PS : All images credit and content copyright : TVN
Seo Yeon
membawakan adonan untuk dadar kacang hijau, daging giling, dua kantong kecap bawang
merah resep khusus dengan menekan berkali-kali. Sun bertanya kenapa Seo Yeon
membawa kotak es batuk, dan Apa restoran mengemasnya di sana.
“Tidak mungkin.
Aku membelinya sendiri. Aku khawatir adonannya bisa lembek saat cuaca panas.
Kau tahu, kacang hijau bisa basi dengan mudah.” Kata Seo Yeon. Sun terlihat binggung.
“Apa Kau
mau memarahiku setelah terlambat melakukan sesuatu yang tak perlu? Untuk
melewati batas?” ucap Seo Yeon. Sun mengelengkan kepala.
“Kau
sudah berusaha dengan baik membelikan apa yang tidak diminta. Bahkan Kau lebih
teliti dari yang kuduga.” Ungkap Sun
“Aku
melakukan ini untuk membayar kembali hutangku, tapi aku masih harus melakukan
pekerjaan yang layak. Tidak ada lagi yang dilakukan hari ini, kan? Aku mau
ketemu dengan temanku kalau begitu.” Ucap Sun lalu bergegas pergi.
Ji Woo
terlihat lesu membeli kimbap segitiga di minimarket, lalu menerima pesan dari
Sung Joo “Terima kasih sudah datang ke pernikahanku. Aku kirimkan foto-foto
hari itu.” Ia melihat foto Ji Woo bersama dengan Dae Young dengan senyuman,
tapi memilih untuk menghapus fotonya.
Dae Young
pun menerima pesan yang sama dari Sung Joo wajahnya tersenyum, di dalam mobil
melihat foto bersama Ji Woo, lalu berpikir kalau belum pulang. Ia lalu menelp Ji Woo menanyakan keberadaan
karena baru pulang kerja dan lapar jadi mengajaknya makan.
“Aku masih
di rumah sakit. Kurasa aku tak bisa makan bersamamu. Maaf.” Ucap Ji Woo. Dae
Young melihat Ji Woo berada didekatnya akhirnya bisa mengerti. Ji Woo pun
berbalik arah tak jadi kembali ke rumah.
Ji Woo
duduk di depan minimarket dengan kimbap segitiga, wajahnya terlihat sedih.
Akhirnya ia mencoba menelp Sun meminta maaf meneleponny malam-malam, lalu
mengucapkan Terima kasih atas makanan
yang diberikan padanya terakhir kali.
“Kalau
kau punya waktu, aku ingin membalas kebaikanmu. Aku traktir minum.” Kata Ji Woo
“Bisakah
kau membayarnya dengan cara lain? Aku butuh seseorang untuk memberikan
pendapat. Ada hidangan yang membuatku penasaran, apa ini memenuhi selera wanita
di usia 20-an dan 30-an. Bisakah kau datang ke rumahku dan mencicipi makanan
ini bersamaku?” ucap Sun
“Baiklah,
kalau begitu. Aku harus pergi ke mana?” tanya Ji Woo. Sun mengatakan kalau Ji
Woo sudah dekat, jadi akan menjemputnya.
Sun masuk
lift untuk menjemput Ji Woo, Seo Yeon keluar dari lift sambil berbicara ditelp
kalau temanya bisa Bersenang-senanglah tanpanya dan akan bertemu nanti. Ia
membuka pintu rumah mengeluh kalau semua temanya itu tukang pamer.
“Tidak
nyaman mendengar seorang bangsawan bangkrut sepertiku.” Keluh Seo Yeon lalu
memanggil Sun, tapi tak ada didapur dan berpikir kalau pergi ke suatu tempat.
Ia lalu
bergegas menaruh tas dikamar dan pergi ke kamar mandi, saat itu terdengar pintu
rumah terbuka. Seo Yeon ingin bertanya darimana, tapi mendengar suara wanita
masuk memuji rumah Sun itu sangat bagus, lalu mengintip kalau Ji Woo yang
datang.
“Kau ternyata
jadi orang sukses juga.” Ucap Ji Woo. Sun pikir Itu semua berkat ajaran Ji Woo
sebagai gurunya.
“Hei..
Lihatlah dirimu. Kau tahu cara menyenangkan orang. Ngomong-ngomong, interior
rumahmu sangat unik.” Komentar Ji Woo,
Sun binggung mendengarnya.
“Maksudku
garis di lantai itu. Orang biasanya tidak menggambar garis di lantai seperti
itu.” Kata Ji Woo
“Aku suka
yang unik-unik.” Kata Sun gugup. Ji Woo pikir itu karena arti namanya Sun dalam
bahasa korea itu "garis"
“Kau
bahkan menggambar garis di rumahmu.” Kata Ji Woo, Di dalam kamar mandi mengeluh
kalau terjeratnya hubungan mereka berdua sambil menahan buang air kecil.
Sun
menyiapkan pancake kacang hijau sementara Ji Woo menuangkan wine dalam gelas.
Setelah makanan matang, Sun menyajikan diatas meja dengan daging giling
disampingnya, lalu mengajak bersulang sebagai penyambutan Ji Woo dirumahnya.
Mereka
pun mulai makan, Ji Woo dengan wajah bahagia memuji kalau pancakenya Dimasak
dengan baik. Sun ikut senang mengucapkan Terima kasih atas pujianya.
“Kalau
ini dikirim dalam bentuk adonan, apa kau akan memesannya?” tanya Sun.
“Ya, ini
enak... Ini juga bagus dimakan sendirian, Sangat mudah untuk memasak juga. Sekarang
aku mengerti, kenapa Dae Young memuji konsep ini dan ingin bergabung.” Ucap Ji
Woo
“Apa dia
mengatakan hal semacam itu?” tanya Sun
“Ya,
ketika dia memutuskan akan menerima tawaran itu. Ngomong-ngomong, kenapa kau
mau aku menilai rasanya? Bukankah ada karyawan wanita berusia 20 dan 30 tahun
di perusahaanmu?” ucap Ji Woo
“Kau benar,
tapi aku datang untuk membicarakanmu dengan Goo Dae Young terakhir kali. Dia
bilang kau luar biasa mengenai makanan sejak dulu.” Jelas Sun. Ji Woo seperti
baru mengetahuinya.
“Kau dan
Dae Young pasti sangat dekat. Mungkinkah, kalian saling menggoda di masa lalu?”
kata Sun
“Tidak
mungkin... Baginya, aku hanyalah teman yang luar biasa tentang makanan jadi Hanya
sampai di tingkat itu.” Ucap Ji Woo lalu meminta izin untuk pergi ke toilet.
Sun menunjuk pintu di depan.
Seo Yeon
panik mendengar Ji Woo akan ke toilet, Ji Woo masuk ke toilet tanpa terkunci
lalu mencuci tanganya, tapi sabunnya malah melompat ke bathtub. Seo Yeon
kebingungan karena tempat persembunyian akan terbongkar.
Ji Woo
menarik tirai ingin mengambil sabun, saat itu Sun berteriak kalau ponsel Ji Woo
berdering. Ji Woo pun mengatakan akan segera datang, setelah mendengar pintu
tertutup Seo Yeon bisa bernafas lega karena bersembunyi di sisi atas bathtub
tanpa ketahuan.
“Ada
sesuatu di rumah sakit. Aku harus cepat pergi.” Kata Ji Woo
“Apa
rumah sakit tidak berfungsi tanpamu Wahh... Keren sekali. Saat kau memakai seragam
perawat itu terakhir kali, kau terlihat sangat profesional.” Komentar Sun
memuji. Seo Yeon yang mendengarnya terlihat kesal.
“Aku akan
mengantarmu ke sana.” Ucap Sun sambil menunggu lift.
“Tidak,
ini jam sibuk, jadi lebih cepat dengan kereta bawah tanah.” Kata Jin Woo lalu
masuk ke lift sambil mengucapkan terima kasih makanannya. Ji Woo pun mengajak untuk datang lagi.
Seo Yeon
langsung keluar kamar mandi dengan wajah sinis. Sun terlonjak kaget mengetahui
Seo Yeon ternyata ada dikamar mandi padahal keluar untuk menemui temanny. Seo
Yeon mengaku tadi sudah keluar lalu mengeluh kalau setidaknya u memberitahu
kalau akan kedatangan tamu, padahal mereka tinggal bersama.
“Aku
mengirimu SMS. Apa Tak lihat?” ucap Sun. Seo Yeon mengaku Ponselnya ada di tas
jadi tak lihat dan akan masuk kamar
“Hei,
tunggu... Bisakah kau membersihkan meja? Aku harus mengatur data dan mulai
bekerja sekarang.”Sun.
Seo Yeon
menyadarai kalau sebagaiasisten pribadi Sun bukan teman sekamarnya dan ini
bagian dari pekerjaannya sambil merapihkan piring. Ia lalu melihat wine yang
diminum Sun cukup mahal sambil berkomentar kalau pasti sangat penting.
“Siapa
dia?” tanya Seo Yeon menyinggung. Sun mengaku Ji Woo sebagai gurunya
“Dia baik
padaku dan orang yang sangat hangat.” Ungkap Sun bangga. Ji Woo mengaku tak
suka tipe itu. Sun terlihat binggung.
“Seseorang
yang tidak terpelintir sakit hati karena mereka dicintai sejak kecil. Tipe yang
mengklaim sesuatu yang orang lain tidak bisa miliki, bahakn tidak peduli
seberapa keras mereka bekerja... Apanya yang lucu? Roda kehidupan... Ini sangat
berkelok-kelok.” Ucap Seo Yeon kesal menaruh piring di tempat cuci piri.
Seo Yeon
kesal sendirian dikamar, tak ingin terkalahkan oleh Ji Woo akhirnya
mengeluarkan semua pakaian di koper dan juga tasnya didepan cermin. Ia lalu
mengeluh kalau tak akan menjual pakaian dan tas bermereknya.
Beberapa
saat kemudian, Seo Yeon sudah ada didepan rumah Dae Young lalu melihat kalau Ji
Woo yang belum pulang atau sudah tidur. Ji Woo menaiki tangga dengan wajah
lesu, Seo Yeon dengan sengaja mengetuk pintu rumah Dae Young dengan nada
mengoda.
“Ada apa
kemari jam segini?” tanya Dae Young binggung, saat itu melihat Ji Woo disebelah
rumahnya dengan sinis.
“Ada yang
mau kukatakan padamu... Boleh aku masuk ke dalam?” kata Seo Yeon langsung
menyelonong masuk, Dae Young pun menutup matanya.
Ji Woo
melihat anjingnya yang datang menghampiri, lalu mengajak untuk mencari udara
dengan berjalan-jalan dimalam hari.
Seo Yeon
masuk ke dalam rumah mengeluh pada Dae Young kalau harus bersih-bersihlah
sedikit dan masih sama saja ketika masih kuliah. Dae Young membalas kalau Seo
Yeon datang untuk meledeknya dan ingin tahu apa yang ingin dikatakan selarut
ini
“Tidak
apa. Aku sudah dipulihkan.” Ucap Seo Yeon senang melihat tatapan Ji Woo yang
sinis. Dae Young binggung dipulihkan apa.
“Kebanggaanku...
Kebanggaanku ada di bawah, tapi sekarang sudah lebih baik.” Ungkap Seo Yeon
bahagia.
“Kurasa
aku tahu kenapa kau di sini.” Ucap Dae Young. Seo Yeon terlihat gugup.
“Kudengar
kau berhenti berbisnis. Harga dirimu pasti terluka karena itu. Kalau kau mau
membahas itu, beri tahu aku.” Ucap Dae Young
“Kau
begitu ramah. Kau meluluhkan hati wanita karena kau begitu baik.” Komentar Seo
Yeon.
“Meluluhkan
hati wanita? Siapa?” tanya Dae Young binggung, Seo Yeon tak ingin membahasnya
dan langsung pamit pergi. Dae Young heran dengan sikap Seo Yeon.
Ji Woo
duduk sendirian di taman, anjingnya mengongonga menenangkan yang sedang sedih.
Ia mengelus anjingnya mengucapkan Jangan khawati karean Setelah pindah maka
semuanya akan baik-baik saja dan Semua akan kembali seperti dulu lalu berjalan
pulang.
Dae Young
melihat ponselnya, pesan untuk Ji Woo “Apa Kau ada waktu malam ini?” tap belum
dibaca. Seo Yeon pergi ke lobby meminta izin untuk menemui Sun. Dae Yong memanggil Seo Yeon bertanya ada apa
di kantornya.
“Dokumen
Sun Woo ketinggalan. Jadi Aku datang untuk kuberikan padanya.” Ucap Seo Yeon
“Kenapa kau
menjalankan tugas untuknya?” tanya Dae Young heran. Seo Yeon mengaku kalau
mendapat pekerjaan sebagai asisten pribadi.
“Bagus.
Kau tampak cantik setelah keluar dari bisnismu.” Komentar Dae Young yang sempat
binggung
“Aku tidak
yakin apakah itu hebat, tapi kurasa aku cukup kompeten untuk mendapatkan
pekerjaan itu.” Kata Seo Yeon bangga
“Ya,
inilah Seo Yeon yang kukenal. Berbicara tentang bagaimana harga dirimu mencapai
titik terendah tidak sesuai denganmu. Jadi Ayo pergi” ucap Dae Young
Keduanya
masuk ke ruangan Sun yang sedang memeriksa berkas, Sun heran melihat keduanya datang bersama.
Seo Yeon mengaku kalau bertemu di lobby. Dae Young dengan sopan bertanya apakah Seo Yeon ini asisten pribadinya.
“Ya.
Ngomong-ngomong, apa yang membawamu kemari jam segini, Goo Dae Young ? Rapatnya
baru mulai jam 2 siang.” Ucap Sun
“Aku
ingin makan dengan Anda Jika belum makan.” Kata Dae Young. Sun heran kenapa
harus makan dengannya.
“Aku dapat
restoran bagus dekat sini. Saat kita makan yangjangpi bersama, aku menyadari
pertemuan makan siang ini sangat membantu dalam berbagi ide. Kalau tak
keberatan, Anda, aku, dan Seo Yeon bisa makan siang bersama.” Kata Dae Young
“Aku
tidak apa, Aku tidak berselera.” Ucap Seo Yeon. Sun pun setuju akan pergi
“Tidak
perlu menolaknya jika itu membantu dengan pekerjaan.”kata Sun. Seo Yeon
langsung menutuksan akan pergi juga.
“Kau
begitu ragu-ragu. Ayo pergi.” Kata Dae
Young lalu berjalan keluar dari ruangan.
Sun heran
dengan Seo Yeon yang tak mau ikut dan ingin tahu alasan berubah pikiran. Seo
Yeon mengaku Karena takut keduanya berdua akan berbicara di belakangnya, dan
memperingatakan agar jangan memberitahu Dae Young kalau bekerja sebagai
asistennya sebagai ganti utangnya.
“Apa Mengerti?
Aku akan terus mengawasimu.” Ucap Seo Yeon lalu keluar ruangan
“Wah... Matanya
menatapku? Apa dia pikir dia itu kreditor?” komentar Seo Yeon.
Dae Young
duduk disamping Seo Yeon lalu bertanya dengan bahasa Bandam apakah suka makanan
Spanyol. Seo Yeon kaget mendengarnya karena Dae Young Di kantor begitu sopan
dan sekarang menjadi akrab. Dae Young menceritakan Sun tak suka menunjukkan
hubungan mereka di depan umum. Sun mengeluh mendengar kalimat “Hubungan kita”
“Hei... Kau
bahkan tidur di rumahku.. Jangan mengelak.” Ejek Dae Young melirik ke bagian
bawah Sun untuk mengoda.
“Sudah
cukup. Jangan lakukan ini di depan orang lain... Kau melewati batas.” Kata Sun
kesal lalu memilih untuk pergi.
“Hei, apa
kau tahu kalau Ji Woo adalah gurunya?” ucap Seo Yeon, Dae Young menganguk.
“Ahh...Begitu...
Kalian semua sudah tahu itu. Yah... Memang, kurasa dia cukup dekat untuk tidur
di rumahmu.” Komentar Seo Yeon
“Kami
tidak sedekat itu. Aku cuma berpikir dia menggemaskan. Bukankah itu
menggemaskan bagaimana dia bekerja setiap kali aku mengatakan sesuatu? Itu Sangat
menyenangkan untuk menggodanya.” Ungkap Dae Young
“Aku
tidak mengerti. Dia itu tidak menggemaskan sama sekali.” keluh Seo Yeon.
Sun
kembali duduk dan keduanya langsung terdiam, lalu mengeluh dengan situasi
sekarang seperti Seolah-olah mereka berdua berbicara di belakangnya. Dae Young
mengejek Sun itu paranormal yang mengetahuinya. Dae Young mengejek Sun itu melewati batas.
“Namamu
berarti "melewati batas". Kau tak boleh melakukan itu.” Kata Dae
Young. Sun menegaskan kalau namanya Hanya
Sun Woo Sun.
“Astaga...
Kau bilang padaku kalau aku harus selalu
melewati batas,sama seperti namamu” ejek Seo Yeon
“Itu
karena kau selalu melewati batas.” Kata Sun, Keduanya langsung menahan tawa.
Sun pun tak bisa berkata-kata lagi.
Makanan
ditaruh diatas meja mulai dari gambas, Seo Yeon berkomentar kalau tidak bisa
membedakan antara paella dan nasi goreng Korea. Dae Young mulai mengerutkan
dahi mendengarkan, menurutnya Ini seperti mengatakan anjing dan kucing itu
sama. Seo Yeon kali ini yang membuat binggung.
“Kau
membuat nasi goreng dengan nasi matang. Sementara itu, untuk membuat paella, kau
menumis nasi yang belum dimasak lalu direbus dalam kaldu. Kota ini terkenal
karena produksi berasnya.” Kata Dae Young dan langsung disela oleh Sun
“Ya, ini
adalah hidangan perwakilan dari Valencia. Kota ini ada resepnya sendiri. Banyak
yang berpikir panci paella juga dibuat di Valencia . “ kata Sun lalu Dae Young
kembali menyela
“La
paella. Itu nama wajannya. Jika kau tidak menggunakannya, maka kau tidak akan
membuat nasi paella yang hangus ini. Beras hangus...” ucap Dae Young dan
langsung disela oleh Sun.
“Ini
namanya socarrat. Ini adalah kunci hidangan paella yang dimasak dengan
sempurna. Untuk memasaknya dengan benar, ketepatan waktu dan suhu panasnya...”
kata Dae Young
“Hei...
Kapan kalian berdua akan tutup mulut? Makanannya nanti akan dingin.” Keluh Seo
Yeon.
Akhirnya
mereka mulai makan, Dae Young mencicipi lebih dulu gambas. Sementara Sun mencicipi paela. Sementara Seo
Yeon mencoba salad dengan irisan daging tipis. Dae Young mencoba makanan
seperti pastel yang berisi daging, lalu membagikan pada Sun. Sun sempat sinis
tapi mulai makan dan wajahnya tersenyum.
“Ada apa?
Apa Rasanya tidak enak?” ucap Sun melihat cara makan Seo Yeon yang sedikit.
“Itu, dia
selalu menjadi pemakan ringan. Lalu Apa Kau khawatir dengan asistenmu? Wah... Kau
ini bos yang baik.” Ejek Dae Young
“Bukan
itu! Aku bertanya untuk tahu apa yang wanita di usia 30-an pikirkan.” Kata Sun
menutupinya.
“Jadi kau
tipe yang bekerja saat makan. Harusnya kau tidak melakukannya. Kecuali kau
beristirahat,. pegawaimu juga tidak akan bisa. Kulihat kau sekarang tipe yang
menyebalkan.” Ungkap Dae Young
“Kau
benar. Dia sangat menyebalkan.” Keluh Seo Yeon. Sun menatap Seo Yeon dengan
sinis
“Lee Seo
Yeon... Aku ingin laporan lengkap pendapatmu tentang semua hidangan ini.” Kata
Sun.
“Mana
bisa aku memberikan pendapatku ketika aku hampir tidak memakan semua ini?”
keluh Seo Yeon.
“Aku tak
pernah bilang kau harus memakan semua ini. Meneliti juga adalah pekerjaan
asisten. Kalau sudah selesai, aku permisi dulu.” Kata Sun lalu bergergas pergi.
“Aku
tidak percaya dia menggodaku dengan ini.” Keluh Sun dan meninggalkan keduanya.
Sun duduk
di ruang kerja sambil membaca, Seo Yeon masuk memberikan ulasan tentang makan
siang hari ini. Sun melihat banyak lembaran dan bertanya apa maksudnya. Seo
Yeon mengaku meneliti juga restoran Spanyol lainnya yang populer di media
sosial.
“Aku tak
minta kau menuliskan ini. Lakukan saja apa yang kuminta.” Kata Sun sinis
“Bukankah
kau harusnya memujiku teliti ketika aku mengambil inisiatif?” keluh Seo Yeon
“Aku sudah
tahu restoran-restoran ini. Kau cuma buang-buang kertas saja. Apa Kau tahu
berapa banyak pohon yang diolah menjadi kertas?” kata Sun sinis
“Ternyata
ada seorang pencinta lingkungan di sini.” Ejek Seo Yeon. Sun tak mendengar
ingin Seo Yeon mengulang. Tapi Seo Yeon mengaku tak mengatakan apapun.
“Ngomong-ngomong,
kau akan mengantari besok pagi lebih awal ke Pasar Daging Majang.” Kata Sun.
Seo Yeon melonggo karena harus pergi pagi-pagi.
“Mereka
yang bekerja di pasar biasanya makan di sana, jadi hanya buka sampai pagi.”
Ucap Sun. Seo Yeon pun tak bisa menolak.
Seo Yeon
pergi ke pasar dengan pakaian santai dan juga topi, lalu bergidik saat melihat
usus sapi yang dijualkan. Ia lalu melihat tulisan “Tutup” di depan restoran
yang ingin dibelinya lalu menelp Sun kalau restoran di inginkan kalau tutup.
“Tidak
mungkin. Apa Kau sudah mengecek tempatnya dengan benar?” ucap Sun yang sedang
berolahraga.
“Tentu
saja. Apa Kau mau kita melakukan video call?” keluh Seo Yeon
“Tidak
usah. Kalau tutup hari ini, besok akan dibuka jadi kembalilah besok pagi.” Kata
Sun lalu menutup telp. Seo Yeon mengeluh mendengarnya.
Sun
tersenyum sambil menaikaan kecepatan larinya. Pelatihnya meliaht Sun
kelihatannya senang hari ini,lalu bertanya Apa ada sesuatu yang baik. Sun
mengaku Untuk beberapa alasan, udara terasa lebih segar pagi ini.
Dae Young
keluar dari rumah akan bertemu dengan seseorang, lalu melihat sosok wanita
didepan rumah Ji Woo berpikir kalau pemilik kontrakan, lalu kembali melihat
ponselnya karena Ji Woo belum juga membaca pesanya. Ia pikir Ji Woo masih di
rumah sakit.
Ia lalu
teringat saat Ji Woo seperti menghindarinya dengan berkata “Kurasa aku tak bisa
makan bersamamu. Maaf.” Lalu berjalan pergi dan terakhir kali tatapan sinis Ji
Woo melihat Seo Yeon datang ke rumahnya.
Dae Young
bertemu dengan Seo Yeon di restoran. Seo Yeon ingin menyakinkan kalau Sun itu
bukan orang gila tapi sengaja melakukan ini, dengan menceritakan tentang
perjalanannya ke pasar daging tapi restoran tutup. Dae Young mengeluh kalau
sudah mendengarnya sekitar 100 kali.
“Tugasku juga
terus datang di sore hari. Kau bersih-bersih, dua kali ke restoran. Kau juga
harus antri membelikannya tiket untuk pertunjukan.” Keluh Seo Yeon
“Aku juga
mendengarmya 100 kali.” Kata Dae Young. Seo Yeon seperti baru menyadarinya.
“Lalu Mau
bagaimana lagi? Tidak ada orang yang bisa kuajak bicara. Cuma kau yang tahu
situasiku. Kau juga bekerja dengannya, jadi bicaralah tentang dia seperti semua
rekan kerja.”Keluh Seo Yeon
“Aku
tidak punya keluhan.” Kata Dae Young. Seo Yeon tak mengerti yang harus
dilakukanya sekarang.
“Temanmu
butuh dihibur. Setidaknya cobalah buat sesuatu. Apa kau akan seperti itu kalau
aku Ji Woo?” rengek Seo Yeon.
“Kenapa
kau menyebut dia?” kata Dae Young. Seo Yeon pikir itu capanya benar dan Dae
Young sudah mengetahuinya.
“Kau
bicara tak masuk akal lagi. Jadi Ayo kita pergi dari sini. Kau akan merasa
lebih baik setelah mendapatkan udara segar.” Kata Dae Young
Keduanya
keluar dari restoran, Dae Young kaget melihat ada goresan di mobilnya. Seo Yeon
pikir itu seperti baru terjadi,lalu menyuruh untuk Periksa kotak hitamnya
karena bisa terjadi di tempat parkir ini, sementara Ia akan mencari orang yang
membuat mobil Dae Young tergores.
Dae Young
mulai mencari pada kotak hitam, lalu
melihat sosok pria yang mencuriga. Ia teringat saat itu didepan rumah Ji Woo
berpikir kalau pemilik kontrakan. Seo Yeon datang bertanya apakah sudah melihat
siapa yang merusak mobilnya.
“Maaf,
tapi aku harus menemui Ji Woo.” Kata Dae Young panik. Seo Yeon menahanya karena
tak bisa melakukan hal itu.
“Kalau
itu terjadi di sini, mereka bisa kabur nanti.” ucap Seo Yeon.
“Itu
tidak penting sekarang. Maaf” kata Dae Young lalu bergegas pergi.
“Apa dia
meninggalkanku di sini dan pergi menemui Ji Woo?” ucap Seo Yeon tak percaya.
Dae Young
turun dari mobil melihat orang seperti wanita yang berlari menuruti tangga,
lalu menarik wig ditariknya. Si pria
mengeluarkan palu dari tasnya, Dae Young akhirnya bisa melumpuhkan pria dengan
memelintir tanganya.
“Dae
Young, apa yang terjadi?” tanya Ji Woo binggung menuruti tangga, Dae Young
menyuruh agar cepat telepon polisi.
Polisi
menerima telp lalu memberitahu kalau korban membutuhkan empat minggu perawatan
dan ingin menuntut Dae Young yang melakukan kekerasan. Dae Young kaget
mendengarnya.
“Brengsek
itu berpakaian seperti wanita dan menyelinap di rumah tempat Ji Woo yang tinggal
sendiri. Aku juga ada bukti rekaman di kotak hitamku.” Ucap Dae Young
“Dia
bilang cuma salah tempat. Tidak ada yang membuat rugi karena tindakannya. Dia
terkejut karena anjing itu dan melarikan diri. Benarkan?” kata Polisi
Ji Woo
mengingat kejadian sebelumnya, mendengar anjingnya terus mengonggong meminta
agar tenang dan melihat si pria yang bersembunyi lalu kabur.
“Jadi
satu-satunya korban adalah orang yang membuat Anda melakukan kekerasan. Kami
memeriksa identitas Anda, jadi akan menelepon Anda lagi jika diperlukan
penyelidikan tambahan. Dia bilang akan mengambil tindakan hukum, jadi setelah
keluhan dibuat,maka penyelidikan lebih lanjut tidak akan terhindarkan.”
Jelas Polisi.
Dae Young
keluar dari kantor polisi sambil mengeluh dengan hukumnya seperti ini. Ji Woo
malah memarahi Dae Young agara jangan ikut campur urusannya. Dae Young terlihat
binggung. Ji Woo pikir Siapa yang menyelinap
di rumahnya juga bukan urusan Dae Young.
“Ini
tidak akan terjadi jika kau tidak perlu repot-repot.” Kata Sun kesal
“Bagaimana
kau bisa mengatakan itu pada seseorang yang melakukan semua ini karena khawatir
padamu? “ ucap Dae Young heran
“Itu
karena kau tidak mengerti kata-kataku. Aku ini hidup dengan baik, dan ke
depannya juga begitu. Jadi jangan hiraukan aku.” Ucap Ji Woo
“Bagaimana
aku tak bisa menghiraukanmu? Kau bilang, dengan bertemu Seo Yeon karenaku dan
itu membuatmu susah. Jadi bagaimana aku tidak repot-repot? Jujurlah. Apa Kau
bahkan sadar bahwa aku sedang berjuang di antara kalian?” kata Dae Young
“Baguslah...
Kau tidak akan berjuang lagi setelah aku pindah. Kau bisa bertemu dengannya
tanpa memikirkanku saat itu.” Kata Ji Woo sinis lalu berjalan pergi. Dae Young
sempat memanggilnya tapi Ji Woo memilih untuk segera pergi.
Seo Yeon
baru saja pulang. Sun memperingatkan Seo Yeon yang telat pulangnya, karena besok harus bangun pagi lebih awal dengan
mengingatkan agar tak lupa pergi ke pasar daging. Seo Yeon mengaku tak lupa
jadi jangan khawatir lalu masuk ke dalam kamar.
“Tidurlah....
Besok kau harus cepat bangun. Kau tak melihat layar ponselmu,kan?” teriak Sun.
Seo Yeon berteriak kesal didalam kamarnya, Sun sempet terlihat ketakutan.
“Kalau
dipikir-pikir, Dae Young bahkan tak meneleponku setelah meninggalkanku seperti
itu. Kenapa semuanya memperlakukanku dengan buruk ketika mereka sangat
menyayangi Ji Woo?” keluh Seo Yeon kesal
Seo Yeon
menemui Ji Woo didepan rumah memberikan amplop. Ji Woo bertanya apa itu. Seo
Yeon mengatakan kalau oni biaya pemindahan rumah abu ayahnya. Ji Woo
mengambilnya dan akan masuk ke dalam rumah Seo Yeon bertanya apakah Ji Woo
sudah selesai dengan urusannya.
“Apa Kau
sudah melihat pacarnya? Aku sudah melihatnya.”ucap Seo Yeon
“Aku tahu
kau melakukan ini untuk membuatku kesal. Kau tidak perlu berusaha melakukan ini
lagi karena aku tidak akan melihatnya mulai sekarang. Aku akan segera pindah. Jadi
kuharap kau tak perlu menemuiku lagi.” Kata Ji Woo sinis.
“Hei... Aku
melihatnya di rumah pekuburan Ayah... Pacar Dae Young ada di sana seperti ayah.”
Ucap Seo Yeon. Ji Woo terlihat kaget mendengarnya.
Bersambung
ke episode 8
Tidak ada komentar:
Posting Komentar