PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Kamis, 09 Agustus 2018

Sinopsis Lets Eat 3 Episode 7 Part 2

PS : All images credit and content copyright : TVN

Seo Yeon membawakan adonan untuk dadar kacang hijau, daging giling, dua kantong kecap bawang merah resep khusus dengan menekan berkali-kali. Sun bertanya kenapa Seo Yeon membawa kotak es batuk, dan Apa restoran mengemasnya di sana.
“Tidak mungkin. Aku membelinya sendiri. Aku khawatir adonannya bisa lembek saat cuaca panas. Kau tahu, kacang hijau bisa basi dengan mudah.” Kata Seo Yeon. Sun  terlihat binggung.
“Apa Kau mau memarahiku setelah terlambat melakukan sesuatu yang tak perlu? Untuk melewati batas?” ucap Seo Yeon. Sun mengelengkan kepala.
“Kau sudah berusaha dengan baik membelikan apa yang tidak diminta. Bahkan Kau lebih teliti dari yang kuduga.” Ungkap Sun
“Aku melakukan ini untuk membayar kembali hutangku, tapi aku masih harus melakukan pekerjaan yang layak. Tidak ada lagi yang dilakukan hari ini, kan? Aku mau ketemu dengan temanku kalau begitu.” Ucap Sun lalu bergegas pergi. 



Ji Woo terlihat lesu membeli kimbap segitiga di minimarket, lalu menerima pesan dari Sung Joo “Terima kasih sudah datang ke pernikahanku. Aku kirimkan foto-foto hari itu.” Ia melihat foto Ji Woo bersama dengan Dae Young dengan senyuman, tapi memilih untuk menghapus fotonya.
Dae Young pun menerima pesan yang sama dari Sung Joo wajahnya tersenyum, di dalam mobil melihat foto bersama Ji Woo, lalu berpikir kalau belum pulang.  Ia lalu menelp Ji Woo menanyakan keberadaan karena baru pulang kerja dan lapar jadi mengajaknya makan.
“Aku masih di rumah sakit. Kurasa aku tak bisa makan bersamamu. Maaf.” Ucap Ji Woo. Dae Young melihat Ji Woo berada didekatnya akhirnya bisa mengerti. Ji Woo pun berbalik arah tak jadi kembali ke rumah. 
Ji Woo duduk di depan minimarket dengan kimbap segitiga, wajahnya terlihat sedih. Akhirnya ia mencoba menelp Sun meminta maaf meneleponny malam-malam, lalu mengucapkan Terima kasih atas makanan  yang diberikan padanya terakhir kali.
“Kalau kau punya waktu, aku ingin membalas kebaikanmu. Aku traktir minum.” Kata Ji Woo
“Bisakah kau membayarnya dengan cara lain? Aku butuh seseorang untuk memberikan pendapat. Ada hidangan yang membuatku penasaran, apa ini memenuhi selera wanita di usia 20-an dan 30-an. Bisakah kau datang ke rumahku dan mencicipi makanan ini bersamaku?” ucap Sun
“Baiklah, kalau begitu. Aku harus pergi ke mana?” tanya Ji Woo. Sun mengatakan kalau Ji Woo sudah dekat, jadi akan menjemputnya. 



Sun masuk lift untuk menjemput Ji Woo, Seo Yeon keluar dari lift sambil berbicara ditelp kalau temanya bisa Bersenang-senanglah tanpanya dan akan bertemu nanti. Ia membuka pintu rumah mengeluh kalau semua temanya itu tukang pamer.
“Tidak nyaman mendengar seorang bangsawan bangkrut sepertiku.” Keluh Seo Yeon lalu memanggil Sun, tapi tak ada didapur dan berpikir kalau pergi ke suatu tempat.
Ia lalu bergegas menaruh tas dikamar dan pergi ke kamar mandi, saat itu terdengar pintu rumah terbuka. Seo Yeon ingin bertanya darimana, tapi mendengar suara wanita masuk memuji rumah Sun itu sangat bagus, lalu mengintip kalau Ji Woo yang datang.

“Kau ternyata jadi orang sukses juga.” Ucap Ji Woo. Sun pikir Itu semua berkat ajaran Ji Woo sebagai gurunya.
“Hei.. Lihatlah dirimu. Kau tahu cara menyenangkan orang. Ngomong-ngomong, interior rumahmu sangat unik.” Komentar Ji Woo,  Sun binggung mendengarnya.
“Maksudku garis di lantai itu. Orang biasanya tidak menggambar garis di lantai seperti itu.” Kata Ji Woo
“Aku suka yang unik-unik.” Kata Sun gugup. Ji Woo pikir itu karena arti namanya Sun dalam bahasa korea itu "garis"
“Kau bahkan menggambar garis di rumahmu.” Kata Ji Woo, Di dalam kamar mandi mengeluh kalau terjeratnya hubungan mereka berdua sambil menahan buang air kecil. 


Sun menyiapkan pancake kacang hijau sementara Ji Woo menuangkan wine dalam gelas. Setelah makanan matang, Sun menyajikan diatas meja dengan daging giling disampingnya, lalu mengajak bersulang sebagai penyambutan Ji Woo dirumahnya.
Mereka pun mulai makan, Ji Woo dengan wajah bahagia memuji kalau pancakenya Dimasak dengan baik. Sun ikut senang mengucapkan Terima kasih atas pujianya.
“Kalau ini dikirim dalam bentuk adonan, apa kau akan memesannya?” tanya Sun.
“Ya, ini enak... Ini juga bagus dimakan sendirian, Sangat mudah untuk memasak juga. Sekarang aku mengerti, kenapa Dae Young memuji konsep ini dan ingin bergabung.” Ucap Ji Woo
“Apa dia mengatakan hal semacam itu?” tanya Sun
“Ya, ketika dia memutuskan akan menerima tawaran itu. Ngomong-ngomong, kenapa kau mau aku menilai rasanya? Bukankah ada karyawan wanita berusia 20 dan 30 tahun di perusahaanmu?” ucap Ji Woo
“Kau benar, tapi aku datang untuk membicarakanmu dengan Goo Dae Young terakhir kali. Dia bilang kau luar biasa mengenai makanan sejak dulu.” Jelas Sun. Ji Woo seperti baru mengetahuinya.
“Kau dan Dae Young pasti sangat dekat. Mungkinkah, kalian saling menggoda di masa lalu?” kata Sun

“Tidak mungkin... Baginya, aku hanyalah teman yang luar biasa tentang makanan jadi Hanya sampai di tingkat itu.” Ucap Ji Woo lalu meminta izin untuk pergi ke toilet. Sun menunjuk pintu di depan. 
Seo Yeon panik mendengar Ji Woo akan ke toilet, Ji Woo masuk ke toilet tanpa terkunci lalu mencuci tanganya, tapi sabunnya malah melompat ke bathtub. Seo Yeon kebingungan karena tempat persembunyian akan terbongkar.
Ji Woo menarik tirai ingin mengambil sabun, saat itu Sun berteriak kalau ponsel Ji Woo berdering. Ji Woo pun mengatakan akan segera datang, setelah mendengar pintu tertutup Seo Yeon bisa bernafas lega karena bersembunyi di sisi atas bathtub tanpa ketahuan.

“Ada sesuatu di rumah sakit. Aku harus cepat pergi.” Kata Ji Woo
“Apa rumah sakit tidak berfungsi tanpamu Wahh... Keren sekali. Saat kau memakai seragam perawat itu terakhir kali, kau terlihat sangat profesional.” Komentar Sun memuji. Seo Yeon yang mendengarnya terlihat kesal.
“Aku akan mengantarmu ke sana.” Ucap Sun sambil menunggu lift.
“Tidak, ini jam sibuk, jadi lebih cepat dengan kereta bawah tanah.” Kata Jin Woo lalu masuk ke lift sambil mengucapkan terima kasih makanannya.  Ji Woo pun mengajak untuk datang lagi. 


Seo Yeon langsung keluar kamar mandi dengan wajah sinis. Sun terlonjak kaget mengetahui Seo Yeon ternyata ada dikamar mandi padahal keluar untuk menemui temanny. Seo Yeon mengaku tadi sudah keluar lalu mengeluh kalau setidaknya u memberitahu kalau akan kedatangan tamu, padahal mereka tinggal bersama.
“Aku mengirimu SMS. Apa Tak lihat?” ucap Sun. Seo Yeon mengaku Ponselnya ada di tas jadi tak lihat dan akan masuk kamar
“Hei, tunggu... Bisakah kau membersihkan meja? Aku harus mengatur data dan mulai bekerja sekarang.”Sun. 

Seo Yeon menyadarai kalau sebagaiasisten pribadi Sun bukan teman sekamarnya dan ini bagian dari pekerjaannya sambil merapihkan piring. Ia lalu melihat wine yang diminum Sun cukup mahal sambil berkomentar kalau pasti sangat penting.
“Siapa dia?” tanya Seo Yeon menyinggung. Sun mengaku Ji Woo sebagai gurunya
“Dia baik padaku dan orang yang sangat hangat.” Ungkap Sun bangga. Ji Woo mengaku tak suka tipe itu. Sun terlihat binggung.

“Seseorang yang tidak terpelintir sakit hati karena mereka dicintai sejak kecil. Tipe yang mengklaim sesuatu yang orang lain tidak bisa miliki, bahakn tidak peduli seberapa keras mereka bekerja... Apanya yang lucu? Roda kehidupan... Ini sangat berkelok-kelok.” Ucap Seo Yeon kesal menaruh piring di tempat cuci piri. 

Seo Yeon kesal sendirian dikamar, tak ingin terkalahkan oleh Ji Woo akhirnya mengeluarkan semua pakaian di koper dan juga tasnya didepan cermin. Ia lalu mengeluh kalau tak akan menjual pakaian dan tas bermereknya. 

Beberapa saat kemudian, Seo Yeon sudah ada didepan rumah Dae Young lalu melihat kalau Ji Woo yang belum pulang atau sudah tidur. Ji Woo menaiki tangga dengan wajah lesu, Seo Yeon dengan sengaja mengetuk pintu rumah Dae Young dengan nada mengoda.
“Ada apa kemari jam segini?” tanya Dae Young binggung, saat itu melihat Ji Woo disebelah rumahnya dengan sinis.
“Ada yang mau kukatakan padamu... Boleh aku masuk ke dalam?” kata Seo Yeon langsung menyelonong masuk, Dae Young pun menutup matanya.
Ji Woo melihat anjingnya yang datang menghampiri, lalu mengajak untuk mencari udara dengan berjalan-jalan dimalam hari. 

Seo Yeon masuk ke dalam rumah mengeluh pada Dae Young kalau harus bersih-bersihlah sedikit dan masih sama saja ketika masih kuliah. Dae Young membalas kalau Seo Yeon datang untuk meledeknya dan ingin tahu apa yang ingin dikatakan selarut ini
“Tidak apa. Aku sudah dipulihkan.” Ucap Seo Yeon senang melihat tatapan Ji Woo yang sinis. Dae Young binggung dipulihkan apa.
“Kebanggaanku... Kebanggaanku ada di bawah, tapi sekarang sudah lebih baik.” Ungkap Seo Yeon bahagia.
“Kurasa aku tahu kenapa kau di sini.” Ucap Dae Young. Seo Yeon terlihat gugup.
“Kudengar kau berhenti berbisnis. Harga dirimu pasti terluka karena itu. Kalau kau mau membahas itu, beri tahu aku.” Ucap Dae Young
“Kau begitu ramah. Kau meluluhkan hati wanita karena kau begitu baik.” Komentar Seo Yeon.
“Meluluhkan hati wanita? Siapa?” tanya Dae Young binggung, Seo Yeon tak ingin membahasnya dan langsung pamit pergi. Dae Young heran dengan sikap Seo Yeon. 


Ji Woo duduk sendirian di taman, anjingnya mengongonga menenangkan yang sedang sedih. Ia mengelus anjingnya mengucapkan Jangan khawati karean Setelah pindah maka semuanya akan baik-baik saja dan Semua akan kembali seperti dulu lalu berjalan pulang. 


Dae Young melihat ponselnya, pesan untuk Ji Woo “Apa Kau ada waktu malam ini?” tap belum dibaca. Seo Yeon pergi ke lobby meminta izin untuk menemui Sun.  Dae Yong memanggil Seo Yeon bertanya ada apa di kantornya.
“Dokumen Sun Woo ketinggalan. Jadi Aku datang untuk kuberikan padanya.” Ucap Seo Yeon
“Kenapa kau menjalankan tugas untuknya?” tanya Dae Young heran. Seo Yeon mengaku kalau mendapat pekerjaan sebagai asisten pribadi.
“Bagus. Kau tampak cantik setelah keluar dari bisnismu.” Komentar Dae Young yang sempat binggung
“Aku tidak yakin apakah itu hebat, tapi kurasa aku cukup kompeten untuk mendapatkan pekerjaan itu.” Kata Seo Yeon bangga
“Ya, inilah Seo Yeon yang kukenal. Berbicara tentang bagaimana harga dirimu mencapai titik terendah tidak sesuai denganmu. Jadi Ayo pergi” ucap Dae Young


Keduanya masuk ke ruangan Sun yang sedang memeriksa berkas,   Sun heran melihat keduanya datang bersama. Seo Yeon mengaku  kalau bertemu di lobby.  Dae Young dengan sopan bertanya apakah  Seo Yeon ini asisten pribadinya.
“Ya. Ngomong-ngomong, apa yang membawamu kemari jam segini, Goo Dae Young ? Rapatnya baru mulai jam 2 siang.” Ucap Sun
“Aku ingin makan dengan Anda Jika belum makan.” Kata Dae Young. Sun heran kenapa harus makan dengannya.
“Aku dapat restoran bagus dekat sini. Saat kita makan yangjangpi bersama, aku menyadari pertemuan makan siang ini sangat membantu dalam berbagi ide. Kalau tak keberatan, Anda, aku, dan Seo Yeon bisa makan siang bersama.” Kata Dae Young
“Aku tidak apa, Aku tidak berselera.” Ucap Seo Yeon. Sun pun setuju akan pergi
“Tidak perlu menolaknya jika itu membantu dengan pekerjaan.”kata Sun. Seo Yeon langsung menutuksan akan pergi juga.
“Kau begitu ragu-ragu. Ayo pergi.” Kata  Dae Young lalu berjalan keluar dari ruangan. 

Sun heran dengan Seo Yeon yang tak mau ikut dan ingin tahu alasan berubah pikiran. Seo Yeon mengaku Karena takut keduanya berdua akan berbicara di belakangnya, dan memperingatakan agar jangan memberitahu Dae Young kalau bekerja sebagai asistennya sebagai ganti utangnya.
“Apa Mengerti? Aku akan terus mengawasimu.” Ucap Seo Yeon lalu keluar ruangan
“Wah... Matanya menatapku? Apa dia pikir dia itu kreditor?” komentar Seo Yeon. 

Dae Young duduk disamping Seo Yeon lalu bertanya dengan bahasa Bandam apakah suka makanan Spanyol. Seo Yeon kaget mendengarnya karena Dae Young Di kantor begitu sopan dan sekarang menjadi akrab. Dae Young menceritakan Sun tak suka menunjukkan hubungan mereka di depan umum. Sun mengeluh mendengar kalimat “Hubungan kita”
“Hei... Kau bahkan tidur di rumahku.. Jangan mengelak.” Ejek Dae Young melirik ke bagian bawah Sun untuk mengoda.
“Sudah cukup. Jangan lakukan ini di depan orang lain... Kau melewati batas.” Kata Sun kesal lalu memilih untuk pergi.

“Hei, apa kau tahu kalau Ji Woo adalah gurunya?” ucap Seo Yeon, Dae Young menganguk.
“Ahh...Begitu... Kalian semua sudah tahu itu. Yah... Memang, kurasa dia cukup dekat untuk tidur di rumahmu.” Komentar Seo Yeon
“Kami tidak sedekat itu. Aku cuma berpikir dia menggemaskan. Bukankah itu menggemaskan bagaimana dia bekerja setiap kali aku mengatakan sesuatu? Itu Sangat menyenangkan untuk menggodanya.” Ungkap Dae Young
“Aku tidak mengerti. Dia itu tidak menggemaskan sama sekali.” keluh Seo Yeon. 


Sun kembali duduk dan keduanya langsung terdiam, lalu mengeluh dengan situasi sekarang seperti Seolah-olah mereka berdua berbicara di belakangnya. Dae Young mengejek Sun itu paranormal yang mengetahuinya. Dae Young mengejek Sun itu  melewati batas.
“Namamu berarti "melewati batas". Kau tak boleh melakukan itu.” Kata Dae Young. Sun menegaskan kalau namanya  Hanya Sun Woo Sun.
“Astaga...  Kau bilang padaku kalau aku harus selalu melewati batas,sama seperti namamu” ejek Seo Yeon
“Itu karena kau selalu melewati batas.” Kata Sun, Keduanya langsung menahan tawa. Sun pun tak bisa berkata-kata lagi. 

Makanan ditaruh diatas meja mulai dari gambas, Seo Yeon berkomentar kalau tidak bisa membedakan antara paella dan nasi goreng Korea. Dae Young mulai mengerutkan dahi mendengarkan, menurutnya Ini seperti mengatakan anjing dan kucing itu sama. Seo Yeon kali ini yang membuat binggung.
“Kau membuat nasi goreng dengan nasi matang. Sementara itu, untuk membuat paella, kau menumis nasi yang belum dimasak lalu direbus dalam kaldu. Kota ini terkenal karena produksi berasnya.” Kata Dae Young dan langsung disela oleh Sun
“Ya, ini adalah hidangan perwakilan dari Valencia. Kota ini ada resepnya sendiri. Banyak yang berpikir panci paella juga dibuat di Valencia . “ kata Sun lalu Dae Young kembali menyela
“La paella. Itu nama wajannya. Jika kau tidak menggunakannya, maka kau tidak akan membuat nasi paella yang hangus ini. Beras hangus...” ucap Dae Young dan langsung disela oleh Sun.
“Ini namanya socarrat. Ini adalah kunci hidangan paella yang dimasak dengan sempurna. Untuk memasaknya dengan benar, ketepatan waktu dan suhu panasnya...” kata Dae Young
“Hei... Kapan kalian berdua akan tutup mulut? Makanannya nanti akan dingin.” Keluh Seo Yeon. 


Akhirnya mereka mulai makan, Dae Young mencicipi lebih dulu gambas.  Sementara Sun mencicipi paela. Sementara Seo Yeon mencoba salad dengan irisan daging tipis. Dae Young mencoba makanan seperti pastel yang berisi daging, lalu membagikan pada Sun. Sun sempat sinis tapi mulai makan dan wajahnya tersenyum.
“Ada apa? Apa Rasanya tidak enak?” ucap Sun melihat cara makan Seo Yeon yang sedikit.
“Itu, dia selalu menjadi pemakan ringan. Lalu Apa Kau khawatir dengan asistenmu? Wah... Kau ini bos yang baik.” Ejek Dae Young
“Bukan itu! Aku bertanya untuk tahu apa yang wanita di usia 30-an pikirkan.” Kata Sun menutupinya.
“Jadi kau tipe yang bekerja saat makan. Harusnya kau tidak melakukannya. Kecuali kau beristirahat,. pegawaimu juga tidak akan bisa. Kulihat kau sekarang tipe yang menyebalkan.” Ungkap Dae Young
“Kau benar. Dia sangat menyebalkan.” Keluh Seo Yeon. Sun menatap Seo Yeon dengan sinis
“Lee Seo Yeon... Aku ingin laporan lengkap pendapatmu tentang semua hidangan ini.” Kata Sun.
“Mana bisa aku memberikan pendapatku ketika aku hampir tidak memakan semua ini?” keluh Seo Yeon.
“Aku tak pernah bilang kau harus memakan semua ini. Meneliti juga adalah pekerjaan asisten. Kalau sudah selesai, aku permisi dulu.” Kata Sun lalu bergergas pergi.
“Aku tidak percaya dia menggodaku dengan ini.” Keluh Sun dan meninggalkan keduanya. 

Sun duduk di ruang kerja sambil membaca, Seo Yeon masuk memberikan ulasan tentang makan siang hari ini. Sun melihat banyak lembaran dan bertanya apa maksudnya. Seo Yeon mengaku meneliti juga restoran Spanyol lainnya yang populer di media sosial.
“Aku tak minta kau menuliskan ini. Lakukan saja apa yang kuminta.” Kata Sun sinis
“Bukankah kau harusnya memujiku teliti ketika aku mengambil inisiatif?” keluh Seo Yeon
“Aku sudah tahu restoran-restoran ini. Kau cuma buang-buang kertas saja. Apa Kau tahu berapa banyak pohon yang diolah menjadi kertas?” kata Sun sinis
“Ternyata ada seorang pencinta lingkungan di sini.” Ejek Seo Yeon. Sun tak mendengar ingin Seo Yeon mengulang. Tapi Seo Yeon mengaku tak mengatakan apapun.
“Ngomong-ngomong, kau akan mengantari besok pagi lebih awal ke Pasar Daging Majang.” Kata Sun. Seo Yeon melonggo karena harus pergi pagi-pagi.
“Mereka yang bekerja di pasar biasanya makan di sana, jadi hanya buka sampai pagi.” Ucap Sun. Seo Yeon pun tak bisa menolak.


Seo Yeon pergi ke pasar dengan pakaian santai dan juga topi, lalu bergidik saat melihat usus sapi yang dijualkan. Ia lalu melihat tulisan “Tutup” di depan restoran yang ingin dibelinya lalu menelp Sun kalau restoran di inginkan kalau tutup.
“Tidak mungkin. Apa Kau sudah mengecek tempatnya dengan benar?” ucap Sun yang sedang berolahraga.
“Tentu saja. Apa Kau mau kita melakukan video call?” keluh Seo Yeon
“Tidak usah. Kalau tutup hari ini, besok akan dibuka jadi kembalilah besok pagi.” Kata Sun lalu menutup telp. Seo Yeon mengeluh mendengarnya.
Sun tersenyum sambil menaikaan kecepatan larinya. Pelatihnya meliaht Sun kelihatannya senang hari ini,lalu bertanya Apa ada sesuatu yang baik. Sun mengaku Untuk beberapa alasan, udara terasa lebih segar pagi ini.

Dae Young keluar dari rumah akan bertemu dengan seseorang, lalu melihat sosok wanita didepan rumah Ji Woo berpikir kalau pemilik kontrakan, lalu kembali melihat ponselnya karena Ji Woo belum juga membaca pesanya. Ia pikir Ji Woo masih di rumah sakit.
Ia lalu teringat saat Ji Woo seperti menghindarinya dengan berkata “Kurasa aku tak bisa makan bersamamu. Maaf.” Lalu berjalan pergi dan terakhir kali tatapan sinis Ji Woo melihat Seo Yeon datang ke rumahnya. 

Dae Young bertemu dengan Seo Yeon di restoran. Seo Yeon ingin menyakinkan kalau Sun itu bukan orang gila tapi sengaja melakukan ini, dengan menceritakan tentang perjalanannya ke pasar daging tapi restoran tutup. Dae Young mengeluh kalau sudah mendengarnya sekitar 100 kali.
“Tugasku juga terus datang di sore hari. Kau bersih-bersih, dua kali ke restoran. Kau juga harus antri membelikannya tiket untuk pertunjukan.” Keluh Seo Yeon
“Aku juga mendengarmya 100 kali.” Kata Dae Young. Seo Yeon seperti baru menyadarinya.
“Lalu Mau bagaimana lagi? Tidak ada orang yang bisa kuajak bicara. Cuma kau yang tahu situasiku. Kau juga bekerja dengannya, jadi bicaralah tentang dia seperti semua rekan kerja.”Keluh Seo Yeon
“Aku tidak punya keluhan.” Kata Dae Young. Seo Yeon tak mengerti yang harus dilakukanya sekarang.
“Temanmu butuh dihibur. Setidaknya cobalah buat sesuatu. Apa kau akan seperti itu kalau aku Ji Woo?” rengek Seo Yeon.
“Kenapa kau menyebut dia?” kata Dae Young. Seo Yeon pikir itu capanya benar dan Dae Young sudah mengetahuinya.
“Kau bicara tak masuk akal lagi. Jadi Ayo kita pergi dari sini. Kau akan merasa lebih baik setelah mendapatkan udara segar.” Kata Dae Young 


Keduanya keluar dari restoran, Dae Young kaget melihat ada goresan di mobilnya. Seo Yeon pikir itu seperti baru terjadi,lalu menyuruh untuk Periksa kotak hitamnya karena bisa terjadi di tempat parkir ini, sementara Ia akan mencari orang yang membuat mobil Dae Young tergores.
Dae Young mulai mencari pada kotak hitam,  lalu melihat sosok pria yang mencuriga. Ia teringat saat itu didepan rumah Ji Woo berpikir kalau pemilik kontrakan. Seo Yeon datang bertanya apakah sudah melihat siapa yang merusak mobilnya.
“Maaf, tapi aku harus menemui Ji Woo.” Kata Dae Young panik. Seo Yeon menahanya karena tak bisa melakukan hal itu.
“Kalau itu terjadi di sini, mereka bisa kabur nanti.” ucap Seo Yeon.
“Itu tidak penting sekarang. Maaf” kata Dae Young lalu bergegas pergi.
“Apa dia meninggalkanku di sini dan pergi menemui Ji Woo?” ucap Seo Yeon tak percaya. 


Dae Young turun dari mobil melihat orang seperti wanita yang berlari menuruti tangga, lalu menarik wig ditariknya.  Si pria mengeluarkan palu dari tasnya, Dae Young akhirnya bisa melumpuhkan pria dengan memelintir tanganya.
“Dae Young, apa yang terjadi?” tanya Ji Woo binggung menuruti tangga, Dae Young menyuruh agar cepat telepon polisi.
Polisi menerima telp lalu memberitahu kalau korban membutuhkan empat minggu perawatan dan ingin menuntut Dae Young yang melakukan kekerasan. Dae Young kaget mendengarnya.
“Brengsek itu berpakaian seperti wanita dan menyelinap di rumah tempat Ji Woo yang tinggal sendiri. Aku juga ada bukti rekaman di kotak hitamku.” Ucap Dae Young
“Dia bilang cuma salah tempat. Tidak ada yang membuat rugi karena tindakannya. Dia terkejut karena anjing itu dan melarikan diri. Benarkan?” kata Polisi
Ji Woo mengingat kejadian sebelumnya, mendengar anjingnya terus mengonggong meminta agar tenang dan melihat si pria yang bersembunyi lalu kabur.
“Jadi satu-satunya korban adalah orang yang membuat Anda melakukan kekerasan. Kami memeriksa identitas Anda, jadi akan menelepon Anda lagi jika diperlukan penyelidikan tambahan. Dia bilang akan mengambil tindakan hukum, jadi setelah keluhan dibuat,maka penyelidikan lebih lanjut tidak akan terhindarkan.” Jelas  Polisi. 


Dae Young keluar dari kantor polisi sambil mengeluh dengan hukumnya seperti ini. Ji Woo malah memarahi Dae Young agara jangan ikut campur urusannya. Dae Young terlihat binggung.  Ji Woo pikir Siapa yang menyelinap di rumahnya juga bukan urusan Dae Young.
“Ini tidak akan terjadi jika kau tidak perlu repot-repot.” Kata Sun kesal
“Bagaimana kau bisa mengatakan itu pada seseorang yang melakukan semua ini karena khawatir padamu? “ ucap Dae Young heran
“Itu karena kau tidak mengerti kata-kataku. Aku ini hidup dengan baik, dan ke depannya juga begitu. Jadi jangan hiraukan aku.” Ucap Ji Woo
“Bagaimana aku tak bisa menghiraukanmu? Kau bilang, dengan bertemu Seo Yeon karenaku dan itu membuatmu susah. Jadi bagaimana aku tidak repot-repot? Jujurlah. Apa Kau bahkan sadar bahwa aku sedang berjuang di antara kalian?” kata Dae Young
“Baguslah... Kau tidak akan berjuang lagi setelah aku pindah. Kau bisa bertemu dengannya tanpa memikirkanku saat itu.” Kata Ji Woo sinis lalu berjalan pergi. Dae Young sempat memanggilnya tapi Ji Woo memilih untuk segera pergi.


Seo Yeon baru saja pulang. Sun memperingatkan Seo Yeon yang  telat pulangnya, karena besok  harus bangun pagi lebih awal dengan mengingatkan agar tak lupa pergi ke pasar daging. Seo Yeon mengaku tak lupa jadi jangan khawatir lalu masuk ke dalam kamar.
“Tidurlah.... Besok kau harus cepat bangun. Kau tak melihat layar ponselmu,kan?” teriak Sun. Seo Yeon berteriak kesal didalam kamarnya, Sun sempet terlihat ketakutan.
“Kalau dipikir-pikir, Dae Young bahkan tak meneleponku setelah meninggalkanku seperti itu. Kenapa semuanya memperlakukanku dengan buruk ketika mereka sangat menyayangi Ji Woo?” keluh Seo Yeon kesal

Seo Yeon menemui Ji Woo didepan rumah memberikan amplop. Ji Woo bertanya apa itu. Seo Yeon mengatakan kalau oni biaya pemindahan rumah abu ayahnya. Ji Woo mengambilnya dan akan masuk ke dalam rumah Seo Yeon bertanya apakah Ji Woo sudah selesai dengan urusannya.
“Apa Kau sudah melihat pacarnya? Aku sudah melihatnya.”ucap Seo Yeon
“Aku tahu kau melakukan ini untuk membuatku kesal. Kau tidak perlu berusaha melakukan ini lagi karena aku tidak akan melihatnya mulai sekarang. Aku akan segera pindah. Jadi kuharap kau tak perlu menemuiku lagi.” Kata Ji Woo sinis.
“Hei... Aku melihatnya di rumah pekuburan Ayah... Pacar Dae Young ada di sana seperti ayah.” Ucap Seo Yeon. Ji Woo terlihat kaget mendengarnya.
Bersambung ke episode 8

 PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar