PS : All images credit and content copyright : TVN
Joo Hyuk
berlari sambil menelp pelangganya agar bisa menjawab telpnya. Akhirnya
Pelanggan mengangkat, Joo Hyuk mengaku aklau menelepon karena tidak dapat
membuat salinan ID kemarin jadi membutuhkan salinannya sekarang, sesegera
mungkin.
“Aku akan
pergi ke tempat kamu sekarang. Dimana kau?” tanya Joo Hyuk dan berteriak kaget
kalau sedang briefing di pertemuan pagi.
Tuan Cha
melihat semua tim audit mengeluarkan barang-barang dari laci, timnya pun
terlihat gugup. Tuan Cha pikir tim audit datang dua bulan yang lalu, jadi
Kenapa mereka kembali lagi, dan berpikir kalau tim audit bertambah besar.
“Tidakkah
kau pikir dirimu terlalu banyak bekerja?” komentar Tuan Cha. Ketua Tim audit
mengaku tidak menyukainya juga.
“Aku
minta maaf... Bertindak seperti inspektur kerajaan rahasia hanya menyenangkan.
Kami sadar kami harus melakukannya. Kali ini, kami melakukan pemeriksaan khusus
karena informasi pribadi telah bocor dari cabang ini.” Ucap Ketua Tim audit.
“Ya
ampun.... Kami tidak amatir... “ kata Tuan Cha. Saat itu anggota Tim melihat
sudah menemukannya.
“Kami memang
melakukan kesalahan itu. Bahkan monyet jatuh dari kebebasan kadang-kadang.”
Ucap Tuan Cha melihat kartunya ada di meja orang lain.
“kau
harus mendidik orang tentang cara menyimpan kartu keamanan.” Komentar Ketua
Tim.
Jong Hoo
akhirnya menelp Jong Hyuk yang belum datang juga, Joo Hyuk sambil berlari meminta agar mengulur
waktu dan akan memberi tahu detailnya nanti. Jong Hoo terlihat binggung, Jong
Hyuk meminta agar mengulur waktu.
“Pastikan
mereka tidak memeriksa dokumen pinjaman. Jadi Ulur waktu sampai aku tiba di
sana. Mengerti? Kau harus Ulur waktu seolah-olah hidup mu tergantung padanya.
Aku percaya kau.” Kata Joo Hyuk lalu menutup telp.
“Masalah
apa yang dia sebabkan sekarang?” ucap Jong Hoo ikut khawatir.
Joo Hyuk
masuk ke sebuah gedung, lalu melihat customernya berada dalam ruangan sedang
melakukan presentasi. Ia mencoba melambaikan tangan agar pelangganya bisa
melihat tapi si wanita tetap sibuk menjelaskan pada semua peserta didik.
“Maaf,
tapi kapan rapatnya berakhir?” tanya Joo Hyuk pada pegawai yang lewat.
“Ini baru
dimulai, jadi akan memakan waktu sekitar satu jam.” Kata pegawai. Joo Hyuk kaget karena harus menunggu satu jam dan
memikirkan yang akan dilakukan.
Akhirnya
Joo Hyuk masuk ruangan membagi-bagikan minuman pada semua anggota rapat, Si
wanita terlihat binggung. Joo Hyuk akhirnya berada didepan si wanita meminta ID
Cardnya. Si wanita hanya bisa menatapnya.
Semua
akhirnya menyelesaikan bagian tukar uang, lalu Ketua Tim akan memeriksa arus kas
dan dokumen pinjaman, jadi meminta agar membuka brankasnya. Jong Hoo langsung menahanya merasa
kalau tim aduit yang terlihat sangat akrab.
“Bukankah
kau dari SMA Shinyongsan? Angkatan ke-53?” ucap Jong Hoo
“Tidak.
aku lulus dari SMA bahasa asing.” Kata Ketua Tim audit.
“SMA Shinwon?
Ahh... SMA Dongsan, kan?” ucap Jong Hoo mencari cara menahannya.
“Tidak,
kita jelas bukan berasal dari kelompok usia yang sama. aku lahir pada tahun
1974, dan aku masuk sekolah setahun lebih awal.” Kata Ketua Tim
“Kau
terlihat jauh lebih muda dari usiamu.” Komentar Jong Hoo, Tuan Byun pun meminta
maaf atas sikap anak buahnya.
Jong Hoo
mengikuti Tuan Byun yang akan membuka brangkasnya, lalu membisikkan
ditelinganya. Tuan Byun kaget dan mengeluh karena harus hari ini. Jong Hooo
juga kebingungan yang harus dilakukan. Tuan Byun pikir kalau Ini adalah masalah
hidup atau mati untuk cabang mereka.
“Kita
harus mengulur waktu tidak peduli apapun itu” kata Tuan Byun lalu mengambil
kunci brangkas.
Jong Hoo
terlihat gugup, Tuan Byun tiba-tiba berpura-pura terjatuh dan Jong Hoo langsung
menendang kunci agar kekolong meja. Semua langsung bergegas membantu Tuan Byun
bangun, memastikan baik-baik saja agar tak cedera serius.
“Aku baik-baik
saja, teman-teman... Ke mana kuncinya?” ucap Tuan Byun. Jong Ho pura-pura panik
karena menghilang.
“Astaga,
seharusnya ada di sekitar sini. Tidak seperti itu bisa berjalan. Kalian ,
cobalah menemukannya.” Kata Tuan Byun.
Joong Ho
mencari dibawah meja, tapi tanganya tak bisa menyentuh dengan wajah kesusahan.
Tuan Byun pun meminta agar mereka mencari penggaris dan meminta Ketua Tim audit
menunggu. Jong Hoo tetap belum bisa menemukan kunci.
Hwan
dengan polos melihat kunci yang tergeletak di lantai memberikan pada Tuan Byun.
Jong Hoo hanya bisa melonggo, Tuan Byun pun tak bisa menutupinya kalau mereka
akan membukanya. Jong Hoo pun duduk lemas tak bisa menahanya.
Joo Hyuk
bergegas sampai ke dalam kantorna dengan taksi, ditanganys sudah membawa
fotocopy ID Card. Tapi Ketua Tim audit sudah menjabat tangan Tuan Byun, wajah
semua terlihat kecewa. Tangan Joo Hyuk pun lemas menjatuhkan fotocopy ID Card.
“Ini
Waktu yang buruk, bukankah begitu? Bagaimana kau bisa menimbulkan masalah seperti
itu pada hari audit? Bagaimana kau akan bertanggung jawab untuk ini? Apakah kau
tahu berapa banyak poin penalti yang kami dapatkan karena mu?” ucap Tuan Byun
memarahin Joo Hyuk.
“Aku
harus mengatakan, ini adalah masalah yang cukup serius. Ketua Tim Cha harus
pergi ke markas besar hari ini. Dia mendapat panggilan segera” tegas Tuan Byun
“Aku
minta maaf. Aku bahkan tidak tahu harus berkata apa.” Kata Joo Hyuk.
“Tidak,
jangan menyesal dan Jangan minta maaf pada ku. kamu harus meminta maaf kepada
istri mu. kau jelas tidak mendapatkan promosi saat ini. Jika nama kamu ada di
daftar, maka aku akan pastikan untuk menghalangi para atasan dengan semua yang
ku miliki. Aku pikir itu akan adil. Apakah aku salah?” sindir Tuan Byun. Joo
Hyuk pikir itu benar.
“Hentikan
itu... Kirim permintaan maaf tertulis. Dan kau tidak perlu melakukan kontak
mata dengan ku hari ini.” Ucap Tuan Byun.
Joo Hyuk
melirik pada Tuan Cha, tapi Tuan Cha tak bisa membantu dan memilih untuk pergi.
Nyonya
Jang duduk di ruang istirahat merasa Gula darahnya telah mencapai titik dasar,
karena panik di pagi hari jadi lelah. Hyang Sook mengaku bahkan tidak punya
waktu untuk memakai make-up dengan benar. Hye Jung pun harus berlari keluar
pintu di tengah sarapan.
“Aku akan
sangat berterima kasih jika kita tidak pernah berurusan dengan audit internal.”
Kata Nyonya Jang
“Ngomong-ngomong,
tidakkah kamu merasa kasihan pada Tuan Cha? Dia jarang membuat kesalahan.
Kenapa hari ini dari semua hari...” kata Hyang Sook sedih
“Itu yang
aku katakan. Dia membuat kesalahan kecil di sana-sini, tapi tidak pernah ada
kesalahan serius seperti ini.” Kata Nyonya Jang
“Apakah
itu memengaruhi keputusan tentang promosi? Dia cukup berpengalaman untuk
menjadi manajer tim.” Ucap Hyang Sook
“Itu
pasti akan. Pendapat yang lebih tinggi paling penting, kau pasti tahu.” Ucap Hye Jung
“Tentu
saja itu akan terpengaruh. Dia berdiri di jalur yang salah. Dia harus memilih Tuan
Byun daripada Tuan Cha. Kau wanita membuat pilihan yang tepat. Aku jelas tidak
akan pernah memberikan ulasan kinerja buruk.” Ucap Nyonya Jang. Keduanya hanya
tersenyum merasa sangat beruntung.
“Ngomong-ngomong,
dari mana kau mendapatkan anting-anting itu? Itu sangat cantik.” Ucap Nyonya
Jang melihat anting yang dipakai Hyang Joo.
Akhirnya
Hyang Joo melepaskan antingnya agar Nyonya Jang bisa mencobanya. Nyonya Jang pikir akan memberikan uang untuk
anting yang dicobanya. Hye Jung memuji, akhirnya Hyang Joo memperbolehkan
Nyonya Jang untuk mengambil antingnya saja tanpa harus membayar.
Joo Hyuk
melihat dari atap seperti ingin melompat. Jong Hoo menahanya, Joo Hyuk merasa seharusnya
mati saja. Jong Hoo mengejek kalau Joo
Hyuk tidak akan mati jika kamu melompat dari gedung hanya tiga lantai dan hanya
akan berakhir dengan cedera.
“Aku
pasti benar-benar gila. aku pecundang seperti itu. Konsol game yang bodoh itu
membuatku kehilangan akal sehat. Aku pasti kehilangan akal untuk sementara
waktu. Aku telah tertekan dan membutuhkan sesuatu untuk mengangkat semangat
ku... Aku benar-benar gila.” Ungkap Joo Hyuk kesal
“Hei,
tidak apa-apa... Kita semua membuat kesalahan, dan sebagian dari kita
dipromosikan lebih lambat dari yang lain. Kau tak perlu khawatir Ketika aku
menjadi manajer tim, aku akan
membiarkannya ketika kamu terlambat bekerja dan memberi mu banyak manfaat.”
Ucap Jong Ho memberikan semangat. Joo Hyuk mengumpat marah
“Apakah
kau benar-benar berpikir bahwa itu akan membuat ku merasa lebih baik? Haruskah
aku berhenti? Apakah harus Kirim surat pengunduran diri ku?” ucap Joo Hyuk
mencengkram baju temanya.
“Apakah
kau memiliki tanah? Lalu apakah kau memiliki gedung?” tanya Jong Hoo. Joo Hyuk
mengelengkan kepala.
“Apakah
kau memiliki simpanan emas atau uang tunai di suatu tempat?” kata Jong Hoo
“Sudahlah...
aku merasa menyedihkan. Hei, ini bukan sesuatu yang bisa kau buang hanya karena
kau mau. Nasib keluarga kamu tergantung padanya. Cobalah untuk melihat sisi
baiknya. Setelah semua, kau membeli konsol game yang luar biasa melalui ini.”
Ucap Jong Hoo
“Aku sebenarnya
akan menangis. Ada begitu banyak bangunan, namun tidak satupun dari mereka adalah
milik ku.” Keluh Joo Hyuk menatap gedung didepanya.
“Itu
karena pemiliknya tumpang tindih. Satu orang memiliki selusin dari mereka.”
Kata Jong Hoo.
“Hidup ini tidak adil!” teriak Joo Hyuk di
pinggir atap, Jong Hoo juga ikut berteriak “Ya, nikmati kekayaan di antara
kalian sendiri!”
“kau
tahu, aku juga menginginkan kehidupan yang nyaman dan luar biasa!” teriak Joo
Hyuk. Jong Hoo juga mengharapkan yang sama.
“Biarkan
kami hidup!” teriak Joo Hyuk sambil mengumpat. Jong Hoo melihat kalau Joo Hyuk
merasa lebih baik dan mengajak turun sekarang.
Hujan
turun dengan deras, Woo Jin perlahan keluar dari kamar akan mengambil pampers,
lalu melihat ada PS dibalik popok milik anaknya, wajahnya terlihat sangat
marah. Joo Hyuk pulang ke rumah tak melihat istrinya ada dikamar, lalu mencoba
melihat PS-nya tak ada di balik pampers.
Woo Jin
sedang ada di kamar mandi dengan PS yang ada didalam bathtub. Joo Hyuk
berteriak marah melihat PSnya yang terendam. Woo Jin marah karena sudah meminta
agar Joo Hyuk berhenti menggunakan uang
untuk game.
“Mengapa
kau membelinya ketika kau tidak bisa menggunakannya?” ucap Woo Jin dengan nada
tinggi.
“Aku
menggunakan konsol game usang yang rusak.” Kata Joo Hyuk
“Kenapa kau
tidak berhenti bermain game sialan itu? Gaji kamu tidak besar, untuk bisa membayar
biaya pengasuhan anak, membayar hutang, dan biaya hidup orang tua kita. Lalu
Apa kau ingin menikmati hobimu?” ucap Woo Jin marah
“Hentikan
itu.... Jangan memotongku...” kata Joo Hyuk akhirnya berani bicara dengan nada
tinggi membuat Woo Jin terdiam.
“Bisakah
tidak memotong ku... aku belum selesai bicara, mengerti? Kenapa kamu selalu
memotong ku? Aku belum selesai berbicara, jadi katakan hal-hal setelah kamu
mendengarkan ku dulu. Aku suamimu, Apa kau tahu itu?” tegas Joo Hyuk
“Apakah
aku menghabiskan biaya hidup? Apakah aku meminta mu untuk uang? Yah... Benar,
aku menabung sedikit gaji ku dan menyisihkannya untuk membeli konsol game... Itu
bukan dalam hitungan hari atau bulan. Aku berinvestasi untuk diri ku sendiri
selama bertahun-tahun. Apa kau pikir itu dosa sebesar itu?”ungkap Joo Hyuk
mengeluarkan semua unek-uneknya.
“Jadi kau
tidak mengerti sama sekali, kan?” kata Woo Jin marah
“Apa yang
harus aku mengerti? Kenapa aku yang harus selalu mengerti? Apakah kau tahu
bagaimana perasaan ku? Aku lelah bekerja juga, Aku ingin beristirahat dengan
tenang di rumah. Aku ingin mendapatkan kekuatan untuk menghadapi hari esok.”
teriak Joo Hyuk. Woo Jin hanya terdiam melihatnya.
“Tapi apa
yang aku dapatkan? aku lebih lelah di rumah daripada di tempat kerja. Istri ku
lebih sulit ditangani daripada pelanggan ku, sialan.Apa kau pikir cuma kau yang
menderita? Aku menderita tinggal bersama mu, tidak bisakah kau merasakannya?”
teriak Joo Hyuk akhirnya memilih untuk keluar dari rumah.
Joo Hyuk
melihat sepatu yan digunakan ternyata berbeda karena terburu-buru keluar dari
rumah. Didepan restoran Sang Sik pun tutup, lalu berusaha Sang Sik seperti
menceritakan masalahnya. Sang Sik tak
percaya kalau akan seburuk itu, menurutnya Bahkan anjing tidak terkena flu di
musim panas.
“Tidak,
aku di sini hanya untuk mengambil semangkuk udon.” Ucap Joo Hyuk lalu menutup
telpnya.
Ia menelp
Jong Hoo, tapi istrinya yang mengangkat mengatakan Jong Hoo pergi membeli bahan
untuk makanan bayi. Joo Hyuk melihat nama Hye Won tapi enggan untuk menelpnya.
Akhirnya berpikir menelp seserong berpikir kalau sudah kembali ke Seoul.
“Dia
mungkin ingin minum setelah melalui hal semacam itu.” Kata Joo Hyuk mencoba
menelp Tuan Han.
“Tuan Han
, dimana kamu?” tanya Joo Hyuk, Tuan Han mengatakan ada di rumah dan bertanya
kenapa menelpnya di malam hari.
“Yah, aku
pikir kamu mungkin merasa sedih dan semacamnya, jadi aku ingin membelikanmu
minuman.” Kata Joo Hyuk
“Aku tahu
kau bahkan tidak pandai minum. Datanglah ke rumahku dulu.” Kata Tuan Han. Joo
Hyuk tak percaya Tuan Han bisa datang.
Joo Hyuk
datang ke rumah Tuan Han dengan kantung plastik. Tuan Han membuak pintu melihat
Joo Hyuk cepat sekali berpikir kalau memang sudah ada diluar. Joo Hyuk berpikir
kalau Tuan Han ingin beristirahat
sendiri dan telat untuk datang ke rumahnya. Tuan Han mengajak Joo Hyuk masuk ke
rumahnya.
“Aku
membeli bir dan minum camilan jika kau tidak memilikinya.” Kata Joo Hyuk
menaruh di rumah.
“Apa maksudmu?
Aku punya begitu banyak minum camilan hari ini.” Kata Tuan Han.
“Apakah
ada orang lain di rumah?” tanya Joo Hyuk, Tuan Han memberitahu kalau ibunya
datang membawa ku lauk pauk dan akan segera pergi. Joo Hyuk menganguk mengerti
lalu tersadar kalau sebelumnya datang ke rumah duka ibu Tuan Han.
Ibu Tuan
Han baru saja dari toilet melihat sosok pria yang datang kerumah anaknya, Tuan
Han mengatakan kalau Joo Hyuk adalah mantan koleganya di tempat kerja dan
pernah bercerita tentang dia beberapa kali.
“Oh, Dia,
orang yang menikah begitu dia bergabung dengan perusahaan?” ucap Ibu Han, Joo
Hyuk seperti tak percaya melihat Ibu Han ada didepanya.
Teringat saat
Tuan Han mengatakan kalau Saat Ibunya dalam perjalanan pulang ke rumah setelah memberikan lauk,tertabrak sepeda motor. Ibu Han melihat Joo Hyuk itu beruntuk meminta
agar mengajarkan bakatnya mendapatkan istri untuk anaknya.
“Dia
harus menikah, tapi dia masih lajang. Aku merasa sedikit cemas.” Kata Ibu Han.
Joo Hyuk yang masih binggung menganguk mengerti.
“Tidak
mungkin. Dia memakamkan ibunya, jadi bagaimana dia bisa...Apakah aku
benar-benar sudah gila? Apakah aku kehilangan diri karena stres berat? Ini
bukan satu-satunya hal yang aneh.” Gumam Joo Hyuk berjalan dengan wajah
kebingungan.
Ia yakin
Mimpi yang jelas dengan melihat Joo Eun, lalu datang ke rumah duka Tuan Han,
dan melihat bekas luka ditanganya. Jong Hoo mengatakan kalau Joo Hyuk memiliki
bekas luka itu sejak bergabung dengan perusahaan.
“Tidak
mungkin. Apakah itu bukan mimpi?” kata Joo Hyuk masih kebingungan.
Ia
mengingat saat itu Jong Hoo memberitahu kalau Ibu Tuan Han meninggal, lalu
melihat tanggal di ponselnya Rabu, 29 Agustus 2018. Saat bangun, Joo Hyuk kaget kalau ada di hari Rabu
bukan Jumat dan teringat sebelumnya masuk ke dalam tol yang membuatnya bisa
berjalan mundur.
“Itu ada
di sana.... Gerbang tol itu.” Ucap Joo Hyuk yakin dengan melihat semua
perubahan dirinya.
Joo Hyuk
mengemudikan mobilnya dan mengingat kalau sudah melewati papan reklame ini,
tapi tak melihat ada pintu tol di depanya. Akhirnya Joo Hyuk memilih jalan yang
berbeda, berbelok ke sebelah kiri dengan papan reklame yang bertuliskan (Hidupmu juga bisa berubah. Dapatkan awal
yang baru.)
“Oke
bagus. Jika tidak akan muncul lagi, maka aku hanya akan mengatakan bahwa aku
gila dan langsung menuju ke rumah sakit.” Ucap Joo Hyuk akhirnya berbelok ke arah
kiri.
Joo Hyuk
bisa melihat pintu tol didepanya, lalu membayar uang 50 sen. Pintu pun terbuka,
dan mobil Joo Hyuk berjalan dengan cepat pindah ke dimensi yang berbeda.
Joo Hyuk
membuka matanya dan sudah ada dikamarnya, matanya tak percaya kalau kembali ke
kamarnya saat kuliah. Ia masih tak percaya benar-benar kembali ke apartemen lama
dan bukan hanya mimpi. Terdengar terikan Joo Eun untuk membuka pintu.
“Aku akan
mendobrak pintu jika kamu tidak membukanya pada saat aku menghitung sampai
tiga!” teriak Joo Eun. Joo Hyuk akhirnya membuka pintu kamarnya.
“Coba Lihat
tempat ini. Apakah ini kandang babi atau apa?” keluh Joo Eun, Joo Hyuk
tersenyum melihat wajah adiknya.
“Aku
tidak bolos sekolah. Ini hari jadi sekolahku.” Kata Joo Eun meminta Joo Hyuk
mengambil kotak lauk.
“Senang
bertemu denganmu, Joo Eun. aku serius” ucap Joo Hyuk dengan senyuman.
“Aku
yakin kamu senang melihat lauk ini, bukan aku. Astaga, aku ingin tidur hari
ini, tapi Ibu terus memukul punggungku dan mengantarkan lauk ini untukmu....aku...”
kata Joo Eun mengeluh yang langsung disela oleh kakaknya.
“kau
adalah seorang senior di sekolah menengah Dan tiket mu hanya untuk ruang berdiri.
Jadi Aku akan mengingatnya saat aku memakannya. Terima kasih.” Kata Joo Hyuk
mengingat yang dikatakan adiknya.
“Bagaimana
bisa sebuah rumah seperti ini? Ini sangat kacau” keluh Joo Eun. Joo Hyuk merasa
kalau tidak kacau setiap hari.
“Itu
karena kami menonton pertandingan Piala Dunia kemarin.” Kata Joo Hyuk dengans
senyuman.
“Ya, aku
akan bertaruh. Seseorang seharusnya tidak hidup di kandang babi setiap hari”
kata Joo Eun kesal
“Hei... Adikku
tahu kau bangun juga. Bangun.” Kata Joo Hyuk membangukan Sang Sik lebih dulu.
“Halo.
aku telah mendengar banyak tentang mu.” Ucap Sang Sik. Joo Eun menyuruh Sang Sik
memakaian sebelum merusak penglihatannya lagi.
Joo Hyuk
sudah tahu kalau adiknya akan membuka lemari dan langsung menutupnya.
Joo Hyuk
keluar dari rumah memanggil bibi yang akan menyiram air. Si Bibi pun menahan
diri untuk menyiram air. Joo Hyuk memberitahu kalau anak lewat, Si Bibi mengaku
hampir melakukan sesuatu yang mengerikan. Joo Hyuk mengaku sudah mengetahuinya.
Joo Hyuk
tersenyum bahagia menghindari kesialanya, lalu bisa melompat dari tempat koran.
Dua pelayan mengeluh melihat pasangan yang menikah menurutnya sangat tak adil
karena dua orang keren menikah dan hidup bahagia.
“Mereka
akan bercerai nanti. Jadi jangan khawatir tentang itu, dan fokuslah belajar.” Kata
Joo Hyuk yang membuat dua pelajar tersenyum.
Joo Hyuk
tersenyum bahagia karena Hye Won akan datang sekarang dan mulai menghintung
mundur. Hye Woon memanggil Joo Hyuk
dengan senyuman. Joo Hyuk tersenyum bahagia melihatnya Hye Won ada didepanya.
“kau
memiliki kelas selama periode pertama. Kamu terlambat.” Ucap Hye Won. Joo Hyk tahu
kalau Hye Won akan berlatih.
“Ya,
bagaimana kamu tahu? Aku memiliki latihan ansambel.” Kata Hye Won. Joo Hyuk bergumam
agar Hye Won segera mengatakanya.
“Hei, Joo
Hyuk-Sunbae... Apakah kau memiliki waktu luang malam ini? Seorang pemain cello
mengadakan resital solo, dan aku punya dua tiket.” Ucap Hye Won.
“Aku
punya banyak waktu... Ayo pergi bersama. aku akan datang.” Kata Joo Hyuk penuh
semangat.
“Aku akan
menemuimu di pintu masuk jam 8 malam. Jangan terlambat.” Kata Hye Won. Joo Hyuk
mengatakan tidak akan terlambat dan bisa menghindari kurir motor.
Joo Hyuk
meminta temanya agar menggantikan hanya untuk malam ini akan membalasnya nanti.
Temanya setuju dan bertanya apa ada sesuatu yang terjadi. Joo Hyuk menganguk
dengan senyuman, karena itu Sesuatu yang
penting yang bergantung pada nasibnya.
Joo Hyuk
tersenyum bahagia berjalan ke halte bus, lalu tatapanya mengarah pada anak SMA
yang mengunakan earphone. Ia melihat sosok Seo Woo Jin yang masih terlihat muda.
“kau
adalah orang yang ceria saat itu. Jadi mengapa wajah ceriamu terasa begitu
asing bagiku?” gumam Joo Hyuk lalu melihat Woo Jin yang memakai rok pendek.
Akhirnya
bus datang, Joo Hyuk melihat Woo Jin yang berdiri di tempat yang sama, lalu
mengeluh kalau istrinya itu bodoh. Si
pria pun berakhir memegang bokong Woo Jin dan Woo Jin langsung memarahi si pria. Woo Jin
berusaha tak tahu menahu.
“Hei, aku
tidak menyentuh bokongmu. Ini karena busnya bergerak.” Ucap Woo Jin. Si pria
tetap mengelak.
“Apakah
kau ingin dimarahi? Apakah ada yang melihatku menyentuh bokongnya?” kata si
pria. Woo Jin mencoba mencari siapa yang melihatnya.
Joo Hyuk
menahan diri agar jangan melakukan apapun. Si pria mengumpat kalau Woo Jin
adalah penggali emas yang memulai
sesuatu tanpa alasan dan mencuri uang orang. Woo Jin mengelak kalau bukan
seperti itu, Saat itu Joo Hyuk ingin bicara tapi ada penumpang yang lebih dulu
bicara.
“Aku
melihatmu! Pria itu memang bokong siswa itu.” Teriak si wanita. Akhirnya semua
percaya kalau si pria melakukanya.
Polisi
akhirnya membawa si pelaku ke dalam mobil polisi untuk mencari tahu kebenaran
setelah melakukan penyelidikan. Joo Hyuk melihat Woo Jin hanya terdiam lalu
mengucapkan selamat tinggal agar memiliki kehidupan yang menyenangkan. Woo Jin
sempat menatap tapi setelah itu langsung masuk ke dalam mobil polisi dengan ibu
sebagai saksi.
Semua
penumpang kembali masuk ke dalam bus, Joo Hyuk tersadar kalau sudah terlambar
akhirnya berlari masuk ke dalam taksi yang berhenti. Ia meminta pada pria yang
akan masuk karena nasib nya tergantung pada pertemuan jadi benar-benar tidak
bisa melewatkannya.
Joo Hyuk
berjalan masuk ke dalam gedung, mencari
sosok Hye Won tapi tak melihatnya. Hye Won memanggil Joo Hyuk dengan dress
kuning. Joo Hyuk tersenyum bahagia melihat Hye Won yang sangat cantik. Keduanya
pun duduk di dalam theater menonton pertunjukan.
Joo Hyuk
terlihat gelisah di tempat duduk karena disamping Hye Won, lalu tak sengaja
menyentuh bagian tangan Hye Won, wajahnya terlihat gugup. Akhirnya Hye Won
berbisik agar Joo Hyuk fokus pada musiknya. Joo Hyuk pun mencoba agar duduk
tenang.
Keduanya
berjalan ditaman, Hye Won mengaku kalau pertunjukan tadi sangat bagus, bahkan pergi
ke resital solo dan makan makanan lezat. Joo Hyuk hanya terdiam tapi tak bisa
menutupi wajah bahagianya. Hye Won bertanya apakah Joo Hyuk tahu pria seperti apa
yang paling dibencinya. Joo Hyuk ingin tahu seperti apa.
“Pria
yang menggunakan uang untuk memikat wanita. Mereka mengendarai convertible yang
mahal, membawa perempuan ke restoran mewah, membeli barang-barang desainer sebagai
hadiah, dll. Aku suka pria yang menghargai ketulusan ku. Dan...kau adalah tipe
pria seperti itu.” Kata Hye Won lalu
berani mencium Joo Hyuk lebih dulu. Keduanya saling menatap akhirnya Joo Hyuk
mencium Hye Won.
Joo
Hyuk terbangun dari tidurnya, lalu
melihat sosok wanita yang ada disampingnya. Wajahnya panik ingin tahu yang ada
disampingnya, apakah Hye Won atau Woo Jin tapi tanganya bergetar karena tak
berani menyentuhnya. Saat itu Hye Won memperlihatkan wajah yang tertidur
disamping Joo Hyuk.
“Itu Hye
Won... Ini benar-benar terjadi. Istriku benar-benar berubah.” Jerit Joo Hyuk
bahagia melihat wajah cantik Hye Won di dalam kamarnya.
Sementara
Woo Jin yang sudah dewasa berlari menyeberangi sungai Han, wajahnya terlihat
sangat berseri dan cantik. Tempatnya di gantikan oleh Hye Won yang menjadi istri
Joo Hyuk.
Bersambung
ke episode 3
Tidak ada komentar:
Posting Komentar