PS : All images credit and content copyright : TVN
Dae Young
memasukan dua sosis ke dalam microwave menurutnya Selagi makanan dihangatkan,
mereka memilih bir dulu. Ji Woo tersenyum karena tahu Itu sebabnya Dae
Young traktir makanannya dulu, lalu
bertanya-tanya apakah ia bahkan peduli dengan pesanan itu bahkan di toko
swalayan.
“Dengan
begitu kita bisa makan makanan hangat dan bir dingin.” Kata Dae Young bangga.
“Oh,
memang, kau Tuan Penyuka makanan.” Komentar Ji Woo memuji
“Aku
mempelajari keterampilan ini saat masih hidup sendiri... Lalu, bagaimana hasil
pemeriksaan kolonoskopi Sun Woo Sun? Orang yang hidup sendiri biasa paling
menyedihkan ketika mereka sakit.” Kata Dae Young
“Untungnya,
tidak terlalu parah.” Ucap Ji Woo lalu mengambil satu kaleng lagi karena promo
beli 4 bir impor, harganya 10,000 Won.
Keduanya
duduk di luar mini market meminum bir, Dae Young mengingat saat masih kuliah
untuk beli bir impor saja tak bisa. Ji Woo juga mengingat tapi sekarang bisa beli empat kaleng cuma 10,000 Won saja.
Keduanya mengingat kenangan saat masih kuliah
Flash Back
Semua
bersulang di cafe, Dae Young minum bir langsung dari botol. Ji Woo bertanya
kenapa Dae Young selalu minum merek itu. Dae Young mengatakan kalau itu bir
Jerman jadi kalau mau ke Jerman tahun depan, maka harus terbiasa minum bir
seperti ini.
“Astaga..
Kenapa kau tidak mengubah jam tidurmu untuk menyesuaikan dengan zona waktumu
juga?” ejek Seo Yeon. Dae Young pikir kalau itu ide bagus.
“Byung
Sam, bisakah kita memesan lebih banyak makanan?” tanya Jin Seok. Byung Sam
mempersilahkan mereka untuk memesan semaunya.
“Kau
memang orang kaya, Kau begitu murah hati. Kalau bukan karena Byeong Sam, kita
tidak bisa minum bir impor ini.” Ucap Sung Joo
“Seo
Yeon, kau mau bir lagi?” tanya Jin Seok. Seo Yeon menolak dan sibuk selfie
dengan botol bir impor yang paling dibanggakan. Byung Sam pun memangil Ji Woo
“Tak
perlu... Aku jadi kenyang sampai-sampai tidak bisa makan lagi.” Kata Ji Woo
“Bukan
itu... Bolehkah aku jadi pacarmu? Aku menyukaimu.” Ucap Byung Sam yang sudah
setengah mabuk.
“Byung
Sam, aku juga menyukaimu... Sebagai teman. Kuharap kita bisa tetap berteman
baik.” Kata Ji Woo menolak.
Jin Seok
terlihat tak bisa menahan malu memilih untuk pergi karena ingin memesan bir Ceko
saja. Dae Young pun ingin membeli yang bir yang lain juga. Seo Yon pun meminta
agar mengambil untuknya karena masih ingin mengambil foto.
“Apa Ini
yang keenam kalinya dia ditolak?” bisik Jin Seok menunggu pesanan
“Tidak,
ini yang ketujuh kalinya.” Kata Dae Young.Jin Seok binggung dan mulai
menghitung.
“Setelah
Tahun Baru Imlek, Hari Valentine, dan White Day. Arbor Day, Day of the Star,
dan hari ini. Ini sudah enam kali.” Kata Jin Seok
“Tujuh
kali. Kau melupakan ultahnya Sung Joo.” Ucap Dae Young.
Flash Back
Semua
yang menyanyikan ulang tahun untuk Sung Joo, Tiba-tiba Byung Sam yang mabuk
berteriak memanggil Ji Woo meminta agar bisa menjadi pacarnya, karena
benar-benar menyukainya. Semua terlihat binggung tapi Ji Woo seperti santai.
“Byung
Sam, aku juga menyukaimu... Sebagai teman... Kita tetap jadi teman baik saja.”
Kata Ji Woo menolak
“Kalau
itu maumu, tidak apa-apa.” Kata Byung Sam akhirnya menghela nafas dan lilin di
atas kue pun mati karena nafasnya semua hanya bisa binggung.
Ji Woo
dan Seo Yeon menjemur pakaian diatap, Seo Yeon mengejek Ji Woo yang benar-benar
sesuatu menurutnya Jika anak dari keluarga kaya mengejarnya seharusnya mencoba
pacaran dengan orang itu. Ji Woo pikir tak perlu karena Byung Sam itu menurutnya cuma teman baik.
“Ngomong-ngomong,
sampai kapan aku harus menolak terus? Dia selalu begitu setiap kali dia minum.
Aku merasa tercengang.” Keluh Ji Wo
“Kalau
begitu temui dia saat sadar dan beri tahu dia secara jelas. Itu Karena kau
bertingkah seolah-olah tidak ada hari esok, hubunganmu selalu itu-itu saja. Mulutmu
saja yang pintar.” Komentar Seo Yeon. Ji Woo memikirkanya.
Flash Back
Ji Woo
baru saja keluar dari perpustakaan, bertemu dengan Byung Sam. Keduanya terlihat
sedikit canggung, lalu Byung Sam menyapa Ji Woo lebih dulu, membahas kalau
Cuacanya bagus hari ini, Ji Woo pikir kalau udaranya sangat panas.
“Nanti,
di kampus...” kata Byung Sam, Ji Woo memberitahu kalau sudah di kampus.
“Kita
ketemuan di rumahnya Dae Young.” ucap Byung Sam. Ji Woo menganguk
Ji Woo
binggung apa yang harus dilakukan karena tak suka pertemanan menjadi canggung.
Seo Yeon pikir kalau ini semua karena Goo Dae Young, Ji Woo mengomel karena Seo
Yeon yang membawa-bawa Dae Young. Seo
Yeon mengejek Ji Woo yang berpikir dirinya tak tahu perasaan kakaknya itu.
“Lalu kau
mau bagaimana lagi? Byeong Sam terus bilang dia menyukaimu. Semakin sulit
bagimu untuk mengakui perasaanmu pada Goo Dae Young. Itu akan merusak
persahabatan Dae Young dengan Byung Sam.” Ucap Seo Yeon.
“Dasar,
sudah kubilang bukan begitu. Bukan begitu!” kata Ji Woo kesal mengibaskan baju
yang basah.
“Kau
memercikku... Dasar Menjengkelkan.” Keluh Seo Yeon
Sung Joo
dkk bermain games di komputer. Jin Seok melihat Byung Sam yang akhirnya sadar.
Byung Sam bertanya apakah Kemarin mengakui perasaannya lagi dan Ji Woo bilang
apa. Jin Seok pikir sudah pasti mengatakan itu lagi.
Mereka
berempat menonton TV “Seorang prajurit yang tidak puas selama kehidupannya menjadi
tentara secara acak melemparkan granat hingga menyebabkan ledakan. Penyelidikan menunjukkan bahwa Prajurit Kim
dilecehkan oleh seniornya sendiri. Hingga ia pun melakukan kejahatan ini.”
“Kapan
lagi tes fisik kita? Apa Dua pekan ke depan?”ucap Dae Young dengan wajah
tegang.
“Bukankah
berbahaya untuk pergi ke markas tentara? Haruskah kita tunda saja dan ikut
junior kita?” ucap Byung Sam.
“Memangnya
negara akan bersatu? Apa ada jaminan tidak ada psikopat dalam markas tentara?”
keluh Dae Young
“Bagaimana
kalau kita dikirim ke tempat sederhana namun menyakitkan di Afghanistan? Mereka
bahkan membayar 2 juta Won sebulan.” Ucap Jin Seok
“Mereka
tidak bisa menerima pelamar lagi. Jung Myung sudah pergi ke sana.” Kata Dae
Young
“Byung
Sam, tidak bisakah kau bicarakan hal ini dengan ayahmu?” keluh Sung Joo
“Tidak
bisa, ayahku bertugas di marinir, dan mana mungkin dia bantu kita.” Kata Byung
Sam, Jin Seok mengeluh karena harus terjadi sebelum kita mendaftar. Dae Young
hanya bisa menghela nafas panjang.
Ji Woo
dan Seo Yeon berbelanja di supermarket, sambil berkeliling Ji Woo sibuk mencoba
semua tester makanan dengan lahap. Seo Yeon mengeluh melihat tingkah Ji Woo
agar jangan makan terus karena mereka sudah makan siang.
“Itu tak
penting bagiku.” Kata Ji Woo terus makan, Seo Yeon tak tahan menarik Ji Woo
agar berhenti makan.
Mereka
mendorong trolly dan tertabrak trolly didepanya, ternyata Dae Young sedang
berlanja didepanya. Seo Yeon berkomentar kalau Dae Young kemarin minum sebanyak
itu, akan membeli banyak alkohol lagi setelah melihat trolly Dae Young.
“Kalau
kau peduli dengan jantungmu, istirahatlah sehari.” Saran Seo Yeon
“Hari ini
adalah hari untuk minum. Apa Kau tak dengar mendengar tentang insiden di markas
tentara? Aku sampai gugup dengan hasil tes fisikku.” Ucap Dae Young
“Tes
fisik? Apa Maksudmu yang sebelum gabung di wamil? Siapa yang pergi?” tanya Seo
Yon
“Kami
semua dan Kami kepikiran ingin bergabung dan ikut wamil bersama.” Ucap Dae
Young. Ji Woo kaget kalau mereka semua akan pergi termasuk Dae Young.
“Kenapa
kau terkejut begitu? Pria sehat di Korea gabung di wamil itu sudah wajar.
Kebanyakan orang biasa pergi setelah masuk semester 3 kuliahnya.” Ucap Dae
Young.
Seo Yeon
sibuk memasang masker timun diwajah lalu bertanya pada Ji Woo apakah sudah mau
tidur tanpa makan dulu, karena Biasanya jam begini kau selalu mau makan dan
ingin tahu kenapa Ji Woo malah berbaring di tempat tidur.
“Aku
mengalami gangguan pencernaan.” Ucap Ji Woo
“Sudah
kubilang jangan makan makanan sample di supermarket tadi. Kurasa kau sudah
makan terlalu banyak.” Kata Seo Yeon
“Diamlah...
Aku sampai merasa sesak... Hentikanlah.” Kata Ji Woo marah
Ji Woo
berjalan di kampus melihat bagian rumput didepanya, teringat kembali yang
pernah di lakukan dengan Dae Young dkk. Saat itu mereka melakukan rounde ke dua
dengan murah. Ia lalu berjalan ke lapangan bola, seperti melihat bayangan Dae
Young yang memanggil Ji Woo, wajah Ji Woo langsung tersenyum.
Ji Woo
pergi ke perpustakaan mengingat kenanganya saat mendengarkan lagu bersama. Ia
berjalan melihat ke ruang kelas menari, teringat kembali saat berlatih bersama
Dae Young diatap rumah. Ji Woo hanya bisa menghela nafas melihatnya.
Saat itu
Ji Woo berjalan melihat jalan besar didepanya, kenangan dengan Dae Young saat
mengendongnya agar bisa melihat Se7en. Ji Woo yang malu meminta agar Dae Young
segera menurunkanya.
Wajah Ji
Woo makin sedih lalu memasukan gelas ke dalam mesin kopi. Teringat kembali saat
Dae Young mencoba membantunya dan ingin tahu berapa rasio emas kopi buatannya.
Ji Woo berusaha untuk melupakan kenangan Dae Young memasukan bubuk kopi.
“Bukankah
itu untuk kopi?” ucap Dae Young. Ji Woo kaget membalikan badan dan menumpahkan
bubuk coklat ke baju Dae Young dan langsung panik.
Keduanya
pergi ke kantin, Ji Woo tak enak hati melihat Dae Young memastikan kalau
baik-baik saja. Dae Young mengaku tak masalah karena Ji Woo yang mentraktirnya
makanan sebagai gantinya lalu melihat Ji Woo yang makan Ji Woo yang sedikit.
“Aku
mengalami gangguan pencernaan.” Ucap Ji Woo
“Sejauh
ini kau baik-baik saja. Kenapa seperti itu lagi?” kata Dae Young menarik tangan
Ji Woo untuk memijatnya.
“Tidak
apa-apa... Aku saja yang melakukannya... Kurasa kemarin aku makan terlalu
banyak.” Kata Ji Woo menarik tanganya.
“Lee Ji
Woo... kau makan sesuatu yang enak tanpaku, 'kan? Sudah kubilang bawa aku
bersamamu. Dasar. Setelah mereka semua masuk wamil, aku tak punya siapa-siapa
untuk diajak makan selain kau. Haruskah kau seperti ini?” keluh Dae Young. Ji
Woo terlihat binggung
“Bukannya
kau masuk wamil juga?” kata Ji Woo. Dae Young mengaku kalau akan menunda.
“Kalau
aku masuk wamil sekarang,maka aku tak bisa lagi pergi ke Jerman. Aku harus
nonton Piala Dunia sebelum aku pergi.” Ucap Dae Young lau menyuruh Ji Woo
segera makan karena akan dingin. Ji Woo terlihat sangat bahagia dan senyumanya
kembali terlihat.
“Sebenarnya,
Apa kau mau pergi makan sesuatu yang lain? Akan kubelikan sesuatu yang lebih
mahal lagi.” Ucap Ji Woo penuh semangat.
“Kau
bilang susah mencerna. Apa Sekarang kau sudah baikan?” tanya Dae Young. Ji Woo
menganguk.
“Aku
baik-baik saja... Mungkin sudah tercerna dengan baik. Jadi, ayo kita makan yang
lain.” Kata Ji Woo
“Aku
tidak bisa. Aku harus memakan ini dan pergi bekerja.” Ucap Dae Young, Ji Woo
pikir Dae Young sedang mengambil cuti.
“Aku
ambil pekerjaan baru. Karena Aku harus menabung uang lebih banyak lagi biar
bisa pergi ke Jerman. Tapi Aku harus lewatkan pekerjaanku karena pemeriksaan
fisik. Aku minta mereka memberiku tiga jam kerja, tapi manajerku bilang tidak
bisa. Jadi aku disuruh berhenti saja.” Kata Dae Young sedih
“Haruskah
aku bekerja tiga jam itu untukmu? Ahh.. Tidak, aku akan kerja empat jam untukmu
dan Lebih baik kau pemeriksaan fisik saja.” Ucap Ji Woo bersemangat menganti
pekerjaan Dae Young
“Aku akan
berterima kasih, tapi kau tak perlu melakukan itu.” Kata Dae Young
“Aku juga
butuh uang... Apa aku tidak dibayar?” kata Ji Woo gugup tak ingin Dae Young
perasaanya.
“Tentu
saja dibayar... Terima kasih, Kacang. Aku berhutang budi padamu.” Ucap Dae
Young. Ji Woo pun tersenyum.
Saat itu
seorang mahasiswa makan sambil membaca
koran. Dae Young melihat highlight tentang Park Ji Sung. Dengan bangga merasa
tak percaya kalau akhirnya ada pemain dari negara mereka bermain di Liga
Premier. Ia pun menghampiri si mahasiswa untuk meminjam koran. Ji Woo menatap
Dae Young seperti tak bisa menutupi rasa bahagianya.
Ji Woo
mengulingkan tabung gas dan meminta agar minggir pada pelangganya, dan sadar
kalau Seo Yeon sadang mengantri. Ji Woo kaget melihat Seo Yeon, lalu bertanya apakah ada direstoran datang
untuk makan. Seo Yeon membenarkan dan balik bertanya pada Ji Woo.
“Apa Kau
bekerja di sini?” tanya Seo Yeon melihat Ji Woo yang mengunakan seragam
“Aku
menggantikan pekerjannya Dae Young.” akui Ji Woo. Seo Yeon kesal bertanya
keberadaan Dae Young.
“Dia lagi
ada pemeriksaan fisik... Aku sedang sibuk, jadi nikmati makananmu.” Ucap Ji Woo
lalu bergegas masuk. Seo Yeon mengeluh Ji Woo memang bodoh.
Dae Young
dkk sedang melakukan tes dengan calon yang akan wamil. Petugas meminta agar
mereka menulis secara detail apabila memilih penyakit kronis, apakah sebelumnya
pernah menjalani operasi, dan kapan operasinya.
“Apa Itu
termasuk sunat juga?” tanya Jin Seok mengangkat tangan.
“Kau
tidak perlu menulis itu. Kebanyakan pria menjalani hal seperti itu.” Ucap
petugas
“Aku belum
disunat. Apa tidak apa-apa?” kata Byung Sam. Dae Young dkk terlihat malu. Si
petugas pun tak suka dengan lelucon Byung Sam.
Mereka
lalu melakukan CT Scan bagian dada, lalu memanggil Dae Young yang berbaring
palin depan. Dae Young diminta agar bisa berdiri tegak, lalu sedikit memejamkan
mata sambil mengerang.
“Dasar
mesum. Apa Kau dihidupkan oleh mesin?” ejek Byung Sam.
“Tidak,
aku merasa dingin saja.” Kata Dae Young.
Dae Young
sudah melakukan pengambilan tes darah dan meminta agar menekan bagian lengan
selama 5 menit. Jin Seok yang ada disampingnay, seperti ketakutan karena belum
siap, tapi petugas langsung dengan cepat mengambil darah Jin Seok dengan
suntikan.
Saat
Byung Sam, Petugas membersihkan bagian lengan dan mengeluh karena lengannya
terlihat kotor. Byung Sam hanya memalingkan wajah berpura-pura tak terjadi
apapun.
“Pembuluh
darahku susah untuk mengambil darah. Bukankah sulit bagi orang sepertiku untuk
masuk wamil?” ucap Sung Joo, tapi saat itu juga darah sudah keluar dari
lenganya.
“Anda
menemukan pembuluh venaku, ternyata Anda sangat terampil.” Ungkap Sung Joo
akhirnya pasrah.
Mereka
lalu melakukan tes psikologi, Ji Woo menceritakan karena suatu kejadian kalau melakukan
hal buruk pada tes kepribadian ini, maka tidak akan menjadi tentara yang aktif.
Byung Sam mendengarnya, menyimpulkan apabila bertingkah seperti orang gila maka
bisa melewati ini
“Apa Menurutmu
itu masuk akal? Bagaimana kita harus menjawab agar terlihat gila?” ucap Dae
Young heran. Semua pun hanya bisa terdiam.
Dae Young
membaca pertanyaan di lembaran soal "Aku sering melihat atau mendengar hal-hal
yang orang lain tidak bisa lakukan."
Dan menjawab tidak dan hampir semua jawaban adalah tidak , sementara Jin
Seok dkk lebih banyak menjawab Ya.
“Biasanya
banyak yang menghindari tes ini dan mencoba berpura-pura tidak sehat secara
mental. Jika ujian berikutnya menunjukkan hasil yang berbeda, atau kalian tidak
bisa mengirimkan catatan medis, maka akan ditempatkan sebagai prajurit di garis
depan.” Ucap Petugas. Semua terdiam dan panik
“Apa ada
yang membutuhkan lembar jawaban baru?” tanya petugas. Jin Seok dan Byung Sam
mengangkat tangan, Sung Joo pun ternyata ikut juga dengan saran dua temanya,
dan ada beberapa pria lain mengangkat tanganya.
Mereka
berempat akhirnya pergi ke kamar mandi. Dae Young melihat Sung Joo terlihat
senang setelah mengambil sample air kencing. Sung Joo mengaku kalau pernah
mengalami kencing batu ketika masih SMP. Jadi merasa beruntung saja.
“Urinku
akan menunjukkan kalau aku punya ginjal yang buruk jadi aku tidak akan aktif
bertugas.” Kata Sung Joo bangga
“Apa?
Harusnya beri tahu kalau kau ada masalah kesehatan. Berikan aku sedikit
urinmu.” Ucap Jin Seuk
“Aku
juga... Ahh... Tidak, akan kubeli urinmu. Aku akan membelinya dengan uang.
Berapa? Berapa yang kau mau?” kata Byung Sam
“Bagaimana
bisa aku berbagi urinku?” keluh Sung Joo, keduanya mencoba mengambil sedikit
urine dari tangan Sung Joo.
Sung Joo
mencoba menjauhkanya, tapi malah menumpahkan pada sepatu Dae Young. Dae Young
menjerit karena jijik sambil mengeluh kalau petugas tak mungkin akan
membebaskannya. Dan akhirnya mereka dinilai bisa bertugas menjadi tentara
aktif.
Sung Joo
menelp pacarnya dengan wajah sedih memberitahu kalau ditugaskan sebagai tentara
aktif. Pacarnya ingin menjemput, tapi Sung Joo menolak karena akan bersama dengan
teman-temannya dan akan meneleponnya nanti.
“Apa ini
yang dirasakan Romeo dan Juliet?” ucap Sung Joo sedih. Byung Sam kesal karena
bukan hanya Sung Joo yang harus jadi tentara aktif. Seorang pria keluar dengan
teriakan bahagia.
“Dia
pasti dapat Tingkat Empat dan dapat pelayanan publik. “ ungkap Jin Seok
“Saat
ini, aku iri padanya lebih dari Byung Sam.” Komentar Sung Joo, Jin Seok juga
merasakan hal yang sama bahkan membuatnya menangis.
“Sudah
cukup... Kita terima saja dan makan sesuatu yang enak.” Ucap Dae Young mengajak
temanya untuk semangat
Dae Young
memesan Dua bibim mandu, tempura udon, dua
irisan daging babi kentang manis, .kimbap, dan udon tumis. Bibi pun pergi
memasak pesanan. Dae Young menceritakan kalau Ji Woo bilang mereka harus mencoba bibim mandu, udon, dan ubi
jalar di restoran ii
“Benarkah?
Kalau begitu aku mau SMS Ji Woo untuk bilang kalau kami makan apa yang dia
rekomendasikan.” Ucap Byung Sam mencoba mengambil hati Ji Woo
“Aigoo,
kupikir kalian hanya teman dan kau menerimanya.” Komentar Dae Young
“Aku
mengirim SMS hanya sebagai teman.” Kata Byung Sam lalu bergegas mengirimkan
pesan.
Semua
pesanan akhirnya menutupi semua meja, Mereka pun mulai makan dengan lahap dan
saling berbagi untuk untuk mencoba. Byung Sam memuji Donkatsunya benar-benar
enak. Dae Young mencoba bibim dengan mandu lalu kuah dari udon. Sung Joo
melihat Byung Sam yang makand engan lahap. Byung Sam mengaku sangat lapar.
“Bagaimana
bisa mandu itu terasa enak tanpa daging?” ucap Jin Seok.
“Hei,
kenapa kau terus makan dua pangsit sekaligus? Hati nuranimu itu Tingkat Empat.”
Keluh Byung Sam
“Jadi, apa
kau tingkat satu karena murahan? Orang yang punya banyak adalah yang terburuk.”
Ejek Jin Seok
“Kenapa
kalian bertengkar? Kita bisa memesan yang lain.” Kata Dae Young lalu memesan
satu porsi bibim mandu lagi
“Ji Woo
bahkan menambahkan kimbap ke sini.” Ucap Dae Young mencoba kimbap dengan bimbim
mandu dan memuji Ji Woo memang terbaik dalam hal makanan.
“Aku juga
harus coba dengan caranya Ji Woo.” Kata Sung Joo dan kembali memuji Lee Ji Woo benar-benar tahu banyak hal.
Saat itu
Byung Sam dan Jin Seok sedang sibuk makan udon, tanpa sengaja mereka makan mie
yang sama. Keduanya saling menatap seperti macam yang sedang marah, Dae Young
akhirnya memutuskan mie keduanya. Byung Sam dan Jin Seok langsung mengeluh
kesal.
“Oh, aku
kenyang sekali. Tapi Mulutku terasa agak kering. Haruskah kita makan sesuatu
yang dingin untuk dessert ?” kata Sung Joo
“Semua
uang kita sudah digunakan.” Pikir Dae Young. Sung Joo merasa beruntung
mereka memiliki bank berjalan.
“Oh, ini
juga buatan BS Industrials.” Kata Jin Seok memperlihatkan kotak tisseu. Byung
Sam akhirnya setuju akan mentraktir mereka dan bertanya kemana mereka akan
pergi.
“Sung Joo,
kau sering sekali berkencan lebih dari kita. Apa ada tempat yang banyak
orangnya?” kata Jin Seok. Sung Joo berusaha mengingatnya dan mengajak mereka bisa
pergi ke sana.
Keempat
pria duduk di kursi yang didesign seperti ayunan, dengan jendela didepan
mereka. Semua kebingungan karena Sung Joo memilih tempat seperti hanya untuk
tempta berkencan. Sung Joo menegaskan kalau restorani ini ramai dan memintaa
agar bisa melihat kalau semuanya adalah
wanita.
“Dan
juga, jika kau memesan sesuatu di sini, kau akan dapat gratis roti bakar tanpa
batas.” Ucap Sung Joo
“Aku
kenyang. Apa gunanya roti bakar gratis tanpa batas?” keluh Dae Young.
Tapi saat
roti panggang datang, Dae Young dan Byung Sam makan dengan lahap. Sung Joo
mengejek Dae Young yang tadi mengaku sangat kenyang. Dae Young mengaku kalau
ini Seperti yang wanita katakan, selalu ada ruang untuk dessert.
“Roti
panggang dan krim memang yang terbaik.” Komentar Byung Sam. Jin Seok akhirnya
membawakan pesanan es Bingsu untuk mereka.
“Dia tergila-gila
karena makanan gratis. Siapa yang akan mengira dia itu pewaris keluarga kaya?”
ejek Jin Seok
“Dia belum
banyak makan makanan seperti ini. Ini Enak sekali dilihat.” Komentar Sung Joo.
Jin Seok kesal melihat sikat Sung Joo selalu menjilat.
Mereka
akhirnya makan es Bingsu dengan lahap, dan rasanya enak merasa tak salah Sung
Joo memilih tempat. Jin Seok lalu berbisik pada temanya agar mendekat dan
meminta agar Jangan berbalik tapi dengarkan saja. Dae Young dan Byung Sam
mendekat.
“Di
belakangku, ada 4 wanita di arah jam 11. Kurasa mereka tertarik pada kita. Mereka
terus menatap kita.” Kata Jin Seok.
Byung Sam langsung menolehkan kepala. Jin Seok memperingatkan agar
jangan menengok. Semua seperti tak peduli.
“Apa Cuma
itu saja? Kupikir kau ada rencana sebelum berangkat wamil. “ kata Jin Seok.
“Dia
mungkin melihat kita karena aneh kita semua duduk seperti ini.” Ucap Dae Young
“Tidak, aku
tahu itu karena selalu mengalami hal ini. Jadi bukan tampilan seperti itu. Kau
harus minta mereka untuk bergabung.” Kata Jin Seok
Dae Young
mengeluh kenapa harus dirinya, Jin Seok menegaskan mereka harus berkencan sebelum masuk wamil dan
bertanya apakah mereka akan pergi tanpa berpacaran. Dae Young pikir Bukan
berarti mau berkencan dengan sembarang
orang. Jin Seok mengeluh mereka yang egois jadi memutuskan agar melakukan
sendiri.
“Apa?!!
Kami hanya mau melihat kapan kursi ayunan itu akan kosong.” Ucap si wanita.
“Kalau
begitu, bergabunglah dengan kami di kursi itu...” kata Jin Seok dan langsung
ditolak dengan tegas. Jin Seok merengek agar mereka mau bergabung.
“Ayo
pergi. Aku harus bekerja.” Kata Dae Young bersama dengan Sung Joo dan Byung Sam
berdiri dari tempat duduk.
Beberapa
wanita langsung menyerbu bangku kosong yang ditinggalkan Dae Young dkk. Jin Seok tak percaya kalau tidak lebih baik
dari kursi ayunan itu dan tetap bertekad untuk berkencan dengan seorang wanita
sebelum pergi wamil.
Ji Woo
sibuk di restoran membantu semua pekerjaan, bahkan bisa membawa semua piring
sendiri. Saat itu Dae Young datang mengagetkan Ji Woo yang ada di meja kasir.
Ji Woo kaget bertanya kapan Dae Young datang yang sudah berganti pakaian.
“Aku Baru
saja datang . Pasti capek, 'kan? Istirahatlah, biar aku yang melakukanya.” Ucap
Dae Young
“Tidak,
aku tidak capek. Bagaimana denganmu? Apa pemeriksaan fisiknya agak susah?
Bagaimana hasilnya? Apa Kau mengajukan permohonan penundaan?” kata Ji Woo
bertanya tanpa bernafas.
“Hei,
Kacang. Tanyakan satu-satu... Itu pasti tidak sulit... Kau penuh energi.”
Ungkap Dae Young, saat itu manager datang melihat Dae Young yang baru datang.
“Aku akan
mulai bekerja sekarang... Sampai jumpa di rumah.” Ucap Dae Young. Ji Woo pun
mempersilahkan Dae Young mulai berkerja.
“Sebentar.
Lee Ji Woo .. Apa kau mau pergi? Tidak bisakah kau terus bekerja di sini? Kau
pandai bekerja.” Ucap Manager. Ji Woo terlihat binggung.
“Aku akan
membayarmu 3,500 Won per jam. Bagaimana kalau kau mulai bekerja di sini?” kata
Manager
“Kau
bilang 3,500 Won? Itu lebih banyak dari yang kudapatkan dan sudah setahun aku
bekerja di sini.” Keluh Dae Young
“Kau
memang sudah setahun bekerja di sini, tapi dia lebih baik darimu. Bagaimana? Apa
Kau tertarik?” kata Manager. Ji Woo merasa tak enak hati menolak dan memilih
untuk bergegas pergi saja.
Seo Yeon pulang
melihat Jin Seok sudah ada didepan rumahnya seperti baru saja minum. Jin Seok
mengaku kalau butuh keberanian jadi memang minum sedikit. Ia memberitahu kalau akan
masuk wamil dan begitu selesai Seo Yeon sudah lulus kuliah jadi mereka akan
berpisah.
“Bisakah
kita pacaran sampai aku berangkat wamil?” ucap
Jin Seok. Seo Yeon melonggo mendengarnya.
“Seo
Yeon.... Aku menyukaimu... Aku mencintaimu.” Kata Jin Seok mencoba mendekat
tapi Seo Yeon langsung mendorongnya sambil mengumpat Jin Seok itu gila.
“Aku
tidak mau pacaran denganmu. Beraninya kau masih berada di dekatku?” ucap Seo
Yeon ketus, saat itu Jin Seok sudah melihat dari kejauhan.
“Kau
membuatku menjalankan semua tugasmu. Bagaimana bisa kau seperti ini padaku? Kau
harus selesaikan masalah sebelum bicara.” Ucap JinS eok
“Kau
sendiri yang mau melakukan tugas itu. Memangnya aku pernah memaksamu? Apa Aku
pernah bilang akan pacaran denganmu begitu kau menjalankan tugasmu?” ucap Seo
Yeon dengan nada tinggi
“Memang
tidak. Tapi kau tahu, Aku melakukannya karena aku menyukaimu.” Ucap Jin Seok
“Sudah
kubilang aku tidak menyukaimu.. Itu sebabnya aku tidak menyukaimu.” Tegas Seo
Yeon
“Kau
mementingkan perasaanmu dan kau bahkan tidak memikirkanku.” Keluh Jin Seok
“Ayo kita
ke kantor polisi... Kamera CCTV ini mungkin sedang menyala. Akan kutuntut kau karena
pelecehan seksual.” Kata Seo Yeon menarik Jin Seok
Jin Seok
ketakutan meminta maaf dan berjanji tidak akan melakukannya lagi. Seo Yeon
ingin menegaskan apakah Jin Seok menyukainya atau tidak. Jin Seok mengaku tidak
menyukainya lalu bergegas pergi karena ketakutan.
Ji Woo
akhirnya datang memarahin Seo Yeon yang terlalu keras pada orang yang
menyukainya, Seo Yeon menegaskan kalau Lee Young Ae mengatakan di film yang
nonton tadi, "Uruslah dirimu sendiri." Ji Woo melonggo binggung. Seo Yeon pikir kalau itu tak kasar.
“Yang
kasar itu kau.” Ucap Seo Yeon. Ji Woo binggung kenapa ia dianggap kasar.
“Kau memmbuat
Byeong Sam sebagai temanmu. Kau tidak akan menerimanya, jadi kenapa kau harus
menyusahkan dia? Terkadang, kau lebih egois daripada aku.” Ucap Seo Yeon. Ji
Woo hanya bisa terdiam.
Dae Young
melihat papan pengumuman dan melihat selembaran “Magang di BS Industrials, Pekerjaan
Paruh Waktu Tersedia” Ji Woo datang
bertanya apa yang dilakukan temanya itu. Dae Young mengaku sedang mencari kerja
paruh waktu
“Tidak
ada yang lebih baik daripada kerja manual yang dibayar per hari.” Keluh Dae
Young
“Apa Kau
mau pekerjaan lain? Apa pekerjaanmu sekarang belum cukup?” kata Ji Woo
“Ya, tapi
kurasa aku akan membutuhkanlebih banyak uang jika aku juga ingin ke Inggris.”
Ucap Dae Young. Ji Woo heran Dae Young akan pergi ke Inggris.
“Ada
Pemain Liga Premier pertama Korea ada di sana. Bagaimana aku bisa tidak
melihatnya? Aku perlu menabung uang dan pergi menonton pertandingan itu di
Inggris. Lalu pergi ke Piala Dunia, dan kemudian wamil. Aku juga kepikiran ingin
ambil cuti semester depan.” Ucap Dae Young. Ji Woo kaget Dae Young akan
mengambil cuti.
Seo Yeon
sibuk mencari baju birunya dalam lemari gantung. Ji Woo dengan wajah sedih
memberitahu kalau bajunya itu sedang dicuci sambil memegan gantungan kunci
pemberian dari Dae Young. Seo Yeon mengejek melihat wajah Ji Woo kalau
orang-orang akan berpikir ia akan masuk wamil.
“Kau tidak
akan bisa melihatnya setelah dia berangkat wamil. Jadi Gunakan kesempatan ini
sekarang untuk melupakannya dan Keluar dari akal pikiran itu. Aku tidak ingin
mengatakan ini, tapi Dae Young...” ucap Seo Yeon dan langsung disela oleh Ji
Woo
“Bukan
seperti itu. Ini bukan tentang Dae Young! Aku hanya tidak ingin mengajar hari
ini.” Kata Ji Woo kesal lalu keluar dari kamar.
“Tidak
apanya... Dia pikir bisa bicara dengan kepintarannya.” Ejek Seo Yeon.
Seo Yeon
mengambil jemuran, Dae Young menanyakan kemana Ji Woo sambil mengangkat jemuran.
Seo Yeon memberitahu Ji Woo sedang mengajar dan ingin tahu kenapa menanyakan
tentang Ji Woo. Dae Young terlihat sedikit binggung.
“Oh, itu
karena aku hanya melihatmu di sini.” Ucap Dae Young santai.
“Apa Kau
tak mau pacaran dengan seseorang sebelum masuk wamil? Orang lain biasanya
mati-matian mencari gadis untuk pacaran. Bahkan Jin Seok juga dan Byeong Sam
juga.” Ucap Seo Yeon mencoba memancing
“Aku
sedang tidak minat untuk pacaran.” Kata Dae Young. Seo Yeon kaget mendengarnya.
“Apa Kau
tidak suka pada siapa pun? Kalau kau tidak tahu, maka perasaanmu hanya sebesar
itu.” Ungkap Seo Yeon. Dae Young tak mengerti apa maksudnya.
“Kau tidak
akan jadi striker yang baik saat bermain sepak bola. Mereka bilang menjadi
striker perlu melihat semuanya dengan sangat baik. Ketika kau fokus pada satu
hal,kau bahkan tidak bisa melihat di sampingmu.” Komentar Seo Yeon sinis.
“Hei,
kenapa kau malah mengkritikku? Aku striker yang baik.” Komentar Dae Young
membela diri. Seo Yeon terlihat masih kesal dengan sikap Dae Young.
Bersambung
ke part 2
PS; yang udah baca
blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 &
Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Bagus ceritanya
BalasHapus