
kita ingin menaruh lebih banyak kekuatan di sana. Uang yang diinvestasikan ke
dalam produk makanan itu akan diajukan ke sana sebagai gantinya. Jadi, dengan
itu... proyek dan tim yang kalian kerjakan sekarang sudah berakhir.” Ucap Direktur.
Ji Woo kaget mendengarnya.
Dae Young
melonggo binggung dan bertanya apa yang dimaksud managernya. Si manager
mengeluh Dae Young tak dengar kalau tidak
harus bekerja lagi di sini. Dae Young terlihat binggung tiba-tiba di pecat.
Ji Woo
membawa panci mengedor pintu rumah Dae Young, tapi betapa terkejutnya melihat
Seo Yeon yang membuka pintu. Seo Yeon
berkomentar kalau berpikir Ji Woo yang sudah pindah tapi ternyata belum. Ji Woo
menanyakan kemana Dae Young.
“Dia
sedang kerja.Apa Kau membawanya untuk Dae Young? Karena kau membawanya, bisakah
aku memakannya? Kemarin aku minum dan aku merasa sakit.” Ucap Seo Yeon
mengambil nampan dari tangan
Saat itu
Ji Woo seperti tak bisa menahan amarah langsung masuk ke dalam rumah dan
mendorong Seo Yeon yang ada dirumah Dae Young. Seo Yeon pun tak mau kalah
mendorong balik Ji Woo. Keduanya saling menatap penuh dendam.
Bersambung ke episode 11
PS; yang udah baca
blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 &
Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar