PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Selasa, 28 Agustus 2018

Sinopsis Lets Eat 3 Episode 13 Part 2

PS : All images credit and content copyright : TVN

Seo Yeon datang ke rumah ibunya tak percaya kalau ibunya bisa  menggugat putrinya sendiri. Ibu Seo Yeon pikir kalau anaknya tidak memperlakukannya seperti ibunya, jadi tak ada alasan kalau ia harus memperlakukan Seo Yeon sebagai seorang anak.
“Memangnya siapa kau untuk memarahiku? Kau yang melanggar kontrak,  Aku memberimu 20 juta Won sebagai imbalan untuk kau tinggal di sini.” Kata Ibu Seo Yeon
“ Ibu selalu bilang kalau aku membuat pilihan yang salah. Pikirkan kalau Ibu juga membuat pilihan yang salah... Tidak, aku akan menjaga Ibu ketika semua mainan anakmu akhirnya pergi.” Ucap Seo Yeon marah
“Kapan kau akan berhenti bicara sarkastik? Bahkan ketika aku ada di luar, ayahmu selalu membiarkanku melakukan segala cara. Dia melakukannya dengan pernikahan dan perceraian.” Kata Ibu Seo Yeon
“Kau bilang Bahkan perceraian? Apa maksudnya? Ibu bercerai karena perselingkuhannya.” Ucap Seo Yeon kaget, Ibu Seo Yeon seperti lupa dan berusaha mengingatnya.
“Aku hanya mengatakannya untuk menghentikan wanita itu agar tidak mendapatkan setengah dari uangnya. Berkat itu, aku bisa mengambil semua uangnya ke Amerika. Jika bukan karenaku, maka kau masih akan tinggal di tempat sampah dengan dia.” Akui Ibu Seo Yeon.
Seo Yeon kaget ternyata semua yang dikatakan ibunya hanya bohong belaka, bahkan sudah membuat Ji Woo sakit hati. 


Ji Woo mengepel lantai, melihat roda koper Seo Yeon yang kotor berpikir kalau koper adik tirinya sudah dibawa kesana kemari. Seniornya menelp  membahas Ji Woo yang mengenal Seo Yeon karena terdaftar sebagai walinya dalam arsipnya. Ji Woo membenarkan.
“Apa Kau tahu di mana dia?” tanya Seniornya. Ji Woo pikir Seo Yeon ada di rumah sakit.
“Dia keluar tapi belum kembali. Dia harus dipulangkan, tapi aku tidak bisa menghubunginya.” Kata Seniornya. Ji Woo pun mengatakan akan mencarinya.

Ji Woo mencoba menelp Seo Yeon tak diangkat, akhirnya berlari pergi menuju rumah sakit ibunya dan Seo Yeon sedang duduk termenung di depan rumah sakit. Ji Woo mengaku tak percaya kalau Seo Yeon datang ke rumah sakit ibunya, tapi ternyata dugaanya itu benar.
“Apa Kau akhirnya merasa lebih baik sekarang? Apa yang Ibu katakan? Apa dia berselingkuh dulu? Apa Kau menanyakan itu padanya ketika dia tidak waras?” kata Ji Woo marah
“Aku tidak bisa...karena itu bohong.” Akui Seo Yeon. Ji Woo binggung apa maksud ucapanya.
“Ibumu dan ayahku tidak berselingkuh dulu.” Akui Seo Yeon. Ji Wo kaet medengarnya. 

Keduanya duduk dikursi taman, Ji Woo pikir Ketika Seo Yeon pertama mendengarnya, kenapa tidak menghadapi Ibunya lebih dulu dan percaya dengan yang dikatakan ibu Kandung Seo Yeon. Ia ingin tahu apakah ibunya itu sangat tak berarti untuk Seo Yeon.
“Selalu ada dinding di antara kami. Jika dia benar-benar ibuku, itu akan sangat bagus. Aku bukan putri kandungnya... Kurasa...Ibu baik padaku hanya karena dia merasa kasihan padaku.” Kata Seo Yeon
“Apa Kau malah dikasihani seperti itu?” keluh Ji Woo kesal. Seo Yeon membenarkan ucapan Ji Woo.
“Aku tidak disambut sejak aku lahir.Aku selalu iri padamu karena dicintai oleh orang tuamu.” Akui Seo Yeon
“Kau pintar dan populer, tapi kenapa kau iri padaku?” ucap Ji Woo heran
“Kau bilang "Populer"? Benar. Aku selalu membutuhkan cinta dan perhatian orang seolah-olah aku haus tidak peduli berapa banyak yang aku minum. Kau dicintai oleh orang tuamu bahkan tanpa berusaha, tapi aku harus berusaha keras untuk mendapatkan cinta itu. Jadi aku harus rajin dan belajar dengan giat untuk mendapatkan beasiswa. Begitulah... Untuk dicintai.” Akui Seo Yeon
“Ibu mencintaimu bahkan  tanpa melakukan semua itu. Kau tidak tahu. seberapa besar trauma itu ditinggalkan oleh orang yang melahirkanku.” Kata Seo Yeon
“Tapi tetap saja, bagaimana bisa kau melakukan itu pada kami setelah hidup sebagai keluarga selama bertahun-tahun?” kata Ji Woo tak habis pikir dengan jalan pikiran Seo Yeon
“Aku melakukannya agar tidak terluka lagi. Kurasa aku tidak akan terluka jika aku pergi dari mereka terlebih dahulu sebelum ditinggalkan. Aku tahu ini tidak berarti sekarang, tapi maafkan aku.” Kata Seo Yeon lalu melangkah pergi. 



Seo Yeon membawa kopernya dan pamit pada Ji Woo dengan berjanji   tidak akan membuatnya menderita dan tidak akan pernah muncul di hadapan Ji Woo lagi. Ji Woo seperti berat membiarkan Seo Yeon pergi, tapi karena hatinya terasa sakit membiarkanya.
“Hei.... Lee Seo Yeon, kau mau kemana? Aku belikan kimchi sujebi untukmu.” Ucap Dae Young menhentikan mobil melihat Seo Yeon berjalan dengan membawa koper. Seo Yeon hanya diam.
“Kenapa? Apa terjadi sesuatu?” tanya Dae Young menatap Seo Yeon. 

Sun rapat dengan tim barunya membahas kalau Kontraknya sepertinya baik-baik saja, tapi tidak tahu variabel apa yang mungkin terjadi saat memulai simulasi bisnis. Tiba-tiba Sun terdiam karena mendengar seseorang memanggil nama “Seo Yeon.”
Tapi ternyata hanya pelayan dengan nama Seo Yeon agar membawa pesanan untuk meja tamu. Pegawainya sudah menyadarkan Sun yang melamun, Sun pikir kalau mereka sudah banyak membahas sesuatu jadi meminta izin agar pergi lebih dulu karena merasa minum terlalu banyak. Pegawai mempersilahkan dan akan menelp layanan sopir. 

Sun seperti masih membayangkan Seo Yeon di pikiran, lalu pulang kerumah mengambil botol air dalam kulkas.  Ia melihat kalau ada makanan yang belum dimasak dan Pasti sudah tidak enak.
“Itu harus segera dimasak karena itu mie mentah.” Kata Seo Yeon sambil tersenyum sedang memasak didapur.
Sun kembali berhalusinasi melihat Seo Yeon di rumahnya, lalu menatap baju Dae Young baru selesai dicuci dan menelp Dae Young ingin tahu keberadaanya karena akan mengembalikan pakaiannya. Dae Young binggung karena Sun akan mengembalikan di malam hari.
“Kau bisa berikan padaku nanti.” ucap Dae Young. Sun menolak karena harus mengembalikannya sekarang.
“Baik, aku akan segera ke sana.” Kata Sun lalu menutup telpnya merasa yakin kalau Aku tidak akan terganggu jika bersama Dae Young.

Sun datang membawa pakaian Dae Young dan kaget melihat Seo Yeon duduk didepanya. Dae Young heran melihat Sun malah diam saja bukan duduk. Sun pikir dirinya mabuk saat makan malam tim jadi melihat ilusi. Dae Young heran Sun yang merasa sedang berilusi.
“Aku melihat ilusi Seo Yeon di sini.” Kata Sun menyentuh bagian pipi Seo Yeon untuk memastikanya. Seo Yeon langsung menjerit marah.
“Jangan bilang kau bersamanya.” Kata Sun panik karena ternyata memang Seo Yeon bersama dengan Dae Young
“Kau membuat keributan itu bahkan meminta agar menemuiku hari ini sebelum aku bisa memberitahumu itu... Kau pasti mabuk  Itu tidak masuk akal, dan kau tidak ingat apa yang kau katakan sebelumnya. .” Kata Dae Young mengeluh.
Sun menghindari Seo Yeon akhirnya memilih untuk mengembalikan baju Dae Young lalu pamit pergi.  Dae Young heran melihat Sun pergi dan mengajak untuk Bergabunglah minum. Sun menolak karena merasa sudah cukup minum dan tidak ingin melewati batas minumnya
“Apa ada yang terjadi antara kalian berdua?” tanya Dae Young curiga. Seo Yoen mengaku tak ada.
“Jika ada sesuatu terjadi, aku tidak akan baik-baik saja ketika kau bilang Sun akan datang.”ucap Seo Yeon
“Kalau dipikir-pikir,  tidak ada alasan untuk tidak bergabung ketika tidak ada yang terjadi di antara kami.” Kata Sun sambil meminum habis bir dalam gelas. Dae Young menatap keduanya dengan wajah binggung. 


Beberapa saat kemudian, keduanya sudah mabuk. Sun mengeluh Seo Yeon yang terus muncul di depan matanya. Seo Yeon pikir bisa menjelaskannya menurutnya Sun-lah yang muncul di sini. Sun mengeluh Seo Yeon yang selalu ada ditempat-tempat di mana ia berada.
“Apa Kau tidak akan kembali ke Amerika?” keluh Sun
“Itu karena aku punya hutang untuk kubayar kembali.” akui Seo Yeon
“Apa Kau punya lebih banyak utang selain dari apa yang kau membayarku kembali? Berapa kali ini? 30 juta Won? 40 juta?” tanya Sun
“Hutang....tidak selalu berarti uang.”  Ucap Seo Yeon. Sun ingin tahu apa lagi dengan menebak  seperti “kebaikan”
“Apa pun itu, aku tidak tertarik, jadi menjauhlah dari pandanganku. Jika kau muncul lagi...”ucap Sun mengancam. Seo Yeon ingin tahu apa yang akan dilakukan kalau muncul lagi.
“Aku akan melewati batas.”kata Sun, Saat itu Dae Young masuk hanya bisa menghela nafas melihat keduanya yang mabuk.
Seo Yeon membuka kotak makan yang dibawa Dae Young dan langsung memakannya. Dae Young mengambilnya, Seo Yeon mengaku kalau Rasanya seperti makanan ibunya dan berkata akan pergi setelah melunasi semua hutang dan akan membayar semua itu. Semenatara Sun kembali dengan tingkah mabuknya yang akan berantakna.
“He... Hentikan. Kau harus merebus ini dulu.” Kata Dae Young menahan Seo Yeon yang terus makan kimchi jigae buatanya.
“Permisi, bisa kau rebus ini? Maka aku akan membalas kebaikanmu dan pergi.” Teriak Seo Yeon memanggil pelayan
“Ini pasti tempat yang lezat... Aku sedang makan semua makanan dalam sekejap.” Kata Sun yang makan tapi menjatuhkan semuanya. Sementara Seo Yeon terus meminta agar menghangatkan makananya. 



Sun akhirnya bangun dan tersadar kalau ada dikamar Dae Young dengan pakaian training yang seharusnya sudah dikembalikan. Dae young menyebut angka 9090. Sun binggung, Dae Young memberitahu kalau Itu kode pintu rumahnya. Sun heran kenapa Dae Young memberitahukannya.
“Kenapa bertanya? Jika kau akan seperti ini, maka kau bisa tinggal di sini, dan aku akan tinggal di rumahmu.” Ucap Dae Young
“Aku akan mencuci pakaian ini lagi...” kata Sun, Dae Young menyuruh Sun agar menyimpanya saja.
“Aku akan pergi mengambil beberapa pakaianmu di rumahmu. Kita sudah cukup dekat untuk berbagi pakaian, kan? Maksudku, Apa  itu sebabnya kau berperilaku tanpa malu seperti itu?” kata Dae Young, Sun hanya bisa diam tertunduk malu.
“Apa tidak masalah makan ramyeon untuk makanan pereda mabukmu? Kau Pergilah minta telur dari Ji Woo di rumahnya.” Ucap Dae Young. Sun pikir  akan pergi tanpa memakannya.
“Kau bisa melakukan itu, tapi tetap, berikan aku telur karena aku mau makan. Bukankah setidaknya kau harus melakukan itu kepada orang yang membiarkanmu tidur?” keluh Dae Young.
Sun akhirnya pergi ke rumah Ji Woo, tapi panik saat melihat Kacang yang terus mengonggong. Dae Young pun keluar rumah memberitahu Kacang kalau itu tmuridnya Ji Woo. Kacang langsung diam dan naik ke atas kursi. Dae Young menyuruh Sun agar masuk sebelum ramyeonnya lembek.


Sun mengetuk pintu dengan wajah panik, lalu kaget melihat Seo Yeon sedang tertidur di rumah Ji Woo dan bertanya kenapa ada dirumah Ji Woo. Seo Yeon pun terbangun juga merasa binggung kenapa ada dirumah kakak tirinya.
“Sun, Apa kau sudah bangun? Kenapa kau di sini?” tanya Ji Woo masuk ke dalam rumah membawa barang belanjaan.
“Dae Young memberitahuku untuk mengambil telur.” Kata Sun. Ji Woo heran kenapa Sun malah meminta telur.
“Lee Seo Yeon, kapan kau bangun? Apa Kau akan membiarkan dia masuk?” keluh Ji Woo 
“Kenapa dia tidur di sini?” tanya Sun. Ji Woo pikir Ceritanya panjang adi mereka akan mebicarakan setelah makan sup mabuk dan meminta untuk memanggil Dae Young.

Dae Young akhirnya makan sup buatan Ji Woo merasa kalau masakan Ji Woo seperti infus, yaitu Sup tauge dimasak oleh seorang perawat. Sun hanya bisa terdiam, Ji Woo mendorong Seo Yeon ke meja makan, Seo Yeon merasa tidak perlu makan.
“Aku memasak kimchi sujebi yang dibawa Dae Young kemarin. Jadi Duduklah.” Kata Ji Woo dan akhirnya Seo Yeon duduk disamping Sun.
“Aku tidak pernah membayangkan kalian ini kakak adik. Kau bilang tidak mengenalnya ketika kita bertemu.” Kata Sun
“Maaf. Aku harus mengatakan itu... Aku juga terkejut. Aku tidak tahu dia asisten pribadimu.” Kata Ji Woo
“Aku tidak bekerja untuknya sekarang. Itu sudah berlalu.Kami tidak akan bertemu lagi.” Ucap Seo Yeon dingin
“Tidak, aku harus terus melihatmu.” Kata Sun. Seo Yeon binggung mendengarnya.
“Apa Kau tidak ingat yang kukatakan kemarin, Bahwa aku akan melewati batas jika aku melihatmu sekali lagi? Aku akan terus menyukaimu.” Kata Sun. Dae Young dan Ji Woo hanya bisa melonggo mendengarnya.
“Situasi yang kita hadapi terlalu membingungkan. Daripada menyangkalnya  dan harus bersikap membingungkan, kurasa akan lebih baik untuk menyukaimu.” Ucap Sun.
Dae Young pikir harus memberi makan Kacang. Ji Woo pun mengikutinya dengan mengambil makanannya, lalu keduanya bergegas pergi membiarkan keduanya. Seo Yeon mengaku kalau tak merasakan itu. Sun mengaku sudah mengetahui hal itu.
“Aku tidak akan memaksamu untuk menyukaiku.” Kata Sun. Seo Yeon hanya bisa terdiam. 



Ji Woo akan pergi berkerja, melihat Seo Yeon sibuk mencuci piring lalu sengaja mengambil air minum. Seo Yeon tahu kalau Ji Woo punya banyak pertanyaan.
“Ketika aku berada dalam kekacauan ini dengan Sun Woo Sun dan apa yang aku rencanakan selanjutnya. Kau Bekerja saja dan tanyakan padaku nanti. Kau akan mendapat kesempatan lain. Akan ada hari lain. Aku akan tetap tinggal jadi kau boleh luangkan waktumu.” Ucap Seo Yeon
“Apa? Kau akan tetap tinggal?” kata Ji Woo. Seo Yeon pikir kalau tak mungkin akan mencuci piring kalau ingin tetap tinggal dengan Ji Woo.
“Aku tahu harus melakukan sesuatu untuk membayar iuranku. Aku menyadari ada alasan kenapa aku tinggal di sini. Pertama, biaya untuk panti jompo Ibu. Bukannya kau perlu menghemat biaya? Aku akan mengalah. Kedua... Saat kau sibuk, aku boleh menengok Ibu di panti jompo.”Kata Seo Yeon
“Tidak..  Jangan berpikir  kau bisa pergi ke sana.” Ucap Ji Woo marah
“Ketiga. Ini yang paling penting... Aku tidak punya tempat tujuan.” Akui Seo Yeon.
“Aku menandai hari kerjaku  di kalender meja. Jadi  Tidurlah di tempat tidur saat aku keluar. Kau juga yang bersih-bersih dan mencuci. Aku tidak akan membiarkanmu tinggal secara gratis.” Tegas Ji Woo.
Seo Yeon tak percaya kalau Ji Woo akan membiarkannya tetap tinggal dirumahnya. Ji Woo memperingatakn Seo Yeon aga Jangan menghilang lalu keluar dari rumah. Seo Yeon berjanji kalau Semua yang dilakukan untuk Ji Woo  dan Ibu dan menebus semua kesalahanya. 


Seo Yeon dan Dae Young bertemu disebuah gedung, Dae Young pikir akan membutuhkan ruang kantor untuk pertemuan dan hal-hal lain dan meminta Seo Yeon  bergabung dengannya untuk memilih jenis bisnis. Seo Yon mengaku senang karena Dae Young mau melakukannya.
“Bukankah ini bagus?” ucap Dae Young melihat semua peralatan kantor.
“Memang, tapi lebih baik kau memilihku untuk meminta nasihat. Aku akan membantumu mulai sekarang. Kau mencetak gol. Kau bisa bekerja dengan seseorang yang sangat terlatih.” Ucap Seo Yeon
“Aku akan senang atas bantuanmu, tapi aku tidak bisa membayarmu sekarang. Apa tidak apa-apa buatmu?” kata Dae Young
“Tidak apa-apa. Aku ingin membayarmu karena aku berhutang padamu.” Kata Seo Yeon
“Berhutang padaku?” ucap Dae Young binggung. Seo Yeon tak membahasnya mengajak untuk pergi membeli perlengkapan kantor.


Sun bertemu dengan Ji Woo di tamn rumah sakit, Ji Woo ingin tahu Apa Seo Yeon wanita yang membuat Sun stress. Sun mengakuinya dan menurutnya Ji Woo juga mengatakan kalau mungkin kehilangan kesempatan untuk mengaku jika terus merasa stress karenanya.
“Apa dia baik-baik saja? Dia mengalami penyakit apa?” tanya Sun khawatir.
“Aku ini perawat. Aku tidak bisa membagikan informasi pasien.” Ucap Ji Woo
“Kalau begitu, daripada sebagai perawat aku akan bertanya sebagai kakaknya. Apa yang dia suka? Tipe pria apa yang dia sukai?”tanya Sun penasaran.
“Sun. Dia itu bertindak seolah dia kuat, tapi dia takut ditinggalkan sehingga dia meninggalkan cinta pertamanya. Itulah dia jadi takut dan trauma. Jika kau melakukan ini dengan iseng atau impulsif, maka kau akan berakhir menyakiti dirinya.” Cerita Ji Woo.
“Aku tahu itu... Jadi aku akan mulai dengan cinta tak berbalas. Katakan padaku apa yang harus dilakukan. Aku belum pernah melakukan itu sebelumnya. Kau bilang menyukai seseorang tapi waktunya tidak tepat. Bagaimana cara kerja cinta sepihak itu?” tanya Sun
“Aku tidak akan memaksakan perasaanku padanya. Aku tidak tahu di mana batasan itu. Ini pertama kalinya batasanku menjadi buram.” Akui Sun. Ji Woo pun terlihat kebingungan hanya bisa menghela nafas. 



Seo Yeon dan Dae Young membereskan semua barang di dalam ruangan,  Sun tiba-tiba datang mengaku kalau mendengar Goo Dae Young menyewa kantor jadi sengaja datang untuk menyapa. Seo Yeon hanya menatap malah, Sun mengak kalau alasanya bukan karena Seo Yeon jadi meminta agar jangan merasa tidak nyaman.
“Itu terdengar seperti alasan tapi terima kasih. Sebentar makan siang. Apa Kau mau bergabung dengan kami?
“Tidak. Bergabung denganmu untuk makan akan tampak seperti melewati batas cinta tak berbalas. Jadi aku sengaja datang jam 11 pagi.” Kata Sun. Dae Young bingung apa maksudnya Dengan sengaja.
“Ya. Jika aku datang terlalu awal, maka kau baru saja bekerja, dan jika aku datang nanti, itu akan merusak istirahat makan siang kalian. Tapi jika Seo Yeon bilang aku bisa bergabung denganmu untuk makan siang, maka aku bisa menunggu.” Kata Sun berharap
“Tidak, terima kasih.” Ucap Seo Yeon, Sun menganguk mengerti
“Aku menghormati keputusanmu. Kalau begitu, sampai jumpa.” Kata Sun berjalan pergi. Dae Young merasa Dua-duanya tidak normal


Ji Woo berkomentar kalau Itu sebabnya mereka mungkin saling cocok. Dae Young melonggo binggung,  Ji Woo merasa Mereka berdua sudah dewasa dan bisa menanganinya lalu memberikan kuesioner yang ditinggalkan Dae Young padanya.
“Terima kasih sudah membantu ketika kau sedang sibuk. Bagaimana aku harus membalasnya?” tanya Dae Young lalu tiba-tiba mendekatkan wajahnya. Ji Woo terihat gugup.
“Apa Berat badanmu turun? Kau kelihatan kurus. Apa Kau baru mau pulang kerja? Ayo kita pergi dan makan.” Ajak Dae Young. 

Ji Woo duduk direstoran daging panggang, merasa tak enak hati karena  Daging sapi ini mahal dan terlalu banyak mentraktinya. Dae Young merasa tak bersalah karena membayar kembali dengan bunga. Pegawai datang membawa macam-macam daginng akan mulai memanggangnya. Keduanya langsung menjawab kalau akan melakukan sendiri.
“Bisa tinggalkan gunting dan jepitannya?” ucap Ji Woo. Pelayan pun membiarkan diatas meja.
“Daging rasanya paling enak saat dipanggang sendiri.” Kata Ji Woo. Dae Young memuji Ji Woo seperti mentor sejatinya dan mulai memanggang.
Dae Young mulai memanggang daging sapi ukuran tipis lebih dulu dan mulai memakanya bersama Ji Woo. Setelah itu Dae Young menyarankan akan memakan dari daging tanpa lemak ke daging berlemak.
Setelah selsai Lalu mari kita mulai dengan bagian leher. Memanggang daging tanpa lemak agak sedikit,.. tapi memanggang daging berlemak lebih sedikit lagi.” Kata Ji Woo
“Aku ini Shiksyanim... Aku juga tahu... Daging bawah, ujung daging, dan kemudian daging tipis. “ ucap Dae Young bangga
“Aku akan makan ujung daging, daging tipis, dan kemudian daging bawah. Daging bawah ini mungkin yang paling ramping dari ketiganya, tapi ini punya bau khas.” Ucap Ji Woo
“Tetap saja, kau tidak akan puas untuk makan daging seperti ini. “ pikir Dae Young
“Karena itulah aku menyimpan makanan utama. Aku akan memanggang daging utama dan membungkusnya di sekitar daging bawah. Kemudian kau bisa menikmati rasa dengan sentuhan lemak tambahan.” Ucap Ji Woo. Dae Young memberikan tepuk tangan.
“Kau bisa makan bubur sebagai makanan penutup setelah nasi goreng, dan sekarang kau membungkus daging dengan daging.” Kata Dae Young dan mulai memanggang daging.
Mereka makan daging dengan sesekali bersulang dengan wine, setelah itu makan hidangan utama, daging dengan ukuran daging yang tebal. Mereka makan dengan sangat lahap kalau dagingnya sangat meleleh di mulut.
"Aku hanya bisa makan semua potongan yang berbeda karena aku datang ke sini bersamamu hari ini.” Ucap Dae Young sambil mengambil piring kosong.
“Aku suka idemu mengambil foto dari mangkuk kosong. Itu setelah kau menyelesaikan makan jjamppong pedas.” Kata Ji Woo.  
“Benar. Ternyata kau selalu menjadi yang pertama... Bahkan sekarang ini.” Ucap Dae Young. Ji Woo binggung apa maksudnya.
“Kau dulu punya pendekatan sendiri untuk makanan. Tapi semakin tuanya , kau harus makan yang banyak. Saat itulah aku tersadar. Kurasa banyak orang sepertimu juga.” Ucap Dae Young
“ Hidup itu melelahkan, dan itu menghalangi. Tidak ada ruang untuk mewah apa pun.” Balas Ji Woo 
“Apa Betapa sedihnya itu? Setiap kali aku sedih, makananlah yang membuatku semangat. Energi yang diberikannya luar biasa. Itu hal-hal kecil yang membuatmu bahagia. Itu sebabnya aku tidak mau menyerah pada pekerjaan ini. Kau adalah alasan kenapa kau memutuskan untuk memulai bisnisku sendiri.”akui Dae Young. Ji Woo hanya bisa tertawa mendengarnya. 

Seo Yeon kaget kalau  Restoran kimchi sujebi  meminta uang sebanyak itu. Dae Young menagku Ini belum pernah terjadi, jadi bingung tapi tidak pernah terjadi ketika bersama CQ Food. Seo Yeon pikir Ini mungkin terdengar kejam,.tapi itu bisa jadi sulit tanpa kerja sama CQ Food.
“Apa Kau tahu Korea) menang melawan Jerman 2-0 di Piala Dunia 2018? Siapa tahu? Aku bisa berakhir menjadi nama yang lebih besar dari CQ Food. Ketika Sun Woo Sun memintaku untuk bekerja dengannya, aku tidak mau mengalah.” Akui Dae Young

Saat itu Sun datang,  Dae Young senang melihat Sun yang datang. Sun baru menyadari kemarin datang dengan tangan kosong, jadi sengaja mampir lagi. Ia meminta agar jangan anggap itu sebagai beban. Dae Young pun mengambil barang pemberia Sun sambil mengucapkan Terima kasih.
“Bisakah aku bertanya jika aku tidak melewati batas? Bagaimana kalau nonton film hari ini?” uca Sun. Seo Yeon menolak.
“Bagaimana kalau makan malam?” kata Su. Seo Yeon tetap menolak. Dae Young mengeluh kalau Seo Yeon tidak punya niat untuk terbuka.
“Sun, kurasa kau harus menyerah.” Komentar Dae Young pindah ke sisi tempat duduknya.
“Apa kau membutuhkan sesuatu? Aku ingin memberikanmu hadiah.” Kata Sun mencoba mendekat
“Kenapa kita tidak tidur bersama saja?” kata Seo Yeon berdiri. Dae Young kaget begitu juga Sun yang berdiri didepan Seo Yeon.
“Kau terus berkunjung dan memberikan hadiah untuk memenangkan hatiku hanya untuk tidur denganku. Jadi Kenapa membuang waktu? Lewatilah batas sekarang dan buatlah dirimu bosan.” Kata Seo Yeon menantang.
Dae Young menatap keduanya dengan wajah binggung. Sun akhirnya menarik tangan Seo Yeon pergi, Dae Young makin kaget melihatnya.
Bersambung ke episode 14

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar