PS : All images credit and content copyright : TVN
Seo Yeon
datang ke rumah ibunya tak percaya kalau ibunya bisa menggugat putrinya sendiri. Ibu Seo Yeon
pikir kalau anaknya tidak memperlakukannya seperti ibunya, jadi tak ada alasan
kalau ia harus memperlakukan Seo Yeon sebagai seorang anak.
“Memangnya
siapa kau untuk memarahiku? Kau yang melanggar kontrak, Aku memberimu 20 juta Won sebagai imbalan
untuk kau tinggal di sini.” Kata Ibu Seo Yeon
“ Ibu
selalu bilang kalau aku membuat pilihan yang salah. Pikirkan kalau Ibu juga
membuat pilihan yang salah... Tidak, aku akan menjaga Ibu ketika semua mainan
anakmu akhirnya pergi.” Ucap Seo Yeon marah
“Kapan
kau akan berhenti bicara sarkastik? Bahkan ketika aku ada di luar, ayahmu selalu
membiarkanku melakukan segala cara. Dia melakukannya dengan pernikahan dan
perceraian.” Kata Ibu Seo Yeon
“Kau
bilang Bahkan perceraian? Apa maksudnya? Ibu bercerai karena
perselingkuhannya.” Ucap Seo Yeon kaget, Ibu Seo Yeon seperti lupa dan berusaha
mengingatnya.
“Aku
hanya mengatakannya untuk menghentikan wanita itu agar tidak mendapatkan
setengah dari uangnya. Berkat itu, aku bisa mengambil semua uangnya ke Amerika.
Jika bukan karenaku, maka kau masih akan tinggal di tempat sampah dengan dia.”
Akui Ibu Seo Yeon.
Seo Yeon kaget
ternyata semua yang dikatakan ibunya hanya bohong belaka, bahkan sudah membuat
Ji Woo sakit hati.
Ji Woo
mengepel lantai, melihat roda koper Seo Yeon yang kotor berpikir kalau koper
adik tirinya sudah dibawa kesana kemari. Seniornya menelp membahas Ji Woo yang mengenal Seo Yeon karena
terdaftar sebagai walinya dalam arsipnya. Ji Woo membenarkan.
“Apa Kau
tahu di mana dia?” tanya Seniornya. Ji Woo pikir Seo Yeon ada di rumah sakit.
“Dia
keluar tapi belum kembali. Dia harus dipulangkan, tapi aku tidak bisa
menghubunginya.” Kata Seniornya. Ji Woo pun mengatakan akan mencarinya.
Ji Woo
mencoba menelp Seo Yeon tak diangkat, akhirnya berlari pergi menuju rumah sakit
ibunya dan Seo Yeon sedang duduk termenung di depan rumah sakit. Ji Woo mengaku
tak percaya kalau Seo Yeon datang ke rumah sakit ibunya, tapi ternyata dugaanya
itu benar.
“Apa Kau
akhirnya merasa lebih baik sekarang? Apa yang Ibu katakan? Apa dia berselingkuh
dulu? Apa Kau menanyakan itu padanya ketika dia tidak waras?” kata Ji Woo marah
“Aku
tidak bisa...karena itu bohong.” Akui Seo Yeon. Ji Woo binggung apa maksud
ucapanya.
“Ibumu
dan ayahku tidak berselingkuh dulu.” Akui Seo Yeon. Ji Wo kaet medengarnya.
Keduanya
duduk dikursi taman, Ji Woo pikir Ketika Seo Yeon pertama mendengarnya, kenapa
tidak menghadapi Ibunya lebih dulu dan percaya dengan yang dikatakan ibu
Kandung Seo Yeon. Ia ingin tahu apakah ibunya itu sangat tak berarti untuk Seo
Yeon.
“Selalu
ada dinding di antara kami. Jika dia benar-benar ibuku, itu akan sangat bagus. Aku
bukan putri kandungnya... Kurasa...Ibu baik padaku hanya karena dia merasa
kasihan padaku.” Kata Seo Yeon
“Apa Kau
malah dikasihani seperti itu?” keluh Ji Woo kesal. Seo Yeon membenarkan ucapan
Ji Woo.
“Aku tidak
disambut sejak aku lahir.Aku selalu iri padamu karena dicintai oleh orang
tuamu.” Akui Seo Yeon
“Kau
pintar dan populer, tapi kenapa kau iri padaku?” ucap Ji Woo heran
“Kau
bilang "Populer"? Benar. Aku selalu membutuhkan cinta dan perhatian
orang seolah-olah aku haus tidak peduli berapa banyak yang aku minum. Kau
dicintai oleh orang tuamu bahkan tanpa berusaha, tapi aku harus berusaha keras
untuk mendapatkan cinta itu. Jadi aku harus rajin dan belajar dengan giat untuk
mendapatkan beasiswa. Begitulah... Untuk dicintai.” Akui Seo Yeon
“Ibu
mencintaimu bahkan tanpa melakukan semua
itu. Kau tidak tahu. seberapa besar trauma itu ditinggalkan oleh orang yang
melahirkanku.” Kata Seo Yeon
“Tapi
tetap saja, bagaimana bisa kau melakukan itu pada kami setelah hidup sebagai keluarga
selama bertahun-tahun?” kata Ji Woo tak habis pikir dengan jalan pikiran Seo
Yeon
“Aku
melakukannya agar tidak terluka lagi. Kurasa aku tidak akan terluka jika aku
pergi dari mereka terlebih dahulu sebelum ditinggalkan. Aku tahu ini tidak
berarti sekarang, tapi maafkan aku.” Kata Seo Yeon lalu melangkah pergi.
Seo Yeon
membawa kopernya dan pamit pada Ji Woo dengan berjanji tidak
akan membuatnya menderita dan tidak akan pernah muncul di hadapan Ji Woo lagi.
Ji Woo seperti berat membiarkan Seo Yeon pergi, tapi karena hatinya terasa
sakit membiarkanya.
“Hei....
Lee Seo Yeon, kau mau kemana? Aku belikan kimchi sujebi untukmu.” Ucap Dae
Young menhentikan mobil melihat Seo Yeon berjalan dengan membawa koper. Seo
Yeon hanya diam.
“Kenapa?
Apa terjadi sesuatu?” tanya Dae Young menatap Seo Yeon.
Sun rapat
dengan tim barunya membahas kalau Kontraknya sepertinya baik-baik saja, tapi
tidak tahu variabel apa yang mungkin terjadi saat memulai simulasi bisnis.
Tiba-tiba Sun terdiam karena mendengar seseorang memanggil nama “Seo Yeon.”
Tapi
ternyata hanya pelayan dengan nama Seo Yeon agar membawa pesanan untuk meja
tamu. Pegawainya sudah menyadarkan Sun yang melamun, Sun pikir kalau mereka
sudah banyak membahas sesuatu jadi meminta izin agar pergi lebih dulu karena
merasa minum terlalu banyak. Pegawai mempersilahkan dan akan menelp layanan
sopir.
Sun
seperti masih membayangkan Seo Yeon di pikiran, lalu pulang kerumah mengambil
botol air dalam kulkas. Ia melihat kalau
ada makanan yang belum dimasak dan Pasti sudah tidak enak.
“Itu
harus segera dimasak karena itu mie mentah.” Kata Seo Yeon sambil tersenyum
sedang memasak didapur.
Sun
kembali berhalusinasi melihat Seo Yeon di rumahnya, lalu menatap baju Dae Young
baru selesai dicuci dan menelp Dae Young ingin tahu keberadaanya karena akan
mengembalikan pakaiannya. Dae Young binggung karena Sun akan mengembalikan di
malam hari.
“Kau bisa
berikan padaku nanti.” ucap Dae Young. Sun menolak karena harus
mengembalikannya sekarang.
“Baik,
aku akan segera ke sana.” Kata Sun lalu menutup telpnya merasa yakin kalau Aku
tidak akan terganggu jika bersama Dae Young.
Sun
datang membawa pakaian Dae Young dan kaget melihat Seo Yeon duduk didepanya.
Dae Young heran melihat Sun malah diam saja bukan duduk. Sun pikir dirinya
mabuk saat makan malam tim jadi melihat ilusi. Dae Young heran Sun yang merasa
sedang berilusi.
“Aku
melihat ilusi Seo Yeon di sini.” Kata Sun menyentuh bagian pipi Seo Yeon untuk
memastikanya. Seo Yeon langsung menjerit marah.
“Jangan
bilang kau bersamanya.” Kata Sun panik karena ternyata memang Seo Yeon bersama
dengan Dae Young
“Kau
membuat keributan itu bahkan meminta agar menemuiku hari ini sebelum aku bisa
memberitahumu itu... Kau pasti mabuk Itu
tidak masuk akal, dan kau tidak ingat apa yang kau katakan sebelumnya. .” Kata
Dae Young mengeluh.
Sun
menghindari Seo Yeon akhirnya memilih untuk mengembalikan baju Dae Young lalu
pamit pergi. Dae Young heran melihat Sun
pergi dan mengajak untuk Bergabunglah minum. Sun menolak karena merasa sudah
cukup minum dan tidak ingin melewati batas minumnya
“Apa ada
yang terjadi antara kalian berdua?” tanya Dae Young curiga. Seo Yoen mengaku
tak ada.
“Jika ada
sesuatu terjadi, aku tidak akan baik-baik saja ketika kau bilang Sun akan datang.”ucap
Seo Yeon
“Kalau
dipikir-pikir, tidak ada alasan untuk
tidak bergabung ketika tidak ada yang terjadi di antara kami.” Kata Sun sambil
meminum habis bir dalam gelas. Dae Young menatap keduanya dengan wajah
binggung.
Beberapa
saat kemudian, keduanya sudah mabuk. Sun mengeluh Seo Yeon yang terus muncul di
depan matanya. Seo Yeon pikir bisa menjelaskannya menurutnya Sun-lah yang
muncul di sini. Sun mengeluh Seo Yeon yang selalu ada ditempat-tempat di mana
ia berada.
“Apa Kau
tidak akan kembali ke Amerika?” keluh Sun
“Itu
karena aku punya hutang untuk kubayar kembali.” akui Seo Yeon
“Apa Kau
punya lebih banyak utang selain dari apa yang kau membayarku kembali? Berapa
kali ini? 30 juta Won? 40 juta?” tanya Sun
“Hutang....tidak
selalu berarti uang.” Ucap Seo Yeon. Sun
ingin tahu apa lagi dengan menebak
seperti “kebaikan”
“Apa pun
itu, aku tidak tertarik, jadi menjauhlah dari pandanganku. Jika kau muncul
lagi...”ucap Sun mengancam. Seo Yeon ingin tahu apa yang akan dilakukan kalau
muncul lagi.
“Aku akan
melewati batas.”kata Sun, Saat itu Dae Young masuk hanya bisa menghela nafas
melihat keduanya yang mabuk.
Seo Yeon
membuka kotak makan yang dibawa Dae Young dan langsung memakannya. Dae Young
mengambilnya, Seo Yeon mengaku kalau Rasanya seperti makanan ibunya dan berkata
akan pergi setelah melunasi semua hutang dan akan membayar semua itu.
Semenatara Sun kembali dengan tingkah mabuknya yang akan berantakna.
“He... Hentikan.
Kau harus merebus ini dulu.” Kata Dae Young menahan Seo Yeon yang terus makan
kimchi jigae buatanya.
“Permisi,
bisa kau rebus ini? Maka aku akan membalas kebaikanmu dan pergi.” Teriak Seo
Yeon memanggil pelayan
“Ini
pasti tempat yang lezat... Aku sedang makan semua makanan dalam sekejap.” Kata
Sun yang makan tapi menjatuhkan semuanya. Sementara Seo Yeon terus meminta agar
menghangatkan makananya.
Sun
akhirnya bangun dan tersadar kalau ada dikamar Dae Young dengan pakaian
training yang seharusnya sudah dikembalikan. Dae young menyebut angka 9090. Sun
binggung, Dae Young memberitahu kalau Itu kode pintu rumahnya. Sun heran kenapa
Dae Young memberitahukannya.
“Kenapa
bertanya? Jika kau akan seperti ini, maka kau bisa tinggal di sini, dan aku
akan tinggal di rumahmu.” Ucap Dae Young
“Aku akan
mencuci pakaian ini lagi...” kata Sun, Dae Young menyuruh Sun agar menyimpanya
saja.
“Aku akan
pergi mengambil beberapa pakaianmu di rumahmu. Kita sudah cukup dekat untuk
berbagi pakaian, kan? Maksudku, Apa itu
sebabnya kau berperilaku tanpa malu seperti itu?” kata Dae Young, Sun hanya
bisa diam tertunduk malu.
“Apa tidak
masalah makan ramyeon untuk makanan pereda mabukmu? Kau Pergilah minta telur
dari Ji Woo di rumahnya.” Ucap Dae Young. Sun pikir akan pergi tanpa memakannya.
“Kau bisa
melakukan itu, tapi tetap, berikan aku telur karena aku mau makan. Bukankah setidaknya
kau harus melakukan itu kepada orang yang membiarkanmu tidur?” keluh Dae Young.
Sun
akhirnya pergi ke rumah Ji Woo, tapi panik saat melihat Kacang yang terus
mengonggong. Dae Young pun keluar rumah memberitahu Kacang kalau itu tmuridnya
Ji Woo. Kacang langsung diam dan naik ke atas kursi. Dae Young menyuruh Sun
agar masuk sebelum ramyeonnya lembek.
Sun
mengetuk pintu dengan wajah panik, lalu kaget melihat Seo Yeon sedang tertidur
di rumah Ji Woo dan bertanya kenapa ada dirumah Ji Woo. Seo Yeon pun terbangun
juga merasa binggung kenapa ada dirumah kakak tirinya.
“Sun, Apa
kau sudah bangun? Kenapa kau di sini?” tanya Ji Woo masuk ke dalam rumah
membawa barang belanjaan.
“Dae
Young memberitahuku untuk mengambil telur.” Kata Sun. Ji Woo heran kenapa Sun
malah meminta telur.
“Lee Seo
Yeon, kapan kau bangun? Apa Kau akan membiarkan dia masuk?” keluh Ji Woo
“Kenapa
dia tidur di sini?” tanya Sun. Ji Woo pikir Ceritanya panjang adi mereka akan mebicarakan
setelah makan sup mabuk dan meminta untuk memanggil Dae Young.
Dae Young
akhirnya makan sup buatan Ji Woo merasa kalau masakan Ji Woo seperti infus,
yaitu Sup tauge dimasak oleh seorang perawat. Sun hanya bisa terdiam, Ji Woo
mendorong Seo Yeon ke meja makan, Seo Yeon merasa tidak perlu makan.
“Aku
memasak kimchi sujebi yang dibawa Dae Young kemarin. Jadi Duduklah.” Kata Ji
Woo dan akhirnya Seo Yeon duduk disamping Sun.
“Aku
tidak pernah membayangkan kalian ini kakak adik. Kau bilang tidak mengenalnya
ketika kita bertemu.” Kata Sun
“Maaf.
Aku harus mengatakan itu... Aku juga terkejut. Aku tidak tahu dia asisten
pribadimu.” Kata Ji Woo
“Aku
tidak bekerja untuknya sekarang. Itu sudah berlalu.Kami tidak akan bertemu lagi.”
Ucap Seo Yeon dingin
“Tidak,
aku harus terus melihatmu.” Kata Sun. Seo Yeon binggung mendengarnya.
“Apa Kau
tidak ingat yang kukatakan kemarin, Bahwa aku akan melewati batas jika aku
melihatmu sekali lagi? Aku akan terus menyukaimu.” Kata Sun. Dae Young dan Ji
Woo hanya bisa melonggo mendengarnya.
“Situasi
yang kita hadapi terlalu membingungkan. Daripada menyangkalnya dan harus bersikap membingungkan, kurasa akan
lebih baik untuk menyukaimu.” Ucap Sun.
Dae Young
pikir harus memberi makan Kacang. Ji Woo pun mengikutinya dengan mengambil
makanannya, lalu keduanya bergegas pergi membiarkan keduanya. Seo Yeon mengaku
kalau tak merasakan itu. Sun mengaku sudah mengetahui hal itu.
“Aku
tidak akan memaksamu untuk menyukaiku.” Kata Sun. Seo Yeon hanya bisa terdiam.
Ji Woo
akan pergi berkerja, melihat Seo Yeon sibuk mencuci piring lalu sengaja
mengambil air minum. Seo Yeon tahu kalau Ji Woo punya banyak pertanyaan.
“Ketika
aku berada dalam kekacauan ini dengan Sun Woo Sun dan apa yang aku rencanakan
selanjutnya. Kau Bekerja saja dan tanyakan padaku nanti. Kau akan mendapat kesempatan
lain. Akan ada hari lain. Aku akan tetap tinggal jadi kau boleh luangkan
waktumu.” Ucap Seo Yeon
“Apa? Kau
akan tetap tinggal?” kata Ji Woo. Seo Yeon pikir kalau tak mungkin akan mencuci
piring kalau ingin tetap tinggal dengan Ji Woo.
“Aku tahu
harus melakukan sesuatu untuk membayar iuranku. Aku menyadari ada alasan kenapa
aku tinggal di sini. Pertama, biaya untuk panti jompo Ibu. Bukannya kau perlu menghemat
biaya? Aku akan mengalah. Kedua... Saat kau sibuk, aku boleh menengok Ibu di
panti jompo.”Kata Seo Yeon
“Tidak.. Jangan berpikir kau bisa pergi ke sana.” Ucap Ji Woo marah
“Ketiga.
Ini yang paling penting... Aku tidak punya tempat tujuan.” Akui Seo Yeon.
“Aku
menandai hari kerjaku di kalender meja.
Jadi Tidurlah di tempat tidur saat aku
keluar. Kau juga yang bersih-bersih dan mencuci. Aku tidak akan membiarkanmu
tinggal secara gratis.” Tegas Ji Woo.
Seo Yeon
tak percaya kalau Ji Woo akan membiarkannya tetap tinggal dirumahnya. Ji Woo
memperingatakn Seo Yeon aga Jangan menghilang lalu keluar dari rumah. Seo Yeon
berjanji kalau Semua yang dilakukan untuk Ji Woo dan Ibu dan menebus semua kesalahanya.
Seo Yeon
dan Dae Young bertemu disebuah gedung, Dae Young pikir akan membutuhkan ruang
kantor untuk pertemuan dan hal-hal lain dan meminta Seo Yeon bergabung dengannya untuk memilih jenis
bisnis. Seo Yon mengaku senang karena Dae Young mau melakukannya.
“Bukankah
ini bagus?” ucap Dae Young melihat semua peralatan kantor.
“Memang,
tapi lebih baik kau memilihku untuk meminta nasihat. Aku akan membantumu mulai
sekarang. Kau mencetak gol. Kau bisa bekerja dengan seseorang yang sangat
terlatih.” Ucap Seo Yeon
“Aku akan
senang atas bantuanmu, tapi aku tidak bisa membayarmu sekarang. Apa tidak
apa-apa buatmu?” kata Dae Young
“Tidak
apa-apa. Aku ingin membayarmu karena aku berhutang padamu.” Kata Seo Yeon
“Berhutang
padaku?” ucap Dae Young binggung. Seo Yeon tak membahasnya mengajak untuk pergi
membeli perlengkapan kantor.
Sun
bertemu dengan Ji Woo di tamn rumah sakit, Ji Woo ingin tahu Apa Seo Yeon
wanita yang membuat Sun stress. Sun mengakuinya dan menurutnya Ji Woo juga
mengatakan kalau mungkin kehilangan kesempatan untuk mengaku jika terus merasa
stress karenanya.
“Apa dia
baik-baik saja? Dia mengalami penyakit apa?” tanya Sun khawatir.
“Aku ini
perawat. Aku tidak bisa membagikan informasi pasien.” Ucap Ji Woo
“Kalau begitu,
daripada sebagai perawat aku akan bertanya sebagai kakaknya. Apa yang dia suka?
Tipe pria apa yang dia sukai?”tanya Sun penasaran.
“Sun. Dia
itu bertindak seolah dia kuat, tapi dia takut ditinggalkan sehingga dia
meninggalkan cinta pertamanya. Itulah dia jadi takut dan trauma. Jika kau
melakukan ini dengan iseng atau impulsif, maka kau akan berakhir menyakiti
dirinya.” Cerita Ji Woo.
“Aku tahu
itu... Jadi aku akan mulai dengan cinta tak berbalas. Katakan padaku apa yang
harus dilakukan. Aku belum pernah melakukan itu sebelumnya. Kau bilang menyukai
seseorang tapi waktunya tidak tepat. Bagaimana cara kerja cinta sepihak itu?”
tanya Sun
“Aku
tidak akan memaksakan perasaanku padanya. Aku tidak tahu di mana batasan itu.
Ini pertama kalinya batasanku menjadi buram.” Akui Sun. Ji Woo pun terlihat
kebingungan hanya bisa menghela nafas.
Seo Yeon
dan Dae Young membereskan semua barang di dalam ruangan, Sun tiba-tiba datang mengaku kalau mendengar
Goo Dae Young menyewa kantor jadi sengaja datang untuk menyapa. Seo Yeon hanya
menatap malah, Sun mengak kalau alasanya bukan karena Seo Yeon jadi meminta
agar jangan merasa tidak nyaman.
“Itu
terdengar seperti alasan tapi terima kasih. Sebentar makan siang. Apa Kau mau
bergabung dengan kami?
“Tidak.
Bergabung denganmu untuk makan akan tampak seperti melewati batas cinta tak
berbalas. Jadi aku sengaja datang jam 11 pagi.” Kata Sun. Dae Young bingung apa
maksudnya Dengan sengaja.
“Ya. Jika
aku datang terlalu awal, maka kau baru saja bekerja, dan jika aku datang nanti,
itu akan merusak istirahat makan siang kalian. Tapi jika Seo Yeon bilang aku
bisa bergabung denganmu untuk makan siang, maka aku bisa menunggu.” Kata Sun
berharap
“Tidak,
terima kasih.” Ucap Seo Yeon, Sun menganguk mengerti
“Aku
menghormati keputusanmu. Kalau begitu, sampai jumpa.” Kata Sun berjalan pergi. Dae
Young merasa Dua-duanya tidak normal
Ji Woo
berkomentar kalau Itu sebabnya mereka mungkin saling cocok. Dae Young melonggo
binggung, Ji Woo merasa Mereka berdua
sudah dewasa dan bisa menanganinya lalu memberikan kuesioner yang ditinggalkan
Dae Young padanya.
“Terima
kasih sudah membantu ketika kau sedang sibuk. Bagaimana aku harus membalasnya?”
tanya Dae Young lalu tiba-tiba mendekatkan wajahnya. Ji Woo terihat gugup.
“Apa
Berat badanmu turun? Kau kelihatan kurus. Apa Kau baru mau pulang kerja? Ayo
kita pergi dan makan.” Ajak Dae Young.
Ji Woo
duduk direstoran daging panggang, merasa tak enak hati karena Daging sapi ini mahal dan terlalu banyak
mentraktinya. Dae Young merasa tak bersalah karena membayar kembali dengan
bunga. Pegawai datang membawa macam-macam daginng akan mulai memanggangnya.
Keduanya langsung menjawab kalau akan melakukan sendiri.
“Bisa
tinggalkan gunting dan jepitannya?” ucap Ji Woo. Pelayan pun membiarkan diatas
meja.
“Daging
rasanya paling enak saat dipanggang sendiri.” Kata Ji Woo. Dae Young memuji Ji
Woo seperti mentor sejatinya dan mulai memanggang.
Dae Young
mulai memanggang daging sapi ukuran tipis lebih dulu dan mulai memakanya bersama
Ji Woo. Setelah itu Dae Young menyarankan akan memakan dari daging tanpa lemak
ke daging berlemak.
Setelah
selsai Lalu mari kita mulai dengan bagian leher. Memanggang daging tanpa lemak
agak sedikit,.. tapi memanggang daging berlemak lebih sedikit lagi.” Kata Ji Woo
“Aku ini
Shiksyanim... Aku juga tahu... Daging bawah, ujung daging, dan kemudian daging
tipis. “ ucap Dae Young bangga
“Aku akan
makan ujung daging, daging tipis, dan kemudian daging bawah. Daging bawah ini
mungkin yang paling ramping dari ketiganya, tapi ini punya bau khas.” Ucap Ji
Woo
“Tetap
saja, kau tidak akan puas untuk makan daging seperti ini. “ pikir Dae Young
“Karena
itulah aku menyimpan makanan utama. Aku akan memanggang daging utama dan
membungkusnya di sekitar daging bawah. Kemudian kau bisa menikmati rasa dengan
sentuhan lemak tambahan.” Ucap Ji Woo. Dae Young memberikan tepuk tangan.
“Kau bisa
makan bubur sebagai makanan penutup setelah nasi goreng, dan sekarang kau membungkus
daging dengan daging.” Kata Dae Young dan mulai memanggang daging.
Mereka
makan daging dengan sesekali bersulang dengan wine, setelah itu makan hidangan
utama, daging dengan ukuran daging yang tebal. Mereka makan dengan sangat lahap
kalau dagingnya sangat meleleh di mulut.
"Aku hanya
bisa makan semua potongan yang berbeda karena aku datang ke sini bersamamu hari
ini.” Ucap Dae Young sambil mengambil piring kosong.
“Aku suka
idemu mengambil foto dari mangkuk kosong. Itu setelah kau menyelesaikan makan
jjamppong pedas.” Kata Ji Woo.
“Benar. Ternyata
kau selalu menjadi yang pertama... Bahkan sekarang ini.” Ucap Dae Young. Ji Woo
binggung apa maksudnya.
“Kau dulu
punya pendekatan sendiri untuk makanan. Tapi semakin tuanya , kau harus makan
yang banyak. Saat itulah aku tersadar. Kurasa banyak orang sepertimu juga.” Ucap
Dae Young
“ Hidup
itu melelahkan, dan itu menghalangi. Tidak ada ruang untuk mewah apa pun.” Balas
Ji Woo
“Apa Betapa
sedihnya itu? Setiap kali aku sedih, makananlah yang membuatku semangat. Energi
yang diberikannya luar biasa. Itu hal-hal kecil yang membuatmu bahagia. Itu
sebabnya aku tidak mau menyerah pada pekerjaan ini. Kau adalah alasan kenapa
kau memutuskan untuk memulai bisnisku sendiri.”akui Dae Young. Ji Woo hanya
bisa tertawa mendengarnya.
Seo Yeon
kaget kalau Restoran kimchi sujebi meminta uang sebanyak itu. Dae Young menagku
Ini belum pernah terjadi, jadi bingung tapi tidak pernah terjadi ketika bersama
CQ Food. Seo Yeon pikir Ini mungkin terdengar kejam,.tapi itu bisa jadi sulit tanpa
kerja sama CQ Food.
“Apa Kau
tahu Korea) menang melawan Jerman 2-0 di Piala Dunia 2018? Siapa tahu? Aku bisa
berakhir menjadi nama yang lebih besar dari CQ Food. Ketika Sun Woo Sun memintaku
untuk bekerja dengannya, aku tidak mau mengalah.” Akui Dae Young
Saat itu
Sun datang, Dae Young senang melihat Sun
yang datang. Sun baru menyadari kemarin datang dengan tangan kosong, jadi
sengaja mampir lagi. Ia meminta agar jangan anggap itu sebagai beban. Dae Young
pun mengambil barang pemberia Sun sambil mengucapkan Terima kasih.
“Bisakah
aku bertanya jika aku tidak melewati batas? Bagaimana kalau nonton film hari
ini?” uca Sun. Seo Yeon menolak.
“Bagaimana
kalau makan malam?” kata Su. Seo Yeon tetap menolak. Dae Young mengeluh kalau Seo
Yeon tidak punya niat untuk terbuka.
“Sun,
kurasa kau harus menyerah.” Komentar Dae Young pindah ke sisi tempat duduknya.
“Apa kau
membutuhkan sesuatu? Aku ingin memberikanmu hadiah.” Kata Sun mencoba mendekat
“Kenapa
kita tidak tidur bersama saja?” kata Seo Yeon berdiri. Dae Young kaget begitu
juga Sun yang berdiri didepan Seo Yeon.
“Kau terus
berkunjung dan memberikan hadiah untuk memenangkan hatiku hanya untuk tidur
denganku. Jadi Kenapa membuang waktu? Lewatilah batas sekarang dan buatlah
dirimu bosan.” Kata Seo Yeon menantang.
Dae Young
menatap keduanya dengan wajah binggung. Sun akhirnya menarik tangan Seo Yeon
pergi, Dae Young makin kaget melihatnya.
Bersambung
ke episode 14
PS; yang udah baca
blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 &
Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar